OLEH :
Yogi Indra Prayoga
• Istilah bitumen atau asphaltic bitumen di Eropa merujuk pada bahan yang
sama dengan yang disebut aspal di Amerika Utara, kata aspal di Eropa
digunakan untuk menyebut campuran antara bitumen dan batuan agregat
(AI MS-26, 2011). Indonesia menggunakan kata Aspal untuk bahan yang
sama dengan yang disebut Asphalt di amerika Utara dan Bitumen di Eropa.
SIFAT DAN PERILAKU ASPAL
Aspal adalah cairan termoplastik yang bersifat viskoelastis, berperilaku seperti padatan elastis pada
suhu rendah dan/atau saat pembebanan singkat dan sebagai cairan kental pada suhu tinggi
dan/atau selama pembebanan yang lambat. Oleh karena itu waktu pembebanan dan suhu perlu
dipertimbangkan saat mengkarakterisasi sifat dan perilaku aspal (Airey, 1997).
Temperature Efect
• Konsistensi
Aspal adalah bahan yang bersifat termoplastik, mencair ketika dipanaskan dan memadat ketika
didinginkan. Hal ini terjadi karena adanya perubahan konsistensi aspal atau kemampuan aspal
untuk mengalir akibat perubahan suhu dan atau waktu pembebanan . (AI MS-4, 2007).
• Purity
Purity adalah ukuran dari tingkat kemurnian aspal. Sesuai dengan definisi menurut ASTM, Aspal
harus larut dalam karbon disulfida (atau trikloretilena - TCE). Bahan organik dan kotoran, jika ada,
merupakan efek dari proses kimiawi pada saat produksi (AI MS-4, 2007).
• Safety
Safety berkaitan dengan keamanan aspal pada saat digunakan, terutama pada suhu tinggi.
Spesifikasi biasanya mengharuskan aspal tidak berbusa sampai suhu 175°C, pembusaan dapat
mengakibatkan aspal mengalami pengembangan volume dalam waktu singkat dan membuat aspal
keluar atau meluap dari tempatnya (tangki atau silo). Aspal jika dipanaskan sampai suhu yang
cukup tinggi, akan melepaskan asap yang dapat menyala ketika terkena api. Suhu ketika kondisi ini
terjadi disebut titik nyala (AI MS-4, 2007).
PERKEMBANGAN SPESIFIKASI ASPAL
• Spesifikasi dalam pekerjaan konstruksi adalah suatu dokumen yang
berisi uraian tentang bagaimana cara desain suatu bangunan dapat
diwujudkan, didalamnya mencakup cara kerja, jenis dan kualitas
material, kriteria penerimaan serta metode pengukuran &
pembayaran.
• Perkembangan spesifikasi aspal secara langsung dipengaruhi oleh
perkembangan metode desain perkerasan dan perkembangan
teknologi material dan pengukuran yang ada.
• Secara umum aspal diklasifikasikan berdasarkan konsistensinya,
Evolusi Metode Desain Perkerasan dan
Perkembangan Spesifikasi Aspal.
1. Konsistensi diukur berdasarkan kedalaman Kelemahan sistem klasifikasi ini adalah aspal
masuknya jarum (100 gr) kedalam contoh dengan kelas penetrasi yang sama pada suhu 25 oC
aspal setelah dibebani selama 5 detik pada dapat memiliki kekakuan/konsistensi yang berbeda
suhu 25 oC. pada rentang suhu yang lebih tinggi/rendah.
2. Pengujian Titik lembek dijadikan tambahan
pengujian untuk mengkarakterisasi sifat aspal
pada suhu tinggi perkerasan.
PENGUJIAN DAN KLASIFIKASI ASPAL
II. Viscosity Grade (after 1960)
1. Konsistensi diukur berdasarkan kekentalan aspal pada suhu 60 oC
untuk mengkarakterisasi sifat aspal pada suhu tinggi perkerasan.
2. Pengujian penetrasi tetap dilakukan untuk melihat sifat aspal pada
suhu intermediate.
100 km/j
Berdasarkan hasil penelitian yang panjang, para ahli telah menyimpulkan bahwa kinerja aspal pada
berbagai tingkat suhu layan perkerasan dapat menimbulkan dampak kerusakan perkerasan yang
berbeda pula.
Hal ini mendorong munculnya spesifikasi baru dengan pendekatan yg berbeda dimana aspal
diklasifikasikan berdasarkan suhu di mana mereka memenuhi konsistensi standar.
Performance Grade Specification
(ASTM D6373/AASTHO M320)
Spesifikasi Aspal dengan klasifikasi kinerja (PG) adalah spesifikasi aspal yang sistem klasifikasinya didasarkan
pada nilai kekakuan (stiffness) aspal akibat kombinasi spesifik dari pembebanan lalu lintas (load) dan kondisi
lingkungan (environtment), kekakuan aspal ditinjau pada kondisi aspal setelah mengalami penuaan (aging).
