Oleh :
MAHMUD GANDIN
NPM : 2012950004
TESIS
2015
PERAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
DALAM MENURUNKAN WASTE SERTA IMPLIKASINYA
TERHADAP KINERJA KEUANGAN
(STUDI PADA INDUSTRI KEMASAN FLEKSIBEL DI INDONESIA)
MAHMUD GANDIN
NPM: 2012950004
JAKARTA
2015
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
1. Karya tulis saya berupa tesis ini, adalah asli dan belum pernah diajukan
untuk mendapatkan gelar akademik (magister), baik di Universitas
Muhamadyah Jakarta maupun di perguruan tingi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing / dan masukan tim
Penelaah / Tim Penguji.
3. Dalam karya tulis sini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dan
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Peryataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam peryataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
Mahmud Gandin
NPM : 2012950004
v
KATA PENGANTAR
SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas ijin dan rahmat-Nya, tesis ini dapat
diselesaikan.
sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Siti Hamidah Rustiana, SE. Ak., M.Si selaku
bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program Magister Akuntansi, terlebih
A. Birton, SE. Ak., M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi pada Sekolah
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Bpk. Dr. H. Syaiful Bahri, SH., MH.,
selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta atas kesempatan dan fasilitas yang
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bpk. Dr. H. Muchtar Luthfi, SH.,
MH., selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister
vi
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada para Dosen Sekolah Pasca
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus serta penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis,
Terlebih lagi penulis ucapkan terima kasih kepada ayah dan Ibu yang telah
mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan semua hal yang penulis butuhkan
untuk dapat hidup dan berkembang di dunia ini. Semoga Ayah dan Ibu di alam sana
senantiasa mendapat limpahan rahmat dan karunia dari Allah SWT, diampuni semua
dosa dan diterima semua amalnya dan semoga juga tesis ini menjadi amal buat ayah dan
Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sejawat baik
dikampus maupun ditempat kerja yang telah memberikan support dan bantuannya baik
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih khususnya kepada istri dan anak-
anakku tercinta serta adik-adikku tersayang yang telah memberikan dukungan dan doa
kepada penulis serta kesempatan untuk lebih berkonsentrasi dalam menyelesaikan tesis
ini.
Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Mah Esa selalu melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, khususnya kepada semua pihak yang telah membantu
baik langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian tesis ini kepada
penulis sekeluarga.
vii
Peran Sistem Pengendalian Manajemen
Dalam Menurunkan Waste Serta Implikasinya
Terhadap Kinerja Keuangan
(Studi Pada Industri Kemasan Fleksibel Di Indonesia)
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana peran sistem
pengendalian manajemen (SPM) terhadap waste dan implikasinya terhadap kinerja
keuangan perusahaan kemasan fleksibel di Indonesia khususnya yang berlokasi di
pulau Jawa. Waste reduce merupakan variabel yang sangat mempengaruhi unsur biaya
dalam hal ini harga pokok penjualan (COGS). Dengan pengendalian waste yang baik
diharapkan harga pokok produksi terkait proses produksi semakin turun sehingga pada
akhirnya kinerja keuangan berupa gross profit margin (GPM) akan meningkat.
Penelitian ini menggunakan data sebanyak 107 responden dari 107 perusahaan
kemasan fleksibel di Indonesia yang berlokasi di Pulau Jawa, sedangkan teknik analisa
yang dipergunakan adalah analisa jalur dengan menggunakan software IBM SPSS versi
20. Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil bahwa sistem pengendalian manajemen
berpengaruh positif dan signifikan terhadap waste, disisi lain sistem pengendalian
manajemen dan waste secara simultan juga berpengaruh postif dan sigifikan terhadap
kinerja keuangan, sedangkan waste berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
kinerja keuangan begitu juga dengan sistem pengendalian manajemen berpengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap kinerja keuangan.
Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan dan pelaksanaan Sistem
Pengendalian Manajemen pada perusahaan kemasan fleksibel di Indonesia khususnya di
pulau Jawa sudah diterapkan namun dalam pelaksanaanya masih belum baik, ini
terbukti dengan tidak berdampaknya dalam kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Kata Kunci : Sistem pengendalian manajemen, waste, kinerja keuangan, waste reduce
dan analisa jalur.
viii
Role of Management Control Systems
In Reduce Waste And Its Implication
for Financial Performance
(Studies in Flexible Packaging Industry in Indonesia)
Abstract
The purpose of this study was to see the extent to which the role of management
control system (MCS) to waste and its implications for financial performance on
flexible packaging company in Indonesia especially those located on the island of Java.
Waste reduce the variables that affect the cost elements in this case the cost of goods
sold (COGS). With good control of waste expected cost of production related to the
production process of getting down and ultimately financial performance such as gross
profit margin (GPM) will increase.
This study used data from 107 respondents were 107 flexible packaging
company in Indonesia, located on Java Island, while an analytical technique used is path
analysis using IBM SPSS software version 20. From the data processing result that
management control systems and a significant positive effect against waste, on the other
hand, and waste management control system simultaneously also affects positively and
significant to financial performance, while waste is positive but not significant effect on
financial performance as well as management control systems but not significant
positive effect on financial performance.
From the results of this study prove that the application and implementation of
management control systems in a flexible packaging company in Indonesia, especially
in Java has been applied, but the implementation is still not good, as is evident by not
impact in the company's financial performance.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Cover …………………………………………………………………… i
Lembar Judul ………………………………………………………….. ii
Lembar Persetujuan …………………………………………………... iii
Lembar Pengesahan …………………………………………………… iv
Lembar Pernyataan …………………………………………………… v
Kata Pengantar ………………………………………………………… vi
Abstrak …………………………………………………………………. viii
Abstract ………………………………………………………………… ix
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah ……………………………. 1
1.2. Identifikasi Masalah ………………………………… 11
1.3. Pembatasan Masalah ………………………………... 11
1.4. Perumusan Masalah ………………………………… 11
1.5. Tujuan Penelitian …………………………………… 12
1.6. Manfaat Penelitian ………………………………….. 12
x
BAB III. METODOLOGI 57
3.1. Metode Penelitian …………………………………... 57
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………. 57
3.3. Teknik Pengumpulan Data …………………………. 60
3.3.1 Data Primer …………………………………………. 60
3.3.2 Data Sekunder ……………………………………… 61
3.4. Variabel Penelitian …………………………………. 62
3.4.1. Identifikasi Variabel ………………………………... 62
3.4.2. Difinisi Operasional Variabel ………………………. 63
3.5. Metode Analisis Data ………………………………. 68
3.5.1. Analisis Jalur (Path Analysis) ………………………. 68
3.5.2 Langkah-Langkah Analisis Jalur …………………… 69
3.5.3. Statistik Deskriptif …………………………………. 72
3.5.4. Uji Normalitas ……………………………………… 72
3.5.5. Uji Asumsi Klasik ………………………………….. 73
3.6. Pengujian Hipotesis ………………………………… 74
3.6.1. Pengujian Hipotesis 1 ………………………………. 75
3.6.2. Pengujian Hipotesis 2 ………………………………. 76
3.6.3. Pengujian Hipotesis 3 ……………………………… 77
3.6.4. Pengujian Hipotesis 4 ………………………………. 78
xi
4.3.5.3.1. Pengujian Hipotesis 1 ………………………………. 130
4.3.5.3.2. Pengujian Hipotesis 2 ………………………………. 132
4.3.5.3.3. Pengujian Hipotesis 3 ………………………………. 135
4.3.5.3.4. Pengujian Hipotesis 4 ………………………………. 138
4.3.6 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung………….... 141
4.3.6.1. Variabel SPM (X) terhadap Kinerja Keuangan (Z)... 141
4.3.6.2. Variabel Waste (Y) terhadap Kinerja Keuangan (Z)... 142
4.3.7. Kinerja Keuangan Perusahaan pada Industri
Kemasan Go Publik ………………………………… 144
xii
DAFTAR TABEL
xiii
4.12. Normalitas Data 117
4.13. Heteroskedastisitas Data 118
4.14. Autokorelasi Data 119
4.15. Multikolinieritas Data 120
4.16. Hubungan antara Variabel X, Y dan Z 126
4.17. Pengaruh X dan Y tehadap Z 128
4.18. Pengaruh Signifikansi Hubungan X (SPM) terhadap Y (Waste) 131
4.19. Pengaruh Signifikansi X (SPM) dan Y (Waste) terhadap Z
132
(Kinerja Keuangan)
4.20. Persamaan Jalur 142
4.21. Rangkuman Hasil Penelitian 143
4.22. Relevansi dengan Peneliti Terdahulu 144
4.23. Kinerja Keuangan Perusahaan Kemasan Go Public (Tbk)
145
Tahun 2013
4.24. Kinerja Keuangan vs Rata-Rata Industri Perusahaan Kemasan
146
Go Public (Tbk) Tahun 2013
4.25. Kinerja Keuangan vs Rata-Rata Industri Perusahaan Kemasan
146
Go Public (Tbk) Tahun 2013
4.26. Kinerja Keuangan vs Rata-Rata Industri Perusahaan Kemasan
147
Go Public (Tbk) Tahun 2013
4.27. Kinerja Keuangan vs Rata-Rata Industri Perusahaan Kemasan
147
Go Public (Tbk) Tahun 2013
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR GRAFIK
xvi
DAFTAR RUMUS
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
perubahan yang cepat, seperti berubahnya struktur permintaan pasar yang tadinya
pasar berupa oligopoly saat ini berubah bentuk menjadi pasar persaingan sempurna
hal ini dikarenakan sudah semakin banyak perusahaan yang tumbuh dan ikut
karena dengan harga yang kompetitif masing-masing pelaku industri dituntut untuk
lebih baik lagi, terutama mengenai kualitas mutu yang tinggi dengan harga yang
produksinya dengan seefektif dan seefiisien mungkin, sehingga program reduce cost
dalam hal ini waste menjadi sangat penting karena material cost dalam industri
kemasan memegang 70% dari harga pokok produksinya dengan kisaran waste
mancapai 2 digit sekitar 10% sampai 12% dari total material cost itu sendiri. Apabila
perusahaan tidak dapat menurunkan wastenya dikisaran 1 digit (<10%), maka sudah
untuk berubah, lebih berkembang dan maju. Salah satu mekanisme yang yang
menjadi ciri globalisasi dewasa ini adalah tekanan perdagangan yang kompetitif
ini dilakukan dengan salah satu caranya adalah dengan meminimasi waste
2
(pemborosan). Waste merupakan segala aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai
tambah sepanjang aliran proses pada proses perubahan input menjadi output.
Pemborosan itu sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu tipe 1 dan tipe 2. Tipe 1
produksi namun aktivitas ini tidak dapat dihindarkan karena berbagai alasan.
Sedangkan tipe 2 merupakan pemborosan yang tidak memberi nilai tambah dan
daya, yaitu material, waktu (yang berkaitan dengan tenaga kerja dan peralatan) dan
langsung maupun tidak langsung tetapi tidak menambah nilai kepada produk akhir
menyerap sumber daya dalam jumlah tertentu tetapi tidak menghasilkan nilai
tambah, seperti kesalahan yang membutuhkan pembetulan, hasil produksi yang tidak
diinginkan oleh perusahaan, proses atau pengolahan yang tidak perlu, pergerakan
tenaga kerja yang tidak berguna dan menunggu hasil akhir dari kegiatan-kegiatan
Menurut Alaca & Ceylan (2011) pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai
dengan menyediakan produk pada waktu dan jumlah yang tepat dengan kualitas
sesuai dengan harganya. Produk atau jasa yang sesuai dengan kepuasan konsumen
akan memberikan manfaat yang tersendiri bagi konsumen. Oleh karena itu, setiap
3
perusahaan berusaha untuk menyediakan produk atau jasa yang sesuai dengan
permintaan konsumen
menambah waktu dan biaya pembuatan sebuah produk namun tidak menambah nilai
pada produk mulai dari proses transformasi input menjadi output oleh karena itu
perlu dieliminasi. Menurut Khalil, Mohammed dan Abu Shabab (2013) terdapat 7
time). Semua perusahaan manufaktur yang bergerak pada industri kemasan flekesibel
Kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat
pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Salvatore,
menjalankannya maka akan berakibat pada kerugian finansial yang sangat besar,
dan Van der Stede, 2007). Oleh karena itu suatu perusahaan maupun lembaga
4
lembaganya. SPM juga pada akhirnya harus mampu untuk memonitor hasil
organisasi dan melakukan koreksi bila terjadi berbagai penyimpangan sehinga SPM
menjadi sangat berarti dan penting bagi sebuah perusahaan. Tingkat persaingan di
dunia usaha yang semakin tinggi menuntut setiap perusahaan berperan sebagai
penghasil nilai (value creator), dengan memperbaiki kinerjanya secara terus menerus
kemakmuran serta kesejahteraan para pemilik perusahaan dan stake holder. Nilai
perusahaan dapat dilihat dari harga saham dan jumlah saham yang beredar pada akhir
periode. Semakin tinggi harga saham maka akan memperbesar nilai perusahaan
(Annas, 2007). Perusahaan yang mampu bertahan dan terus berkembang akan
menyebabkan investasi menurun. Hal itu ditandai dengan penurunan harga saham
dalam Resmi (2000) mengatakan bahwa salah satu faktor penting yang
keuangan yang baik karena semakin baik kinerja keuangan berarti semakin besar
Hal ini membuat harga saham menjadi tinggi, artinya nilai perusahaan pun semakin
tinggi.
