Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kota Palangka Raya sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah mulai
dibangun pada tanggal 17 Juli 1957. Dengan kondisi awal pembangunan Kota
Palangka Raya dimulai dari Kampung Pahandut yang merupakan kampung
tradisional yang terletak di tepi Bantaran Sungai Kahayan.1Pada awal
pembangunan Kota Palangka Raya sungai merupakan urat nadi bagi kehidupan
masyarakat Palangka Raya bukan hanya sebagai jalur trasportasi satu-satunya,
sungai juga digunakan sebagai tempat tinggal atau bermukim. Sehingga sungai
sangat erat kaitannya dengan perkembangan Kota Palangka Raya.
Kawasan Kampung Pahandut merupakan salah satu kawasan
permukiman yang terletak di tepi bantaran Sungai Kahayan di Kecamatan
Pahandut Kota Palangka Raya, dimana wilayah administrasinya dimiliki oleh 2
(dua) kelurahan yaitu Kelurahan Pahandut dan Kelurahan Langkai. Dalam
sejarahnya kawasan ini adalah permukiman lama yang merupakan embrio awal
dalam pembentukan Kota Palangka Raya. Dalam perkembangannya kampung
ini merupakan kampung terpadat karena merupakan titik konsentrasi
pertumbuhan bangunan khususnya perumahan bagi masyarakat yang menghuni
di kawasan ini.

Kampung Pahandut terletak di badan Sungai Kahayan dan orang-orang


umumnya menyebut hunian ini dengan sebutan Rumah Lanting yang
mempunyai keunikan dapat terapung di atas sungai.Rumah Lanting didirikan di
atas pondasi berupa beberapa batang kayu log besar yang disusun berjajar
menyerupai rakit dan disatukan menjadi satu dengan balok-balok kayu panjang
yang sekaligus berfungsi menjadi dudukan bagi lantai serta rangka rumah.

1
Selayang Pandang Kota Palangka Raya

PENATAAN HUNIAN TERAPUNG


1
Pada era 1970-an, hampir semua rumah warga di pinggir sungai
berbentuk lanting. Namun seiring dengan perkembangan zaman, rumah lanting
mulai ditinggalkan2 Beberapa yang masih bertahan tinggal di sungai lebih
memilih rumah panggung yang lebih permanen dan stabil, sehingga tidak
terombang-ambing oleh kondisi permukaan air. Rumah permanen yang ada
saat ini menggunakan tiang panjang yang menancap di tepian sungai.

Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama, masalah biaya.
Untuk membangun sebuah rumah lanting, diperlukan dana besar, terlebih
untuk mendatangkan kayu gelondongan yang kini kian sulit dicari seiring
menyusutnya hutan. Selain itu, rumah lanting juga ternyata rentan dicuri.
Apabila pemilik rumah lengah, kayu-kayu tersebut bisa digergaji dan diambil.
Sebab, kayu itu sendiri bisa laku mahal.

Faktor kedua, perawatannya yang tidak mudah. Rumah lanting memang


memiliki sifat tahan banjir, tetapi ketika air sungai surut, rumah tersebut akan
terdampar dalam posisi miring dan gampang rusak.

Faktor ketiga, masyarakat sudah memiliki kemudahan di darat. Perdagangan


dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan harian tidak perlu lagi diselesaikan di
sungai.

Walaupun zaman sudah modern rumah-rumah lating yang ada di Sungai


Kahayan masih ada sampai sekarang, hanya saja rumah lanting yang ada di
sungai kahayan ini exsistensinya mulai berkurang dan kondisi bangunan yang
ada pun kualitasnya kurang baik karena Model rumah lanting yang masih
menggunaan kayu log sebagai pengapung, dinilai tidak ramah lingkungan,
sehingga perlunya memikirkan alternatif bahan bangunan yang ramah
lingkungan.

