Anda di halaman 1dari 116

UNIVERSITAS INDONESIA

MORFO-SEMANTIK KOSAKATA BAHASA ARAB


LARAS OLAHRAGA
Studi Kasus Koran Al-Rayat, Qatar

SKRIPSI

PANDU ARIFIN
0806355304

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA


PROGRAM STUDI ARAB
DEPOK
JANUARI 2012

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


UNIVERSITAS INDONESIA

MORFO-SEMANTIK KOSAKATA BAHASA ARAB


LARAS OLAHRAGA
Studi Kasus Koran Al-Rayat, Qatar

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

PANDU ARIFIN
0806355304

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA


PROGRAM STUDI ARAB
DEPOK
JANUARI 2012

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012
Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012
Ku persembahkan skripsi ini untuk Ibuku yang selama
ini bekerja keras untuk anak-anaknya dan juga untuk
doanya selama ini...

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


UCAPAN TERIMA KASIH

Puja dan puji syukur kehadirat Allah subhânahu wata’âlâ, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini, walaupun berat penulis
rasakan dan dengan teratih-tatih penulis selesaikan skripsi ini.
Perjuangan 3,5 tahun yang akan segera berakhir dan ditutup dengan sebuah
tugas pamungkas bernama skripsi tentu menyisakan kesedihan mendalam di hati
penulis. Namun, mungkin inilah satu-satunya karya yang dapat penulis
persembahkan selama 3,5 tahun menjadi bagian dari keluarga besar Program Studi
Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
Sungguh, penulisan skripsi ini tak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
pelbagai pihak, baik berupa dorongan semangat atau pun bantuan-bantuan lainnya
seperti ide, arahan, peminjaman referensi pustaka dan sebagainya. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
(1) Prof. Dr. derSoz. Gumilar R. Somantri, Rektor Universitas Indonesia
(2) Dr. Bambang Wibawarta, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
(3) Dr. Afdol Tharik Wastono, Ketua Program Studi Arab.
(4) Dosen pengajar sekaligus pembimbing dalam penulisan skripsi ini, Dr.
Basuni Imamuddin, yang di sela-sela kesibukan beliau berkenan
membimbing penulis dengan sabar. Mungkin hanya lantunan doa kebaikan
yang layak dijadikan pembalas atas jasa-jasa beliau.
(5) Wiwin Triwinarti, MA selaku dosen pengajar dan pembibing akademik
penulis semenjak awal perkuliahan hingga semester akhir ini.
(6) Dosen-dosen pengajar Program Studi Arab FIB UI; Dr. Maman Lesmana,
Dr. Apipudin, Dr. Letmiros, Suranta, M.Hum, Yon Machmudi, Ph.D,
Juhdi Syarif, M.Hum, Minal Aidin, S.S, Aselih Asmawi, S.S, Dr. Fauzan
Muslim, Siti Rohmah Soekarba, M.Hum, dan Ade Solihat, M.Hum atas
pelajaran-pelajaran berharga yang telah mereka berikan.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


(7) Para petugas Perpustakaan UI, khususnya Pak Harto, yang telah
membantu dalam usaha untuk memperoleh data-data yang penulis
perlukan.
(8) Keluarga; Ibunda tercinta, yang dengan kesendiriannya terus berjuang
untuk mendidik dan menyekolahkan putra-putrinya hingga menggapai
gelar sarjana. Tekad dan doa penulis untuk membahagiakan Ibunda,
semoga bisa menjadi setetes pembalas atas jasa-jasa yang telah
dicurahkan. Ayahanda –rahimahullâh-, sosok penuh kagum di hati
penulis, seorang yang baik hatinya dan pemaaf terhadap sesama. Semoga
Allah mengampuni dosa-dosanya dan menempatkannya di surga-Nya.
Mba Pipit dan Kak Sur, kakak perempuan dan kakak sepupu penulis yang
telah memberikan doa dan dukungan material kepada penulis selama
penulis kuliah, semoga Allah membalas semua kebaikan kalian selama ini,
serta adikku tercinta, Reza Nur Yusuf, semoga kamu bisa menjadi orang
yang sukses kelak, adikku.
(9) Sahabat karib penulis; Trias Misi Sentani, terima kasih atas segala
dukungan, doa, dan bantuannya selama ini kepada penulis, Fikri Fahmi,
terimakasih atas motor pinjaman, ijin menginap di kos dan doanya.
(10) Serta teman teman penulis di jurusan Sastra Arab dan SINTESA (Satu
Ikatan Mahasiswa Tegal Bersaudara) yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih sangat jauh dari
nilai sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan saran dan masukan-masukan ilmiah yang bersifat membangun
sebagai sarana untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Depok, 13 Januari 2012


Pandu Arifin

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012
ABSTRAK

Nama : Pandu Arifin


Program Studi : Arab
Judul : Morfo-Semantik Kosakata Bahasa Arab Laras Olahraga,
Studi Kasus Koran Al-Rayat, Qatar

Skripsi ini membahas tentang kosakata bahasa Arab laras olahraga yang dilihat
dari segi morfologi dan semantik. Analisis ini adalah analisis kualitatif dengan
desain deskriptif. Signifikansi analisis ini adalah untuk memaparkan kepada
pembaca tentang bentuk-bentuk dan makna-makna dalam kosakata bahasa
Arab laras olahraga. Data-data dalam skripsi ini secara garis besar didapatkan
dari koran Al-Rayat dari Qatar dan kamus istilah olahraga dan sepakbola.
Hasil analisis ini –dari sisi morfologi—menyatakan bahwa kosakata bahasa
Arab laras olahraga ada yang berbentuk arabisasi, derivasi, abreviasi,
singkatan, dan hibrida. Sedangkan dari sisi semantik, kosakata bahasa Arab
laras olahraga ada yang berbentuk metafora dan penerjemahan. Jika ditinjau
dari relasi makna yang ada, kosakata bahasa Arab laras olahraga tak berbeda
dengan kosakata-kosakata pada laras lain, yaitu adanya homonimi, polisemi,
sinonimi, hiponimi, antonimi, idiom, dan juga istilah.

Kata kunci:
Morfologi, semantik, olahraga

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


ABSTRACT

Name : Pandu Arifin


Study Program : Arabic Studies
Title : The Morph-semantics of Arabic Sport Vocabularies,
A Case Study of Al-Rayat Newspaper, Qatar

This research discusses about the analysis of Arabic sport registers from
morphology and semantics perspective, by using qualitative method with a
descriptive-analyzed. This research’s purpose is to explain about Arabic sport
registers in the terms of morphology and semantics process. The data in this
thesis largely obtained from the Al-Rayat newspaper that is released in Qatar,
sports, and football terminology dictionary. The results of this research -in the
sight of morphology- state that Arabic sport vocabularies were formed through
arabization, derivation, abbreviations, and hybrid. In the terms of semantics,
Arabic sports vocabularies emerged from metaphorical process and translation.
However, when it is viewed from the meaning relation theory, the Arabic sport
registers do not have any differences with other languages, namely, the
existence of homonymy, polysemy, synonymy, hyponymy, antonymy, idioms,
and terminology.

Key words:
morphology, semantics, and sports

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


‫اﻟﻤﻠﺨﺺ‬

‫اﻻﺳﻢ ‪ :‬ﻓﺎﻧﺪو ﻋﺎرﻓﲔ‬


‫اﻟﻘﺴﻢ اﻟﻠﻐﺔ اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ وأدﻬﺑﺎ‬
‫اﳌﻮﺿﻮع ‪ :‬اﻟﺼﺮﰲ واﻟﺪﻻﱄ ﻟﻠﻤﺼﻄﻠﺤﺎت اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﰲ ﻤﻟﺎل اﻟﺮﻳﺎﺿﻲ‪ ،‬دراﺳﺔ ﻗﻀﻴﺔ اﻟﺮﻳﺎﺿﺔ ﺻﺤﻴﻔﺔ اﻟﺮاﻳﺔ ﻗﻄﺮ‬

‫ﻫﺬﻩ اﻟﺮﺳﺎﻟﺔ ﺗﺮﻛﺰ ﻋﻠﻰ دراﺳﺔ اﳌﺼﻄﻠﺤﺎت اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﰲ ﻤﻟﺎل اﻟﺮﻳﺎﺿﻲ ﻋﻦ ﻃﺮﻳﻖ اﻟﺘﺤﻠﻴﻞ اﻟﺼﺮﰲ واﻟﺪﻻﱄ‪ .‬وإن ﻫﺬا‬
‫اﻟﺘﺤﻠﻴﻞ ﲢﻠﻴﻞ ﻧﻮﻋﻲ ووﺻﻔﻲ وﺗﻔﺴﲑي‪ .‬وﻣﻦ أﳘﻴﺎت ﻫﺬا اﻟﺘﺤﻠﻴﻞ ﻫﻲ ﺗﻔﺼﻴﻞ أﻧﻮاع اﳌﺼﻄﻠﺤﺎت اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻟﻠﺮﻳﺎﺿﺔ‬
‫وﻣﻌﺎﻧﻴﻬﺎ‪ .‬وﻣﺼﺎدر اﳌﻌﻠﻮﻣﺎت ﳍﺬﻩ اﻟﺪراﺳﺔ ﺣﺼﻞ ﻋﻠﻴﻬﺎ اﻟﺒﺎﺣﺚ ﻣﻦ ﺻﺤﻴﻔﺔ اﻟﺮاﻳﺔ ﻣﻦ ﻗﻄﺮ وﻗﺎﻣﻮس اﳌﺼﻄﻠﺤﺎت‬
‫اﻟﺮﻳﺎﺿﻴﺔ وﻛﺮة اﻟﻘﺪم‪ .‬وﺗﺸﲑ ﻧﺘﺎﺋﺞ ﻫﺬا اﻟﺘﺤﻠﻴﻞ ﺻﺮﻓﻴﺎ إﱃ أن أﺻﻨﺎف اﳌﺼﻄﻠﺤﺎت ﻟﻠﺮﻳﺎﺿﺔ ﻣﻨﻬﺎ ﺗﻌﺮﻳﺐ واﺷﺘﻘﺎق‬
‫واﺧﺘﺼﺎر‪ .‬وﺗﺸﲑ دﻻﻟﻴﺎ إﱃ أن أﺻﻨﺎف اﳌﺼﻄﻠﺤﺎت ﻟﻠﺮﻳﺎﺿﺔ ﻣﻨﻬﺎ ﳎﺎز وﺗﺮﲨﺔ‪ .‬وﺗﻮﺟﺪ ﰲ ﻫﺬﻩ اﳌﺼﻄﻠﺤﺎت ﺗﻌﺪد‬
‫اﳌﻌﲏ واﺷﱰاك اﻟﻠﻔﻆ واﻟﱰادف واﻹﺷﺘﻤﺎل واﻟﺘﻨﺎﻗﺾ واﻟﺘﻌﺒﲑ اﻻﺻﻄﻼﺣﻲ وﻛﺬﻟﻚ ﻣﺼﻄﻠﺤﺎت‪.‬‬

‫اﻟﻜﻠﻤﺎت اﻟﺮﺋﻴﺴﻴﺔ ‪:‬‬


‫ﻋﻠﻢ اﻟﺼﺮف ‪،‬ﻋﻠﻢ اﻟﺪﻻﻟﺔ ‪ ،‬واﻟﺮﻳﺎﺿﺔ‬

‫‪Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012‬‬


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......... vii
ABSTRAK ........................................................................................ viii
ABSTRACT ....................................................................................... ix
‫ﺍﻟﻤﻠﺨﺺ‬............................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................. xiv
DAFTAR TRANSLITERASI ARAB-LATIN ................................... xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ..................................... xxi
GLOSARIUM .................................................................................... xxii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................ 1


1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
1.4 Batasan Masalah ........................................................................... 9
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
1.6 Metodologi Penelitian .................................................................. 10
1.6.1 Korpus Data Penelitian ....................................................... 10
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................. 10
1.6.3 Metode Penelitian ............................................................... 11
1.6.4 Prosedur Penelitian Data .................................................... 11
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................... 12

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA ......................................................... 13


2.1 Pengantar ..................................................................................... 13
2.2 Bakalla (1884) .............................................................................. 13
2.3 Clive Holes (1995) ....................................................................... 14
2.4 Versteegh (1997) ......................................................................... 16
2.5 Lesmana (2010 dan 2002) ........................................................... 20
2.6 Fa’iq (2010) ................................................................................. 25
2.7 Sintesis ......................................................................................... 28

BAB 3 KERANGKA TEORITIS ................................................... 29


3.1 Pengantar ..................................................................................... 29
3.2 Laras Olahraga ............................................................................. 29
3.2.1 Definisi Laras ..................................................................... 29

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


3.2.2 Olahraga ............................................................................. 30
3.3 Morfologi Bahasa Arab ................................................................ 31
3.3.1 Definisi Morfologi ............................................................. 31
3.3.2 Morfem, Kata, dan Kelas Kata ........................................... 32
3.3.3 Infleksi ............................................................................... 35
3.3.4 Derivasi .............................................................................. 36
3.4 Sumber Pembentukan Kata dan Bentuk Kata dalam Bahasa Arab
Moderen .............................................................................................. 39
3.4.1 Sumber Pembentukan Kata ............................................... 39
3.4.1.1 Kosakata Bahasa Arab .............................................. 39
3.4.1.2 Kosakata Bahasa Asing ............................................. 40
3.4.2 Bentuk Kata dan Frasa dalam Bahasa Arab Modern ......... 43
3.5 Semantik Bahasa Arab ................................................................ 45
3.5.1 Definisi Semantik .............................................................. 45
3.5.2 Peranan Semantik dalam Pembentukan Kosakata Baru .... 46
3.6 Relasi Makna ................................................................................ 48
3.6.1 Relasi Makna Keidentikan ................................................. 48
3.6.1.1 Homonimi .................................................................. 48
3.6.1.2 Polisemi ..................................................................... 49
3.6.1.3 Sinonimi .................................................................... 49
3.6.2 Relasi Makna Peliputan ..................................................... 50
3.6.3 Relasi Makna Pertentangan ............................................... 51
3.7 Idiom ............................................................................................ 51
3.8 Istilah ............................................................................................ 52

BAB 4 ANALISIS MORFOLOGI KOSAKATA BAHASA ARAB


LARAS OLAHRAGA ..................................................................... 53
4.1 Pengantar ..................................................................................... 53
4.2 Arabisasi ...................................................................................... 53
4.2.1 Transliterasi ....................................................................... 53
4.2.2 Transkripsi ......................................................................... 55
4.3 Derivasi ........................................................................................ 64
4.3.1 Akar Kata ........................................................................... 65
4.3.2 Pola Derivasi Kata ............................................................. 65
4.4 Relasi antara Arabisasi dan Derivasi ........................................... 68
4.5 Pluralisasi .................................................................................... 69
4.6 Gabungan Kata ............................................................................ 70
4.7 Hibrida ......................................................................................... 73
4.8 Singkatan Lambang Huruf .......................................................... 74

BAB 5 ANALISIS SEMANTIK KOSAKATA BAHASA ARAB


LARAS OLAHRAGA ...................................................................... 76
5.1 Pengantar ..................................................................................... 76
5.2 Peranan Semantik dalam Pembentukan Kosakata Bahasa Arab
Laras Olahraga ................................................................................... 76
5.2.1 Metafora ............................................................................. 76

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


5.2.2 Penerjemahan ..................................................................... 77
5.3 Perubahan Makna ........................................................................ 78
5.4 Relasi Makna ............................................................................... 78
5.4.1 Homonimi .......................................................................... 78
5.4.2 Polisemi ............................................................................. 79
5.4.3 Sinonimi ............................................................................. 79
5.4.4 Antonimi ............................................................................ 81
5.4.5 Hiponimi ............................................................................. 82
5.5 Idiom ............................................................................................ 83
5.6 Istilah ............................................................................................ 84

BAB 6 KESIMPULAN .................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 87


BIOGRAFI SINGKAT ....................................................................... 90
LAMPIRAN ....................................................................................... 91

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pola Pembentukan Kosakata dalam MSA 18

Tabel 4.1 Penyesuaian Pelafalan Kosakata Bahasa Arab Laras Olahraga 63

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


DAFTAR TRANSLITERASI ARAB-LATIN

1. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin
tidak
‫ا‬ ‫ط‬ th
dilambangkan
‫ب‬ b ‫ظ‬ zh

‫ت‬ t ‫ع‬ ’ (apostrof)

‫ث‬ ts ‫غ‬ gh

‫ج‬ j ‫ف‬ f

‫ح‬ ḥ ‫ق‬ q

‫خ‬ kh ‫ك‬ k

‫د‬ d ‫ل‬ l

‫ذ‬ dz ‫م‬ m

‫ر‬ r ‫ن‬ n

‫ز‬ z ‫و‬ w

‫س‬ s ‫ه‬ h

‫ش‬ sy ‫ء‬ ?

‫ص‬ sh ‫ي‬ y

‫ض‬ sh

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


2. Vokal
Vokal bahasa Arab seperti bahasa Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau
monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
2.1 Vokal tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang dilambangkan berupa tanda atau
harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf latin
- َ◌-- /fathah/ a
-◌ِ -- /kasrah/ i
-◌ُ -- /dhammah/ u

Contoh: (1) ‫ﺐ‬


َ َ‫ َﻛﺘ‬: /kataba/
(2) ‫ ذًﻛَِﺮ‬: /dzukira/

(3) ‫ﺴ َﻦ‬
ُ ‫ َﺣ‬: / ḥasuna/
2.2 Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf
Tanda Huruf latin
-‫ َ◌ ْي‬-- ai

-‫ َ◌ ْو‬-- au

Contoh: (4) ‫ﻒ‬


َ ‫ َﻛْﻴ‬: /kaifa/
(5) ‫ ﻗَـ ْﻮٌل‬: /qaulun/

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


3. Vokal Panjang
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa
Tanda Huruf latin
-‫ َ◌ا‬-- â

-‫ ِ◌ي‬-- î

-‫ ُ◌و‬-- û

Contoh: (6) ‫ﺎل‬


َ َ‫ﻗ‬ /qâla/

(7) ‫ﻓِْﻴ ِﻪ‬ /fîhi/

(8) ‫ُﻣ ْﺴﻠِ ُﻤ ْﻮ َن‬ /muslimûn/

4. Tâ? Marbûthah
1. ‫ ﺓ‬/tâ? Marbûthah/ non-asimilatif
Tâ? marbûthah yang mendapat harakat fathah, kasrah, dan dhammah.
Contoh: (9) ُ‫ اﳌ ِﺪﻳْـﻨَﺔ‬/al-madînatu/
َ
2. ‫ ﺓ‬/tâ? marbûthah/ asimilatif
Tâ? marbûthah yang mati atau mendapat harakat sukun,
transliterasinya adalah /h/. Transliterasi ini juga berlaku jika kata yang
diakhiri dengan tâ? marbûthah merupakan kata terakhir pada sebuah
frase atau kalimat.
Contoh: (10) ‫ اﳌ ِﺪﻳﻨَﺔُ اﳌﻨَـ ﱠﻮَرة‬/al-madînatu l-munawwarah/
ُ َ
5. Tanwin
Tanda Huruf latin
- ً◌-- an
- ٍ◌-- in

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


-◌ٌ -- un

Contoh: (11) ً‫ﻟَْﻴﻼ‬ /lailan/

(12) ‫ﻟَْﻴ ٍﻞ‬ /lailin/

(13) ‫ﻟَْﻴ ٌﻞ‬ /lailun/

6. Syaddah (Tasydîd)
ّ
Syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan tanda (-◌--). Dalam
transliterasi ini, tanda syaddah dilambangkan dengan konsonan kembar.
Contoh: (14) ‫ﰊ‬
ْ ‫ َرﱢ‬/rabbî/
7. Artikel
Artikel dilambangkan dengan ‫ ﺍﻝ‬/al / untuk artikel takrif, namun dalam
transliterasi ini penulisan artikel dibedakan atas artikel yang diikuti oleh
huruf syamsiyyah (huruf-huruf asimilatif) dan artikel yang diikuti oleh
huruf qamariyyah (huruf-huruf tak asimilatif). /al / qamariyyah maupun
syamsiyyah ditulis menurut pelafalan dan dipisah dengan kata yang
mengikutinya dengan menggunakan tanda penghubung.
1. Artikel yang diikuti oleh huruf syamsiyyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditrasnsliterasikan
secara asimilatif terhadap huruf awal dari nomina yang disandangnya.
Contoh (15) ‫ﱠﻤﺲ‬
ْ ‫ اﻟﺸ‬/asy-syamsu/
ُ
2. Artikel yang diikuti oleh huruf qamariyyah
Artikel ‫ ال‬/al / yang diikuti oleh huruf qamariyyah ditransliterasikan

dengan cara tak asimilatif terhadap huruf awal dari nomina yang
disandangnya sesuai dengan bunyinya.
Contoh (15) ‫ اﻟ َﻘ َﻤ ُﺮ‬/al-qamaru/

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


3. Artikel ‫ ﺍﻝ‬/al / syamsiyyah ataupun qamariyyah yang didahului oleh
kata lain dan pelafalannya disambung, maka transliterasinya tanpa
didahului vokal /a/
Contoh: (16) ‫ﱠﻤﺲ‬
ْ ‫ ﻧـُ ْﻮُر اﻟﺸ‬/nûru sy-syams/
(17) ‫ َﻣ ﱠﻜﺔُ اﳌ َﻜﱠﺮَﻣﺔ‬/Makkatu l-mukarramah/
ُ
8. Hamzah
Hamzah ‫ ء‬dilambangkan bila terletak di tengah dan diakhir kata. Apabila
terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan karena tulisan Arab
berupa ‫ ﺍ‬/alif/.
- Hamzah mati dan hamzah hidup yang terletak di belakang konsonan
atau vokal rangkap (diftong) dalam suatu kata dilambangkan dengan
tanda /?/ contoh (18) ‫ﺄﺧ ُﺬ‬
ُ َ‫ ﺗ‬/ta?khudzu/, (19) ‫ َﺷْﻴ ٌﺊ‬/syai?un/
- Hamzah yang terletak di akhir dilambangkan dengan tanda /?/ contoh
(20) َ‫ ﻗَـَﺮأ‬/qara?a/

- Hamzah yang terletak di awal tidak dilambangkan dengan tanda /?/,


tetapi dengan vokal /a/, /i/, /u/, contoh (21) ‫ إ ﱠن‬/inna/

- Hamzah washal ditengah kalimat tidak dilambangkan; dan huruf


setelahnya dipisahkan dengan tanda hubung, contoh (22) ‫ َو ْارﲪَْـ ِـﲏ‬/w-
ْ
arhamnî/

Keterangan:
Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berdasarkan Surat
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor 0543 b/U/1987 tertanggal
22 Januari 1988. Namun penulis melakukan modifikasi pada huruf-huruf tertentu
dikarenakan beberapa alasan teknis.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Daftar Singkatan
b.A : bahasa Arab
b.I : bahasa Indonesia
b.Ing : bahasa Inggris

Daftar Lambang
/.../ : Mengapit transliterasi
‘...’ : Menunjukkan arti atau terjemahan
cetak miring : Menunjukkan bahasa asing, judul buku, dan nama lembaga
atau perusahaan

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


GLOSARIUM

Abreviasi : pemendekan bentuk sebagai pengganti bentuk


yang lengkap
Adverbia : kata yang memberikan keterangan pada verba,
adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat,
Adjektiva : kata sifat
Akronim : kependekan yang berupa gabungan huruf atau
suku kata atau bagian lain yang ditulis dan
dilafalkan sebagai kata yg wajar
Analogi : kesepadanan antara bentuk bahasa yang menjadi
dasar terjadinya bentuk lain
Antonimi : oposisi makna dalam pasangan leksikal yang
dapat dijenjangkan
Arabisasi : proses pemungutan bahasa asing dengan pola
morfologi dan fonologi Arab
Aspek : kategori gramatikal verba yang menunjukkan
lama dan jenis perbuatan
Calque (b.Ing) : penerjemahan harfiah
Calque by ekstension (b.Ing): penerjemahan harfiah disertai perluasan makna
Coinage (b.Ing) : pembentukan kata
Compound calques (b.Ing) : penerjemahan bukan kata per kata
Construct phrase (b.Ing) : satu nomina diikuti oleh nomina lain yang
menunjukkan pembatasan keterangan atas
nomina yang sebelumnya hingga membuatnya
menjadi definitif, sekalipun tanpa artikel (al-)
Derivasi : afiksasi yang tidak bersifat inflektif pada bentuk
dasar untuk membentuk kata baru
Fleksi : afiksasi pada dasar atau akar untuk membatasi
makna gramatikalnya

