Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN dan LANDASAN TEORI

II.1. Tinjauan Umum

II.1.1. Gambaran Kampus UBiNus

Universitas Bina Nusantara pada awalnya adalah sebuah lembaga

pendidikan komputer jangka pendek yang berdiri pada tanggal 21 Oktober

1974 dengan nama Modern Computer Course (MCC). Pada tanggal 1 Juli

1981, karena banyaknya peminat dan pesatnya pertumbuhan, lembaga

pendidikan berkembang menjadi Akademi Teknik Komputer (ATK) dengan

Jurusan Manajemen Informatika. Tiga tahun kemudian, pada tanggal 13 Juli

1984, ATK mendapat Status Terdaftar dan berubah menjadi AMIK Jakarta.

Kemudian pada tanggal 1Juli 1985, dibuka Jurusan Komputerisasi

Akuntansi, dan pada tanggal 21 September 1985, AMIK Jakarta berganti

nama menjadi AMIK Bina Nusantara.

Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tenaga-tenaga

handal dalam bidang teknologi informasi, pada tanggal 1 Juli 1986 Sekolah

Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Bina Nusantara

mendirikan Program Strata-1 (S1) Jurusan Manajemen Informatika dan

Teknik Informatika, bersamaan dengan itu juga dibuka Jurusan Teknik

Komputer (S1).

13
Pada tanggal 9 November 1987, AMIK Bina Nusantara dilebur

kedalam STMIK Bina Nusantara sehingga terbentuk sebuah lembaga yang

menyelenggarakan Program Diploma III (D3) dan Srata I (S1). STMIK

Bina Nusantara berhasil memperoleh Status Disamakan untuk semua

jurusan dan jenjang pada tanggal 18 Maret 1992, dan pada tanggal 10 Mei

1993 mendapat kepercayaan untuk membuka Program Pascasarjana

Magister Manajemen Sistem Informasi, salah satu program pascasarjana

pertama di Indonesia di bidang tersebut.

Pada tanggal 8 Agustus 1996, Universitas Bina Nusantara (UBINUS)

berdiri dan secara sah diakui oleh Pemerintah. STMIK Bina Nusantara

kemudian melebur kedalam Universitas Bina Nusantara pada tanggal 20

Desember 1998, sehingga UbiNus memiliki: Fakultas Ilmu Komputer,

Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Sastra, Fakultas MIPA, dan

Program Pascasarjana.

Program Studi Arsitektur

Pengantar

Mengantisipasi perkembangan teknologi informasi serta era

globalisasi, dimana isu lingkungan hidup memegang peranan penting, maka

Jurusan Arsitektur UbiNus perlu mengambil suatu sikap dan menanggapinya

melalui evaluasi kurikulum.

Berdasarkan Kurikulum Inti yang baru, struktur pengelompokkan

mata kuliah didasarkan pada kompetensi yang ingin dicapai, yaitu: Mata

14
Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKP), Mata Kuliah Keilmuan dan

Keterampilan (MKK), Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB), Mata Kuliah

Perilaku Berkarya (MPB), dan Mata Kuliah Berkehidupan Bersama (MBB),

adapun jumlahn total sks tetap (minimal 144 sks), namun muatan Kurikulum

Inti 40% atau 58 sks, dan 60% sisanya atau 86 sks adalah muatan Kurikulum

Institusional, yang merupakan pengembangan warna/kekhasan dan institusi

penyelenggara Perguruan Tinggi. Kebijaksanan perubahan ini menjadi

peluang untuk melakukan koreksi internal dalam upaya mengejar

ketinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang arsitektur, serta menata

keterkaitan program S1 ke S2 dan S3, Pendidikan Profesi di waktu dimasa

yang akan datang.

Tinjauan Umum dan Khusus dari Pendidikan Arsitektur di UBiNus

Secara umum pendidikan arsitektur di UbiNus yang masih berada

dibawah naungan Fakultas Teknik memiliki satu kelebihan dimana di dalam

proses belajar tidak hanya diajarkan hal-hal yang menyangkut seni bangunan

tetapi juga menyangkut hal-hal keteknikan. Disamping itu berada dibawah

manajemen UbiNus, setiap mahasiswa diwajibkan untuk dapat menguasai

teknologi informasi dalam hal ini yang berkaitan dengan bidang arsitektur.

Dengan proses belajar-mengajar yang sistemastis dan terpadu secara umum

tujuannya adalah agar mahasiswa mampu meningkatkan prestasi akademik,

memiliki kemampuan bersosialisasi dan memiliki etos kerja yang tinggi.

15
Berbekal dengan kurikulum baru yang memiliki beberapa

konsentrasi bidang keilmuan, seorang lulusan arsitektur yang ingin

mengembangkan keilmuan memiliki kesempatan luas sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki. Disamping itu lulusan arsitektur juga memiliki

peluang untuk dapat bekerja dalam berbagai bidang yang diminati. Secara

khusus proses pendidikan yang dilakukan di jurusan arsitektur bertujuan

untuk:

1. Menghasilkan sarjana arsitektur yang memiliki budi luhur, etika

profesi, jati diri sebagai bangsa Indonesia dalam pembangunan

nasional

2. Menghasilkan sarjan arsitektur yang memiliki kemampuan dasar

profesi arsitek (kemampuan untuk merencana dan merancang) dan siap

berkembang menjadi seorang arsitek profesional ataupun seorang

magister arsitektur.

3. Menghasilkan sarjana arsitektur yang memiliki kemampuan

memecahkan masalah dan mampu berkomunikasi dengan baik.

4. Dan menghasilkan sarjana arsitektur yang memiliki kemampuan

berkembang ke berbagai bidang dengan dasar ilmu arsitektur dan

memiliki kemampuan untuk meningkatkan jenjang pendidikan.

16
Profil Jurusan Arsitektur

Jurusan Arsitektur BINUS didirikan tanggal 8 Agustus 1996, melalui

Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 55/D/O/1996.

Jurusan Arsitektur berada di Fakultas Teknik bersama dengan Jurusan

Teknik Sipil, Teknik Industri, dan Desain Komunikasi Visual.