2
Werdiono, Defri (2013-07-13). "Rumah Lanting Berganti Wajah". Portal Kompas.com. Diakses
tanggal 11/06/2018.10:18

PENATAAN HUNIAN TERAPUNG


2
Berbagai macam Permasalahan lingkungan yang ada di kawasan ini
mulai dari sampah limbah rumah tangga yang langsung dibuang ke sungai.
Masyarakat yang menghuni rumah lanting yang berjumlah ± 342 buah,yang
mana seluruh kegiatan rumah tangga dilakukan hanya di atas Lanting.Mulai
dari memasak,mencuci,makan,minum dan kakus.Kegiatan tersebut berpotensi
mencemari lingkungan air Sungai Kahayan karena akan menghasilkan bahan
sisa berupa sampah dan limbah yang langsung dibuang ke badan air Sungai
Kahayan.Sampah yang dihasilkan merupakan masalah besar bagi lingkungan
karena akan menyebabkan peubahan fisika,kimia maupun biologi dari air
Sungai Kahayan.3
Konsep bangunan Rumah lanting yang dikembangkan untuk memberikan
alternatif kepada masyarakat tentang mengembangkan rumah terapung yang
sehat dan ramah lingkungan karena selama ini rumah terapung dinilai sebagai
rumah yang tidak baik dan orang yang berdiam didalamnya dianggap tidak
dapat berkembang dan bersosialisasi dengan baik sesama lingkungannya. Oleh
karena itu perlu sedikit pembenahan sehingga selain dapat bersinergi dengan
alam, masyarakat yang menghuni rumah lanting juga harus bisa bersosilisasi
dengan masyarakat lainnya.
Pada tahun 2009 Pemerintah Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah
(Kalteng), menempatkan rumah lanting (rumah-rumah di atas sungai) sebagai
bagian dari kebudayaan Kota Palangka Raya untuk dijual sebagai objek
wisata.4
Karena Rumah lanting merupakan salah satu keragamanan dan keunikan
dari arsitektur budaya yang ada di kalimantan tengah maka rumah lanting harus
dilestarikan dan di tata kembali sehingga rumah lanting yang ada di kalimantan
Tengah tidak tergerus oleh perkembangan dan perubahan zaman serta
menggunakan sistem yang lebih modern dan ramah lingkungan.

3
https://media.neliti.com/media/publications/258536-pengaruh-aktivitas-masyarakat-di-pinggir-
fa2ad1c4.pdf Diakses tanggal 06/11/2018.13.35
4
http://kompas.com/ rumah.lanting.potensi.wisata.budaya.di.tepi.sungai. Diakses tanggal
06/11/2018.10:17

PENATAAN HUNIAN TERAPUNG


3
Rumah lanting atau Hunian Terapung merupakan suatu ide rancang
bangunan terapung sebagai solusi tempat tinggal manusia di Sungai Kahayan
Kota Palangka Raya hunian terapung akan dirancang sebagai tempat tinggal di
Sungai Kahayan dengan mengedepankan aspek a.kekuatan (ketahanan
terhadap gelombang sungai,struktur rumah lanting dapat fleksibel dengan
keadaan sungai,ketahanan bahan material)b.keselamatan (tahan terhadap
gelombang sungai,menghindari banjir,menghindari kebakaran)
c.kenyamanan (radiasi matahari,pergerakan udara,kelembaban udara,curah
hujan,mempunyai suhu rata-rata) dan d.Ramah Lingkungan (penghawaan
alami,pencahayaan alami serta mengurangi pencemaran pada sungai dengan
menerapkan reduce,reuse dan recycle) untuk para penghuninya dan sungai itu
sendiri. Untuk itu sangat penting menerap kan prinsip-prinsip desain bangunan
terapung agar aspek-aspek tersebut dapat terpenuhi.
Selain berfungsi sebagai tempat tinggal rumah lanting ataupun rumah
terapung ini nantinya juga bisa berfungsi sebagai salah satu destinasi wisata
yang ada di kota Palangka Raya sehingga dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar juga mampu meningkatkan hasil pedapatan daerah Kota
Palangka Raya.

1.2. Rumusan Permasalahan


Membuat rencana desain perumahan terapung di sungai kahayan yang
layak huni dan menjadi salah satu objek pendukung kegiatan wisata susur
sungai yang ada di kota Palangka Raya Kalimantan Tengah.

1.3. Maksud Dan Tujuan


Maksud dan tujuan pembuatan usulan desain ini adalah:
- Menata kembali kawasan perumahan terapung yang ada di bantaran sungai
kahayan.
- Melestarikan bangunan terapung di kalimantan tengah
- Memanfaatkan potensi hunian terapung sebagai objek pendukung kegiatan
wisata susur sungai.

PENATAAN HUNIAN TERAPUNG


4
- Mengelola area tepi air untuk turut menjaga, melestarikan dan
mengembangkan potensi alam sungai kahayan.
1.4. Sasaran
Mendapatkan Perencanaan dan perancangan untuk penataan hunian
Terapung Di Kota Palangka Raya, yang layak huni dan memberikan kontribusi
terhadap peningkatan taraf hidup masayarakat sekitar, upaya pemeliharaan,
pelestarian kawasan sungai kahayan.

1.5. Manfaat Penulisan


Manfaat dari penataan perumahan terapung di Kota Palangka Raya ini adalah:
1. Bagi Ilmu Arsitektur
Memberikan sumbangan pemikiran berupa alternatif untuk pemecahan
masalah yang berhubungan dengan pengembangan potensi wilayah kota
palangkaraya dengan merancang sebuah penataan perumahan Terapung Di
Kota Palangka Raya.
2. Bagi Penulis
Dapat menambah pengalaman dan wawasan dalam merancang hunian
Terapung Di Kota Palangka Raya sesuai dengan konsep yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Bagi Pemerintah
Dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk desain penataan kawasan
hunian Terapung Di Kota Palangka Raya sebagai salah satu upaya untuk
melestarikan dan memperkenalkan keragaman arsitektur Kalimantan
Tengah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat Kota Palangka Raya.
4. Bagi Masyarakat
Selain sebagai upaya pelestarian hunian terapung di Kota Palangka Raya
juga akan memberikan kontribusi dalam peningkatan taraf hidup dan
pemeliharaan kesehatan masyarakat di kawasan perumahan terapung
pahandut seberang.

PENATAAN HUNIAN TERAPUNG


5
1.6. Batasan Masalah
Batasan pembahasan yang ada dalam penyusunan penelitian ini,
berdasarkan apa yang tercantum di dalam tujuan-sasaran, yaitu meliputi :
 Lokasi Penataan Hunian Terapung berada di kelurahan Pahandut Seberang
 Membuat penataan kembali kawasan perumahan terapung di pahandut
seberang Kota Palangka Raya.
 Membahas tentang perumahan terapung di pahandut seberang Kota
Palangka Raya.

1.7. Metodelogi
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan adalah dengan
menggunakan metode pengambilan data dan teori dan sumber tulisan yang
terkait dengan judul, serta dengan menggunakan metode pengambilan data
lapangan.
Berikut beberapa tahapan yang dilakukan, antara lain:

1.7.1. Tahapan Pengumpulan Data


a. Studi Kepustakaan
Mencari data dari sumber literatur yang berkaitan dan relevan dengan
penataan hunian terapung. Kepustakaan diambil dari buku-buku, standar
yang menjadi referensi, majalah, brosur, internet dan sumber kepustakaan
lainnya.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang mengetahui permasalahan
dan dapat memberikan masukan-masukan dalam penyusunan laporan.

1.7.2. Analisis
Menganalisis data sesuai dengan permasalahan yang ada dan mencari
keterkaitan antar masalah tersebut. Pada tahap ini berdasarkan pada landasan
teoritis berupa standar yang berasal dari literature studi kepustakaan.

PENATAAN HUNIAN TERAPUNG


6
 Metode Analisa Secara Non Arsitektural
Terkait fungsi objek desain penataan perumahan terapung sebagai sarana
daerah berdasarkan fungsi dan penentuan lokasi site yang berada di kota
Palangka Raya, pelaku dan kegiatan pada perumahan terpung tersebut.
 Metode Analisa Secara Arsitektural
Terkait tampilan bangunan dan setting ruang dengan penerapan
Arsitekturalnya.
1.7.3. Sintesa
Merupakan tindak lanjut dari analisis di mana upaya pemecahan
masalah dilakukan secara menyeluruh dan dengan pertimbangan dari berbagai
segi. Berdasarkan atas peraturan pemerintah yang berlaku, potensi yang ada,
serta faktor yang mempengaruhi hingga diperoleh output pemecahan masalah.
Tujuan dari metode ini adalah:
 Untuk informasi mendetail yang menggambarkan keadaan yang ada.
 Mengidentifikasi masalah untuk memperoleh kenyataan tentang keadaan
yang sedang terjadi.

PENATAAN HUNIAN TERAPUNG


7
1.8. Pola Pikir
Latar Belakang
- Hunian terapung Kota Palangka Raya
- Permasalahan hunian terapung Kota Palangka Raya
- Penataan hunian terapung sebagai saah satu destinasi wisata

Maksud Dan Tujuan


Maksud dan tujuan pembuatan usulan desain ini adalah:
- Menata kembali kawasan perumahan terapung yang ada di bantaran sungai kahayan.
- Melestarikan bangunan terapung di kalimantan tengah
- Memanfaatkan potensi hunian terapung sebagai objek pendukung kegiatan wisata
susur sungai.
- Mengelola area tepi air untuk turut menjaga, melestarikan dan mengembangkan
potensi alam sungai kahayan.

Sasaran
Mendapatkan Perencanaan dan perancangan untuk penataan hunian Terapung Di Kota
Palangka Raya, yang layak huni dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan F
taraf hidup masayarakat sekitar, upaya pemeliharaan, pelestarian kawasan sungai
kahayan. E

Rumusan Masalah D
Membuat rencana desain perumahan terapung di sungai kahayan
yang layak huni dan menjadi salah satu objek pendukung kegiatan
wisata susur sungai yang ada di kota Palangka Raya Kalimantan
Tengah.
B

Tinjauan Objek TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Subjek C


 Pengertian hunian terapung  Ilmu kontarsitekturalnya
 Fungsi  Sirkulasi dan organisasi ruang
 Lingkup kegiatan
STUDI BANDING  Pola dan bentuk ruang
K
 Pelaku dan kegiatan  Penataan massa

Analisa

Konsep Desain
 Konsep desain penataan hnian
terpung
 Konsep penataan massa
 Konsep sirkulasi
 Konsep ruang

PENATAAN HUNIAN TERAPUNG


8
DESAIN

1.9. Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mencakup latar belakang, permasalahan, tujuan, sasaran, batasan,
lingkup pembahasan, metode pengumpulan data, metode pembahasan,
sistematika penulisan dan kerangka pola pikir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini mencakup tinjauan mengenai penataan perumahan terapung
secara umum dan landasan-landasan teori tentang teori-teori arsitekturalnya.
BAB III STUDI LOKASI
Bab ini memberikan informasi mengenai lokasi yang akan digunakan
sebagai lokasi penataan perumahan terapung.
BAB IV ANALISA PROGRAM RUANG
Membahas tentang analisa ruang dan site serta analisa kebutuhan ruang.
BAB V LANDASAN TEORI DAN PROGRAM
Membahas tentang landasan serta teori-teori dan program yang dijadikan
dasar untuk merancang.
BABVI KONSEP DESAIN
Konsep dasar arsitektural yang menjelaskan konsep perencanaan dan
perancangan yang dihasilkan dan direalisasikan dalam suatu bentuk desain
nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

PENATAAN HUNIAN TERAPUNG


9

Anda mungkin juga menyukai