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Hibrida : kata kompleks yang bagian-bagiannya berasal
dari bahasa berbeda
Hiponimi : hubungan antara makna spesifik dan makna
generik atau antara anggota taksonomi dan
nama taksonomi
Homonimi : hubungan antara dua kata yang ditulis dan/atau
dilafalkan dengan cara sama, tetapi tidak
mempunyai makna yang sama
Idiom : konstruksi yang maknanya tidak sama dengan
gabungan makna unsurnya
Idhâfah (b.A) : bentuk penyandaran suatu isim dengan isim
yang lain
Infleksi : perubahan bentuk kata (dalam bahasa fleksi)
yang menunjukkan berbagai hubungan
gramatikal
Istiqâq (b.A) : derivasi
Konsep : gambaran mental dari objek, proses, atau apa
pun yg ada di luar bahasa, yg digunakan oleh
akal budi untuk memahami hal-hal lain
Laras : variasi bahasa menurut pemakaian yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan,
menurut hubungan pembicara, kawan bicara,
dan orang yang dibicarakan, dan menurut media
pembicaraan
Makna leksikal : makna asli/semula suatu kata
Makna struktural : makna kata yang sudah terkait dengan kata-kata
lain yang bersamanya
Morfem : satuan bentuk bahasa terkecil yg mempunyai
makna secara relatif stabil dan tidak dapat
dibagi atas bagian bermakna yg lebih kecil

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Morfologi : cabang ilmu linguistik yang mempelajari
tentang morfem
Metafora : pemakaian kata atau ungkapan lain untuk obyek
atau konsep lain berdasarkan kias atau
persamaan
Naḥt (b.A) : akronim
Neologisme : kata bentukan baru atau makna baru untuk kata
lama yg dipakai dalam bahasa yang memberi
ciri pribadi atau demi pengembangan kosakata
Parafrase : pengungkapan kembali suatu konsep dengan
cara lain dalam bahasa yang sama, namun tanpa
mengubah maknanya
Partial calque (b.Ing) : pernerjemahan harfiah kata per kata
Preposisi : kata depan
Polisemi : bentuk bahasa (kata, frasa, dan sebagainya)
yang mempunyai makna lebih dari satu
Qawâlib (b.A) : kemurnian bahasa
Qiyâs (b.A) : analogi
Relasi makna : hubungan makna antar kata
Semantik : cabang ilmu linguistik yang mempelajari
tentang makna
Sinonimi : hubungan antara bentuk bahasa yang mirip atau
sama maknanya
Ta’rîb (b.A) : Arabisasi
Transkripsi : penyalinan teks dengan mengubah ejaannya ke
dalam ejaan lain untuk menunjukkan lafal bunyi
unsur bahasa yang bersangkutan
Transliterasi : penggantian huruf demi huruf dari aksara Latin
ke aksara Arab tanpa mengindahkan lafal bunyi
kata yang sebenarnya

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dewasa ini, tidak ada satupun media massa, dalam hal ini
koran, yang tidak memiliki rubrik olahraga termasuk di dalamnya
koran berbahasa Arab. Misalnya dalam koran Al-Rayat dari Qatar
yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian penulis kali ini, pada
saat mengunduh koran tersebut dari website-nya, terlihat terdapat
tiga rubrik utama di dalamnya yaitu : Al-Raya Al-Yaumiyyah, Al-
Raya Al-Riyadiyyah, Al-Raya Al-Iqtishaadiyyah 1. Rubrik Al-
Riyadiyyat (rubrik olahraga) pada koran tersebut terlihat
menempati salah satu dari tiga rubrik utama yang terdapat dalam
koran yang berasal dari Qatar tersebut. Hal itu membuktikan
bahwa rubrik olahraga pada koran Arab sangatlah penting dan
utama keberadaannya. Kecenderungan ini berkaitan erat dengan
minat masyarakat Arab terhadap berita olahraga yang berdampak
pada tingkat penjualan koran tersebut, seperti yang dikatakan oleh
Jon Ryan seorang editor The Sunday Telegraph:
Newspaper has changed as sport has changed, take
football, the game, for a host of reason, has moved up
market. It’s now after dinner-conversation in a way it
wasn’t not that long ago. The Daily Telegraph carries
football news stories on its front page that would have
been unthinkable not too long back. I mean the Sunday
telegraph has always been a cricet paper, traditionally our
number one sports, but the range of sportswriters has
grown over recent years to the extent that a football
writers like Paddy Barclay will have status that would not
have been the case on a paper such as this previously.
(interview with the author dalam Raymond Boyle,
2006:160)

1
Data ini diambil dari website resmi koran Al-Raya dari Qatar yaitu http://www.raya.com.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Rubrik olahraga merupakan alat untuk meningkatkan daya
jual suatu koran. Nilai komersial yang dimiliki membuat rubrik ini
diberi perhatian khusus. Jon Ryan pun, dalam buku yang sama,
mengatakan bahwa belakangan ini jumlah penulis rubrik olahraga
meningkat dan tidak jarang pula berita olahraga menduduki
headline suatu koran. Hal ini serupa dengan apa yang dikatakan
oleh Bangun seorang wartawan dan redaktur olahraga di Indonesia,
‘dari survei pembaca dapat disimpulkan bahwa olahraga adalah
salah satu topik yang paling menarik minat’ (Bangun, 2007:43).
Menurut data yang penulis peroleh, sekarang ini terdapat
lebih dari 100 koran dan 120 majalah berbahasa Arab. Hal ini
menunjukkan bahwa pentingnya bahasa Arab tidak hanya untuk
orang yang berbicara bahasa Arab saja, tapi juga dunia seluruhnya
(Bakalla, 1984:10). Seiring dengan rubrik olahraga pada koran
Arab yang tak terbantahkan lagi keberadaannya, tentu menjadikan
bahasa pers yang digunakan (dalam hal ini bahasa Arab) juga
semakin berkembang. Rubrik olah raga dalam koran Arab
menduduki tempat khusus dalam segi morfo-semantik. Hal ini
karena istilah olah raga yang mereka gunakan berbeda dengan
yang biasa ditemukan dalam referensi lainnya sehingga perlu
pengetahuan khusus untuk memahami istilah-istilah tersebut.
Sebagai perbandingan penulis ingin menunjukkan
perkembangan bahasa laras olahraga yang terjadi di Indonesia.
Menurut Untung Yuwono, kosakata bahasa Indonesia laras
olahraga yang ditampilkan dalam media massa cetak dewasa ini
menunjukkan perkembangan yang mencolok. Derasnya kosakata
asing yang masuk ke alam pengetahuan orang Indonesia,
perkembangan dunia olahraga yang pesat, kecenderungan pers
dalam pemilihan dan penampilan berita, serta kebebasan pegiat
pers dalam menulis dianggap sebagai penyebab perkembangan
yang mencolok itu. Data kosakata yang dianggap sebagai bagian

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


dari khazanah kata laras olahraga sementara ini menunjukkan
bahwa khazanah kosakata bahasa Indonesia laras olahraga kaya
akan metafora, kata serapan, dan kata asing. Kekayaan itu di satu
sisi dapat memperumit penyusunan glosarium dan kamus istilah
olahraga, namun di sisi lain dapat merupakan bahan baku bagi
pembakuan istilah olahraga (Yuwono, 2009:1).
Tercatat oleh Sugono (Sugono dalam Yuwono, 2009:2)
bahwa sampai tahun 1999 saja telah dihasilkan 215.062 istilah
bahasa Indonesia dari 134 bidang/subbidang ilmu. Namun, adakah
di antara sekian istilah dan bidang itu istilah bidang olahraga?
Istilah dalam beberapa bidang telah disorot dalam berbagai
pertemuan ilmiah, terutama bidang ilmu dasar, seperti matematika,
fisika, kimia, dan biologi. Istilah bidang ilmu terapan, seperti
pertanian dan peternakan, pun tidak ketinggalan dikembangkan
dan didokumentasi dalam bentuk glosarium dan kamus istilah.
Agaknya bidang olahraga menjadi “anak tiri” sehingga hingga kini
tak satu pun glosarium dan kamus istilah bidang olahraga dijumpai
di pasar atau sumber pustaka. Bukti-bukti ini menunjukkan bahwa
prioritas pengembangan kosakata dewasa ini diberikan pada bidang
ilmu dan teknologi. Kuat asumsi bahwa bidang ilmu tertentu,
seperti ilmu alam, ekonomi, sosial, dan humaniora, serta teknologi
menguasai hajat hidup orang banyak. Bidang olahraga, yang sejak
masa sekolah dasar telah dipelajari, tentu tidak termasuk di
dalamnya. Hal yang kedua, yang boleh jadi lebih objektif, adalah
makin banyaknya subbidang dalam bidang olahraga. Cabang
olahraga bertambah dari waktu ke waktu. Perkembangan bidang
olahraga yang pesat dengan aneka cabang atau subbidangnya itu—
yang diperkuat oleh makin beragamnya kebutuhan masyarakat
penikmat olahraga dan berkembangnya teknologi keolahragaan—
menyebabkan khazanah kata bidang olahraga bertambah
melimpah, yang pada ujungnya memperumit inventarisasi istilah

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


bidang olahraga itu. Hal tersebut di atas, yang menyebabkan
pengembangan dan inventarisasi khazanah bahasa Indonesia laras
olahraga tidak secepat laras yang lain. Pemaparan dalam tulisan ini
ditekankan pada pemakaian kosakata dalam teks-teks berlaras
olahraga dewasa ini di dalam media massa cetak. Pemuatan teks-
teks berlaras olahraga dalam media massa cetak memperlihatkan
bahwa bidang olahraga termasuk bidang yang diberikan perhatian
secara istimewa. Surat kabar harian apapun yang terbit hingga saat
ini, sebagai contoh, menyediakan halaman khusus untuk teks-teks
tentang olahraga. Belum lagi media khusus, seperti tabloid dan
majalah olahraga, yang menunjukkan bahwa bidang ini diminati
secara luas oleh masyarakat. Dengan demikian, telaah tentang
perkembangan kosakata laras olahraga perlu diajukan. “Kekhasan”
kosakata laras olahraga, apabila diketahui, akan membantu
mempermudah penyusunan glosarium ataupun kamus istilah
olahraga.
Kenyataan yang terjadi dalam bahasa Indonesia tersebut
nampaknya juga terjadi di negara-negara berbahasa Arab. Seiring
dengan masuknya macam-macam olahraga ke dunia Arab, maka
muncul pula istilah-istilah baru dalam sebuah bahasa (dalam hal ini
bahasa Arab). Istilah-istilah baru tersebut dapat dibentuk sendiri
atau pun dipungut dari bahasa asing, baik direncanakan atau pun
tidak direncanakan 2. Hal ini seperti yang dikemukakan Sakri
(1993:230), dia berpendapat bahwa setiap bahasa alami memiliki
kemampuan untuk berkembang ke segala arah dan menyesuaikan
diri dengan tuntutan komunikasi. Setiap bahasa alami ternyata
mampu menemukan cara untuk menciptakan kata atau
ungkapannya.

2
Dalam perkembangan bahasa dikenal istilah perencanaan bahasa. Perencanaan bahasa
adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Pusat Bahasa,
untuk menentukan variasi bahasa mana yang dikukuhkan sebagai bahasa nasional,
menyeleksi kata-kata baru, dan semacamnya.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Sebelumnya telah penulis ungkapkan, perkembangan dunia
olahraga yang begitu besar membawa pengaruh nyata terhadap
perkembangan bahasa, yaitu dengan munculnya kosakata-kosakata
baru di pelbagai bahasa, tak terkecuali bahasa Arab. Dalam hal ini
bahasa Arab, suatu bahasa yang paling kaya literaturnya menurut
para linguis (Gray, 1971:6), harus memainkan peranannya yang
dalam hal ini membentuk peristilahan kata dalam ranah olahraga
mengingat fungsi bahasa Arab sebagai bahasa internasional, ilmu
pengetahuan, seni, dan pembawa kebudayaan yang besar (Bakalla,
1984: 10). Hal inilah yang membuat bahasa Arab memungut ide
dan konsep dari bahasa dimana olahraga yang kini populer di
negeri-negeri Arab berasal. Ide dan konsep tersebut kemudian
distandardisasi oleh akademisi-akademisi Arab di Kairo,
Damaskus, Baghdad, Amman selanjutnya dimasukkan ke dalam
bahasa Arab. Proses penerjemahan istilah-istilah baru ke dalam
bahasa Arab atau pengkonstruksian sebuah kosakata bahasa Arab
baru dikenal sebagai coinage atau penciptaan kata baru (Bakalla,
1984: 14). Dalam upaya membentuk kosakata baru dapat ditempuh
dengan berbagai cara, Usman (1978: 11, dalam Lesmana, 2010:
33) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Kosakata
mengungkapan,
“Cara pembentukan kata baru pada dasarnya ada dua, yaitu kata-
kata yang dibentuk dari sumber bahasa itu sendiri dan kata-kata
yang dipungut dari sumber bahasa lain, atau kadang-kadang
gabungan dari kedua sumber tersebut.”

Adapun contoh kosakata bahasa Arab laras olahraga adalah


sebagai berikut :

(1) ‫ﻓﺮﻳﻖ‬ /farîq/ ‘tim’

(2) ‫ﺑﺎدﻣﻴﻨﺘﻮن‬ /bâdmîntûn/ ‘bulu tangkis’

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


(3) ‫ﻣﺒﺎراة‬ /mubârâh/ ‘pertandingan’

(4) ‫ﻣﺮﻣﻰ‬ /marma/ ‘gawang’

(5) ‫ﺧﻄﻒ ﻫﺪف‬ /khathf hadaf/ ‘membuat gol’

(6) ‫ﺑﺪاﻳﺔ اﳌﻮﺳﻢ‬ /bidâyatu l-mawsim/ ‘awal musim’

(7) ‫ﻛﺄس اﻟﻌﺎﱂ‬ /ka?su l-‘âlam/ ‘piala dunia’

(8) ‫إﻟﻜﱰوﱐ‬ ‫ﻋﺪاد‬ /’adâd i?liktirûnî / ‘jam elektronik’

(9) ‫ﻫﺪف‬ /hadaf/ ‘gol’

Pada contoh kata-kata di atas ada yang dibentuk dari bahasa Arab
sendiri (contoh 1, 3, 4, 5, 6, 7, 9), dari bahasa asing melalui proses
transkripsi (contoh 2), atau pun gabungan dari dua bahasa (contoh 8). Ada
yang bentuk tunggal (contoh 1, 2, 3, 4, 9), ada juga yang berupa gabungan
kata (contoh 5, 6, 7, 8). Gabungan kata pun terbagi menjadi beberapa sub-
bentuk lagi, ada yang berupa frase nomina (contoh 5 dan 8) dan ada yang
berupa frase nomina idhâfah (Contoh 6 dan 7). Dari segi semantis,
keunikan terjadi pada contoh 9, kata ‫ ﻫـﺪف‬/hadaf/ yang artinya ‘gol’ atau

‘goal’. Kata tersebut sebenarnya memiliki arti ‘tujuan’ akan tetapi dalam
laras olahraga mengalami perubahan makna menjadi ‘gol’.
Mengenal bentuk kata merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam proses penerjemahan. Karena dengan mengenal bentuk kata
itulah, makna kata dapat lebih mudah dimengerti (Lesmana, 2010: 31).
Oleh sebab itu, penulis beranggapan bahwa dibutuhkan kajian morfologi
dan semantik (yang merupakan subsistem bahasa) untuk lebih memahami
istilah-istilah bahasa Arab laras olahraga. Aspek morfo-semantik

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


merupakan aspek bahasa yang sangat penting bagi bahasa-bahasa flektif 3
seperti bahasa Arab (Katamba, 1993: 58-59).
Morfologi adalah proses pengubahan bentuk kata yang mencakup
bagian-bagiannya dan pembentukannya. Pembentukan kata dalam proses
morfologis selalu diikuti perubahan yang mengakibakan timbulnya kelas
kata baru, namun ada juga berupa infleksi yaitu perubahan yang tidak
mengakibatkan timbulnya kelas kata baru (Kentjono, 1984: 46). Dalam
bahasa Arab, umumnya proses morfologis terjadi dengan penambahan
internal, perubahan internal atau modifikasi internal, contoh ‫ ﻛﺘـﺐ‬/ktb/

dapat dibentuk menjadi beberapa verba, antara lain ‫ ﻛﺘـﺐ‬/kataba/ ‘menulis’,

‫ ﻳﻜﺘـﺐ‬/yaktubu/ ‘menulis,’ ‫ اﻛﺘـﺐ‬/uktub/ ‘tulislah’, ‫ ﻛﺎﺗـﺐ‬/kâtib/ ‘penulis’, dan

‫ ﻣﻜﺘﺒﺔ‬/maktabah/ ‘perpustakaan’.

Proses morfologis tidak hanya menghasilkan bentuk baru


melainkan juga memperoleh makna baru yang disebut makna gramatikal,
sedangkan makna semula adalah makna leksikal (Kridalaksana, 1996: 10).
Pemaknaan tersebut dikaji dalam ilmu tentang makna yaitu semantik.
Apabila digabungkan antara morfologi dan semantik maka terbentuklah
morfo-semantik yang berarti perubahan-perubahan makna suatu kata
dengan diikuti perubahan makna kata itu sendiri. Pengertian tersebut
diartikan bahwa pembentukan suatu makna dapat melibatkan proses
morfologis di dalamnya. Hal tersebut selaras dengan apa yang
dikemukakan oleh Bakalla (1990: 14) dalam sebuah bukunya yang
berjudul, Arabic Culture; Through Its Lanuguage and Literature,
Building a new vocabulary involves two main linguistik levels,
namely semantics and morphology. Semantics concern itself with the
study of the meaning of the word coined, while morphology involves

3
Fleksi (Flection) adalah proses/hasil penambahan afiks pada dasar atau akar untuk
membatasi makna gramatikalnya. (Kridalaksana, 1993: 55)

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


the study of the information of words or terms. Wheareas semantics is
the study of the internal content of words; morphology concentrates on
the external shape of words.
‘pembentukan sebuah kosakata baru meliputi dua tingkat
linguistik yang utama, yaitu semantik dan morfologi. Semantik
menyangkut kajian tentang arti dari kata yang diciptakan, sedangkan
morfologi menyangkut kajian tentang pembentukan kata atau istilah.
Jadi semantik merupakan kajian tentang isi kata bagian dalam dan
morfologi memusatkan perhatian pada bentuk kata bagian luar.’
Kekhasan inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengkaji
istilah-istilah dalam laras olahraga dalam koran Arab yaitu Al-Rayat
dari segi morfo-semantik.

1.2 Rumusan Masalah


Kosakata bahasa Arab laras olahraga memiliki kekhasan secara
bentuk dan makna dengan bahasa Arab pada umumnya. Bagaimanakah
pembentukan dan makna kosakata bahasa Arab laras olahraga tersebut
dalam koran Al-Rayat ditinjau dari segi morfo-semantik merupakan
permasalahan pokok dalam penelitian yang penulis lakukan ini.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Menjelaskan proses morfologis dan semantis pembentukan kosakata
bahasa Arab laras olahraga.
2. Memaparkan bentuk-bentuk kosakata bahasa Arab laras olahraga.
3. Menjelaskan makna-makna kosakata bahasa Arab laras olahraga,
baik makna bentuk tunggal, gabungan kata, idiom, atau pun beberapa
relasi makna yang terkandung di dalamnya.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


1.4 Batasan Masalah
Secara kuantitatif, kosakata bahasa Arab laras olahraga sangat
banyak karena begitu banyak pula cabang olahraga yang ada di dunia ini.
Menyebutkan semua kosakata bahasa Arab laras olahraga sama halnya
dengan menyebutkan semua kosakata olahraga yang ada dalam semua
cabang olahraga. Bahkan, terdapat kamus olahraga khusus sepakbola yang
dibuat oleh Samir Shanawiy yang dapat diunduh di internet dengan
mudah 4. Terdapat pula kamus olahraga di semua bidang yang ada, artinya
jumlah lema atau entry dalam kamus olahraga tersebut tidaklah sedikit.
Oleh karena itu, agar ruang lingkup pembahasan dalam analisis ini lebih
fokus dan tidak terlalu luas, maka istilah-istilah yang akan dianalisis
penulis adalah istilah-istilah yang terdapat di koran Al-Rayah pada rubrik
Al-Riyadiyyah-nya. Selain itu, penulis menggunakan kamus olahraga
seperti kamus yang penulis sudah sebutkan di atas serta kamus bahasa
Arab karya Munawwir dan Hans Wehr sebagai referensi tambahan.

1.5 Manfaat Penelitian


Dengan adanya penelitian ini diharapkan,
1. Dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa untuk memahami istilah-
istilah dan kosakata olahraga berbahasa Arab yang biasa dipakai di
koran Arab.
2. Dapat dijadikan panduan bagi pembaca koran berbahasa Arab
terkhusus rubrik olahraganya ketika mencari arti atau makna istilah
tersebut di dalam kamus.
3. Dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa yang mempunyai minat
terhadap bidang linguistik Arab (aspek teoretis).

4
Dapat diunduh di website http://cdn.almaany.com/dicload/sport_dictionary.pdf

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


4. Dalam bidang penerjemahan, dapat dijadikan referensi dalam
penerjemahan kosakata bahasa Arab laras olahraga bagi pembelajar
bahasa Arab lainnya (aspek praktis).

1.6 Metodologi Penelitian


1.6.1 Korpus Data Penelitian
Korpus data penelitian ini adalah kosakata bahasa Arab laras
olahraga. Data yang terdapat dalam skripsi ini sebagian besar
diambil dari koran Al-Rayat dari negara Qatar rubrik Al-Riyadiyyah.
Lebih lengkapnya, penulis menggunakan rubrik koran tersebut yang
terbit pada tanggal 12, 13, 15, 16, 17, 18, 23, 31 pada bulan Oktober
untuk mencari kosakata bahasa Arab laras olahraga yang akan
penulis jadikan input kata di dalam skripsi ini. Sementara itu,
penulis juga mengambil data dari The Sport Dictionary dan Soccer
Glossary.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan,
penulis menggunakan beberapa cara pengumpulan data, yaitu:
1. Studi Kepustakaan
Studi ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder,
telaah kepustakaan, kerangka pemikiran, serta teori yang
dianggap relevan dengan permasalahan. Melalui studi
kepustakaan ini diperoleh pernyataan, pemikiran beserta teori
yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ingin
diketahui dalam penelitian ini. Data-data ini digunakan untuk
membentuk suatu kerangka teoritis atas permasalahan yang
akan dibahas.
Data-data kepustakaan tersebut diperoleh di
Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, atau pun buku-buku

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


koleksi pribadi penulis, dan sisanya melalui internet. Selain itu,
ada juga data primer yang didapatkan melalui studi kepustakaan
ini, salah satunya melalui daftar kosakata olahraga yang
terdapat di dalam kamus khusus olahraga maupun umum
berbahasa Arab yang telah penulis sebutkan di atas.

2. Pengamatan
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data primer.
Penulis mengamati rubrik Al-riyadiyyah pada koran Qatar
tersebut pada beberapa edisi yang telah diterbitkan dengan
merujuk kepada kamus olahraga yang telah penulis miliki.
Selanjutnya penulis pilah dan pilih kata-kata apa saja yang akan
dijadikan objek penelitian.

1.6.3 Metode Penelitian


Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur
analisis yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang
tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat diamati.
Alasan penulis memilih metode ini adalah keinginan penulis
untuk melakukan analisis dan eksplorasi terhadap bentuk dan makna
kosakata bahasa Arab laras olahraga yang sampai saat ini –sepanjang
pengetahuan penulis- belum dikaji secara linguistik oleh peneliti-
peneliti lain, terutama peneliti dari Indonesia.

1.6.4 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut,
1. Mencari kosakata laras olahraga dalam bahasa Arab di koran Al-
Raya dan kamus khusus olahraga.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


2. Mengelompokkan kosakata tersebut berdasarkan kategori-
kategorinya.
3. Menganalisis kosakata tersebut berdasarkan bentuk dan
maknanya.
Penulis menarik kesimpulan penelitian berdasarkan hasil
penelitan dan kerangka teoritis. Kesimpulan tersebut merupakan
jawaban dari rumusan masalah sekaligus merupakan hasil akhir
yang dicapai penulis dalam penelitian ini.

1.7 Sistematika Penulisan


Tulisan dalam skripsi ini akan disajikan dalam enam bab. Bab
pertama adalah bab pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian,
metodologi penelitian; korpus data penelitian, teknik pengumpulan data,
metode penelitian, prosedur penelitian. Subbab terakhir berkenaan
dengan sistematika penulisan skripsi.
Bab kedua berisikan tinjauan pustaka dari buku-buku yang
dijadikan referensi untuk analisis ini. Bab ini juga mengupas kajian-
kajian terdahulu oleh peneliti-peneliti lain yang masih erat kaitannya
dengan kajian dalam skripsi ini. Selanjutnya penulis menjelaskan garis
kesinambungan dari buku/penelitian tersebut yang berkaitan dengan
penulisan skripsi ini.
Bab ketiga adalah kerangka teoritis. Bab ini mengemukakan
tentang teori-teori yang dijadikan penulis sebagai rujukan dalam analisis
ini.
Bab keempat adalah kajian morfologi kosakata bahasa Arab laras
olahraga.
Bab kelima, kajian semantik kosakata bahasa Arab laras olahraga.
Bab terakhir, keenam adalah kesimpulan. Kesimpulan data dan
permasalahan yang penulis analisis.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengantar
Seharusnya bab ini membahas mengenai buku-buku dan kajian terdahulu
yang berkaitan erat dengan topik dan korpus analisis skripsi penulis. Akan
tetapi, sepengetahuan penulis, belum ada buku-buku ataupun kajian terdahulu
yang secara khusus membahas mengenai kosakata bahasa Arab laras olahraga,
terutama analisis dalam bidang linguistiknya (morfologi dan semantik). Oleh
karena itu, pada bab ini, penulis memuat buku-buku dan kajian terdahulu yang
masih berkaitan dengan bahasa Arab modern karena menurut penulis kajian
mengenai kosakata bahasa Arab laras olahraga masih erat hubungannya
dengan kajian bahasa Arab modern. Dalam penyajiannya, penulis akan
memuat buku-buku dan kajian terdahulu tersebut dimulai dari karya terlama
sampai yang terbaru.