Return on asset (ROA) merupakan salah satu tolok ukur untuk menilai kinerja
Dengan ROA yang tinggi maka tingkat kepercayaan investor akan meningkat karena
dengan ROA yang semakin tinggi berarti perusahaan mampu memberikan return
yang semakin tinggi pula bagi investor. Hal itu meningkatkan minat investor untuk
melakukan investasi pada perusahaan emiten. Minat investor yang tinggi dalam
perusahaan tersebut. Permintaan saham yang tinggi akan menyebabkan harga saham
perusahaan juga semakin tinggi. Artinya nilai perusahaan pun juga semakin tinggi.
jangka panjang. Salah satu keuntungan apabila perusahaan menerapkan SPM secara
harga saham yang semakin tinggi. Dengan kinerja keuangan yang semakin baik
6
dalam memberikan return sesuai harapan investor. Disisi lain adanya pengungkapan
lebih terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan perusahaan
akan meningkatkan reaksi pasar dan ketertarikan calon investor dalam menanamkan
modalnya di perusahaan tersebut, hal ini bisa membuat harga saham yang beredar
perusahaan dengan Price to Book Value (PBV) digunakan sebagai indikator dalam
industri kemasan fleksibel tidak terlepas dari perkembangan industri lain seperti
industri farmasi (pharmaceutical), industri makanan dan minuman (food & drink),
tahun 1971 berdiri perusahaan kemasan pertama yang menjadi cikal berkembangnya
Jawa Barat pada saat itu, setelah itu berdiri perusahaan-perusahaan sejenis yang
(kemasan fleksibel) dari plastik yang saat ini sudah berjumlah 466 perusahaan yang
tersebar diseluruh Indonesia, dimana angka ini adalah angka yang terdaftar di
Tabel 1.1.
Distribusi Industri Kemasan Plastik di Indonesia
Tahun 2014
Berdasarkan Wilayah Propinsi
Wilayah Jumlah %
Kalimantan Barat 1 0,21
Kalimantan Timur 1 0,21
Lampung 2 0,43
Yogyakarta 5 1,07
Sumatera Selatan 7 1,50
Riau 9 1,93
Sumatera Utara 41 8,80
Banten 54 11,59
DKI Jakarta 56 12,02
Jawa Tengah 91 19,53
Jawa Barat 92 19,74
Jawa Timur 107 22,96
Total 466 100,00
Sumber : Kemendag RI, 2014 (data diolah)
Grafik 1.1.
Distribusi Industri Kemasan Plastik di Indonesia
Tahun 2014
Berdasarkan Wilayah Propinsi
8
Tabel 1.2.
Distribusi Industri Kemasan Plastik di Indonesia
Tahun 2014
Berdasarkan Kepulauan
Pulau Jumlah %
Jawa 405 86,91
Sumatera 59 12,66
Kalimantan 2 0,43
Total 466 100,00
Sumber : Kemendag RI, 2014 (data diolah)
Grafik 1.2.
Distribusi Industri Kemasan Plastik di Indonesia
Tahun 2014
Berdasarkan Kepulauan
asumsi umur industri kemasan plastik adalah 43 tahun (tahun 1971 industri kemasan
merupakan hambatan sekaligus tantangan agar didaerah diluar pulau Jawa dan
Sumatera masih mempunyai peluang yang besar untuk tumbuh dan berkembangnya
industri kemasan plastik ini. Dalam penelitian ini akan membahas kemasan dari
plastik yang dibuat dengan mesin rotogravure yang membentuk kemasan fleksibel
Menurut penelitian yang dilakukan oleh PT. Actual Data Niaga tahun 2010
Tabel 1.3.
Perkembangan Konsumsi (Kebutuhan) Kemasan Fleksibel Indonesia
Tahun 2007 – 2009
Berat Pertumbuhan
Tahun
(Ton) (%)
2007 534,870.00
2008 576,269.00 7.74
2009 548,236.00 (4.86)
Sumber : Depperin, 2010
Tabel 1.4.
Perkembangan Produksi Kemasan Fleksibel Indonesia
Tahun 2007 – 2009
Berat Pertumbuhan
Tahun
(Ton) (%)
2007 671,566.00
2008 684,997.00 2.00
2009 710,864.00 3.78
Sumber : Depperin, 2010
Tabel 1.5.
Perkembangan Kinerja Kemasan Plastik Indonesia
Tahun 2006 – 2010
plastik fleksibel senantiasa mengalami kenaikan dari tahun ke tahun kecuali tahun
membutuhkan kemasan ini, seperti industri makanan dan minuman (food & drink),
Selain itu isu dan tantangan utama yang mencuat pada perusahaan kemasan
fleksibel adalah bagaimana industry flexible packaging ini dapat bertahan dan
selaku pemakai product flexible packaging ini menuntut dengan product yang
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka saya tertarik dan
memandang penting untuk melakukan penelitian ini, yang kemudian penelitian ini
Peluang dan tantangan bagi industri kemasan fleksibel di Indonesia pada era
globalisasi dan menjelang perdagangan bebas asean maupun asia akan penuh dengan
persaingan, oleh karena itu diperlukan adanya strategi dan bisnis plan yang
terintegrasi disemua lini entitas bisnis dalam rangka menurunkan biaya khususnya
dilakukan secara efisien dan efektif sehingga dapat berperan dalam mengatasi waste
kemasan fleksibel di Indonesia, yang pada akhirnya akan meningkatkan profit karena
peran dan pengaruh sistem pengendalian manajemen dalam penurunan waste dan
implikasinya terhadap kinerja keuangan dengan studi kasus pada industri kemasan
fleksibel di Indonesia.
masalah, yaitu :
kemasan fleksibel ?
fleksibel ?
dengan cara dan analisa waste sebagai bagian dari biaya pada ilmu
manajemen).
13
Indonesia.
diharapkan.
2.1.1.1. Sistem
caranya dan biasanya dilakukan berulang-ulang. Sistem dibedakan menjadi dua yaitu
sistem formal dan sistem informal. Sistem formal merupakan sistem yang
kebijakan dan prosedur yang harus diikuti oleh anggota organisasi. Sedangkan sistem
informal lebih berdimensi hubungan antar pribadi yang tidak ditunjukkan dalam
Gambar 2.1.
Boundaries of Management Control
(Hubungan Umum antara Fungsi Perencanaan dan Fungsi Pengendalian)
15
sesungguhnya, dan mengambil tindakan yang diperlukan jika kinerja tidak sesuai
dengan rencana.
Pengendalian manajemen pada dasarnya terdiri dari empat buah elemen, yaitu:
1. Detektor, yaitu alat untuk mengidentifikasi apa yang sedang terjadi dalam suatu
proses.
3. Efektor, yaitu alat yang digunakan untuk mengubah sesuatu yang diperoleh dari
assesor.
4. Jaringan komunikasi, yaitu alat untuk mengirim informasi antara detektor dan
assesor.
Gambar 2.2.
Elemen-elemen Proses Kendali
16
mencapai tujuan.
a. Planning
b. Coordinating
c. Communicating
d. Evaluating
e. Deciding
f. Inflluenting
2. Pertimbangan-pertimbangan behavioral
Gambar 2.3
Kerangka Kerja untuk Penerapan Strategi
Top
Middle
Lower
Gambar 2.4
Tingkatan Manajemen
18
usaha guna mencapai tujuan organisasi, maupun tindakan untuk mengoreksi petunjuk
adalah:
1. Komunikasi
2. Motivasi
3. Evaluasi
1. Menentukan tujuan: tujuan adalah hasil akhir dari proses komunikasi. Atasan dan
berbeda dengan organisasi lainnya, maka perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan
pusat pertanggungjawaban yang terdiri dari pusat pendapatan, pusat biaya, pusat laba
collar maupun white collar. Setiap karyawan mempunyai tujuan bekerja yang
20
pada akhir memberikan akibat yang fatal misalnya kerugian finansial, hilangnya
reputasi perusahaan, dan berakhir pada kegagalan organisasi (Merchant dan van der
Stede, 2007).
Oleh karena itu SPM merupakan fungsi kritis pada sebuah organisasi
(Merchant dan Van der Stede, 2007). Alasan ini memberikan makna bahwa
dalam perusahaan pada dasarnya berkaitan dengan tekanan yang bersifat positif
pasar dan kewirausahaan telah dikenal luas sebagai kemampuan utama untuk
perubahan pasar.
21
interaktif.
dikomunikasikan oleh para manajer senior secara formal dan ditegakkan secara
sistematis untuk memberikan nilai-nilai dasar, tujuan dan arah bagi organisasi
(Simons, 1995). Sistem beliefs adalah pengendalian yang memberikan inspirasi bagi
sistem beliefs dalam penelitian ini mengacu kepada indikator yang berasal dari
Simons (1995) dan dikembangkan oleh Widener (2007), Indikator ini dipilih
(wilayah) yang bisa diterima dari aktivitas strategik untuk para partisipan organisasi
kepada konsep yang berasal dari Simons (1995) kemudian dikembangkan dan
(Simons, 1994; 2000). Indikator ini dikembangkan oleh Vandenbosch (1999) dan
digunakan oleh Henri (2006) dan diuji lagi oleh Widener (2007)
jelas informasi yang sifatnya rutin kepada para manajer tentang ukuran-ukuran
digunakan oleh manajer puncak untuk melibatkan diri mereka secara teratur dan
operasi.
diatur dan untuk memberikan kunci hasil yang diinginkan oleh kelompok
perusahaan komersial.
Merchant dan Van der Stede (2007) percaya bahwa sistem kontrol pada
Sedangkan pengendalian strategis menilai pertanyaan jika strategi yang dipilih oleh
karyawan cenderung berprilaku tepat ?" pertanyaan ini dapat dibagi menjadi
• Pertama, karyawan kami mengerti apa yang kita harapkan dari mereka.
• Kedua, mereka akan bekerja keras secara konsisten dan mencoba untuk
kultur organisasi sebagai pemoderasi hubungan antara SPM dan strategi kapabilitas
perusahaan.
dicapai dan dibandingkan dengan kinerja yang ditetapkan sebelumnya, oleh karena
itu Simons (1995; 2000) dan Henri (2006) berpendapat bahwa sistem ini dapat
memberikan tekanan negatif bagi semua pelaku perusahaan, karena sistem ini
berfokus pada kesalahan dan penyimpangan dan hasil yang dicapai perlu untuk
dibandingkan. Berdasarkan alasan tersebut, maka hal utama yang perlu dilakukan
penyesuaian.
apapun dan, karena itu, harus diberikan prioritas. Pelanggan tidak akan membeli
Misi yang baik adalah untuk menyediakan produk bebas masalah kepada
pelanggan (internal dan eksternal). Untuk melakukan ini, harus dihasilkan produk
Produk bebas cacat akan menghilangkan waste pengerjaan ulang (rework) dan
produk sisa (scrap), yang pada akhirnya mengurangi biaya produksi. Pengurangan
biaya produksi ini memungkinkan perusahaan untuk tetap kompetitif di pasar global
Cost atau biaya adalah unsur lain yang sangat penting dalam semua industri
manufaktur begitu juga dengan industri flexible packaging yang dalam proses
produksinya yang memakai metode job cost atas setiap order yang diterimanya,
sehingga penghitungan cost yang teliti, cermat dan akurat akan sangat membantu
industry flexible packaging ini. Dengan prinsip pengurangan biaya (Cost Reduction),
harga jual suatu produk ditentukan oleh pelanggan dan pasar. Selain itu, pelanggan
dan keuntungan perusahaan harus terus menghilangkan waste dan mengurangi biaya.
ditentukan dengan menggabungkan semua biaya - seperti bahan baku, tenaga kerja
Kedua formula secara matematis sama, tetapi ada perbedaan besar dalam
biaya adalah tetap; sementara Cost Reduction menganggap bahwa biaya dapat secara
produk kemasan dan lingkungan harus ada tingkatan daur ulang (daur ulang
didefinisikan sebagai penggunaan ulang, seperti wadah isi ulang, ditambah bahan
25
daur ulang, seperti cullet, limbah kertas karton, plastik, alumunium, dan lain
sebagainya).
Gambar 2.5.
Simplified Product and Packaging Waste Flow
Gambar 2.6 menunjukkan biaya dan manfaat untuk mencegah PCW sampai
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dimana lingkungan yang kita definisikan sebagai
tanah, air dan udara. Tingkat optimal limbah untuk tempat pembuangan akhir dengan
Gambar 2.6.
Optimal Disposal of Waste to Final Environments
26
yakni harus mewakili satu cara termurah mengamankan pengurangan sumber dan
daur ulang.
pengurangan limbah teknologi. A'(W) adalah fungsi biaya minimum yang terdiri dari
Gambar 2.7.
Least Cost Waste Reduce Options
dan biaya daur ulang, sehingga fungsi biaya pencegahan adalah kombinasi biaya
Hal ini membutuhkan usaha yang terus menerus pada cost reduction untuk
pemborosan (waste). Ada berbagai cara untuk menganalisis dan menerapkan cost
Salah satu tujuan dari daya saing yang kompetitif, bagaimanapun, adalah
Dalam setiap kasus, waste tidak pernah meningkatkan nilai, melainkan hanya
Fujio Cho dari Toyota, dimana sesuatu yang berlebih diluar kebutuhan minimum atas
peralatan, bahan, komponen, tempat, dan waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk
berfokus pada penghapusan tujuh jenis utama dari waste (pemborosan) yang
Berikut ini adalah contoh dari pemborosan yang diakibatkan oleh kelebihan
produksi:
Peningkatan stok dan peningkatan jam tenaga kerja untuk kontrol stok
Waktu adalah sumber daya yang terbatas. Dalam dunia manufaktur, waktu
adalah uang. Menunggu yang diakibatkan dari kerusakan, giliran, penundaan, tata
letak yang buruk, atau urutan pekerjaan; harus dihilangkan. Preventive Maintenance
dan changeovers yang cepat sangat penting untuk daya saing global. Mengurangi
waktu siklus dengan menghilangkan menunggu dalam urutan kerja juga dapat
Conveyance (pengangkutan/tranportasi)
Layout tidak efisien dan hasil desain fasilitas dalam mengangkut parts,
material dan orang-orang adalah permasalahan terkait pengangkutan hal ini terjadi
karena perencanaan yang buruk. Material harus maju dari satu sel atau posisi ke
pengiriman harus dekat dengan proses akhir. Tim kerja dan unit pendukung harus
Over processing adalah sesuatu yang sia-sia sebagaimana proses yang tidak
melakukan processing yang sesuai tanpa menghabiskan lebih banyak waktu atau
Inventory (persediaan)
Aliran kerja kontinyu melalui setiap proses memastikan bahwa jumlah kelebihan
30
Motion (gerak)
Wasted motion mencakup waktu dan energi. Idealnya semua gerakan atau
tindakan yang tidak perlu dieliminasi dari proses kerja. Wasted motion sering
Proses kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga item diposisikan dekat
satu sama lain. Jumlah aktivitas yang tidak perlu untuk mengubah, mengangkat dan
adalah untuk memastikan bahwa semua aktivitas menambah nilai pada produk.
semua pekerjaan memberikan nilai tambah ini berarti kita membangun keamanan
Waste akibat koreksi adalah hasil dari kualitas internal yang buruk.
