Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.

2089-7669

EFEKTIVITAS KONSUMSI NUGGET TEMPE KEDELAI TERHADAP


KENAIKAN BERAT BADAN BALITA GIZI KURANG

Mariyam 1) Arfiana2) Tuti Sukini 3)


Email : mariyamalya131@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the effectiveness of soybean


tempeh nuggets consumption to weight gain stunting. This research was
conducted in Tlogomulyo Primary Health Care Temanggung. This research is a
quasi experimental design with Pretest-Posttest Design. The study population
was all children under five with malnutrition status using total sampling technique
sampling.
The results showed that consumption of soy tempeh nuggets effective against
weight gain stunting in the work area Tlogomulyo Temanggung 2016 with a p
value of 0.000. From the results of the study are expected midwife can improve
health services, especially to address malnutrition among children under five by
providing health education to mothers about the nutritional needs of toddlers by
providing food ingredients derived from soy tempe having a protein content as
the one food that can increase the weight toddler body.

Keyword : Soy Nugget Tempe, Weight Loss, Nutrition Toddler Less


1)
Student of Diploma Programme Midwifery Magelang
2) 3)
Lecture of Diploma Programme Midwifery Magelang

63
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

Indonesia sampai saat ini masih anggota keluarga dipengaruhi oleh


dihadapkan pada masalah gizi. kemampuan rumah tangga untuk
Program gizi yang sudah dilaksanakan menyediakan pangan yang cukup baik
pada dasarnya mampu menurunkan secara kuantitas maupun kualitasnya,
angka kejadian gizi kurang dan buruk pola pengasuhan ibu, pengetahuan
pada balita tapi belum mencapai target gizi dan faktor-faktor sosial budaya
yang diharapkan dalam Rencana (Zuraida, 2009).
Pembangunan Jangka Menengah Masalah gizi di Indonesia pada
Nasional tahun 2010-2014, yaitu 15% umumnya masih didominasi oleh
dan Millenium Development Goals masalah masalah Kurang Energi
(MDGs) tahun 2015, yaitu 15,5% Protein (KEP), anemia besi, masalah
bahkan di beberapa daerah gangguan Akibat Kekurangan Yodium
prevalensinya diatas angka nasional. (GAKY), masalah Kurang Vitamin A
Data Riset Kesehatan Dasar (KVA), dan masalah obesitas terutama
(Riskesdas) menunjukkan prevalensi di kota-kota besar.Hal ini berarti
gizi kurang pada balita tahun 2012 Indonesia mengalami masalah gizi
adalah 17,9%. Kondisi gizi kurang dan ganda yang artinya sementara
buruk ini menyebabkan risiko balita masalah gizi kurang belum dapat
menderita penyakit infeksi meningkat teratasi secara menyeluruh, sudah
karena daya tahan tubuh yang muncul masalah baru yaitu berupa gizi
rendah.Bahkan kondisi ini dapat lebih (Supariasa, dkk, 2012)
menyebabkan kematian.WHO Hasil data status gizi balita
menyatakan kematian balita di negara berdasarkan RISKESDAS (Riset
berkembang, 60%nya disebabkan gizi Kesehatan Dasar) 2010, secara
buruk (Riskesdas, 2013). nasional, prevalensi berat badan
Balita termasuk kelompok rawan kurang pada 2010 adalah 17,9% yang
gizi, mereka mudah menderita terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0
kelainan gizi karena kekurangan gizi kurang, meningkat dari keadaan
makanan yang dibutuhkan.Masalah tahun 2007 yaitu sebesar 12,2 %. Bila
gizi yang harus dihadapi Indonesia dibandingkan dengan pencapaian
pada saat ini adalah masalah gizi MDG (Millenium Development Goals)
kurang dan gizi lebih.Masalah gizi tahun 2015 yaitu 15,5% maka
kurang disebabkan oleh kemiskinan, prevalensi berat badan kurang secara
kurangnya persediaan pangan, nasional harus diturunkan minimal
sanitasi lingkungan yang kurang baik, sebesar 2,4% dalam periode 2011 -
kurangnya pengetahuan masyarakat 2015, sedangkan status gizi balita di
tentang gizi dan kesehatan, Propinsi Jawa Tengah pada tahun
sedangkan masalah gizi lebih 2012 yaitu Balita Gizi Buruk tahun
disebabkan oleh kemajuan ekonomi 2012 berjumlah 1.131 (0,06%)
pada masyarakat disertai dengan menurun apabila dibandingkan tahun
kurangnya pengetahuan gizi dan 2011 sejumlah 3.187 (0,10%) (Dinas
kesehatan (Waryono, 2010). Kesehatan Propinsi Jawa Tengah,
Status gizi masyarakat dipengaruhi 2013).Jumlah Gizi kurang di Wilayah
oleh banyak faktor yang kompleks dan Kerja Puskesmas Tlogomulyo
satu sama lain saling terkait. Pada Kabupaten Temanggung pada tahun
level rumah tangga, status gizi 2015 dari 29.968 balita, sebanyak 33
64
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

