(Agus Hariadi)
Agus Hariadi
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Jl. HR. Rasuna Said Kav.6-7 Jakarta Selatan, Indonesia
Email: hariadi_kapusren@yahoo.co.id
(Naskah diterima 27/06/2016, direvisi 26/09/2016, disetujui 29/09/2016)
Abstrak
Paling tidak ada dua hal pokok yang menyebabkan masih maraknya korupsi di Indonesia, yaitu pemilihan
kepala daerah atau anggota legislatif yang berbiaya mahal dan rendahnya pidana yang dijatuhkan oleh hakim.
Fenomena yang muncul pada saat ini, di samping para koruptor menggunakan jasa penasehat hukum yang
bertarif mahal, ternyata mereka dalam menjalani proses peradilan sama sekali tidak menunjukkan adanya rasa
malu, rasa bersalah, apalagi rasa penyesalan, mereka tetap sumringah, penuh senyum, penuh ketawa, dan
kepala tetap tegak, berbeda dengan pelaku tindak pidana yang lain. Hal lain yang mengherankan, masyarakat
juga kadang-kadang berbuat yang tidak sepantasnya, yaitu dengan memberikan dukungan yang luar biasa
kepada para koruptor. Demikian juga petugas lembaga pemasyarakatan (LP) menempatkan para koruptor
tersebut dalam satu sel sendirian yang terpisah dari narapidana lain dengan fasilitas yang cukup memadai
dan pada gilirannya akan menimbulkan hubungan supply and demand. Dengan adanya narapidana koruptor,
menyebabkan fungsi LP menjadi tidak berjalan karena para narapidana koruptor memiliki berbagai kelebihan jika
dibandingkan dengan petugas LP itu sendiri. Untuk itu, ke depan perlu diadakan perombakan agar narapidana
koruptor ditempatkan dalam LP yang juga dihuni oleh narapidana lain, sehingga di samping lebih memenuhi
rasa keadilan juga agar narapidana koruptor dapat diberdayakan untuk kemanfaatan narapidana lain maupun
petugas LP itu sendiri.
Kata kunci: Dilema Pembinaan, Narapidana Korupsi
Abstract
Basically, there are at least two factors that make corruption still rampant in Indonesia. First is the expensive
cost of the local heads or legislative members’ elections; second is the low punishment by the Judge. The recent
phenomenon, the corruptors hire for expensive prominent lawyers. Moreover, they do not express any regret or
even remorse in their case trial. They calmly keep smiling, laughing and having their head up, in contrast to other
felons. Surprisingly, some people respond in uncommon ways, such as giving tremendous support to them. As those
to the correctional officers who put them in a cell with special facilities, exclusively away from the other inmates.
Thus, make some take and give relations as the supply and demand has come between them. As the result, the
Correctional Institution cannot run its function effectively because of the corruption convicts who have more resources
than the officers themselves. So, it is important to have evaluation ahead in order that those corruption convicts put
in together with the other inmates. Hopefully, the solution can fulfill the justice as well as empower the corruption
convicts for the good of inmates and the correctional officers themselves.
Keywords: Correctional effort dilemma, Corruption convict.
297
Vol. 13 N0. 03 - September 2016 : 297 - 308
sebutan narapidana akan menempuh peroses Kepahiang Bengkulu yang juga menjadi hakim
persidangan yang cukup lama yang sangat Pengadilan Tipikor Bengkulu dan Toton, hakim
menguras pikiran, tenaga, mental, dan uang Ad Hoc pada Pengadilan Tipikor Bengkulu, oleh
kecuali mereka langsung menerima putusan KPK pada hari Senin 23 Mei 2016 karena diduga
pengadilan tipikor. Namun dalam kenyataannya menerima suap sehubungan perkara tindak
sangat langka, kebanyakan mereka menolak pidana korupsi penyalahgunaan honor dewan
putusan pengadilan tipikor dan selalu menempuh pembina RSUD M. Yunus di Bengkulu. Dari
upaya hukum, baik upaya hukum biasa, seperti hasil opersai tangkap tangan, KPK menemukan
banding dan kasasi, dan juga upaya hukum luar uang sebesar Rp150 juta di mobil milik Janner
biasa, seperti peninjauan kembali. Nampaknya Purba. Uang tersebut, menurut Yuyuk Andriadi,
para pelaku tindak pidana korupsi selalu tidak Pelaksana Harian Kepala Biro Humas KPK,
puas atas putusan pengadilan, mereka merasa merupakan pemberian yang ke dua setelah pada
tetap tidak bersalah walaupun bukti-bukti yang tanggal 17 Mei 2016, Janner menerima uang
diajukan jaksa penuntut umum dan keterangan sebesar Rp500 juta dari Edi2.