Sebagai perguruan tinggi yang berangkat dari bidang teknologi

informasi terkemuka di Indonesia, Universitas Bina Nusantara menyadari

bahwa pendidikan arsitektur tidak dapat lepas dari penerapan teknologi

komputer, baik dalam hal proses desain maupun beroperasinya suatu

gedung. Sejalan dengan kemajuan teknologi informasi di bidang arsitektur,

beberapa perusahaahn maju mewajibkan setiap pelamar dari sarjana

arsitektur dituntut untuk menguasai teknologi informasi ini. Sehingga untuk

menjawab kebutuhan tersebut diperlukan tenaga arsitek yang tidak hanya

menguasai bidang Perancangan Arsitektur, namun harus terampil juga dalam

penguasaan TI.

Hingga saat ini jumlah mahasiswa berkisar 100 mahasiswa dengan

29 orang dosen dengan jenjang pendidikan S3: 2 orang, S2: 11 orang, dan

S1: 15 orang. Sarjana arsitektur lulusan pertama UBINUS sejumlah lima

orang, dan pada tahap kedua peserta Proyek Akhir sejumlah empat orang.

Seluruh alumni arsitektur UBINUS telah mendapat pekerjaan sesuai dengan

bidang dan ketrampilan ayng dimiliki, bahkan ada yang telah bekerja di luar

negeri. Prestasi sebagian besar alumni menguasai TI.

17
Fasilitas yang dimiliki adalah: Studio, Studio Proyek Akhir, Bengkel

Arsitektur, Komputer, Ploter, Mesin Meja Gambar, Peralatan Praktikum

Fisika Bangunan: lux meter, decibell meter. Saat ini sedang menunggu hasil

proses akreditasi.

Bench Mark

Menanggapi SK Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000

tentang Kebijakan Penyelenggaraan Umum Pendidikan Tinggi dan

mengantisipasi perkembangan teknologi informasi abad 21 serta era

globalisasi tahun 2003, dimana isu HAM, demokrasi, lingkungan hidup,

desentralisasi pemerintahan, maka jurusan arsitektur UBiNus perlu

mengambil suatu sikap dan menanggapi dengan mengevaluasi kurikulum

yang sedang berjalan dengan Perancangan Kurikulum Baru.

Kurikulum yang merupakan sistem pemandu proses belajar pada

suatu program studi akan dibentuk berdasarkan tiga aspek:

1. Sistem Kurikulum

2. Sumber Daya Manusia

3. Sarana dan Prasarana Perkuliahan

Akibat terjadinya perubahan paradigma dalam penyelenggaraan

pendidikan tinggi, antara lain Perubahan Kurikulum Inti secara struktural,

baik dalam substansi maupun julah kurikulum inti.

18
Didalam penyusunan kurikulum ini, Jurusan Arsitektur telah

berupaya untuk melakukan studi banding dengan beberapa universitas di

luar negeri, diantaranya adalah:

1. M.I.T.

2. University Melbourne

3. N.U.S.

Dari ketiga universitas tersebut didapati benang merah tentang hal-hal yang

dipelajari, diantaranya adalah:

1. Architectural Desain : Studio Perancangan Arsitektur

2. Construction Technology : Teknologi Bangunan

3. History and Theory of Architecture : Sejarah Arsitektur, Filsafat

Arsitektur, Metode Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

4. Comunication/Visualitation : Teknik Komunikasi Arsitektur

5. CAD Systems : Komputasi Desain

6. Built Environment Sciences : Arsitektur dan Lingkungan

7. Sementara itu mata kuliah lain merupakan mata kuliah pendukung yang

dianggap mempunyai manfaat bagi para lulusan arsitektur.

Dasar Pertimbangan :

Rencana Kurikulum baru Program S1 Jurusan Arsitektur UBiNus

didasarkan pada:

1. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000 tentang

Penyusunan Kurikulum Perguruan Tinggi dan Hasil Belajar Mahasiswa.

19
2. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999 tentang Otonomi Perguruan

Tinggi.

3. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Otonomi

Pemerintahan.

4. Visi dan Misi Universitas Bina Nusantara.

5. Kurikulum Inti (S1) Jurusan Arsitektur.

6. Usulan Forum Komunikasi Program Studi Arsitektur Kopertis Wilayah

III dan Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Swasta Jurusan Arsitektur

Bandung.

Selain hal-hal tersebut diatas, penyusunan kurikulum ini didasarkan atas

pemikiran tentang:

1. Antisipasi terhadap perkembangan teknologi informasi abad 21 dan era

global tahun 2003.

2. Paradigma baru sistem pembelajaran, dimana mahasiswa menjadi pusat

proses pembelajaran dan dosen sebagai fasilitator.

3. Kondisi Internal dan Eksternal.

Pendekatan yang dilakukan :

1. Menghimpun masukan-masukan tentang kurikulum Jurusan Arsitektur

pada masa kini dan masa yang akan datang.

2. Melibatkan partisipasi seluruh pelaku pendidikan di Jurusan Arsitektur

Universitas Bina Nusantara, termasuk ikatan profesi, dunia Industri

Konstruksi, pengguna Jasa Arsitek, alumni.

20
Struktur Kurikulum Baru terdiri atas tiga pembentuk:

1. Jumlah sks Program S1 Jurusan Arsitektur adalah 146 sks.

2. Jumlah semester adalah delapan semester.

3. Jumlah mata kuliah persemester adalah 6 mata kuliah.

II.1.2. Gambaran Arsitektur pada Umumnya

Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah

matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan

sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari

ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan

penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan

bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb.

Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur.

Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme, post-

strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat

yang mempengaruhi arsitektur.

Sejarah dan Gambaran Arsitektur

Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi

lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang

tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif

merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju

dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek,

21
arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat

proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang

sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-

mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang

demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak bagian dunia.

Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural.

Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural

berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan

tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti

jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti

sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan.

Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam

masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai

arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan

aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur

religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh

Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad

Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek

individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli

keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.

Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap

individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang

baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek

22
individual Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci dan kultus

individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang

jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain

yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang

jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.

Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang

ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru

serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis

bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi"

yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien) kaya dan berkonsentrasi

pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis.

Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di Perancis melatih calon-calon

arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan

konteksnya.

Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi

umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh

kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam

lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi

massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan

kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.

Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20

melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara

lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek

23
buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya

profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk

di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat

arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.

Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah sebuah

pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis.

Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang

melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai

"master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi

masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.

Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu

dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan

makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak

psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-

Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima

umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya.

Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed"

(bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara

eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek atau

duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu).

Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.

Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan

menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka

24
merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi

oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan

kebutuhan manusia sehari-hari dan mengunakan teknologi untuk mencapai

lingkungan yang dapat ditempati. Design Methodology Movement yang

melibatkan orang-orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander

mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai

bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk

menjadi dasar proses perancangan.

Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur

menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini

membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan

profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai

dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya.

Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya

dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.

Sejarah Pendidikan Arsitektur

Menurut Aditjipto (2002), bahwa sepanjang abad 17 dan 18,

perancangan arsitektur diajarkan pada beberapa akademi perancangan di

Italy dan Perancis. Diantara sekolah-sekolah ini yang paling menonjol dan

25
berpengaruh dalam pendidikan arsitektur di seluruh dunia adalah Ecole des

Beaux-Arts yang berada di Paris. Sekolah ini mulai mengajarkan arsitektur

dalam tahun 1819, meskipun sebelumnya antara tahun 1973-1819 sudah

dimulai dengan tahap pengembangan berupa dua buah sekolah: Academic

Royale d’Architecture dan Academic Royale de Peinture et de Sculture

(Chafee, 1977).

Konsepsi dari Ecole ini didasarkan pada pandangan Renaissance

yang berkembang di Italy dalam abad ke-15, dimana arsitektur dianggap

sebagai suatu art atau seni. Pandangan Beaux-Arts menekankan art dan

metode-metodenya sebagai suatu jalan ke arah pengertian arsitektur.

Pandangan ini mengakibatkan suatu kebutuhan akan bakat tertentu dari para

mahasiswa, suatu bakat dalam seni atau seperti dikatakan oleh Rominiec

(1968), bakat dalam seni dan grafis lebih dipentingkan daripada pengetahuan

rasional.

Prosedur pertama dalam menyelesaikan problema perancangan

adalah cara mahasiswa harus menyelesaikan sebuah problem sketsa di dalam

sebuah ruangan kecil yang terisolir. Problema ini harus diselesaikan dalam

waktu 8 jam. Pengisolasian dari mahasiswa akan meninggikan

konsentrasinya, dan juga hal ini merupakan suatu jaminan yang terbaik

bahwa pemecahan yang dihasilkan merupakan pencerminan dari

kemampuan dan bakat mahasiswa (Cathian, 1976).

26
Studio Arsitektur

Menurut Susilo (1998), kata studio pada umumnya digunakan untuk

ruang kerja pelukis, pematung, pemotret, atau seniman yang memerlukan

kesungguhan maupun perhatian yang sangat mendalam guna memajukan

diri dalam menghasilkan karya seni. Untuk tempat kegiatan yang sama

kesungguhan maupun semangatnya dalam bidang yang bukan seni

digunakan istilah laboratorium. Dalam pendidikan arsitektur telah disepakati

secara formal, bahwa tempat melatih diri adalah yang disebut studio.

Apakah arsitektur itu seni atau ilmu pengetahuan, masih sering

menjadi perdebatan yang menimbulkan kebingungan. Dalam pendidikan

arsitektur dikelompokkan dalam lembaga politeknik atau dikelompokkan

dalam lembaga sekolah seni (Ecole de Beaux-Arts). Pada saat ini umumnya

pendidikan arsitektur digolongkan dalam lembaga fakultas teknik dan atau

konsorsium teknologi. Arsitektur adalah bidang studi mengenai lingkungtan

buatan manusia (the built environment).

Bersama-sama dengan bidang studi dan disiplin ilmu lainnya, materi

dari pendidikan ini adalah lingkungan buatan. Secara resmi, baku atau

formal dibeda-bedakan antara berbagai disiplin ilmu pengetahuan maupun

antara berbagai ilmu terapan (profesional). Hingga sekarang arsitektur ingin

mencirikan diri dalam objek formalnya untuk mempelajari objek materi

berupa lingkungan buatan, memilih fokus perhatian kepada tritunggal

(utilitas, firmitas, dan venustas).

27
Arsitektur juga mempelajari kebaikan dan keindahan. Arsitektur

tanpa keindahan sebagai objek formalnya, menjadi sekedar ilmu bangunan.

Filsafat mengenai keindahan adalah estetika sehingga tidak mungkin

dilepaskan dari studi arsitektur. Hasil pikiran dari arsitektur tidak cukup

hanya berdasakan nalar (ratio) semata-mata. Evaluasi nilai dalam pikiran

arsitektur perlu dilengkapi dengan pertimbangan dan keputusan yang tepat.

Ciptaan arsitektural harus layak (feasible = able to become a fact) bukan

karena benar menurut nalar semata-mata, tetapi juga baik dan indah menurut

rasa.

Studio sebagai sarana fasilitas berupa perangkat keras memang perlu,

tetapi yang lebih utama adalah sebagai perangkat lunak yang berupa fakultas

(kemampuan pikir). Pandangan dalam batin disusun menjadi teori. Setiap

sarjana berlatih agar menjadi terampil dalam berteori yang menghasilkan

seperangkat pernyataan berupa: nilai dasar; hukum, dalil, rumus, aturan,

metode, dan lain sebagainya; makna sebab-akibat.

Kegiatan dalam studio yang paling mendasar adalah sebagaimana

menata pikiran dan perasaan (benar, baik, dan indah) menjadi teori yang bisa

menjadi fakta. Desain atau perancangan berarti keputusan bagaimana

mengubah dunia menjadi lebih benar, lebih baik, dan lebih indah. Hakekat

merancang adalah ”any act to change the world”. Desain arsitektur adalah

usaha untuk mengubah lingkungan buatan menjadi lebih benar, lebih baik,

dan lebih indah.

28
Disiplin ilmu atau ajaran arsitektur pada hakekatnya adalah disiplin

desain. Untuk mencapai nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan, studi

arsitektur berpusat dalam kegiatan studio. Latihan dalam studio arsitektur

tertuju pada keterampilan mendesain dan mengahasilkan teori yang tertulis

(skripsi) maupun secara lebih lengkap lagi seluruh perangkat berupa

penjelasan tertulis (rks) gambar-gambar dan segala model fisik lainnya

(maket) yang dianggap perlu.

Latihan dalam studio bertujuan untuk memberikan ketrampilan

teknik berpikir atau logika sehingga mampu bertindak dan bersikap mandiri

sebagai sarjana. Jadi tujuan sarjana adalah untuk mampu mnciptakan yang

asli (otentik), dan kemudian jika berhasil membuktikan kebenaran

konsepsinya, menjadi berwenang untuk memimpin (otoritas) proses

penerapan dan pemenuhan dalam pembangunan. Latihan menulis dan

merancang menjadi penting jika dikaitkan dengan otentitas dan otoritas. Jadi

yang menjadi tujuan dalam studio bukan sekedar keterampilannya dalam

proses menulis dan merancang.