balita mengalami gizi kurang,7 balita keluarga dan masyarakat. Kondisi


mengalami gizi buruk (profil tersebut akan berdampak pada mutu
Puskesmas Tlogomulyo 2015) sumber daya manusia yang rendah
Usia balita merupakan usia pra (Sundari, 2014).
sekolah dimana seorang anak akan Menurut Astuti (2014) protein tempe
mengalami tumbuh kembang dan tergolong mudah dicerna sehingga
aktivitas yang sangat pesat protein dapat digunakan untuk
dibandingkan dengan ketika masih menambah berat badan terutama pada
bayi, kebutuhan zat gizi akan balita.Tempe yang dibuat dari kacang
meningkat. Sementara pemberian kedelai telah dimanfaatkan sebagai
makanan juga akan lebih sering. Pada sumber protein nabati. Komposisi
usia ini, anak sudah mempunyai sifat tempe kedelai menunjukkan defisit
konsumen aktif, yaitu mereka sudah pasangan asam amino metionin-sistin,
bisa memilih makanan yang secara menyeluruh mengandung
disukainya. Seorang ibu yang telah unsur zat gizi yang cukup tinggi: 25 %
menanamkan kebiasaan makan protein (17 gram protein/100gram), 5
dengan gizi yang baik pada usia dini % lemak, 4 % karbohidrat dan 60 %
tentunya sangat mudah mengarahkan air, sumber vitamin B12 yang cukup
makanan anak, karena dia telah tinggi, rendah lemak, bebas kolesterol.
mengenal makanan yang baik pada Cara mengatasi balita dengan gizi
usia sebelumnya. Oleh karena itu, pola kurang salah satunya dengan cara
pemberian makanan sangat penting memenuhi konsumsi makanan setiap
diperhatikan.Secara umum faktor yang hari secara bervariasi, menganjurkan
mempengaruhi terbentuknya pola pada orang tua balita agar balitanya
makan adalah faktor ekonomi, sosial mengurangi jajanan dengan aroma
budaya, agama, pendidikan, dan gurih dan manis, karena hal tersebut
lingkungan (Sulistyoningsih, 2011). akan memberi rasa kenyang sehingga
Pada anak yang kurang gizi, daya asupan gizi tidak terpenuhi, upaya
tahan tubuhnya rendah sehingga anak untuk meningkatkan berat badan balita
sering terkena penyakit infeksi. adalah dengan pemberian PMT yang
Akibatnya anak tersebut tidak dapat mengandung tinggi protein dan tinggi
tumbuh dan berkembang secara kalori sesuai dengan berat badan
optimal dimana anak tampak kurus balita sehingga dapat memenuhi
dan pendek, terutama pada masa usia kebutuhan gizinya (Atmarita, 2005).
bawah lima tahun (balita) banyak yang Salah satu jenis PMT yang memenuhi
menderita kurang energi protein kebutuhan tersebut adalah dengan
(KEP). Selain itu, anak kurang gizi pemberian olahan tempe kedelai, agar
pertumbuhan dan perkembangan olahan tempe kedelai tersebut bisa
otaknya juga tidak optimal, sehingga terkonsumsi secara maksimal,
dapat menurunkan kecerdasan anak. kemudian kita modifikasi menjadi
Anak akan tumbuh dan berkembang bentuk nugget, dengan penyajian lain
menjadi remaja dan pada usia dewasa diharapkan balita menjadi tertarik
kurang berprestasi serta produktifitas sehingga mempunyai kemauan untuk
rendah yang akhirnya menjadi lanjut mengkonsumsinya.
usia (lansia) yang kurang gizi, sakit- Pemberian konsumsi nugget tempe
sakitan yang menjadi beban bagi kedelai, diharapkan semua balita
65
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

terutama yang mengalami gizi kurang Hasil penelitian menunjukkan rerata


akan mengalami kenaikan berat berat badan balita gizi kurang sebelum
badan, sehingga dapat meningkat mengkonsumsi nugget tempe kedelai
status gizinya menjadi gizi normal.Di 9,9945 Kg dengan berat badan balita
posyandu, Balita gizi kurang sudah terendah 7,87 Kg dan berat badan
mendapatkan PMT berupa biskuit, balita tertinggi 13,01 Kg. Hasil
dengan PMT tersebut belum penelitian ini sama dengan hasil
menunjukkan kenaikan berat badan, penelitian Ardiana (2011) yang
sehingga balita dengan status gizi menunjukkan bahwa sebelum
kurang belum dapat teratasi, hal mendapatkan perlakuan tahu-tempe
tersebut dikwatirkan akan berlanjut semua balita mengalami gizi buruk,
menjadi gizi buruk.Dengan pemberian dimana pengukuran status gizi balita
nugget tempe kedelai akan secara sederhana dapat diketahui
mengantisipasi status gizi balita dengan membandingkan antara berat
kurang tidak menurun menjadi gizi badan menurut umur maupun menurut
buruk,dan diharapkan status gizi balita panjang badannya denganrujukan
akan meningkat sehingga masalah gizi (standar) yang telah ditetapkan.
kurang dapat teratasi Berat badan balita normal menurut
Tujuan dari penelitian ini adalah Supariasa (2012) dimana keadaan
untuk mengetahui efektifitas konsumsi kesehatan baik dan keseimbangan
nugget tempe kedelai terhadap antara konsumsi dan kebutuhan zat
kenaikan berat badan balita gizi gizi terjamin, maka berat badan
kurang di wilayah kerja Puskesmas berkembang mengikuti pertambahan
Tlogomulyo Kabupaten Temanggung umur. Sebaliknya dalam keadaan
tahun 2016. abnormal, terdapat 2 kemungkinan
perkembangan berat badan yaitu
METODE PENELITIAN dapat berkembang cepat atau lebih
Penelitian ini merupakan bentuk lambat dari keadaan normal.
penelitian kuantitatif dengan metode Berdasarkan hasil penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan rerata berat badan balita
adalah Quasi eksperiment dengan gizi kurang sesudah mengkonsumsi
Pretest-Postest Design. Tujuan dari nugget tempe kedelai 10,1855 Kg
penelitian ini adalah untuk dengan berat badan terendah 8 Kg
menganalisis efektifitas konsumsi dan berat badan tertinggi 13,25 Kg
nugget tempe kedelai terhadap dengan rata-rata kenaikan berat badan
kenaikan berat badan balita gizi adalah 0,20 Kg. Responden yang
kurang. Populasi penelitian ini adalah mengalami kenaikan berat badan
seluruh anak balita dengan status gizi sebanyak 28 responden dan yang
kurang menggunakan teknik sampling tidak mengalami peningkatan berat
total sampling dengan jumlah sampel badan sebanyak 5 responden. Hasil
sebanyak 33 responden dengan penelitian ini sama dengan dengan
menggunakan uji T-Test Dependent hasil penelitian Ardiana (2011) yang
dengan kepercayaan sebanyak 95%. juga menunjukkan bahwa tampak
terjadi peningkatan berat badan rata-
HASIL PENELITIAN rata sebesar 0.4438 kg setelah
dilakukan perlakuan pemberian tahu-
66
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

