122
ISSN Jurnal Natur Indonesia 6(2): 122-126 (2004)
1410-9379
Azhar & Handayani..
1
Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP, Universitas Riau, Pekanbaru 28293
2
Jurusan Geofisika Terapan, Institut Teknologi Bandung, Bandung 40132
ABSTRACT
Geoelectrical method used to study subsurface geology structure, eventhough it can be applied to explore
groundwater, pollution of groundwater, and geothermal exploration. In this study, a physical modeling was built
in the laboratory to measure resistivity of coal samples. The measurements employed Schlumberger configuration.
The results showed that coal layer can be detected based on resistivity variation. The semi-anthrasite sample
showed resistivity higher than bituminous sample. This result was in accordance with the fact that semi anthrasite
was drier than bituminous sample.
Tabel 1. Data hasil uji sifat fisik batubara Tambang Air Untuk konfigurasi Schlumberger, harga K dapat
Laya Sumatera Selatan.
dihitung menggunakan persamaan:
Peringkat Batubara Porositas (%) Kadar air asli
K = n.(n + 1) π a;
(%)
Lignit (A2) 37,50 34,98
n = 1, 2, 3,4,5,……
Sub-Bituminus B (A2) 32,72 25,59 dengan:
Sub-Bituminus B (A1) 33,33 22,59 ρ : tahanan terukur (apparent resistivity)
Sub-Bituminus A (C) 7,45 1,59
∆V : potensial yang terukur antara elektroda P1 dan
Bituminus (C) 5,48 1.36
Semi-Antrasite (C) 7,89 1,27 P2
I : arus listrik yang mengalir ke tanah melalui
Di sini terlihat bahwa konduktivitas batuan sangat
elektroda C1 dan C2
ditentukan oleh tahanan jenisnya (Speight 1994).
K : faktor geometri konfigurasi elektroda.
Metoda tahanan jenis merupakan metode
geofisika yang dipakai untuk pengukuran tahanan BAHAN DAN METODE
jenis semu suatu medium. Pengukuran dengan Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika
konfigurasi Schlumberger ini menggunakan 4 Bumi Jurusan Fisika ITB, dengan metodologi
elektroda, masing-masing 2 elektroda arus dan 2 penelitian sebagai berikut: 1) membuat model fisik
elektroda potensial (Gambar 1). pengukuran menggunakan bak kaca berukuran (2 x
C1 I C2 1,2 x 0,6 m) yang diisi lempung setinggi 50 cm sebagai
medium pengukuran; 2) mengukur tahanan jenis
P1 V P2
lempung sebelum pengukuran tahanan jenis
batubara; 3) melakukan pengukuran dengan
N B
seperangkat alat resistivity meter model SS35X1; 4)
A M
Gambar 1. Konfigurasi Schlumberger (Reynolds 1997). batubara yang digunakan adalah jenis bituminous
berukuran 14 x 8 x 7,5 cm dan semi-antrasite
Tahanan jenis semu medium yang terukur dihitung
berukuran 12 x 10 x 5 cm yang diukur secara terpisah
berdasarkan persamaan (van Norstand et al, 1966;
dengan variasi pengukuran pada kedalaman 10 cm
Reynolds 1997; Telford et al, 1990)
posisi tegak, miring, dan sejajar bidang perlapisan;
∆ V
ρ = K 5) pengukuran dilakukan dengan menggunakan
I
konfigurasi Schlumberger dengan spasi (a) elektroda
dengan:
−1 potensial tetap minimum 5 cm dan panjang bentangan
1 1 1 1
K = 2π − −
− 165 cm (Gambar 2) dan 6) hasil pengukuran diproses
AM MB AN NB
dengan menggunakan software Res2dinv (Loke
dengan harga: 1999b). Sampel batubara yang digunakan pada
MN = a (spasi elektroda potensial) penelitian ini berasal dari tambang Air Laya Sumatera
AM = NB = n.a Selatan dan lempung sebagai medium pengukuran
MB = AN = (n + 1).a diambil dari daerah Ciembulueit Kota Bandung.
C1 P2
n=1
a a a
C1 P1 P2 C2
2a a 2a
n=2
C1 P1 P2 C2
n=3 3a a 3a
n=6
Gambar 2. Susunan elektroda untuk konfigurasi Schlumberger (Loke 1999b).
124 Jurnal Natur Indonesia 6(2): 122-126 (2004) Azhar & Handayani..