ahli maupun para saksi sudah sangat gamblang Ibaratnya tinta yang untuk menulis belum
membuktikan adanya tindak pidana korupsi. kering, kita semua digemparkan pemberitaan
Prinsip yang dipegang, kalau masih ada upaya di berbagai media massa yang memuat hasil
hukum mereka akan menggunakan semuanya, temuan BPK adanya dugaan kunjungan kerja
tidak perduli jika pada akhirnya pidananya fiktif yang dilakukan oleh beberapa anggota DPR
justru tambah berat. yang berpotensi merugikan keuangan negara
Terkait tindak pidana korupsi, ada beberapa sebesar Rp945,46 miliar. Namun secara tidak
berita akhir-akhir ini yang cukup menghebohkan terduga dan sulit diterima oleh pikiran yang
dan banyak mendapat perhatian dari masyarakat, sehat, berita tersebut akhirnya dianulir sendiri
seperti berita tertangkap tangannya Edy oleh Ketua BPK saat melakukan rapat kerja
Nasution, Panitera Pengadilan Negeri Jakarta dengan DPR.
Pusat, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Korupsi sepertinya sudah merupakan
di area parkir salah satu hotel di Jalan Kramat
penyakit kronis bagi bangsa Indonesia yang
Raya, Jakarta Pusat, pada hari Rabu, tanggal
sangat sulit untuk memberantasnya karena
20 April 2016, sesaat setelah penyerahan uang
pengadilan sebagai benteng terakhir orang
sebesar Rp50 Juta dari Doddy Aryanto Supeno,
mencari keadilan, para hakim dan paniteranya
pihak swasta. Uang itu merupakan pemberian
juga terbelit masalah korupsi. Sebetulnya sudah
kedua karena sebelumnya pada bulan Desember
sejak zaman Orde Lama maupun Orde Baru,
2015, telah ada penyerahan uang sebesar Rp100
banyak pejabat negara, pejabat, dan pengusaha
juta. Uang itu merupakan bagian dari komitmen
yang terindikasi melakukan tindak pidana
suap Rp500 juta kepada Edy Nasution untuk
korupsi, namun kenyataannya pada masa itu
mengamankan permohonan peninjauan kembali
tidak terlalu banyak yang diproses sampai ke
kasus sengketa perdata antara dua korporasi
pengadilan. Hal tersebut berbeda pada era
besar. Dalam kasus tersebut, KPK menggeledah
reformasi di mana para pelaku korupsi, tanpa
empat lokasi, yakni rumah Nurhadi (Sekretaris
pandang bulu, semua diproses di pengadilan
Mahkamah Agung), ruang kerja Nurhadi di
dan akhirnya masuk LP.
Mahkamah Agung, Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, dan Kantor PT. Paramount Enterprise Sebetulnya para pelaku tindak pidana
International di Serpong, Tangerang Selatan. korupsi itu bukanlah orang yang secara materi
Dari lokasi-lokasi itu, penyidik KPK menyita kekurangan, bahkan kalau boleh dikata mereka
sejumlah uang1. sudah sangat berkecukupan. Demikian juga
Belum tuntas penanganan kasus tersebut, kalau dilihat pendidikannya, mereka rata-
kita semua dikejutkan dengan tertangkap rata berpendidikan sarjana, bahkan ada yang
tangannya Janner Purba, Ketua Pengadilan Negeri bergelar profesor doktor.
1 “Sekretaris MA Diduga Terkait, KPK Cegah Nurhadi Bepergian ke Luar Negeri”. Kompas (22 April 2016).