tempe selama 1 bulan. Peningkatan mudah dicerna di dalam tubuh, karena


berat badan dapat disebabkan karena adanya enzim pencernaan yang
tercukupinya kebutuhan protein dihasilkan oleh kapang tempe.
menjadi salah satu alternatif cara Tempe dapat meningkatkan berat
menekan kasus gizi buruk. Protein badan balita karena kandungan
tersedia dalam protein hewani dan proteinnya tinggi, yang menurut
protein nabati. Tahu dan tempe Almatsier (2005) metabolisme protein
merupakan makanan tradisional dimulai setelah protein dipecah
Indonesia yang mengandung protein menjadi asam amino, asam amino
nabati. Tahu dan tempe merupakan akan memasuki siklus TCA bila
makanan tradisional Indonesia yang dibutuhkan sebagai sumber energi
mengandung protein nabati yang atau bila berada dalam jumlah berlebih
dianjurkan untuk dikonsumsi sekitar dari yang dibutuhkan untuk sistesis
150-300 gram bahan matang/hari protein. Mula-mula asam amino akan
pada diet 1500-2100 kalori. mengalami deaminase, yaitu melepas
Kandungan protein pada tempe gugus amino. Proses ini membutuhkan
adalah 18 mg per 100 gr, vitamin B6 dalam bentuk PLP. Asam
sedangkan pada tahu adalah 8 mg per amino kemudian dikatabolisme melalui
100 gr. Kebutuhan protein anak usia < tiga cara, kira-kira separuh dari asam
1 tahun adalah 2-3 gr / kgBB/hari, amino yaitu alanin, serin, glisin,
kebutuhan anak 1-6 tahun adalah sistein, metionim, dan triptofan diubah
1,5-2,5 gr / kgBB/hari dan pada menjadi piruvat. Kurang lebih separuh
penelitian Ardiana (2011) diberikan lagi yaitu fenilalanin, tirosin, leusin,
sebanyak 200 gram/hari selama 1 isoleusin dan lisin, seperti halnya asam
bulan. lemak di ubah menjadi asetil KoA. Sisa
Hasil penelitian ini yang juga asam amino kecuali asam aspartat
menunjukkan ada peningkatan berat diubah menjadi asam glutamat,
badan setelah mengkonsumsi nugget dideaminase dan langsung memasuki
tempe kedelai dengan jumlah yang siklus TCA. Asam amino yang diubah
diberikan dengan ketentuan tempe 200 menjadi piruvat dapat diubah menjadi
gr untuk kelompok umur 1-3 tahun dan glukosa. Oleh karena itu dinamakan
300 gr untuk kelompok umur 4-5 tahun asam amino glukogenik. Asam amino
dalam bentuk nugget@ 30 gr tempe yang diubah menjadi asetil KoA dapat
dalam satu hari yang diberikan selama digunakan untuk memperoleh energi
14 hari dengan hasil rata-rata atau dapat diubah menjadi lemak,
peningkatan berat badan 0,20 kg, yang asam amino ini dinamakan ketogenik.
berarti sama dengan hasil penelitian Asam amino yang langsung masuk ke
Ardiana (2011) yang dilakukan dalam siklus TCA juga merupakan
pemberian tahu-tempe dengan asam amino glukogenik, karena dapat
komposisi yang sama selama 1 bulan menghasilkan energi atau keluar dari
mengalami peningkatan sebesar siklus dan diubah menjadi glukosa.
0,4438 kg. Pemberian Nugget tempe Hasil uji Statistik pada pengukuran
juga dapat meningkatkan berat badan efektivitas konsumsi nugget tempe
balita karena menurut Joe (2011) kedelai terhadap kenaikan berat badan
komposisi gizi tempe, baik kadar balita gizi kurang di wilayah kerja
protein, lemak dan karbohidratnya Tlogomulyo Kabupaten Temanggung
67
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