Aspal yang diklasifikasikan sebagai PG X-Y berarti aspal dapat memberikan kinerja yang disyaratkan di
wilayah dengan iklim dimana suhu tinggi perkerasan rencana tidak melebihi X °C dan suhu rendah
perkerasan rencana tidak turun di bawah –Y °C pada kondisi beban lalulintas ≤ 10.000.000 ESAL (Equivalent
Single Axle Loads) dan kecepatan kendaraan 80-100 km/jam (Kondisi Standar).
Environtment
Performance Grade Specification
(ASTM D6373/AASTHO M320)
Kondisi
Iklim
Safety
Workability/
production
Rutting
Resistance
Fatigue Crack
Sistem klasifikasi ini sudah dapat mengkarakterisasi sifat Resistance
thermoplastic aspal tetapi belum dapat mengakomodasi
pengaruh lama waktu pembebanan terhadap kinerja aspal
secara akurat. Thermal Crack
Resistance
Pengujian DSR dengan mode MSCR dilakukan pada contoh aspal yang mengalami pengkondisian RTFOT dan dikerjakan pada
temperatur yang dianggap sebagai temperatur maksimum perkerasan rencana yang akan terjadi dilapangan. Pengujian
dilakukan pada dua stress level yakni 0.1 kPa dan 3.2 kPa dengan 10 cycles untuk masing-masing stress level. Tiap cycle
terdiri dari 1 detik pembebanan diikuti dengan 9 detik fase recovery
Salah satu parameter penting yang diperkenalkan dalam spesifikasi PG MSCR adalah nilai Jnr yang didefinisikan
sebagai ukuran jumlah sisa regangan yang tersisa dalam contoh aspal setelah mengalami pembebanan (stress)
dan pemulihan (creep recovery) secara berulang, besarannya bersifat relatif terhadap jumlah tegangan yang
diterapkan.
Jnr yang tinggi menunjukkan aspal yang kurang tahan rutting, sebaliknya Jnr rendah menunjukkan aspal yang
tahan terhadap gejala rutting. Kriteria Jnr merupakan dasar klasifikasi aspal dalam spesifikasi PG MSCR. Dalam
metode ini tidak dikenal lagi istilah grade bumping, karena spesifikasi sudah mengakomodir sifat reologi aspal
terhadap perubahan temperatur (T) dan lama waktu pembebanan (t).
Contoh penerapan spesifikasi PG MSCR, jika suatu lokasi dengan karakteristik lalu lintas berat dan kecepatan
rendah diperkirakan memerlukan aspal dengan kelas PG 64-16, maka seluruh pengujian aspal pada suhu tinggi
dengan alat DSR dilakukan pada suhu 64 oC, baik untuk aspal kondisi original maupun aspal kondisi RTFOT. Nilai
Jnr pada suhu 64 oC untuk aspal PG 64 harus berada pada rentang nilai 0 - 4,0. Rentang nilai Jnr hasil pengujian
ini selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat ketahanan aspal terhadap pengaruh beban lalulintas. Pada
kelas suhu tinggi yang sama, sistem klasifikasi ini masih mengelompokan aspal kedalam beberapa kelas sesuai
besaran nilai Jnr-nya dengan klasifikasi sebagai berikut:
S = Standard, (Kriteria Jnr ≤ 4) lalulintas dengan kecepatan standar (> 70 km/jam), besaran beban < 10 juta ESAL.
H = Heavy, (Kriteria Jnr ≤ 2) lalulintas dengan kecepatan rendah (20-70 km/jam) besaran beban 10-30 juta ESAL.
V = Very Heavy, (Kriteria Jnr ≤ 1) lalulintas dengan kecepatan sangat rendah (< 20 km/jam) besaran beban
> 30 juta ESAL.
E = Extreme, (Kriteria Jnr ≤ 0,5) lalulintas dengan kecepatan sangat rendah bahkan berhenti (gerbang tol atau
persimpangan dengan traffic light), dengan besaran beban > 30 juta ESAL.
Untuk contoh di atas maka aspal yang sesuai dengan kebutuhan dilokasi tersebut adalah aspal dengan kelas PG
64-16H. contoh tabel spesifikasi PG MSCR ditampilkan dalam tabel 3 berikut.
• Penggunaan karet sebagai modifier aspal bukanlah merupakan ide baru dalam bidang pengembangan material
perkerasan jalan.
• Penggunaan karet alam sebagai bahan tambah aspal belum dapat menunjukan keunggulan dari sisi teknis dalam
meningkatkan kinerja aspal pada struktur perkerasan dan lebih didasarkan pada kepentingan bagaimana cara menyerap
kelebihan suplai karet alam sebagai bagian dari program diversifikasi produk hilir karet.
• Penelitian aspal karet yang telah dilakukan selama ini belum dibangun dengan basis pendekatan mekanistik dan masih
menggunakan metode empiris, sehingga kaitannya dengan kinerja sifat mekanik bahan secara langsung tidak dapat
dianalisis.
• Ditinjau dari bentuk/jenis karet yang ditambahkan terhadap aspal, secara umum aspal karet hanya dibedakan menjadi
dua kelompok utama, yaitu: