Anda di halaman 1dari 11

Analisis Metode Economic Order Quantity (EOQ) dalam

pengendalian persediaan pada UD Herman

MINI PROPOSAL

Mini Proposal Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Persetujuan Judul


Skripsi dan Dosen Pembimbing Pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar

Oleh:

MUH IKBAL

NIM : 90200120083

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2023
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan ekonomi pada saat ini, dunia usaha tumbuh
dengan pesat di Indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih
efisien dan efektif dalam menghadapi persaingan yang lebih ketat demi
menjaga kelangsungan proses operasi perusahaan. Pada sisi lain, Usaha mikro
kecil menengah (UMKM) mampu menyerap tenaga kerja mengingat jumlah
penduduk Indonesia yang besar sehingga hal ini dapat mengurangi tingkat
pengangguran. Dari sinilah terlihat bahwa keberadaan UMKM yang bersifat
padat karya, menggunakan teknologi yang sederhana dan mudah dipahami
mampu menjadi sebuah wadah bagi masyarakat untuk bekerja dan
mendapatkan penghasilan yang cukup untuk kebutuhan mereka.

Perusahaan Perorangan atau Usaha Dagang merupakan satu diantara


usaha paling sederhana yang diartikan sebagai usaha swasta yang
pengusahanya satu orang. Yang dimaksud dengan pengusaha di sini adalah
pemilik perusahaan. Modal atau investasi yang dimaksud dapat berupa uang,
benda, atau tenaga keahlian. Bentuk usaha perorangan memiliki kelebihan
dalam hal pengambilan keputusan dan bertindak cepat untuk memanfaatkan
peluang bisnis yang ada. Kelemahannya adalah dari segi pengumpulan modal
yang besar untuk menghadapi berbagai persaingan dan peluang bisnis.
Menurut Godam (2006), bahwa usaha dagang adalah suatu usaha atau
kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang
jadi, barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.
Bahan baku merupakan bahan dasar untuk menggerakkan sebuah industri
karena bahan baku merupakan bahan yang akan di olah dalam kegiatan
industri untuk memperoleh barang lain yang lebih tinggi nilainya dalam
penggunaanya.

Pengendalian persediaan merupakan serangkaian kebijakan


pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan
harus dilakukan untuk menambah persediaan dan berapa besar pesanan harus
diadakan. Mengendalikan persediaan bukan hal yang mudah. Apabila jumlah
persediaan terlalu besar menimbulkan meningkatnya biaya penyimpanan, dan
resiko kerusakan yang besar. Namun jika persediaan bahan terlalu sedikit
mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan produksi (stock out) karena
sering kali bahan/barang yang dibutuhkan tidak dapat didatangkan secara
mendadak dan sebesar yang dibutuhkan.

Chan et al (2017), Pengendalian persediaan merupakan elemen vital


dalam pengambilan keputusan untuk memperlakukan item persediaan dengan
sebaik-baiknya dalam sebuah perusahaan, seperti bahan baku, kebijakan
pengendalian persediaan, dan proses untuk mengelola bahan baku cukup
menjamin kuantitas setiap barang. Karena bahan baku merupakan komponen
vital, jelas untuk mengatakan demikian penting bagi perusahaan untuk
memberikan perhatian lebih untuk mengelola secara efisien: besar, sedang,
atau bahkan yang kecil. Bi, Song, & Fei (2020), untuk mempromosikan suatu
produk perusahaan. Elsayed dan Wahba (2013), Pengendalian persediaan
sangat penting agar organisasi ataupun perusahaan efektif. Sangat penting
dalam pengendalian bahan dan barang yang memiliki kegunaan dalam
produksi.

Abd Karim, Nawawi, dan Salin (2018), menyebutkan yang utama


kesulitan dalam sistem pengendalian persediaan mungkin dipengaruhi oleh
praktek-praktek yang terfragmentasi karena prosedur yang tidak memadai
untuk standar operasi. Mohammaditabar, Ghodsypour, dan O'Brien (2012),
menunjukkan bahwa mengatur bahan baku ke dalam beberapa kelompok dan
melakukan pengendalian persediaan dapat mengatasi masalah bahan baku
yang tidak terkontrol.
Feng, McVay, dan Skaife (2015), menemukan bahwa perusahaan yang
memiliki masalah persediaan terkait material mendapat rasio perputaran
persediaan yang rendah dan selanjutnya melaporkan penurunan persediaan
perusahaan dengan asistem pengendalian internal yang kuat atas pelaporan
keuangan. De Leeuw, Holweg, dan Williams (2011), mengungkapkan bahwa
di bawah ketentuan kontrol terdesentralisasi, persediaan sangat banyak
disimpan di tingkat outlet berbeda dari inventaris agregat di tingkat pabrikan
mana pun dan dalam hal ini, keduanya serupa. Aro Gordon, dan Gupte (2016),
menunjukkan bahwa melakukan kombinasi kontemporer yang cocok bahan
baku yang terkontrol dapat membantu praktisi untuk meningkatkan produksi
perusahaan sehingga aliran bahan baku dapat stabil.

Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah untuk menghindari


berbagai macam ketidakpastian didalam proses produksi. Masalah persediaan
terlalu besar atau terlalu kecil kuantitas di tangan dapat menyebabkan
kegagalan bisnis. Jika sebuah produsen mengalami kehabisan stok persediaan
kritis barang, produksi berhenti. Selain itu, permintaan pelanggan menjadi
terhambat. Jika item tidak ditebar saat pelanggan berpikir seharusnya, usaha
dagang tidak hanya kehilangan pelanggan pada item itu tetapi juga pada
banyak item lainnya di masa mendatang. Persediaan yang efektif dapat
memberikan kontribusi yang signifikan untuk laba perusahaan. Menurut
Kotler (2000), pengendalian persediaan merujuk untuk semua kegiatan yang
terlibat dalam mengembangkan dan mengelola tingkat persediaan bahan baku,
setengah jadi dan selesai baik sehingga pasokan yang memadai tersedia.

Para pengambil keputusan dalam proses produksi menjamin kepastian


bahwa ketika barang dibutuhkan maka bahannya tersedia. Perusahaan yang
bergerak di bidang produksi perlu adanya pengendalian persediaan. Dalam
sebuah produksi merupakan suatu elemen yang sangat penting, dikarenakan
aktivitas yang sering dilakukan tentunya untuk mencapai kelancaran usaha.
Beamon & Kotleba (2006), mengakui faktor sistem yang serius
memberikan kontribusi elemen yang paling berarti untuk kinerja sistem
persediaan, dan mengakui kekuatan dan kelemahan dari strategi pengendalian
persediaan. Akibatnya, itu luar biasa menyelidiki dan mengeksplorasi
kelemahan pengendalian persediaan dalam organisasi. Sangat sedikit karya
telah dilakukan untuk menyelidiki pengendalian persediaan perusahaan
diskrit. Karya-karya empiris terungkap bahwa pengendalian persediaan yang
kuat mampu membentuk peningkatan perusahaan. Koumanakos & Shin
(2008), Ennis, & Spurlin, (2015), karena biaya yang terkait dengan persediaan
sebagai biaya penyimpanan, usang persediaan, biaya pemesanan, dan biaya
relevan pada tingkat minimum Samad Wahab, & Christabel, (2006).

Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah material yang dibeli


yang akan mampu mencapai biaya persediaan yang paling minimal Ahyari
(1987). Jika perusahaan tidak terlalu sering membeli bahan baku dan
melakukan pembelian dalam jumlah besar, EOQ sendiri juga sebagai jumlah
pesanan yang dapat menekan total biaya persediaan dengan pembelian yang
optimal. Untuk mencari berapa total bahan yang tetap dibeli dalam setiap
pembelian dalam menutupi kebutuhan satu periode. Yamit, (1999), Gambaran
secara umum terkait EOQ adalah suatu metode yang bertujuan untuk
mengoptimalkan biaya yang dikeluarkan perusahaan mengenai persediaan,
sehingga perusahaan mampu menyeimbangkan antara biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan.

Economic Order Quantity (EOQ) yang dikembangkan oleh Harris dan


umumnya disebut sebagai model dasar, serta pendekatan serupa yang
dikembangkan oleh Andler, dialokasikan dalam literatur untuk metode statis
tradisional. Metode statis kemudian diubah menjadi pendekatan ukuran lot
dinamis berkat kontribusi yang relevan dan terkenal (Wagner dan Whitin,
1958, Silver dan Meal, 1973, De Matteis dan Mendoza, 1968, Gahse, 1965,
Trux, 1966). Dari sudut pandang praktis, memilih metode untuk menentukan
ukuran lot tidak sepenting penerapannya untuk pengoptimalan. Untuk alasan
ini, kesederhanaan dan jumlah minimal data yang dibutuhkan dalam model
dasar Harris membuatnya jauh lebih menarik daripada metode lain yang lebih
kompleks. Selain itu, meningkatnya kepedulian terhadap masalah lingkungan
menekankan perlunya memperlakukan keputusan dalam mengendalikan
persediaan secara keseluruhan dengan tujuan ekonomi dan lingkungan.
Bonney dan Jaber & Wahab et al, (2011).

Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, pengendalian persediaan


yang efisien sangat penting bagi perusahaan dagang. Usaha dagang Herman
menghadapi tantangan dalam mengelola persediaan produk yang beragam.
Kelebihan atau kekurangan stok dapat berdampak negatif pada kinerja
operasional dan keuangan perusahaan. Metode Economic Order Quantity
telah terbukti menjadi pendekatan yang efektif dalam mengoptimalkan
pengendalian persediaan. Metode ini mempertimbangkan biaya pemesanan,
biaya penyimpanan, dan biaya kekurangan persediaan dalam menentukan
jumlah pesanan optimal yang harus ditempatkan. Namun, setiap usaha dagang
memiliki karakteristik unik, termasuk kebutuhan persediaan, tingkat
permintaan, biaya operasional, dan risiko kekurangan stok yang berbeda.

Oleh karena itu UD Herman yang merupakan salah satu UMKM yang
bergerak dibidang Meubel yang berada di kabupaten Pangkep. sering kali
terjadi masalah dalam proses produksi. Pemilik usaha dagang Herman (2023)
bapak Herman mengatakan bahwa tidak terdapat pengendalian bahan baku
yang efisien sehingga mengakibatkan pengumpulan stok misalnya kayu
sehingga menimbulkan kerugian biaya dikarenakan terjadinya dead stock.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
tertarik mengambil judul : “Analisis Economic Order Quantity dalam
pengendalian persediaan pada UD Herman”

B. Rumusan Masalah
Apakah pengendalian persediaan pada UD Herman dapat diselesaikan
dengan metode EOQ (Economic Order Quantity)?

C. Grand Theory

a. Theory

Yuliana (2016). Economic Order Quantity (EOQ) ialah sesuatu tata


cara yang hendak menolong pihak manajemen dalam mengambil keputusan
supaya pengadaan investasi pada suatu industri tidak kelewatan serta tidak
terjalin kekurangan dengan jumlah yang maksimal. Ahyari (1987) EOQ
adalah jumlah material yang dibeli yang akan mampu mencapai biaya
persediaan yang paling minimal. Jika perusahaan tidak terlalu sering
membeli bahan baku dan melakukan pembelian dalam jumlah besar, biaya
penyimpanan persediaan akan tinggi karena besarnya investasi persediaan.
Pengertian EOQ menurut pandangan Riyanto (2001) merupakan jumlah
barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering
dikatakan jumlah pembelian yang optimal. Metode kuantitas pesanan
murah bawah EOQ merupakan satu dari metode pengendalian persediaan
yang sangat kerap digunakan.
Guna dari EOQ model untuk memastikan jumlah pemesanan yang
maksimal supaya mengurangi bayaran persediaan. Terdapat sebagian
varian dalam model EOQ bergantung dari anggapan yang terbuat dalam
penentuan sistem persediaan. Secara universal meliputi 2 tipe yang awal
merupakan basic (EOQ) model serta yang kedua merupakan production
quantity model Afrianto, (2022). Jadi tata cara EOQ ialah tata cara yang
digunakan buat mengenali berapa banyak jumlah benda yang sepatutnya
dipesan (kuantitas maksimal) masing-masing kali pemesanan/pembelian.
Dengan tata cara EOQ ini diharapkan tidak terdapat kelebihan persediaan
ataupun kekurangan persediaan, serta hendak meminimalkan total bayaran
persediaan.