tahun 2016 diperoleh hasil p value penting dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini
sebesar 0,000 yang artinya p value < menurut Alamatsier (2004) sesuai
0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak, dengan fungsi masing-masing dalam
yang artinya konsumsi nugget tempe tubuh, maka pengaruh yang
kedelai efektif terhadap kenaikan berat disebabkan terhadap pertumbuhan
badan balita gizi kurang di wilayah anak batita gizi kurang sangat
kerja Tlogomulyo Kabupaten bermakna dalam hal ini hal ini terlihat
Temanggung tahun 2016. Hasil dari pengaruhnya lebih baik terhadap
penelitian ini sama dengan hasil berat badan. Zat gizi mikro yang
penelitian Ardiana (2011) yang berperanan penting dalam proses
menunjukkan ada pengaruh pertumbuhan adalah fosfor, kalsium
pemberian tahu-tempe terhadap seng, di mana peranannya bukan saja
peningkatan berat badan bayi disebabkan karena efeknya pada
penderita gizi buruk. Pemberian tahu reflikasi sel dan metabolisme asam
tempe dapat meningkatkan berat nukleat, tetapi juga karena seng
badan balita gizi buruk menurut berperan sebagai mediator dari
Ardiana (2011) karena tahu dan aktifitas hormon pertumbuhan. Selain
tempe merupakan makanan itu seng juga berperan sebagai
tradisional Indonesia yang mediator potensial pertahanan tubuh
mengandung protein nabati. Protein terhadap infeksi dan mempunyai
dapat digunakan untuk menyediakan fungsi fisiologis pada pengecapan dan
energi, tetapi karena peranan protein nafsu makan. Kekurangan seng dalam
yang esensial dalam pertumbuhan, waktu yang singkat pada anak balita
pemeliharaan, dan perbaikan, maka mengakibatkan penurunan nafsu
kalori yang cukup harus disediakan makan, sedangkan dampak jangka
dalam diet dari sumber nonprotein. panjangnya akan terjadi gangguan
Protein dihemat sebagai sumber pertumbuhan dan perkembangan,
energi ketika ada karbohidrat yang termasuk mineral mikro lainnya.
cukup dalam diet untuk memenuhi Hasil penelitian ini yang juga
kebutuhan energi tubuh. menunjukkan konsumsi nugget tempe
Hasil penelitian Gultom (2013) juga kedelai efektif terhadap kenaikan berat
menunjukkan ada perbedaan yang badan balita gizi kurang. Hal ini sesuai
bermakna antara rata-rata berat badan dengan pendapat Atmarita (2005)
sebelum intervensi dan sesudah bahwa untuk mengatasi balita dengan
intervensi pada kelompok yang gizi kurang salah satunya dengan cara
mendapatkan perlakuan cookies memenuhi konsumsi makanan setiap
substitusi tepung tempe Standar hari sehingga asupan gizi terpenuhi,
Nasional Indonesia (SNI) sebanyak upaya untuk meningkatkan berat
100 gr atau 21 keping yang badan balita adalah dengan pemberian
menyumbangkan energi 468,450 kkal PMT yang mengandung tinggi protein,
dan protein 6,69 gr. Pemberian salah satu jenis PMT yang memenuhi
cookies substitusi tepung tempe kebutuhan tersebut adalah dengan
menurut hasil penelitian Gultom (2013) pemberian olahan tempe kedelai, agar
dapat meningkatkan berat badan balita olahan tempe kedelai tersebut bisa
karena cookies tempe mengandung terkonsumsi secara maksimal,
zat gizi mikro dan makro yang sangat kemudian kita modifikasi menjadi
68
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