Hasil penulisan berupa skripsi maupun hasil perancangan atau desain

tidak perlu dipisahkan seolah-olah ada dua hal yang tidak berkaitan atau

terlebih lagi sebagai dua hal yang berlawanan. Topik (tempat) atau pokok

bahasan dari skripsi atau desain pada umumnya adalah objek materi berupa

lingkungan buatan. Dalam bidangnya darjana arsitektur maupun arsitek

adalah pencipta atau pembangkit rupa atau bentuk (formgenerator).

Arsitektur dalam perkembangan sebagai disiplin ilmu pengetahuan selalu

29
bertitik tolak dari objek formal yang bersifat fungsional, teknis, teknologis,

estetis, etis, ekonomis, bahkan sekarang menejerial.

Masalah memang menjadi rumit atau kompleks sehingga

memerlukan berbagai macam pembimbing atau mentor dengan latar

belakang pengalaman yang sangat bervariasi. alam membuat rencana yang

kemudian menjadi desain dan rekayasa, seorang mahasiswa harus mampu

melihat jauh ke depan dan membuat perkiraan.

Di dalam studio arsitektur pendidik dan peserta didik bersama-sama

melatih diri untuk menerapkan ketiga unsur tersebut demi keputusan yang

sekaligus paling benar, paling baik, dan paling indah. Tetapi untuk

diterapkan dalam putusan desain sesuai dengan kenyataan faktual ternyata

pertimbangan yang bijak masih perlu memperhitungkan yang baik dan yang

indah.

Pemenuhan kebutuhan hidup sangat bergantung tempat dan waktu.

Masalah kebudayaan yang tergantung dari studi antropologi dari etnologi

ternyata berkaitan dengan waktu tertentu, tidak abadi. Ilmu pengetahuan

karena buatan manusia juga demikian sifatnya, sehingga benarnya ilmu

pengetahuan atau disiplin ilmu adalah relatif. Akhirnya tujuan paling pokok

adalah bagaiman pendidik dapat membentuk manusia seutuhnya yang

mampu membuat keputusan yang benar, baik, dan indah pada situasi dan

kondisi tertentu.

30
Penggunaan Komputer

Bagi sebagian para arsitek sampai saat ini peranan pensil dan kertas

sebagai kelanjutan dari kemampuan otak yang diterjemahkan dalam bentuk

perancangan, belum bisa begitu saja digantikan oleh komputer, meskipun

yang terakhir ini menawarkan kemungkinan-kemungkinan yang lebih

menarik. Jika pensil dan kertas merupakan media pasif, maka komputer

merupakan media yang baru dan aktif. Komputer bereaksi terhadap aksi

manusia, dan sebagai kelanjutan dari otak komputer dapat beroperasi dalam

bidang-bidang yang biasa dilakukan oleh otak itu sendiri.

Banyak dari kerja komputer dalam arsitektur bukanlah pada

pengahasil bentuk dan ruang, tetapi lebih pada eksplorasi dari aspek

kuantitatif dari perancangan, misalnya penyelidikan mengenai penampilan

struktural, ekonomi, dan reaksi lingkungan. Bagaimana pun komputer

dalam arsitektur tetap merupakan suatu bidang yang memiliki masa depan

ayng cerah, dengan berbagai kemungkinan yang masih belum tergali.

II.1.3. Gambaran Topik dan Tema

Topik- Ekspresionisme

Ekspresionisme merupakan gerakan yang bergulat untuk mencapai

campuran cita-cita yang kompleks yang dicirikan sebagai irasional,

emosional, antropomorfik, romantik, dan monumental. Gerakan

ekspresionisme kerap diyakini sebagi suatu ide ruang.. Bagian utama dari

31
komposisi-komposisi arsitekturalnya biasanya terdiri dari massa bangunan

yang sifatnya sentral, dominan, dan menjulang.

Tema

Pengolahan Bentuk Kampus yang Ekspresif dalam Menaungi Kegiatan

yang Berhubungan dengan Arsitektur.

Pendidikan Aristektur dewasa ini berusaha untuk menanggapi

kehidupan nyata dalam bentuk aplikasi komputer. Dunia arsitektural ini

mendapatkan tanggapan yang luar biasa dari dunia, hal ini dapat dilihat dari

banyaknya publikasi dan konsep-konsep baru yang ditawarkan pada

kehidupan sehari-hari, khususnya dibidang pemukiman dan kota. Berbaagai

perbaikan dibidang kota dan kelengkapannya juga semakin marak. Akan

tetapi pada dasarnya pendidikan arsitektur di Binus kadangkala kurang

mendapat perhatian.

Berbagai model kampus seperti yang ada diluar memberikan contoh

yang dapat mendorong dalam memberikan identitas bagi bangunan itu

sendiri. Untuk itu penerapan prinsip-prinsip ekspresionisme dianggap sesuai

dengan proyek yang akan dibuat, seperti misalnya pada prinsipnya bangunan

dianggap sebagai sebuah monumental. Dari prinsip itu dapat dilihat bahwa

kampus arsitektur ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

bidang seni bangunan dan memberikan identitas baru bagi bangunan

Kampus Fakultas Teknik Arsitektur UbiNus dan juga penggunanya.

32
II.2. Tinjauan Khusus Terhadap Proyek

II.2.1. Pengertian Proyek

Universitas Bina Nusantara memiliki Fakultas Teknik yang berdiri

sejak 20 Desember 1998. Fakultas ini memiliki Jurusan salah satunya adalah

Teknik Arsitektur. Jurusan ini bergerak di bidang seni bangunan. Selain

seni, ilmu yang dipelajari dalam bidang ini adalah mata kuliah yang

berkaitan dengan teknik bangunan. Proyek kampus Fakultas Teknik ini

berada dibawah naungan UBiNus. Proyek ini ada berdasarkan pertimbangan

akan kebutuhan ruang yang kurang memadai baik dari gedung maupun

ruangan yang diperlukan.

Selain itu proyek ini juga memiliki bagian penunjang yang

difungsikan sebagai area apresiasi dan penunjang bagi kelangsungan

kegiatan yang berkaitan dengan dunia arsitektur, seperti misalnya: launching

buku mengenai dunia ke-arsitektur-an. Selain itu jga dapat difungsikan

sebagai area untuk sosialisasi, share pengetahuan dan pengalaman maupun

untuk tujuan promosi atau pameran atau semacam open house.

II.2.2. Gambaran dan Batasan Proyek

Gambaran Proyek

Proyek Kampus Fakultas Teknik Arsitektur ini pada dasarnya

merupakan tanggapan terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di

UBiNus berkaitan dengan kebutuhan ruang yang semakin sulit sedangkan

tuntutan akan pendidikan semakin mendesak akan adanya ruang kerja bagi

33
mahasiswa arsitektur. Sebagai contoh dari ketidakampuan ruang yang terjadi

di UBiNus adalah sebagai berikut :

1. Ruang kelas yang terlampau padat

Keadaan padat ini tentu saja akan membuat mahasiswa cnderung tidak

berkonsentrasi pada apa yang dikerjakan.

2. Ruang Seminar yang terkesan dipaksakan

Keadaan seperti diatas memberikan gambaran bahwa adanya pemaksaan

ruangan untuk dijadikan ruangan seminar sementara waktu. Tentu saja

hal ini tidak tepat karena kondisi ini tidak sesuai dengan kebutuhan

ruang yang ideal. Ruang seminar harusnya merupakan ruang yang dibuat

agar semua pengunjung dapat melihat dengan jelas apa yang

disampaikan pembicara tanpa dihalangi oleh pandangan apapun.

34
Gambaran (hasil survey) ruangan yang sekurangnyaa dapat dijadikan

contoh:

3. Bengkel yang juga difungsikan sebagai gudang

Dengan difungsikannya bengkel sebagai gudang maka secara otomatis

ruang gerak bagi mahasiswa akan semakin sempit. Sedangkan

mahasiswa membutuhkan tempat untuk mengerjakan tugas atau untuk

35
diskusi. Adanya ruang-ruang yang memiliki fungsi sendiri-sendiri akan

membantu menunjang kegiatan yang berlangsung dalam bangunan

tersebut.

4. Ruang kerja yang sempit dan tidak mendukung karena kurangnya

fasilitas komputer sebagaimana tuntutan akan pendidikan yang berbasis

komputer.

Foto ini diambil pada kegiatan STUPA III, pada STUPA III mahasiswa

diharuskan menggunakan komputer sebagi media penggambaran 2D.

Jam studio yang panjang sedangkan penunjang seperti komputer tidak

memadai membuat kadangkala studio menjadi hanya sekedar absen atau

untuk sosialisasi dan diskusi.

5. Ruang tugas akhir yang kurang memadai dari segi luas sedangkan

kuantitas mahasiswa semakin bertambah.

Ruang studio ini dibuat dengan kondisi peserta tugas akhir berkisar 20

orang. Sedangkan mulai tahun 2003 terjadi peningkatan peserta Tugas

36
Akhir mencapai 35 orang. Tentu saja ruangan ini tidak dapat berfungsi

dengan baik karena akan sangat mengganggu satu sama lain dengan

space kerja yang semakin sempit. Perkiraan ideal yang menjadi ruang

lingkup kerja TGA adalah ± 4 m2 – 7 m2 termasuk meja gambar dan

space untuk membuat maket.

Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang akan berlangsung

dalam Kampus Fakultas Teknik Arsitektur UBiNus, maka perlu terlebih

dahulu ditelusuri bagian terpenting dalam pendidikan yaitu kurikulum.

Kurikulum UbiNus membagi mata kuliah berdasarkan tabel (1).

Batasan Proyek

Proyek Kampus Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara ini

memiliki batasan sebagai berikut :

1. Pengguna Gedung, Persyaratan dan Gambaran penggunanya.

2. Kegiatan yang ada dan akan berlangsung di kampus Fakultas Teknik

Arsitektur.

3. Penerapan empat buah prinsip ekspresionisme (dinamis, gari-garis kaku,

dominan, penggunan garis-garis kaku).

37
II.3. Tinjauan Khusus terhadap Topik dan Tema

II.3.1. Sejarah dan Gambaran Eksprresionisme

Pengertian Ekspresionisme

Ekspressionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk

mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional. Ekspresionisme bisa

ditemukan di dalam karya lukisan, sastra, film, arsitektur, dan musik. Istilah

emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi

daripada emosi bahagia.

Sejarah Ekspresionisme

Ekspresionisme berkembang sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad

ke-20. Ekpresionis ditentang oleh standart akademik, dimana telah diatasi di

Eropa dan yang diutamakan adalah subjektif emosi dari seniman, dimana hal

ini melanggar penampilan nyata dari benda-benda.

Sebagai lukisan yang beraliran ekspresionis, Ekspresionis dalam

arsitektur berkembang di akhir abad ke-19 dan di awal abad ke-20 diluar

ketegangan social yang ditinggalkan oleh Perang Dunia Pertama.

Ekspresionisme berkembang kebanyakan di German bagian dari Eropa.

Batas ekspresionisme pertama kali diaplikasikan pada lukisan pada

tahun 1911 tetapi perkembangan pengajarannya ditunjukan sekitar abad 19

seniman, terutama Dutch pelukis Vincent van Gogh, artis Perancis Paul

Gauguin, dan Pelukis Norwegia Edvard Munch, dimana semuanya

38
menggunakan warna keras dan garis yang berlebihan untuk mencapai

ekspresi emosional yang kuat. Grup berpaham Ekspresionis yang terkemuka

adalah sekolah German, yang diorganisir oleh grup Dresden bernama Die

Brucke, dimana didalamnya termasuk pelukis Ernst Ludwig Kirchner, Erich

Heckel, Karl Schmidt-Rottluff, Emil Nolde, Max Pechstein, and Otto

Müller. Selain itu juga terdapat grup lainnya yang berasal dari negaranya

masing-masing seperti Munich, Swiss, Rusia, Australia, Perancis, dan

lainnya.

Di awal tahun sekitar 1910 pendekatan ekspresionistik dirintis oleh

Ensor, Munch, dan van Gogh, dalam hal ini dikembangkan dalam hasil

karya oleh tiga grup seniman: Fauves, Die Brucke, Der Blaue Reiter.

Berdasarkan pendapat Pehnt, Ekspresionisme berakhir pada akhir perang

dunia pertama, sebagai persamaan dengan perpecahan yang ditinggalkan

oleh perang itu sendiri.

Gambaran Ekspresionisme

Gerakan-gerakan ekspresionis terjadi pada dasawarsa kedua abad ke-

20 bersamaan dengan gerakan Futuris. Dalam banyak hal, arsitek yang satu

dan sama itu menggeluti tendensi-tendensi ekspresionis dan fungsionalis

dalam desain-desain. Ide ruang menurut tradisi, adalah milik dari dunia

penalaran objektif. Dengan demikian, dunia teoritis ruang, menurut

39
kodratnya, bersifat antagonistik terhadap visi subjektivistik manapun juga.

Ini menjelaskan alasan dihindarinya konsep-konsep ruang dan waktu.

Gambaran ekspresionisme pada seni lukis dapat dilihat pada gambar berikut:

"Elbe Bridge I" oleh Rolf Nesch

"View of Toledo" oleh El


Greco, 1595/1610 dipercaya
memiliki pengaruh besar
terhadap ekspresionisme
abad 20, meskipun
sebenarnya lukisan ini
beraliran manerisme.

Rehe im Walde oleh Franz


Marc

Gloria. Rudolf Schwarz.1920

Principles of Arcchitecture.
Hans Scharoun.1919
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Ekspresionisme",23 Maret 2007; pkl. 18:31 WIB

II.3.2. Prinsip dan Filosofi Ekspresionisme

Subjek dari ekspresionis pekerjaan adalah sering mengalami

pengulangan atau pengubahan. Ciri khas dari pergerakan ini adalah warna-

warna kasar, dan garis-garis kaku yang mencerminkan sisi dari kehebatan

ekspresi emosional.

Aplikasi dari elemen-elemen formal adalah semangat, perasaan

kaget, kekerasan, atau kedinamisan. Ekspresionisme mencoba untuk

40
menjunjung-penitikan ekspresi dari pengalaman pribadi daripada hanya

gambaran realistic, mencari untuk melukiskan bukan realita objek melainkan

subjek dari emosi dan respon dari objek dan kejadian yang mengguncang

dan meskipun meyadarkan didalam diri mereka.

Secara garis besar Ekspresionisme yakin bahwa setiap bagian dari

pribadi manusia dan menjadi bagian didalamnya, bentuk dari ekspresinisme.

Bagi mereka, semuanya merupakan akspresi: makan, tidur, dan tanpa

keraguan, menggambar. Ekspresinisme diyakini oleh seni. Mereka percaya

bahwa seni adalah makna utama dari sebuah ekspresi antara satu orang

dengan orang yang lain-dalam kasus ini, seniman dan penonton atau

pengamat seni. Seperti kubisme, Ekspresionisme lebih merasakan bahwa hal

terpenting dalam lukisan adalah rasa didalam lukisan tersebut. Permasalahan

subjek tersebut menjadi pusat dari muatan emosional untuk dirasakan oleh

seniman itu maupun pengamatnya.

Ekspresionisme yakin bahwa selama alur emosional antara seniman

dan pengamat mengambil tempat, persoalan subjek memiliki sedikit

kepentingan. Ekspresionisme menuntut semua hal diatas, emosi dari

ekpresionisme butuh untuk diambil bagian. Tidak sama seperti seniman dari

perkembangan lain yang mengutamakan permasalahan subjek, akan tetapi

ekspresionisme mendapati bahwa permasalahan subjek tersebut dapat

ditinggalkan secara bersamaan. Jika seniman tersebut menggunakan

kekayaan warna yang mendalam beriringan dengan ulasan kukas yang

terbatas, ketika lukisan dapat berada bersama sebagai suatu kebebasan.

41
Selain dalam hal lukisan, ekspresionisme diatas juga berlaku pada

musik. Musik memiliki aliran yang beragam diantaranya adalah pop, jazz,

classical, rock, dan lainnya. Akan tetapi penamaan tersbut hanya

berdasarkan pada jenis musik yang mereka gunakan. Sejalan dengan

perkembangan jaman yang semaki terbuka maka musik pun juga

mengikutinya.

Munculnya aliran baru dan band-band baru yang menawarkan musik

baru kepada dunia ternyata menjadi hal yang positif diterima. Sebagai

contoh munculnya band Sheila on 7, dengan lagu-lagu mereka yang bertema

cinta dan persahabatan. Selain itu pelopor sebelumnya yaitu Iwan Fals, yang

pada awalnya menciptakan lagu untuk mengkritik pemerintah, ternyata

berhasil menggunakan majas perumpamaannya.

Masih banyak lagi hal yang serupa seperti tema cinta dan

ersahabatan yang dipilih oleh band asal Bandung Ten To Five, mereka lebih

mengutamakan sebuah ekspresi akan kecintaan atau patah hati yang

diungkapkan dengan musik akustiknya, Slank yang memiliki tidak hanya

tema cinta melainkan juga kenyataan sosial yang mereka angkat sebagai

lagu mereka dengan instrument dan musiknya yang khas, seperti pada

lagunya “Tong Kosong; makan ga makan asal kumpul, dan lainnya.”

Ekspresionisme tidak hanya berhenti pada musik saja, penggunaan kata-kata

yang gamblang disertai perumpamaan berupa gambar juga kian marak

terjadi. Pada awalnya ditujukan untuk mengkritik pemerintah seperti yang

42
dilakukan oleh salah satu merek rokok, A mild pada penggunaan kata

“NATO, no action talk only” dan lain sebagainya.

Filosofi Ekspresionisme

Filosofi dari ekspresionisme mencari jawaban dari pertanyaan

keberadaan manusia. Tertuju pada pertarungan psikologi yang sifatnya

pribadi, pergulatan yang bersifat eksternal antara manusia dengan alam, dan

mengejar kenyamanan spiritual. Semua konsep ini merupakan ekspresi dari

abstrak, mencari arti dalam hubungan dengan kegiatan menggambar dengan

melepaskan dari perasaan dibawah kesadaran dan ambisi. Pergerakan

memiliki benturan mendalam pada generasi mendatang dari seniman

Amerika, terutama dalam menggunakan warna dan material.

Tradisi ekspresionisme sangat signifikan, keindahan untuk keadaan

darurat dengan rangkaian dari lukisan-lukisan oleh pelukis Belanda Vincent

van Gogh adalah “The Stairs Night”. Apapun yang menyebabkannya, hal

tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa banyak seniman-seniman besar saat

ini berasumsi bahwa fungsi utama dalam seni adalah untuk mengekspresikan

perasaan kuat mereka kepada dunia.

