Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329865474

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KERTAS DUPLEX 120


GRAM DENGAN METODE MIN-MAX SYSTEM DI PT. JAYA AFLAHA, BATAM

Conference Paper · July 2017

CITATIONS READS

0 572

2 authors, including:

M. Mujiya Ulkhaq
Universitas Diponegoro
48 PUBLICATIONS   64 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by M. Mujiya Ulkhaq on 22 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


4th Annual Conference in Industrial and System Engineering ISBN: 978-979-97571-7-3
Semarang, 19 Juli 2017

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KERTAS


DUPLEX 120 GRAM DENGAN METODE MIN-MAX SYSTEM DI PT. JAYA
AFLAHA, BATAM

Della M. Putri1, M. Mujiya Ulkhaq2


1,2
Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH. Semarang 50275
Telp. (024) 7460052
E-mail: dellamustikaputri20@gmail.com1, ulkhaq@live.undip.ac.id 2

ABSTRAK
PT. Jaya Aflaha pernah mengalami kehabisan bahan baku kertas duplex 120 gram yang merupakan
bahan baku kotak makanan sehingga menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan dari konsumen.
Kerugian yang ditimbulkan tidak hanya berupa profit, akan tetapi juga menurunnya tingkat loyalitas
konsumen terhadap perusahaan. Banyaknya permintaan yang datang membuat perusahaan terus
termotivasi melakukan yang terbaik agar permintaan selalu dapat terpenuhi. Oleh karena itu, perlu
dilakukan perbaikan terhadap manajemen pengadaan persediaan bahan baku duplex 120 gram untuk
meminimasi atau bahkan menghilangkan peluang terjadinya kehabisan stock (stockout) bahan baku.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk merencanakan pengendalian persediaan adalah Min-
Max System. Min-Max System memiliki sistem kerja dengan menetapkan batas maksimum dan batas
minimum persediaan yang diizinkan untuk disimpan di dalam gudang perusahaan. Metode ini dipilih
karena fluktuasi demand yang terjadi di PT. Jaya Aflaha tidak terlalu signifikan. Min-Max System juga
akan menentukan nilai safety stock (persediaan pengaman) bahan baku. Total biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan dalam setahun dengan Min-Max System adalah sebesar Rp 680.572,77
sedangkan total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dengan kebijakan saat ini adalah Rp
2.196.081,763. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan Min-Max System dapat menghemat
pengeluaran perusahaan sebesar Rp 1.515.508,99.

Kata Kunci: stockout; manajemen pengendalian inventori; Min-Max System

PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia saat ini sedang giat melakukan usaha
untuk memperkuat sektor industrinya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik mengenai realisasi
investasi penanaman modal luar negeri di Indonesia cenderung mengalami peningkatan (BPS, 2016).
Banyak investor asing yang berinvestasi untuk industri skala besar, contohnya pendirian perusahaan-
perusahaan swasta yang pimpinannya langsung berasal dari perusahaan induk yang berada di luar negeri.
Perusahaan swasta asing memang banyak memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan
lapangan pekerjaan. Namun semakin banyak perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia maka
muncullah ketergantungan negara kita pada investor tersebut. Ketika terjadi ketidakstabilan
perekonomian, sosial, dan keamanan di Indonesia maka bisa saja perusahaan swasta tersebut gulung tikar.
Dampaknya angka pengangguran akan meningkat tajam.
Saat ini pemerintah sedang melakukan usaha untuk meningkatkan wirausaha seperti UD, UKM,
CV, Perseroan Terbuka, dan jenis-jenis usaha lainnya yang didirikan oleh warga negara Indonesia sendiri.
Banyak sektor industri yang dapat dikembangkan oleh investor-investor dalam negeri dengan
memanfaatkan sumber daya alam dan manusia dari daerah sekitar. Pasar potensial yang bisa dijadikan
target sasaran masih terbuka luas. Pemerintah juga menyediakan fasilitas peminjaman modal bagi
masyarakat yang memiliki ide dan keinginan untuk membangun suatu badan usaha dengan syarat dan
ketentuan yang berlaku.
PT. Jaya Aflaha merupakan salah satu badan usaha yang pendiriannya didasarkan oleh inisiatif
pemilik yang sebelumnya bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta asing. Pemilik melihat peluang
yang besar untuk membangun industri di Batam. PT. Jaya Aflaha didirikan untuk memenuhi berbagai
macam kebutuhan akan barang-barang cetakan yang selalu diperlukan oleh instansi-instansi pemerintah
ataupun swasta dan masyarakat umum yang jumlahnya relatif banyak. Saat ini PT. Jaya Aflaha sudah
memiliki kurang lebih lima puluh orang konsumen tetap yang memesan berbagai macam produk cetakan
seperti nota, buku, kotak makanan, map, paper bag, buku agenda, dan lain sebagainya.

412
4th Annual Conference in Industrial and System Engineering ISBN: 978-979-97571-7-3
Semarang, 19 Juli 2017

Banyaknya permintaan yang datang membuat perusahaan terus termotivasi melakukan yang
terbaik agar permintaan selalu dapat terpenuhi. Dalam rangka memenuhi semua permintaan yang datang
maka yang menjadi kunci utama adalah terjaminnya keberlangsungan proses produksi di perusahaan.
Untuk dapat melaksanakan proses produksi, seorang produsen tentu membutuhkan ketersediaan faktor-
faktor produksi dan bahan baku (input) sebagai bahan pembuat produknya. Faktor-faktor produksi
tersebut diantaranya sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan kewirausahaan
(Gilarso, 2004). Persediaan bahan baku merupakan salah satu faktor terpenting dari terjaminnya
keberlangsungan proses produksi. Apabila bahan baku tidak tersedia maka perusahaan tidak dapat
melakukan proses produksi sehingga tidak mampu memenuhi permintaan yang datang. Apabila
persediaan bahan baku terlalu besar maka keuntungan perusahaan akan menurun. Hal tersebut disebabkan
oleh beban biaya yang ditanggung perusahaan untuk pengadaan bahan baku (termasuk ke dalamnya biaya
simpan dan biaya simpan).
Dalam kurun waktu satu tahun (Juli 2015–Juni 2016), perusahaan pernah mengalami kehabisan
stok bahan baku duplex 120 gram untuk membuat kotak makanan pada triwulan Juli–September 2015.
Kehabisan stok mengakibatkan perusahaan tidak dapat memproses pesanan yang datang sehingga
konsumen tidak bisa mendapatkan barang yang diinginkan. Kelebihan stok mengakibatkan bertambahnya
biaya simpan di gudang dan turnover ratio yang lama. Oleh karena itu diperlukan adanya manajemen
persediaan bahan baku untuk menentukan kebijakan persediaan bahan baku yang optimal. Dalam kasus
ini, penulis menggunakan metode Min-Max System dengan cara kerja apabila persediaan telah melewati
batas-batas minimum dan mendekati batas safety stock maka re-order harus dilakukan. Metode ini dipilih
karena sesuai dengan kasus di PT. Jaya Aflaha yang fluktuasi demand-nya tidak terlalu signifikan dan
dapat dengan mudah dipahami dalam pengaplikasiannya. Dengan metode Min-Max System juga akan
ditentukan nilai safety stock (persediaan pengaman) sebagai langkah antisipasi jika terdapat peningkatan
demand secara mendadak.