2.2 Bakalla (1984)


Sebuah buku yang berjudul Arabic Culture Through Its Language and
Literature adalah buku karya M.H Bakalla yang diterbitkan oleh Kegan Paul
International , London, Boston, Melbourne, dan Henley. Isi buku ini terdiri
dari dua bagian yaitu yang pertama membicarakan tentang bahasa arab dan
yang kedua membicarakan tentang kesusastraan Arab. Pada tahun 1990,
Maman Lesmana telah menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Indonesia
akan tetapi dia memisahkan dua bagian dari buku ini menjadi dua buku. Buku
pertama adalah buku yang membicarakan tentang bahasa Arab yang dia beri
judul Pengantar Penelitian Studi Bahasa Arab. Sementara itu buku yang
kedua adalah buku yang membicarakan tentang kesusastraan Arab yang dia
beri judul Pengantar Penelitian Studi Sastra Arab. Alasan Lesmana
memisahkan dua bagian ini menjadi dua buku karena menurutnya para
peminat masalah ilmu bahasa Arab, khususnya mahasiswa, berbeda dengan

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


para peminat ilmu sastra Arab. Buku yang penulis jadikan sebagai pendamping
dari buku utama Bakalla (versi berbahasa Inggris) yang berjudul ‘Arabic
Culture Through Its Language and Literature’ adalah buku Lesmana yang
pertama yang berjudul Pengantar Penelitian Studi Bahasa Arab.
Setelah penulis membaca dan mengamati isi buku karangan Bakalla ini,
terdapat dua bab yang penulis jadikan acuan untuk penulisan skripsi ini karena
bab tersebut membahas tentang kajian bahasa Arab modern. Bab tersebut
adalah bab “The Modernization of Arabic ‘Modernisasi Bahasa Arab’” dan
bab “Loan-Words in Arabic ‘Kata Pinjaman dalam Bahasa Arab’”. Pada bab
tersebut, Bakalla menjelaskan bahwa Bahasa Arab Modern tidak hanya berupa
bahasa tulisan yang dipakai oleh penerbit dan pengarang ketika akan membuat
buku, surat menyurat ataupun administrasi, tetapi juga berupa bahasa lisan
yang dipakai oleh orang-orang yang berpendidikan dan setengah
berpendidikan di dunia perkuliahan, serta dipakai secara luas oleh media cetak
maupun elektronik seperti di koran, radio, dan televisi. Pada pertengahan abad
ke-19, bahasa Arab telah memasuki fase baru dalam perkembangannya. Ada
beberapa indikator yang menunjukkan bahwa bahasa Arab telah memainkan
peranannya sebagai pembawa ide-ide modern. Pelopornya tidak lain adalah
para jurnalis, penulis, dan novelis Arab yang telah membuka jalan bagi bahasa
Arab untuk mengambil tempat sebagai bahasa yang modern yang mampu
mengungkapkan pemikiran modern dan cara hidup pada zaman modern.
Saat ini bahasa Arab berada pada pengaruh tetap kebudayaan dari
bangsa lain. Hasil kontak ini mengakibatkan bahasa Arab telah meminjam
beberapa kata, ide, dan konsep dari bahasa lain. Para linguis Arab yang
menyadari akan hal ini, menjadikan mereka aktif untuk menstandardisasikan
bahasa Arab dan memasukkan istilah-istilah dan konsep baru ke dalam bahasa
Arab. Proses penerjemahan istilah-istilah baru ke dalam bahasa Arab
tersebutlah yang kemudian dikenal dengan coinage atau penciptaan kata baru.
Bakalla menyebutkan, terdapat dua tingakatan utama dalam
pembentukan sebuah kosakata baru, yaitu semantik dan morfologi. Semantik

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


menyangkut studi tentang arti dan kata yang diciptakan (kata bagian dalam),
sedangkan morfologi menyangkut studi tentang pembentukan kata atau istilah
(kata bagian luar). Pada tingkat semantik, pembentukan kata-kata baru
meliputi; penggunaan kata-kata Arab yang telah lama atau tidak terpakai lagi,
metafora, dan penerjemahan. Sedangkan penciptaan kata-kata baru melalui
proses morfologi meliputi; derivasi, penggabungan, dan arabisasi. 5 Selain
ketiga bentuk tersebut, Bakalla juga sedikit membahas tentang bentuk hibrida
dalam bahasa Arab, yaitu pencampuran bahasa Arab dan bahasa asing.
Dalam karyanya tersebut, Bakalla banyak merujuk pada buku Prof. J.
Stetkevych (1970) yang berjudul The Modern Arabic Literary Language
terutama yang berkaitan dengan proses arabisasi. Dalam buku Stetkevych
terdapat banyak teori mengenai arabisasi dari para linguis klasik dan modern
seperti; Al-Hariri, Al-Maghribi dan Al-Jawhari. Ada suatu pendapat dari
Sibawaihi dalam bukunya al-Kitab yang menyebutkan bahwa cara orang-orang
Arab dalam mengarabisasi kosakata asing yang tidak sesuai dengan bahasa
mereka yaitu dengan mengasimilasikan 6 huruf-huruf bahasa asing tersebut ke
P1F P

dalam huruf-huruf bahasa Arab baik konsonan maupun vokal tanpa mencapai
struktur kata bahasa Arab. Bahkan seorang leksikografer Muslim terkenal
sekaligus pengarang buku Sihah (abad 10), Al-Jawhari, memberikan sebuah
pendekatan yang lebih keras dan berbeda dalam mengasimilasikan kata-kata
asing ini yaitu dengan berpegang pada pola-pola kata atau ‫ ﻗﻮاﻟـﺐ‬/qawâlib/ yang

terdapat dalam bahasa Arab. Jika proses ta’rîb (arabisasi) kosakata asing tidak
memerhatikan kemurnian ‫ ﻗﻮاﻟـﺐ‬/qawâlib/ (pola kata asli bahasa Arab) maka

kosakata asing itu akan tetap dianggap sebagai sebuah kosakata asing.
Bakalla berpendapat bahwa jika dipandang dari segi linguistik,
pengenalan kata-kata pinjaman modern ke dalam bahasa Arab akan

5
Lihat pada buku Bakalla halaman 14 dan 15.
6
Asimilasi adalah proses penyesuaian (peleburan) kata dari sifat asli yang dimiliki (bahasa asal)
dengan sifat lingkungan sekitar (bahasa Arab).

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


memperkaya bahasa Arab karena bahasa asing tersebut akan melengkapi
bahasa Arab dengan kata-kata atau konsep yang tidak dimiliki oleh bahasa
Arab. Bakalla juga menyebutkan beberapa contoh kata pinjaman ada yang
berangsur-angsur hilang dan digantikan oleh bahasa Arab itu sendiri, seperti
kata ‫ ﻫــﺎﺗﻒ‬/hâtif/ /telepon/ yang berangsur-angsur diperkenalkan untuk

menggantikan kata ‫ ﺗﻠﻔ��ﻮﻥ‬/tilîfûn/, kata ‫ أﲤﺒﻴــﻞ‬/utumbîl/ digantikan ‫ﺳ��ﻴّﺎﺭﺓ‬

/sayyârah/ yang berarti ‘mobil’, dan ‫ أﺗــﺒﺲ‬/utubis/ atau ‫ ﺑــﺲ‬/bas/ yang

digantikan dengan ‫ ﺣﺎﻓﻠـﺔ‬/hâfilah/ ‘bus’. Hal itulah yang disebut dengan istiqâq

atau derivasi. Linguis-linguis modern cenderung kepada penggunaan bentuk


istiqâq daripada ta’rîb, walaupun mereka juga tidak menolak arabisasi
sepenuhnya.

2.3 Clive Holes (1995)


Modern Arabic; Structures, Function, and Varieties adalah buku karya
Clive Holes yang diterbitkan oleh Longman Linguistics Library di London dan
New York pada tahun 1995. Buku setebal 343 halaman ini menjelaskan
tentang garis besar dari struktur bahasa Arab modern yang digunakan oleh
orang Arab mulai akhir abad ke-19. Dalam buku ini, terdapat 3 subbab yang
menurut hemat penulis berkaitan dengan skripsi ini. Ketiga subbab tersebut
adalah Verb Morphology, The Language of The Media, dan Journalism.
Holes menjelaskan tentang prinsip derivasi morfologi bahasa Arab itu
berhubungan dengan root (akar) dan pattern (pola) kosakata bahasa Arab.
Sebagian besar akar kata tersebut disimbolisasi oleh Holes dengan tiga
konsonan yaitu C1C2C3 yang diperoleh dari lapisan kata dari akar kata bahasa
Arab. Menurutnya, sebuah kata bahasa Arab dibentuk dengan cara struktural
dan semantis berkaitan dengan akar katanya. Contohnya, akar kata dari kataba
dapat disimbolisasi dengan KTB yang berarti menulis. Apabila dilihat dari
penyingkatan ini akan didapat kata-kata seperti KiTa:B (buku), maKTaB
(meja), maKTaBa (perpustakaan) dan lain sebagainya.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Holes juga menambahkan bahwa makna akar kata bahasa Arab
diekspresikan dalam bentuk paling sederhana dari akar kata verba yang tidak
mengalami konjugasi yang mana kata tersebut terdiri dari konsonan itu sendiri
serta pola vokal yang terinterdigitasi (ditandai). Terdapat peraturan dan
pembatasan yang diberikan oleh Holes dalam kombinasi ketiga konsonan
tersebut yaitu:
1. Sonorants 7 ( /l/, /n/, /r/, /w/, /y/) huruf-huruf tersebut dapat ditempatkan
di posisi manapun dengan diikuti atau mengikuti konsonan yang lain.
2. C1 dan C2 tidak boleh 2 konsonan yang sama (homorganic).
3. C2 dan C3 boleh identik, tetapi tidak boleh sama (homorganic).
4. Ada beberapa akar kata dimana C1 dan C3 itu identik bahkan sama
(homorganic).

Pola-pola yang telah ditandai (terinterdigitasi) dengan akar katanya ada


dua tipe yaitu yang diistilahkan dengan morfo-semantik dan morfo-
sintaksis. Dalam hal ini, penulis hanya akan menjelaskan secara singkat
tipe yang diistilahkan dengan morfo-semantik karena studi yang penulis
lakukan untuk skripsi ini adalah studi morfo-semantik. Holes menyatakan
dalam bukunya bahwa pola morfo-semantik terdiri dari sebuah model akar-
akar konsonan yang tertata dan memodifikasi akar katanya tersebut secara
semantis dengan cara-cara yang dapat diprediksi (menjadi tingkatan yang
lebih luas). Secara morfologi, model tadi memperluas akar kata dengan
memanjangkan radikal yang ada ditengah dengan cara:

1. Memasukkan vokal panjang diantara radikal tersebut,


2. menambah prefiks konsonan, dan
3. mengombinasikan proses-proses ini.

7
Sonorants adalah huruf-huruf yang dianggap menghasilkan bunyi yang nyaring, rendah, dan
bagus.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Hasil dari cara tersebut, sebuah akar kata bahasa Arab mengalami
perluasan tetapi hanya sebuah abstraksi semantik, bukan sebuah kata yang
sebenarnya. Oleh karena itu, Holes menambahkan bahwa bentuk akar
verba bila dilekati sejumlah afiks maka akan menambah makna akar verba
yang dia sebut sebagai pola morfo-semantik.

Dalam MSA Modern Standard Arabic), morfologi Arab mengenal 15


pola, namun hanya sepuluh pola yang dipakai secara aktif menurut Holes.
Kesepuluh pola tersebut adalah;

1. C1C2C3, pola ini merupakan pola dasar dalam derivasi morfologi


Arab, sama sekali tanpa huruf tambahan (unaugmented verbal root).
(C1 melambangkan radikal pertama, C2 melambangkan radikal kedua,
dan C3 melambangkan radikal ketiga). Harakah radikal kedua dapat
berupa fathah, kasrah, ataupun dhammah. Contoh: verba ‫ ﺧـﺮج‬/kharaja/

‘keluar’ yang berpola C1aC2aC3a, verba ‫ ﻋﻠــﻢ‬/’alima/ ‘mengetahui’

yang berpola C1aC2iC3a, dan verba ‫ﺣﺴـﻦ‬/ḥasuna/ ‘baik’ yang berpola

C1aC2uC3a.
2. C1aC2C2aC3a, pola yang menunjukkan radikal kedua digandakan.
Pola ini bermakna kausatif seperti verba ‫ ﻋﻠّـﻢ‬/’allama/ ‘mengajarkan’,

atau bisa juga bermakna perbuatan yang dilakukan secara intensif,


contohnya adalah verba ‫ﲨّﻊ‬ /jamma’a/ ‘mengumpulkan’.

3. C1âC2aC3a, /â/ melambangkan vokal panjang atau dengan kata lain


pola ini mendapat penambahan ‫ ﺍ‬/alif/ setelah konsonan radikal
pertama. Pola ini menggambarkan perbuatan yang melibatkan patient
(penerima tindakan), aksi-reaksi, atau resiprokal. Contohnya adalah ‫ﻗﺎﺑﻞ‬

/qâbala/ ‘menemui’.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


4. aC1C2aC3a, akar diimbuhi dengan prefiks ‫ ﺃ‬/hamzah/ dan radikal
pertamanya tidak berharakat. Pola ini bisa bermakna kausatif 8, seperti P3F P

‫ أﻋﻠﻢ‬/a’lama/ ‘menginformasikan’.

5. taC1aC2C2aC3a, akar ditambah prefiks ‫ ت‬/ta/ dan konsonan radikal

kedua digandakan. Pola ini dapat bermakna refleksif 9, contoh: ‫ﲢﺴـﻦ‬


ّP4F P

/taḥassana/ ‘menjadi lebih baik’.


6. taC1âC2aC3a, akar diawali dengan prefiks ‫ ت‬/ta/ dan infiks ‫ ﺍ‬/alif/

setelah radikal pertama. Pola ini diantaranya mengandung makna yang


bersifat resiprokal, seperti verba ‫ ﺗﻌﺎون‬/ta’âwana/ ‘saling menolong’.

7. inC1aC2aC3a, akar ditambah prefiks ‫ ﺍ‬/alif/ dan ‫ ن‬/nûn/. Bentuk alif

dalam pola ini merupakan alif konjungtif. Pola ini dapat bermakna
suatu perbuatan yang merupakan efek tak langsung dari perbuatan
kausatif atau bersifat refleksif dari bentuk I. Pada umumnya, bentuk
pasif lebih sering dipergunakan dalam pola ini, seperti ‫اﻧﻜﺸــﻒ‬

/inkasyafa/ ‘terungkap’.
8. iC1taC2aC3a, akar diberi prefiks alif konjungtif dan infiks ‫ ت‬/tâ?/

setelah konsonan pertama (konsonan pertama tidak berharakat); pola


ini bermakna refleksif dari bentuk I atau bisa juga bermakna
resiprokal, sepeti kata ‫ اﺟﺘﻤﻊ‬/ijtama’a/ ‘berkumpul’.

9. iC1C2aC3C3a, akar diberi prefiks alif konjungtif dan menghilangkan


vokal atau harakat pada radikal pertama serta penggandaan huruf pada
radikal ketiga. Pola ini dapat bermakna inkoatif dari akar kata yang
menyatakan warna, contohnya adalah kata ‫ اﲪ ّـﺮ‬/iḥmarra/ yang artinya

‘menjadi merah’.

8
Perbuatan yang menyebabkan suatu keadaan atau kejadian (Kridalaksana, 1993: 101)
9
Relasi antara satu argumen dengan argumen itu sendiri (Kridalaksana, 1993: 186).

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


10. istaC1C2aC3a, akar ditambah tiga prefiks; ‫ ﺍ‬/alif/, ‫ س‬/sîn/ dan ‫ ت‬/ta.

Makna pola ini adalah memohon sesuatu. Contoh: ‫ اﺳـﺘﻐﻔﺮ‬/istaghfara/

‘memohon ampun’.
Dalam bukunya tersebut, Holes juga menulis tentang The Language of The
Media ‘Bahasa Media’ dan Journalism ‘Jurnalisme’. Dua subbab ini akan
penulis jabarkan ke dalam tinjauan pustaka skripsi ini karena dirasa masih
berhubungan dengan topik skrisi penulis. Clive Holes menyatakan bahwa
koran-koran berbahasa Arab pada akhir abad 19 memunculkan sebuah inovasi
secara sintaktis dan frase yang berbeda dengan gaya bahasa arab di abad 19.
Bahasa di media antara lain bahasa dalam media cetak dan elektronik. Bahasa
yang digunakan dalam media cetak dan elektronik itulah yang disebut oleh
Holes dengan media Modern Standard Arabic (MSA). Selain MSA, masuknya
bahasa lisan dalam koran-koran Arab juga terjadi walaupun kebanyakan masuk
secara tidak langsung. Dalam penulisan jurnalistik, para jurnalis Arab
terkadang mengabaikan struktur dan kosakata Arab fusha akan tetapi semua
itu dianggap benar dan diterima sebagai MSA. Contoh dari fenomena tersebut,
berita-berita internasional yang disajikan berita Arab misalnya, berita tersebut
diproduksi secara tepat oleh jurnalis dan media akan tetapi hanya sebuah
penerjemahan dari berita Inggris atau Prancis. Frasa-frasa asing digunakan
begitu saja oleh jurnalis Arab dalam penyajian beritanya. Bahkan, terkadang
para jurnalis juga menyajikan berita dengan bahasa dialek setempat dengan
mengikuti kebiasaan setiap hari tanpa adanya kajian secara akademis.
Holes memberikan ilustrasi penyebab terjadinya bahasa tulis dalam koran
atau majalah Arab yang kurang sesuai dengan bahasa Arab fusha yaitu apabila
para jurnalis atau wartawan melakukan wawancara dengan politisi misalnya,
maka politisi tersebut akan menjawab secara spontan dengan menggunakan
dialek setempat. Akan tetapi apa yang politisi katakan, ditulis oleh para
jurnalis dalam bentuk bahasa Arab fusha. Bahkan terdapat pula kejadian
dimana pertanyaan dari jurnalis dan jawaban dari politisi ditulis persis dengan
dialog yang terjadi antara jurnalis dan politisi.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


2.4 Versteegh (1997)
The Arabic Language adalah buku karya Kees Versteegh yang diterbitkan
oleh Edinburg University Press pada tahun 1997. Buku setebal 278 halaman
ini menjelaskan tentang uraian sejarah bahasa Arab sebagai bahasa yang
digunakan lebih dari 150 juta orang dan gambaran bahasa Arab secara umum.
Dalam penulisan buku ini, Versteegh membaginya ke dalam 14 bab, yang
dimulai dengan sebuah bab yang berjudul The Development of The Study of
Arabic ‘Perkembangan Studi Bahasa Arab’ dan diakhiri dengan bab yang
berjudul Arabic as a World Language ‘Bahasa Arab Sebagai Bahasa Dunia’.
Di antara ke-14 bab yang terdapat dalam buku ini, bab yang menjadi
perhatian penulis karena dianggap berkaitan erat dengan skripsi penulis adalah
bab kesebelas yaitu bab yang berjudul The Emergence of Modern Standard
Arabic ‘Kemunculan Bahasa Arab Modern’. Pada halaman 179 pada bab
tersebut, Versteegh menyebutkan tentang metode-metode dalam pembentukan
kosakata baru dalam bahasa Arab. Versteegh mengatakan,
The following methods may be distinguished in the creation
of new vocabulary: (1) borrowing of the foreign word, (2)
integration of the foreign word morphologically and/or
phonologically, (3) analogical extension of an existing root, (4)
translation of the foreign word, (5) semantic extension of an
existing word.
‘Metode-metode berikut dibedakan dalam pembentukan
kosakata baru; (1) meminjam dari bahasa asing, (2)
menggabungkan kata-kata asing baik secara morfologis dan atau
fonologis, (3) memperluas akar kata dari kata-kata yang sudah
ada, (4) menerjemahkan kata-kata asing, (5) memperluas makna
dari kata-kata yang sudah ada.’

Selain tersebut di atas, Versteegh juga menjelaskan tentang cara bahasa


Arab dalam menyerap kata yang berasal dari bahasa asing dapat dilakukan

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


dengan cara arabisasi (transkripsi atau transliterasi) dan juga qiyâs (analogi).
Menyikapi hal tersebut, linguis Arab modern lebih memilih cara qiyâs
dibandingkan dengan arabisasi. Alasannya adalah demi menjaga kemurnian
bahasa Arab itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu, Versteegh memberikan
contoh kata yang dibentuk dari qiyâs, ‫ اﺷـﱰاﻛﻲ‬/?isytirâkî/ ‘sosialis’, yang

menggantikan kata yang dibentuk dari arabisasi, ‫ ﺳﻮﺷـﺎل‬/sûsyâl/. Selain itu,

Versteegh juga menjelaskan tentang pembentukan kosakata baru dalam bahasa


Arab juga dilakukan dengan cara menderivasikan kosakata asing ke dalam
bentuk kata murni bahasa Arab. Contohnya adalah verba ‫ ﺗﻠﻔــﺰ‬/talfaza/

‘menonton televisi’ dan ‫ ﺗﻠﻔـﻦ‬/talfana/ ‘menelefon’ yang diturunkan dari kata

‫ ﺗﻠﻔــﺰون‬/tilifizyûn/ dan ‫ ﺗﻠﻔــﻮن‬/tilifûn/ ‘telepon’. Atau juga bentuk jamak tak

beraturan ‫ أﻓـﻼم‬/?aflâm/ dan ‫ ﺑﻨـﻮك‬/bunûk/ dari bentuk tunggal ‫ ﻓﻠـﻢ‬/film/ dan ‫ﺑﻨـﻚ‬

/bank/. Dalam bab tersebut, Veerstegh juga menunjukkan pola pembentukan


kosakata baru yang digunakan dalam Modern Standard Arabic “MSA”.

Pola Makna Contoh

‫ ﻣﻔﻌﻞ‬/mif’al/ Alat ‫ ﳎﻬﺮ‬/mijhar/ ‘mikroskop’

‫ ﻣﻔﻌﺎل‬/mif’âl/ Alat ‫ ﻣﻨﻈﺎر‬/minzhâr/ ‘teleskop’

‫ ﻣﺮوﺣــﺔ‬/mirwaḥah/ ‘kipas
‫ ﻣﻔﻌﻠﺔ‬/mif’alah/ Alat
angin’
‫اﺣﱰاﻗﻴّ ـ ـ ــﺔ‬ /iḥtirâqiyyah/
‫ﻳّﺔ‬- /-iyyah/ kata benda abstrak
‘combustibility’
‫ﻗﻴ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــﺎدة‬ /qiyâdah/
‫ ﻓﻌﺎﻟﺔ‬/fi’âlah/ jenis pekerjaan
‘kepemimpinan’

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


‫ﺻـ ـ ـ ـ ـ ــﺤﺎﻓﺔ‬ /shiḥâfah/

‘jurnalistik’
‫ﺳﻮاق‬
ّ /sawwâq/ ‘supir’
‫ﻓﻌﺎل‬
ّ /fa’’âl/ pekerja/ ahli
‫ ﻃﻴّﺎر‬/thayyâr/ ‘pilot’

‫ ﺑﻮال‬/buwâl/ ‘diabetes’
‫ ﻓﻌﺎل‬/fu’âl/ Penyakit
‫ ﲝﺎر‬/buḥâr/ ‘mabuk laut’

Tabel 2.1 Pola kata baru bahasa Arab modern.

Secara semantis, dalam penyerapan istilah yang berbentuk idiom, frasa


atau kombinasi kosakata, biasanya struktur dan ekspresi kata yang digunakan
masih sama modelnya dengan bentuk kata asing yang diadopsi. Versteegh
memberikan contoh istilah dalam laras olahraga seperti ‫ ﻛــﺮة اﻟﻘــﺪم‬/kuratu l-

qadam/ ‘sepak bola’ yang mengikuti ekspresi bahasa Inggris kata football.
Contoh lain, -‫ اﻟﺘﻘـﻰ ب‬/iltaqa bi-/ ‘bertemu dengan’, idiom tersebut dipengaruhi

oleh idiom bahasa Inggris to meet with. Versteegh juga menjelaskan tentang
pemakaian kata-kata lama yang digunakan untuk mengistilahkan konsep baru
(neologisme). Contohnya kata ‫ ﻗﻄــﺎر‬/qithâr/ dalam mengartikan ‘kereta’.

