Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif, jeli
melihat peluang dan selalu terbuka untuk setiap masukan dan perubahan
yang positif yang mampu membawa bisnis terus bertumbuh. Bisnis
sebaiknya memiliki nilai dan bermanfaat dimana hal ini bisa dilakukan
melalui penerapan konsep kewirausahaan sosial. Berbagai kalangan mulai
memperbincangkan konsep kewirausahaan sosial sebagai solusi inovatif
dalam menyelesaikan permasalahan sosial (Jurnal Kewirausahaan, 2017).
Pada mulanya perilaku Kewirausahaan atau Enterpreneurship dimulai
ketika manusia telah mengenal konsep ekonomi, sehingga sejarah
Kewirausahaan masih sangat erat kaitannya dengan sejarah perkembangan
ilmu Ekonomi yang ada di dunia. Berawal dari perilaku-perilaku manusia
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pertama yang utama, adalah mereka
berupaya memenuhi kebutuhan yang sifatnya mendasar. Kebutuhan ini
oleh ilmu ekonomi disebut sebagai kebutuhan Primer/ kebutuhan pokok,
kebutuhan ini pemenuhannya bersifat wajib dan tidak dapat ditunda lagi.
Kebutuhan primer selalu sama untuk masing-masing manusia, yaitu
pakaian, makanan-minuman dan tempat tinggal. Selanjutnya ada kebutuhan
tingkat dua yang merupakan kebutuhan sekunder. Jenis kebutuhan ini
merupakan kebutuhan pendukung yang pemenuhannya dapat ditunda.
Kebutuhan sekunder manusia bersifat fleksibel dan tidak dapat dipukul rata
untuk semua manusia. Kebutuhan yang terakhir adalah kebutuhan tersier
yang sifatnya mewah. Kebutuhan jenis ini dipenuhi bukan karena
merupakan kebutuhan yang sifatnya wajib dan mendasar, tetapi karena
adanya kepuasan lain berupa gengsi yang akan didapat saat kebutuhan ini
terpenuhi.
Mereka yang menjadi wirausaha adalah orang-orang yang mengenal potensi
dan belajar mengembangkannya untuk menangkap peluang serta mengorganisasi
usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Kewirausahaan merupakan kemampuan
kreatif dan inovatif, jeli melihat peluang dan selalu terbuka untuk setiap masukan
dan perubahan yang positif yang mampu membawa bisnis terus bertumbuh serta
memiliki nilai. Salah satu pendorong terciptanya inovasi selain perubahan dan
keharusan untuk beradaptasi adalah kesadaran akan adanya celah antara apa yang
ada dan apa yang seharunya ada, dan antara apa yang diinginkan oleh masyarakat
dengan apa yang sudah ditawarkan ataupun dilakukan oleh pemerintah, sektor
swasta maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (Jurnal Kewirausahaan, 2017).
Seorang pengusaha merupakan seorang yang menggabungkan sumber daya,
tenaga kerja, bahan baku, serta aset lain untuk menghasilkan nilai yang lebih besar
dari sebelumnya, juga seorang yang mengenalkan perubahan, inovasi, dan
tantangan baru. Hisrich (2001) mengemukakan bahwa kewirausahaan diartikan
sebuah proses dinamis dalam menciptakan tambahan kekayaan oleh individu yang
menanggung risiko utama dalam hal modal waktu, dan/atau komitmen karier atau
menyediakan nilai bagi beberapa produk atau jasa. Produk atau jasa mungkin
dapat terlihat unik ataupun tidak, tetapi dengan berbagi cara nilai akan dihasilkan
oleh seseorang pengusaha dengan menerima dan menempatkan keterampilan dan
sumber daya yang dibutuhkan (Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 2015).
Oleh karena itu, kami dari kelompok III (Tiga) akan membuka peluang usaha
dengan menjual produk hasil hidroponik dimana produk kami, akan dirangkai
kan dengan kreatifitas kami sendiri sehingga produk yang kami hasilkan nantinya
akan disukai oleh masyarakat.
1.2 Tujuan Kewirausahaan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan jumlah wirausahawan yang berkualitas

b. Untuk ikut serta dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakat

c. Untuk membudayakan semangat wirausahadi dalam masyarakat

d. Untuk menumbuhkan masyrakat akan kewirausahaan

e. Untuk menyebarluaskan semangat inovasi dalam bermasyarakat

f. Untuk membantu memberikan sumbangan social


(www.habibullahurl.com>2018/08)

1.3 Manfaat Kewirausahaan

Adapun manfaat yang diperoleh dalam penulisan laporan ini adalah sebagai
berikut:
a. Dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar

b. Dapat mengurangi tingkat pengangguran di lingkungan sekitar

c. Dapat melatih individu untuk mendapatkan peluang

d. Dapat membantu memberikan peluang perubahan

e. Dapat berpeluang dalam meraih keuntungan dengan optimal

f. Dapat membantu pembangunan social di daerahnya


(www.habibullahurl.com>2018/11
BAB II
TEORI KEWIRAUSAHAAN

2.1 Definisi Kewirausahaan


Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan kewirausahaan? Secara umum,
pengertian kewirausahaan adalah suatu proses dalam melakukan atau menciptakan
sesuatu yang baru dengan cara kreatif dan penuh inovasi yang memberikan
manfaat bagi orang lain dan bernilai tambah.
Ada juga yang menjelaskan definisi kewirausahaan adalah suatu sikap
mental seseorang yang memiliki kreativitas, aktif, bercipta daya untuk membuat
sesuatu yang unik dan baru dan dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Kewirausahaan memiliki proses yang dinamis untuk menciptakan sesuatu yang
disertai tenggang waktu, modal, sumber daya dan juga risiko.
Secara bahasa dalam Wikipedia, arti kewirausahaan adalah suatu proses
untuk mengembangkan, mengindentifikasi, dan mewujudkan visi dan misi dalam
kehidupan. Kata “Kewirausahaan” berasal dari kata wira dan usaha. Menurut
Kamus Bahasa Indonesia, Wira berarti; pejuang, berani dan berwatak agung,
berbudi luhur. Sedangkan kata Usaha berarti; bekerja, berbuat amal, berbuat
sesuatu.
Pengertian Kewirausahaan Menurut Para Ahli sebagai berikut :

1) Menurut Drs. Joko Untoro, pengertian kewirausahaan adalah suatu


keberanian untuk melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang dilakukan oleh seseorang, berdasarkan kemampuan dengan
memanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
2) Menurut Eddy Soeryanto Soegoto, pengertian kewirausahaan adalah usaha
kreatif yang dilakukan berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu
yang baru, memiliki nilai tambah, memberikan manfaat, menciptakan
lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi orang lain.
3) Menurut Ahmad Sanusi, definisi kewirausahaan adalah suatu nilai yang
diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak,
tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.
4) Menurut Soeharto Prawiro, pengertian kewirausahaan adalah suatu nilai
yang dibutuhkan untuk memulai usaha dan mengembangkan usaha.
5) Menurut Peter Drucker, pengertian kewirausahaan adalah kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang lain.
6) Menurut Zimmerer, pengertian kewirausahaan adalah sebuah proses
penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan
menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan bisnis
7) Menurut Siswanto Sudomo, pengertian kewirausahaan adalah segala
sesuatu yang penting mengenai seorang wirausaha, yakni orang yang
memiliki sifat pekerja keras dan mau berkorban, memusatkan segala daya
dan berani mengambil risiko untuk mewujudkan gagasannya (takdir dkk.,
2015).