Waste karena item sisa/cacat (scrap) juga merupakan hasil dari kualitas
internal yang buruk. Bila suatu item tersisa, dampaknya akan dirasakan di berbagai
bidang.
Ada banyak tools yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mereduksi
pemborosan (waste) pada proses produksi agar perusahaan dapat menghemat sumber
daya bahan baku, waktu dan energi sehingga terjadi peningkatan efisiensi, dapat
produk atau jasa agar memberikan nilai kepada pelanggan. Lean Manufacturing
pemborosan (waste). dan lain tools yang digunakan misalnya value stream mapping
(VSM) serta tools Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) untuk menganalisis
untuk itu kinerja perusahaan yang baik menunjukkan kesuksesan dan efisiensi
Kinerja perusahaan terkait dengan informasi yang akan diperoleh, agar dapat
prestasi kerja suatu perusahaan di bidang keuangan. Kinerja keuangan juga dapat
diartikan sebagai prestasi yang telah diwujudkan melalui kerja yang telah dilakukan
dan dituangkan dalam laporan keuangan serta dapat digunakan sebagai tolok ukur
2007). Menurut Hanafi dan Halim (1996), kinerja keuangan berarti kondisi keuangan
perusahaan pada periode waktu tertentu yang berbeda dari kondisi sebelumnya,
dimana kinerja ini diukur dengan rasio keuangan yang terdiri dari likuiditas,
lebih besar (Husnan, 1998 dalam Ana, 2006). Untuk memahami kinerja keuangan
sumberdaya strategisnya dengan baik, maka perusahaan itu diyakini mampu untuk
menciptakan suatu nilai tambah dan keunggulan kompetitif yang nantinya akan
langsung dan positif dengan kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh
Henri (2006) dan Widener (2007) tidak melakukan pengujian hubungan langsung
SPM dengan kinerja perusahaan. Penelitian ini menduga bahwa SPM memiliki
pengaruh langsung dengan kinerja perusahaan. Untuk itu penelitian ini juga akan
keuangan.
dalam Resmi (2000) mengatakan bahwa salah satu faktor penting yang
keuangan yang baik karena semakin baik kinerja keuangan berarti semakin besar
Hal ini membuat harga saham menjadi tinggi, artinya nilai perusahaanpun semakin
tinggi.
Menurut Penman (1991) dalam Ulupui (2006), kinerja keungan dapat diukur
dengan beberapa indikator antara lain current ratio (CR), debt to equity ratio (DER),
34
rasio total assets turnover (ATO), return on investment (ROI), dan return on equity
(ROE).
Rasio lancar adalah ukuran dari likuiditas jangka pendek. Rasio lancar
perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Bagi perusahaan, rasio
menunjukkan penggunaan kas dan aset jangka pendek secara tidak efisien (Ross,
membayar belum tentu mampu memenuhi segala kewajiban keuangan yang harus
Debt to Equity Ratio (DER) atau rasio hutang atas modal adalah
hutang kepada pihak luar. Sawir (2001:13) menyatakan bahwa debt to equity ratio
berupa asset.
Semakin tinggi rasio ini semakin efisien penggunaan asset dan semakin
cepat pengembalian dana dalam bentuk kas (Abdul Halim, 2007). Total Assets
35
Turnover sendiri merupakan rasio antara penjualan dengan total aktiva yang
ekuitas yang jumlahnya dinyatakan sebagai suatu parameter dan diperoleh atas
investasi dalam saham biasa perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu.
Menurut Robert Ang (1997), bahwa menggunakan modal sendiri untuk untuk
oleh besarnya laba yang diperoleh perusahaan, semakin tinggi laba yang diperoleh
Untuk mengukur kinerja keuangan perlu adanya alat yang dapat melihat sejauh
mana kinerja keuangan terbentuk dan dapat diukur, untuk itu alat yang dapat dipakai
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
kepada pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, baik pihak internal maupun
masyarakat.
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Manfaat laporan
keuangan tersebut menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis
lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan (Penman, 1991 dalam Ulupui 2006).
pengambilan keputusan. Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari 3 jenis, yaitu :
mengenai kondisi perusahaan tetapi karena sifatnya menyeluruh dan general purpose
maka kedalaman informasi itu berkurang. Apalagi diketahui sifat-sifat akuntansi itu
sendiri. Untuk tidak terjebak dalam masalah ini, di samping agar bisa menggali
yang disajikan oleh laporan keuangan. Analisis ini dapat menggali dan
mengungkapkan berbagai hal yang tersembunyi dalam laporan keuangan biasa. Hasil
laporan keuangan ini menjadi sangat bermanfaat bagi manajemen dan investor. Jika
analisis keuangan merupakan upaya mencari hubungan antara berbagai pos yang ada
dalam laporan keuangan perusahaan, maka dalam kegiatan ini kita perlu memilik
teknik dan metodenya. (Sofyan, 2006). Analisis laporan keuangan suatu perusahaan
tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis laporan keuangan
juga penting dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan.
perusahaan di masa yang lalu, dan juga untuk bahan pertimbangan dalam menyusun
rencana perusahaan kedepan. Salah satu cara memperoleh informasi yang bermanfaat
dari laporan keuangan perusahaan adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan.
(Sudana, 2011).
penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam
organisasi. Suatu anggaran operasi biasanya meliputi waktu satu tahun dan
dengan jumlah nonmoneter (contoh : unit yang terjual atau diproduksi, tingkat
5) Usulan anggaran ditinjau dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi
jumlah yang menjadi wewenang mereka untuk digunakan dan untuk informasi
menjadi dasar adalah apa yang menjadi target dari suatu perusahaan, misalnya : nilai
39
sales sebesar 120 milyar setahun dan perbulan menjadi 10 milyar (120 milyar / 12
bulan = 10 milyar), tingkat material cost sebesar 70% per bulan dari sales netto,
waste sebesar 12% per bulan dari proses produksi yang dikerjakan dan lain
sebagainya.
Terkait dengan waste, maka waste merupakan selisih antara material yang
keluar dari gudang (dipakai) dikurangi dengan barang jadi (finish goods) dibagi
dengan material yang keluar (terpakai), secara formula dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Dimana :
W = Waste,
Contoh :
sejumlah 8.750 m2, maka wastenya adalah : 12,5% dengan perhitungan sebagai
berikut:
Dari hasil waste tersebut, apabila perusahaan menetapkan target waste (budget)
sebesar 12%, maka waste tersebut berada diatas target yang artinya performance
(kinerja kurang bagus), karena terdapat peningkatan biaya (increasing cost) sebesar
kenapa bisa terjadi selisih (varians) yang menyebabkan waste lebih tinggi dari yang
40
ditargetkan. Apakah hal ini terjadi karena kurang kontrolnya, ada prosedur dan
Anggaran merupakan komitmen, oleh karena itu anggaran menjadi tolok ukur
titik awal yang terbaik dalam menilai kinerja meskipun terkadang asumsi-asumsi
keuangan terdiri dari beberapa rasio. Setiap rasio memiliki tujuan, kegunaan dan
perusahaan dalam mengelola persediaan bahan mentah, barang dalam proses, dan
barang jadi serta kebijakan manajemen dalam mengelola aktiva lainnya dan
rugi, khususnya penjualan, dengan unsur-unsur yang ada pada neraca, khususnya
41
unsur-unsur aktiva. Rasio aktivitas ini diukur dengan istilah perputaran unsur-
Total Asset Turnover (TATO) mengukur perputaran dari semua aset yang
Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukan laba
dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukan laba dalam
dengan penjualan bersih atau rasio antara laba kotor dengan penjualan bersih.
dengan penjualan.
jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang
efisiensi manajemen. Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang
Semakin kecil (rendah) rasio ini semakin tidak baik, demikian pula
sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas dari dari
Di era perdagangan bebas dewasa ini, industri pengemasan sebagai salah satu
pilar penting industri nasional, harus siap untuk terjun di pasar global, tidak sekedar
43
berorientasi dosmistik semata. Untuk itu kalangan industri harus dapat meningkatkan
untuk mewadahi dan melindungi produk yang dihasilkan oleh industri manufaktur
atau industri jasa lain, juga berfungsi sebagai alat untuk mengkomunikasikan produk
kepada pelanggan. Kemasan yang baik dapat meningkatkan nilai tambah suatu
kemasan. Peningkatan ini juga didorong oleh tumbuhnya sektor ritel berbagai
pangan yang dikemas. Pengemasan melindungi produk dari kerusakan fisik, kimia
dan biologi. Kontaminasi fisik, kimia dan biologi dapat diminimalkan dengan
pengemasan yang baik. Pengemasan melindungi produk dari lingkungan luar. Uap
air dan oksigen dari lingkungan luar yang kontak dengan produk pangan umumnya
dapat menyebabkan kerusakan produk terutama produk kering dan produk yang
masyarakat umum. Apabila produk kemasan fleksibel tidak baik, bukan saja
(pemakai) dan juga perusahaan kemasan fleksibel itu sendiri, dimana selain barang
yang dibuat akan di retur, besar kemungkinan pelanggan akan meminta ganti rugi
44
atas cacatnya produk kemasan yang dipesan, terkadang ganti rugi itu sendirinya
nilainya bisa jauh lebih besar dari harga produk kemasan itu sendiri sehingga
penurunan kinerja keuangan yang pada akhirnya bisa membuat perusahaan keluar
pesanan (job order cost) sehingga yang menjadi skala prioritas adalah keinginan dan
kepuasan pelanggan. Oleh karena itu proses produksi yang dilakukan harus seefektif
dan seefisien mungkin guna menghindari waste dan complaint dari pelanggan. Untuk
itu perlu dilakukan penerapan sistem pengendalian manajemen yang baik agar profit
dapat terjaga bahkan meningkat sehingga kinerja keuangan menjadi lebih baik.
perkembangan industri didalam dan diluar negeri. Selain itu perkembangan ekspor -
impor Industri Kemasan Fleksibel (Plastik) Indonesia menurut data BPS (Biro Pusat
sebagai berikut :
Tabel 2.1.
Perkembangan Ekspor Industri Kemasan Fleksibel Indonesia
Tahun 2007 – 2009
Tabel 2.2.
Perkembangan Impor Industri Kemasan Fleksibel Indonesia
Tahun 2007 – 2009
Tabel 2.3.
Perkembangan Impor Kemasan Plastik Indonesia
Tahun 2007 – 2011
Jumlah Pertumbuhan
Tahun
(USD$) (%)
2007 526.536.075
2008 1.155.442.989 119,44
2009 1.034.028.601 (10,51)
2010 1.525.087.446 47,49
2011 1.860.277.638 21,98
1. Perusahaan yang menghasilkan product berupa bahan baku utama dalam proses
kemasan fleksibel
Tabel 2.4.
Perusahan yang memproduksi bahan baku flexible packaging
Tabel 2.5.
Perusahaan yang menghasilkan produk kemasan fleksibel
Tabel 2.6.
Perusahaan yang menyediakan mesin untuk produk industry kemasan
Tabel 2.7.
Perusahaan Luar Negeri yang menjadi pemain dalam industri kemasan
dan kinerja keuangan dapat dilihat pada tabel. 2.8 berikut ini :
Tabel 2.8.
Penelitian Terdahulu
Nama dan
Perbedaan dengan
No. Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian ini
Penelitian
1. Imelda Lidia, Peranan Sistem Terdapat hubungan yang Sama-sama berfokus
(2010) Pengendalian Manajemen positif antara SPM dengan pada SPM hanya saja
(SPM) dalam menunjang Efektivitas biaya produksi penelitian terdahulu
Efektivitas Biaya Produksi SPM tersebut
dimaksudkan untuk
menunjang efektivitas
Biaya Produksi
sedangkan dalam
penelitian ini untuk
Penurunan Waste
(Waste Reduce)
walaupun pada
dasarnya waste itu
sendiri adalah bagian
dari biaya produksi.
Selain itu dalam
pnelitian ini dikaitkan
dengan kinerja
keuangan.
6. Lilis Lianatus Pengurangan Waste pada Konsep Lean Six Sigma Perbedaan terletak
Solikhah, Proses Produksi Pupuk berpengaruh signifikan pada metode
(2011) Phonska dengan dalam menghilangkan pendekatan, dimana
50
8. Khalil A. El- Seven wastes elimination Terdapat pengaruh yang Perbedaan terletak
Namrouty, targeted by lean signifikan (positif) dari pada metode
Mohammed S. manufacturing studi kasus lean manufacturing pendekatan, dimana
Abu Shaaban , pada perusahaan terhadap biaya produksi dalam penelitian ini
(2013) manufaktur di Jalur Gaza. pada perusahaan memakai Sistem
manufaktur di Jalur Gaza. Pengendalian
Manajemen (SPM)
dalam rangka reduce
waste serta
implikasinya tehadap
kinerja keuangan
sedangkan penelitian
sebelumnya memakai
Lean Manufaktur
untuk reduce waste
(Seven wastes
elimination) dalam
rangka meminimaze
biaya produksi.