TINJAUAN PUSTAKA
Persediaan
Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan
tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau
untuk suku cadang dari peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu,
bahan dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang. Bisa dikatakan persediaan hanyalah suatu sumber
dana menganggur, karena sebelum persediaan digunakan berarti dana terikat di dalamnya tidak dapat
digunakan untuk keperluan lain (Herjanto, 2007).
Persediaan mempunyai peran penting dalam kelangsungan proses produksi di sebuah perusahaan.
Fungsi persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan adalah sebagai berikut (Assauri, 2004):
a) Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman barang
b) Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
c) Menghilangkan risiko kenaikan harga barang/inflasi.
d) Menghilangkan risiko kesulitan bahan yang tidak tersedia di pasaran (bahan musiman).
e) Mendapatkan keuntungan dari potongan kuantitas.
f) Memberikan pelayanan kepada langganan.
Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam melaksanakan industrinya.
Fungsi pengendalian persediaan sangat penting dilakukan karena persediaan fisik banyak melibatkan
investasi biaya yang besar. Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan maka
menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan. Bila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang
mencukupi maka dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan bahan baku.
Untuk itu perlu dilakukan pengendalian persediaan berdasarkan data permintaan konsumen agar
diperoleh optimasi persediaan bahan baku di gudang sehingga tidak terjadi kekurangan bahan baku (stock
out) ataupun kelebihan bahan baku yang berpengaruh pada kepuasan customer serta cost yang dibebankan
oleh perusahaan pada setiap tahunnya. Dengan pertimbangan tersebut maka perusahaan perlu untuk
merencanakan dan mengendalikan persediaan pada tingkat yang optimal. Kriteria optimal adalah
minimasi keseluruhan biaya yang terkait dengan semua konsekuensi kebijakan persediaan.

Min-Max System
Metode Min-Max System ini digunakan dengan cara kerja apabila persediaan telah melewati batas-
batas minimum dan mendekati batas safety stock maka re-order harus dilakukan. Jadi batas minimum
stock merupakan batas re-order level. Batas maksimum adalah batas kesediaan perusahaan atau
manajemen untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk persediaan bahan baku. Jadi dalam hal ini

413
4th Annual Conference in Industrial and System Engineering ISBN: 978-979-97571-7-3
Semarang, 19 Juli 2017

yang terpenting adalah batas minimum dan maximum untuk dapat menentukan order quantity. Konsep
Min-Max ini dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran sederhana sebagai berikut (Indrajit, 2004):
a) Untuk menjaga kelangsungan beroperasinya suatu pabrik atau fasilitas lain, diperlukan bahwa
beberapa jenis material tertentu dalam jumlah minimum tersedia di gudang, supaya sewaktu-waktu
ada yang rusak, dapat langsung diganti.
b) Tetapi material yang disimpan dalam persediaan tadi juga jangan terlalu banyak, ada maksimumnya,
supaya biasanya tidak menjadi terlalu mahal.
c) Keduanya sebetulnya mengikuti prinsip inventory control yaitu pengendalian tingkat persediaan
sedemikian rupa sehingga setiap kali barang diperlukan, selalu tersedia, tetapi sekaligus juga harus
menjaga agar tingkat persediaan seminimal mungkin, untuk menghindari investasi berupa biaya
penyediaan yang besar.
Secara ideal, sebetulnya persediaan minimum seharusnya adalah nol dan persediaan maksimum
adalah sebanyak yang secara ekonomis mencapai optimal, yaitu sesuai dengan perhitungan EOQ, yang
sudah dijelaskan sebelumnya. Jadi, dapat dibayangkan bahwa persis pada waktu barang habis, pemesanan
barang sejumlah yang paling ekonomis datang.
Dalam kenyataan tidaklah dapat menjamin bahwa perencanaan dapat secara sempurna terpenuhi.
Ada kemungkinan pemakaian barang berubah dan meningkat secara mendadak, ada kemungkinan barang
yang dipesan datang terlambat dan sebagainya. Oleh karena dalam menentukan minimum dan maksimum
ini, sebaiknya tidak mengambil angka yang ekstrim tadi, tetapi ada faktor pengaman yang dapat dihitung
berdasarkan pengalaman. Berdasarkan pemikiran tersebut, timbul formula Min-Max System untuk
pengisian kembali persediaan, yaitu sebagai berikut.
a) Safety Stock (SS)
Persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Service level yang digunakan adalah
95% artinya permintaan konsumen dapat terpenuhi dengan probabilitas 95% dan probabilitas produk
tidak dapat ditemui adalah sebesar 5% (King, 2011).
SS = σD × Z × √L (1)
b) Minimum Stock
Minimum stock adalah jumlah pemakaian selama waktu pesanan pembelian yang dihitung dari
perkalian antara waktu pesanan (dalam bulan) dan pemakaian rata-rata dalam satu bulan ditambah
dengan persediaan pengaman. Pada sistem Min-Max Inventory Management, minimum stock adalah
batas dimana perusahaan harus melakukan pembelian bahan baku kembali (Reorder Point). Adapun
persamaan yang digunakan untuk menghitung minimum stock yaitu sebagai berikut (Indrajit, 2004):
Min Stock = DL + SS (2)
c) Maximum Stock
Maximum stock adalah jumlah maksimum yang diperbolehkan disimpan dalam persediaan, yaitu
jumlah pemakaian selama 2 x waktu pesanan, yang dihitung dari perkalian antara 2 x waktu pesanan
dan pemakaian rata-rata selama satu bulan (Indrajit, 2004).
Max Stock = 2DL + SS (3)
d) Order Quantity
Ukuran pemesanan (Q) adalah jumlah yang perlu dipesan untuk pengisian persediaan kembali. Setiap
kali persediaan mencapai titik atau persediaan minimum maka harus dilakukan pemesanan kembali
yang jumlahnya sebesar ukuran pemesanan (Indrajit, 2004).
Q = Max Stock – Min Stock (4)
e) Banyak Pemesanan (m)
Banyak pemesanan adalah jumlah pemesanan optimal yang harus dilakukan selama periode satu tahun
oleh suatu perusahaan .
m = D/Q (5)
f) Average Inventory Level (I)
Rata-rata tingkat persediaan yang akan disimpan di gudang perusahaan tiap periodenya (Fithri &
Sindikia, 2014).
I = SS + Q/2 (6)

