Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
1
mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka
mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait
dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul(Dedi
Mulyanto,2017).
Banyak hal yang mendorong seseorang untuk menjadi seorang
wirausahawan, diantaranya dorongan teman, dorongan ini cukup berpengaruh
terhadap semangat membuka suatu usaha, karena kita dapat berdiskusi lebih
bebas, dibandingkan dengan orang lain, teman bisa memberikan dorongan,
pengertian, bahkan bantuan, tidak perlu takut terhadap kritikan.
1.3 Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini,mahasiswa/i D3 KEPERAWATAN
UNP,dapat;
BAB 2
KAJIAN TEORI
2
Arti kata spirit dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan
semangat yang tinggi merupakan salah satu factor kemenangan.Spirit
merupakan satu bagian yang sangat prinsip atau yang dirasakan dalam
kehidupan manusia dan merupakan bagian dari suasana hati atau posisi emosi
yang merupakan karakteristik gelora, semangat, gairah, kegembiraan dalam
melakukan suatu hal.
Semangat dan gairah merupakan hal yang menarik untuk dijelaskan lebih
detail. Tampaknya sama namun memiliki inti yang berbeda. Semangat
merupakan energy untuk mengerjakan suatu pekerjaan karena ada keinginan
dan hasrat untuk mencapainya, yaitu ada unsur manfaat dan tujuan. Sedangkan
gairah merupakan energy yang diperlukan dalam mengerjakan suatu pekerjaan
karena ada unsur kecintaan, kesukaan, dan hobi di dalamnya. Jadi, bukan
semata-mata karena manfaat dan tujuannya.
Kunci penting dalam menciptakan semangat kewirausahaan itu bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Figure bagi seseorang guna membangkitkan semangat; karena melihat
orang itu sukses dan kaya, maka ia ingin menjadi seperti orang itu.
2. Suka mencari tantangan baru untuk menciptakan gairah, yaitu cinta akan
kewirausahaan.
3. Kepepet atau keterpaksaan karena harus tetap bertahan dan hidup
semangat bisa muncul karena keinginan untuk tetap bertahan hidup.
4. Keinginan untuk memperbaiki taraf hidup yang lebih baik lagi; tidak ingin
miskin selamaya.
5. Mengalami kegagalan dalam meniti karir pekerjaan dan mengambil jalan
pintas untuk semangat menjadi wirausahawan.
6. Memang cita-cita sejak kecil untuk menjadi wirausahawan.
Kewirausahaan bisa diterapkan dalam semua bidang seperti kampus, di
tempat kerja, saat melakukan kegiatan sehari-hari, atau ketika memutuskan
dan menjalankan sebuah unit usaha.Keterampilan wirausaha itu ada pada
setiap orang termasuk mahasiswa, tetapi yang sering terjadi adalah
kemampuan kewirausahaan tidak dimunculkan, dioptimalkan dan digunakan
sebagaimana mestinya.
3
Disisi lain perkembangan ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, politik,
budaya, teknologi, kesejahteraan telah menciptakan gap dia antara factor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan.Gap yang muncul akan
menyebabkan perubahaan status social, perilaku, gaya hidup, kebutuhan,
keinginan selera, dan sebagainya sehingga bisa membangkitkan sebuah
inspirasi bisnis sehingga pada akhirnya memunculkan peluang bisnis.
Munculnya peluang bisnis yang baru akan menstimulus munculnya
entrepreneur-entrepreneur muda. Hal inilah yang mendorong muculnya spirit
of entrepreneurship seiring dengan perubahan dan perkembangan ekonomi.
Ada beberapa factor yang menstimulus spirit of entrepreneurship, yaitu:
1. Evolusi produk
Peubahan produk akan menimbulkan perubahan kebutuhan yang
memunculkan sebuah peluang baru.
2. Evolusi ilmu pengetahuan
Perubahan ilmu pengetahuan akan menimbulkan inspirasi produk baru dan
begitu seterusnya.
3. Prubahan gaya hidup, selera, dan hobi
Peubahan gaya hidup akan menimbulkan keinginan akan produk yang
berbeda.
4. Perubahan teknologi
Berkembangnya teknologi dan semakin canggihnya teknologi akan
menciptakan produk, suasana, dan gaya hidup yang berbeda.
5. Perubahan budaya
Perkembangan gaya hidup, pendapatan, selera, teknologi, dan sebagainya
akan mengubah budaya seseorang, sehingga hal ini mempengaruhi
kebutuhan akan produk yang berbeda di setiap tempat.
Joseph A. Schumpeter, ekonom asal Austria yang kemudian menetap
di Amerika (1883 – 1950) mengatakan bahwa perilaku dan sifat entrepreneur
yang khas adalah kemampuannya, kecerdasannya dan keberaniannya yang
ditopang oleh ketetapan hatinya dan keteguhan jiwanya untuk
melancarkanusaha yang serba baru dengan melihat pada kemungkinan-
kemungkinan potensial di masa depan dan berhasil menjelmakan menjadi
kenyataan efektif.
4
Satu hal dari pandangan Schumpeter yang menggugah adalah
penilainnya tentang entrepreneur yang sama sekali berbeda dengan pengusaha
(businessman). Entrepreneur memiliki “sikap jeli” terhadap kemungkinan
potensial yang terbayang dalam perkembangan masa depan, kemudian mampu
merintis dan mengatur inovasi, menempuh pola baru dalampenggunaan
sumber dana dan daya produksi dalam suatu kombinasi optimal yang baru
pula (neue Kombination).
Entrepreneur cenderung menggunakan enerjinya untuk melakukan dan
membangun suatu kegiatan, ketimbang hanya melakukan pengamatan dan
analisis. Dengan visinya, entrepreneur itu dengan sadar memperhitungkan
risiko, baik secara personal maupun finansial dan kemudian melakukan apa
saja agar bisa mengurangi risiko dan kemungkinan gagal. Kewirausahaan
adalah kemampuan untuk mengindera (sensing) suatu peluang, ketika yang
lain masih melihatnya sebagai suatu yang kontradiksi, dan membingungkan.
Entrepreneur itu memiliki know-how bagaimana menemukan sesuatu,
merangkai, dan mengendalikan sumber-sumber (yangkadang-kadang dimiliki
oleh orang lain) untuk mewujudkan tujuannya.
Modal paling mendasar menjadi wirausahawan adalah tekad
dankeberanian mengambil dan menghitung resiko. Tanpa ini, diberi modal
sebesar apapun, tidak akan pernah menjadi wirausahawan. Kalau sudah ada
keberanian, kita beri kesempatan bagaimana mengelola bisnis dengan baik.
Kewirausahaan adalah lebih kepada spirit, bukan sekedar yang terlihat
secara kasat mata.Bisa saja orang yang sehari-harinya berbisnis tapi di dalam
dirinya tidak terdapat spririt kewirausahaan.
6
c. Tipe 3 adalah manusia wahyu (human inspiration). Manusia tipe ini
setiap hari menantikan kehadiran pengemis dan peminta-minta, bahkan
jika sehari ia tidak bersedekah ia berupaya mencari saudara-
saudaranya yang membutuhkan. Ia menngalami charity addicted
(ketergantungan pada sedekah). Ia memiliki kepuasan untuk memberi
dari pada menerima.
Ia Merasa kaya dan merasa cukup akan rezeki dan kekayaan yang
dikaruniakan Allah. Dalam pandangan manusia, ia adalah profil yang
sukses secara materi. Allah Yang Maha Penyayang adalah Maha Kaya,
Maha Berterimakasih dan Maha Kebaikan. Dengan sedekah kita kaan
mendapatkan keuntungan tidak terhingga. Keuntungan itu bisa berupa
ketentraman hati, dihindarkan dari bencana, bertambahnya sahabat,
berlipatgandanya aset bisnis, bertambahnya tabungan atau khusnul
khatimah. Khusnul khatimah tidak bisa dijual dengan miliaran rupiah,
bahkan jika berhimpun semua orang kaya di bumi tidak akan mampu
membelinya.
7
Di indonesia ada pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi. Di
pulau Jawa ada Jawa Barat dan Bandung. Di Bandung ada Rumah Sakit
Hasan Sadikin. Disanalah ada perawat enterpreneur yang berniat menjadi
kaya. Perawat kaya adalah satu titik kecil diantara titik-titik yang lain.
Allah Yang Maha Besar dan Maha Kaya sesungguhnya tidak mewajibkan
kita kaya. Tetapi mengharuskan kita menemukan kekayaan yang
sebenarnya di Surga-Nya yang penuh kenikmatan. Pemahaman ini disebut
dengan Transcendental Nurse Enterpreneur. Keyakinan bahwa kita tidak
hanya kaya di dunia tetapi sampai akhirat.
Visi transcendental adalah sebuah cita-cita dan harapan suatu
profesi dimana semua kativitas, pengabdian, dan tujuan hidupnya tidak
hanya berorientasi pada kesuksesan dunia, tetapi sampai alam akhirat.
Bahkan kesuksesan akhirat menjadi prioritas dibanding kesejahteraannya
di dunia. Hal ini disebabkan kehidupan dunia yang fana, sementara, dan
sebentar diibaratkan sebagai sebuah titik. Sedangkan kehidupan akhirat
berlangsung selamanya seperti garis tak berujung.
Dalam konsep Transcendental Nursing, perawat harus bekerja
maksimal didunia. Perawat wajib berprestasi dan menjadi manusia kaya di
dunia. Perawat harus sukses dan menghasilkan karya terbaiknya. Perawat
harus mampu membangun rumah sakit, pabrik kateter, pabrik infus, pabrik
perban/pembalut dan membuat perusahaan profesional yang menghasilkan
kesejahteraan bagi umat. Tapi kesuksesan dunia bukan tujuan utama,
perawat harus lebih rajin melakukan shalat berjamaah, bersedekah, sholat-
sholat sunat, dan bertausiah dengan ilmunya.