Seseorang yang ingin memulai bisnis tentu harus memiliki jiwa


kewirausahaan. Tanpa jiwa kewirausahaan bisa jadi bisnis yang sedang dirintis
berhenti di tengah jalan karena penyebab yang sederhana, seperti
ketidakmampuan mengatasi kepercayaan diri untuk menjalankan bisnis.
Bagaimana seorang pebisnis bisa dikatakan memiliki jiwa kewirausahaan?
Mengacu pada pengertian kewirausahaan, adapun beberapa ciri-ciri
kewirausahaan adalah sebagai berikut:
1) Mempunyai Keberanian dan Daya Kreasi yang Tinggi
Pebisnis yang sukses adalah seseorang yang memiliki keberanian yang tinggi
untuk berkreasi. Karena memiliki kreativitas saja tidak cukup untuk menuju
kesuksesan berbisnis
Orang yang memiliki keberanian untuk memulai tidak akan takut dengan
resiko kegagalan yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Tapi bukan berarti
harus berani saja tanpa adanya pertimbangan dan perencanaan yang
mumpuni. Jiwa kewirausahaan tercipta karena timbulnya kepercayaan diri
untuk mewujudkan mimpi dan keinginan untuk hidup lebbih baik dan lebih
besar.
2) Mempunyai Semangat Tinggi dan Kemauan Keras
Tidak hanya daya kreativitas saja, seorang wirausahawan yang ingin
membangun bisnis harus memiliki semangat tinggi dan kemauan keras.
Tujuannya adalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri bahwa apa yang
akan dikerjakan akan membawa pada keberhasilan.
Adanya kemauan yang keras membuat seseorang bertekad kuat untuk
mewujudkan apa yang diinginkannya.
3) Mempunyai Daya Analisis yang Baik
Seorang wirausaha harus memiliki daya analisis terhadap apa yang sedang
dikerjakannya. Misal saja memperhitungkan untung rugi, persaingan, nilai
jual barang atau jasa dan kemampuan analisis pasar lainnya. Hal ini penting
dimiliki dalam diri seorang wirausahawan yang sedang menggeluti bisnis,
karena betujuan untuk meminimalisir kerugian.
4) Berjiwa Pemimpin dan Tidak Berperilaku Konsumtif
Pebisnis harus memiliki jiwa kepemimpinan, baik untuk dirinya sendiri
maupun bawahannya. Dalam artian mampu memimpin atau mengendalikan
dirinya sendiri dan anggotanya dalam pengambilan keputusan. Seorang
pemimpin tidak seharusnya memiliki perilaku konsumtif, karena
pengeluaran harus lebih kecil daripada pemasukan. Dengan jiwa seperti ini,
bisnis yang sedang Anda bangun akan semakin berkembang dengan terus
memanfaatkan keuntungan sebagai modal untuk bisnis yang lebih besar.
5) Membuat Keputusan dan Melaksanakannya
Pebisnis yang hebat adalah yang mampu membuat keputusan dengan cepat dan
tepat untuk menghasilkan sesuatu. Pebisnis yang memiliki jiwa kewirausahaan
adalah yang memiliki perhitungan dalam setiap keputusannya dalan
melaksanakan keputusan tersebut sesuai yang sudah disepakati bersama timnya.
Melaksanakan keputusan dengan cepat meminimalisir hilangnya peluang.
6) Memiliki Pengabdian yang Besar Terhadap Bisnisnya
Jiwa wirausaha dimiliki oleh seseorang yang bisa mengabdikan diriya terhadap
pekerjaannya. Pebisnis yang sedang memulai bisnisnya harus
mengesampingkan kepentingan-kepentingan yang bisa ditunda demi
pekerjaanya. Meskipun banyak orang mengatakan bahwa bisnis adalah tidak
memiliki waktu yang mengikat, namun perlu diketahui bahwa untuk menekuni
bisnis justru membutuhkan waktu lebih untuk belajar, memahami dan
menjalankan bisnis dengan baik.

Tidak hanya untuk dirinya sendiri, pebisnis harus menerapkan jiwa


wirausahanya terhadap pelanggan dan calon pelanggan. Untuk menjadi seorang
wirausaha yang dapat dikatakan handal dan profesional jika ia melakukan hal-hal
berikut ini:
 Sangat mengenal dan meyakini produknya

 Mampu menerima kritik dan saran yang baik dengan tidak berdebat dengan
pelanggan maupun calon pelanggan
 Memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan anggotanya maupun
pelanggan
 Bersikap yang santun, jujur dan berani mengambil keputusan

 Bertanggung jawab jika saja terjadi sesuatu terhadap produk atau jasa dalam
bisnisnya yang merugikan pelanggan (takdir dkk., 2015).
2.2 Sejarah Kewirausahaan
Pada mulanya perilaku Kewirausahaan atau Enterpreneurship dimulai ketika
manusia telah mengenal konsep ekonomi, sehingga sejarah Kewirausahaan masih
sangat erat kaitannya dengan sejarah perkembangan ilmu Ekonomi yang ada di
dunia. Berawal dari perilaku-perilaku manusia memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pertama yang utama, adalah mereka berupaya memenuhi kebutuhan yang
sifatnya mendasar. Kebutuhan ini oleh ilmu ekonomi disebut sebagai kebutuhan
Primer/ kebutuhan pokok, kebutuhan ini pemenuhannya bersifat wajib dan tidak
dapat ditunda lagi. Kebutuhan primer selalu sama untuk masing-masing manusia,
yaitu pakaian, makanan-minuman dan tempat tinggal. Selanjutnya ada kebutuhan
tingkat dua yang merupakan kebutuhan sekunder. Jenis kebutuhan ini merupakan
kebutuhan pendukung yang pemenuhannya dapat ditunda. Kebutuhan sekunder
manusia bersifat fleksibel dan tidak dapat dipukul rata untuk semua manusia.
Kebutuhan yang terakhir adalah kebutuhan tersier yang sifatnya mewah.
Kebutuhan jenis ini dipenuhi bukan karena merupakan kebutuhan yang sifatnya
wajib dan mendasar, tetapi karena adanya kepuasan lain berupa gengsi yang akan
didapat saat kebutuhan ini terpenuhi. Sifatnya nyaris serupa dengan kebutuhan
sekunder, yakni sangat fleksibel sehingga tidak dapat diseragamkan untuk semua
orang. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersier dipengaruhi oleh kelas sosial
ekonomi dan selera dalam diri manusia. Jenis kebutuhan ini bias ditunda, dan
apabila tidak mampu dipenuhi tidak akan mengganggu kelangsungan hidup
manusia.
Setelah mengenal klasifikasi kebutuhan, manusia berupaya memenuhi
kebutuhan-kebutuhan itu dengan berbagai cara, perilaku inilah yang dipelajari
dalam ilmu ekonomi. Manusia dalam memenuhi kebutuhan pokok/ primer bisa
menggarap tanah (bertani, berkebun), membuat tambak atau bahkan dengan
kegiatan membuat barang atau manufaktur. Sayangnya karena perbedaan faktor
geografis dan skill yang berbeda-beda, tidak semua manusia mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya, sehingga muncul perilaku manusia yakni melakukan sesuatu
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang lain. Kegiatan niaga
(perdagangan) mulai dikenal, dan ilmu bisnis mulai dapat dipelajari.
Sejarah Kewirausahaan Sejarah kewirausahaan dapat dibagi dalam beberapa
periode:
1) Periode awal Sejarah
kewirausahaan dimulai dari periode awal yang dimotori oleh Marcopolo.
Dalam masanya, terdapat dua pihak yakni pihak pasif dan pihak aktif. Pihak
pasif bertindak sebagai pemilik modal dan mereka mengambil keuntungan
yang sangat banyak terhadap pihak aktif. Sedangkan pihak aktif adalah
pihak yang menggunakan modal tersebut untuk berdagang antara lain
dengan mengelilingi lautan. Mereka menghadapi banyak resiko baik fisik
maupun sosial akan tetapi keuntungan yang diperoleh sebesar 25%.
2) Abad pertengahan
Kewirausahaan berkembang di periode pertengahan, pada masa ini
wirausahawan dilekatkan pada aktor dan seorang yang mengatur proyek
besar. Mereka tidak lagi berhadapan dengan resiko namun mereka
menggunakan sumber daya yang diberikan, yang biasanya yang diberikan
oleh pemerintah. Tipe wirausahaawan yang menonjol antara lain orang yang
bekerja dalam bidang arsitektural.
3) Abad 17
Tahun 1755 Ricahard Cantillon meperkenalkan konsep Wirausaha. Di Luar
negeri konsep wirausaha dikenal sejak abad ke 16. Di Belanda wirausaha
dikenal sebgai Ondernemer, di Jerman dikenal Unternehmer. Tahun 1950-
an pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di beberapa Negara, seperti;
Kanada, Amerika dan beberapa Negara di Eropa. Tahun 1970-an banya
universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau ilmu manajemen usa
kecil. Pada tahun 1980-an hamper 500 sekolah di Amerika
Serikat sudah memeberikan pendidikan kewirausahaan.
Richard Cantillon, menegaskan bahwa seorang wirausahawan
adalah seorang pengambil resiko, dengan melihat perilaku
mereka yakni membeli pada harga yang tetap namun menjual
dengan harga yang tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang
disebut dengan menghadapi resiko.
4) Abad 18
Seorang wirausahawan tidak dilekatkan pada pemilik modal,
tetapi dilekatkan pada orang-orang yang membutuhkan modal.
Wirausahawan akan membutuhkan dana untuk memajukan dan
mewujudkan inovasinya. Pada masa itu dibedakan antara pemilik
modal dan wirausahawan sebagai seorang penemu.
5) Abad 19
Sedangkan di abad ke 19 dan 20, wirausahawan didefinisikan
sebagai seseorang yang mengorganisasikan dan mengatur
perusahaan untuk meningkatkan pertambahan nilai personal.
6) Abad 20
Pada abad 20, inovasi melekat erat pada wirausahawan di masa
sekarang.