2 “MA Berhentikan Hakim Tipikor”. Kompas (1 Juni 2016).
298
Suatu Dilema Dalam Pembinaan Narapidana Koruptor ....(Agus Hariadi)
Dengan demikian, pada saat ini LP selain Dari jumlah itu, 391 kasus berada di kejaksaan3.
dihuni oleh para narapidana biasa juga dihuni Ada yang mengatakan masih suburnya
oleh narapidana intelektual yang kemampuannya korupsi di Indonesia, salah satunya disebabkan
pasti di atas petugas LP itu sendiri. Jelas hal ini karena adanya pemilihan kepala daerah atau
merupakan suatu dilema, di satu sisi LP dituntut pemilihan anggota dewan (DPR/DPRD) yang
untuk dapat mengembalikan para penghuninya berbiaya mahal. Alasan ini masuk akal karena
menjadi orang baik dan dapat hidup di tengah- memang untuk maju dalam pemilihan kepala
tengah masyarakat secara normal, tetapi di sisi daerah harus punya kendaraan, yaitu partai
lain fungsi tersebut tidak berjalan karena para politik, demikian juga untuk dapat melenggang
penghuni hotel prodeo itu adalah orang-orang ke gedung parlemen, orang harus masuk terlebih
yang memiliki kepandaian intelektual di atas dahulu kejajaran partai politik. Nah untuk
petugas LP, dan mereka pada dasarnya sudah itulah para calon harus mengeluarkan banyak
tidak memerlukan lagi bimbingan maupun biaya, belum lagi uang untuk kampanye dan
pelatihan dari petugas LP karena mereka sudah uang untuk para bobotoh. Apalagi kalau dalam
terbiasa menjadi bos di tempat ia bekerja. pemilihan kepala daerah sampai berujung di
Mahkamah Konstitusi, mereka harus merogoh
B. Pembahasan
kantong lebih dalam lagi untuk membayar
B.1. Maraknya Korupsi di Indonesia penasehat hukum, saksi/ahli, transport, dan
Walaupun banner atau pamflet yang berisi hotel maupun biaya lainnya.
seruan anti korupsi terpasang atau terpampang Sudah dapat ditebak, setelah menjadi
di setiap sudut ruang perkantoran, pelayanan pejabat negara, yang ada di otak mereka adalah
publik, dan ruang terbuka umum, demikian bagaimana caranya mengembalikan modal yang
juga sudah dilakukan pendeklarasian wilayah telah mereka keluarkan selama proses pemilihan
bebas korupsi, pengawasan yang ketat, tetapi dari pada memikirkan pembangunan dan
toh korupsi masih merajalela. Belum selesai kesejahteraan rakyat maupun konstituennya.
persidangan sebuah perkara tindak pidana Kondisi seperti itu, menurut Abdullah Dahlan,
korupsi di pengadilan tipikor, sudah menyusul peneliti ICW, akan melahirkan korupsi politik4.
lagi ada pejabat negara, pejabat, atau pengusaha Adapun aktor-aktor yang menjadi pelaku korupsi
yang tertangkap tangan karena diduga paling dominan adalah kepala-kepala daerah
melakukan korupsi, maupun mereka yang dan anggota DPRD. Modus kejahatan korupsi ini
masih menjalani proses penyelidikan maupun pada umumnya mengenai kebijakan anggaran,
penyidikan. penyalahgunaan kekuasaan, dan penyimpangan
Berdasarkan laporan tahunan Kejaksaan terhadap kebijakan di daerah. Pada tingkat
Agung tahun 2015 menunjukkan terdapat pusat juga tidak jauh berbeda, seperti kasus
ribuan kasus korupsi yang ditangani kejaksaan, pembajakan kebijakan APBN yang terkenal
baik pusat maupun daerah. Tahun lalu sebanyak dengan sebutan praktek mafia APBN5.