Dahulunya, kata ‫ ﻗﻄـﺎر‬/qithâr/ bermakna rombongan kafilah badui, akan tetapi

kata tersebut dipakai untuk menyatakan kata ‘train’/’kereta’. Selanjutnya kata


‫ ﺟﺮﻳـﺪة‬/jarîdah/ yang dipakai untuk mengartikan kosep kata ‘newspaper’ atau

‘koran’, makna asli kata tersebut adalah daun palem yang digunakan untuk
menulis.Ada juga kata ‫ ﻫـﺎﺗﻒ‬/hâtif/ yang makna dahulunya adalah ‘teriakan

dari seseorang yang tidak diketahui keberadaannya’ untuk mengartikan kata


‘telephone’ ‘telefon’. Sebelumnya Veerstegh telah menunjukkan pola
pembentukan kosakata baru yang digunakan dalam Modern Standard Arabic

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


‘MSA’. Selanjutnya, terdapat pula metode-metode yang digunakan oleh
Veerstegh dalam pembentukan kosakata baru dari sisi semantik, disertai
contoh-contohnya dalam kosakata laras olahraga - sepak bola, yaitu:
1. Calque by ekstension, contoh ‫ ﺿﺮﺑﺔ‬/dharbah/ ‘kick/tendangan’
2. Partial calque, contoh ‫ﻣﺮاﻗ ـ ــﺐ اﳋﻄ ـ ــﻮط‬ /murâqib l-khuthuth/

‘linesman/hakim garis’
3. Compound calques, contoh ‫ﺣ ـ ــﺎرس اﳌﺮﻣ ـ ــﻰ‬ /ḥâris l-marmâ/

‘goalkeeper/penjaga gawang’, ‫ﺿ ـ ـﺮﺑﺔ اﳌﺮﻣ ـ ــﻰ‬ /dharbatu l-marmâ/

‘goalkick/tendangan gawang’
4. Neologisms, contoh ‫ ﻣﺮﻣ ــﻰ‬/marmâ/ ‘goal/gawang’, ‫ ﲤﺮﻳ ــﺮ‬/tamrîr/

‘pass/operan’
5. Paraphrases, contoh ‫ ﻟﻌــﺐ اﻟﻜــﺮة ﺑــﺎﻟﺮأس‬/la’iba l-kurata bi r-ra’si/ ‘to

head/menyundul’
6. Semantic extension, contoh ‫ ﺗﺴ ـﻠّﻞ‬/tasallul/ yang berarti ‘offside’

(diperluas dari makna ‘infiltrasi’), ‫ ﳏــﺎورة‬/muhâwarah/ ‘menggiring’

(diperluas maknanya dari ‘trik dalam perdebatan’).

Selain itu, Versteegh juga menjelaskan tentang naḥt, baik yang ada di masa
klasik atau pun di masa modern. Contoh naḥt di masa klasik adalah kata ‫ﺑﺴـﻤﻠﻪ‬

/basmalah/ yang merupakan singkatan dari ungkapan ‫ﺑﺴــﻢ اﷲ اﻟـ ّـﺮﲪﻦ اﻟـ ّـﺮﺣﻴﻢ‬

/bismillâhi r-rahmâni r-rahîm/, ‫ ﲪﺪﻟـﻪ‬/ḥamdalah/ yang merupakan singkatan

dari ‫ اﳊﻤـﺪ ﷲ‬/al-ḥamdu lillah/. Contoh naḥt pada istilah modern adalah ‫ﻓﺤﻤﺎﺋﻴّـﺎت‬

/faḥmâ?iyyât/ ‘karbohidrat’ yang merupakan gabungan dari kata ‫ ﻓﺤـﻢ‬/faḥm/

‘karbon’ dan ‫ ﻣﺎء‬/mâ?/ ‘air’.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


2.5 Lesmana (2010 dan 2002)
Buku Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab adalah buku karya Maman
Lesmana yang diterbitkan tahun 2010 oleh Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya, Universitas Indonesia. Buku ini merupakan kumpulan dari tulisan
ilmiah Lesmana yang pernah diterbitkan dalam jurnal ilmiah dan
dipresentasikan dalam seminar nasional ataupun internasional. Isi buku ini
terdiri dari 3 bahasan utama yaitu bahasa Arab, sastra Arab, dan budaya Arab.
Terdapat sebuah bab di dalam buku ini yang penulis jadikan tinjauan pustaka
bagi skripsi penulis. Judul bab tersebut ialah Beberapa Gangguan Morfologis
dalam Penerjemahan Arab-Indonesia. Pada bab ini Lesmana menyatakan
bahwa penyebab kesulitan para mahasiswa yang sedang menekuni studi
tentang bahasa Arab dalam menerjemahkan teks-teks bahasa Arab modern
adalah karena mereka belum mengenal dengan baik bentuk-bentuk kata atau
frasa baru dalam bahasa Arab. Dalam bab ini, Lesmana menjelaskan tentang
cara bagaimana menelaah kosakata bahasa Arab modern yang sukar
diterjemahkan.
Bab tersebut ternyata merupakan intisari dari sebuah bukunya yang
berjudul Beberapa Gangguan Morfologis dalam Penerjemahan Arab-
Indonesia. Buku ini merupakan hasil penelitian Lesmana pada tahun 2002,
diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
Lesmana menyebutkan bahwa penelitian ini merujuk pada teori yang
disampaikan oleh Samsuri (1987:50-53), Versteegh (1997:93-114), As-
Sa’rani 10, dan Ya’qub 11. Teori-teori tersebut membahas tentang kata pungutan
dan perubahan makna kata, pembentukan bahasa Arab modern, perubahan
makna kata dalam bahasa Arab, pembentukan kata melalui arabisasi dan
derivasi.
Bahasan tersebut itulah yang dijadikan oleh Lesmana sebagai dasar dalam
penelitiannya. Hal-hal itulah yang dimanfaatkan penulis untuk menganalisis

10
Dr. Muhammad As-Sa’rani, ‘Ilmu l-Lughât, (Dâru n-Nahdhati l-Arabiyyah).
11
Amil Badi’ Ya’ qub, Fiqhu l-Lughati l-‘Arabiyyati wa Khashâ?ishuhâ. (Dâru ts-
Tsaqafah).

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


pokok permasalahan dalam skripsi ini. Salah satu contoh kata dalam bahasa
Arab yang berkaitan dengan perubahan makna yang disebutkan Lesmana
dalam penelitiannya tersebut adalah kata ‫ ﺷـﺒﻜﺔ‬/syabakah/ yang pada mulanya

berarti ‘jaring’, sebuah alat yang biasa digunakan untuk menangkap binatang.
Kata ‫ ﺷــﺒﻜﺔ‬/syabakah/ mengalami perubahan makna yang bersifat meluas

karena cakupan arti sekarang lebih luas dari arti yang dulu. Kata ‫ﺷــﺒﻜﺔ‬

/syabakah/ sekarang bermakna ‘jaringan’. Contoh ‫ ﺷــﺒﻜﺔ اﻟﺘﻠﻴﻔــﻮن‬/syabakatu t-

tilîfûn/ ‘jaringan telepon’.


Penelitian tersebut merupakan sebuah penelitian lanjutan Lesmana dari
penelitian sebelumnya di dalam sebuah skripsinya (1985). Pada skripsinya
tersebut, Lesmana mengadopsi teori dari sebuah buku karya Abdurrahim
(1975) yang berjudul ad-Dâkhil fî l-lughati l-‘Arabiyyati l-Hadîtsati wa
Lahjâtihâ yang membahas tentang pemungutan kata dalam bahasa Arab yang
dianalisis dari sisi morfologi dan semantik. Lesmana menyimpulkan bahwa
kata-kata dalam bahasa Arab modern bersumber pada dua buah kosakata, yaitu
kosakata bahasa Arab dan kosakata bahasa asing. Kata-kata yang bersumber
dari bahasa Arab dapat dibagi menjadi beberapa bentuk. Bentuk-bentuk kata
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: lambang, akronim, nomina, verba,
verba-preposisi, nomina-ajektif nisbah, nomina-nomina, nomina-nomina-
ajektif nisbah, nomina-nomina-nomina, nomina-nomina-ajektif nisbah-ajektif
nisbah, adverbia-nomina, preposisi-nomina, nomina-preposisi, preposisi-
nomina-preposisi, preposisi-nomina-kata penegas, preposisi-adverbia,
adverbia-kata penegas, preposisi-nomina-ajektiva, kata penyangkal-ajektif
nisbah, preposisi-ajektif, preposisi-ajektiva, dan preposisi-kata penegas.
Kata-kata yang bersumber pada kosakata bahasa asing dibentuk melalui
proses penyerapan dan penerjemahan. Proses penyerapan tersebut ada yang
melalui transkripsi, transliterasi, atau melalui penyesuaian ejaan. Untuk
mengetahui makna sebuah kata harus dilihat terlebih dahulu sumbernya. Jika

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


sumbernya berasal dari kosa kata bahasa Arab, maka harus dilihat dahulu
makna kata itu sebelum menjadi kosakata bahasa Arab Pers.
Pada sisi semantik, Lesmana menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan
antara bahasa Arab dan bahasa lainnya, yaitu ada arti primer dan arti sekunder,
perubahan makna, arti leksikal dan struktural, sinonimi, polisemi, homonimi,
arti idiom, dan arti istilah.

2.6 Fa’iq (2010)


Sebuah penelitian dalam skripsi yang berjudul Kosakata Bahasa Arab
Laras Teknologi Informasi, Sebuah Analisis Morfo-Semantik adalah karya
Akhmad Imamudin Fa’iq pada tahun 2010 di FIB Universitas Indonesia.
Skripsi bimbingan Afdol Tharik Wastono ini membahas tentang bentuk dan
makna kosakata bahasa Arab laras teknologi informasi. Menurutnya pengaruh
globalisasi di segala bidang di dunia Arab, khususnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ekuivalen terhadap perkembangan bahasa. Oleh
karena itu, seiring dengan pengaruh globalisasi yang terjadi di dunia Arab,
akan muncul pula istilah-istilah baru dalam bahasa Arab di berbagai bidang.
Dalam penelitiannya ini, Fa’iq mengkhususkannya pada aspek morfologi dan
semantik. Dari sisi morfologi, Fa’iq menyatakan bahwa kosakata bahasa Arab
modern, khususnya laras teknologi informasi ada yang berbentuk arabisasi,
derivasi, abreviasi, singkatan, dan hibrida. Sedangkan dari sisi semantik,
kosakata bahasa Arab laras teknologi informasi ada yang berbentuk metafora
dan penerjemahan. Jika ditinjau dari relasi makna yang ada, kosakata bahasa
Arab laras teknologi informasi tak berbeda dengan kosakata-kosakata pada
laras lain, yaitu adanya homonimi, polisemi, sinonimi, hiponimi, meronimi,
antonimi, kontranimi, dan juga idiom. Sementara ini, aspek-aspek itulah yang
umum dibahas dalam penelitian bahasa Arab modern dari kajian linguistiknya,
terkhusus sisi morfologi dan semantik.
Oleh karena penelitian yang dilakukan penulis juga berhubungan
dengan kajian bahasa Arab modern, penulis mengadopsi buku-buku serta

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


pembahasan teori linguistik khususnya morfologi dan semantik dari penelitian
dan pembahasan yang dilakukan oleh Fa’iq dalam karyanya ini.

2.7 Sintesis
Setelah penulis membahas tentang buku-buku kajian terdahulu, dan
referensi di atas, penulis mengambil suatu kesatuan tentang analisis bahasa
Arab modern, baik dari sisi morfologi maupun semantik. Berkaitan dengan
mekanisme penulisan penelitian ini, penulis merujuk kepada penelitian yang
dilakukan oleh Fa’iq. Sementara itu, dalam hal teori pembentukan kata bahasa
Arab, penulis lebih condong merujuk kepada teori yang disampaikan oleh
Bakalla (1984) daripada teori yang disampaikan oleh Versteegh (2007) karena
Bakalla dalam teorinya tersebut membagi secara jelas mana yang termasuk ke
dalam aspek semantik dan mana yang termasuk ke dalam aspek morfologi.
Sementara itu, teori-teori yang diungkapkan Versteegh (2007) lebih cocok
digunakan untuk merinci setiap bahasan yang dikemukakan oleh Bakalla
(1984). Pada kajian morfologi, Versteegh menjabarkan tentang pola-pola yang
biasa digunakan dalam bahasa Arab modern pada umumnya. Sementara itu,
pada kajian semantik, Versteegh menjelaskan qiyâs (analogi), neologisme, dan
calque (calque by extension, partial calque, compound calques), parafrase, dan
perluasan makna dengan sangat jelas. Selanjutnya pendapat dari Lesmana
(2010 dan 2002) tentang transliterasi dan transkripsi, menurutpenulis cocok
untuk dijadikan sebagai penjelas dari metode arabisasi yang dikemukakan oleh
Bakalla. Bentuk-bentuk kata yang dirumuskan oleh Lesmana juga dapat
digunakan untuk mempermudah menginventarisasi kata dalam korpus data
pada penelitian penulis.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


BAB 3
KERANGKA TEORITIS

3.1 Pengantar
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang
dipergunakan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini. Manfaat dari
penjelasan teori ini dapat dijadikan sebagai acuan penulis dengan maksud
agar mendapatkan gambaran umum yang jelas sebelum masuk ke dalam
tahap analisis. Seperti yang telah penulis paparkan sebelumya, korpus
penelitian skripsi ini adalah kosakata bahasa Arab laras olahraga.
Sedangkan studi yang dipergunakan untuk menganalisis korpus tersebut
adalah bidang morfologi dan semantik yang keduanya merupakan
subsistem dari ilmu linguistik dan tataran analisis bahasa.

3.2 Laras Olahraga


3.2.1 Definisi Laras
Sebelumnya penulis ingin menyampaikan bahwa penggunaan kata
‘laras’ dalam judul skripsi penulis, penulis adopsi dari judul skripsi yang
dibuat oleh Fa’iq (2010). Laras bahasa ‫ ﻤﻟـﺎل‬/al-majâl/ secara garis besar

terdiri atas: (1) laras bahasa dari sudut pandangan bidang atau pokok
persoalan; (2) laras bahasa menurut sarana pengungkapannya; lazimnya
dibagi atas ragam lisan dan ragam tulisan, dan (3) laras bahasa
berdasarkan tata hubungan di antara penyerta peristiwa bahasa; ragam ini
dapat disebut langgam atau gaya (Wastono, 2005: 129). Dalam buku
Kamus Linguistik karya Kridalakasana (1993: 184) juga terdapat
pengertian laras (yang dalam kamus disebut juga dengan ragam),
dijelaskan bahwa laras bahasa (register, manner of discourse, dan key)
adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


orang yang dibicarakan, dan menurut medium pembicaraan. Misalnya,
laras kesusastraan, agama, politik, sosial, dan sebagainya.
Menurut Umar (Umar dalam Fa’iq: 2010:21), masing-masing
bidang mempunyai kosakata dan ungkapan yang khusus dipergunakan
dalam bidang yang bersangkutan. Contohnya adalah (1) kata ‫ ﺣﻜـﻢ‬/hukm/

dan (2) ‫ ﺷـﺮﻳﻌﺔ‬/syarî’ah/, keduanya sama-sama bermakna ‘peraturan’. Akan

tetapi kata yang pertama berlaku pada laras hukum dan kata yang kedua
berlaku pada laras agama (Wastono, 2005: 130). Selain itu, satu kata yang
sama juga bisa menimbulkan makna-makna yang berbeda pada setiap
laras. Contoh yang dikemukakan oleh Versteegh (1997: 182) (3) kata ‫ﺿـﺮﺑﺔ‬

/dharbah/ dalam laras umum bermakna pukulan, akan tetapi dalam laras
olahraga bermakna tendangan. Hal ini menunjukkan adanya perluasan
makna.

3.2.2 Olahraga
Dalam KBBI dijelaskan pengertian olahraga adalah gerak badan
untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Sedangkan jika kita amati kata
olahraga terdiri dari dua sub kata yaitu olah dan raga. Olah yang berarti
laku atau perbuatan dan raga yang berarti badan. Istilah-istilah dalam
dunia olahraga adalah bagian dari mata rantai panjang dari perkembangan
istilah dari bidang atau subbidang ilmu yang ada. Kosakata bahasa Arab
laras olahraga yang ditampilkan dalam media cetak khususnya koran Al
Rayat dari Qatar ini menunjukkan perkembangan yang mencolok.
Derasnya kosakata asing yang masuk ke dalam suatu bahasa (dalam hal ini
bahasa Arab), perkembangan dunia olahraga yang pesat, kecenderungan
pers dalam pemilihan dan penampilan berita, serta kebebasan pegiat pers
dalam menulis dianggap sebagai penyebab perkembangan yang mencolok
itu (Yuwono, 2009: 1) . Data kosakata yang dianggap sebagai bagian dari
khazanah kata laras olahraga sementara ini menunjukkan bahwa khazanah
kosakata bahasa Arab laras olahraga kaya akan metafora, kata serapan, dan

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


kata asing. Kekayaan itu di satu sisi dapat memperumit penyusunan
glosarium dan kamus istilah olahraga. Akan tetapi di sisi lain dapat
merupakan bahan baku bagi pembakuan istilah olahraga oleh para linguis
Arab. Dengan demikian, secara sederhana dapat dinyatakan bahwa yang
dimaksud dengan bahasa Arab laras olahraga adalah kesesuaian antara
bahasa Arab dan penggunaannya di dalam bidang olahraga.

3.3 Morfologi Bahasa Arab


3.3.1 Definisi Morfologi
Secara etimologi, kata morph berasal dari bahasa Yunani yang
bermakna ‘bentuk’ (Aronoff dalam Fa’iq, 2010:23), sedangkan secara
terminologi, menurut Eugene A. Nida, morfologi diartikan sebagai kajian
tentang morfem-morfem dan pengaturannya dalam pembentukan kata.
Masih menurutnya, morfem itu sendiri dijelaskan sebagai satuan terkecil
yang mungkin merupakan kata-kata atau bagian dari kata (Nida, 1949: 18).
Singkatnya, morfem dapat diartikan sebagai satuan gramatikal yang
terkecil yang dapat membentuk satuan yang lebih besar dan mempunyai
makna. Morfem inilah yang merupakan bahan dasar pembentukan kata,
yang selanjutnya kata tersebut akan menjadi bahan dasar dalam
pembentukan satuan-satuan yang lebih besar daripadanya seperti frasa dan
kalimat (Kentjono dalam Pesona Bahasa, 2009: 157).
Dalam suatu bahasa, khususnya bahasa Arab, suatu kata tersusun
berdasarkan sekumpulan pola morfologis. Setiap pola morfologis pasti
memiliki bentuk kata tersendiri dengan konsekuensi makna tertentu sesuai

dengan bentuknya tersebut. Misalnya pola ‫ﻓﺎﻋـﻞ‬, pola ini mengacu pada

participant active atau pelaku (Fa’iq, 2010: 23). Dalam linguistik Arab,
morfologi dikenal dengan istilah ‫ اﻟﺘﺼـﺮﻳﻒ‬/at-tashrîf/ yaitu perubahan bentuk

(asal) kata menjadi bermacam-macam bentukan untuk mendapatkan


makna yang berbeda, yang tanpa perubahan ini, makna berbeda itu tidak
akan terlahirkan (Wasîlah dalam Fa’iq, 2010: 24).

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Ghulâyainî (2005: 163) dalam bukunya, Jâmi’u d-Durûsi l-
‘Arabiyyah, mendefisikan at-tashrîf sebagai berikut,
‫ ﻫــﻮ اﻟﻌﻠــﻢ‬: ً‫ واﺻـﻄﻼﺣﺎ‬. ‫ ﺗﻐﻴﲑﻫــﺎ‬: ‫ أي‬, ‫اﻟﺮﻳـﺎح‬
ّ ‫ وﻣﻨــﻪ ﺗﺼـﺮﻳﻒ‬. ‫ اﻟﺘﻐﻴـﲑ‬: ً‫اﻟﺘﺼـﺮﻳﻒ ﻟﻐـﺔ‬
‫وﺻﺤﺔ وإﻋﻼل وإﺑـﺪال وﺷـﺒﻪ ذﻟـﻚ‬ ّ ‫ وﲟﺎ ﻷﺣﺮﻓﻬﺎ ﻣﻦ أﺻﺎﻟﺔ وزﻳﺎدة‬, ‫ﺑﺄﺣﻜﺎم ﺑﻨﻴﺔ اﻟﻜﻠﻤﺔ‬
.
/At-tashrîfu lughatan: at-taghyîr. Waminhu tashrîfu r-riyâḥ,
ay: taghyîruhâ. Waishtilâhan: huwa l-‘ilmu bi?ahkâmi
buniyyati l-kalimah, wabimâ li?aḥrafihâ min ashâlatin
waziyâdatin washiḥḥatin wa?i’lâlin wa?ibdâlin wasyibhi
dzâlik/
‘At-tashrîf secara etimologis bermakna at-taghyîr
(perubahan). Misal, tashrîfu r-riyâh (perubahan arah angin)
maknanya sama dengan taghyîru r-riyâh. Secara
terminologis adalah ilmu yang mengkaji tentang
pembentukan kata dan juga tentang huruf-hurufnya baik
yang asli ataupun ziyâdah (augmented), shahîh ataupun
cacat, pergantian dan yang sejenisnya.

3.3.2 Morfem, Kata, dan Kelas Kata


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengertian morfem
adalah satuan gramatikal yang terkecil yang dapat membentuk satuan yang
lebih besar dan mempunyai makna. Morfem inilah yang merupakan bahan
dasar pembentukan kata, yang selanjutnya kata tersebut akan menjadi
bahan dasar dalam pembentukan satuan-satuan yang lebih besar
daripadanya seperti frasa dan kalimat (Kentjono dalam Pesona Bahasa,
2009:157). Masih menurutnya, sementara kata ialah satuan gramatikal
bebas yang terkecil yang disusun atas satu atau beberapa morfem. Salah
satu contoh proses morfologis dapat dilihat dari penambahan afiks baik di
sisi depan, tengah, atau belakang morfem dasar. Afiks yang ditambahkan
di depan disebut prefiks, yang di tengah disebut infiks, dan yang di
belakang disebut sufiks.
El-Dahdah (1990: 3) menyatakan bahwa bahasa Arab terbagi
menjadi 3 kelas kata ‫ ﻧـﻮع اﻟﻜﻠﻤـﺔ‬/naw’u l-kalimah/ ; nomina ‫ اﺳـﻢ‬/ism/, verba

‫ ﻓﻌـﻞ‬/fi’il/ dan partikel ‫ ﺣـﺮف‬/harf/. Hal tersebut dipertegas oleh Wastono

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


(1997: 47-48) menyatakan bahwa kelas kata dalam bahasa Arab ada yang
bersifat deklinatif ‫ ﻣﻌـﺮب‬/mu’rab/ dan ada yang bersifat non-deklinatif ‫ﻣﺒـﲏ‬

/mabnî/. Fi’il (verba) merupakan kelas kata yang deklinatif, di samping


ism (nomina). Kelas kata yang non-deklinatif adalah harf (partikel). Lihat
contoh-contoh berikut,
(4) ‫ﻣﻦ‬ /min/ ‘dari’

(5) ‫ﻻ‬ /lâ/ ‘tidak’

(6) ‫و‬ /wa/ ‘dan’

(7) ‫أ ّن‬ /anna/ ‘bahwa’

(8) ّ‫إﻻ‬ /illâ/ ‘kecuali’

(9) ‫رﻳﺎﺿﺔ‬ /rîyâdhah/ ‘olahraga’

(10) ‫ﺿﺮﺑﺔ‬ /dharbah/ ‘menendang’

Contoh (4) sampai (8) adalah partikel. Partikel dalam contoh (4)
adalah preposisi (kata depan). Partikel-partikel lain yang berupa preposisi
adalah ‫ ل‬/li/ ‘untuk’, ‫ ﻣــﻊ‬/ma’a/ ‘bersama’, ‫ ﻋــﻦ‬/’an/ tentang, ‫ ب‬/bi/

‘dengan’,‫ إﱃ‬/ila/ ‘ke, kepada’, ‫ و‬/wa/ ‘demi’, ‫ ك‬/ka/ ‘seperti’, ‫ ﰲ‬/fî/ ‘pada,

di’, dan ‫ ﻋﻠــﻰ‬/’ala/ ‘di atas’. Partikel dalam contoh (5) adalah kata

penyangkal, sama halnya dengan partikel-partikel berikut; ‫ ﱂ‬/lam/ ‘tidak’,

‫ ﳌـﺎ‬/lammâ/ ‘belum’, ‫ ﻣـﺎ‬/mâ/ ‘tidak’. Contoh (6) adalah partikel yang berupa
ّ
kata sambung. Partikel-partikel lain yang merupakan kata sambung adalah
‫ أم‬- ‫ أو‬/aw/-/am/ ‘atau’, ‫ ﻟﻜـﻦ‬- ‫ ﺑـﻞ‬/bal/-/lakin/ ‘tetapi’, ‫ ف‬/fa/ ‘maka’, dan ّ‫ﰒ‬

/tsumma/ ‘kemudian’. Partikel pada contoh (7) adalah kata penegas, dan
terakhir; contoh (8) adalah partikel yang merupakan kata pengecualian,

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


sama halnya dengan kata ‫ ﺳــﻮى‬/siwâ/ ‘kecuali’ (Lesmana, 2010: 2-3).

Contoh (9) adalah nomina. Ghulâyainî (2005: 3) mendefinisikan


ism/nomina sebagai kata yang mempunyai makna dan tidak terkait dengan
kekalaan. Contoh (10) adalah verba. Verba adalah kata kerja yang secara
semantis mengungkapkan makna perbuatan, proses, atau keadaan
(Kridalaksana, 1993: 226). Verba dalam bahasa Arab sangat berkaitan
dengan aspek atau kekalaan.
Berdasarkan keaspekaan/kekalaan 12, verba bahasa Arab terbagi
P0F P

menjadi tiga;
1. Verba perfektif ‫ اﻟﻔﻌﻞ اﳌﺎﺿـﻲ‬/al-fi’lu l-mâdhî/ yaitu verba yang digunakan,

diantaranya untuk mengungkapkan tindakan yang telah sempurna


dilaksanakan (completed actions). Contohnya seperti verba ‫ﺿــﺮب‬

/dharaba/ ‘dia (maskulin) telah menendang’.


2. Verba imperfektif ‫ اﻟﻔﻌــﻞ اﳌﻀــﺎرع‬/al-fi’lu l-mudhâri’/ yaitu verba yang

digunakan untuk tindakan yang masih atau akan berlangsung


(incompleted actions). Contohnya adalah verba ‫ ﻳﻀـﺮب‬/yadhribuu/ ‘dia

(maskulin) sedang/akan menendang’.


3. Verba imperatif ‫ ﻓﻌــﻞ اﻷﻣــﺮ‬/fi’lu l-amr/ yaitu verba yang menyatakan

perintah. Contoh: ‫ اﺿﺮب‬/idhrib/ ‘tendang/tendanglah!’.

Dalam buku Pesona Bahasa, Kentjono menyebutkan bahwa


dalam proses morfologis Arab, terdapat proses yang disebut
penambahan intern, perubahan intern, atau modifikasi intern.
Penambahan atau modifikasi tersebut tejadi dalam morfem dasar
yang berkerangka tetap atau biasa disebut akar kata. Misalnya, dari
kerangka akar kata ktb ‘tulis’ dapat dibentuk beberapa kata seperti

12
Aspek adalah kategori gramatikal yang menunjukkan lamanya dan jenis perbuatan, apakah akan
dimulai, telah selesai, sedang berlangsung, berulang-ulang, dan sebagainya (Kridalaksana, 1993:
19).

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


katab ‘menulis(lampau)’, yaktubu ‘menulis(sedang)’, uktub
‘tulislah(perintah)’, kitâb ‘buku’, kitâbah ‘tulisan’, kâtib ‘penulis’,
maktab ‘meja/kantor’, maktabah ‘perpustakaan/toko buku’, miktâb
‘mesin ketik’, kutayyib ‘buklet’, mukâtabah ‘korespondensi’,
iktitâb ‘pendaftaran’, istiktâb ‘dikte’, dan maktȗb ‘tertulis’.
Kentjono (dalam Pesona Bahasa, 2009:152) juga
menyebutkan pengertian proses morfologis yaitu proses yang
mengubah bentuk kata dan memberikan kedudukan gramatikal
yang tertentu kepada kata yang dibentuknya, yang selanjutnya
memungkinkan kata itu berperan dalam kalimat atau dalam
menandai hubungan sintaktik. Dalam banyak bahasa, proses
morfologis –pada umumnya afiksasi—dibagi menjadi dua tipe
yaitu infleksi dan derivasi.

3.3.3 Infleksi
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam proses
morfologi dikenal dua tipe yaitu infleksi dan derivasi. Pun demikian
dengan bahasa Arab, dikenal adanya infleksi dan derivasi dalam proses
morfologisnya. Infleksi adalah alat gramatikal untuk mengungkapkan
konsep semantis kekalaan atau keaspekan (Kridalaksana, 1993: 101).
Sementara itu, menurut Kentjono (dalam Pesona bahasa, 2009:152)
menyebutkan bahwa infleksi mengubah bentuk suatu kata untuk
menetapkan hubungannya dengan kata-kata lain dalam kalimat. Jadi,
infleksi menentukan dan membatasi tugas gramatikal kata yang
dibentuknya. Pemakaian penanda jamak dalam bahasa Inggris dapat
dilakukan dijadikan contoh proses infleksi. Dengan menambahkan
penanda jamak –s kepada suatu kata benda misalnya pada girl, kata yang
dihasilkan dari infleksi yakni girls. Kata girls tersebut dibatasi
kedudukannya dalam kalimat. Infleksi ini juga berlaku pada bahasa Arab,

seperti penambahan ‫ _ ُ◌ﻭﻥ‬/ûna/ pada kata ‫ ﻣــﺪرب‬/mudarrib/ ‘coach’

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


sehingga bentuknya berubah menjadi ‫ ﻣــﺪرﺑﻮن‬/mudarribûna/ ‘coaches’.

Kedua penambahan tadi merupakan penanda jamak; kelas katanya tidak


berubah, tetap sebagai kata benda. Kridalaksana (1993: 90) menambahkan,
Infleksi tidak hanya dapat terjadi pada kata benda, tetapi juga kata kerja
yang disebut dengan infleksi kata kerja atau konjugasi.

3.3.4 Derivasi
Masih menurut Kentjono (dalam Pesona bahasa, 2009:153),
derivasi yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah ‫ اﺷـﺘﻘﺎق‬/isytiqâq/

mempunyai arti mengubah suatu kata menjadi kata baru. Kridalaksana


(1993: 40) menjelaskan bahwa derivasi adalah proses pembentukan suatu
kata dengan cara pengimbuhan afiks non inflektif.
Holes dalam bukunya, menyatakan bahwa bahasa Arab yang
termasuk dalam rumpun bahasa Semit, merupakan bahasa yang berprinsip
pada akar dan pola (root and pattern). Setiap perubahan baik akar maupun
pola memiliki arti. Perubahan tersebut berlaku pada verba dan nomina
(Holes, 1995: 81). Root atau akar kata dalam bahasa Arab ditandai dengan
tiga konsonan sebagai dasar pembentukan kata tersebut, yang sekaligus
menjadi pembentuk makna kata. Bentuk-bentuk kata tersebut tidak hanya
dapat berkomposisi, tetapi juga dapat melakukan modifikasi internal (Hal
ini selaras dengan apa yang telah dikatakan Kentjono bahwa dalam proses
morfologis Arab, terdapat proses yang disebut penambahan intern,
perubahan intern, atau modifikasi intern) 13 .Masih menurut Holes, root
P1F P

atau akar kata dalam bahasa Arab terbagi menjadi dua, yaitu unaugmented
root (akar yang belum mendapat tambahan) dan augmented root (akar
yang sudah mendapat tambahan). Holes (1995: 81) mengatakan bahwa
bentuk akar verba bila dilekati sejumlah afiks maka akan menambah
makna akar verba yang disebut sebagai pola morfo-semantik.

13
Lihat subbab 3.3.2 hal 30.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Morfologi Arab mengenal 15 pola, namun dalam MSA (Modern
Standard Arabic), hanya sepuluh pola yang dipakai secara aktif (Holes,
1995: 85). Kesepuluh pola tersebut adalah;
1. FML, pola ini merupakan pola dasar dalam derivasi morfologi Arab,
sama sekali tanpa huruf tambahan (unaugmented verbal root).
(F melambangkan radikal pertama, M melambangkan radikal kedua,
dan C melambangkan radikal ketiga) 14 Harakat radikal kedua dapat
P2F P

berupa fathah, kasrah, ataupun dhammah. Contoh: verba ‫ ﺧـﺮج‬/kharaja/

‘keluar’ yang berpola FaMaLa, verba ‫ ﻋﻠـﻢ‬/’alima/ ‘mengetahui’ yang

berpola FaMiLa, dan verba ‫ﺣﺴﻦ‬/ḥasuna/ ‘baik’ yang berpola FaMuLa.

2. FaMMaLa radikal kedua digandakan. Pola ini bermakna kausatif


seperti verba ‫ ﻋﻠّـﻢ‬/’allama/ ‘mengajarkan’, atau bisa juga bermakna

perbuatan yang dilakukan secara intensif, contohnya adalah verba


‫ ﲨّﻊ‬/jamma’a/ ‘mengumpulkan’.

3. FâMaLa, /â/ melambangkan vokal panjang atau dengan kata lain pola
ini mendapat penambahan ‫ ﺍ‬/alif/ setelah konsonan radikal pertama.
Pola ini menggambarkan perbuatan yang melibatkan patient (penerima
tindakan), aksi-reaksi, atau resiprokal. Contohnya adalah ‫ ﻗﺎﺑـﻞ‬/qâbala/

‘menemui’.
4. aFMaLa, akar diimbuhi dengan prefiks ‫ ﺃ‬/hamzah/ dan radikal
pertamanya tidak berharakat. Pola ini bisa bermakna kausatif 15, seperti
P3F P

‫ أﻋﻠﻢ‬/a’lama/ ‘menginformasikan’.

14
Penulis mengikuti lambang yang digunakan Abboud (1971).
15
Perbuatan yang menyebabkan suatu keadaan atau kejadian (Kridalaksana, 1993: 101)

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


5. taFaMMaLa, akar ditambah prefiks ‫ ت‬/ta/ dan konsonan radikal kedua

digandakan. Pola ini dapat bermakna refleksif 16, contoh: ‫ﲢﺴ ــﻦ‬
ّ P4F P

/taḥassana/ ‘menjadi lebih baik’.


6. taFâMaLa, akar diawali dengan prefiks ‫ ت‬/ta/ dan infiks ‫ ﺍ‬/alif/ setelah

radikal pertama. Pola ini mengandung makna yang bersifat resiprokal,


seperti verba ‫ ﺗﻌﺎون‬/ta’âwana/ ‘saling menolong’.

7. inFaMaLa, akar ditambah prefiks ‫ ﺍ‬/alif/ dan ‫ ﻥ‬/nûn/. Bentuk alif


dalam pola ini merupakan alif konjungtif. Pola ini dapat bermakna
suatu perbuatan yang merupakan efek tak langsung dari perbuatan
kausatif atau bersifat refleksif dari bentuk I. Pada umumnya, bentuk
pasif lebih sering dipergunakan dalam pola ini, seperti ‫اﻧﻜﺸــﻒ‬

/inkasyafa/ ‘terungkap’.
8. iFtaMaLa, akar diberi prefiks alif konjungtif dan infiks ‫ ت‬/tâ?/ setelah

konsonan pertama (konsonan pertama tidak berharakat); pola ini


bermakna refleksif dari bentuk I atau bisa juga bermakna resiprokal,
sepeti kata ‫ اﺟﺘﻤﻊ‬/ijtama’a/ ‘berkumpul’.

9. iFMaLLa, akar diberi prefiks alif konjungtif dan menghilangkan


vokal atau harakat pada radikal pertama serta penggandaan huruf pada
radikal ketiga. Pola ini dapat bermakna inkoatif dari akar kata yang
menyatakan warna, contohnya adalah kata ‫ اﲪ ّـﺮ‬/iḥmarra/ yang artinya

‘menjadi merah’.
10. istaFMaLa, akar ditambah tiga prefiks; ‫ ﺍ‬/alif/, ‫ س‬/sîn/ dan ‫ ت‬/ta.

Makna pola ini adalah memohon sesuatu. Contoh: ‫ اﺳـﺘﻐﻔﺮ‬/istaghfara/

‘memohon ampun’.

16
Relasi antara satu argumen dengan argumen itu sendiri (Kridalaksana, 1993: 186).

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Pola-pola di atas dapat mengalami proses derivasi menjadi nomina
verba ‫ اﳌﺼـﺪر‬/mashdar/, partisipan aktif ‫ اﺳـﻢ اﻟﻔﺎﻋـﻞ‬/ism fâ’il/ atau pasif ‫اﺳـﻢ‬

‫اﳌﻔﻌـﻮل‬/ism maf’ûl/ dan lain sebagainya. Misalnya pola dasar ‫ ﺣﺴـﺐ‬/ḥasaba/

‘menghitung’ yang dapat berderivasi menjadi ‫ ﺣﺴ ـ ــﺒﺎن‬/ḥusbânun/

‘perhitungan’, ‫ ﺣﺎﺳــﺐ‬/ḥâsib/ ‘yang menghitung’, ‫ ﳏﺴــﻮب‬/maḥsûb/ ‘yang

dihitung’ dan lain sebagianya (Fa’iq, 2010: 10).

3.4 Sumber Pembentukan Kata dan Bentuk Kata dalam Bahasa Arab
Modern
3.4.1 Sumber Pembentukan Kata
Pada sebuah buku yang berjudul Analisa Bahasa, Samsuri
menerangkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan sebuah bahasa
dunia tidak mungkin dapat lepas dari pergaulan antara bahasa itu sendiri
dengan bahasa dunia lainnya. Semua bahasa yang masih hidup di dunia
ini, tentu mengalami perubahan yang mungkin tidak akan terlihat oleh
pemakai-pemakai bahasa itu sendiri di dalam waktu pendek, tetapi secara
kumulatif dan dalam waktu yang cukup lama, perubahan itu akan terlihat
dengan jelas. (Samsuri, 1980: 50 dalam Fa’iq, 2010: 30).
Pada buku Bahasa, Sastra, dan Budaya Arab, Lesmana
menyebutkan sumber pembentukan kata dalam bahasa Arab ada dua
yaitu kosakata bahasa Arab dan kosakata bahasa asing.
3.4.1.1 Kosakata Bahasa Arab
Kosakata bahasa Arab dapat dijadikan sumber
pembentukan kata dalam bahasa Arab modern. Pembentukan
kata baru pada pada dasarnya ada dua, yaitu kata-kata baru yang
dibentuk dari sumber bahasa itu sendiri dan kata-kata yang
dipungut dari bahasa lain, atau kadang-kadang gabungan dari
kedua sumber tersebut (Usman, 1978: 11 dalam Lesmana, 2010:
33).

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


3.4.1.2 Kosakata Bahasa Asing
Selanjutnya Usman (Usman, 1978: 11 dalam Lesmana,
2010: 33) menjelaskan bahwa memungut kosakata dari bahasa
lain dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu bentuk tetap,
bentuk serapan dan bentuk terjemahan. Jika yang dimaksud
Usman adalah bentuk seperti kata take off dalam bahasa
Indonesia, yang ejaan dan lafalnya harus ditulis dan diucapkan
sama, maka sulit untuk menentukan apakah kata-kata asing yang
masuk ke dalam bahasa Arab berbentuk tetap atau tidak karena
huruf-huruf dalam bahasa Arab lain dengan yang dipungutnya.
Oleh karena itu, Lesmana (2010: 35) menjelaskan bahwa kata-
kata bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa Arab hanya
melalui proses penyerapan dan penerjemahan, karena huruf-
huruf dalam bahasa Arab lain dengan huruf yang dipungutnya.
Sementara itu, Versteegh (1997: 179) menyebutkan ada
lima cara dalam membentuk kata atau frase baru dalam bahasa
Arab, yaitu meminjam dari bahasa asing, menggabungkan kata-
kata asing, baik secara morfologis dan atau fonologis,
menerjemahkan kata-kata asing, memperluas akar kata dari kata-
kata yang sudah ada, dan memperluas makna dari kata-kata yang
sudah ada. Singkatnya, Chejne (1969: 163 dalam Lesmana,
2002: 2) mengatakan bahwa ada empat cara dalam pembentukan
kata-kata baru dalam bahasa Arab, yaitu dengan arabisasi atau
‫ ﺗﻌﺮﻳـﺐ‬/ta’rîb/, derivasi atau ‫ اﺷـﺘﻘﺎق‬/isytiqâq/, membentuk satu kata

dari gabungan kata, ‫ ﳓــﺖ‬/naḥt/ dan pembentukan kata sesuai

dengan arti kiasannya, ‫ ﳎــﺎز‬/majâz/. Teori Chejne inilah yang

akan penulis jadikan sebagai acuan dasar dalam analisis


morfologi. Akan tetapi Fa’iq (2010:31) mengecualikan majâs

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


yang menurutnya masuk ke dalam lingkup semantik. Ketiga cara
tersebut dapat dengan detail diperinci sebagai berikut,
1. Arabisasi atau ‫ ﺗﻌﺮﻳــﺐ‬/ta’rîb/. Bakalla (1990: 16) menjelaskan

bahwa arabisasi biasanya diartikan memungut bahasa asing


dengan perubahan seperlunya untuk disesuaikan dengan pola
morfologi dan fonologi Arab. Proses pemungutan dalam bahasa
Arab bukanlah merupakan suatu hal yang baru, dalam beberapa
buku yang telah ditulis lebih dari 1000 tahun yang lalu
disebutkan bahwa bahasa Arab telah meminjam kata dari bahasa
Parsi dan lainnya. Pemungutan adalah proses masuknya unsur
fonologis, gramatikal, atau leksikal, atau leksikal dari suatu
bahasa ke dalam bahasa lain akibat adanya kontak/peniruan
(Kridalaksana, 1993: 159). Sedangkan Thomason (1988: 37)
mengartikan pemungutan sebagai suatu proses penyatuan atau
pemasukan unsur-unsur asing ke dalam sebuah kelompok
bahasa yang dilakukan oleh penutur bahasa tersebut, bahasa asli
tetap dipertahankan, tetapi sedikit diubah dengan menambahkan
unsur-unsur asing. Crystal (1980: 214 dalam Wastono, 2000: 35)
mendefinisikan pungutan sebagai. “a loan is a linguistic unit
(usually a lexical item) which has come to be used in a language
or dialect other than the one where it originated”. Dalam bahasa
Arab, peminjaman dikenal dengan istilah ‫ اﻹﻗـﱰاض‬/al-iqtirâdh/.

Pemungutan disebabkan oleh beberapa hal, berikut ini adalah


sebab-sebab/motivasi pemungutan yang dikemukakan oleh
beberapa ahli lingustik,
a. Sapir (1949: 192) menyatakan bahwa pemungutan unsur
bahasa asing terjadi karena adanya kontak budaya.
b. Jones (1984: 38) berpendapat bahwa pemahaman terhadap
proses pemungutan kata-kata asing menyangkut pemahaman

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


terhadap kontak budaya yang menyebabkan terjadinya
pemungutan tersebut.
c. Menurut Charles F. Hocket (1958: 404-405)
- Keinginan agar lebih bergaya (the prestige motive)
- Kebutukan akan kata-kata yang belum ada istilah atau
padanannya dalam bahasa peminjam (the need filling
motive).
d. Menurut Nababan (1993: 39), suatu kata, ungkapan, atau
konsep yang ada dalam bahasa suatu kebudayaan dipinjam
oleh bahasa lain karena tidak adanya padanan yang sesuai
dalam bahasa tersebut. Apabila kata, ungkapan, konsep asing
tersebut diterjemahkan, artinya sering terlalu jauh dari apa
yang akan diungkapkan.
Contoh hasil dari proses arabisasi adalah nomina (11) ‫ﺳـﻮﻓﺖ ﺑـﻮل‬

/sûftbûl/ ‘softball’ dan (12) ‫ ﻫﺎﺗﺮﻳﻚ‬/hâtrîk/ ‘hatrick’.

2. Derivasi atau ‫ اﺷـﺘﻘﺎق‬/isytiqâq/. Seperti yang pernah dijelaskan

sebelumnya, setiap kata dalam bahasa Arab biasanya dibentuk


dari akar kata dan pola. Pola-pola tertentu menunjukkan makna
tertentu, seperti pola ‫ ﻣﻔﻌﻠـﻞ‬/mufa’lil/ yang menunjukkan makna

pelaku. Misalnya seperti yang tertera pada contoh (11) ‫ﻣــﺪرب‬

/mudarrib/ ‘coach’.
3. Penggabungan atau ‫ ﳓـﺖ‬/naḥt/, yaitu suatu proses di mana dua

buah kata atau lebih dibuat menjadi satu kesatuan (Bakalla,


1984: 15). Singkatan dapat juga dianggap sebagai salah satu dari
penggabungan ini, seperti ARAMCO merupakan abreviasi dari
‘Arabian American Oil Company’. Penggabungan seperti ini
telah dikenal oleh orang-orang Arab sejak dahulu. Contoh lain
dari naḥt yang sudah ada sejak dahulu adalah kata ‫ﺑﺴــﻤﻠﻪ‬

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


/basmalah/ yang merupakan abreviasi dari ungkapan ‫ﺑﺴـﻢ اﷲ‬

‫ اﻟـ ّـﺮﲪﻦ اﻟـ ّـﺮﺣﻴﻢ‬/bismillâhi r-raḥmâni r-raḥîm/. Sedangkan untuk

bahasa Arab modern, Lesmana (2002: 10) memberikan satu

contoh berikut, ‫ ب‬. ‫ ص‬singkatan dari ‫ ﺻـﻨﺪوق اﻟﱪﻳـﺪ‬/shundûqu l-

barîd/ kotak pos yang merupakan padanan dari bahasa asing


P.O. Box.

3.4.2 Bentuk Kata dan Frasa dalam Bahasa Arab Modern


Lesmana (2010: 46) juga menyebutkan bahwa kata-kata yang
bersumber dari bahasa Arab dapat dibagi menjadi beberapa bentuk;
1. Lambang
Contohnya adalah ‫ ﺳــﻢ‬yang berati ‘centimeter’ dan ‫ ك‬yang bermakna

‘kwintal’.
2. Akronim
3. Nomina
4. Verba
5. Verba-preposisi
Contohnya adalah ‫ ﻗــﺎم ب‬/qâma bi/ yang bermakna ‘melaksanakan’.

Lesmana (2010: 38) menjelaskan bahwa bentuk kata seperti ini dapat
dimasukkan ke dalam kategori frase verbal.
6. Nomina-ajektif nisbah
Contohnya adalah ‫ اﻟﻘﻤـﺮ اﻟﺼـﻨﺎﻋﻲ‬/al-qamaru sh-shanâ’î/, artinya ‘satelit’.

Bentuk kara seperti ini dapat dimasukkan ke dalam kategori frase


nominal.
7. Nomina-nomina
Contoh: ‫ ﺣﺎﻣﻠـﺔ اﻟﻄـﺎﺋﺮة‬/ḥamilatu th-thâirah/ ‘kapal induk’. Nomina pertama

berbentuk definite (takrif), sekalipun tanpa artikel al-, karena


pengertiannya dibatasi oleh nomina kedua. Nomina kedua boleh

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


indefinite (tak takrif), tapi kasusnya harus genitif. Apabila satu nomina
diikuti oleh nomina lain yang sebelumnya hingga membuatnya menjadi
definitif, sekalipun tanpa artikel al-, disebut construct phrase. Bentuk
kata seperti ini (nomina-nomina) dapat juga dimasukkan ke dalam frase
nominal. Makna dari hubungan antara nomina pertama dengan nomina
kedua bisa merupakan kepemilikan, sifat, atau pun hubungan pelaku
dengan obeyeknya.
8. Nomina-nomina-adjektif nisbah
Contohnya adalah ‫ ﻧﻈﺎم أﺣﻜﺎم اﻟﺬاﰐ‬/nizhâmu aḥkami dz-dzâtî/ ‘otonomi’.

9. Nomina-nomina-nomina
‫ وﻓﻖ اﻃﻼق اﻟﺬاري‬/wafqu ithlâqi dz-dzâri/ ‘peletakan senjata’.

10. Nomina-nomina-ajektif nisbah-ajektif nisbah


Contohnya adalah ‫ ﺷﺮﻛﺔ اﻟﺰﻳﺖ اﻟﺴﻌﻮدﻳّﺔ اﻷﻣﺮﻛﻴّـﺔ‬/Syarikatu z-Zaiti s-Su’ûdiyyatu

l-Amrikiyyah/ ‘Perusahaan Minyak Saudi Arabia–Amerika’.


11. Adverbia-nomina
Contoh ‫ ﲢــﺖ اﻟﻄﺎﺋﻠــﺔ‬/taḥta th-thâ?ilah/ ‘dengan ancaman’. Adverbia

dalam bahasa Arab termasuk kategori nomina.


12. Preposisi-nomina
Contohnya adalah ‫ ﻋﻦ ﻃﺮﻳﻖ‬/’an tharîq/ maknanya ‘melalui, via’.

13. Nomina-preposisi
‫ ﺑﻨﺎءا ﻋﻠﻰ‬/binâ?an ‘ala/ yang berarti ‘sesuai dengan, berdasarkan atas’.

14. Preposisi-nomina-preposisi
Salah satu contohnya adalah ‫ ﻋﻠﻰ اﻟﺮﻏﻢ ﻣﻦ‬/’ala r-raghmi min/ ‘meskipun’.

15. Preposisi-nomina-kata penegas


Contoh ‫ ﻣﻦ اﳌﻌﻠﻮم أ ّن‬/mina l-ma’lûmin anna/ ‘seperti yang diketahui’.

16. Preposisi-adverbia
Contohnya ‫ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ‬/min qabl/ ‘sebelum’.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


17. Adverbia-kata penegas
Contohnya ‫ ﻏﲑ أن‬/ghairu an/ ‘bagaimanapun, tetapi’

18. Preposisi-nomina-ajektiva
‫ ﰲ وﻗﺖ ﻗﺮﻳﺐ‬/fî waqtin qarîb/ maknanya adalah ‘segera’.

19. Kata penyangkal-ajektif nisbah


‫ ﻻ ﻣﺮﻛﺰﻳّﺔ‬/lâ markaziyyah/ ‘desentralisasi’.

20. Preposisi-ajektif
Misal, ‫ ﻣﻦ ﺟﺪﻳﺪ‬/min jadîd/ ‘lagi’.

21. Preposisi-ajektiva
22. Preposisi-kata penegas
‫ إﱃ ان‬/ilâ an/ ‘hingga, sampai’.

23. Kata pengecualian-kata penegas


Contohnya adalah ‫ إﻻّ ان‬/illâ an/ ‘namun, meskipun demikian, tetapi’.

24. Pronomina demonstrativa-kata sambung


‫ ﻫﺬا و‬/hadzâ wa/ ‘selain itu, lagi pula’.

25. Preposisi-pronomina demonstrativa


Contoh, ‫ ﻋﻠﻰ ذﻟﻚ‬/’ala dzalika/ ‘maka dari itu, sebagai, karenanya’.

3.5 Semantik Bahasa Arab


3.5.1 Definisi Semantik
Dalam buku Pengantar Semantik Bahasa Indonesia yang ditulis
oleh Abdul Chaer, kata semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘sema’
yang artinya ‘kata benda’ yang berarti pula tanda atau lambang. Yang
dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata ‘sema’
itu adalah tanda linguistik. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh
Ferdinand de Saussure (1996), yaitu yang terdiri dari (1) komponen yang
mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2)

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu.
Kedua komponen ini adalah merupakan tanda atau lambang, sedangkan
yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar
bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk. Kata semantik
ini lalu diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti (Chaer, 1995: 2).
Pendapat Abdul Chaer tersebut selaras dengan yang diungkapkan
oleh Darmojuwono yang mengartikan semantik adalah cabang ilmu
linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa (Darmajuwono, 2007:
114). Sedangkan Keraf (1993: 129) berpendapat bahwa semantik adalah
bagian dari linguistik yang meneliti makna dalam bahasa tertentu, mencari
asal mula dan perkembangan dari arti suatu kata.
Dalam bahasa Arab, semantik dinamakan dengan ‫ ﻋﻠـﻢ اﻟﺪﻻﻟـﺔ‬/’ilmu

d-dilâlah/ atau ada juga yang menamakannya dengan ‫ ﻋﻠـﻢ اﳌﻌـﲎ‬/’ilmu l-

ma’nâ/. Umar (1982: 11) dalam Fa’iq (2010: 16) cenderung memilih
penamaan yang pertama dikarenakan penamaan yang kedua lebih dekat ke
cabang ilmu balâghah. Selanjutnya, Umar dalam bukunya yang berjudul
’ilmu d-dilâlah mendefinisikan semantik sebagai suatu,
‫دراﺳﺔ اﳌﻌﲎ أو اﻟﻌﻠﻢ اﻟﺬي ﻳﺪرس اﳌﻌﲎ أو ذﻟﻚ اﻟﻔﺮع ﻣﻦ ﻋﻠﻢ اﻟﻠﻐﺔ اﻟﺬي ﻳﺘﻨﺎول ﻧﻈﺮﻳﺔ‬
‫اﳌﻌﲎ أو ذﻟﻚ اﻟﻔﺮع اﻟﺬي ﻳﺪرس اﻟﺸﺮوط اﻟﻮاﺟﺐ ﺗﻮاﻓﺮﻫﺎ ﰲ اﻟﺮﻣﺰ ﺣﱴ ﻳﻜﻮن ﻗﺎدرا ﻋﻠﻰ‬
‫ﲪﻞ اﳌﻌﲎ‬
/dirâsatu l-ma’nâ aw al-‘ilmu alladzî yadrusu l-ma’nâ aw
dzâlika l-far’u min ‘ilmi l-lughah alladzî yatanâwalu
nazhriyyati l-ma’nâ aw dzâlika l-far’u alladzî yadrusu sy-
syurûtha l-wâjiba tuwâfiruhâ fî r-ramzi ḥattâ yakûna
qâdiran ‘alâ ḥamali l-ma’nâ/
‘studi tentang makna atau suatu ilmu yang mempelajari
makna atau suatu cabang dari ilmu linguistik yang berkaitan
dengan teori makna atau suatu cabang (ilmu lingustik) yang
mempelajari teori-teori pembentukan makna’(Umar dalam
Fa’iq, 2010: 17)

3.5.2 Peranan Semantik dalam Pembentukan Kosakata Baru Bahasa

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Bakalla (1984: 14) mengatakan bahwa bahasa Arab berada pada
pengaruh tetap kebudayaan dan bangsa lain. Sebagai hasil dari kontak
yang tetap ini menjadikan bahasa Arab mendapat pengaruh pada semantik
bahasanya. Pengaruh semantik ini ditandai dengan penyerapan beberapa
konsep dan ide, dengan bantuan penerjemahan kata per kata atau bebas
dari bahasa lain. Ada beberapa cara dimana semantik memainkan
peranannya dalam menciptakan kosakata baru bahasa Arab;
1. Menggunakan kembali kata-kata Arab yang telah lama atau tidak
terpakai lagi untuk mengungkapkan konsep atau ide modern,
seperti ‫ ﺟـﻮﻫﺮ‬/jawhar/ dan ‫ ﻋــﺮض‬/’aradh/ yang berarti ‘substansi’ dan

‘bentuk’. ‫ ﺳـﻴّﺎرة‬/sayyârah/ yang dulu berarti ‘kafilah unta’, sekarang

berarti ‘mobil’. Tetapi, ada juga kata-kata lama yang tetap ada artinya
semula dan kadang-kadang dipakai lagi untuk mengungkapkan ide
baru dengan sedikit perbedaan.
2. Metafora atau majâz. Ini menyangkut penggunaan matafora atau
abstraksi untuk menerjemahkan kosakata bahasa asing ke dalam
bahasa Arab, seperti kata ‫ ﻫـﺎﺗﻒ‬/hâtif/ untuk ‘telepon’. Hâtif dulu berarti

‘suara inspirasi’. ‫ ﺑـﺮق‬/barq/ (yang berarti ‘telegraf’), dulu berarti ‘kilat,

halilintar’. ‫ ﺑﺮﻳـﺪ‬/barîd/ dulu berarti cara lama mengirim pesan yang

menggunakan binatang sebagai alat transportasinya. Sekarang barîd


berarti ‘pos’, baik melalui darat maupun udara.
3. Penerjemahaan pola-pola kata asing, seperti ‫ وﻛﺎﻟــﺔ اﻷﻧﺒــﺎء‬/wakâlatu l-

anbâ?/ ‘kantor berita’, ‫ ﻣﻨﻈّﻤـﺎت اﻷﻣـﻢ اﳌﺘّﺤـﺪة‬/munazhzhamâtu l-umami l-

muttaḥidah/ ‘Persatuan Bangsa-Bangsa’, ‫ ﻛــﺮة اﻟﻘــﺪم‬/kuratu l-qadam/

‘sepak bola’, ‫ اﻟﺴـﻮق اﳌﺸـﱰﻛﺔ‬/as-sûqu l-musytarakah/ ‘Pasar Bersama’, ‫دول‬

‫ اﻷوﺑﻴـﻚ‬/duwalu l-ûbîk/ ‘negara-negara OPEC’. Semua ungkapan ini

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


secara harfiah diterjemahkan dari bahasa Inggris, Perancis, dan bahasa
lainnya.

3.6 Relasi Makna


Dalam setiap bahasa, seringkali kita temui adanya hubungan
kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa
lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi (Chaer, 1995: 82).
Makna kata yang saling berhubungan ini yang disebut relasi makna
(Darmajuwono, 2007: 116). Abdul Chaer (1995: 82) menyebutkan bahwa
hubungan atau relasi makna menyangkut hal kesamaan makna (sinonimi),
kebalikan makna (antonimi), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas),
ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan
makna (redundansi), dan sebagainya. Demikian pula yang dikatakan
Maman Lesmana (2010: 57) pada kesimpulan pembahasan ‘Bab Semantik
Bahasa Arab Pers’ menyebutkan bahwa aspek semantik dalam bahasa
Arab Pers tidak berbeda kasusnya dengan aspek semantik dalam bahasa
lainnya, yaitu ada arti primer dan sekunder, perubahan makna, arti leksikal
dan struktural, sinonimi, polisemi, homonimi, idiom, dan istilah. Wastono
(2005) membagi relasi makna paradigmatis menjadi tiga cakupan, yaitu
relasi makna keidentikan, relasi makna peliputan, dan relasi makna
pertentangan.

3.6.1 Relasi Makna Keidentikan


Dalam relasi makna keidentikan ini penulis membagi menjadi
beberapa sub, yaitu homonimi, polisemi, dan sinonimi.

3.6.1.1 Homonimi
Homonimi adalah kata yang berasal dari bahasa Yunani kuno
onoma yang artinya ‘nama’ dan homo yang artinya ‘sama’. Oleh karena
itu, secara semantik, homonimi dapat diartikan sebagai ungkapan kata,

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


frase, atau kalimat yang bentuknya sama dengan ungkapan lain (juga
berupa kata, frase, atau kalimat) tetapi maknanya berbeda (Chaer, 1995:
93). Sedangkan menurut Lesmana, homonimi dapat diartikan sebagai kata
yang mempunyai bentuk yang sama dari sisi ejaan maupun lafalnya, akan
tetapi mengungkapkan makna yang berbeda. Contoh ‫ ﺗـﺎرﻳﺦ‬/târîkh/ ‘sejarah’

dan ‫ ﺗـﺎرﻳﺦ‬/târîkh/ ‘tanggal’. Ejaan dan lafal pada kedua kata tersebut sama,

namun artinya berbeda (Lesmana, 2010: 54) .

3.6.1.2 Polisemi
Masih menurut Chaer (1995: 101), polisemi diartikan dengan
satuan bahasa (kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu.
Sedangkan Lesmana (2010: 54) mengartikan polisemi sebagai sebuah kata
yang mempunyai berbagai macam arti, tetapi arti-arti ini masih saling
berkaitan satu sama lain. Timbulnya berbagai macam arti ini disebabkan
oleh adanya pergeseran makna atau tafsiran yang berbeda. Contoh
polisemi dapat dilihat pada kata berikut ini (a) ‫ اﻷرﻛـﺎن اﻟﻌﺴـﻜﺮﻳّﺔ‬/al-?arkânu l-

‘askariyyah/ ‘staf militer’ dan (b) ‫ أرﻛـﺎن اﻟﺪوﻟـﺔ‬/?arkânu d-dawlah/ ‘pejabat

tinggi negara’. Kata ‫ أرﻛـﺎن‬pada contoh (a) bermakna ‘staf’ sedangkan pada

contoh (b) ‘pejabat tinggi’.

3.6.1.3 Sinonimi
Secara etimologi, kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno
yaitu onoma yang berarti ‘nama’ dan syn yang berarti ‘dengan’. Sinonimi
dapat didefinisikan sebagai ungkapan yang maknanya kurang lebih sama
dengan ungkapan lain (Chaer, 1995: 82). Lesmana (2010: 53) juga
menjelaskan arti sinonimi, yaitu dua kata atau lebih yang mempunyai
makna sama. Seperti kata ‫ ﺑﻨـﻚ‬/bank/ dan ‫ ﻣﺼـﺮف‬/mashraf/ yang keduanya

bermakna ‘bank’ (Lesmana: 2010: 53).

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


3.6.2 Relasi Makna Peliputan
Relasi makna yang termasuk dalam relasi makna peliputan atau
‫ اﻟﺘﻀ ّـﻤﻦ‬/at-tadhammun/ ada dua macam, yaitu relasi makna hiponimi dan

meronimi. Akan tetapi, dalam pembahasan semantik pada bab isi dalam
skripsi ini, penulis hanya akan memaparkan relasi makna peliputan dalam
kosakata laras olahraga dilihat dari hiponimi saja. Menurut Chaer (1995:
98), kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu onoma yang
berarti ‘nama’ dan hypo yang berarti ‘di bawah’. Secara harfiah, hiponimi
diartikan dengan nama yang termasuk di bawah nama lain. Secara
semantik, hiponim ialah ungkapan (kata, frasa, atau kalimat) yang
maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain.
Singkatnya, hiponimi adalah relasi makna yang berkaitan dengan
peliputan makna khusus dalam makna umum. seperti makna tongkol
dalam makna ikan, makna unta dalam makna binatang. Tongkol, bandeng,
tenggiri, teri, mujair, cakalang, dan tuna berhiponimi dengan ikan,
sedangkan unta, kucing, anjing, kambing, dan kuda berhiponimi dengan
binatang. Relasi makna hiponimi dalam bahasa Arab dinamakan dengan
‫ اﻹﺷـﺘﻤﺎل‬/al-isytimâl/. Umar (1982, dalam Wastono 2005: 34) merumuskan

definisi hiponimi bahasa Arab dengan,


‫ﻳﻜﻮن )أ( ﻣﺸﺘﻤﻼ ﻋﻠﻰ )ب( ﺣﲔ ﻳﻜﻮن )ب( أﻋﻠﻰ ﰲ ﺗﻘﺴﻴﻤﻲ اﻟﺘﺼﻨﻴﻔﻲ أو اﻟﺘﻔﺮﻋﻲ‬

/yakûnu (alif) musytamilan ‘alâ (bâ?) hîna yakûna (bâ?) a’lâ


fî taqsîmî t-tashnîfî aw t-tafri’î/
‘A hiponim B apabila B lebih tinggi dalam kelas taksonomi’

Umar (1982: 99) menambahkan bahwa rumusan kehiponimian


bahasa Arab dapat dicontohkan dalam ungkapan berikut,
‫ﻳﺘﻀﻤﻦ ﻣﻌﲎ ﺣﻴﻮان‬
ّ ‫ وﻋﻠﻰ ﻫﺬا ﻓﻤﻌﲎ ﻓﺮس‬. ‫ﻓﺮس اﻟﺬي ﻳﻨﺘﻤﻲ إﱃ ﻓﺼﻴﻠﺔ أﻋﻠﻰ ﺣﻴﻮان‬
/faras alladzî yantamî ilâ fashîlatu a’lâ hayawân. Wa ‘alâ
hâdzâ fama’nâ faras yatadhammanu ma’nâ hayawân/

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


‘kuda dinisbatkan kepada hewan yang mempunyai kelas lebih
tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa makna kuda tercakup
dalam makna hewan.’

3.6.3 Relasi Makna Pertentangan


Relasi makna pertentangan terdiri atas dua bagian, yaitu relasi
makna antonimi dan relasi makna kontranimi. Dalam pembahasan bab isi
skripsi ini, penulis hanya akan menjelaskan satu dari dua bagian relasi
makna pertentangan, yaitu antonimi. Kata Antonimi berasal dari kata
Yunani kuno yaitu onoma ‘nama’ dan anti ‘melawan’. Secara harfiah
antonim berarti nama lain untuk benda lain pula. Secara semantik,
antonimi dapat didefinisikan sebagai ungkapan (kata, frase, atau kalimat)
yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Contoh
antonimi yang dikemukan Fa’iq dalam bahasa Arab laras TI adalah kata
‫ ﺗﺴـﺠﻴﻞ دﺧـﻮل‬/tasjîlu dukhûl/ berantonimi dengan makna ‫ ﺗﺴـﺠﻴﻞ ﺧـﺮوج‬/tasjîlu

khurûj/. Kata ‫ ﺗﺴـﺠﻴﻞ دﺧـﻮل‬bermakna ‘sign-in’ sedangkan kata ‫ﺗﺴـﺠﻴﻞ ﺧــﺮوج‬

bermakna ‘sign-out’. Kemudian kata ‫ﻂ‬


ّ ‫ ﻋﻠــﻲ اﳋ ـ‬/’ala l-khathth/ juga

berantonimi dengan makna ‫ﻂ‬


ّ ‫ ﺧــﺎرج اﳋـ‬/khariju l-khathth/. Kata ‫ﻂ‬
ّ ‫ﻋﻠــﻲ اﳋـ‬

bermakna ‘online’ sedangkan ‫ﻂ‬


ّ ‫ ﺧـﺎرج اﳋـ‬bermakna ‘offline’ (Fa’iq, 2010:
68).

3.7 Idiom
Nida (1974: 202 dalam Lesmana 2010: 55) mendefinisikan idiom
sebagai suatu ungkapan yang terdiri dari beberapa kata yang artinya tidak
dapat diperoleh dari masing-masing kata yang membentuknya. Contoh-
contoh idiom dalam bahasa Arab adalah kata ‫ اﻷﻳـﺪي اﻟﻌﺎﻣﻠـﺔ‬/al-aydî l-‘âmilah/

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


‘buruh’. Idiom tersebut terdiri dari dua buah kata, yaitu kata ‫ اﻷﻳـﺪي‬/al-aydî/

yang berarti ‘tangan-tangan’ dan kata ‫ اﻟﻌﺎﻣﻠـﺔ‬/al-‘âmilah/ yang berarti ‘yang

bekerja’. Jika kata-kata tersebut digabungkan, maka artinya ‘tangan-


tangan yang bekerja’. Namun, sebagai idiom artinya bukanlah demikian,
melainkan ‘buruh’ (Lesmana, 2010: 55).
3.8 Istilah
Abdul Chaer (1995: 52) menerangkan bahwa pengistilahan dalam
suatu bahasa dibentuk berdasarkan prosedur yang ada dalam suatu bahasa.
Hal ini dikarenakan proses pengistilahan tersebut dilakukan untuk
mendapatkan ketepatan dan kecermatan makna untuk suatu bidang
kegiatan atau keilmuan. Kridalaksana (1993: 67) pun menjelaskan
pengertian istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan suatu makna konsep proses, keadaan atau sifat yang khas
dalam bidang tertentu. Menurut Lesmana bahwa selain bentuk idiom,
kata-kata dalam bahasa Arab Pers ada juga yang berbentuk istilah
(Lesmana 2010:56). Contoh istilah dalam bahasa Arab pers yaitu kata
‫ ﺻـﻨﺪوق‬/shundûq/ yang berarti ‘kotak’ tetapi pada istilah ekonomi artinya

berubah menjadi ‘kas atau dana’. Dengan demikian satu bentuk kata dapat
memiliki arti yang berbeda-beda tergantung pada bidang yang
dimasukinya.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


BAB IV
ANALISIS MORFOLOGI KOSAKATA BAHASA ARAB LARAS
OLAHRAGA

4.1 Pengantar
Kosakata dalam bahasa Arab laras olahraga merupakan kosakata yang
muncul akibat adanya penyebaran dan perkembangan bidang olahraga,
khususnya di negara-negara berbahasa Arab. Kosakata-kosakata itu sengaja
dibentuk untuk mengungkapkan teori-teori, istilah-istilah, dan kosakata dalam
bidang tersebut. Misalnya kata ‫ ﻛـﺮة اﻟﻘـﺪم‬/kuratu l-qadam/, kata ini dibentuk

untuk mewakili konsep kata dari bahasa Inggris, football atau soccer, yaitu
olahraga yang terdiri atas dua tim, setiap tim terdiri atas sebelas orang yang
keduanya memainkan bola dengan kaki. Bakalla (1990: 16) menyebutkan
bahwa pembentukan kata dalam bahasa Arab modern—ditinjau dari segi
morfologis—terbagi menjadi tiga macam, yaitu arabisasi, derivasi, dan
singkatan lambang huruf. Selain itu, ada juga yang berupa gabungan kata, baik
yang gabungan biasa maupun hibrida.

4.2 Arabisasi
Arabisasi atau ta’rib adalah proses pemungutan bahasa asing dengan
perubahan seperlunya untuk disesuaikan dengan pola morfologi dan fonologi
Arab walaupun ada juga perubahan yang tidak berarti dan tidak sesuai dengan
pola morfologi dan fonologi bahasa Arab (Bakalla, 1990: 16). Singkatnya,
arabisasi adalah penyerapan kosakata bahasa asing ke dalam bahasa Arab.
Proses Arabisasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu melalui transliterasi dan
melalui transkripsi. Berikut ini akan dijelaskan mengenai dua hal tersebut.

4.2.1 Transliterasi
Bentuk arabisasi pertama yang akan dibahas adalah transliterasi. Menurut
Lesmana (thn:hlm), transliterasi adalah penggantian huruf demi huruf dari

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


abjad latin ke abjad Arab tanpa mengindahkan lafal bunyi kata yang
sebenarnya. Berikut ini adalah contoh dari transliterasi,

(1) ‫ﺑﻨﻚ‬ /bank/ ‘bank’ 17


P0F

(2) ‫ﻓﻴﻔﺎ‬ /fîfâ/ ‘FIFA’ 18 P1F

(3) ‫ﻛﺎﻛﺎ‬ /kâkâ/ ‘Kaka' 19 P2F

Dari data di atas menunjukkan penyerapan bahasa asing yang ditransliterasikan


ke dalam bahasa Arab. Pergantian huruf dalam kata (1) ‫‘ ﺑﻨﻚ‬bank’ langsung

meniru bahasa sumber seperti aslinya. Huruf b ditransliterasikan menjadi huruf


‫ب‬. Huruf a ditranliterasikan menjadi pemarkah fathah, huruf n di

transliterasikan menjadi huruf ‫ن‬, dan huruf k ditranliterasikan menjadi huruf ‫ك‬.

Pada kata (2) ‫‘ ﻓﻴﻔﺎ‬FIFA’, huruf f ditransliterasikan menjadi huruf ‫ ف‬huruf i

ditransliterasikan menjadi huruf ‫ي‬, huruf f ditransliterasikan menjadi huruf

‫ف‬, huruf a ditransliterasikan menjadi huruf ‫ا‬. Hal itu sama halnya pada data

(3) ‫‘ﻛﺎﻛﺎ‬Kaka', huruf k ditransliterasikan menjadi huruf ‫ك‬, huruf a dengan huruf

‫ا‬.

17
Dalam b.I menjadi ‘bank’, yaitu tempat penyimpanan. Dalam KBBI, badan usaha di bidang
keuangan yg menarik dan mengeluarkan uang dl masyakarat, terutama memberikan kredit dan
jasa dl lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
18
FIFA abreviasi dari Fédération Internationale de Football Association (bahasa
Prancis) atau dalam b.I berarti Federasi Internasional Sepak Bola adalah badan pengatur
internasional sepak bola yang didirikan di Paris pada 21 Mei 1904 dan sekarang bermarkas di kota
Zürich, Swiss.
19
Kaka bernama asli Ricardo Izecson dos Santos Leite, lebih dikenal dengan nama Kaka, adalah
seorang pemain sepak bola asal Brasil yang kini membela klub Real Madrid.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


4.2.2 Transkripsi
Arabisasi selanjutnya adalah transkripsi. Transkripsi adalah mengubah
teks dari satu ejaan ke ejaan lain dengan maksud mengikuti lafal bunyinya
(Lesmana, 2010:44). Sementara itu, dalam KBBI adalah penyalinan teks
dengan mengubah ejaannya ke dalam ejaan lain untuk menunjukkan lafal
bunyi unsur bahasa yang bersangkutan (KBBI , 1988: 960). Dari pengertian di
atas, dapat dikatakan bahwa transkripsi adalah mengambil suatu kata dari satu
bahasa untuk diserap ke bahasa lain (dalam hal ini bahasa Arab) berdasarkan
lafal bunyi yang dimiliki oleh bahasa asal dari kata yang diserap tersebut.
Berikut ini penyesuaian pelafalan yang terjadi dapat ditunjukkan melalui
data-data berikut.
(4) ‫ﺑﺎدﻣﻴﻨﺘﻮن‬ /bâdmîntûn/ ‘badminton’ 20 P3F

(5) ‫﷼ ﻣﺪرﻳﺪ‬ /riyâl madrîd/ ‘Real Madrid’ 21 P4F

(6) ‫ادرﻳﺎﻧﻮ‬ /adriyânû/ ‘Adriano’ 22 P5F

(7) ‫أرﺳﻨﺎل‬ /arsinâl/ ‘arsenal’ 23 P6F

(8) ‫ﺑﻴﺴﺒﻮل‬ /bîsbûl/ ‘baseball’ 24 P7F

(9) ‫ﻟﻴﺠﺎ‬ /lîjâ/ ‘league’ 25 P8F P

20
Dalam b.I menjadi bulu tangkis adalah olahraga cabang olahraga yg berupa permainan yg
dimainkan dng memakai raket dan kok yg dipukul melampaui jaring yg direntangkan di tengah
lapangan.
21
Real Madrid adalah adalah sebuah klubsepak bola profesional yang berbasis di
kota Madrid, Spanyol yang didirikan pada 6 Maret 1902. Klub ini pernah meraih 31 gelar La Liga,
18 gelar Copa del Rey, 8 Piala Super Spanyol, 9 gelar Piala Champions/Liga Champions UEFA,
2 Piala UEFA, 1 Piala Super Eropa, dan 3 Piala Interkontinental.
22
Adriano adalah pemain sepak bola berkebangsaan Brazil yang memiliki nama lengkap Adriano
Leite Ribeiro lahir pada tanggal 17 Februari 1982.
23
Arsenal adalah sebuah klub sepak bola dari Inggris yang berjuluk The Gunners.
24
permainan olahraga dng menggunakan bola keras kecil (sebesar bola kasti) dan pemukul,
dilakukan oleh dua regu yg masing-masing terdiri atas sembilan orang pemain

25
Dalam bI menjadi ‘liga’.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


(10) ‫ﺷﻂ اﻟﻜﻮك‬ /syuth kûk/ ‘shuttlecock’ 26 P9F

(11) ‫ﺳﻮﻓﺖ ﺑﻮل‬ /sûft bûl/ ‘softball’ 27 P10F

(12) ‫ﻫﺎﺗﺮﻳﻚ‬ /hâtrîk/ ‘hatrick’ 28 P1F

(13) ‫ﺳﺘﻮك ﺳﻴﱵ‬ /stûk sîtî/ ‘Stoke City’ 29 P12F

(14) ‫ﻟﺐ‬ /lub/ ‘lob’ 30 P13F

(15) ‫دوﻧﺎت‬ /dûnât/ ‘donut’ 31 P14F P

(16) ‫ﺗﻜﺘﻴﻚ‬ /taktîk/ ‘tactic’ 32 P15F

(17) ‫ﺗﺸﻴﻠﺴﻲ‬ /tsyîlsî/ ‘Chelsea’ 33 P16F

(18) ‫ﻛﻴﻴﻔﻮ‬ /kîyifû/ ‘Chievo’ 34 P17F

(19) ‫ﺑﺎﻳﺮن ﻣﻴﻮﻧﻴﺦ‬ /bâyirn mîyûnîkh/ ‘Bayern Munich’ 35 P18F

(20) ‫ﻟﻴﻎ‬ /lîg/ ‘leg’ 36


P19F

26
Dalam bI menjadi kok adalah bola dl permainan bulu tangkis.
27
Olahraga sejenis dengan baseball, olahraga beregu yang terdiri atas dua tim.
28
Tiga gol atau lebih yang diciptakan oleh seorang pemain sepak bola dalam satu pertandingan.
29
Salah satu klub sepak bola yang berasal dari Inggris. Klub ini merupakan klub sepak bola kedua
tertua di dunia yang didirikan pada 1863.
30
Lob adalah istilah dalam sepak bola yang bermakna tendangan tinggi yang melengkung.
31
Donut adalah istilah untuk pukulan yang keras dalam olahraga baseball dan softball.
32
Dalam b.I menjadi taktik yaitu strategi dalam permainan olahraga.
33
Chelsea adalah sebuah klub sepak bola Inggris yang bermain di Liga Utama Inggris, bermarkas
di kota London, dan dikenal dengan sebutan The Blues.
34
Chievo adalah salah satu klub sepak bola di negara Italia.
35
Bayern Munich adalah klub sepak bola dari Jerman yang pernah menjuarai Bundes Liga
sebanyak 21 kali.
36
Leg adalah istilah dalam olahraga yang bermakna satu bagian dari sebuah perjalanan
pertandingan.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


(21) ‫ﺗﻨﻴﺲ‬ /tinis/ ‘tennis’ 37 P20F

(22) ‫ﻳﻮرو‬ /yûrû/ ‘Euro’ 38 P21F

(23) ‫ﺑﻮﻧﺪزﻟﻴﺠﺎ‬ /bûndizlîjâ/ ‘Bundes League’ 39 P2F

(24) ‫ﺳﺎن ﺟﲑﻣﺎن‬ /sân jîrmân/ ‘Saint Germain’ 40 P23F

(25) ‫أﺟﺎﻛﺲ‬ /ajâks/ ‘Ajax’ 41P24F

(26) ‫ﺑﺮﺷﻠﻮﻧﺔ‬ /barsyilûnah/ ‘Barcelona’ 42 P25F

(27) ‫ﻟﻴﻮن‬ /lîyûn/ ‘Lyon’ 43 P26F

(28) ‫ﻣﺮﺳﻴﻠﻴﺎ‬ /marsîliyâ/ ‘Marseille’ 44 P27F

(29) ‫روﻣﺎ‬ /rûmâ/ ‘Roma’ 45 P28F

(30) ‫ﻣﺎﻧﺸﺴﱰ ﺳﻴﱵ‬ /mânsyistir sîtî/ ‘Manchester

City’ 46
P29F

(31) ‫ﻣﺎﻧﺸﺴﱰ ﻳﻮﻧﺎﻳﺘﺪ‬ /mânsyistir yûnâytid/ ‘manchester united’ 47 P30F

37
Dalam bI menjadi tenis adalah permainan olahraga yg menggunakan bola (sebesar kepalan)
sebagai benda yg dipukul dan raket sebagai pemukulnya, dimainkan oleh dua pemain (dua
pasang), di lapangan yg dibatasi oleh jaring setinggi kira-kira satu meter.
38
Euro adalah liga sepak bola Eropa yang pertandingannya diikuti oleh negara-negara Eropa.
39
Bundes League adalah liga sepak bola yang paling tinggi di Jerman yang didirikan pada tahun
1963.
40
Salah satu klub sepak bola di Prancis.
41
Klub sepak bola di Jerman.
42
Salah satu klub sepak bola terbesar dan terhebat di dunia, prestasinya yang terbaru adalah juara
Liga Champion di tahun 2011.
43
Sebuah klub sepak bola di Prancis yang berdiri tahun1899, bermarkas di kota Lyon, Prancis.
44
Sebuah klub sepak bola di Prancis
45
Sebuah klub sepak bola di Italia dan salah satu yang terhebat di Liga Italia.
46
Sebuah klub sepak bola di Inggris yang sekota dengan Manchester United . Mulai tahun 2008
sampai sekarang, klub ini dimiliki oleh Abu Dhabi Group.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


(32) ‫ﻧﻮرﻳﺘﺶ ﺳﻴﱵ‬ /nûrîsy sîtî/ ‘norwich city’ 48 P31F

(33) ‫اﻳﻔﺮﺗﻮن‬ /îfirtûn/ ‘everton’ 49 P32F

(34) ‫ﻟﻴﻔﺎﻧﱵ‬ /lîvântî/ ‘levante’ 50 P3F

(35) ‫ﻓﺎﻟﻨﺴﻴﺎ‬ /fâlinsiyâ/ ‘valencia’ 51 P34F

(36) ‫اﻧﻔﻴﻠﺪ‬ /anfîld/ ‘anfield’ 52 P35F

(37) ‫اوﻟﺪ ﺗﺮاﻓﻮرد‬ /ûld trâfûrd/ ‘old trafford’ 53 P36F

(38) ‫اﺳﺘﻮن ﻓﻴﻼ‬ /astûn fîlâ/ ‘aston villa’ 54 P37F

(39) ‫ﻟﻴﻔﺮﺑﻮل‬ /lîfirbûl/ ‘liverpool’ 55 P38F

(40) ‫ﺑﻮﻟﺘﻮن‬ /bûltûn/ ‘bolton’ 56 P39F

(41) ‫وﳚﺎن اﺛﻠﻴﺘﻴﻚ‬ /wîjân atslîtîk/ ‘wigan athletic’ 57 P40F

(42) ‫ﺑﻼﻛﺒﲑن روﻓﺮز‬ /blâkbûrn rûfirz/ ‘blackburn rovers’ 58 P41F

(43) ‫ﺳﻮاﻧﺴﻲ ﺳﻴﱵ‬ /swânsî sîtî/ ‘swansea city’ 59 P42F

47
Sebuah klub sepak bola di Inggris dan merupakan salah satu klub terhebat di negaranya dan di
Eropa.
48
Sebuah klub sepak bola di Inggris.
49
Sebuah klub sepak bola di Inggris.
50
Sebuah klub sepak bola di Spanyol.
51
Salah satu klub sepak bola di Spanyol.
52
Sebuah stadion dan merupakan markas bagi klub Liverpool di Inggris.
53
Sebuah stadion dan markas bagi klub Manchester United.
54
Salah satu klub sepak bola di Inggris.
55
Sebuah klub sepak bola di Inggris yang berjuluk The Reds.
56
Sebuah klub sepak bola dari Inggris.
57
Sebuah klub sepak bola di Inggris.
58
Sebuah klub sepak bola di Inggris.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


(44) ‫ﻣﻠﻘﺎ‬ /malaqâ/ ‘malaga’ 60 P43F

(45) ‫راﻳﺎن ﺟﻴﺠﺰ‬ /râyân jîjz/ ‘Ryan Giggs’ 61 P4F

(46) ‫ﺟﻮﺳﻴﻒ ﺟﻮاردﻳﻮﻻ‬ /jûsîb juwârdiyûlâ/ ‘Joseph Guardiola’ 62 P45F

(47) ‫ﻟﻴﻮﻧﻴﻞ ﻣﻴﺴﻲ‬ /liyûnîl mîsî/ ‘Lionel Messi’ 63 P46F

(48) ‫دﻳﻴﻐﻮ ﻣﺎرادوﻧﺎ‬ /dîyighû mârâdûnâ/ ‘Diego Maradona’ 64 P47F

(49) ‫إﺳﱰاﺗﻴﺠﻴﺔ‬ /istirâjiyyat/ ‘strategy’ 65 P48F

(50) ‫ﻏﻮﻟﻒ‬ /ghȗlf/ ‘golf’ 66


P49F

(51) ‫ﻫﻮﻛﻲ‬ /hȗkiy/ ‘hockey’ 67 P50F

Pada data (4) ‫‘ ﺑـﺎدﻣﻴﻨﺘﻮن‬badminton’, lafal a ditranskripsikan dengan ‫ ا‬, lafal

i dengan ‫ي‬, dan lafal o ditranskripsikan dengan ‫و‬. Sementara, pada data (5)

‫ﻣﺪرﻳـﺪ‬ ‫﷼‬ ‘Real Madrid’ lafal a ditranskripsikan menjadi ‫ﻳـﺎ‬. Kemudian, pada

59
Sebuah klub sepak bola dari Inggris.
60
Sebuah klub sepak bola di Spanyol.
61
Peemain sepak bola berkebangsaan Inggris yang bermain di klub Manchester United.
62
Pelatih klub Barcelona di Spanyol yang merupakam pelatih tersukses sampai tahun 2011 karena
membawa klub asuhannya menjuarai berbagai ajang pertandingan nasional maupun internasional.
63
Seorang pemain berkebangsaan Argentina yang bermain di klub Barcelona yang merupakan
pemain terhebat di dunia di tahun 2011.
64
Seorang legenda sepak bola berkebangsaan Argentina.
65
Rencana pertandingan sebuah klub untuk mencapai sasaran kemenangan dalam pertandingan
66
cabang olahraga dng menggunakan bola kecil untuk dipukul dengn tongkat pemukul ke dalam
tiap-tiap rentetan liang-liang (9 atau 18 liang berturut-turut).
67
Dalam bI menjadi hoki yaitu olahraga lapangan yang dimainkan oleh dua kesebelasan, berupa
permainan yang bertujuan memasukkan bola ke dalam gawang lawan dengan menggunakan
tongkat pemukul;

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


data (6) ‫‘ ادرﻳـﺎﻧﻮ‬Adriano’, lafal a ditranskripsikan dengan ‫ا‬, lafal a yang kedua

dengan ‫ﻳﺎ‬, dan lafal o dengan ‫و‬. Selanjutnya, pada data (7) ‫‘ أرﺳﻨﺎل‬Arsenal’, lafal

a ditranskripsikan dengan ‫أ‬. Apabila diamati, terdapat perbedaaan transkripsi

lafal a pada empat data (4, 5, 6, dan 7) di atas disebabkan adanya penyesuaian
terhadap pelafalan asli dari bahasa asal. Selanjutnya data (8) ‫‘ ﺑﻴﺴـﺒﻮل‬baseball’,

transkripsinya adalah lafal e dengan ‫ ي‬dan lafal o dengan ‫و‬. Pada data (9) ‫ﻟﻴﺠـﺎ‬

‘league’, proses transkripsi yang terjadi adalah lafal g ditranskripsikan dengan


‫ج‬. Data (10) ‫‘ ﺷـﻂ اﻟﻜـﻮك‬shuttlecock, lafal sh ditranskripsikan dengan ‫ش‬, lafal t

dengan ‫ط‬, lafal c dengan ‫ك‬, dan lafal ck sama juga dengan c ditranskripsikan

dengan ‫ك‬.Selanjutnya data (11) ‫‘ ﺳـﻮﻓﺖ ﺑـﻮل‬softball’, lafal o ditranskripsikan

dengan ‫و‬. Data (12) ‫‘ ﻫﺎﺗﺮﻳــﻚ‬hatrick’, lafal ck ditranskripsikan dengan ‫ك‬.

Selanjutnya data (13) ‫‘ ﺳـﺘﻮك ﺳﻴﱵ‬stock city’ lafal ck juga ditranskripsikan dengan

‫ك‬. Pada data (14) ‫‘ ﻟـﺐ‬lob’,lafal o ditranskripsikan dengan pemarkah ◌ُ pada

huruf ‫ل‬.

Selanjutnya, kita lihat data (15) ‫‘ دوﻧــﺎت‬donut’, masih sama dengan

transkripsi sebelumnya, lafal o ditranskripsikan dengan ‫و‬. Pada data (16) ‫ﺗﻜﺘﻴـﻚ‬

‘tactic’, lafal c ditranskripsikan dengan ‫ك‬. Keunikan terjadi pada data (17, 18,

dan 19), pada data (17) ‫‘ ﺗﺸﻴﻠﺴـﻲ‬Chelsea’, transkripsi yang terjadi adalah pada

lafal ch ditranskripsikan dengan lafal ‫ﺗـﺶ‬, lafal ea dengan ‫ي‬. Pada data (18)

‫‘ ﻛﻴﻴﻔـﻮ‬Chievo’, lafal ch ditranskripsikan dengan ‫ ك‬dan lafal v dengan lafal ‫ف‬.

Sedangkan data (19) ‫‘ ﺑـﺎﻳﺮن ﻣﻴـﻮﻧﻴﺦ‬Bayern Munich’, transkripsi lafal ch dengan ‫خ‬.

Hal ini memperkuat pengertian dari transkripsi yaitu proses mengubah satu

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


teks pada suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain yang tergantung pada lafal
teks bahasa asalnya.
Selanjutnya data (20) ‫‘ ﻟﻴﻎ‬leg’, transkripsi yang terjadi adalah pada lafal e

ditranskripsikan dengan ‫ي‬. Pada data (21) ‫‘ ﺗﻨﻴﺲ‬tennis’, lafal e ditranskripsikan

dengan pemarkah ◌ِ pada huruf ‫ت‬. Pada data (22) ‫‘ ﻳﻮرو‬euro’, lafal eu

ditranskripsikan dengan ‫ ﻳﻮ‬dan lafal o dengan ‫و‬. Data (23) ‫‘ ﺑﻮﻧﺪزﻟﻴﺠﺎ‬bundes

league’, lafal u ditranskripsikan dengan ‫ و‬dan lafal s ditranskripsikan dengan ‫ز‬.

Selanjutnya data (24) ‫‘ ﺳﺎن ﺟﲑﻣﺎن‬Saint Germain’, lafal ai ditranskripsikan

dengan ‫ا‬, lafal e dengan ‫ي‬, dan lafal ai pada kata germain dengan ‫ا‬. Kemudian

kita lihat data (25) ‫‘ أﺟﺎﻛﺲ‬Ajax’, pada data tersebut juga terdapat transkripsi

yaitu pada lafal x yang ditranskripsikan dengan ‫ﻛﺲ‬. Pada data selanjutnya (26)

‫‘ﺑﺮﺷﻠﻮﻧﺔ‬Barcelona’, lafal c ditranskripsikan dengan ‫ش‬, lafal o dengan ‫و‬, dan lafal

a dengan ‫ ة‬. Kemudian data (27) yaitu ‫‘ ﻟﻴﻮن‬Lyon’, transkripsinya adalah lafal o

menjadi ‫و‬.

Transkripsi selanjutnya pada data (28) ‫‘ ﻣﺮﺳﻴﻠﻴﺎ‬Marseille’, lafal ei

ditranskripsikan dengan ‫ي‬. Data (29) ‫‘ روﻣﺎ‬Roma’, lafal o ditranskripsikan

dengan ‫ و‬dan lafal a dengan ‫ا‬. Pada data (30) ‫‘ ﻣﺎﻧﺸﺴﱰ ﺳﻴﱵ‬Manchester City’,

lafal ch ditranskripsikan dengan ‫ ش‬dan lafal c pada kata city ditranskripsikan

dengan ‫س‬. Sedangkan keunikan terjadi pada data (31) ‫‘ ﻣﺎﻧﺸﺴﱰ ﻳﻮﻧﺎﻳﺘﺪ‬Manchester

United’, lafal u ditranskripsikan dengan ‫ ﻳﻮ‬dan lafal i dengan ‫اي‬. Masih

menarik jika kita amati data (32) ‫‘ ﻧﻮرﻳﺘﺶ ﺳﻴﱵ‬Norwich City’, transkripsi terjadi

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


pada lafal ch yang ditranskripsikan dengan ‫ﺗﺶ‬, kemudian data (33) ‫اﻳﻔﺮﺗﻮن‬

‘Everton’, transkripsinya terdapat pada lafal e yang ditranskripsikan dengan ‫اي‬

dan lafal v ditranskripsikan dengan ‫ف‬. Kasus serupa terdapat pada data (34)

dan (35) ‫‘ ﻟﻴﻔﺎﻧﱵ‬Levante’ yaitu pada lafal v yang ditranskripsikan dengan ‫ف‬.

Selanjutnya data (35) ‫‘ ﻓﺎﻟﻨﺴﻴﺎ‬Valencia’, lafal v yang ditranskripsikan dengan ‫ف‬,

lafal c dengan ‫س‬, dan lafal a dengan ‫ﻳﺎ‬. Setelah itu data (36) ‫‘ اﻧﻔﻴﻠﺪ‬Anfield’, lafal

e ditranskripsikan dengan ‫ي‬. Pada data (37) ‫اوﻟﺪ ﺗﺮاﻓﻮرد‬ ‘Old Trafford’,

terdapat transkripsi yang unik yaitu pada lafal o pada kata old yang
ditranskripsikan dengan ‫ او‬dan lafal o pada kata trafford yang ditranskripsikan

dengan ‫و‬.

Transkripsi selanjutnya adalah data (38) ‫‘اﺳﺘﻮن ﻓﻴﻼ‬Aston Villa’, lafal o

ditranskripsikan dengan ‫ و‬dan lafal v dengan lafal ‫ف‬. Pada data (39) ‫ﻟﻴﻔﺮﺑﻮل‬

‘Liverpool’, transkripsi lafal v adalah ‫ ف‬dan lafal p adalah ‫ب‬. Data (40) ‫ﺑﻮﻟﺘﻮن‬

‘Bolton’, lafal o ditranskripsikan dengan ‫ و‬dan pada data (41) ‫‘ وﳚﺎن اﺛﻠﻴﺘﻴﻚ‬Wigan

Athletic’, transkripsi yang terjadi adalah pada lafal g ditranskripsikan dengan


‫ج‬, lafal th dengan ‫ث‬, dan lafal c ditranskripsikan dengan ‫ك‬. Selanjutnya data

(42) ‫‘ ﺑﻼﻛﺒﲑن روﻓﺮز‬Blackburn Rovers’, lafal ck ditranskripsikan dengan ‫ ك‬dan

lafal s dengan ‫ز‬. Pada data (43) ‫‘ ﺳﻮاﻧﺴﻲ ﺳﻴﱵ‬Swansea City’, lafal ea

ditranskripsikan dengan ‫ ي‬dan lafal c dengan ‫س‬. Sedangkan, keunikan terdapat

pada data selanjutnya, pada data (44) ‫‘ ﻣﻠﻘﺎ‬Malaga’, transkripsi yang terjadi

terdapat pada lafal g yang ditranskripsikan dengan ‫ق‬. Sedangkan apabila kita

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


lihat data (45) ‫‘ راﻳﺎن ﺟﻴﺠﺰ‬Ryan Giggs’, transkripsi pada lafal g adalah dengan ‫ج‬.

Selanjutnya data (46) ‫‘ ﺟﻮﺳﻴﻒ ﺟﻮاردﻳﻮﻻ‬Joseph Guardiola’, transkripsinya adalah

pada lafal ph yang ditranskripsikan dengan ‫ ف‬dan lafal g dengan ‫ج‬. Pada data

(47) ‫‘ ﻟﻴﻮﻧﻴﻞ ﻣﻴﺴﻲ‬Lionel Messi’, transkripsinya adalah pada lafal o yang

ditranskripsikan dengan ‫ و‬dan lafal e dengan ‫ي‬. Data selanjutnya adalah (48)

‫‘ دﻳﻴﻐﻮ ﻣﺎرادوﻧﺎ‬Diego Maradona’, lafal o yang ditranskripsikan dengan ‫و‬.

Selanjutnya kita lihat data (49) ‫‘ إﺳﱰاﺗﻴﺠﻴﺔ‬strategy’, lafal g ditranskripsikan

dengan ‫ج‬. Data (50) ‫ ﻏﻮﻟﻒ‬/ghȗlf/ ‘golf’, lafal o ditranskripsikan dengan ‫و‬.

Selanjutnya data (51) ‫ ﻫﻮﻛﻲ‬/hȗkiy/ ‘hockey’, juga terdapat transkripsi yaitu


lafal o ditranskripsikan dengan ‫و‬.

Data-data proses penyesuaian pelafalan di atas dapat dirumuskan dalam


tabel berikut,
Pelafalan Huruf Arab
A ‫ا‬
A ‫ﻳﺎ‬
A ‫ة‬
A ‫أ‬
I ‫ي‬
I ‫اي‬
U ‫و‬
U ‫ﻳﻮ‬
E ‫ي‬
E ◌ِ
E ‫اي‬
O ‫و‬
O ‫او‬

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


O ◌ُ
C ‫س‬
C ‫ك‬
C ‫ش‬
G ‫ج‬
G ‫ق‬
P ‫ب‬
S ‫ز‬
T ‫ط‬
V ‫ف‬
X ‫ﻛﺲ‬
Ai ‫ا‬
Ea ‫ي‬
Ei ‫ي‬
Eu ‫ﻳﻮ‬
Ck ‫ك‬
Ch ‫ش‬
Ch ‫ﺗﺶ‬
Ch ‫ك‬
Ch ‫خ‬
Ph ‫ف‬
Th ‫ث‬
Tabel 4.1 Penyesuaian Pelafalan Kosakata Bahasa Arab Laras Olahraga

4.3 Derivasi
Selain ta’rib atau arabisasi, cara kedua dalam coinage kosakata bahasa
Arab laras olahraga adalah dengan derivasi. Arabisasi pada subbab
sebelumnya telah dijelaskan yaitu penyerapan kosakata bahasa asing ke dalam
bahasa Arab, maka dapat disimpulkan bahwa derivasi adalah lawan dari
arabisasi yang dimaksudkan untuk mengganti arabisasi (Bakalla, 1990: 89).

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Oleh karena itu, derivasi dapat diartikan sebagai pembentukan kata baru yang
dibentuk dari sumber bahasa itu sendiri. Dalam bahasa Arab, pembentukan
setiap kata tersebut dibentuk dari akar kata dan pola kata atau wazn (Bakalla,
1990: 15). Dalam analisis mengenai derivasi ini, penulis akan membaginya
menjadi dua sub pokok bahasan, yaitu akar kata dan pola derivasi kata.

4.3.1 Akar Kata


Membahas derivasi bahasa Arab pasti tidak dapat dipisahkan dengan
pembahasan akar kata dan pola. Dengan begitu, berdasarkan pada bentuk akar
katanya (jumlah radikal), kosakata bahasa Arab laras olahraga dapat dijelaskan
sebagai berikut.
- Pertama, akar kata yang terdiri atas dua radikal, datanya (52) ‫ﻳـﺪ‬

/yad/ ‘tangan’, dalam laras olahraga biasa digunakan untuk olahraga


bola tangan.
- Kedua, akar kata yang terdiri dari tiga radikal. Data: ‫ ﻫـﺪف‬/hadaf/

‘gol’, radikal dari kata tersebut adalah /ha/, /dal/, dan /fa/. Data lain
yang terdiri dari tiga radikal adalah ‫ ﻟﻌـﺐ‬/la’ib/ ‘pemain’, ‫ ﺣﻜـﻢ‬/ḥakam/

‘wasit’, dan sebagainya.