Ada kerancuan istilah antara entrepreneurship, intrapreneurship,


dan entrepreneurial, dan entrepreneur :
1) Entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun
untuk menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar.
Entrepreneurship meliputi pembentukan perusahaan baru,
aktivitas kewirausahaan juga kemampuan managerial yang
dibutuhkan seorang entrepreneu
2) intrapreneurship didefinisikan sebagai kewirausahaan yang terjadi di
dalam organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu dengan
keinginan pasar.
3) Entrepreneur didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya
berupa tenaga kerja, material, dan asset lainnya pada suatu kombinasi yang
menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga
dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi, dan aturan baru.

4) Entrepreneurial adalah kegiatan dalam menjalankan usaha atau


berwirausaha. Inventor dan Entrepreneur Berikut ini beberapa perbedaan
antara inventor dan entrepreneur. Inventor didefinisikan sebagai seseorang
yang bekerja untuk mengkreasikan sesuatu yang baru untuk pertama
kalinya, ia termotivasi dengan ide dan pekerjaannya. Inventor pada
umumnya memiliki pendidikan dan motivasi berprestasi yang tinggi.
Menurutnya, standar kesuksesan bukanlah dari moneter semata tetapi dari
hak paten yang didapatnya. Sedangkan wirausaha atau entrepreneur lebih
menyukai berorganisasi daripada menemukan sesuatu. Ia mengatur dan
memastikan agar organisasinya berkembang dan bertahan. Entrepreneur
berupaya mengimplementasikan penemuannya sehingga disukai publik
namun inventor lebih menyukai menemukan atau menciptakan sesuatu
(Respati H.,2009)

2.2.1 Kewirausahaan Indonesia

Ilmu kewirausahaan di Indonesia baru dikenalkan pada akhir abad ke-20, namun
praktiknya sudah sejak dulu ada, bahkan sejak jaman colonial kegiatan perniagaan dan
bisnis sudah ada di Indonesia. Pada akhir abad 20, pendidikan kewirausahaan
dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah dan perguruan tinggi saja. Pendidikan
kewirausahaan melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala
lapisan masyarakat semakin berkembang seiring dengan perkembangan dan tantangan
ekonomi seperti krisis moneter yang sempat melanda di akhir tahun 90-an.
1) Wirausaha (Entrepreneur)