1.873 kasus korupsi diselidiki kejaksaan. Dari Lebih lanjut Abdullah Dahlan mencontohkan
jumlah itu, sebanyak 1.717 kasus ditingkatkan kasus yang melibatkan Wa Ode Nurhayati
statusnya ke penyidikan. Namun kasus yang dalam kasus pengembangan pembangunan
dilanjutkan ke penuntutan berkurang menjadi infrastruktur di daerah. Ini mengkonfirmasi,
1.511 perkara. Sebanyak 206 kasus tak beranjak bahwa ada praktik mafia anggaran di DPR.
dari tingkat penyidikan. Jumlah tersebut jauh Dana alokasi untuk pembangunan daerah
lebih kecil dibandingkan temuan Indonesia yang seharusnya dialokasikan untuk daerah
Corruption Watch (ICW), terdapat 652 kasus yang membutuhkan karena daerah tersebut
korupsi yang ditangani kejaksaan, kepolisian, mengalami gap fiskal yang jauh. Dana tersebut
dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang tujuannya untuk menopang daerah yang lemah,
mangkrak saat berada dalam tahap penyidikan. tetapi dana-dana itu bukan didistribusikan
3 “206 Kasus Korupsi Tak Selesai, Krisis Moral Aparat Penegak Hukum Mencapai Titik Tertinggi”. Kompas (26 Februari 2016).
4 Komisi Hukum Nasional, “Korupsi Politik” dalam Darurat Hukum, Sumbang Saran, (Jakarta: KHN 2013).
5 Ibid.
299
Vol. 13 N0. 03 - September 2016 : 297 - 308
untuk membantu daerah yang lemah, tetapi dibahas untuk disahkan menjadi undang-
malah dijadikan arena bancakan partai. undang. Kemudian juga belum adanya tekad
Berdasarkan keterangan para saksi penggunaan kuat dari lapisan masyarakat paling atas, seperti
dana itu sudah menjadi kavling-kavling partai eksekutif dan legislatif, serta elit ekonomi, untuk
dengan kode-kodenya sendiri, ada kode P1 untuk memberantas korupsi8.
pimpinan, kode K untuk pimpinan banggar Terkait dengan ringannya putusan hakim,
dengan warna-warna yang sudah menjadi khas menurut ICW ada tiga faktor penyebab utama
masing-masing partai. Misalnya warna merah mengapa hakim menjatuhkan pidana ringan bagi
untuk fraksi ini, warna kuning untuk fraksi itu para koruptor. Pertama, tuntutan jaksa penuntut
dan semacamnya6. umum yang ringan. Hakim dalam menjatuhkan
Sedangkan menurut Eva Kusuma Sundari, vonis juga mengacu pada tuntutan jaksa. Karena
salah satu upaya untuk meminimalisir korupsi itu, tuntutan rendah jaksa juga memainkan
politik, khususnya di lingkungan DPR, perlu peranan kunci dalam vonis pengadilan tipikor.
mendirikan Organization of Parliamentarian Kedua, ketiadaan pedoman pemidanaan dalam
Against Corruption di Indonesia. Harapannya kita menjatuhkan vonis perkara korupsi, sehingga
bisa memperbaiki sistem, yaitu memperbaiki hakim cenderung menjatuhkan pidana seringan-
akuntabilitas eksternal parlemen dan di saat ringannya kepada terdakwa. Ketiga, konstruksi
yang sama juga memperbaiki internalnya. Salah hukum dalam Pasal 2 dan Pasal 3 UU Tipikor.
satu yang kita usulkan adalah memperbaiki Secara umum, Pasal 2 ditujukan secara luas
kode etik yang lebih komprehensif. Karena bagi pelaku korupsi terkait kerugian negara,
tidak bisa seperti kode etik yang ada sekarang dan Pasal 3 dikhususkan bagi penyelenggara
yang belum mengatur secara detail mengenai negara atau pejabat publik. Namun, pembuat
conflict of interest (konflik kepentingan), karena UU justru menjatuhkan pidana lebih ringan bagi
banyak anggota DPR yang memiliki PJTKI, tetapi penyelenggara negara atau pejabat publik9.
bekerjanya di Komisi IX, atau para pemilik
tambang memilih bekerja di Komisi VII. Inilah B.2. Koruptor Tidak Punya Malu Lagi
sesuatu yang incompatible, sehingga tampak Pada saat penggarong uang negara tersebut
jelas adanya konflik kepentingan, di satu sisi ia menjalani proses peradilan, nampak ada hal
sebagai pemain, di sisi lain dia sebagai regulator yang sangat luar biasa. Mereka pada umumnya
dan di saat yang sama juga sebagai pengawas selalu menunda-nunda pemeriksaan dengan
kalau ada panitia kerja (panja), panitia khusus berbagai dalih, seperti belum diterimanya surat
(pansus), atau rapat kerja (raker). Jadi hal ini pemanggilan secara resmi, sakit, dan bahkan ada
perlu diperbaiki, dan saya merasa memang yang melarikan diri ke luar negeri. Sekarang juga
sistem di internal DPR masih sangat rawan sedang ngetren mereka ramai-ramai mengajukan
untuk dicurangi7. upaya hukum praperadilan atas proses
Selain itu, maraknya korupsi di Indonesia penetapan sebagai tersangka. Memang dari
juga disebabkan karena ringannya hukuman upaya hukum tersebut, ada beberapa tersangka
penjara bagi para koruptor, yakni dari rata-rata korupsi yang beruntung karena pengadilan
2 tahun 11 bulan pada tahun 2013 menjadi 2 memutuskan bahwa proses penetapan sebagai
tahun 8 bulan pada 2014 dan kemudian 2 tahun tersangka korupsi oleh penyidik telah melanggar
2 bulan pada 2015, sehingga tidak menimbulkan hukum tetapi ada juga yang sial karena
efek jera. Pada saat yang sama, regulasi untuk praperadilannya ditolak pengadilan.
menambah efek jera bagi koruptor, seperti Sebagaimana kita ketahui, pada awalnya
melalui rancangan undang-undang tentang penetapan seseorang sebagai tersangka tidak
perampasan aset tindak pidana, juga belum masuk lingkup praperadilan, tetapi dengan
300
Suatu Dilema Dalam Pembinaan Narapidana Koruptor ....(Agus Hariadi)
301
Vol. 13 N0. 03 - September 2016 : 297 - 308
yang ditelanjangi hanya memakai cawet dan Dengan demikian penempatan narapidana
digunduli kepalanya. di dalam sel LP tidak ada unsur subyektif, seperti
Selain ada perbedaan, di antara kedua unsur jabatan, pangkat, harta, saudara, maupun
penjahat tersebut kadang-kadang juga ada rasa ewuh pakewuh, semuanya didasarkan pada
titik persamaannya, yaitu dalam hal menerima ketentuan dan prosedur yang ada. Namun harus
berat ringannya vonis hakim, mereka sama- diakui bahwa opini sebagian besar masyarakat
sama dijatuhi pidana penjara antara 1 sampai berpendapat miring atau mencurigai, khususnya
2 tahun 2 bulan. Bagi koruptor, pidana tersebut terhadap narapidana koruptor, yang menganggap
dirasakan sangat ringan, tetapi tidak bagi maling adanya perlakuan istimewa terhadap mereka
ayam dan penjambret, jelas dirasa cukup berat. dalam penempatannya di sel LP. Pendapat
Dengan demikian perkara korupsi yang diputus tersebut sah-sah saja karena secara kasat mata
di pengadilan tipikor masuk kategori pidana dalam prakteknya masih terlihat para koruptor
sangat ringan. Pidana pokok yang ringan juga itu sepertinya hanya pindah tidur saja dari
dibarengi pidana alternatif, seperti penjatuhan rumah ke LP. Mereka dapat menata dan mengisi
denda yang tergolong ringan. Dari catatan ICW, ruangan sel sesuai dengan seleranya sendiri.
mayoritas terdakwa (309) hanya dijatuhi denda Terungkapnya kasus “hotel prodeo bintang lima”
Rp 50 juta10. di Rumah Tahanan (Rutan) Pondok Bambu
yang dihuni oleh Artalyta Suryani alias Ayin
B.3. Dilema Pembinaan
telah memperlihatkan salah satu contoh adanya
Setelah penjahat tersebut masuk LP, mereka diskriminasi antara penghuni LP yang berharta
ditempatkan di dalam sel yang berbeda. Maling dengan yang miskin11.
ayam dan penjambret ditempatkan satu sel
Demikian juga ketika Wamenkumham
bersama-sama dengan para maling ayam dan
Denny Indrayana, saat itu, melakukan sidak ke
penjambret lainnya, tetapi kadang-kadang
Lapas Sukamiskin Bandung, ditemukan bahwa
mereka juga dicampur dengan maling-maling
para narapidana perkara korupsi menempati
lainnya dan bahkan para pembunuh. Demikian
sel-sel mewah dengan fasilitas-fasilitas yang
juga koruptor akan menjalani hari-hari
tidak sepantasnya diperoleh warga binaan.
kehidupannya di dalam sel bersama koruptor
Hal ini menunjukkan masih buruknya kontrol
lainnya. Hanya dalam prakteknya banyak
dan perbaikan tata kelola LP, termasuk tidak
koruptor yang ditempatkan sendirian dalam
berjalannya mekanisme sanksi bagi para sipir
satu sel, seperti yang terjadi di LP Sukamiskin,
maupun kepala LP yang turut melanggengkan
Bandung.
perlakuan istimewa ini. Meski banyak diprotes
Penempatan narapidana dalam sel dengan dan dinilai diskriminatif, namun keistimewaan
komposisi seperti itu pasti ada pertimbangan yang diterima oleh koruptor masih berlangsung
tersendiri. Pasal 12 ayat (1) UU No. 12 Tahun hingga saat ini. Keistimewaan yang mereka
1995 tentang Pemasyarakatan menyebutkan, terima antara lain adalah memiliki dan memakai
dalam rangka pembinaan terhadap narapidana telepon genggam dan laptop di dalam LP, dan
di Lembaga Pemasyarakatan dilakukan dapat menerima kunjungan selain di ruang
penggolongan atas dasar: besuk bahkan di luar jam besuk/kunjungan12.
a. Umur,
Sebetulnya penempatan narapidana
b. Jenis kelamin,
koruptor sendirian dalam satu sel di LP
c. Lama pidana yang dijatuhkan,
Sukamiskin, tidak menyalahi aturan yang ada
d. Jenis kejahatan, dan karena bangunan gedungnya memang sejak
e. Kriteria lainnya sesuai dengan awal sudah didesain seperti itu, bahkan kalau
kebutuhan atau perkembangan diisi lebih dari satu orang malah tidak cukup.
pembinaan. Kondisi bangunan LP semacam LP Sukamiskin
10 Ibid.
11 Komisi Hukum Nasional, Arah Pembangunan Hukum Nasional, Kajian Legislasi dan Opini Tahun 2013. (Jakarta: KHN, 2013), hal.
209.
12 Indonesia Corruption Watch, “Pernyataan Pers Indonesia Corruption Watch: Hentikan Pengistimewaan Koruptor”. (Jakarta: 31 Maret
2016); lihat juga ”Masih Dapat Banyak Fasilitas di Penjara, Napi Koruptor Duduki Kasta Tertinggi”. Rakyat Merdeka (2 April 2016).
302
Suatu Dilema Dalam Pembinaan Narapidana Koruptor ....(Agus Hariadi)
tidak dijumpai di LP-LP lain di Indonesia. napi itu diatur secara jelas dalam UU Nomor
Dengan bangunan model satu sel satu orang 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
narapidana, menjadikan LP Sukamiskin tempat (UU Pemasyarakatan). Pasal 14 huruf d
yang sangat favorit bagi para koruptor untuk mengatur hak mendapatkan pelayanan
dapat menjalani masa pidananya. Hal yang tidak kesehatan dan Pasal 14 huruf j mengatur
boleh dilakukan oleh narapidana adalah jika ia hak cuti mengunjungi keluarga. Misalnya
membawa peralatan/barang-barang, seperti: menikahkan anak, menikah atau melayat
AC, kulkas, TV, kasur semacam spring bed, HP, keluarga dekat.
ke dalam sel. Bila ternyata kemudian ditemukan 4. Pemberian remisi. Salah satu jalan cepat
barang-barang tersebut dalam sel, ini pasti yang dapat digunakan napi agar segera
mengindikasikan adanya kolaborasi yang tidak menghirup udara bebas adalah melalui
baik dan melanggar aturan yang ada antara pemberian remisi (pengurangan hukuman).