Berikut filosofi para seniman terkemuka yang berusaha

mengekspresikan karyanya melalui sebuah ungkapan atau pesan:

ƒ Pelukis dan pemahat dari Belgia, James Ensor adalah seorang seniman

dengan perasaannya mengenai pemusnahan atau pengasingan.

43
ƒ Pelukis dan pemahat dari Norwegia Edvard Munch setuju dengan

perbedaan rasa takut.

ƒ Pelukis Venesia Oskar Kokoschka dan Egon Schiele memulai pertama

kali gaya ekspresionisme mereka dengan lingkaran Klim dari perpisahan

Vienna. Ekspresionisme Viennese selanjutnya berkembang signifikan

antara tahun 1905 hingga 1918 sepanjang pengumuman era perubahan

politik dan budaya dari kondisi problematik yang mendalam dari

perubahan di Eropa abad pertengahan.

Sebagai bagian dari sebuah perkembangan, bentuk sebuah seni

ditempatkan pada kebesaran sebuah perasaan dalam sebuah ekspresionis

seniman sebagai pusat dari tema dan prinsip. Sekarang, keindahan dari

abstrak ekspresionisme dapat dianalisis sebagai suatu pertunjukan yang

dekat dengan perlengkapan estetika. Kelengkapan estetika terdiri dari :

• Evaluative Properties ( Perlengkapan Penilaian) – keindahan

• Emotional Qualities (Kualitas Emosional) – kebahagian

• Formal Qualities (Kualitas Formal) - manis

• Behavioral Qualities (Kualitas Perilaku) - menantang

• Perceptual Qualities (Kualitas Persepsi) - Penekanan

• Historically Related Qualties (Sejarah dihubungkan dengan

Kualitas) – Konservatif (Berpendirian Kolot)

44
II.3.3. Ekspresionisme dan Arsitektur

Pada 1945, setelah akhir dari Perang Dunia Ke-2, perkembangan

baru pada seni dimulai di US, sekitar New York. Selama Perang

berlangsung, bagaimanapun beberapa seniman terkemuka telah ditempati,

dan kebanyakan dari mereka berakhir di Amerika. Disana mereka memulai

membuat tanda yang baru dan mendekati estetika, dimana mereka

memanggilnya abstrak ekspresionisme atau aksi melukis.

Prinsip utama dari pusat abstrak ekspresionisme dalam kreasi dari

melukis, spontanitas dan tulisan alami dari seni murni dari ekspresi kreatif

seniman itu sendiri. Kegiatan dari menemukan artistik kadang kala dekat

dan terikat dengan proses aktual fisik dari penempatan gambar pada kanvas.

Ini penyebab mengapa pelukis seringkali disebut pelukis aksi. Seni timbul

sebagai hasil aksi mereka dengan perhatian mereka pada cat dan kanvas.

Prinsip-prinsip diatas berbelok dari filsafat objektif dan dari konsep-

konsep statis mengenai ide ruang dan waktu. Arsitek Hanz Poelzig

menyatakan, ”Hanya yang artistik sajalah yang benar....bentuk ber-’guna’

dari hasil kalkulasi tangan dingin bukanlah bentuk artistik”.

Ekspresionisme merupakan gerakan yang bergulat untuk mencapai

campuran cita-cita yang kompleks yang dicirikan sebagai irasional,

emosional, antropomorfik, romantik, dan monumental. Gerakan

ekspresionisme kerap diyakini sebagi suatu ide ruang. Arsitektur

ekspresionis sepenuhnya monumental. Bagian utama dari komposisi-

45
komposisi arsitekturalnya biasanya terdiri dari massa bangunan yang

sifatnya sentral, dominan, dan menjulang.

Ide ruang menurut tradisi, adalah milik dari dunia penalaran objektif.

Dengan demikian, dunia teoritis ruang, menurut kodratnya, bersifat

antagonistik terhadap visi subjektivistik manapun juga. Ini menjelaskan

alasan dihindarinya konsep-konsep ruang dan waktu. Pentingnya emosi dan

atas sains, pertama kali dikedepankan oleh oleh Schopenhauer pada awal

abad ke-19. Ia memandang sains sebagai tingkatan terendah dari segala

manifestasi kultural. Diatas sains berdirilah seni, papan loncatan menuju

kesucian.

Nalar dianggap berlawanan dengan konsep emosi yang diagung-

agungkan itu. Seni yang sejati adalah suatu proses inspirasi mendadakdan

visi-visi yang berkilat-kilat. Gropius, sebagai seorang arsitek Ekspresionis

pun berkata ”cita rasa merupakan sumber dari bentuk”. Salah satu dorongan

karakteristik lain dari gerakan Ekspresionis adalah antropomorphic

symphaty, atau proyeksi dari simbol-simbol yang secara harafiah bersifat

seksual. Teori-teori antropomorfis ini menghadirkan ide metamorfosis

bangunan yang sebenarnya menjadi organisme hidup, bahkan dianggap

bernyawa.

Dari keseluruhan gambar arsitektur Ekspresionis yang diberikan

diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gerakan ini bergulat untuk mencapai

cita-cita yang kompleks yang dicirikan sebagai irasional, mesianik,

emosional, antropomorfik, romantik, dan monumental. Ini menunjukkan

46
keadaan kacau balau yang selama ini menjadi arah dari hanyutnya

perkembangan ide ruang.

Berikut beberapa arsitek yang berpengaruh pada Arsitektur Ekspresionisme:

1. Jackson Pollock, pesan dari abstrak ekspresionisme adalah pekerjaan

yang telah dibuat pada waktu tertentu di dalam sejarah dan tidak terlibat

langsung untuk menjadi sebuah bentuk seni yang berlangsung untuk

waktu yang lama.

2. Bruno Taut, dalam karyanya ia menggambarkan pembelotan dalam

arah lain, dari Ekspresionisme ke Fungsionalisme.

3. Hugo Haring, konsep Ekpresionismenya adalah mengenai ruang

organik secara diametral

4. Le Corbusier, konsep Ekspresionisnya adalah konsep fungsionalis

ruang geometriknya.

5. Erich Mendelson, ia mendefinisikan arsitektur sebagai ekspresi ruang

yang paling konkret. Mendelson percaya bahwa semua bentuk

arsitektural dapat ditempatkan dalam tiga kelompok:

• Struktur-struktur statis atau rasional

• Struktur-struktur dinamis atau emosional

• Struktur-struktur elastik

47
II.3.4. Motifasi Pendekatan Konsep Ekspresionisme pada Kampus Fakultas

Teknik Arsitektur

Ekspresionisme berangkat dari dunia seni yang meemiliki aliran

yang berbeda dengan arsitektur. Ekspresionis dalam tata bahasa berarti

mengungkapkan, sifat orang yang terbuka disebut dengan ekspresif. Orang

yang ekspresif berarti adalah orang yang memiliki kecenderungan untuk

mengungkapkan apa yang ia rasakan dan ia alami.

Akan tetapi dalam dunia seni yang dinamakan dengan ekspresionis

adalah sebutan untuk sebuah aliran seni yang menggambarkan sebuah realita

atau kegamblangan akan suatu hal atau peristiwa. Lukisan misalnya,

penggunaan warna-warna berani menyiratkan sebuah pemberontakan akan

keberadaan suatu hal, misalnya pada saat setelah Perang Dunia Pertama.

Perbedaan dengan penggunaan kata ekspresionis dalam tata bahasa

dengan aliran seni, membuat seorang arsitek seperti Bruno Taut angkat

bicara. Dalam dunia arsitektur, makna ekspresionis lebih pada pembentukan

bangunan yang memiliki karakter dinamis, antropomorfik, irrasional,

monumental, emosional, dan lainnya yang dicirikan dengan bentuk

bangunan yang menonjol dan bersifat informasi.

Sebuah keinginan adanya perubahan bertahap dalam sebuah

pandangan akan institusi pendidikan (kampus jurusan teknik arsitektur)

tanpa menghilangkan kekhasan UBiNus yang kental akan penggunaan

IPTEK, maka dengan tema ekspresionis diharapkan menuntun kepada

perubahan bentuk atau muka sebuah lembaga institusi disertai perubahan

48
didalamnya (penggunaan alat bantu komunikasi gambar dalam dunia

pendidikan arsitektur). Kampus jurusan teknik arsitektur diharapkan dapat

dinamis dan berkembang sesuai dengan keadaan dan tidak hanya begantung

pada standart yang ada sejak dulu yang terus melingkup di dunia realita

sekarang ini tanpa menghiraukan kebutuhan akan estetika dan perubahan

jaman serta pola tingkah laku yang juga berubah.

Dari beberapa prinsip-prinsip diatas, dalam proyek Kampus Jurusan

Teknik Arsitektur, ada empat buah prinsip dasar yang dapat diambil sebagai

dasar perancangan:

ƒ Dinamis, kesan ini akan dimasukkan kedalam permainan denah dan

tampak bangunan seperti misalnya penarikan garis yang berlawanan arah

atau bahkan bersifat kontras atau juga dapat dengan penggunaan garis

lengkung.

ƒ Menonjol, penggunaan material yang bervariasi seperti kaca, bata,

porforated, alumunium, alcabond dan lainnya diharapkan bergabung

dengan bentuk yang dinamis sehingga menghasilkan bangunan yang

menonjol.

ƒ Penggunaan garis-garis kaku

Penggunaan garis kaku yan dilakukan pada dunia seni rupa merupakan

analogi yang memiliki arti luas, akan tetapi pada kasus bangunan kali ini

penggunaan gais kaku adalah sebagai penanda bahwa bangunan tersebut

adalah bangunan institusi.

49
II.4. Teori Pendukung

Teori Geometri terbatas Jagad Raya

Tokoh : Plato dan Tao Tzu

Plato mengatakan bahwa ruang adalah elemen-elemen terbatas dalam suatu dunia

yang terbatas pula. Berbeda dengan pemikiran Tao Tzu, ruang baginya bukan

sekedar penyerta yang tidak benar-benar ada, melainkan justru menjadi bagian yang

teraba dari konstruksi kosmos yang tertata dalam aturan perbandingan matematis

tertentu. Kosmos menurut Plato adalah komposisi harmonis dari unit-unit spatial

dan proporsi dari struktur tersebut didasarkan atas rasio harmonis.

Teori Tempat

Tokoh : Aristoteles

Aristoteles mengemukakan sebuah konsep baru mengenai ruang yang disebut teori

tempat (topos). Aristoteles mengatakan bahwa bentuk adalah batas dari objek yang

dilingkupi, sedangkan tempat adalah batas dari pelingkup yang membatasi objek itu.

Teori Empati : massa

Tokoh : Robert Vischer

Teori ini ada karena adanya pengaruh simbolisme formal dalam estetika, dan

adanya pengaruh dari ilmu psikologi empirik. Ilmu ini mengajarkan bahwa indera-

indera peraba sangat diperlukan untuk mengalami kedalaman. Vischer melanjutkan

dengan mengatakan bahwa yang menjadi kekuatan dasar dari jiwa adalah perasaan.

Perasaan menghubungkan kita dengan objek, kita menanamkan mereka bersama

dengan jiwa kita, baik itu berupa tetumbuhan, manusia, ataukah karya seni.

Pengertian ini menyatakan bahwa jiwa telah menjadi proyeksi diri pribadi

50
pengamat. Teori ini memberikan pemahaman baru bagi lahirnya sikap-sikap baru

terhadap seni yang menjadi matang dari periode ekspresionis.

Teori Ide Ruang

Tokoh: Camillo Sitte

Teori Sitte lebih menekankan pada keberadaan ruang-ruang terbuka yaitu plaza. Ia

lebih condong pada kualitas-kualitas dasar yang lebih mampu bertahan dalam

waktu. Menurutnya persyaratan utama bagi sebuah plaza, sebagai mana halnya

sebuah kamar, adalah karakter terlingkup dari ruangnya. Ia menggarisbesari efek-

efek gerakan tak sejajar dan garis-garis pandangan , efek-efek ketumpangtindihan

visual, efek-efek skala dan proporsi, efek-efek hubungan dari tinggi dan lebar, dan

efek-efek dari sekuensi ruang yang ritmis dalam interior-interior urban.

Ide Ruang Faustian

Tokoh: Hans Poelzig

Diawali oleh adanya keprihatinan kaum Ekspreionis yang baru marak diantara

arsitek modern menghambat munculnya teori-teori baru mengenai ruang yang

berkembang lebih lanjut semenjak konsep-konsep Berlage dan Schindler sebelum

tahun 1914. Ekspresionis merupakan suatu gerakan yang melekat pada cita rasa-

cita rasa irrasional dalam diri manusia. Gerakan ini berbelok dari filsafat objektif

dan dari konsep-konsep statis mengenai ruang dan waktu.

51

Anda mungkin juga menyukai