bentuk nugget, dengan penyajian lain protein nabati. Tahu dan tempe
diharapkan balita menjadi tertarik merupakan makanan tradisional
sehingga mempunyai kemauan untuk Indonesia yang mengandung protein
mengkonsumsinya. nabati. Bahan makanan dalam
Nugget tempe kedelai merupakan piramida Bahan Makanan
produk olahan dalam bentuk beku dikelompokkan menjadi empat
yang bersifat siap untuk dimasak, kelompok yaitu kelompok warna hijau,
Berdasarkan hasil penelitian Novelina kuning,jingga dan merah. Protein
tentang Meningkatkan Nilai Tambah termasuk dalam kelompok jingga, yang
Produk Tempe Dengan Diverifikasi menjadi sumber bahan pembangun
Produk Menjadi Nugget. Kandungan untuk perbaikan jaringan tubuh,
gizi yang ada dalam Nugget tempe pertumbuhan dan metabolesme.
setelah melalui proses pengolahan Kandungan protein pada tempe adalah
tidak mengurangi nilai gizinya, bahkan 20,8 mg per 100 gr. Kebutuhan protein
lebih bergizi karena mengandung bagi balita adalah 10-15% dari total
protein tinggi dan rendah lemak. Mutu energi (Herqutanto, 2014). Protein
protein ditentukan oleh jenis dan yang dimakan sehari-hari menurut
proporsi asam amino yang Pudjiadi (2005) terdiri dari 20 macam
dikandungnya. Protein komplit atau asam amino yang setelah dicerna dan
protein dengan nilai biologi tinggi atau diserap digunakan untuk sintesis
bermutu tinggi adalah protein yang protein sel, protein fungsional seperti
mengandung semua jenis asam amino hormon dan enzim, dan protein
esensial dalam proporsi yang sesuai pengangkut seperti transferrin. Asam-
untuk keperluan pertumbuhan asam amino lainnya yang tidak
(Almatsier,2005). termasuk esensial disebut asam amino
Menurut Joe (2011) komposisi gizi non-esensial. Asam amino yang
tempe, baik kadar protein, lemak dan berlebihan tidak dapat disimpan,
karbohidratnya mudah dicerna di melainkan diubah menjadi energi atau
dalam tubuh, karena adanya enzim dikonversi menjadi karbohidrat atau
pencernaan yang dihasilkan oleh lemak.
kapang tempe. Sehingga sangat baik Fungsi protein bagi tubuh manusia
untuk diberikan kepada segala yang paling utama menurut
kelompok umur. Selama proses Sediaoetama (2003) adalah untuk
fermentasi terdapat tedensi pembentukan sel-sel pada tubuh, dan
peningkatan derajat ketidakjenuhan protein akan menjadi makanan otot
terhadap lemak, sehingga asam lemak supaya dapat tumbuh dan
PUFA (polyunsaturated fatty acids) berkembang sehingga jika otot
meningkat jumlahnya yang akan terpenuhi oleh protein maka otot akan
mengakibatkan penurunan terhadap terpelihara dengan baik. Protein juga
kandungan kolesterol serum sehingga membantu metabolisme glukosa
dapat menetralkan efek negatif dalam tubuh, sehingga dapat
kolesterol dalam tubuh. membantu meningkatkan
Tercukupinya kebutuhan protein pembentukan sel-sel pada tubuh.
menjadi salah satu alternatif cara Pemberian nugget tempe kedelai
menekan kasus gizi kurang. Protein pada penelitian ini pada prinsipnya
tersedia dalam protein hewani dan adalah memberikan konsumsi protein
69
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