414
4th Annual Conference in Industrial and System Engineering ISBN: 978-979-97571-7-3
Semarang, 19 Juli 2017

g) Turnover Ratio
Turnover ratio (TOR) adalah pengukuran kecepatan perputaran inventori. Perhitungan TOR dilakukan
untuk mengetahui apakah pengelolaan persediaan telah dilakukan dengan baik atau tidak. Semakin
tinggi pergantian persediaan maka semakin tinggi biaya yang dapat dihemat sehingga laba perusahaan
meningkat (Fithri & Sindikia, 2014).
TOR = D/I (7)
h) Total Inventory Cost
Total cost adalah total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka pengadaan bahan baku
selama kurun waktu satu tahun.
TC (Min-Max) = (D/Q) Co + CcD (8)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian dilakukan pada bagian pengadaan barang di PT. Jaya Aflaha dengan melakukan
observasi dan wawancara secara langsung dengan pemilik perusahaan. Penelitian ini fokus pada
pengadaan bahan baku kotak makanan yaitu kertas duplex 120 gram. Kotak makanan dipilih sebagai
objek penelitian karena produk ini merupakan produk unggulan dari PT Jaya Aflaha. PT Jaya Aflaha
menetapkan kebijakan pemesanan bahan baku setiap 3 bulan sekali (setiap triwulan). Leadtime dari mulai
pemesanan sampai datangnya bahan baku duplex 120 gram membutuhkan waktu sekitar 20 hari. Berikut
ini adalah data penerimaan, permintaan, dan sisa stok bahan baku yang ada di PT Jaya Aflaha periode Juli
2015 sampai Juni 2016.

Tabel 1. Permintaan dan Sisa Stok Bahan Baku Duplex 120 gram Periode Juli 2015 – Juni 2016
Stok Bahan Baku Duplex 120 gram
No Periode Sisa Permintaan Permintaan Sisa
Penerimaan
Lalu per 3 bulan per Bulan Sekarang
1 Juli 2015 620.156
2 Agustus 2015 0 2.000.000 2.039.524 895.066 -39.524
3 September 2015 524.302
4 Oktober 2015 662.870
5 November 2015 0 1.896.000 1.894.940 564.780 1.060
6 Desember 2015 667.290
7 Januari 2016 557.143
8 Februari 2016 1.060 1.760.000 1.714.286 565.714 46.774
9 Maret 2016 591.429
10 April 2016 667.974
11 Mei 2016 46.774 2.192.000 2.190.708 687.020 48.066
12 Juni 2016 835.714

