OLEH:
ZILMI NUGROHO
NIM: 12016004
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I PENDAHULUAN
Gunung api dapat membawa sumber daya alam menjadi lebih banyak karena
adanya proses aktivitas vulkanisme yang berkaitan dengan magmatik. Sumber daya
alam tersebut dapat berupa energi panas bumi, kehadiran mineralisasi yang
ekonomis, serta kehadiran bahan galian sebagai hasil dari peristiwa letusan gunung
api. Akan tetapi, dengan adanya rentetan gunung api, Indonesia harus lebih
waspada akan bencana yang dapat ditimbulkan dari gunung api.
Salah satu gunung api di Indonesia adalah Gunung Seminung yang secara
administratif terletak di perbatasan provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi
Lampung. Gunung Seminung terletak di dekat Danau Ranau yang merupakan
danau kaldera dari Gunung Ranau yang dapat dikatakan gunung api tua / purba.
Gunung Seminung diduga merupakan gunung yang terbentuk akibat aktivitas
magmatisme yang masih terkait dengan magmatisme Gunung Ranau sehingga
dapat dikatakan Gunung Seminung merupakan anak Gunung Ranau yang memiliki
morfologi gunung stratovolcano.
Gunung Seminung ini belum diteliti secara lebih mendalam sehingga kekurangan
data dalam menentukan proses pembentukan / sejarah erupsi dari gunung tersebut.
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai perkiraan sejarah erupsi Gunung
Seminung serta pemodelannya menggunakan perangkat lunak Kware Erupt. Selain
itu, penelitian ini juga akan membahas potensi panas bumi yang terdapat di sekitar
daerah Gunung Seminung.
1
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada laporan ini yaitu sebagai berikut:
a. Bagaimana sejarah rekonstruksi erupsi Gunung Seminung?
b. Bagaimana potensi panas bumi di sekitar wilayah Gunung Seminung?
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.2 Fisiografi
Secara fisiografis bagian selatan dari Sumatra ini dapat dibagi menjadi 4 (empat)
bagian (Asikin, 1992), yaitu:
3
Gambar 2. 2 Fisiografi Sumatera (Modifikasi Asikin, 1992 dalam Nouel, 2009)
4
e) Sumatera Intra-arc atau Intermontane Basin, dipisahkan oleh pengangkatan
subsekuen dan erosi dari bekas pengendapan sebelumnya dengan litologi
yang sama seperti cekungan depan busur dan belakang busur.
II.4 Stratigrafi
Berdasarkan peta geologi lembar Baturaja (gambar 2.4), batuan yang
tersingkap di daerah penelitian terdiri dari satuan Qhv, Qv, QTr, Tmba dan Tomh.
Satuan Batuan Breksi Gunung Api tuf (Qhv) berumur Plistosen - Holosen, terdiri
dari batuan breksi gunung api, lava dan tuf bersusunan andesit-basalt. Satuan
Batuan Gunung Api Andesit-Basalt (Qv) berumur Plistosen – Holosen, terdiri dari
lava, tuf dan breksi gunung api bersusunan andesit-basalt. Formasi Ranau (QTr)
berumur Pliosen – Plistosen, terdiri dari tuf riolitan, tuf batuapung, tuf padu
dengan sisipan batulempung berkarbon. Formasi Bal (Tmba) berumur Miosen
Tengah – Miosen Akhir, terdiri dari breksi gunung api dengan sisipan batupasir
5
gunung api, bersusunan dasit. Batuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian
berupa Formasi Hulu Simpang (Tomh) berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal
yang terdiri dari lava, breksi gunung api dan tuf terubah, bersusunan andesit
sampai basalt, mengandung mineral sulfida dan urat- urat kuarsa.
Gambar 2. 4 Peta Geologi Danau Ranau Lembar Baturaja (Modifikasi Gafoer &
Pardede, 1993 dalam Nouel, 2009)
6
Gambar 2. 5 Peta Geologi Danau Ranau (Modifikasi Pusat Sumber Daya Geologi, 2004 a)
7
Berdasarkan peta geologi Danau Ranau (Gambar 2.5), stratigrafi daerah
penyelidikan dikelompokkan menjadi tiga belas satuan batuan dengan urutan dari
tua ke muda yaitu Formasi Kikim (Tpok), Aliran Lava Vulkanik Tua (Tlt), Aliran
Piroklastik Ranau (Qapr), Aliran Lava Kukusan (Qlk), Breksi Vulkanik Kukusan
(Qbvk), Breksi Laharik Kukusan (Qalk), Aliran Lava Seminung 1 (Qls-1), Breksi
Laharik Seminung (Qals), Jatuhan Piroklastik Seminung (Qjs), Aliran Lava
Seminung 2 (Qls-2), Aliran Lava Seminung 3 (Qls-3), Endapan Longsoran
Seminung (Qd), dan Satuan Aluvium (Qal).
a) Formasi Kikim (Tpok) terdiri dari breksi gunungapi, tuf padu, tuf, lava,
batupasir dan batulempung. Satuan Aliran Lava Vulkanik Tua (Tlt)
merupakan satuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian diperkirakan
berumur Miosen Awal, satuan ini berupa lava berwarna abu-abu kehitaman,
bertekstur porfiritik, terdiri dari mineral plagioklas, piroksen dan
hornblenda, satuan ini juga telah mengalami proses mineralisasi dan
terkekarkan.
b) Satuan Aliran Piroklastik Ranau (Qapr) berupa aliran piroklastik berwarna
abu- abu kehitaman, fragmen menyudut dengan ukuran kerikil – bongkah,
berupa bomb dan scoria hitam. Satuan ini diendapkan secara tidak selaras
dengan Satuan Aliran Vulkanik Tua (Tlt).
c) Satuan Aliran Lava Kukusan (Qlk) merupakan lava basaltik berwarna abu-
abu tua, bertekstur porfiritik, memiliki ronga-rongga vesikuler, satuan ini
diperkirakan merupakan hasil erupsi dari Gunung Kukusan pada kala
Plistosen.
d) Satuan Breksi Vulkanik Kukusan (Qbvk) berupa breksi vulkanik berwarna
abu- abu kehitaman, fragmen menyudut, pemilahan buruk, komponen
berupa lava basaltik, kompak, berwarna abu-abu, bertekstur porfiritik,
ukuran kerikil – bongkah, matriksnya terdiri dari tuf pasiran berwarna abu-
abu kehitaman, berukuran lapili, pemilahan buruk. Satuan ini diendapkan
secara selaras di atas Satuan Aliran Lava Kukusan (Qlk).
e) Satuan Breksi Laharik Kukusan (Qalk) berupa breksi polimik laharik
berukuran kerakal – bongkah, komponen terdiri dari lava basaltik berwarna
hitam, lava andesitik terubahkan dan tuf yang berasal dari produk vulkanik
8
tua, satuan ini diendapkan secara tidak selaras di atas Satuan Aliran
Vulkanik Tua (Tlt).
f) Satuan Aliran Lava Seminung 1 (Qls-1) merupakan lava basaltik, berwarna
abu- abu kehitaman, bertekstur porfiritik, terdiri dari mineral plagioklas,
piroksen dan hornblenda. Satuan ini merupakan produk dari erupsi Gunung
Seminung yang diperkirakan berumur Kuarter Awal.
g) Satuan Breksi Laharik Seminung (Qals) berupa breksi polimik berwarna
abu-abu kehitaman, komponennya terdiri dari lava basaltik berwarna abu-
abu kehitaman dan tuf berwarna merah.
h) Satuan Jatuhan Piroklastik Seminung (Qjs) berupa tuf dan pumis, berwarna
cokelat muda dengan struktur vesikuler, bertekstur vitrofirik, fenokris
berupa mineral plagioklas, piroksen, mineral opak dengan matriks berupa
mikrokristal dan gelas vulkanik.
i) Satuan Aliran Lava Seminung 2 (Qls-2) merupakan lava basaltik berwarna
abu- abu kehitaman, bertekstur porfiritik dengan struktur vesikuler.
j) Satuan aliran lava Seminung 3 (Qls-3) berupa lava andesitik berwarna abu-
abu muda, bertekstur afanitik dengan struktur vesikuler, satuan ini
diendapkan secara selaras di atas Qls-2.
k) Satuan Endapan Longsoran Seminung (Qd) merupakan batuan piroklastik
yang belum kompak dan produk hasil rombakan lava Seminung.
l) Satuan Aluvium (Qal) berupa material lepas dari bongkah lava, pasir dan
endapan lainnya.
9
BAB III DATA DAN ANALISIS
Ikan mati pada skala kecil disertai dengan bau busuk (diperkirakan
1995
karena H2S).
Ikan mati pada skala besar terjadi. Menurut kepala desa, peristiwa
1998 dimulai dengan turbulensi air di Danau Ranau yang berlangsung
selama kurang lebih 30 menit.
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Gunung Seminung tidak tercatat pernah
mengalami erupsi magmatik dan penulis mengasumsikan bahwa Gunung Seminung
tidak pernah mengalami erupsi magmatik sejak kurun waktu tahun 1600 sampai
sekarang. Gunung Seminung, lebih tepatnya di Danau Ranau (yang diduga
memiliki magmatisme yang berhubungan) memunculkan manifestasi yang diduga
berupa gas H2S yang mencemari danau. Ikan yang berada di perairan danau mati
diduga karena tercemar oleh gas H2S. Oleh karena itu, Gunung Seminung
merupakan gunung api tipe B.
10
• Software Kware Erupt sulit untuk digunakan secara fleksibel dan kerap
mengalami bug.
• Tidak bisa memodelkan sesar oblique dan erupsi yang dapat dimodelkan
hanya erupsi vertikal, tidak dapat memodelkan erupsi samping yang
membentuk sudut dengan garis horizontal.
Hasil pemodelan Gunung Seminung menggunakan Kware Erupt dapat dilihat pada
(Gambar 3.3)
11
Gambar 3. 2 Peta Topografi Gunung Seminung
12
III.2.1 Pemodelan Ulang Peta Geologi
Data dasar yang menjadi acuan adalah peta geologi Lembar Baturaja (Gambar 2.5)
yang dimodifikasi dengan stratigrafi hasil pemodelan dari perangkat lunak Kware
Erupt (Gambar 3.4).
13
Dari penampang dan stratigrafi tersebut, dibuat model peta geologi yang dapat
dilihat pada Gambar 3.6. Pemodelan 3 Dimensi peta geologi dapat dilihat pada
Gambar 3.7.
14
3. Erupsi magmatis Seminung pertama
4. Erupsi magmatis Seminung kedua
5. Erupsi magmatis Seminung ketiga.
15
Berdasarkan diagram rosett tersebut, dapat dilihat bahwa tegasan kelurusan relatif
memencar. Hal tersebut menandakan bahwa adanya tegangan dari dalam bumi
(Kuenen, 1935) yang diduga akibat proses magmatik yang naik ke atas. Pada
diagram rosett tersebut terlihat tegasan kelurusan yang dominan berada pada arah
diantara N 41o E – N 50o E. Hal tersebut menandakan bahwa adanya rekahan-
rekahan / dislokasi bidang lemah pada Gunung Seminung lebih berkembang pada
arah tersebut. Rekahan tektonik atau dislokasi bidang lemah dapat dikarenakan
pengaruh tekanan magmatis dari Gunung Seminung. Bila dilihat pada sesar
regional, tegasan tidak mengikuti arah sesar regional. Hal tersebut menandakan
bahwa kelurusan di daerah penelitian merupakan skala kecil yang terjadi setempat
saja di daerah penelitian.
16
Gambar 3. 10 Peta Kompilasi Danau Ranau (Nouel, 2009)
17
Gambar 3. 11 Model Tentatif Panas Bumi daerah Danau Ranau (Nouel, 2009)
Batuan penudung dalam sistem panas bumi Danau Ranau diduga berupa
batuan lava andesit dan batuan ubahan argilik yang diketahui bersifat
impermeabel. Batuan penudung ini mengisi rongga-rongga dari rekahan-
rekahan di sekitar sesar Lombok dan Talang Kedu. Kondisi ini ditunjukkan
dengan adanya nilai tahanan jenis rendah < 20 Ωm pada kedalaman < 400 m
(Nouel, 2009)
18
III.3.3 Zona Sirkulasi Air Tanah
Air meteorik akan meresap melalui porositas batuan atau melalui rekahan-
rekahan yang terbentuk akibat proses deformasi. Air meteorik tersebut memiliki
arah aliran relatif ke selatan pada bagian barat Gunung Seminung. Air meteorik
tersebut mengalir melalui litologi tuf yang relatif permeabel dan muncul ke
permukaan sebagai mata air dingin Saguru. Daerah-daerah di sekitar Gunung
Seminung dan Pesisir Tengah merupakan daerah resapan dan rekahan-rekahan
pada batuan yang dekat dengan permukaan tanah berperan sebagai zona resapan
air tanah dan penyebarannya dikontrol oleh pola struktur sesar.
Air resapan yang melalui batuan piroklastik dan membentuk aliran outflow
relatif berarah selatan (Hochstein & Sudarman, 1993) dan akhirnya terpanaskan
oleh magma sehingga muncul sebagai mata air panas.
Daerah penelitian Danau Ranau digolongkan pada sistem panas bumi yang
belum diketahui sumber panasnya (Hochstein & Sudarman, 1993). Namun
dengan menggunakan data geofisika berupa adanya anomali magnet positif di
bagian utara daerah Bukit Kawat Kerambal (Gambar 3.10) maka sumber panas
daerah ini diperkirakan berasal dari sisa magma pembentuk batuan vulkanik
Seminung. Gunung Seminung merupakan post-caldera yang bertipe strato
vulkano (IAVCEI, 1973) yang terdiri dari perselingan antara lava dan piroklastik,
hal ini mencerminkan bahwa pembentukan batuan tersebut bersifat eksplosif
dengan energi yang cukup tinggi.
19
BAB IV KESIMPULAN
2. Sistem panas bumi daerah Danau Ranau menurut Hochstein & Sudarman
(1993) digolongkan dalam liquid dominated systems dengan pH netral yang
sumber panasnya diperkirakan berasal dari sisa magma pembentuk batuan
vulkanik Seminung dan zona reservoar merupakan bagian dari Formasi Kikim
yang berlitologikan breksi gunung api, tuf, tuf padu, lava, batupasir dan
batulempung yang berada di sekitar daerah sesar Lombok. Dari pengolahan
data geokimia, geotermometer sistem panas bumi daerah Danau Ranau
diklasifikasikan menjadi sistem panas bumi bertemperatur tinggi >225oC
(Hochstein & Browne, 2000).
20
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, S., 1992. Geologi Struktur Tektonik Indonesia. Diktat Kuliah Geologi
Indonesia, ITB, Bandung, hal.93-140.
Darman, H. dan Sidi, F.H., 2000. An outline of The Geology of Indonesia. IAGI.
Jakarta, hal.11-36.
Gafoer, S dan Pardede, R., 1993. Peta Geologi Lembar Baturaja, Sumatera. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung.
Hochstein, M.P. dan Sudarman, S., 1993. Geothermal Resources of Sumatera.
Geothermics. Vol 22. No.3, London, pp 181-200.
International Association of Volcanology and Chemistry of Earth's Interior
(IAVCEI), 1973. Post-Miocene Volcanoes of the World. IAVCEI Data
Sheets, Rome: International Association of Volcanology and Chemistry of
Earth's Interior.
Kuenen, Ph. H., 1935. Contributions to the geology of the East Indies from the
Snellius Expedition, part 1, volcanoes. Leidsche Geol. Meded.
Nouel, R., 2009. Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika
Daerah Danau Ranau, Lampung – Sumatera Selatan. Laporan Tugas Akhir,
ITB, Bandung.
Pusat Sumber Daya Geologi, 2004. (a) Peta Geologi Danau Ranau. Pusat Sumber
Daya Geologi (PSDG), Bandung.
Pusat Sumber Daya Geologi, 2004. (b) Data Geologi, Geokimia dan Geofisika
Danau Ranau. Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG), Bandung.
21