Wirausaha berasal dari kata Wira dan Usaha. Wira yang berarti
Pejuang/pahlawan/ atau panutan yang berwatak agung. Konsep ke-WIRA-an
dapat diartikan sebagai kemandirian dan tidak bergantung terhadap suatu lembaga
atau badan. Sedangkan Usaha adalah suatu perbuatan untuk mencapai suatu
tujuan. Padanan kata Wirausaha adalah Entrepreneur. Dalam bahasa Perancis kata
ini dapat diartikan sebagai under take.Wirausahawan mengambil keuntungan
dengan mengamati peluang yang ada. Kebanyakan wirausahawan sukses adalah
mereka yang member pengaruh/ penyeleseianterhadap masalah kehidupan.
Ada tiga istilah penting yang terkait erat dengan konsep wirausaha.
Discovery, Invention, Inovation. Arti kata ketiga istilah tersebut sama, yakni;
Penemuan. Hanya saja dalam ilmu kewirausahaan, makna dari ketiga hal tersebut
adalah berbeda. Discovery adalah istilah untuk penemuan tempat atau wilayah
yang sudah lebih dulu ada; contohnya penemuan benua Amerika oleh Chistoper
Colombus, dalam hal Colombus terukir sebagai penemu benua Amerika, tetapi
Colombus tidak berhak mendapat keuntungan atas penemuannya ini karena
menemukan sesuatu yang sudah ada. Invention adalah penemuan yang dilakukan
oleh para penemu. Misalkan bohlam lampu oleh Thomas Alfa Edison, dan
teknologi telepon oleh Graham Bell. Invention berupa penemuan sesuatu yang
benar-benar baru, yang belum pernah ada sebelumnya. Para penemu (Inventor)
berhak mendapatkan keuntungan dari penemuannya ini.sedangkan Inovation
merupakan pembaharuan dari ciptaan yang sudah ada. Biasanya inovasi ada
karena adanya ketidakpuasan dengan penemuan yang sudah ada. Misalakan
teknologi telekomunikasi yang ditemukan Graham Bell dikembangkan tidak
hanya pesawat telepon rumah, tetapi dikembangkan menjadi telepon seluler yang
lebih fleksibel.
Pengertian kewirausahaan adalah proses mengidentifikasi,
mengembangkan dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut berupa ide
inovatif dengan memanfaatkan peluang sehingga tercipta cara yang lebih baik
dalam menjalankan atau mencapai sesuatu. Definisi kewirausahaan juga
ditekankan pada bagian seseorang yang berani mengambil risiko/ ketidakpastian.
Sedikit berbeda dengan para ahli yang mengembangkan ilmu ini, Penrose (1963)
mengatakan bahwa Kewirausahaan mencakup identifikasi peluang-peluang di
dalam sisitem ekonomi. Sedangkan Harvey Benstein (1979) Kewirausahaan
mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan/ melaksanakan
perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk/ belum teridentifikasi secara
jelas. Komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya. Sedangkan
menurut Peter Druker, kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda.
Orang yang melakukan kegiatan wirausaha disebut wirausahawan/
entrepreneur. Mereka mempunyai cara, motivasipanggilan jiwa, persepsi dan
emosi yang sangat terkait dengan nilai-nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia
yang unggul

Kewirausahaan mengacu pada perilaku yang meliputi:


1) Pengambilan inisiatif,
2) Mengorganisasi dan mengorganisasi kembali mekanisme sosial dan
ekonomi untuk mengubah sumber daya dan situasi pada perhitungan praktis
3) Penerimaan terhadap resiko dan kegagalan. Kewirausahaan meliputi proses
yang dinamis sehingga dengan demikian timbul pengertian baru dalam
kewirausahaan yakni sebuah proses mengkreasikan dengan menambahkan
nilai sesuatu yang dicapai melalui usaha keras dan waktu yang tepat dengan
memperkirakan dana pendukung, fisik, dan resiko sosial, dan akan
menerima reward yang berupa keuangan dan kepuasan serta kemandirian
personal.
4) Proses berkreasi yakni mengkreasikan sesuatu yang baru dengan
menambahkan nilainya. Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh
wirausahawan semata namun juga audiens yang akan menggunakan hasil
kreasi tersebut.
5) Komitmen yang tinggi terhadap penggunaan waktu dan usaha yang
diberikan. Semakin besar fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha
ini maka akan mendukung proses kreasi yang akan timbul dalam
kewirausahaan.
6) Memperkirakan resiko yang mungkin timbul. Dalam hal ini resiko yang
mungkin terjadi berkisar pada resiko keuangan, fisik dan resiko social.
7) Memperoleh reward. Dalam hal ini reward yang terpenting adalah
independensi atau kebebasan yang diikuti dengan kepuasan pribadi.
Sedangkan reward berupa uang biasanya dianggap sebagai suatu bentuk
derajat kesuksesan usahanya (Yuyus Suryana, Kartib Bayu., 2011)

2.3 Teori Kewirausahaan

Seiring berjalannya waktu, kewirausahaan mempunyai perkembangan yang


signifikan, oleh karena itu, lahirlah berbagai macam teori tentang kewirausahaan.
Pada kesempatan kali ini akan membahas beberapa teori mengenai
kewirausahaan, diantaranya dalah sebagai berikut :

1) Teori Neo Kalsik.