nabati, karena pada usia balita lebih memperhatikan dalam pemberian


kebutuhan protein lebih tinggi daripada makanan tambahan berupa nugget
kebutuhan lemak dan karbohidrat. tempe yang tepat disamping makanan
Pemberian nugget tempe hanya sehari-hari, baik jumlah/takaran serta
bersifat tambahan karena pemberian cara pemberiannya. Pertumbuhan
nugget tempe kedelai tidak yang tetap pada balita gizi kurang
berdasarkan berat badan anak. setelah intervensi penelitian
Responden mendapat nugget tempe disebabkan karena selama kurun
kedelai sesuai kelompok umur, 200 gr waktu 14 hari intervensi, balita tersebut
untuk balita 1-3 tahun, 300 gr untuk menderita sakit seperti ISPA yang
balita 4-5 tahun. Hasil dari pemberian dapat menurunkan nafsu makan balita,
nugget tempe kedelai menunjukkan sehingga tidak terjadi peningkatan
adanya peningkatan meskipun sangat berat badan.
kecil (Rerata 10,1855). Hal ini dapat
menjadi gambaran bahwa nugget SIMPULAN
tempe kedelai efektif meningkatkan Rerata berat badan balita gizi
berat badan balita gizi kurang, karena kurang sebelum mengkonsumsi
menurut Ardiana (2011) pada anak nugget tempe kedelai 9,9945 Kg
todler dan usia pra sekolah, kebutuhan dengan berat badan terendah 7,87 Kg
kalori lebih rendah, tetapi terjadi dan berat badan tertinggi 13,01 Kg.
peningkatan jumlah protein dalam Rerata berat badan balita gizi
hubungan dengan berat badan. kurang sesudah mengkonsumsi
Tercukupinya kebutuhan protein nugget tempe kedelai 10,1855 Kg
menjadi salah satu alternatif cara dengan berat badan terendah 8 Kg
menekan kasus gizi buruk. dan berat badan tertinggi 13,25 Kg
Peningkatan berat badan dengan rata-rata kenaikan berat badan
responden juga ditunjang dengan pola adalah 0,19 Kg.
makan yang baik. Pola pengasuhan Konsumsi nugget tempe kedelai
anak berpengaruh pada timbulnya gizi efektif terhadap kenaikan berat badan
kurang. Anak yang diasuh ibunya balita gizi kurang di wilayah kerja
sendiri dengan kasih sayang,maka Tlogomulyo Kabupaten Temanggung
anak akan lebih terjamin pola makan tahun 2016 dengan p value 0,000
yang sesuai kebutuhannya. Protein
dapat digunakan untuk menyediakan SARAN
energi, tetapi karena peranan protein Ibu dengan balita gizi buruk
yang esensial dalam pertumbuhan, sebaiknya mengasuh balita dengan
pemeliharaan dan perbaikan, maka baik dengan cara memberikan asupan
kalori yang cukup harus disediakan makanan tambahan berupa olahan
dalam diet dari sumber non protein. tempe sebagai lauk maupun cemilan
Protein dihemat sebagai sumber yang kandungan proteinnya tinggi
energi ketika ada karkohidrat yang sehingga balita cepat kembali pulih ke
cukup dalam diet untuk memenuhi berat badan yang normal.
kebutuhan energi tubuh. (Ardiana, Bidan dapat meningkatkan
2011 ) pelayanan kesehatan khususnya untuk
Kenaikan berat badan balita setelah mengatasi gizi kurang pada balita
diberikan intervensi disebabkan ibu dengan cara memberikan pendidikan
70
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