narapidana dan petugas LP. Remisi merupakan salah satu hak
Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh narapidana sebagaimana diatur dalam UU
ICW pada 6 (enam) kota besar di Indonesia tentang Pemasyarakatan. Jika seorang napi
terkait pola-pola korupsi di peradilan pada 2001, berkelakuan baik selama di penjara, kepala
ditemukan paling sedikiit ada 5 (lima) pola Lapas dapat mengusulkan kepada Menteri
korupsi yang terjadi di LP atau Rutan, yaitu13: Hukum dan HAM untuk memberikan remisi
kepada napi yang bersangkutan.
1. Pemberian dan perlakuan fasilitas khusus
5. Pungutan untuk tamu atau pengunjung.
selama dalam tahanan. Dengan membayar
Sudah menjadi rahasia umum ketika ada
sejumlah uang kepada oknum petugas,
keluarga atau tamu ingin mengunjungi
napi akan mendapatkan perlakuan berbeda
napi, ternyata ada pungutan ‘tidak resmi”
dengan napi lain. Fasilitas khusus juga
yang seolah-olah telah terstandardisasi.
dapat diberikan, misalnya sel tersendiri
Untuk satu kali kunjungan, pengunjung
yang terpisah dengan napi lain, makan dan
yang akan menjenguk sanak saudara dalam
minuman yang bergizi, perabotan televisi,
tahanan/lapas dikenakan biaya antara
kulkas, pendingin ruangan, handphone, dan
Rp10 ribu hingga Rp50 ribu. Bagi terpidana
sebagainya. Jika disepakati, bahkan ruang
sendiri, petugas lapas juga sering mengutip
sel dapat disulap menjadi kantor sementara
uang, terutama bagi mereka yang diketahui
dari napi yang notabene seorang pengusaha.
menerim sejumlah uang dari sanak
2. Pemberian jasa keamanan. Secara umum
saudaranya. Tidak hanya uang, makanan
kondisi rutan atau lapas di Indonesia tidak
pun sering diminta oleh penjaga. Dengan
aman seperti yang dibayangkan. Tidak
membayar sejumlah uang suap yang lebih
sebandingnya jumlah sipir dengan napi
besar, bahkan tamu dapat mengunjungi
menjadikan tindak kekerasan marak terjadi
napi tanpa terikat jam kunjungan.
di penjara. Kondisi ini dimanfaatkan oleh
sejumlah oknum di lingkungan lapas dan Narapidana begitu masuk ke dalam LP
napi yang dipelihara petugas untuk meminta harus diberi tahu atau diinformasikan mengenai
uang jasa keamanan. Jika uang keamanan beberapa hal yang terkait dengan kehidupan di
tidak diberikan, sudah dipastikan ancaman LP. Dengan begitu mereka akan tahu aturan
kekerasan akan dialami napi. yang ada di LP, termasuk mengetahui apa yang
3. Pemberian izin keluar dari penjara. menjadi hak dan kewajibannya. Hal ini jelas
Sebenarnya tidak ada salahnya napi keluar terlihat dalam ketentuan The Standard Minimum
dari lapas. Misalnya, untuk berobat atau cuti Rules for The Treatment of Prisoners (PBB, 1955),
mengunjungi keluarga. Namun, prosedur dalam poin 35 yang menyebutkan:
yang harus dipenuhi yaitu adanya izin yang a. Setiap narapidana pada saat masuk lembaga
diberikan oleh kepala Lapas dan Kakanwil harus diberi informasi tertulis tentang
Departemen Hukum dan HAM. Hak keluar peraturan yang mengatur perlakuan bagi
303
Vol. 13 N0. 03 - September 2016 : 297 - 308
304
Suatu Dilema Dalam Pembinaan Narapidana Koruptor ....(Agus Hariadi)