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa PT. Jaya Aflaha pernah mengalami kehabisan stok (stockout)
pada triwulan Juli-September 2015 yang berakibat tidak terpenuhinya demand yang datang dari
konsumen. Perusahaan belum menerapkan kebijakan adanya safety stock untuk mengatasi adanya
fluktuasi demand dan selama ini pembelian bahan baku hanya didasarkan pada intuisi pemilik
perusahaan. Selain data demand selama kurun waktu satu tahun, dibutuhkan pula data biaya pesan dan
biaya simpan yang terdiri dari beberapa sub komponen biaya lainnya.
Biaya pesan bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproses atau menempatkan
pesanan ke supplier. Biaya pesan memiliki beberapa sub komponen biaya yaitu biaya komunikasi
(telepon, fax, internet) dan biaya administrasi pemesanan.

Tabel 2. Biaya pesan PT. Jaya Aflaha


No Jenis Biaya Harga per sekali pesan
1 Biaya telepon Rp 6.080
2 Biaya administrasi Rp 5.500
Total biaya per sekali pesan Rp 11.580

415
4th Annual Conference in Industrial and System Engineering ISBN: 978-979-97571-7-3
Semarang, 19 Juli 2017

Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka menyimpan bahan baku,
work in process, ataupun barang jadi di gudang. Biaya simpan memiliki beberapa sub komponen biaya
yaitu biaya administrasi gudang dan biaya listrik gudang.
Tabel 3. Biaya simpan PT. Jaya Aflaha
No Jenis Biaya Harga simpan per kardus per bulan
1 Biaya administrasi gudang Rp 187,5
2 Biaya listrik gudang Rp 312,5
3 Biaya pemeliharaan gudang Rp 1.250
Total biaya simpan per kardus per bulan Rp 1.750

Min-Max System adalah salah satu metode untuk pengendalian persediaan bahan baku. Cara kerja
metode ini yaitu apabila persediaan telah melewati batas-batas minimum dan mendekati batas safety
stock, maka re-order (pemesanan kembali) harus dilakukan. Jadi, batas minimum stock merupakan batas
re-order level sedangkan batas maximum stock merupakan batas ketersediaan perusahaan untuk
menginvestasikan uangnya dalam bentuk persediaan bahan baku. Batas minimum dan maksium
menentukan order quantity bahan baku.

Tabel 4 Rata-Rata Dan Standar Deviasi Demand


No Periode Permintaan per Bulan
1 Juli 2015 620.156
2 Agustus 2015 895.066
3 September 2015 524.302
4 Oktober 2015 662.870
5 November 2015 564.780
6 Desember 2015 667.290
7 Januari 2016 557.143
8 Februari 2016 565.714
9 Maret 2016 591.429
10 April 2016 667.974
11 Mei 2016 687.020
12 Juni 2016 835.714
Total demand 8.495.945
Rata-rata demand 707.995
Standar deviasi 137.851

Data diatas dapat diolah sehingga dapat menjadi suatu kebijakan optimal yang baru bagi
perusahaan. Kebijakan yang baru akan meminimasi ongkos yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dan
dapat mempermudah perusahaan dalam menentukan kapan harus melakukan pemesanan bahan baku
kembali.
Pada tahap pengolahan data telah didapatkan beberapa informasi mengenai safety stock, minimum
stock (titik ROP), maximum stock (Q), ukuran pemesanan, jumlah pemesanan, rata-rata tingkat
persediaan, turnover ratio, dan total cost yang dibutuhkan untuk masing-masing kebijakan. Berikut
adalah tabel perbandingan antara kebijakan perusahaan saat ini dan Min-Max System.