kesehatan pada ibu balita tentang Atmarita. (2005). Daftar Komposisi


kebutuhan gizi balita dengan Bahan Makanan. Jakarta :
memberikan bahan makanan yang PERSAGI
bersumber dari tempe kedelai yang
Atmawikarta. (2007). Pengaruh
mempunyai kandungan protein Pemberian Makanan Pendamping
sebagai salah satu bahan makanan Air Susu Ibu (MP-ASI) Formula
yang dapat meningkatkan berat badan Tempe Terhadap Diare, Aktivitas
balita Fisik, dan Pertumbuhan, Bayi
Peneliti selanjutnya diharapkan Status Gizi Baik Usia 6-12 Bulan di
dapat melanjutkan penelitian ini Bogor Jawa Barat. Gizi Indon
2007,30(2):73-97
dengan mengukur efektivitas
konsumsi nugget tempe kedelai Astuti. 2014. Komposisi Zat Gizi
terhadap kenaikan berat badan balita Tempe yang Difortifikasi Zat Besi
gizi kurang dengan jumlah sampel dan Vitamin A pada Tempe Mentah
yang lebih besar dengan harapan dan Matang. AGRITECH, Vol. 34,
data yang didapatkan berdistribusi No. 2, Mei 2014.
dan hendaknya memperhatikan dan
BSN. (2012). Tempe Persembahan
mengendalikan variabel confounding,
Indonesia untuk Dunia. Jakarta :
seperti penyakit infeksi yang mungkin Badan Standardisasi Nasional
diderita anak, ketahanan pangan
keluarga, pola pengasuhan anak, serta Dinkes Jateng. (2012). Profil
pelayanan kesehatan dan kesehatan Kesehatan Jawa Tengah Tahun
lingkungan yang mempengaruhi status 2012. Semarang : Dinkes.
gizi balita sehingga tidak diketahui
penyebab lain dari peningkatan status Gultom. (2013). Pengaruh Pemberian
Cookies Substitusi Tepung Tempe
gizi balita
Terhadap Pertumbuhan Anak Batita
Gizi Kurang di Kelurahan Pakuan
DAFTAR PUSTAKA Baru Kota Jambi Tahun 2013.
Tesis. Medan : Universitas
Ardiana. (2011). Pengaruh Pemberian Sumatera Utara
Tahu-Tempe Terhadap
Peningkatan Peningkatan Berat Joe. (2011). 101 Keajaiban Khasiat
Badan Bayi Penderita Gizi Buruk di Kedelai. Yogyakarta : Andi
Kabupaten Jember. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Moehji. (2009). Ilmu Gizi,
Soedirman Journal of Nursing), Penanggulangan Gizi Buruk.
Volume 6, No.2, Juli 2011. Jakarta : Bhatara Niaga Media.
Anggraini. (2011). Pengaruh Novelina. (2010). Meningkatkan Nilai
Pemberian Makanan Tambahan Tambah Produk Tempe dengan
Pemulihan (PMT-P) Terhadap Diversifikasi Produk Menjadi
Pertumbuhan Balita Bawah Garis Nugget. FTP Universitas Andalas
Merah (BGM) di Puskesmas Kota
Wilayah Selatan Kediri. Jurnal Nursalam Dkk. (2005). Asuhan
STIKES RS. Baptis Kediri Volume Keperawatan Bayi dan Anak (untuk
4, No. 1, Juli 2011 perawat dan bidan). Jakarta :
Salemba Medika.

71
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

Prayudini. 2015. Tutorial Membuat


Hamburger Tempe.

Purwaningsih. 2012. Cara Pembuatan


Tahu dan Manfaat Kedelai. Jakarta
: Ganeca
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan
Dasar Indonesia Tahun 2013.
Jakarta : Kemenkes RI.

Sugiyono. (2007). Statistika untuk


Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi Untuk


Kesehatan Ibu dan Anak.
Yogyakarta : Graha Ilmu

Supatmi. (2008). Pengaruh Pemberian


Makanan Tambahan pada Balita
Kurang Energi Protein (KEP)
Pengunjung Balai Penelitian dan
Pengembangan Gangguan Akibat
kekurangan Iodium (BPP GAKI)
Magelang. PGM 2008: 31 (2)

Supariasa. (2012). Penilaian Status


Gizi. Jakarta : EGC.

Susianto. (2015). Fakta Ajaib Khasiat


Tempe. Jakarta : penebar Plus

Waryono. (2010). Gizi Reproduksi.


Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Zuraida. (2009). Pengaruh Tingkat


Pengetahuan dan Sikap Gizi Ibu
Terhadap Asupan Makanan Balita.
Hasil Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat. Lampung :
Unila.

72

Anda mungkin juga menyukai