305
Vol. 13 N0. 03 - September 2016 : 297 - 308
15 Ibid. 82.
16 Dindin Sudirman, Realitas Sosial Penghuni Lembaga Pemasyarakatan, dalam Refleksi 50 Tahun Sistem Pemasyarakatan, Anatomi
Permasalahan dan Upaya Mengatasinya. (Jakarta: Center for Detention Studies, 2015), hal. 93
17 BPHN, Op.Cit., hal. 86-87
306
Suatu Dilema Dalam Pembinaan Narapidana Koruptor ....(Agus Hariadi)
18 Ibid. 87
307
Vol. 13 N0. 03 - September 2016 : 297 - 308
Dengan adanya dilema seperti itu, maka “Komitmen Elite Jadi Kunci, Ditunggu,
sudah waktunya agar narapida koruptor Pembangunan Sistem Anti Korupsi”. Kompas
tidak lagi ditempatkan dalam LP tersendiri (5 April 2016).
tetapi mereka ditempatkan dalam LP yang “MA Berhentikan Hakim Tipikor”. Kompas (1
juga dihuni oleh narapidana lain, walaupun Juni 2016).
penempatannya dalam sel dapat dipisahkan. Di
“Masih Dapat Banyak Fasilitas di Penjara, Napi
samping itu, pendidikan kepada petugas dan
Koruptor Duduki Kasta Tertinggi”. Rakyat
pengelola LP harus lebih ditingkatkan, misalnya
Merdeka (2 April 2016).
dengan spesialisasi tertentu, agar mereka lebih
Perserikatan Bangsa-Bangsa, The Standard
memahami arti pembinaan dan pemasyarakatan.
Minimum Rules For The Treatment of
Mereka harus lebih banyak mendapat pelatihan,
Prisoners, 1955.
bukan dididik menjadi pimpinan atau pejabat
struktural. Untuk itu, perlu juga adanya “Sekretaris MA Diduga Terkait, KPK Cegah
dukungan dana/anggaran yang mencukupi. Nurhadi Bepergian ke Luar Negeri”. Kompas
(22 April 2016).
Sudirman, Dindin, Realitas Sosial Penghuni
Daftar Pustaka
Lembaga Pemasyarakatan, dalam Refleksi
50 Tahun Sistem Pemasyarakatan, Anatomi
“206 Kasus Korupsi Tak Selesai, Krisis Moral
Permasalahan dan Upaya Mengatasinya.
Aparat Penegak Hukum Mencapai Titik
Jakarta: Center for Detention Studies, 2015.
Tertinggi”. Kompas (26 Februari 2016).
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Naskah
Akademik Rancangan Undang-Undang Peraturan Perundang-undangan
tentang Perubahan Atas Undang- Indonesia, Undang-Undang tentang
Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, UU No. 12 Tahun 1995.
Pemasyarakatan. LN No. 77 Tahun 1995, TLN No. 3614
Center for Detention Studies, Refleksi Sistem Indonesia. Undang-Undang tentang Perubahan
Pemasyarakatan, Anatomi Permasalahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
dan Upaya Mengatasinya, Jakarta: 2015. tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Reformasi Korupsi, UU No. 20 Tahun 2001. LN No. 134
Penyelenggaraan Pemasyarakatan “Menuju Tahun 2001, TLN No. 4150
Lembaga Pemasyarakatan Produktif”, Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang
Jakarta: 2016. Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Idris, Aradila Caesar Ifmaini, “Vonis Pengadilan Pemasyarakatan, PP No. 31 Tahun 1999. LN
Tipikor”. Kompas (29 Februari 2016). No. 68 Tahun 1999.
Indonesia Corruption Watch, “Pernyataan Pers Indonesia. Keputusan Menteri Kehakiman tentang
Indonesia Corruption Watch: Hentikan Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan,
Pengistimewaan Koruptor”. (Jakarta: 31 Kepmenkeh. Nomor: M.02-PK.04.10 Tahun
Maret 2016). 1990
Komisi Hukum Nasional, Arah Pembangunan Indonesia. Peraturan Menteri Hukum dan HAM
Hukum Nasional, Kajian Legislasi dan Opini tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian
Tahun 2013, Jakarta: 2013. Izin Keluar Bagi Narapidana Dalam Rangka
Komisi Hukum Nasional, “Korupsi Politik” dalam Pembinaan, Permenkumham No. 12 Tahun
Darurat Hukum, Sumbang Saran, Jakarta: 2016.
2013.
308