Teori ini memandang perusahaan sebagai sebuah istilah teknologis,
dimana manajemen (individu) hanya mengetahui biaya dan penerimaan
perusahaan dan sekedar melakukan kalkulasi matematis untuk menentukan nilai
optimal dari variabel keputusan. Jadi, pendekatan neo klasik tidak cukup mampu
untuk menjelaskan isu mengenai kewirausahaan. Dalam teori ini, kemandirian
sangat tidak terlihat, wajar saja, karena ini memang pada masa lampau dimana
belum begitu urgent masalah kemandirian, namun cukup bisa menjadi teori awal
untuk melahirkan teori-teori mengenai kewirausahaan selanjutnya.
2) Teori Kirzerian Entrepreneur.
Dalam teori ini, Kirzer menyoroti tentang kinerja manusia, keuletannya,
keseriusannya, kesungguhannya dalam berusaha, sehingga maju mundurnya suatu
usaha tergantung pada upaya dan keuletan sang pelaku usaha. Dari berbagai
disiplin ilmu, lahirlah teori kewirausahaan yang dipandang dari sudut pandang
mereka masing-masing :
 Teori ekonomi memandang bahwa lahirnya wirausaha disebabkan
karena adanya peluang, dan ketidakpastian masa depanlah yang akan
melahirkan peluang untuk dimaksimalkan, hal ini berkaitan dengan
keberanian mengambil peluang, berspekulasi, menata organisasi, dan
melahirkan berbagai inovasi.
 Teori Sosiologi lebih mempelajari tentang asal-usul budaya dan nilai-
nilai sosial di suatu masyarakat, yanag akan berdampak pada
kemampuannya menanggapai peluang usaha dan mengolah usaha,
sebagi contoh orang etnis Cina dan Padang dikenal sebagai orang yang
ulet berusaha, maka fakta di lapangan menunjukan, bahwa banyak
sekali orang Cina dan Padang yang meraih kesuksesan dalam
berwirausaha
 Selanjutnya Teori Psikologi. Teori ini lebih menekankan pada motif
individu yang melatarbelakangi dirinya untuk berwirausaha, apabila
sejak kecil ditanamkan untuk berprestasi, maka lebih besar
kemungkinan seorang individu lebih berani dalam menanggapi
peluang usaha yang diperoleh.
 Yang terakhir adalah Teori Perilaku (Behavior). Bagaimana seorang
wirausahawan harus memiliki kecakapan dalam mengorganisasikan
suatu usaha, memanajemenkan keuangan dengan teiliti, mebnagun
jaringan, dan memasarkan produk, dibutuhkan pibadi yang supel dan
pandai bergaul unutk memajukan suatu usaha.
3) Teori Schumpeter's Entrepreneur.
Kajian Teori Schumpeter's lebih banyak dipengaruhi oleh kajian kritisnya
teori keseimbangan (Equilibrium Theory). Menurutnya, unutk mencapai
keseimbangan diperlukan tindakan dan keputusan aktor (pelaku) ekonomi yang
harus berulang-ulang dengan cara yang sama hingga mencapai keseimbangan.
Jadi kata kuncinya adalah berulang-ulang dengan cara yang sama, yang menurut
Schumpeter disebut sebagai situasi statis, dan situasi tersebut tidak akan
membawa perubahan. Schumpeter berupaya melakukan investigasi terhadap
dinamika di balik perubahan ekonomi yang diamatinya secara empiris, Singkat
cerita, akhirnya Schumpeter menemukan unsur explanatory-nya yang disebut
"inovasi". Dan aktor ekonomi yang membawa inovasi tersebut adalah seorang
wirausaha (entrepreneur). Jadi entrepreneur adalah pelaku ekonomi yang inovatif
yang akan membuat perubahan.

4) Teori Austrian School.


Mengutip Adaman dan Devine (2000), masalah ekonomi mencangkup
mobilisasi sosial dari pengetahuan yang tersembunyi (belum diketahui umum)
yang terfragmentasi dan tersebar melalui interaksi dari kegiatan para wirausaha
yang mempunyai eksistensi. Pada intinya, mobilisasi sosial dari pengetahuan
tersebut terjadi melalui tindakan kewirausahaan. Dan seorang wirausaha akan
mengarahkan usahanya untuk mencapai potensi keuntungan dan dengan demikian
mereka mengetahui apa yang mungkin dan yang tidak mungkin untuk dilakukan.
Artinya, seorang wirausaha harus selalu mengetahui pengetahuan (informasi) baru
dimana orang banyak belum mengetahuinya. Dan pengetahuan atau informasi
baru tersebut dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan.
Penemuan pengetahuan tersembunyi merupakan proses perubahan yang
berkelanjutan. Dan proses inilah merupakan titik awal dari pendekatan Austrian
terhadap kewiraushaan. Ketika dunia dipenuhi ketidakpastian, proses tersebut
kadang mengalami keberhasilan dan kegagalan. Namun seorang wirausaha selalu
memperbaiki kesalahannya (Hermana, B., 2008)
5. Supporting Pemerintah Terhadap Kewirausahaan
Pemerintah sebagai pelaksana amanat rakyat sudah semestinya memikirkan
kemakmuran bagi masyarakatnya dan ini juga diamanatkan dalam undang undang
dasar negara Republik Indonesia. Karenanya dibentuklah Kementerian Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah untuk membantu mengembangkan ekonomi
kerakyatan melalui gerakan koperasi sebagai penghimpun dan pengelola dana
sebagai modal dari rakyat untuk rakyat. Keberadaan koperasi yang tumbuh pesat
hingga kepelosok negeri menjadi tulang punggung bagi ketersediaan modal untuk
tumbuhnya usaha usaha kecil dan menengah di dalam kelompok masyarakat.
Bergulirnya dana bantuan pemerintah yang dikelola dengan baik oleh
koperasi menjadi angin segar bagi terus tumbuhnya usaha kecil dan menengah
tersebut, terlebih lagi dengan dikerahkannya tenaga handal dan terlatih dalam
memberikan arahan dan pembinaan bagi para calon usahawan yang akan
menggunakan dana bantuan yang sifatnya pinjaman ringan. Dana ini akan
diberikan secara bergiliran agar seluruh peserta koperasi dapat saling merasakan
manfaatnya.
Berikut ini adalah manfaat dukungan pemerintah pada usaha kecil dan
menengah untuk menyokong perekonomian nasional Indonesia :
1) Menyerap Lebih Banyak Pekerja
Usaha kecil dan menengah ini dianggap sebagai penyerap tenaga kerja
paling banyak dibandingkan dengan badan usaha milik negara atau swasta
lainnya. Seperti kita tahu bahwa kebanyakan perusahaan kelas atas akan
memerlukan tenaga professional terampil dengan pendidikan tinggi.
Meninggalkan yang tidak memiliki pendidikan tinggi tanpa pekerjaan.
Beruntunglah dengan adanya usaha kecil dan menengah maka lapangan kerja
terbuka lebih maksimal dan menyerap lebih banyak pekerja bahkan yang memiliki
pendidikan paling rendah.S
2) Menambah Pemasukan Devisa Negara
Beberapa produk usaha kecil dan menengah berskala menengah
telah berhasil menembus pasar internasional melalui ekspor sehingga
menambah pemasukan negara, tidak hanya dari segi migas saja. Potensi
ini akan terus bertambah apabila negara semakin mendukung
perkembangan usaha kecil dan menengah, melihat potensi secara teliti
dan memodali dengan pendanaan yang lebih baik.
3) Memaksimalkan Potensi Sumber Daya Alam (SDA)
Dengan adanya dukungan pemerintah dalam membantu membiayai
usaha kecil dan menengah maka akan merangsang lebih banyak orang
dalam memanfaatkan sumber daya alam di sekitar mereka. Tentu saja ini
lebih baik daripada apabila SDA kita dikuasai oleh orang asing. Hal ini
juga dapat membuat kita lebih independen dalam SDA seperti bahan
pangan dan pakaian agar tidak selalu tergantung pada hasil impor akibat
perdagangan bebas.
Indonesia harus lebih jeli melihat peluang untuk kesinambungan
ekonomi di masa mendatang. Oleh karena itu sudah sepatutnya
pemerintah semakin meningkatkan bantuan berupa finansial, penyuluhan
serta pelatihan bagi pengusaha-pengusaha muda Indonesia agar semakin
bermunculan dan membuat ekonomi kita menjadi lebih baik. Hal ini juga
agar Indonesia dapat semakin maju di kancah perdagangan internasional
(Harjanto, 2007).

Anda mungkin juga menyukai