Tabel 5. Perbandingan Kebijakan Perusahaan dan Metode Min-Max


No Parameter Min-Max Perusahaan
1 Safety Stock 182.696 unit 0
2 Min Stock (ROP) 639.467 unit 0
3 Max Stock 1.096.238 unit 0
4 Ukuran Pemesanan (Q) 456.771 unit 1.962.000 unit
5 Jumlah pemesanan dalam setahun 19 4
6 Rata-rata tingkat persediaan 228.386 unit 981.000 unit
7 Turnover Ratio (TOR) 20,67 8,66
8 TC Rp 714.981,540 Rp 2.196.081,763

416
4th Annual Conference in Industrial and System Engineering ISBN: 978-979-97571-7-3
Semarang, 19 Juli 2017

Maximum stock adalah batas maksimal diperbolehkannya menyimpan stok di gudang. Persamaan
yang digunakan untuk mencari jumlah persediaan maksimum (maximum stock) adalah (2 x DL) + SS.
Namun belum diketahui apakah jumlah persediaan maksimum tersebut sudah menghasilkan total biaya
seminimum mungkin. Oleh kerena itu diperlukan adanya analisis sensitivitas dengan cara mengubah
pengali pada persamaan tersebut.

Tabel 6. Analisis Sensitivitas Maximum Stock


Faktor Maximum Jumlah Rata-Rata Tingkat
Q Total Biaya
Pengali Stock Pemesanan Persediaan
1.5 867852 228386 37 114193 Rp 680,572.77
2 1096238 456771 19 228386 Rp 714,981.54
2.5 1324624 685157 12 342578 Rp 892,982.31
3 1553009 913542 9 456771 Rp 1,106,881.08
4.5 2238166 1598699 5 799350 Rp 1,810,116.82
5 2466552 1827085 5 913542 Rp 2,052,221.16
5.5 2694937 2055471 4 1027735 Rp 2,296,034.93
6 2923323 2283856 4 1141928 Rp 2,541,045.30
7 3380094 2740627 3 1370314 Rp 3,033,459.24

Perbandingan Total Biaya


Rp3,500,000.00
Rp3,000,000.00
Rp2,500,000.00
Total Biaya

Rp2,000,000.00
Rp1,500,000.00
Rp1,000,000.00
Rp500,000.00
Rp-
1.5 2 2.5 3 4.5 5 5.5 6 7
Faktor Pengali

Gambar 1. Perbandingan Total Biaya dengan Perubahan Faktor Pengali

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa semakin semakin besar faktor pengali yang digunakan maka
semakin besar pula jumah persediaan maksimum (maximum stock) yang harus disimpan di gudang
perusahaan. Semakin besar jumlah persediaan maksimum (maximum stock) maka total biaya yang
dibutuhkan akan semakin besar. Total biaya dengan faktor pengali 1,5 adalah total biaya yang paling
rendah sehingga persediaan maksimum yang diizinkan untuk di simpan digudang adalah 867.852 unit
atau sekitar 1.085 kardus duplex 120 gram. Berikut ini adalah tabel perbandingan kebijakan Min-Max
yang paling optimal (dengan total biaya yang paling murah) dibandingkan dengan kebijakan perusahaan
yang sedang berlaku saat ini.

Tabel 7. Rekapitulasi Kebijakan Perusahaan dan Metode Min-Max


No Parameter Min-Max Perusahaan
1 Safety Stock 182.696 unit 0
2 Min Stock (ROP) 639.467 unit 0
3 Max Stock 867.852 unit 0
4 Ukuran Pemesanan (Q) 228.386 unit 1.962.000 unit
5 Jumlah pemesanan dalam setahun 37 4
6 Rata-rata tingkat persediaan 114.193 unit 981.000 unit
7 Turnover Ratio (TOR) 74 8,66

417
4th Annual Conference in Industrial and System Engineering ISBN: 978-979-97571-7-3
Semarang, 19 Juli 2017