51
10. Rahmawati Identifikasi Waste pada 7 waste dipengaruhi oleh Perbedaan terletak
(2011) Whole Stream Perusahaan factor-faktor : Material, pada metode
Rokok di PT. X16. man, machine, method dan pendekatan, dimana
environmen dalam penelitian ini
memakai Sistem
Pengendalian
Manajemen (SPM)
dalam rangka reduce
waste serta
implikasinya tehadap
kinerja keuangan
sedangkan penelitian
sebelumnya memakai
pendekatan 4M1E
Untuk mencari factor
dominan dalam 7
waste pada perusahaan
rokok.
produksi (Imelda Lidia, 2010), selain itu juga Penerapan SPM yang baik dapat
nmeningkatkan efisiensi dan kualitas kinerja yang lebih tinggi (Joanna L. Ho,
Cheng-Jen Huang and Anne Wuc, 2011). Hal tersebut penting karena dengan
efektif, efisien dan peningkatan kualitas kerja akan dapat menurunkan waste
52
sehingga pada akhirnya akan menurunkan cost (cost reduce), penurunan cost ini akan
berdampak pada peningkatan profit yang mana pada akhirnya akan membuat kinerja
keuangan lebih baik lagi (Kariyawasam A.H.N. and Dr. Low L. T., Kevin, 2014).
karena itu penyebab dari waste harus dikenali dan diperhatikan agar lebih mudah
untuk mengontrol dan mengatisipasinya, untuk waste ini sendiri dikenal dengan
overprocessing, motion, waiting dan defect (Khalil, Moha mmed dan Abu Shabab,
(Mahama,2006). Oleh karena itu SPM memiliki pengaruh langsung dengan kinerja
Dari uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa peranan SPM dalam
menurunkan waste dapat berimplikasi pada kinerja keuangan suatu perusahaan yang
artinya semakin besar peranan SPM terhadap waste, maka semakin besar pula
pengaruhnya pada kinerja perusahaan, untuk lebih jelasnya kerangka pikir tersebut
Gambar 2.8.
Kerangka Pemikiran
efisien, karena itu apabila waste ingin ditekan serendah mungkin maka suatu
efisien berarti telah mengurangi bahkan mencegah timbulnya waste karenanya perlu
diterapkan sistem dan prosedur yang baik, dimana semua itu bisa dilakukan dengan
bahwa penerapan SPM dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas kinerja yang lebih
tinggi dan hasil secara keseluruhan mendukung argumen bahwa sistem kontrol yang
ketat dapat digunakan untuk mencapai efisiensi dan kualitas kinerja yang pada
Waste.
Penelitian yang dilakukan oleh Kariyawasam A.H.N. and Dr. Low L. T., Kevin
manufaktur di Sri Lanka. Data yang diperoleh dari kuesioner, wawancara dengan
rasio keuangan serta alat statistik. Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa SPM
penelitian ini mendukung temuan Bloom et al (2011) dan Ho, Huang, & Wu (2011)
bahwa kontrol manajemen (SPM) memiliki dampak positif pada kinerja keuangan
suatu organisasi.
hubungan yang positif antara SPM dengan efektivitas biaya produksi, oleh karena itu
proses SPM secara priodik agar dapat meningkatkan efektifitas biaya produksi
sehingga profit perusahaan akan meningkat dan pada akhirnya kinerja keuangan akan
Kinerja Keuangan.
Waste merupakan segala aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah
dalam proses transformasi input menjadi output sepanjang value stream (Gaspersz,
2007). Di dalam lean manufacturing, waste harus dieliminasi pada setiap area
produksi yang mencakup value stream dalam pembuatan produk dalam sebuah
produk dan waktu untuk memenuhi permintaan pelanggan untuk mencapai produk
Shaaban (2013) dan Shigeo Shingo (Hines, Peter, and Taylor, 2000) yaitu
(waiting time), dan produk yang cacat (defect). Waktu menunggu yang terjadi
diakibatkan adanya suatu part sudah siap untuk di kerjakan, namun mesin yang akan
yang lain, hal ini akan meningkatkan work in process (WIP) dan akhirnya
56
produk mengalami kegagalan proses produksinya. Dengan kata lain waste yang besar
akan mengakibatkan biaya besar sehingga profit menurun begitu sebaliknya waste
rendah akan meningkatkan profit, sehingga keberadaan waste perlu dikendalikan dan
dikontrol sebaik mungkin karena jika tidak dikontrol, maka akan berdampak buruk
pada kinerja keuangan suatu perusahaan. Dari uraian tersebut dapat dirumuskan
hipotesa.
Keuangan
Dari uraian hipotesa 1 sampai dengan hipotesa 3 diatas, jelas bahwa sistem
pengendalian manajemen (SPM) dan waste mempunyai peran yang sangat besar
(signifikan) terhadap baik buruknya kinerja keuangan suatu perusahaan. Dengan kata
lain apabila perusahaan tidak menerapkan atau kurang konsisten dalam menerapkan
yang akan menanggung akibatnya yang bisa mendatangkan kerugian bahkan bisa
Dari kerangka berpikir dan uraian tersebut diatas, maka dapat disusun
Waste.
57
Kinerja Keuangan
Gambar 2.9.
Paradigma Penelititian
BAB III
METODOLOGI
data kuantitatif dari hasil questioner (angket) yang diberikan kepada responden pada
dianalisa dengan menggunakan alat analistik statistik pada program SPSS versi 20.0,
kausalitas untuk melihat hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan dalam
penelitian ini merupakan hubungan kausal yaitu sebab akibat, dimana ada variabel
eksogen (bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel endogen (terikat) yaitu
kemasan plastik dengan metode rotogravure dan yang berada di pulau jawa dan
berbentuk badan usaha perseroaan terbatas (PT) dengan alasan sudah mewakili
bentuk usaha perseroan terbatas akan lebih relevan jika dibandingan dengan
industri kemasan plastik yang berada di pulau jawa yang berbentuk badan usaha
59
perseroan terbatas (PT) sebanyak 195 (82,63%) dari seluruh populasi sebanyak 236
(100%).
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan yang berbentuk
PT yang proses produksinya membuat bahan kemasan fleksibel yang berbahan dasar
plastik (film), karena kemasan yang fleksibel hanya bisa diolah oleh bahan dasar
plastik yang dipergunakan untuk mencetak atau film dari design yang dipesan oleh
pelanggan sedangkan maksud fleksibel disini adalah mudah dibawa, disimpan dan
dikemas atas produk tersebut yang nanti akan dipakai oleh pelanggan sebagai wadah
atas produk mereka masing-masing selain itu juga dipakai bahan lapis kedua yang
berbentuk alumunium foil yang berguna sebagai wada untuk mengawetkan dan
strerilisasi atas produk pelanggan yang rentan akan kondisi luar seperti obat-obatan.
Alumunium foil ini juga untuk mempermudah menyobek kemasan pada strip wadah
Bahan dasar plastik ini berguna untuk menggambarkan huruf, symbol, angka
dan sebagainya sehingga untuk produk yang membutuhkan spesifikasi data dan
ketentuan tertentu akan lebih mudah disampaikan dalam produk tersebut, terutama
untuk produk yang mengandung kandungan bahan kimia tertentu. Proses pencetakan
Sampel yang akan diambil minimal 100 sampel dari populasi, menurut
Produk, Daya Tarik Promosi Dan Harga Terhadap Minat Beli Konsumen Pada
Produk Star one”). Dimana ukuran sampel yang sesuai antara 100 - 200. Bila ukuran
sample terlalu besar maka metode menjadi sangat sensitive sehingga sulit untuk
terhadap responden yaitu perusahaan kemasan fleksibel yang berbentuk badan usaha
perseroan (PT) dan tergabung dalam industri kemasan plastik yang berada di
tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010:11). Dan untuk mengukur
(2010:132) skala linkert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala linkert
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator teserbut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen
yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Dalam skala linkert jawaban yang
dikumpulkan dapat berupa pernyataan positif maupun negatif untuk setiap item
Tabel 3.1.
Skala Linkert Pertanyaan (Pernyataan) Positif dan Negatif
Keterangan :
dikatakan dalam kategori tertentu sesuai dengan nilai rata-rata jawaban dari
kuesioner yang telah diisi oleh responden kemudian dianalisis dalam deskripsi data
keuangan.
Sedangkan untuk data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-
sumber lain, seperti data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian
62
1. Variabel eksogen
Variabel-variabel eksogen dalam model jalur ialah semua variabel yang tidak
& Suhayati, 2010). Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel eksogen adalah:
2. Variabel endogen
Variabel endogen adalah variabel yang mempunyai anak panah menuju kearah
perantara endogen mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya dan dari
arah variabel tersebut dalam suatu model diagram jalur, yang dijadikan variabel
variabel tergantung (terikat) adalah kinerja keuangan (Z), (Sarwono & Suhayati,
2010).
63
Waste adalah pemborosan yang terjadi dalam semua aktivitas proses produksi yang
dan evaluasi kinerja. Sedangkan kinerja keuangan merupakan hasil akhir dari suatu
aktivitas dimana waste dan sistem pengendalian manajemen dikaitkan dengan cost
dan profit yang merupakan unsur utama dalam kinerja keuangan. Untuk lebih jelas
Tabel 3.2.
Operasional Vaiabel
No.
No. Variabel Notasi Dimensi Indikator Skala
Kuesioner
No.
No. Variabel Notasi Dimensi Indikator Skala
Kuesioner
(Joanna L. Ho,
Cheng-Jen Huang DynamicTension 1. Konsistensi 33, 34
and Anne Wuc, dan Behavioral internal
2011) 2. Proses 35, 36
Pembelajaran
(Anthony and 3. Penekanan dan 37, 38
Govindarajan motivasi
2011)
(Hamed, 2010)
(Mundy, 2010)
1. Waste (Y)
Waste adalah salah satu indikator yang dapat mengukur atas prestasi dan
besar kecilnya profit (keuntungan) yang diterima oleh suatu perusahaan karena
waste Itu sendiri pada hakekatnya adalah unsur dari biaya. Semakin kecil biaya
semakin besar biaya maka semakin kecil keuntungan bagi perusahaan bahkan bisa
Waste tidak bisa dihilangkan atau dihindari, oleh karena itu waste perlu di
material (bahan baku dan pembantu), method (SOP) dan terakhir environment
Dengan penerapan SPM yang baik dan konsisten diharapkan SPM dapat
mungkin, waste yang rendah akan berdampak pada COGS sehingga profit akan
bertambah yang pada akhirnya akan berdampak pada kinerja keuangan yang
semakin baik.
Toyota, dimana sesuatu yang lebih dari kebutuhan minimum atas peralatan,
bahan, komponen, tempat, dan waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk proses
pada penghapusan tujuh jenis utama dari waste (pemborosan) yang ditemukan
oleh Toyota (Kiyoshi, 2001:12) dan diuraikan lebih lanjut oleh Khalil A. El-
produksi).
organisasi (Merchant dan Van der Stede, 2007). Alasan ini memberikan makna
sehingga sangat fatal bagi perusahaan. SPM digunakan untuk mengelola tekanan
antara penciptaan inovasi dan pencapaian tujuan yang dapat diprediksikan dan
tekanan yang bersifat positif maupun negatif. Henri (2006) dalam penelitiannya
SPM penting untuk pengendalian formal dan sistem umpan balik yang
Oleh karena itu, banyak riset telah membuktikan bahwa SPM dijadikan sebagai
isu sentral dalam riset akuntansi manajemen (Harrison dan McKinnon, 1999;
Henri, 2006; Simons, 1995). Dengan demikian, SPM perlu dijalankan dengan
maka akan berakibat pada kerugian finansial yang sangat besar, rusaknya
melalui kerja yang telah dilakukan dan dituangkan dalam laporan keuangan serta
apabila investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan
Return on asset (ROA) merupakan salah satu tolok ukur untuk menilai
Dengan ROA yang tinggi maka tingkat kepercayaan investor kan meningkat
karena dengan ROA yang semakin tinggi berarti perusahaan mampu memberikan
return yang semakin tinggi pula bagi investor. Hal itu meningkatkan minat
68
investor untuk melakukan investasi pada perusahaan emiten. Minat investor yang
harga saham perusahaan juga semakin tinggi. Artinya nilai perusahaan pun juga
semakin tinggi.
pengaruh antara variabel yang menjadi fokus penelitian ini secara keseluruhan
manajemen dan variabel intervening yaitu waste. sehingga teknik analisis yang dapat
menggunakan program aplikasi SPSS versi 20.0 untuk membantu penelitian ini
variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung
variabel endogen (kinerja keuangan). Model path analysis yang dibicarakan adalah
berdasarkan konsep dan teori. Model tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan sehingga membentuk sistem persamaan. Sistem persamaan ini ada yang
menamakan sistem persamaan simultan atau juga ada yang menyebut model
penelitian serta berbasis teori dan konsep, maka dinamakan model hipotetik.
konsep dari persamaan struktural dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.1.
Diagram Jalur Mengenai
Peran Sistem Pengendalian Manajemen dan Waste
terhadap Kinerja Keuangan.
70
Keterangan:
Y: adalah waste
1. Di dalam model analisis jalur, hubungan antara variabel adalah linier dan aditif.
Uji lineritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip parsimony yaitu
berbentuk linier.
71
2. Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran kausal
ke satu arah, sedangkan pada model yang mengandung kausal resiprokal tidak
kesalahan model. Terdapat indikator validitas model di dalam analisis jalur, yaitu
Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan:
………………………………………………………………3.6
Pei = yang merupakan standard error of estimate dari model regresi dihitung dengan
rumus:
…………………………………………………………………….3.7
koefisien path. Perhitungan koefisien pada gambar diagram jalur. Di dalam analsis
jalur disamping ada pengaruh langsung juga terdapat pengaruh tidak langsung dan
koefisien beta dari variabel yang dilalui. Pengaruh total dihitung dengan
Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel
deskripsi antara lain berupa frekuensi, tendensi sentral (mean, median, modus),
dispersi (deviasi standard dan varian) dan koefisien korelasi antar variabel penelitian
Uji statistik dalam analisis deskriftif adalah bertujuan untuk menguji hipotesis
2013:126).
Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan uji One Sample Kolmogorof
Smirnov atau uji Shapiro Wilk. Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data
itu berdistribusi normal atau tidak. Normal atau tidaknya suatu data akan
menentukan jenis pengujian hipotesis yang akan dilakukan (Nirma Widiyana, 2009).
73
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal dan juga harus bebas dari asumsi klasik (multikolinearitas,
dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
1) Jika data menyebar disekitar diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan / tidak mengikuti arah garis
b. Uji Heteroskesdastisitas
lain (Ghozali, 2005). Jika varian dari residual dari suatu pengamatan ke
mendeteksinya dapat dilihat pada gambar grafik scatter plot , apabila ada pola-
pola tertentu seperti titik- titik yang ada membentuk pola teratur, maka terjadi
heteroskesdastisitas. Sebaliknya apabila tidak ada pola yang jelas serta titik titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskesdastisitas.
74
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel
bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya atau suatu variabel bebas
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas atau independen (Ghozali, 2005). Ada beberapa teknik yang dapat
Apabila nilai VIF (Variance Inflation Factor) adalah lebih besar dari 10,
maka ada korelasi yang tinggi diantara variabel independen atau dapat dikatakan
terjadi multikolinier sedangkan jika VIF kurang dari 10 maka dapat diartikan
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan apakah dalam model regresi linier ada korelasi
periode t-1 (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi
dalam model regresi linier bisa dilakukan dengan pendeteksian dengan percobaan
Durbin-Watson (Uji DW) dengan ketentuan jika angka D-W diantara -2 sampai
menggunakan program SPSS. Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji
3.6.1. Pengujian Hipotesis 1 terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat dilakukan
Sedangkan Uji F dikenal dengan Uji serentak atau uji Model/Uji Anova, yaitu
uji untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya secara bersama-
sama terhadap variabel terikatnya. Atau untuk menguji apakah model regresi yang di
buat baik (signifikan) atau tidak baik/non signifikan. Jika model signifikan maka
F hitung > dari F tabel, (Ho di tolak Ha diterima) maka model signifikan atau bisa
dilihat dalam kolom signifikansi pada Anova. Model signifikan selama kolom
signifikansi (%) < Alpha. Dan sebaliknya jika F hitung < F tabel, maka model tidak
signifikan, hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi (%) akan lebih besar dari
alpha.
hubungan antara variabel X dalam hal ini SPM (sistem pengendalian manajemen)
Jika niai Sig < 0,05 maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat.
Jika nilai Sig > 0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat.
Jika t hitung < t tabel Ho diterima dan Ha ditolak atau tidak signifikan.
Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima atau signifikan.
76
dalam hal ini sistem pengendalian manajemen terhadap variabel perantara Y dalam
langkahnya adalah :
Ho : β1 = 0
Ha : β1 ≠ 0
dalam hal ini sistem pengendalian manajemen terhadap variabel terikat Z dalam hal
langkahnya adalah :
Ho : β1 = 0
Ha : β1 ≠ 0
dalam hal ini waste terhadap variabel terikat Z dalam hal ini kinerja keuangan.
Langkah-langkahnya adalah :
Ho : β1 = 0
Ha : β1 ≠ 0
variabel bebas X dalam hal ini sistem pengendalian manajemen dan variabel
intervening Y dalam hal ini waste terhadap variabel terikat Z dalam hal ini kinerja
keuangan.
Kemasan fleksibel baik yang berbahan dasar plastik film maupun yang
dikombinasi dengan alumunium foil saat ini mendominasi industri makanan dan
obatan di Indonesia, menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini
disebabkan karena kelebihan dari kemasan plastik film dan alumunium foil yaitu
ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi, tidak karatan dan bersifat
termoplastis (heat seal), dapat diberi warna dan harganya yang murah.
Dengan perkembangan dunia ilmu dan teknologi pengemasan saat ini banyak
digunakan plastik film untuk menunjang keperluan industri, baik dalam lembaran
pembungkus, kantong, karung, botol dan sebagainya. Kelebihan plastik dari bahan-
bahan kemasan yang lainnya diantaranya adalah : harganya relatif murah, dapat
dibentuk berbagai rupa, warna dan bentuk relatif lebih di sukai konsumen,
umumnya tidak tahan terhadap temperatur tinggi. Dulu plastik dibuat dari bahan
dasar minyak, arang dan gas. Kemudian berkembang pesat sehingga memungkinkan
plastik yang kita inginkan dengan cara kopolimer, laminasi dan ektruksi. Plastik yang
sering digunakan dewasa ini adalah plastik yang tipis yang fleksibel (fleksibel film)
termasuk bahan-bahan yang terbuat dari almunium foil, selulosa yang diregenerasi
dan sekolompok polimer organik. Masing- masing dapat dibentuk dalam ukuran,
komposisi kimia, struktur fisik dan sifat-sifat lain yang berbeda-beda. Plastik tipis
81
yang bersifat fleksibel (flexible films) ini mempunyai perbedaan dalam ketahanan
terhadap asam, basa, lemak dan minyak serta pelarut organik. Juga mempunyai sifat-
sifat yang berbeda dalam daya tembusnya terhadap gas seperti nitrogen, oksigen,
merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena pengemasan
Dalam dunia moderen seperti sekarang ini, masalah kemasan menjadi bagian
pangan. Sejalan dengan itu pengemasan telah berkembang dengan pesat menjadi
Ruang lingkup bidang pengemasan saat ini juga sudah semakin luas, dari
mulai bahan yang sangat bervariasi hingga model atau bentuk dan teknologi
pengemasan yang semakin canggih dan menarik. Bahan kemasan yang digunakan
bervariasi dari bahan kertas, plastik, gelas, logam, fiber hingga bahan-bahan yang
goni, kain, kulit kayu, daun-daunan dan pelepah dan bahkan sampai barang-barang
bekas seperti koran dan plastik bekas yang tidak etis dan hiegenis juga digunakan
sebagai bahan pengemas produk pangan. Bentuk dan teknologi kemasan juga
bervariasi dari kemasan botol, kaleng, tetrapak, corrugated box, kemasan vakum,
kemasan aseptik, kaleng bertekanan, kemasan tabung hingga kemasan aktif dan
82
teh dalam kantong plastik, nasi bungkus dalam daun pisang, sekarang juga sudah
berkembang menjadi kotak- kotak katering sampai minuman anggur dalam botol dan
perusahaan-perusahaan besar yang bergerak dalam usaha produksi bahan atau produk
pengemas seperti kaleng (American Can Co), karton (Pulp and Paper Co), plastik
Combibloc), gelas, kertas lapis, kertas alumunium dan lain-lain yang produknya
diekspor ke berbagai belahan dunia. Industri lain yang berkaitan dengan pengemasan
adalah industri penutup kemasan seperti penutup botol (Bericap), industri sealer
pengemas alumunium foil, cellophane film dan berikut pencetakannya. Disamping itu
perusahaan ini merupakan perusahaan kedua setelah Perum Peruri (salah satu
Asing (PMA) berasal dari Jepang dan dengan penguasaan teknologi yang sudah
tinggi kemudian disusul oleh perusahaan-perusahaan sejenis, dari dalam dan luar
83
negeri yang pada akhirnya membentuk industri kemasan fleksibel itu sendiri di
Indonesia.
diantara karyawan dan perusahaan. Demikian juga halnya dengan perusahaan yang
bergerak dibidang kemasan fleksibel dalam rangka mencapai tujuan perusahaan telah
pengaturan tugas, (job description), wewenang serta tanggung jawab dari karyawan
perusahaan.
secara langsung dari direktur ke manajer dan kemudian terus kepada karyawan-
karyawan dibawahnya. Atau dengan kata lain tanggung jawab atas kegiatan-kegiatan
dari tiap-tiap bagian dilaporkan kepada direktur. Dalam struktur organisasi garis,
pimpinan atau direksi. Direksi membawahi lima manajer yaitu : Marketing Manager
Gambar 4.1.
Struktur Organisasi Perusahaan Kemasan Fleksibel
diangkut dan dipasarkan. Secara umum fungsi pengemasan pada bahan pangan
adalah :
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada
kemasan.
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, Melindungi pengaruh buruk dari produk di
dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam,
atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat
menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-
plastik.
dalam industri yang memakai produk kemasan, yaitu : pengenal jatidiri (identitas)
produk, penghias produk, piranti monitor, pedia promosi, media penyuluhan atau
petunjuk cara penggunaan dan manfaat produk yang ada di dalamnya, bagi
86
konsumen kemasan dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang isi (produk),
dan ini diperlukan dalam mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau
tidak.
Biaya pengemasan utama sekitar 10 - 15% dari biaya produk dan biaya
setelah dipakai. Contoh bungkus plastik untuk es, permen, bungkus dari daun-
c. Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh konsumen
misalnya botol untuk tempat air minum dirumah, kaleng susu untuk tempat
gula, kaleng biskuit untuk tempat kerupuk, wadah jam untuk merica dan lain-
tingkat toksikasi.
kemasan) :
dalam kaleng, kotak kayu untuk buah yang dibungkus, keranjang tempe dan
sebagainya.
primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama
kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti
kemas.
a. Kemasan fleksibel yaitu bahan kemasan yang mudah dilenturkan tanpa adanya
b. Kemasan kaku yaitu bahan kemas yang bersifat keras, kaku, tidak tahan
lenturan, patah bila dibengkokkan relatif lebih tebal dari kemasan fleksibel.
c. Kemasan semi kaku/semi fleksibel yaitu bahan kemas yan memiliki sifat-sifat
antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Misalnya botol plastik (susu,
a. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas) yaitu kemasan yang secara sempurna
tidak dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air sehingga selama masih hermetis
wadah ini tidak dapat dilalui oleh bakteri, kapang, ragi dan debu. Misalnya
kaleng, botol gelas yang ditutup secara hermetis. Kemasan hermetis dapat juga
memberikan bau dari wadah itu sendiri, misalnya kaleng yang tidak berenamel.
88
b. Kemasan tahan cahaya yaitu wadah yang tidak bersifat transparan, misalnya
kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang
mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan hasil fermentasi,
c. Kemasan tahan suhu tinggi, yaitu kemasan untuk bahan yang memerlukan
dan gelas.
a. Wadah siap pakai yaitu bahan kemasan yang siap untuk diisi dengan bentuk
b. Wadah siap dirakit (wadah lipatan) yaitu kemasan yang masih memerlukan
tahap perakitan sebelum diisi. Misalnya kaleng dalam bentuk lembaran (flat)
dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.
Keuntungan penggunaan wadah siap dirakit ini adalah penghematan ruang dan
segala jenis material lainnya yang dilakukan oleh produsen atau pemasar untuk
Fungsi Kemasan :
Gambar 4.2.
Siklus Kemasan
sebagainya terhadap produk serta melindungi dari pengaruh handling yang tidak
benar.
Gambar 4.3.
Produk Kemasan
90
kemasan dapat menimbulkan daya tarik. Sehingga dapat produk dapat dibandingkan
Kemasan merupakan wadah bagi produk dan sekaligus dapat berfungsi sebagai alat
pemindahan dari satu tempat ke tempat lain dalam suatu jumlah berat/jumlah isi
tertentu.
Secara tidak langsung, perwajahan suatu kemasan dapat menjadi iklan gratis/promosi
terselubung bila didisplay di etalase atau pada saat pendistribusian. Semakin menarik
sehingga konsumen mudah mengingat dan fanatik utntuk memilih produk. Contoh :
Dari jarak pandang yang jauh dan dalam penempatan yang kurang sempurna botol
Jenis-Jenis Kemasan
Kemasan plastik kaku (kemasan primer & sekunder, perkembangan relatif stabil).
Kemasan kaku :
Blow Moulding
Injection Moulding
Thermoforming
Gambar 4.4.
Produk Kemasan Kaku
Blow Moulding : Diproses dengan extrusi pipa plastik berongga yang ditiup menjadi
Injection Moulding : Diproses dengan extrusi tekanan tinggi dan porsi resin yang
tetap secukupnya ke dalam cetakan yang tertutup sesuai bentuk yang dibuat, misal:
kemudian baru dicetak dengan dipanaskan sesuai bentuk yang diinginkan. Misal tray,
cup.
92
Kemasan Fleksibel
Dari sekian jenis kemasan pada saat ini, jenis kemasan fleksibel yaitu kemasan yang
dibuat dari bahan plastik fleksibel menjadi alternatif paling pesat pemakaianya, ini
Sewaktu diisi volume sesuai dengan isian, sewaktu kosong hanya memakan
tempat sedikit.
Dari segi biaya, kemasan jenis fleksibel lebih murah dari jenis kemasan yang
lain.
Umumnya jenis kertas yang digunakan sebagai bahan kemasan adalah kelompok
kertas industri
93
Biasanya dibuat dalam bentuk kotakan lipat / folding karton yang terbuat dari bahan
karton duplek dan sejenisnya, ketebalan duplek disesuaikan dengan berat isi produk
• Waste Plate, digunakan untuk hampir seluruh produk selain makanan karena mudah
berkarat.
Lebih tipis dan lebih ringan bila dibandingkan dengan kemas kaleng, dan biasa
Terbuat dari bahan dasar yang terbuat dari minyak bumi, batu bara atau gas alam dan
dibentuk sesuai keperluan yang diinginkan. Biasanya dalam bentuk Rigid, Semirigid
Terdiri dari botol bertekanan dan tidak bertekanan, biasa dipakai utk minuman soft
dan lain-lain.
Merupakan kemasan yang terbuat dari beberapa lapis film plastik yang dibuat dalam
bentuk kantong melalui perekat panas. Umumnya kemasan ini menggunakan jenis
Tabel 4.1
Bahan Baku dan Bahan Pembantu Produk Kemasan Fleksibel
Kegiatan produksi yaitu kegiatan yang mengolah bahan baku (bahan utama
dan bahan pembantu) menjadi barang jadi (finish goods) sehingga siap untuk
a. Produk Baru
waktu kurang lebih selama 50 hari dari mulai order sampai delivery (pengiriman).
Gambar 4.7.
Proses Produksi Baru
97
Gambar 4.8.
Proses Produksi Ulang
alur dari proses produksi industri kemasan fleksibel pada umumnya, yaitu :
1. Proses Maping
4. Proses Production
6. Proses Delivery
Untuk lebih jelasnya dapat diihat pada bagan alur sebagai berikut :
Gambar 4.9
Proses Maping
Gambar 4.10.
Proses Order and Handling Design
99
Gambar 4.11.
Proses Production Planning
PRODUCTION
UNIT AKTIVITAS
Tidak
Proses Proses
Printing Proses Printing Slitting ?
Tidak
Dry Laminasi ?
Ya
Tidak
Ya
Ya
Dry Proses Ya
Proses Dry Lamiansi Kantong ? Tidak
Laminasi Tidak
Proses
Slitting Ya Proses Slitting
Kantong ?
Ya
Tidak
Bag
Ya Proses Kantong
Making
QC Inspeksi Inspeksi
Gambar 4.12.
Proses Production
100
Gambar 4.13.
Proses Quality Control
Gambar 4.14.
Proses Delivery
101
Gambar 4.15.
Proses Collection and Recording
by Finance Accounting
Adapun bagian-bagian yang terlibat dalam kegiatan proses produksi ini, adalah :
Bagian ini membuat konsep-konsep huruf, angka dan gambar, dan untuk
selanjutnya disebut dengan istilah gambar saja, sesuai dengan yang diminta
(artwork) pada film dan dicetak diatas kertas untuk kemudian diajukan kepada
2. Bagian Lay-Out
Kalau artwork telah disetujui oleh pemesan dan order telah dikeluarkan oleh
pemesan, maka gambar film yang disetujui itu diperbanyak lalu dijejer-jejer
pada film lembar dalam jumlah tertentu, sehinggga memenuhi suatu permukaan
yang tepat seluas permukaan suatu cylinder, sudah barang tentu cylinder ini
seluas permukaan cylinder yang telah ditentukan. Pigment paper dan gambar-
gambar film ini dijepit dan celah diantaranya dibikin vakum agar keduanya
Cylinder dengan ukuran tertentu dipesan diluar untuk bahan cetakan. Besi
cylinder ini, dibagian plating unit dilapisi dengan tembaga secara galvanis pada
permukaan.
Setelah cylinder yang telah dilapisi tembaga dengan ketebalan tertentu, lau
dibagian ini cylinder tersebut digrinda dan dipoles agar memperoleh permukaan
yang halus dan ukuran yang tepat. Bahan yang digunakan batu grinda dan lap
pemoles.
6. Bagian Etsa
Hasil dari bagian cylinder dan poles dipersatukan dengan hasil dari bagian
proses pigment paper. Pigment paper yang telah bergambar dilekatkan dengan
penutupnya dilepas. Gambar yang terjadi pada pigment yang melekat pada
cylinder diteliti, kalau ada pigment yang terlepas diluar gambar harus ditutup
dengan aspal. Kalau semuanya sudah sempurna, lalu pigment yang menempel ini
gambar termakan oleh larutan tersebut dan terjadilah cetakan yang dikehendaki
103
dibersihkan.
Cylinder yang permukaannya terjadi gambar dibagian ini dilapisi dengan chrome
secara galvanis agar permukaan tidak cepat aus. Bahan yang digunakan :
8. Bagian Printing
Dibagian ini, cylinder yang sudah siap dipasang dimesin printing dan lembaran-
dengan contoh yang dipesan. Kalau tidak ada contoh, kadang hasil pertama perlu
dimintakan persetujuan dari pemesan, baru diproduksi secara total. Bahan yang
dipakai adalah tinta, pengencer tinta, lembaran kertas, aluminium dan foil.
Gambar 4.16.
Proses Produksi Printing
104
9. Bagian Laminating
Bagian ini adalah untuk melapisi lembaran-lembaran yang telah dicetak atau
polos, baik pada permukaannya atau diantara dua lembaran yang berbeda dengan
lalu didorong kedepan dengan ulir berputar (extruder) sambil dipanaskan dan
kental inilah yang dijatuhkan pada permukaan lembaran yang diminta atau
diantara dua lembaran yang diminta ditekan dengan rol-rol dingin agar lengket.
Gambar 4.17.
Proses Produksi Dry Laminasi
105
Gambar 4.18.
Proses Produksi Laminasi
Bahan-bahan yang sudah dicetak dan dilapisi dibagian laminasi lalu dibagian ini
dipotong menurut lebar yang diminta dan digulung menurut panjang gulungan
yang diminta.
Gambar 4.19.
Proses Produksi Sliting (Finishing)
106
bahan-bahan yang sudah dikerjakan dimesin sliting lalu dikerjakan dimesin bag
making dengan digencet dengan jepitan panas pada bagian tertentu serta
dibidang kemasan fleksibel dengan bahan dasar plastik yang ada di Indonesia.
Tabel 4.2
Distribusi Industri Kemasan di Indonesia Tahun 2014
Berdasarkan Kelompok Industri
Grafik 4.1
Distribusi Industri Kemasan di Indonesia tahun 2014
Berdasarkan kelompok Industri
Tabel 4.3
Distribusi Industri Kemasan Plastik di Indonesia
Tahun 2014
Berdasarkan Wilayah Propinsi
Wilayah Jumlah %
Kalimantan Barat 1 0,21
Kalimantan Timur 1 0,21
Lampung 2 0,43
Yogyakarta 5 1,07
Sumatera Selatan 7 1,50
Riau 9 1,92
Sumatera Utara 43 9,19
Banten 54 11,54
DKI Jakarta 56 11,97
Jawa Tengah 91 19,44
Jawa Barat 92 19,66
Jawa Timur 107 22,86
Total 468 100,00
Sumber : Kemendag RI, 2014 (data diolah)
108
Grafik 4.2
Distribusi Industri Kemasan di Indonesia tahun 2014
Berdasarkan wilayah propinsi
Tabel 4.4
Distribusi Industri Kemasan Plastik di Indonesia
Tahun 2014
Berdasarkan Kepulauan
Pulau Jumlah %
Jawa 405 86,54
Sumatera 61 13,03
Kalimantan 2 0,43
Total 468 100,00
Sumber : Kemendag RI, 2014 (data diolah)
109
Grafik 4.3
Distribusi Industri Kemasan di Indonesia tahun 2014
Berdasarkan Kepulauan
Tabel 4.5
Distribusi Industri Kemasan Plastik di Indonesia Tahun 2014
Berdasarkan Bentuk Usaha
Grafik 4.4
Distribusi Industri Kemasan Plastik di Indonesia tahun 2014
Berdasarkan bentuk usaha
110
Tabel 4.6
Distribusi Industri Kemasan Plastik di Indonesia Tahun 2014
Berdasarkan Bentuk Usaha Perseroan Terbatas
Grafik 4.5
Distribusi Industri Kemasan Plastik di Indonesia tahun 2014
Berdasarkan bentuk usaha Perseroan Terbatas
terbatas di pulau Jawa sebanyak 195 perusahaan, maka berdasarkan data tersebut
disebar untuk sampel sebanyak 131 perusahaan dan diharapkan dapat kembali
minimal 100 sampel sesuai pendapat menurut Ferdinand (2000), dalam Merdi
Fransisca (2011 - “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Daya Tarik Promosi Dan
ukuran sampel yang sesuai antara 100 - 200. Bila ukuran sampel terlalu besar maka
mendapatkan ukuran-ukuran Goodness of fit yang baik. dalam penelitian ini elemen
111
populasi yang dipilih berdasar sampel dibatasi pada elemen-elemen yang dapat
Hair dkk (1995) yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang diambil sebaiknya
tidak terlalu besar atau tidak terlalu kecil, lebih lanjut dikemukaan bahwa jumlah
melakukan generalisasi.
Tabel 4.7
Penyebaran Kuesioner
WILAYAH Jumlah %
Jakarta 20 15,27
Tangerang 40 30,53
Banten 4 3,05
Jawa Barat 54 41,22
Jawa Tengah 7 5,34
Jawa Timur 6 4,58
Total 131 100,00
Grafik 4.6
Penyebaran kuesioner
112
perusahaan yang bersangkutan) melalui jasa pos dan contact person (datang
langsung, telpon dan email) kepada perusahaan kemasan fleksibel yang dilakukan
pada tanggal 4 September 2015 – 18 September 2015 (dua minggu), dan diharapkan
terkumpul pada tanggal 25 September 2015. Kuesioner yang kembali sebanyak 107
buah.
Tabel 4.8
Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner
Tabel 4.9
Profil Responden
36 - 40 tahun 26 24,30
41 - 45 tahun 11 10,28
> 45 tahun 30 28,04
Lama bekerja di perusahaan yang bersangkutan
<1 tahun 2 1,87
1 - 5 tahun 24 22,43
6 - 10 tahun 13 12,15
11 - 15 tahun 35 32,71
16 - 20 tahun 6 5,61
21 - 25 tahun 14 13,08
> 25 tahun 13 12,15
Sumber : Data primer yang diolah, 2015
manufaktur yang bergerak dibidang kemasan fleksibel adalah pria sebanyak 77,57%,
umur berkisar diatas 45 tahun (28,04%) dan masa kerja selama 11 sampai 15 tahun
(32,71%).
Validitas atau kesahihan adalah menunjukan sejauh mana suatu alat ukur
mampu mengukur apa yang ingin diukur (a valid measure it it successfully measure
pearson (produk momen pearson) pada program SPSS versi 20. Analisis ini
dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total.
Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria
- Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item
- Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item
valid).
- Jika nilai signifikansi yang dihasilkan < 0,05 maka instrumen atau item-item
- Jika nilai signifikansi yang dihasilkan > 0,05 maka instrumen atau item-item
Adapun r tabel yang dipakai adalah r tabel product moment dengan df=N-2,
dengan n sampel sebanyak 107 dan jumlah pertanyaan sebanyak 46 dengan tingkat
Tabel 4.10.
Validitas Data
Nilai Total – X
Nilai r tabel
Item Pearson Correlation Keterangan
Terendah Tertinggi df = 105
Total - X 0,230 0,752 0,190 Valid
Dari tabel tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semua Item yang diuji
valid karena dari nilai r hitung yang paling terendah saja masih lebih besar dari nilai r
tabel, yaitu : 0,230 > 0,190 dan untuk nilai hitung yang paling tinggi saja masih
lebih kecil dari Sig, yaitu : 0,017 < 0,05. Untuk tabel r hitung secara keseluruhan
konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama dengan menggunakan alat pengukuran yang sama pula (Syofian Siregar,
2013:55).
Selanjutnya setelah dilakukan uji validitas, maka berlanjut pada uji reliabilitas
dimana dalam uji ini menggunakan metode cronbach alpha masih menggunakan
Tabel 4.11.
Reliabilitas Data
N %
Reliability Statistics
,901 ,906 46
116
Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability)
sementara jika alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes
secara konsisten secara internal karena memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada
pula yang memaknakannya sebagai berikut: jika alpha > 0,90 maka reliabilitas
sempurna, jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi, jika alpha antara
0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat dan Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah.
standardized items sebesar 0,906 nilai tersebut merupakan nilai reliabilitas tes secara
keseluruhan, semakin besar nilainya berarti semakin reliabel. Untuk menilai apakah
nilai-nilai di atas valid dan reliabel, dapat dibandingkan dengan r tabel pada df=N-2
Nilai df sesuai dengan jumlah sampel 107-2=105. r tabel pada df 105 probabilitas
Jika dilihat pada tabel reliability statistics, nilai cronbach's alpha based on
standardized items, nilai tersebut 0,906 > r tabel 0,190 berarti tes secara keseluruhan
adalah baik dan reliabel sempurna karena nilai r sebesar 0,906 > 0,90.
Setelah semua data dinyatakan valid dan reliabel, langkah selanjutnya adalah
melakukan uji asumsi klasik. Adapun uji asumsi klasik tersebut adalah uji
linieritas.
Uji normalitas dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu Normal P-P Plot
dan Tabel Kolmogorov Smirnov, dalam tesis ini penulis menggunakan kolmogorof
117
kmirnof (KS), dimana data yang dianalisis tidak menggunakan gambar seperti pada
Normal P-P Plot namun dengan angka. Kelebihannya hasilnya lebih akurat. Namun
untuk Normal P-P Plot dapat dilihat pada lampiran 8. Uji normalitas ini dilakukan
pada program SPSS versi 20, dimana hasil tes ini akan menentukan apakah distribusi
data normal atau tidak dilihat melalui perbandingan nilai signifikansi dari hasil
Tabel 4.12.
Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 107
a,b
Mean 0E-7
Normal Parameters
Std. Deviation 3,94863743
Absolute ,057
Most Extreme Differences Positive ,057
Negative -,035
Kolmogorov-Smirnov Z ,595
Asymp. Sig. (2-tailed) ,871
Dari tabel tersebut apabila nilai signifikansi yang dihasilkan > 0,05 maka
distribusi datanya dapat dikatakan normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi yang
Pada output data ini terlihat bahwa hasil uji normalitas menunjukkan level
signifikansi lebih besar dari α (α = 0.05) yaitu 0,871 > 0,05 yang berarti bahwa data
ini bebas dari heterokedastisitas atau tidak yaitu variasi nilai yang berubah (tidak
Sedangkan salah satu uji heteroskedastisitas yang mudah yang dapat diaplikasikan di
SPSS, yaitu Uji Glejser. Uji Glejser secara umum dinotasikan sebagai berikut:
Dimana:
|e| = Nilai Absolut dari residual yang dihasilkan dari regresi model
X2 = Variabel penjelas
Tabel 4.13.
Heteroskedastisitas Data
a
Coefficients
Pada output data ini terlihat bahwa nilai t-statistik dari seluruh variabel
pejelas tidak ada yang signifikan secara statistik, sehingga dapat disimpulkan bahwa
model ini tidak mengalami masalah heteroskedastisitas selain itu hasil perhitungan
dari masing-masing menunjukkan level sig > α (α = 0.05) yaitu 0,065 > 0,05 untuk
119
variabel SPM dan 0,200 > 0,05 untuk variabel waste, sehingga penelitian ini bebas
Selanjunya uji autokorelasi buat mencari tahu apakah datanya terbebas dari
asumsi dalam regresi dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya
sendiri. Maksud korelasi dengan diri sendiri adalah bahwa nilai dari variabel
dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai variabel
sebagai berikut :
Tabel 4.14.
Autokorelasi Data
b
Model Summary
Pada output data ini terlihat nilai D-W yaitu sebesar 1,638 berada di antara -2
dan 2 (-2 < 1,638 < 2). Maka dapat disimpulkan model regresi yang digunakan bebas
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model regresi tidak ada korelasi yang
adalah menguji apakah pada sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
Multikolinearitas.
Tolerance value < 0,10 dan VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas atau
Tolerance value > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas atau
tidak terdapat korelasi antar variabel
Hasil pengujian data variabel-variabel independen terkait dengan
Tabel 4.15.
Multikolinieritas Data
a
Coefficients
Correlations
SPM Waste
**
Pearson Correlation 1 ,592
N 107 107
**
Pearson Correlation ,592 1
N 107 107
Dari hasil uji multikolinearitas di atas, menunjukkan bahwa nilai Tolerance dari
Dari hasil uji multikolinearitas di atas, menunjukkan bahwa nilai VIF dari variabel
Karena kedua syarat dari kaidah tersebut terpenuhi, maka dapat dikatakan bahwa
data-data pada variabel tersebut tidak terjadi masalah multikolinearitas atau tidak
terhadap penerapan metode regresi adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
secara simultan antara variabel bebas (X1, X2, Xn) terhadap variabel tak bebas (Y).
(independent) terhadap variabel tak bebas (dependent) adalah untuk mengukur secara
1. Menentukan Hipotesa
antara variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel tak bebas (Y).
variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel tak bebas (Y).
Ho : ρ = 0
Ha : ρ ≠ 0
Rumus :
………………………….. 4.2.
Dimana :
n = jumlah responden
Rumus :
Diamana :
dkb = n – m – 1 (penyebut)
(independent) terhadap variabel tak bebas (dependent) adalah untuk mengukur secara
1. Menentukan Hipotesa
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel bebas
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel bebas (X1
Ho : β1 = 0
Ha : β1 ≠ 0
124
5. Menghitung T-Hitung
Rumus :
…………………………………………………………… 4.4.
Dimana :
bi = nilai konstanta,
Sebelum menghitung nilai T-Hitung terlebih dahulu mencari Sbi (standar error).
Adapun nilai Sbi (standar error) dapat dicari dengan tahapan sebagai berikut :
Rumus Sbi:
……………………………….4.5.
……………………………..4.6.
125
Rumus :
………………….………..4.7.
Rumus :
………………………………………………4.8.
Dimana :
Nilai T-Tabel dapat dicari dengan menggunakan tabel T-Student. Bila pengujian 2 sisi,
Rumus :
8. Mengambil keputusan dengan memilih hipotesa mana yang terpilih Ho atau Ha.
126
Sebelum melakukan uji hipotesa terhadap hasil dari regresi linier berganda
perlu dilakukan terlebih dahulu adanya hubungan dari masing-masing variabel yang
akan diuji baik secara parsial (sendiri-sendiri) maupun secara simultan (bersama-
sama), karena hubungan ini akan menentukan pengaruh dan signifikan dari masing-
masing variabel yang diuji (diteliti), menurut Syofian Siregar (2013 : 251-252)
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.16 sesuai dengan perhitungan
Tabel 4.16.
Hubungan (korelasi) antara Variabel (X1), (X2) dan Y)
Correlations
Dari tabel 4.16 terkait hubungan antara variabel SPM (X) dengan variabel waste
(Y) diatas diperoleh nilai r (korelasi) sebesar = 0,592. Nilai ini menunjukan
hubungan yang cukup positif antara variabel SPM (X) dan variabel waste (Y),
maksud cukup positif disini adalah terjadi hubungan yang searah antara SPM (X)
dan waste (Y), artinya bila nilai SPM (X) naik, maka nilai tingkat waste (Y) naik
Dari tabel 4.16, diatas terkait hubungan antara variabel SPM (X) dengan variabel
kinerja keuangan (Z) diatas diperoleh nilai r (korelasi) sebesar = 0,237. Nilai ini
menunjukan hubungan yang lemah namun positif antara variabel SPM (X) dan
variabel kinerja keuangan (Z), maksud lemah namun positif disini adalah terjadi
hubungan yang searah antara variabel SPM (X) dengah variabel kinerja keuangan
(Z). artinya bila nilai SPM (X) naik, maka nilai tingkat kinerja keuangan (Z) naik
Dari tabel 4.16, diatas terkait hubungan antara variabel waste (Y) dengan variabel
kinerja keuangan (Z) diatas diperoleh nilai r (korelasi) sebesar = 0,205. Nilai ini
menunjukan hubungan yang lemah namun positif antara (Y) dengah (Z), maksud
lemah namun positif disini adalah terjadi hubungan yang searah antara variabel
128
waste (Y) dengan variabel kinerja keuangan(Z), artinya bila nilai waste (Y) naik,
maka nilai tingkat kinerja keuangan (Z) naik tapi tidak naik secara signifikan.
4. Korelasi (hubungan) Simultan (bersama-sama) dari SPM (X) dan Waste (Y)
Dari tabel 4.16 terkait hubungan antara variabel SPM (X) dan variabel waste (Y)
dengan variabel kinerja keuangan (Z) diatas diperoleh nilai r (korelasi) sebesar =
0,442. Nilai ini menunjukan hubungan yang cukup positif antara variabel SPM
(X) dan waste (Y) dengan kinerja keuangan (Z), maksud cukup positif disini
adalah terjadi hubungan yang searah antara SPM (X) dan waste (Y) dengan
kinerja keuangan (Z), artinya bila nilai SPM (X) dan waste (Y) naik, maka nilai
Sebelum melakukan pengujian atas hipotesa atas penelitian ini, maka perlu
diuji dahulu apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi tingkat
Untuk melakukan pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.17. hasil dari
Tabel 4.17.
Pengaruh X (SPM) dan Y (Waste) terhadap Z (Kinerja keuangan)
a
ANOVA
1) Mementukan Hipotesis
tingkat kinerja keuangan (Z) yang dipengaruhi oleh SPM (X) dan waste
(Y).
kinerja keuangan (Z) yang dipengaruhi oleh SPM (X) dan waste (Y).
2) Pengambilan Keputusan
(3) Kesimpulannya :
tingkat kinerja keuangan (Z) yang dipengaruhi oleh SPM (X) dan waste
(Y).
1. Dari tabel Anova nilai probabilita (sig) = 0,035 dan nilai taraf signifikan
= 0,05.
3. Kesimpulannya :
dan F-Tabel serta perhitungan nilai probabilita, maka model regresi linier berganda
dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kinerja keuangan yang dipengaruhi oleh
Setelah uji model regresi linier berganda dapat digunakan, maka selanjutnya
adalah uji hipotesa dari penelitian ini dapat dilihat hasil perhitungan SPSS versi 20
Waste (Y)
hubungan antara variabel X dalam hal ini SPM (sistem pengendalian manajemen)
Jika niai Sig < 0,05 maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat.
Jika nilai Sig > 0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat.
Jika t hitung < t tabel Ho diterima dan Ha ditolak atau tidak signifikan.
Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima atau signifikan.
131
Tabel 4.18.
Pengaruh Signifikansi Hubungan X (SPM) terhadap Y (Waste)
a
Coefficients
Pada output data ini terlihat pada tabel 4.18 bahwa variabel X mempunyai
tingkat signifikansi 0,00 < α (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan antara
X dengan Y positif karena koefisien β (beta) menunjukan positif sebesar 0,592 dan
signifikan karena sig = 0,00 lebih kecil dari alfa = 0,05. Selain itu t hitungnya lebih
besar dari t tabelnya (df=n-2=107-2=105=1,983), yaitu 2,521 > 1,983, hal ini
diterima.
Dari tabel coefficients (a) menunjukan bahwa model persamaan jalur regresi
linier berganda untuk memperkirakan waste yang dipengaruhi oleh SPM adalah :
Y = 2,261 + 1,028 X
Dari hasil pengujian hipotesa 1 tentang pengaruh SPM tehadap waste yang
evaluating, deciding dan influenting telah berjalan sebagai mana mestinya, dimana
menjalankan pekerjaannya setiap karyawan mengacu pada system dan prosedur yang
telah ditetapkan serta melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi kerja yang
telah distandarisasi.
Dengan berjalannya SPM secara efisien dan efektif pada proses produksi
berdampak pada penurunan waste secara signifikan, sehingga bisa dikatakan bahwa
reduce cost dapat dikendalikan dengan baik terutama yang menyangkut pemborosan
yang tedapat dalam 7 waste. Selain itu guna menjaga kondisi tersebut perusahaan
(continues improvement) yang artinya perbaikan yang terus menerus. Disisi lain
perusahaan juga menerapkan program 5R (Ringkas, Rap, Resik, Rawat, dan Rajin)
dengan program ini semua karyawan melakukann aktivitas setiap harinya sebelum
melakukan pekerjaan rutin yang mana kegiatan tersebut akan mendukung proses
Tabel 4.19.
Pengaruh Signifikansi X (SPM) dan Y (Waste) terhadap Z (Kinerja keuangan)
a
Coefficients
adalah :
Ho : β1 = 0
Ha : β1 ≠ 0
Rumus :
T-Tabel = T(/2)(n-2)
Ternyata :
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara SPM (X) terhadap kinerja
Ho : β1 = 0
Ha : β1 ≠ 0
Untuk nilai , karena uji dua sisi maka niali nya dibagi 2, sehingga nilai
= 0,05/2 = 0,025.
Dari tabel coefficients (a) menunjukan bahwa model persamaan jalur regresi
linier berganda untuk memperkirakan kinerja keuangan yang dipengaruhi oleh SPM
Dari hasil perhitungan tersebut diatas, ternyata bahwa SPM tidak signifikan
terhadap kinerja keuangan, hal ini dikarenakan SPM yang berupa system dan
prosedur memang telah dijalankan namun kinerja keuangan banyak dipengaruhi oleh
factor-faktor lain, diluar SPM seperti kondisi ekonomi yang lesu yang berakibat
penurunan order dari pelanggan, tingkat fluktuasi rupiah terhadap dolar yang
berdampak harga bahan baku naik sehingga walaupun telah dilakukan aktivitas yang
efisien dan efektif tetap tidak bisa mengejar tingkat profit yang diharapkan yang
adalah :
Ho : β1 = 0
Ha : β1 ≠ 0
Rumus :
T-Tabel = T(/2)(n-2)
Ternyata :
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara waste (Y) terhadap kinerja
Ho : β1 = 0
Ha : β1 ≠ 0
Untuk nilai , karena uji dua sisi maka niali nya dibagi 2, sehingga nilai
= 0,05/2 = 0,025.
Dari tabel coefficients (a) menunjukan bahwa model persamaan jalur regresi
linier berganda untuk memperkirakan kinerja keuangan yang dipengaruhi oleh waste
Dari hasil tersebut diatas, waste walaupun telah dijaga dan dikontrol dengan
baik sehingga dapat dikendalikan bahkan diturunkan namun masih belum dapat
mendongkrak kinerja keuangan, hal ini dikarenakan banyak faktor yang terkait
dengan kinerja keuangan itu sendiri, dimana waste hanya sebagian faktor saja dari
unsur yang mempengaruhi kinerja keuangan saja, diluar itu masih banyak faktor
seperti biaya maintenance yang besar terhadap mesin, biaya pemeliharaan gedung,
biaya service dan jasa-jasa lainnya yang semua itu berdampak pada naiknya biaya
overhead sehingga COGS menjadi tinggi dan profit yang diharapkan pun menjadi
semakin jauh yang pada akhirnya kinerja keuangan pun menjadi kurang baik. Namun
bisa juga penurunan waste itu sendiri tidak sejalan dengan margin sales yang kecil
karena adanya penurunan harga jual akibat persaingan harga yang semakin
kompetitif.
138
4.3.5.3.4. Pengujian Hipotesis 4, Pengaruh Simultan antara SPM (X) dan Waste
Dari tabel 4.19 coefficients (a) menunjukan bahwa model persamaan jalur
regresi linier berganda untuk mempekirakan kinerja keuangan yang dipengaruhi oleh
1. Kinerja keuangan, jika tanpa adanya SPM dan waste (X, Y = 0), maka kinerja
bertambah 1 point untuk jawaban SPM dan waste (X, Y = n (responden) = 107),
dipengaruhi oleh SPM dan waste akan diuji apakah valid untuk dipergunakan.
cara, yaitu : menggunakan uji F secara simultan dan T (parsial), dan teknik
probabilitas.
Langkah-langkahnya adalah :
139
Ho : β1 = 0
Ha : β1 ≠ 0
Dimana :
Ho : β1 = 0
Ha : β1 ≠ 0
Dari tabel coefficients (a) menunjukan bahwa model persamaan jalur regresi
linier berganda untuk memperkirakan kinerja keuangan yang dipengaruhi oleh SPM
Dari kesimpulan diatas sangat jelas, apabila SPM dan waste secara bersama-
sama diterapkan dan dikontrol dengan baik, baik system maupun prosedurnya pada
proses kerja diarea produksi akan sangat banyak membantu operator dan karyawan
141
yang terkait untuk dapat melakukan aktivitas yang benar sesuai dengan ketentuan,
maka dapat dikatakan keduanya SPM dan waste akan bersinergi menjaga kondisi
kinerja keuangan tetap baik, karena semua pihak konsen baik dari atasan maupun
bawahan untuk tetap menjalankan dan menjaga SPM bersama-sama waste dalam
lingkaran yang dapat dikendalikan dan dikontrol. Kalau dilihat dari faktor-faktor
yang mempengaruhi waste seperti man (orang), material (bahan), method (SOP),
mesin dan lingkungan, maka gabungan SPM dan waste itu sendiri sebetunya
operator yang mengendaliakn waste dalam hal ini menghematan material dengan
metode (SOP) yang merupakan bagian dari SPM, sehingga penggabungan dari itu
semua akan berdampak pada proses produksi yang efktif dan efisien yang pada
akhirnyan akan dapat menurukan cost yang berakibat pada peningkatan profit yang
= (PZX) (PZX)
= (0,107) (0,107)
= 0,0114 = 1,14%
= 0,0022 = 0,22%
= (PZY) (PZY)
= (0,035) (0,035)
= 0,0012 = 0,12%
variabel waste (Y) terhadap variabel kinerja keuangan (Z) terlihat sangat rendah
yaitu 1,14% untuk SPM (X) ke kinerja keuangan (Z) dan 0,12% untuk waste (Y) ke
kinerja keuangan. Ini menguatkan bahwa hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa
tidak ada pengaruh yang signifikan antara SPM terhadap kinerja keuangan begitu
juga dengan waste, tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan.
Tabel 4.20.
Persamaan Jalur
H1 Y = 2,261 + 1,028X
H2 Z = 17,784 + 0,107X
H3 Z = 17,784 + 0,035Y
H4 Z = 17,784 + 0,107X + 0,035Y
Dari hasil analisa dan pembahasan dengan analisi jalur terhadap data-data
manajemen terhadap waste dan kinerja keuangan yang diolah oleh program IBM
SPSS versi 20, begitu juga dengan korelasi antar variabelnya adalah sebagai berikut :
143
Gambar 4.20.
Korelasi antar variabel
Tabel 4.21.
Rangkuman Hasil Penelitian
Tabel 4.22.
Hasil dan Diskusi
Nama dan
No. tahun Hasil Penelitian Penelitian ini Relevansi
Penelitian
1. Imelda Lidia, Terdapat hubungan yang positif Terdapat hubungan yang Relevan
(2010) antara SPM dengan efektivitas positif dan signifikan antara
biaya produksi SPM dengan waste
2. Joanna L. Ho, Penerapan SPM dapat Terdapat hubungan yang Relevan
Cheng-Jen meningkatkan efisiensi dan positif dan signifikan antara
Huang and kualitas kinerja yang lebih tinggi SPM dengan waste, hal ini
Anne Wuc, dan hasil secara keseluruhan disebabkan karena SPM dapat
(2011) mendukung argumen bahwa menjaga dan mengontrol
sistem kontrol yang ketat dapat aktivitas terkait waste dengan
digunakan untuk mencapai SOP dan standarnisasi yang
efisiensi dan kualitas kinerja. ditetapkan.
3. Titin Sistem pengendalian manajemen Tidak terdapat pengaruh yang Untuk
Nurgahani, berpengaruh terhadap kinerja signifikan antara SPM dengan Parsial
(2013) perusahaan, sedangkan kinerja keuangan , begitu juga Tidak
pengendalian internal tidak dengan waste tidak signifikan Relevan
berpengaruh signifikan terhadap terhadap kinerja keuangan tapi untuk
kinerja perusahaan. Dan sistem namun secara bersama-sama simultan
pengendalian manajemen dan (simultan) SPM dan waste relevan
pengendalian internal secara berpengaruh signifikan
simultan terdapat pengaruh terhadap kinerja keuangan
signifikan terhadap kinerja
perusahaan.
4. Kariyawasam SPM berdampak pada SPM tidak signifikan terhadap Tidak
A.H.N. and keuntungan normal perusahaan kinerja keuangan, hal ini Relevan
Dr. Low L. T., manufaktur di Sri Lanka dan dikarenakan SPM merupakan
Kevin (2014) kontrol manajemen (SPM) proses yang panjang terhadap
memiliki dampak positif pada semua aktivitas yang hasilnya
kinerja keuangan suatu tidak berdampak lansung
organisasi. terhadap kinerja keuangan.
dalam pelaksanaannya masih terlihat belum baik sehingga berdampak pada tidak
berpengaruhnya SPM terhadap kinerja keuangan dalam penelitian ini. Disisi lain
menekan biaya dengan reduce cost dari pengendalian waste ini yang berdampak pada
positifnya gross profit margin (GPM) dari perusahaan kemasan fleksibel, sebagai
145
contoh dapat dilihat pada kinerja perusahaan kemasan fleksibel yang telah go publik
(Tbk), berdasarkan data OJK (otoritas jasa keuangan) tahun 2014 yang terdiri dari 11
Tabel 4.23.
Kinerja Keuangan
Perusahaan Kemasan Go Publik (Tbk)
Tahun 2013
Dari data tersebut dapat dibuatkan rata-rata industri (RI), yaitu sebagai berikut :
ROA ROI ROE GPM
0,03 0,31 0,51 0,07
Dari tabel rata-rata industri tersebut, maka dapat dilihat kinerja dari masing-masing
perusahaan yang telah go publik (Tbk) tersebut dalam tabel-tabel dibawah ini,
sebagai berikut :
146
Tabel 4.24.
Kinerja Keuangan (ROA) vs Rata-Rata Industri (RI)
Perusahaan Kemasan Go Publik (Tbk)
Tahun 2013
Tabel 4.25.
Kinerja Keuangan (ROI) vs Rata-Rata Industri (RI)
Perusahaan Kemasan Go Publik (Tbk)
Tahun 2013
Tabel 4.26.
Kinerja Keuangan (ROE) vs Rata-Rata Industri (RI)
Perusahaan Kemasan Go Publik (Tbk)
Tahun 2013
Tabel 4.27.
Kinerja Keuangan (GPM) vs Rata-Rata Industri (RI)
Perusahaan Kemasan Go Publik (Tbk)
Tahun 2013
Dari data tersebut diatas terlihat bahwa kinerja keuangan dari masing-masing
perusahaan kemasan yang baik hanya pada GPM (gross profit margin), sementara
untuk indikasi yang lain (ROA, ROI dan ROE) masih dibawah rata-rata industri (RI)
kecuali untuk PT. Indopoly yang selalu diatas rata-rata industri. Ini menunjukan
waste, dimana waste merupakan unsur dari COGS dan hampir semua perusahaan
mengendalian waste dengan SPM tapi untuk biaya-biaya lain diluar itu perusahaan
masih belum dapat mengendalian dengan baik, ini terlihat dengan kondisi ROA, ROI
untuk kinerja keuangannya (ROA, ROI dan ROE) masih berada dibawah rata-rata
industri yang terbentuk, ini menunjukan masih belum baik kinerja keuangan dari
melakukan penerapan dan pelaksaan SPM secara baik, konsisten dan sesuai dengan
kaidah dari SPM itu sendiri agar perusahaan yang tergabung dalam industri kemasan
fleksibel dapat bertahan dan survive dalam menjalankan aktivitas bisnisnya dan siap
5.1. Kesimpulan
dalam penelitian ini. Disisi lain ternyata SPM berpengaruh signifikan terhadap
waste, sehingga perusahaan dapat menekan biaya dengan reduce cost dari
pengendalian waste ini yang berdampak pada positifnya gross profit margin
(GPM) dari perusahaan kemasan fleksibel, sebagai contoh dapat dilihat pada
data OJK (otoritas jasa keuangan) tahun 2014 yang terdiri dari 11 perusahaan Tbk.
waste hal ini dapat dilihat pada hasil olahan data dimana hasil tabel t-hitung
terlihat bahwa nilai sig 0,00 < 0,05 dengan t-hitung > t-tabel yaitu 2,521 >
positif dan signifikan terhadap waste hal ini berarti bahwa penerapan dan
150
pelaksanaan SPM yang baik akan dapat berpengaruh dalam proses reduce
Manajemen memiliki nilai t-hitung < t-tabel yaitu 1,512 < 1,983 dengan
nilai signifikansi 0,134 > 0,025 dan nilai koefisien β positif yaitu 0,178. Hal
dapat dilihat dari hasil olahan data diperoleh nilai t-hitung = 0,848 < 1,983
pada sig 0,399 > 0,025, dan β (+) = 0,100 artinya pengaruhnya positif namun
maka akan berdampak pada laba perusahaan yang berarti kinerja keuangan
dan signifikan terhadap kinerja keuangan dapat dilihat dari hasil uji f statistik
pada tabel anova bahwa sistem pengendalian manajemen (X) dan waste (Y)
mempunyai nilai uji f sebesar 3,478 sehingga lebih besar dari nilai f tabelnya
151
(3,478 > 3,080) dengan nilai signifikansi yaitu 0,035 < 0,05. Dari hasil
kinerja keuangan (Z). SPM dan waste secara simultan berpengaruh dan
SPM ini sangat berpengaruh pada waste, maka dengan sendirinya akan
berpengaruh pula pada kinerja keuangan yang akan dapat menentukan baik
5.2. Saran
pesaing-pesaing baru baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, baik itu
manajemen yang baik dan efektif sehingga akan dapat bersaing dengan para
kompetitor baik dari dalam maupun dari luar negeri yang mana pada akhirnya
eksis dan dapat bertahan hidup, sebab hasil penelitian menunjukan bahwa sistem
diterapkan dan dilaksanakan secara baik dan kosisten maka kondisi perusahaan
akan tetap terjaga dan perusahaan dapat mengembangkan bisnisnya dengan lebih
baik lagi.
tenyata untuk kinerja keuangannya (ROA, ROI dan ROE) masih rendah karena itu
penerapan dan pelaksanaan SPM perlu dilakukan secara lebih baik, konsisten dan
sesuai dengan kaidah dari SPM itu sendiri agar perusahaan yang tergabung dalam
bisnisnya dan siap menghadapi tantangan dan hambatan, sekaligus dapat bersaing
mengisi angket minimal 4 orang (operator, karu supervisor dan manager) sehingga
waste dan kinerja keuangan sehingga mungkin masih bersifat general karena jika
langsung terkait, seperti : variable material, mesin, orang (man), metode dan
AP, Wishnu, 2008, Meraup Keuntungan dengan Lean Manufactuing “Cara Mudah
Memahami dan Menerapkan Lean Manufacturing”, Elex Media Komputindo,
Jakarta.
IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), 2012, Standar Akuntansi Keuanga Per 1 Juni
2012, Jakarta.
Julianti Sri, 2014, The Art of Packaging “Mengenal Metode, Teknik, dan Strategi
Pengemasan Produk untuk Branding dengan Hasil Maksimal”, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Merchant, K. A., and Van der Stede, W. A. 2007. Management Control Systems:
Performance Measurement, Evaluation and Incentives. 2nd Edition. Prentice
Hall, England
Pratiwi, 2012, Analisa Produk Cacat pada Proses Produksi Mesin Printing dan
Laminasi untuk Meningkatkan Kualitas Produk dengan Menggunakan
Statistical Process Control, TI-ITI, Serpong.
Pardede Tatlan, Manurung Renhard, 2014, Analisis Jalur “Teori dan Aplikasi
dalam Riset Bisnis”, Rineka Cipta, Jakarta.
Sunyoto, Danang, 2012, Model Analisis Jalur untuk Riset Ekonomi, Yrama
Widya, Bandung.
Santoso, Singgih, 2015, SPSS 20 Pengolah Data Statistik di Era Informasi, Elex
Media Komputinda, Jakarta.
DAFTAR JURNAL
Arbernethy, Bouwens and Laurence, 2010, Leadership and Control system design,
Management Accounting Research 21 (2010)2-16.
Dwi Cahyono, Evi Lestari, Syarifudin Yusuf, 2007, Pengaruh Moderasi Sistem
Pengendalian Manajemen dan Inovasi Terhadap Kinerja (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur di Indonesia), Simposiun Nasional Akutansi X,
UNHAS Makasar 26-27 Juli 2007.
Joanna L. Ho, Cheng-Jen Huang and Anne Wuc, 2011, The Impact of
Management Control Systems on Efficiency and Quality Performance – An
Empirical Study of Taiwanese Correctional Institutions, Asia-Pacific Journal
of Accounting & Economics 18 (2011) 77–94
Kaiyawasam A.H.N and Dr. Lowa L.T., Kelvin, 2013, Impact of Management
Control System (MCS) on the Normalized Profit of Manucfacturing
Companies in Srilangka, International Journal of Arts and Commerce, ISSN
1929-7106.
Lilis Lianatus Solikhah, 2011, Pengurangan Waste pada Proses Produk Pupuk
Phonska dengan pendekatan Leax Six Sigma. (studi kasus : PT. Petrokimia
Fresik).
Malmi, T., and Brown, D.A. 2008. Management Control Systems as A Package-
Opportunities, Challenges and Research Directions. Management Accounting
Research, Vol. 19, No. 2, pp. 287-300.