D. Rencana metode penelitian


1. Jenis penelitian
Metode kuantitatif ialah cara yang digunakan untuk melakukan
penelitian ini. Dilakukan penelitian pada objek yang sudah ditentukan, agar
peneliti dapat membuktikan adanya masalah, sehingga disebut sebagai
Kuantitatif
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diharapkan mampu
mewakili populasi, sampel pada penilitan ini adalah Usaha Dagang itu
sendiri yaitu Usaha Dagang Herman.
3. Teknik pengelolaan data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yaitu dengan
menggunakan metode Economic Order Quantity, pengumpulan data yang
digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan melakukan wawancara atau
interviw berdasarkan instrumen penelitian kepada pihak Usaha Dagang
Herman. Disamping itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan observasi
atau pengamatan langsung terhadap proses pengendalian persediaan bahan
baku Usaha Dagang Herman itu sendiri . Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Analisis data
menggunakan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan pada
perhitungan dengan cara yang digunakan Usaha Dagang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Adeyemi S L and Salami, A, O. (2010). Journal of Social Science. 23(2) 135-142.


Aro-Gordon, S., & Gupte, J. (2016). Review of Modern Inventory Management
Techniques. Global Journal of Business & Management, 1(2), 1-22.
Bi, G., Song, L., & Fei, Y. (2020). Dynamic Mixed-Item Inventory Control with Limited
Capital and Shortterm Financin.
Beamon, B. M., & Kotleba, S. A. (2006). Inventory Management Support Systems for
Emergency Humanitarian Relief Operations in South Sudan. The International
Journal of Logistics Management.
Bonney, Jaber, 2011. Environmentally Responsible Inventory Models: Non-Classical
Models for A Non-Classical Era. International Journal of Production
Economics. 133, 43–53.
Chan, S. W., Tasmin, R., Nor Aziati, A. H., Rasi, R. Z., Ismail, F. B., & Yaw, L. P.
(2017). Factors Influencing the Effectiveness Of Inventory Management in
Manufacturing SMEs. IOP Conference Series: Materials Science and
Engineering, 226(1). https://doi.org/10.1088/1757-899X/226/1/012024.
De Matteis, J.J., Mendoza, A.G., 1968. An Economic Lot - Sizing Technique. IBM
Systems Journal. 7, 30–46.
De Leeuw, S., Holweg, M., & Williams, G. (2011). The Impact of Decentralised Control
on Firm‐Level Inventory. International Journal of Physical Distribution &
Logistics Management.
Elsayed, K. & Wahba, H. (2013), “Reinvestigating The Relationship Between Ownership
Structure and Inventory Management: A Corporate Governance Perspective”,
International Journal Production Economics, Vol. 143 No. 1, pp. 207-218.
Feng, M., Li, C., McVay, S. E., & Skaife, H. (2015). Does Ineffective Internal Control
Over Financial Reporting Affect A Firm's Operations? Evidence from Firms'
Inventory Management. The Accounting Review, 90(2), 529-557.
Gahse, S., 1965. Lagerdisposition mit Elektronischen Datenverarbeitungsanlagen.
Godam. 2006. Organisasi Bisnis Perusahaan. Bandung.
Kaudunde, M. (2013). an Assessment of Effectiveness of Inventory Control System in the
Public Sector in Tanzania a Case of Kilwa District Council.
Koumanakos, D.P. (2008), “The Effect Of Inventory Management On Fifirm
Performance”, International Journal of Productivity and Performance
Management, Vol. 57 No. 5, pp. 355-369
Mohammaditabar, D., Ghodsypour, S. H., & O'Brien, C. (2012). Inventory Control
System Design by Integrating Inventory Classification and Policy Selection.
International Journal of Production Economics, 140(2), 655-659.
Neue Betriebswirtschaft 18 rux, W., 1966. Elektronische Datenverarbeitung in der
Materialwirtschaft eines Industriebetriebes. Zeitschrift für Datenverarbeitung.
4. (1966/2).
Samad, R.A., Wahab, R.A. & Christabel, S. (2006), Financial Management for
Beginners, McGraw Hill Education, Singapore.
Silver, E.A., Meal, H.C., 1973. A heuristic for selecting lot size quantities for the case of a
deterministic time – varying demand rate and discrete opportunities for
replenishment. Production and Inventory Management, 64–74.
Wagner, H.M., Whitin, T.M., 1958. Dynamic version of the economic lot size model.
Management Science. 5, 89–95. (1958/1).

Anda mungkin juga menyukai