No Parameter Min-Max Perusahaan


8 Total Cost (TC) Rp 680.572,77 Rp2.196.081,763

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari laporan Kuliah Kerja Industri (KKI) yang berjudul
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kertas Duplex 120 gram (Bahan Baku Kotak Makanan)
dengan Metode Min-Max System di PT. Jaya Aflaha Batam yaitu sebagai berikut.
1. Bahan baku yang digunakan untuk membuat kotak makanan adalah kertas duplex 120 gram. PT Jaya
Aflaha mendapatkan pasokan kertas yang berasal dari salah satu supplier kertas di Batam. Leadtime
yang dibutuhkan mulai dari proses awal pemesanan sampai bahan baku jadi memakan waktu kurang
lebih 20 hari. PT Jaya Aflaha menetapkan kebijakan pemesanan bahan baku setiap 3 bulan sekali
dengan ukuran pemesanan yang didasarkan pada intuisi pemilik perusahaan.
2. Data historis permintaan menunjukkan bahwa PT Jaya Aflaha pernah mengalami kehabisan stock
(stockout) pada triwulan Juli-September 2015. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat memenuhi
permintaan yang datang. Pengendalian inventori penting untuk dilakukan agar ketersediaan bahan
baku terus terjaga sehingga produksi dapat terus berjalan.
3. Pada tahap pengolahan data telah didapatkan beberapa informasi mengenai safety stock, minimum
stock (titik ROP), maximum stock, ukuran pemesanan (Q), jumlah pemesanan, rata-rata tingkat
persediaan, turnover ratio, dan total cost yang dibutuhkan untuk masing-masing kebijakan.
Rekomendasi dengan Min-Max System adalah menggunakan kebijakan safety stock dengan tujuan
agar dapat meredam fluktuasi demand dan didapatkan hasil sebesar 182.696 unit atau sekitar 228
kardus, minimum stock terletak pada ketika stock berjumlah 639.467 unit atau sekitar 799 kardus,
jumlah stock maksimal yang diizinkan sebesar 867.852 unit atau sekitar 1.085 kardus, ukuran
pemesanan (Q) optimal adalah 228.386 unit atau sekitar 286 kardus, dalam satu tahun perusahaan
harus melakukan pemesanan sebanyak 37 kali, rata-rata tingkat persediaan sebesar 114.193 atau
sekitar 143 kardus, dan turnover ratio sebesar 74,40.
4. Total biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing kebijakan dihitung dari pertambahan biaya simpan
dan biaya pesan. Kebijakan perusahaan saat ini menghabiskan total biaya sebesar Rp 2.196.081,763
sedangkan untuk kebijakan menggunakan Min-Max System sebesar Rp 680.572,77. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa dengan kebijakan Min-Max System dapat menghemat biaya sebesar Rp
1.515.508,99.
5. Perbedaan yang terjadi terlihat pada biaya simpan inventori di gudang. Kebijakan perusahaan saat ini
menetapkan bahwa pemesanan dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan ukuran pemesanan yang besar
sehingga biaya simpan di gudang membengkak. Pada Min-Max System pemesanan dilakukan 37 kali
dalam satu tahun dengan ukuran pemesanan yang lebih kecil sehingga biaya simpan di gudang
menurun. Walaupun frekuensi pemesanan yang dilakukan dalam satu tahun untuk kebijakan Min-Max
System lebih banyak namun tidak terlalu berpengaruh signifikan pada total biaya keseluruhan (TC)
karena biaya pesan tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan Min-Max System
diterapkan di perusahaan agar dapat meminimasi total biaya (TC).

DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. (2004). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
BPS (2016). Realisasi Investasi Penanaman Modal Luar Negeri Menurut Provinsi Tahun 2006-2015.
Retrieved from Badan Pusat Statistik: https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1337
Fithri, P., & Sindikia, A. (2014). Pengendalian Persediaan Pozzolan di PT Semen Padang. Optimasi
Sistem Industri, 665-686.
Gilarso. (2004). Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Kanisius.
Herjanto, E. (2007). Manajemen Operasi. Jakarta: Grasindo.
Indrajit, R.E. (2004). Materials Requirement Planning Menuju Enterprise Resource Planning. Jakarta:
Aptikom. Retrieved from www.scribd.com: https://www.scribd.com/doc/73457609/Dari-MRP-
Material-Requirement-Planning-Menuju-ERP-Enterprise-Resource-Planning
King, P.L. (2011). Understanding Safety Stock and Mastering Its Equations. APICS Magazine - The
Association for Operations Management, 33-36.

418

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai