Anda di halaman 1dari 25

PEMODELAN DAN ANALISIS DAERAH GUNUNG

SEMINUNG, SUMATERA, INDONESIA

VULKANOLOGI DAN GEOTHERMAL

OLEH:
ZILMI NUGROHO
NIM: 12016004

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
I.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
I.5 Metode Penelitian ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
II.1 Daerah Penelitian............................................................................... 3
II.2 Fisiografi ........................................................................................... 3
II.3 Kerangka Tektonik ............................................................................ 4
II.4 Stratigrafi ........................................................................................... 5
BAB III DATA DAN ANALISIS......................................................................... 10
III.1 Pengklasifikasian Gunung Api Berdasarkan Frekuensi Letusan ... 10
III.2 Pemodelan Gunung Api ................................................................. 10
III.2.1 Pemodelan Ulang Peta Geologi ......................................... 13
III.2.2 Rekonstruksi Sejarah Erupsi Berdasarkan Volkanostratigrafi
....................................................................................................................... 14
III.3 Analisis Kelurusan ......................................................................... 15
III.3 Analisis Potensi Geotermal Sekitar Gunung Seminung ................ 16
III.3.1 Zona Reservoar ........................................................................... 18
III.3.2 Zona Penudung............................................................................ 18
III.3.3 Zona Sirkulasi Air Tanah ............................................................ 19
III.3.4 Sumber Panas .............................................................................. 19
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Lokasi Penelitian Gunung Seminung ................................................. 3


Gambar 2. 2 Fisiografi Sumatera (Modifikasi Asikin, 1992 dalam Nouel, 2009) .. 4
Gambar 2. 3 Skema Kerangka Tektonik (Pulunggono, 1993 dalam Nouel, 2009) 5
Gambar 2. 4 Peta Geologi Danau Ranau Lembar Baturaja (Modifikasi Gafoer &
Pardede, 1993 dalam Nouel, 2009) ......................................................................... 6
Gambar 2. 5 Peta Geologi Danau Ranau (Modifikasi Pusat Sumber Daya Geologi,
2004 a ...................................................................................................................... 7

Gambar 3. 1 Citra Satelit Gunung Seminung ....................................................... 11


Gambar 3. 2 Peta Topografi Gunung Seminung ................................................... 12
Gambar 3. 3 Model Gunung Seminung dengan Perangkat Lunak Kware Erupt .. 12
Gambar 3. 4 Peta Topografi Gunung Seminung dari Kware Erupt ...................... 13
Gambar 3. 5 Stratigrafi Gunung Seminung hasil pemodelan dari perangkat lunak
Kware Erupt .......................................................................................................... 13
Gambar 3. 6 Peta Geologi Gunung Seminung ...................................................... 14
Gambar 3. 7 Pemodelan 3 Dimensi Peta Geologi Gunung Seminung .................. 14
Gambar 3. 8 Analisis Kelurusan pada Daerah Penelitian ..................................... 15
Gambar 3. 9 Diagram Rosett di Daerah Penelitian ............................................... 15
Gambar 3. 10 Peta Kompilasi Danau Ranau (Nouel, 2009) ................................. 17
Gambar 3. 11 Model Tentatif Panas Bumi daerah Danau Ranau (Nouel, 2009) .. 18

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Sejarah aktivitas Gunung Seminung (IAVCEI, 1973).......................... 10

iii
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia terletak di wilayah ring of fire serta merupakan wilayah dari pertemuan
3 lempeng besar yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng
Pasifik. Akibat dari keadaan tersebut, maka Indonesia memiliki 147 gunung api
aktif (IAVCEI, 1973) yang perlu menjadi perhatian. Kehadiran 147 gunung api
tersebut dapat membawa keuntungan dan kerugian.

Gunung api dapat membawa sumber daya alam menjadi lebih banyak karena
adanya proses aktivitas vulkanisme yang berkaitan dengan magmatik. Sumber daya
alam tersebut dapat berupa energi panas bumi, kehadiran mineralisasi yang
ekonomis, serta kehadiran bahan galian sebagai hasil dari peristiwa letusan gunung
api. Akan tetapi, dengan adanya rentetan gunung api, Indonesia harus lebih
waspada akan bencana yang dapat ditimbulkan dari gunung api.

Salah satu gunung api di Indonesia adalah Gunung Seminung yang secara
administratif terletak di perbatasan provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi
Lampung. Gunung Seminung terletak di dekat Danau Ranau yang merupakan
danau kaldera dari Gunung Ranau yang dapat dikatakan gunung api tua / purba.
Gunung Seminung diduga merupakan gunung yang terbentuk akibat aktivitas
magmatisme yang masih terkait dengan magmatisme Gunung Ranau sehingga
dapat dikatakan Gunung Seminung merupakan anak Gunung Ranau yang memiliki
morfologi gunung stratovolcano.

Gunung Seminung ini belum diteliti secara lebih mendalam sehingga kekurangan
data dalam menentukan proses pembentukan / sejarah erupsi dari gunung tersebut.
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai perkiraan sejarah erupsi Gunung
Seminung serta pemodelannya menggunakan perangkat lunak Kware Erupt. Selain
itu, penelitian ini juga akan membahas potensi panas bumi yang terdapat di sekitar
daerah Gunung Seminung.

1
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada laporan ini yaitu sebagai berikut:
a. Bagaimana sejarah rekonstruksi erupsi Gunung Seminung?
b. Bagaimana potensi panas bumi di sekitar wilayah Gunung Seminung?

I.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui sejarah rekonstruksi erupsi Gunung Seminung berdasarkan
data stratigrafi gunung api.
b. Mengetahui potensi panas bumi di sekitar wilayah Gunung Seminung.

I.5 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur terkait
Gunung Seminung, pengamatan geomorfologi dan analisis peta DEM Gunung
Seminung, serta rekonstruksi sejarah letusan menggunakan perangkat lunak Kware
Erupt.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Daerah Penelitian


Daerah penelitian Gunung Seminung berada pada koordinat 4o 56' 30,67" LS - 4o
52' 16,14" LS dan 130 o 55' 1,12" BT – 104o 1' 26,00" BT, dengan luas daratan
sekitar 95 km2 dan terletak antara Provinsi Lampung Barat dan Provinsi Sumatera
Selatan. Gunung Seminung merupakan post-caldera dari Gunung Ranau bertipe
strato vulkano (IAVCEI, 1973).

Gambar 2. 1 Lokasi Penelitian Gunung Seminung

II.2 Fisiografi
Secara fisiografis bagian selatan dari Sumatra ini dapat dibagi menjadi 4 (empat)
bagian (Asikin, 1992), yaitu:

• Cekungan Sumatra Selatan,


• Bukit Barisan dan Tinggian Lampung,
• Cekungan Bengkulu, meliputi lepas pantai antara daratan Sumatra dan
rangkaian pulau-pulau di sebelah barat Sumatra, dan
• Rangkaian kepulauan di sebelah barat Sumatra, yang membentuk suatu
busur tak bergunung-api di sebelah barat P. Sumatra

Daerah penelitian berada pada bagian Bukit Barisan (Gambar 2.2).

3
Gambar 2. 2 Fisiografi Sumatera (Modifikasi Asikin, 1992 dalam Nouel, 2009)

II.3 Kerangka Tektonik


Sumatera dapat diklasifikasikan menjadi 5 unit tektono-
struktural (Pulunggono, 1993, dalam Darman & Sidi, 2000), yaitu:

a) Punggungan Luar-busur Sunda (Sunda Outer-arc Ridge), terletak sepanjang


tepi Cekungan Depan-busur Sunda (Sunda Fore-arc Basin), dan terpisahkan
dari palung.
b) Cekungan Depan-busur Sunda (Sunda Fore-arc Basin), terletak di antara
Punggungan Luar-busur non Vulkanik dengan Belakang-busur Vulkanik.
Secara umum, ada 2 Cekungan Depan-busur Sunda, yaitu: Cekungan
Sibolga di barat laut Sumatera, dan Cekungan Bengkulu di barat daya
Sumatera.
c) Cekungan Belakang-busur Sumatera (Sumatera Back-arc Basin),
merupakan sistem yang dibentuk sebagai zona depresi dari kaki zona
barisan, terdiri atas Cekungan Sumatera Utara, Cekungan Sumatera Tengah,
dan Cekungan Sumatera Selatan.
d) Pegunungan Barisan (Barisan Mountain Range), merupakan busur vulkanik
serta menempati bagian barat dari pulau Sumatera dan didominasi batuan
berumur Perm-Karbon hingga Mesozoikum.

4
e) Sumatera Intra-arc atau Intermontane Basin, dipisahkan oleh pengangkatan
subsekuen dan erosi dari bekas pengendapan sebelumnya dengan litologi
yang sama seperti cekungan depan busur dan belakang busur.

Daerah penelitian berada pada bagian Pegunungan Barisan (Gambar 2.3).

Gambar 2. 3 Skema Kerangka Tektonik (Pulunggono, 1993 dalam Nouel, 2009)

II.4 Stratigrafi
Berdasarkan peta geologi lembar Baturaja (gambar 2.4), batuan yang
tersingkap di daerah penelitian terdiri dari satuan Qhv, Qv, QTr, Tmba dan Tomh.
Satuan Batuan Breksi Gunung Api tuf (Qhv) berumur Plistosen - Holosen, terdiri
dari batuan breksi gunung api, lava dan tuf bersusunan andesit-basalt. Satuan
Batuan Gunung Api Andesit-Basalt (Qv) berumur Plistosen – Holosen, terdiri dari
lava, tuf dan breksi gunung api bersusunan andesit-basalt. Formasi Ranau (QTr)
berumur Pliosen – Plistosen, terdiri dari tuf riolitan, tuf batuapung, tuf padu
dengan sisipan batulempung berkarbon. Formasi Bal (Tmba) berumur Miosen
Tengah – Miosen Akhir, terdiri dari breksi gunung api dengan sisipan batupasir

5
gunung api, bersusunan dasit. Batuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian
berupa Formasi Hulu Simpang (Tomh) berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal
yang terdiri dari lava, breksi gunung api dan tuf terubah, bersusunan andesit
sampai basalt, mengandung mineral sulfida dan urat- urat kuarsa.

Gambar 2. 4 Peta Geologi Danau Ranau Lembar Baturaja (Modifikasi Gafoer &
Pardede, 1993 dalam Nouel, 2009)

6
Gambar 2. 5 Peta Geologi Danau Ranau (Modifikasi Pusat Sumber Daya Geologi, 2004 a)

7
Berdasarkan peta geologi Danau Ranau (Gambar 2.5), stratigrafi daerah
penyelidikan dikelompokkan menjadi tiga belas satuan batuan dengan urutan dari
tua ke muda yaitu Formasi Kikim (Tpok), Aliran Lava Vulkanik Tua (Tlt), Aliran
Piroklastik Ranau (Qapr), Aliran Lava Kukusan (Qlk), Breksi Vulkanik Kukusan
(Qbvk), Breksi Laharik Kukusan (Qalk), Aliran Lava Seminung 1 (Qls-1), Breksi
Laharik Seminung (Qals), Jatuhan Piroklastik Seminung (Qjs), Aliran Lava
Seminung 2 (Qls-2), Aliran Lava Seminung 3 (Qls-3), Endapan Longsoran
Seminung (Qd), dan Satuan Aluvium (Qal).

a) Formasi Kikim (Tpok) terdiri dari breksi gunungapi, tuf padu, tuf, lava,
batupasir dan batulempung. Satuan Aliran Lava Vulkanik Tua (Tlt)
merupakan satuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian diperkirakan
berumur Miosen Awal, satuan ini berupa lava berwarna abu-abu kehitaman,
bertekstur porfiritik, terdiri dari mineral plagioklas, piroksen dan
hornblenda, satuan ini juga telah mengalami proses mineralisasi dan
terkekarkan.
b) Satuan Aliran Piroklastik Ranau (Qapr) berupa aliran piroklastik berwarna
abu- abu kehitaman, fragmen menyudut dengan ukuran kerikil – bongkah,
berupa bomb dan scoria hitam. Satuan ini diendapkan secara tidak selaras
dengan Satuan Aliran Vulkanik Tua (Tlt).
c) Satuan Aliran Lava Kukusan (Qlk) merupakan lava basaltik berwarna abu-
abu tua, bertekstur porfiritik, memiliki ronga-rongga vesikuler, satuan ini
diperkirakan merupakan hasil erupsi dari Gunung Kukusan pada kala
Plistosen.
d) Satuan Breksi Vulkanik Kukusan (Qbvk) berupa breksi vulkanik berwarna
abu- abu kehitaman, fragmen menyudut, pemilahan buruk, komponen
berupa lava basaltik, kompak, berwarna abu-abu, bertekstur porfiritik,
ukuran kerikil – bongkah, matriksnya terdiri dari tuf pasiran berwarna abu-
abu kehitaman, berukuran lapili, pemilahan buruk. Satuan ini diendapkan
secara selaras di atas Satuan Aliran Lava Kukusan (Qlk).
e) Satuan Breksi Laharik Kukusan (Qalk) berupa breksi polimik laharik
berukuran kerakal – bongkah, komponen terdiri dari lava basaltik berwarna
hitam, lava andesitik terubahkan dan tuf yang berasal dari produk vulkanik

8
tua, satuan ini diendapkan secara tidak selaras di atas Satuan Aliran
Vulkanik Tua (Tlt).
f) Satuan Aliran Lava Seminung 1 (Qls-1) merupakan lava basaltik, berwarna
abu- abu kehitaman, bertekstur porfiritik, terdiri dari mineral plagioklas,
piroksen dan hornblenda. Satuan ini merupakan produk dari erupsi Gunung
Seminung yang diperkirakan berumur Kuarter Awal.
g) Satuan Breksi Laharik Seminung (Qals) berupa breksi polimik berwarna
abu-abu kehitaman, komponennya terdiri dari lava basaltik berwarna abu-
abu kehitaman dan tuf berwarna merah.
h) Satuan Jatuhan Piroklastik Seminung (Qjs) berupa tuf dan pumis, berwarna
cokelat muda dengan struktur vesikuler, bertekstur vitrofirik, fenokris
berupa mineral plagioklas, piroksen, mineral opak dengan matriks berupa
mikrokristal dan gelas vulkanik.
i) Satuan Aliran Lava Seminung 2 (Qls-2) merupakan lava basaltik berwarna
abu- abu kehitaman, bertekstur porfiritik dengan struktur vesikuler.
j) Satuan aliran lava Seminung 3 (Qls-3) berupa lava andesitik berwarna abu-
abu muda, bertekstur afanitik dengan struktur vesikuler, satuan ini
diendapkan secara selaras di atas Qls-2.
k) Satuan Endapan Longsoran Seminung (Qd) merupakan batuan piroklastik
yang belum kompak dan produk hasil rombakan lava Seminung.
l) Satuan Aluvium (Qal) berupa material lepas dari bongkah lava, pasir dan
endapan lainnya.

Dengan mengkompilasikan peta geologi regional lembar Baturaja (Gafoer &


Pardede, 1993) dan peta geologi Danau Ranau (Pusat Sumber Daya Geologi,
2004a) maka didapat bahwa satuan-satuan yang ada merupakan bagian dari
formasi-formasi yang ada pada peta geologi regional.

9
BAB III DATA DAN ANALISIS

III.1 Pengklasifikasian Gunung Api Berdasarkan Frekuensi Letusan


Gunung Seminung merupakan gunung yang belum diketahui sejarah letusannya
karena belum diadakan penelitian secara lebih mendalam terkait dengan stratigrafi
Gunung Seminung. Berikut adalah data aktivitas terkini dari Gunung Seminung :

Tabel 3. 1 Sejarah aktivitas Gunung Seminung (IAVCEI, 1973)


Tahun Deskripsi
Penduduk di Desa Sende Simpang mencatat bahwa air danau
1962
menjadi berwarna putih susu dan semua ikan mati.

1993 Satu atau lebih ikan mati lebih dari 3 bulan.

Ikan mati pada skala kecil disertai dengan bau busuk (diperkirakan
1995
karena H2S).

Ikan mati pada skala besar terjadi. Menurut kepala desa, peristiwa
1998 dimulai dengan turbulensi air di Danau Ranau yang berlangsung
selama kurang lebih 30 menit.

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Gunung Seminung tidak tercatat pernah
mengalami erupsi magmatik dan penulis mengasumsikan bahwa Gunung Seminung
tidak pernah mengalami erupsi magmatik sejak kurun waktu tahun 1600 sampai
sekarang. Gunung Seminung, lebih tepatnya di Danau Ranau (yang diduga
memiliki magmatisme yang berhubungan) memunculkan manifestasi yang diduga
berupa gas H2S yang mencemari danau. Ikan yang berada di perairan danau mati
diduga karena tercemar oleh gas H2S. Oleh karena itu, Gunung Seminung
merupakan gunung api tipe B.

III.2 Pemodelan Gunung Api


Pemodelan gunung api dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Kware
Erupt. Data dasar yang menjadi acuan adalah studi literatur (Gambar 2.5).
Pemodelan dilakukan dengan melihat geomorfologi gunung api melalui citra satelit
(Gambar 3.1) dan peta topografi (Gambar 3.2), lalu membuat semirip mungkin
dengan aslinya.

Ada beberapa kendala pada pemodelan menggunakan Kware Erupt, pemodelan


tidak bisa sesuai dengan penampang stratigrafi pada studi literatur. Berikut adalah
kendala dalam pemodelan menggunakan Kware Erupt :

10
• Software Kware Erupt sulit untuk digunakan secara fleksibel dan kerap
mengalami bug.

• Tidak bisa memodelkan sesar oblique dan erupsi yang dapat dimodelkan
hanya erupsi vertikal, tidak dapat memodelkan erupsi samping yang
membentuk sudut dengan garis horizontal.

• Dalam pembentukan kompleks Gunung Seminung membutuhkan banyak


asumsi/pendekatan yang kurang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Hasil pemodelan Gunung Seminung menggunakan Kware Erupt dapat dilihat pada
(Gambar 3.3)

Gambar 3. 1 Citra Satelit Gunung Seminung

11
Gambar 3. 2 Peta Topografi Gunung Seminung

Gambar 3. 3 Model Gunung Seminung dengan Perangkat Lunak Kware Erupt

12
III.2.1 Pemodelan Ulang Peta Geologi
Data dasar yang menjadi acuan adalah peta geologi Lembar Baturaja (Gambar 2.5)
yang dimodifikasi dengan stratigrafi hasil pemodelan dari perangkat lunak Kware
Erupt (Gambar 3.4).

Gambar 3. 4 Peta Topografi Gunung Seminung dari Kware Erupt

Gambar 3. 5 Stratigrafi Gunung Seminung hasil pemodelan dari perangkat lunak


Kware Erupt

13
Dari penampang dan stratigrafi tersebut, dibuat model peta geologi yang dapat
dilihat pada Gambar 3.6. Pemodelan 3 Dimensi peta geologi dapat dilihat pada
Gambar 3.7.

Gambar 3. 6 Peta Geologi Gunung Seminung

Gambar 3. 7 Pemodelan 3 Dimensi Peta Geologi Gunung Seminung

III.2.2 Rekonstruksi Sejarah Erupsi Berdasarkan Volkanostratigrafi


Berdasarkan data stratigrafi, sejarah erupsi dapat disusun menjadi :

1. Erupsi magmatis vulkanik tua (Ranau)


2. Erupsi ekpslosif (piroklastik) vulkanik tua (Ranau)

14
3. Erupsi magmatis Seminung pertama
4. Erupsi magmatis Seminung kedua
5. Erupsi magmatis Seminung ketiga.

III.3 Analisis Kelurusan


Berdasarkan data SRTM tahun 2014 dari USGS, dilakukan analisis kelurusan
punggungan dan lembahan untuk menginterpretasi kelurusan yang paling dominan.
Analisis kelurusan dari punggungan dan lembahan terebut kemudian diinterpretasi
menggunakan diagram rosett untuk diketahui bidang lemah dominan dari wilayah
penelitian.

Gambar 3. 8 Analisis Kelurusan pada Daerah Penelitian

Gambar 3. 9 Diagram Rosett di Daerah Penelitian

15
Berdasarkan diagram rosett tersebut, dapat dilihat bahwa tegasan kelurusan relatif
memencar. Hal tersebut menandakan bahwa adanya tegangan dari dalam bumi
(Kuenen, 1935) yang diduga akibat proses magmatik yang naik ke atas. Pada
diagram rosett tersebut terlihat tegasan kelurusan yang dominan berada pada arah
diantara N 41o E – N 50o E. Hal tersebut menandakan bahwa adanya rekahan-
rekahan / dislokasi bidang lemah pada Gunung Seminung lebih berkembang pada
arah tersebut. Rekahan tektonik atau dislokasi bidang lemah dapat dikarenakan
pengaruh tekanan magmatis dari Gunung Seminung. Bila dilihat pada sesar
regional, tegasan tidak mengikuti arah sesar regional. Hal tersebut menandakan
bahwa kelurusan di daerah penelitian merupakan skala kecil yang terjadi setempat
saja di daerah penelitian.

III.3 Analisis Potensi Geotermal Sekitar Gunung Seminung


Sistem panas bumi daerah Danau Ranau menurut Hochstein & Sudarman
(1993) digolongkan dalam liquid dominated systems dengan pH netral yang
belum diketahui sumber panas dan reservoarnya. Dari pengolahan data
geokimia, geotermometer sistem panas bumi daerah Danau Ranau
diklasifikasikan menjadi sistem panas bumi bertemperatur tinggi >225oC
(Hochstein & Browne, 2000). Apabila dilihat dari keberadaannya sistem panas
bumi daerah Danau Ranau bertipe high relief karena daerah ini memiliki
topografi tinggi yang merupakan bentukan gunung api. Sistem panas bumi
daerah Danau Ranau dapat dilihat pada Gambar 3.10- 3.11.

16
Gambar 3. 10 Peta Kompilasi Danau Ranau (Nouel, 2009)

17
Gambar 3. 11 Model Tentatif Panas Bumi daerah Danau Ranau (Nouel, 2009)

III.3.1 Zona Reservoar

Berdasarkan pengolahan data geofisika, zona reservoar yang terbentuk di


daerah penyelidikan ditemui dalam dimensi yang tidak terlalu besar dan dibatasi
oleh zona struktur/sesar. Zona tersebut berada di sekitar daerah Lombok, dimana
pada daerah tersebut memiliki nilai resistivitas sedang sekitar 50-200 Ωm
(Nouel, 2009), selain itu juga dikontrol oleh pengaruh sesar seperti sesar
Lombok, sesar Talang Kedu dan sesar Talang Biak. Zona reservoar pada daerah
Danau Ranau ini merupakan bagian dari Formasi Kikim yang berlitologikan
breksi gunung api, tuf, tuf padu, lava, batupasir dan batulempung.

III.3.2 Zona Penudung

Batuan penudung dalam sistem panas bumi Danau Ranau diduga berupa
batuan lava andesit dan batuan ubahan argilik yang diketahui bersifat
impermeabel. Batuan penudung ini mengisi rongga-rongga dari rekahan-
rekahan di sekitar sesar Lombok dan Talang Kedu. Kondisi ini ditunjukkan
dengan adanya nilai tahanan jenis rendah < 20 Ωm pada kedalaman < 400 m
(Nouel, 2009)

18
III.3.3 Zona Sirkulasi Air Tanah

Air meteorik akan meresap melalui porositas batuan atau melalui rekahan-
rekahan yang terbentuk akibat proses deformasi. Air meteorik tersebut memiliki
arah aliran relatif ke selatan pada bagian barat Gunung Seminung. Air meteorik
tersebut mengalir melalui litologi tuf yang relatif permeabel dan muncul ke
permukaan sebagai mata air dingin Saguru. Daerah-daerah di sekitar Gunung
Seminung dan Pesisir Tengah merupakan daerah resapan dan rekahan-rekahan
pada batuan yang dekat dengan permukaan tanah berperan sebagai zona resapan
air tanah dan penyebarannya dikontrol oleh pola struktur sesar.
Air resapan yang melalui batuan piroklastik dan membentuk aliran outflow
relatif berarah selatan (Hochstein & Sudarman, 1993) dan akhirnya terpanaskan
oleh magma sehingga muncul sebagai mata air panas.

III.3.4 Sumber Panas

Daerah penelitian Danau Ranau digolongkan pada sistem panas bumi yang
belum diketahui sumber panasnya (Hochstein & Sudarman, 1993). Namun
dengan menggunakan data geofisika berupa adanya anomali magnet positif di
bagian utara daerah Bukit Kawat Kerambal (Gambar 3.10) maka sumber panas
daerah ini diperkirakan berasal dari sisa magma pembentuk batuan vulkanik
Seminung. Gunung Seminung merupakan post-caldera yang bertipe strato
vulkano (IAVCEI, 1973) yang terdiri dari perselingan antara lava dan piroklastik,
hal ini mencerminkan bahwa pembentukan batuan tersebut bersifat eksplosif
dengan energi yang cukup tinggi.

19
BAB IV KESIMPULAN

1. Berdasarkan data stratigrafi, sejarah erupsi Gunung Seminung dapat disusun


menjadi :
a. Erupsi magmatis vulkanik tua (Ranau)
b. Erupsi ekpslosif (piroklastik) vulkanik tua (Ranau)
c. Erupsi magmatis Seminung pertama
d. Erupsi magmatis Seminung kedua
e. Erupsi magmatis Seminung ketiga.

Rekonstruksi penampang stratigrafi dapat dilihat pada Gambar 3.5.


Pemodelan sebaran stratigrafi (peta geologi) dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Pemodelan 3 dimensi sebaran stratigrafi (peta geologi) dapat dilihat pada
Gambar 3.7.

2. Sistem panas bumi daerah Danau Ranau menurut Hochstein & Sudarman
(1993) digolongkan dalam liquid dominated systems dengan pH netral yang
sumber panasnya diperkirakan berasal dari sisa magma pembentuk batuan
vulkanik Seminung dan zona reservoar merupakan bagian dari Formasi Kikim
yang berlitologikan breksi gunung api, tuf, tuf padu, lava, batupasir dan
batulempung yang berada di sekitar daerah sesar Lombok. Dari pengolahan
data geokimia, geotermometer sistem panas bumi daerah Danau Ranau
diklasifikasikan menjadi sistem panas bumi bertemperatur tinggi >225oC
(Hochstein & Browne, 2000).

20
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, S., 1992. Geologi Struktur Tektonik Indonesia. Diktat Kuliah Geologi
Indonesia, ITB, Bandung, hal.93-140.
Darman, H. dan Sidi, F.H., 2000. An outline of The Geology of Indonesia. IAGI.
Jakarta, hal.11-36.
Gafoer, S dan Pardede, R., 1993. Peta Geologi Lembar Baturaja, Sumatera. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung.
Hochstein, M.P. dan Sudarman, S., 1993. Geothermal Resources of Sumatera.
Geothermics. Vol 22. No.3, London, pp 181-200.
International Association of Volcanology and Chemistry of Earth's Interior
(IAVCEI), 1973. Post-Miocene Volcanoes of the World. IAVCEI Data
Sheets, Rome: International Association of Volcanology and Chemistry of
Earth's Interior.
Kuenen, Ph. H., 1935. Contributions to the geology of the East Indies from the
Snellius Expedition, part 1, volcanoes. Leidsche Geol. Meded.
Nouel, R., 2009. Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika
Daerah Danau Ranau, Lampung – Sumatera Selatan. Laporan Tugas Akhir,
ITB, Bandung.
Pusat Sumber Daya Geologi, 2004. (a) Peta Geologi Danau Ranau. Pusat Sumber
Daya Geologi (PSDG), Bandung.
Pusat Sumber Daya Geologi, 2004. (b) Data Geologi, Geokimia dan Geofisika
Danau Ranau. Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG), Bandung.

21

Anda mungkin juga menyukai