2.3 Sikap Orang yang Tidak Memiliki Spirit Wirausaha yang Baik
8
yang tidak sadar bahwa spirit kewirausahaan, telah tergerus kemampuan dan
performanya karena keadaan yang berlangsung lama.
Kewirausahaan hanya bisa bangkit manakala diberi lahan subur untuk
bersemai, dipupuk, dilindungi, dan dibela kepentingannya.Untuk
mempercepat pertumbuhan wirausaha, harus ada upaya serius untuk
menciptakan orang-orang yang mampu mengambil peluang yang ada dan
menciptakan lapangan kerja untuk dirinya maupun untuk orang lain.
Banyak orang yang berpikir positif dan mempunyai semangat yang
tinggi tetapi tetap saja sulit meraih kesuksesan. Hal ini dikarenakan sikap yang
salah dalam menanggapi kegagalannya, diantaranya yaitu:
1. Sikap “saya takut gagal”
Sikap takut gagal menghentikan semua energy, semangat, daya, upaya dan
gairah kerja yang dahulunya tinggi dan sekarang berubah drastic sehingga
mengalami kemunduran.Takut gagal berarti takut beresiko sehingga lebih
baik memilih mundur dan tidak mau mencari jalan keluarnya.
2. Sikap yang keliru tentang kegagalan
Bila seseorang mendapat nilai merah saat mengerjakan ulangan, kita akan
berpendapat ia telah gagal dalam mata kuliah yang diuji, padahal itu baru
sebagian dari pengalaman proses untuk berprestasi. Gagal bukan berarti
terminasi sebuah perjalanan karena itu merupakan perjalanan yang
panjang. Dibutuhkan proses untuk menakhlukkan kegagalan demi
kegagalan. Jadi, kegagalan adalahepisode perjalanan yang harus kita lalui
baik sebuah pertandingan yang kalah tapi bisa menang.
3. Tidak siap mengalami kegagalan
Banyak orang berprestasi dikampus tapi tidak siap untuk menghadapi
kegagalan dalam bekerja atau berwirausaha.Hal ini dikarenakan orang
yang berprestasi cenderung ingin segalanya sukses dan tidak pernah
gagal.Padahal di kampus kita menghadapi suatu hal yang pasti ada
jawabannya, sedangkan di dunia bisnis atau pekerjaan kita menghadapi
jawaban yang kompleks, majemuk, dan bahkan mungkin belum ada
jawabannya.
4. Sikap berhenti mencoba
9
Disamping sikap tidak siap menghadapi kegagalan, ada pula sikap lain
yang mematahkan semangat wirausaha, yaitu sikap berhenti mencoba.
Kesuksesan itu terjadi pada saat kita selalu mencoba dan mencoba lagi
(ada rasa penasaran) sehingga tidak terasa bila kita sudah dekat dengan
kesuksesan itu.
11
dihasilkan dari suatu tugas dan probabilitas bahwa balas jasa tersebut akan
menjual nyata. Disamping itu, model motivasi Porter-Lawler menekankan
tiga karakteristik lain dari proses motivasi:
a. Nilai balas jasa yang dirasakan ditentukan oleh baik balas jasa intrinsic
dan ekstrinsik yang menghasilkan kepuasan kebutuhan ketika suatu
tugas diselesaikan. Balas jasa intrinsik berasal langsung dari
pelaksanaan suatu tugas, sementara balas jasa ekstrinsik tidak ada
hubungannya dengan tugas itu sendiri.
b. Tingkatan dimana individu secara efektif menyelesaikan suatu tugas
ditentukan oleh dua variablel: persepsi individu tentang apa yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas, dan Kemampuan
sesungguhnya daru individu untuk menjalankan suatu tugas.
c. Keadilan balas jasa yang dirasakan akan mempengaruhi jumlah
kepuasan yang dihasilkan oleh balas jasa tersebut. Pda umumnya,
semakin adil balas jasa yang dirasakan oleh individu, semakin besar
kepuasan yang dirasakan sebagai hasil dari menerima balas jasa
tersebut.
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah menulis makalah ini,penulis dapat menyimpulkan;
1. Spirit kewirausahaan merupakan motivasi bagaimana seorang
wirausahawan dapat menjalankan bisnisnya untuk mencapai
keberhasilan dalam berwirausaha.
2. Ada beberapa spirit dalam berwirausaha,diantaranya;bangun
subuh,bersedakah,dan trecendental of nursing enterpreneur.
3. Dalam berwiusaha ada beberapa sikap yang tidak boleh dimiliki oleh
wirausahawan dalam berwirausaha,yaitu sikap akan adanya kegagalan
dalam berwirausaha.
4. Ada kunci keberhasilan dalam berwirausaha yaitu jangan pernah
mengenal kata gagal dalam berwirausaha.
5. Motivasi kewirausahaan merupakan semangat yang harus dimiliki oleh
wirausaha dalam berwirausaha.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini,dapat menjadi patokan kepada mahasiswa/i
dalam berwirausaha serta mahasiswa/i juga harus mampu menerapkan
semangat dalam berwirausaha
13