- Terakhir, akar kata yang terdiri dari lima radikal, datanya adalah
‫ ﺷﻄﺮﻧﺞ‬/syathranj/ ‘catur’.

4.3.2 Pola Derivasi Kata


Pada subbab ini akan dijelaskan tentang pola-pola derivasi kosakata
bahasa Arab laras olahraga. Sebelumnya melangkah ke tahap penjelasan,
kiranya penting bagi penulis untuk memberikan keterangan bahwa dalam
menjelaskan pola-pola derivasi ini penulis tidak menggunakan lambang
C1C2C3 seperti yang digunakan Holes (1995), tetapi penulis menggunakan
lambang yang digunakan oleh About (1971), yaitu F (first) untuk konsonan
R R

radikal pertama, M (middle) untuk konsonan radikal kedua, dan L (last) untuk
R R

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


konsonan radikal ketiga. Sementara, lambang kata dasar yang terdiri dari
empat radikal adalah F (first) untuk konsonan radikal pertama, S (second)
untuk konsonan radikal kedua, T (third) untuk konsonan radikal ketiga, dan L
(last) untuk konsonan radikal keempat. Selain itu, penulis juga akan
menggunakan lambang /a/, /i/, dan /u/ untuk vokal pendek, /â/, /î/, dan /û/
untuk vokal panjang dan /a/ untuk kata dasar yang berakhiran /-at/. Perhatikan
data berikut.

(53) ‫ﻫﺪف‬ /hadaf/ ‘gol’

(54) ‫ﲤﺮﻳﺮة‬ /tamrîrah/ ‘umpan’

Data (53) ‫ ﻫـﺪف‬/hadaf/ merupakan bentuk derivasi nomina yang berasal

dari akar kata verba yang bersifat unaugmented, yaitu pola dasar FaMaLa
(FaMiLa, FaMuLa). Di antara kosakata yang termasuk dalam pola dasar ini
adalah

(55) ‫ﺿﺮﺑﺔ‬ /dharbah/ ‘tendangan’

(56) ‫ﺧﻄﺄ‬ /khatha?/ ‘pelanggaran’

Pola pada data (55) ‫ ﺿـﺮﺑﺔ‬/dharbah/ berbentuk FaMLa sedangkan pola pada

data (56) ‫ ﺧﻄﺄ‬/khatha?/ berbentuk FaMaL.

Pola pada data (54) ‫ ﲤﺮﻳـﺮة‬/tamrîrah/ merupakan bentuk derivasi yang berasal

dari augmented verbal root yang berbentuk taFMîLa yang berasal dari akar
verba FaMMaLa. Bentuk ini dapat diperinci dalam data-data berikut:

(57) ‫ﺗﺸﻜﻴﻞ‬ /tasykîl/ ‘formasi’

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


(58) ‫ﺗﺼﻮﻳﺐ‬ /tashwîb/ ‘shooting’ 68 P51F

(59) ‫ﲤﺪﻳﺪات‬ /tamdîdât/ ‘peregangan/pemanasan’

(60) ‫ﺑﻄﺎﻗﺔ‬ /bithaqah/ ‘kartu’

(61) ‫دﻓﺎع‬ /difâ’/ ‘pertahanan’

(62) ‫ﻣﻬﺎﺟﻢ‬ /muhâjim/ ‘penyerang’

(63) ‫ﻣﺪاﻓﻊ‬ /mudâfi’/ ‘bek’

(64) ‫ﻣﻼﻛﻤﺔ‬ /mulâkamah/ ‘tinju’

(65) ‫ﺗﺴﻠﻞ‬ /tasallul/ ‘offside’ 69


P52F

(66) ‫ﺷﻄﺮﻧﺞ‬ /syathranaj/ ‘catur’

Pada data (57) ‫ ﺗﺸـﻜﻴﻞ‬/tasykîl/ berbentuk taFMîL, pola tersebut berasal dari

akar verba FaMMaLa. Data pola lainnya adalah pada data (58) ‫ ﺗﺼـﻮﻳﺐ‬/tashwîb/

berbentuk taFMîL, pola ini juga berasal dari akar verba FaMMaLa. Selain itu
data (59) ‫ ﲤﺪﻳـﺪات‬/tamdîdât/ juga berbentuk taFMîLâ yang juga berasal dari akar

verba FaMMaLa.
Selanjutnya data (60) ‫( ﺑﻄﺎﻗـﺔ‬bithaqah), pola kata ini berbentuk FiMâL

yang berasal dari akar verba FâMaL. Sedangkan pada data (61) ‫ دﻓـﺎع‬/difâ’/,

pola kata ini berasal dari akar verba FâMaLa yang berbentuk pola FiMâL. Data
lain yang masih berasal dari akar verba FâMaLa ini adalah data (62) ‫ﻣﻬـﺎﺟﻢ‬

/muhâjim/, yang memiliki pola kata muFâMil, data (63) ‫ ﻣـﺪاﻓﻊ‬/mudâfi’/ yang

68
Dalam istilah sepak bola bermakna percobaan untuk mencetak gol.
69
Dalam posisi di depan bola yang melawan aturan.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


juga sama memiliki pola kata muFâMil, dan data (64) ‫ ﻣﻼﻛﻤـﺔ‬/mulâkamah/, juga

berasal dari akar verba FâMaLa yang berbentuk pola kata muFâMaLa.
Selanjutnya pada data (65) ‫ﺗﺴــﻠﻞ‬ /tasallul/, kata ini mempunyai pola kata

taFaMMuL yang berasal dari akar verba taFaMMaL.


Seperti yang telah disebutkan di atas, akar kata juga ada yang mempunyai
lima radikal, data tersebut adalah data (66) ‫ ﺷـﻄﺮﻧﺞ‬/syathranaj/, data ini berpola

FaSTâRaL. F (first) mwakili konsonan radikal pertama. S (second) mewakili


konsonan radikal kedua, T (third) mewakili konsonan radikal ketiga, R
(fouRth) mewakili konsonan radikal keempat, dan L (last) mewakili konsonan
radikal kelima.
Data kosakata tersebut di atas adalah sedikit contoh yang penulis
masukkan ke dalam pembahasan subbab ini. Masih banyak kosakata bahasa
Arab laras olahraga yang termasuk dalam pola derivasi kata bahasa Arab.
Pola-pola derivasi yang telah disebutkan adalah pola-pola yang paling sering
muncul dalam laras olahraga. Penulis tidak membatasi pada pola ini saja,
masih ada pola lain, namun pola-pola di ataslah yang sering digunakan.

4.4 Relasi antara Arabisasi dan Derivasi


Beberapa kosakata yang dihasilkan melalui proses arabisasi mempunyai
padanan dengan kosakata yang dihasilkan melalui proses derivasi. Misalkan
kata ‫ ﺑﺎدﻣﻴﻨﺘﻮن‬/bâdmîntûn/ dengan ‫ ﻛﺮة اﻟﺮﻳﺸﺔ‬/kurat l-rîsyat/, keduanya sama-sama

bermakna ‘bulu tangkis’ yakni sebuah cabang olahraga yang berupa permainan
yg dimainkan dengan memakai raket dan kok yang dipukul melampaui jaring
yg direntangkan di tengah lapangan. Jika dirunut dari waktu kemunculannya,
kata ‫ ﺑﺎدﻣﻴﻨﺘﻮن‬/bâdmîntûn/ lebih dulu muncul daripada kata ‫ ﻛﺮة اﻟﺮﻳﺸﺔ‬/kurat l-

rîsyat/. Kata ‫ ﻛﺮة اﻟﺮﻳﺸﺔ‬/kurat l-rîsyat/ muncul dikarenakan adanya

kecenderungan (preferensi) linguis Arab modern untuk menggunakan bahasa


asli yang mereka miliki. Bakalla (1990: 16) menyebutkan bahwa linguis-

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


linguis modern lebih suka menggunakan bentuk istiqâq (derivasi) daripada
ta’rîb (arabisasi), walaupun mereka juga tidak menolak arabisasi secara
mutlak.
Preferensi para linguis tersebut berbanding terbalik dengan preferensi
masyarakat pengguna bahasa. Mereka lebih menyukai hasil arabisasi dari pada
derivasi sebagaimana masyarakat pengguna bahasa di Indonesia yang lebih
familiar dengan kata badminton daripada bulu tangkis

4.5 Pluralisasi
Bentuk plural atau biasa disebut dengan jamak, secara gramatikal, dalam
bahasa Arab terbagi menjadi tiga macam. Pertama adalah jama’ mudzakkar
sâlim (regular maskulin plural), contoh datanya dalam laras olahraga adalah
‫ ﻣـﺪرﺑﻮن‬/mudarribûna/ ‘coaches’. Kata ini berasal dari kata ‫ ﻣـﺪرب‬/mudarrib/

‘coach’ dan mendapat imbuhan inflektif ‫ _ ُ◌ون‬/-ûna/. Kedua, jama’ muannats

sâlim (regular feminin plural). Bentuk jama’ ini mendapat imbuhan inflektif
‫_ َ◌ات‬/-ât/. Ditinjau dari bentuk tunggalnya, bentuk jamak ini dapat dianalisis

menjadi berikut,

(67) ‫ﻣﺒﺎرﻳﺎت‬ /mubârayât/ ‘matches’ 70 P53F

(68) ‫ﻛﺮات‬ /kurât/ ‘balls’ 71


P54F

Data (67) ‫ ﻣﺒﺎرﻳـﺎت‬berasal dari kata tunggal feminim ‫ ﻣﺒـﺎراة‬/mubârat/. Data (67)

‫ﻣﺒﺎرﻳـﺎت‬, bermakna ‘pertandingan-pertandingan’. Data (68) ‫ ﻛـﺮات‬berasal dari kata

tunggal feminin ‫ ﻛﺮة‬/kurat/. ‫ ﻛﺮات‬mempunyai arti ‘bola-bola’.

70
Dalam bI berarti pertandingan-pertandingan.
71
Dalam bI berarti bola-bola.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Ketiga, jama’ taksîr (broken/irregular plural). Contoh datanya dapat
dianaisis sebagai berikut,

(69) ‫ﺣﻜﺎم‬ /ḥukkam/ ‘referees’ 72 P5F

(70) ‫ﻣﻼﻋﺐ‬ /malâ’ib/ ‘fields’ 73


P56F

Data (69) ‫ ﺣﻜﺎم‬berasal dari kata tunggal maskulin ‫ ﺣﻜـﻢ‬/ḥakam/yang dijamakkan

menjadi ‫ ﺣ ّﻜـﺎم‬/ḥukkam/, yang mempunyai arti wasit-wasit. Sedangkan pada

data (70) ‫ ﻣﻼﻋـﺐ‬/malâ’ib/ berasal dari kata tunggal maskulin ‫ ﻣﻠﻌـﺐ‬/mal’ab/

yang dijamakkan, yang mempunyai arti ‘lapangan-lapangan’.

4.6 Gabungan Kata


Pada subbab ini akan dibahas tentang kosakata bahasa Arab laras olahraga
yang berupa gabungan kata. Berdasarkan pada pembagian jenis katanya, kata-
kata yang berupa gabungan kata dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, di
antaranya adalah bentuk-bentuk seperti berikut ini:

(71) ‫ﲤﺮﻳﺮ إﱃ‬ /tamrîr ilâ/ ‘mengoper ke’

(72) ‫ﻣﻬﺎرة اﳉﺮي ﺑﺎﻟﻜﺮة‬ /mahâratu l-jarâ bi -lkurah/ ‘menggiring bola’

(73) ‫وﺛﺐ ﻃﻮﻳﻠﻲ‬ /watsiba thawîlî/ ‘lompat jauh’

(74) ‫ﻛﺄﺱ ﺍﻟﻌﺎﻟﻡ‬ /ka?su l-‘âlam/ ‘piala dunia’

Contoh (71) ‫ ﲤﺮﻳــﺮ إﱃ‬/tamrîr ilâ/ dibentuk dari gabungan verba dengan

partikel. Partikel yang biasa digunakan dalam bentuk kata seperti ini adalah

72
Dalam bI berarti wasit-wasit.
73
Dalam bI berarti lapangan-lapangan.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


preposisi (kata depan). Bentuk gabungan seperti ini dapat diperluas menjadi
bentuk sebagai berikut :

(75) ‫ﲤﺮﻳﺮ إﱃ اﳋﻠﻒ‬ /tamrîr ilâ l-khalf/ ‘mengoper ke belakang’

(76) ‫ﲤﺮﻳﺮ إﱃ اﻷﻣﺎم‬ /tamrîr ilâ l-?amâm/ ‘mengoper ke depan’

Pada data (75) ‫ﲤﺮﻳﺮ إﱃ اﳋﻠﻒ‬ /tamrîr ilâ l-khalf/ data tersebut dibentuk dari

gabungan verba-partikel-nomina. Begitu juga data (76) ‫ ﲤﺮﻳـﺮ إﱃ اﻷﻣـﺎم‬/tamrîr ilâ l-

?amâm/.
Data (72) ‫ ﻣﻬﺎرة اﳉﺮي ﺑﺎﻟﻜﺮة‬/mahâratu l-jarâ bi -lkurah/ dibentuk dari

nomina-partikel-nomina.
Selanjutnya data (73) ‫ وﺛﺐ ﻃﻮﻳﻠﻲ‬/watsiba thawîlî/ dibentuk dari gabungan

nomina dengan ajektif nisbah. Bentuk kata seperti ini dapat dimasukkan ke
dalam kategori frase nominal (Lesmana, 2010: 38). Bentuk-bentuk lain dari
data tersebut, seperti:

- ‫اﻟﻮﺛﺐ اﻟﻌﺎﱄ‬ /al-watsiba l-âlî/ ‘lompat tinggi’

- ‫ﺑﻄﺎﻗﺔ ﺻﻔﺮاء‬ /bithâqah shafra?/ ‘kartu kuning’

- ‫ﻋﻠﻢ أﲪﺮ‬ /’alima ?aḥmar/ ‘red flag’ 74


P57F

- ‫دﻓﺎع وﺳﻂ‬ /difâ’ washith/ ‘bek tengah’

- ‫ﺿﺮﺑﺔ رﻛﻨﻴﺔ‬ /dharbah rukniyah/ ‘tendangan pojok’

- ‫ﻫﺠﻮم ﻣﻀﺎد‬ /hujȗm mudhad/ ‘serangan balik’

- ‫ﲤﺮﻳﺮة ﻋﺮﺿﻴﺔ‬ /tamrîrah ‘ardhiyah/ ‘umpan silang’

74
Dalam bI berarti bendera merah untuk menghentikan permainan karena terjadi suatu masalah
dalam pertandingan balapan baik sepeda, motor, atau mobil.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


- ‫ﺿﺮﺑﺔ ﺣﺮة‬ /dharbah ḥarah/ ‘tendangan bebas’

- ‫ﺿﺮﺑﺔ اﻟﺒﺪاﻳﺔ‬ /dharbatu -lbidâyah/ ‘kick off’ 75 P58F

- ‫ﺿﺮﺑﺔ ﺟﺰاء‬ /dharbah jaza?/ ‘tendangan penalti’

Selanjutnya data (74) ‫ ﻛﺄس اﻟﻌﺎﱂ‬/ka?su l-‘âlam/ dibentuk dengan

gabungan nomina dengan nomina. Nomina pertama berbentuk definit


(ma’rifah) sekalipun tanpa artikel al- karena pengertiannya sudah dibatasi oleh
nomina kedua. Nomina kedua boleh definit (ma’rifah) dan boleh juga indefinit
(nakirah), tetapi kasusnya harus definit seperti halnya :

- ‫ﲤﺮﻳﺮة اﳍﺪف‬ /tamrîratu l-hadaf/ ‘assist’ 76


P59F

- ‫ﻣﻨﻄﻘﺔ اﳍﺪف‬ /mantiqatu l-hadaf/ ‘goal area’

- ‫ﺿﺮﺑﺔ ﻣﺮﻣﻰ‬ /dharbah marmâ/ ‘goal kick’

- ‫ﺣﺎرس اﳌﺮﻣﻰ‬ /ḥârisu l-marmâ/ ‘penjaga gawang’

- ‫اﻟﻔﺮﻳﻖ اﻟﻮﻃﲏ‬ /al-farîqu lwathanî/ ‘tim nasional’

- ‫ﺳﺒﺎق اﳌﺸﻲ‬ /sibâqa l-masyi/ ‘pertandingan langsung’

- ‫رﻣﻲ اﻟﺮﻣﺢ‬ /ramâ l-ramaḥ/ ‘lempar lembing’

- ‫ﳎﺎل اﻻﺳﺘﻘﺒﺎل‬ /majâlu l-istiqbâl/ ‘pit area’ 77 P60F

- ‫زوﺟﻲ ﺳﻴﺪات‬ /zawjî sayyidât/ ‘ganda putri’

- ‫زوﺟﻲ رﺟﺎل‬ /zawjî rijâl/ ‘ganda putra’

75
Istilah untuk menyatakan akan dimulainya suatu pertandingan sepak bola.
76
Istilah dalam sepak bola untuk sebuah umpan yang menjadikan sebuah gol.
77
Tempat di dekat trek balapan di mana mobil atau motor berhenti untuk bahan bakar dan
perbaikan.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


- ‫زوﺟﻲ ﳐﺘﻠﻂ‬ /zawjî mukhtalif/ ‘ganda campuran’

- ‫ﻓﺮدي ﺳﻴﺪات‬ /fardî sayyidât/ ‘tunggal putri’

- ‫ﻓﺮدي رﺟﺎل‬ /fardî rijâl/ ‘tunggal putra’

- ‫ﻧﻘﻄﺔ اﳌﺒﺎراة‬ /nuqtatu l-mubârah/ ‘match point’ 78P61F

- ‫ﺣﻜﻢ اﳋﻄﻮط‬ /ḥakimu l-khutȗth/ ‘hakim garis’

- ‫ﻣﻨﻄﻘﺔ اﻹرﺳﺎل‬ /mantiqatu l-i?rsâl/ ‘service area’ 79 P62F

- ‫ﺣﻠﻘﺔ اﻟﺴﻠﺔ‬ /halqata s-salah/ ‘ring basket’

Apabila satu nomina diikuti oleh nomina lain yang menunjukkan


pembatasan keterangan atas nomina yang sebelumnya hingga membuatnya
menjadi definitif, sekalipun tanpa artikel (al-), maka hal tersebut dinamakan
Construct phrase (Ziadeh, 1957: 32, dalam Lesmana, 2010: 39). Bentuk
gabungan seperti ini juga termasuk ke dalam frase nominal.

4.7 Hibrida
Subbab ini masih membahas tentang bentuk gabungan kata, namun –
berbeda dengan subbab sebelumnya- gabungan kata yang akan dibahas adalah
gabungan kata yang merupakan perpaduan antara kata yang bersumber dari
bahasa Arab (derivasi) dan kata yang bersumber dari bahasa asing (arabisasi),
gabungan kata ini dikenal dengan istilah hybrid atau hibrida 80. Data-data yang
P63F P

berbentuk hibrida dalam kosakata bahasa Arab laras olahraga adalah sebagai
berikut,

78
Istilah yang biasa digunakan dalam olahraga bulu tangkis untuk poin terakhir sebelum poin
penuh yang dapat mengakhiri permainan.
79
Istilah dalam permainan bulu tangkisdan tenis untuk menyatakan tempat yang digunakan untuk
pemain dapat melakukan service bola kepada lawan.
80
Hibrida adalah kata kompleks yang bagian-bagiannya berasal dari bahasa-bahasa berbeda.
(Kridalaksana, 1993: 72).

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


(77) ‫ﺗﻜﺘﻴﻚ اﻟﻠﻌﺐ‬ /taktîku l-la’ib/ ‘taktik permainan’

(78) ‫وﻳﻠﱰ وزن‬ /wîltir wazn/ ‘walter weight’ 81 P64F

(79) ‫ﻋﺪاد إﻟﻜﱰوﱐ‬ /’adâd i?likturȗnî/ ‘jam elektronik’

(80) ‫راﻗﺼﺔ اﻟﺒﺎﻟﻴﻪ‬ /râqishatu l-bâliyah/ ‘penari balet’

Pada data (77) ‫ ﺗﻜﺘﻴـﻚ اﻟﻠﻌـﺐ‬nomina pertama merupakan kata yang dibentuk

dari proses arabisasi (transkripsi), sedangkan kata kedua dibentuk dari proses
derivasi. Data (78) ‫ وﻳﻠـﱰ وزن‬sama dengan data (77) dimana nomina pertama

merupakan kata yang dibentuk dari proses arabisasi (transkripsi), sedangkan


kata kedua dibentuk dari proses derivasi. Data (79) ‫ﻋﺪاد إﻟﻜﱰوﱐ‬ merupakan

kebalikan dari data sebelumnya, nomina pertama hasil derivasi dan nomina
kedua hasil arabisasi. Data (80) ‫ راﻗﺼـﺔ اﻟﺒﺎﻟﻴـﻪ‬sama dengan data (79) ‫ﻋـﺪاد إﻟﻜـﱰوﱐ‬

yaitu nomina pertama hasil derivasi dan nomina kedua hasil arabisasi.

4.8 Singkatan Lambang Huruf


Lambang huruf adalah bentuk yang tulisannya disingkat, tapi lafalnya
diucapkan seperti bentuk lengkapnya (Lesmana, 2010: 42). Lambang huruf
yang sering muncul di ranah olahraga adalah sebagai berikut :

(81) ‫ﻛﻎ‬ ’kilogram’

(82) ‫م‬ ’meter’

(83) ‫ﻛﻤﺲ‬ ’kilometer per jam’

81
Walter weight adalah istilah yang terdapat dalam olahraga tinju yang maksudnya adalah petinju
yang memiliki berat badan dibawah 69 kg.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Contoh pada data (81) ‫ ﻛــﻎ‬merupakan sebuah lambang huruf dari ‫ﻛﻴﻠــﻮﻏﺮام‬

‘kilogram’, biasanya dipakai pada olahraga angkat besi. Data (82) ‫ م‬merupakan

lambang huruf dari ‫’ ﻣـﱰ‬meter’ yang sering digunakan pada lomba lari, balap

motor, mobil, dan sepeda, dan lainnya. Data (83) ‫ ﻛﻤـﺲ‬merupakan lambang

huruf dari ‫ ﻛـﻢ‬yaitu ‫‘ ﻛﻴﻠ�ﻮﻣﺘﺮ‬kilometer’ dan ‫ س‬yaitu ‫ ﺳـﺎﻋﺔ‬yang maknanya

‘kilometer per jam’, biasanya digunakan untuk satuan jarak tempuh pada
berbagai lomba seperti lomba balap lari, sepeda, motor, dan mobil.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


BAB V
ANALISIS SEMANTIK KOSAKATA BAHASA ARAB LARAS
OLAHRAGA

5.1 Pengantar
Pada bab sebelumnya, telah dibahas aspek morfologi kosakata bahasa
Arab laras olahraga, untuk melengkapinya, bab ini akan menganalisis kosakata
bahasa Arab laras olahraga dari aspek semantik. Seperti yang dikatakan oleh
Bakalla (1990:16) bahwasanya pembentukan sebuah kosakata baru meliputi
dua tingkat linguistik yang utama yaitu morfologi dan semantik. Hal ini juga
diungkapkan oleh Veerstegh (1997:179), salah satu pembentukan kata baru
dalam bahasa Arab adalah dengan memperluas makna dari kata-kata yang
sudah ada (semantik). Dalam penulisan bab ini, penulis merujuk kepada apa
yang dikatakan oleh Bakalla. Menurut Bakalla, peranan semantik dalam
pembentukan kosakata baru bahasa Arab meliputi tiga cara, yaitu penggunaan
kosakata lama, metafora, dan penerjemahan pola-pola kosakata asing.
Selain membahas pembentukan kosakata baru bahasa Arab laras olahraga
secara semantik, bab ini juga akan membahas tentang relasi makna, idiom, dan
istilah yang ada pada kosakata bahasa Arab laras olahraga. Relasi makna yang
akan dibahas oleh penulis, merujuk kepada Wastono (2005) yang telah
membagi relasi makna menjadi tiga cakupan, yaitu relasi makna keidentikan,
relasi makna peliputan, dan relasi makna pertentangan yang di dalam ketiga
cakupan tersebut, dalam skripsi ini yang akan dibahas adalah aspek homonimi,
polisemi, sinonimi, antonimi, dan hiponimi kosakata bahasa Arab laras
olahraga.

5.2 Peranan Semantik dalam Pembentukan Kosakata Bahasa Arab Laras


Olahraga
5.2.1 Metafora
Salah satu cara pembentukan kosakata baru dalam bahasa Arab laras
olahraga adalah dengan metafora. Metafora adalah pemakaian kata atau

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


ungkapan lain untuk objek atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan.
Dalam bahasa Arab, metafora dikenal dengan istilah majâz (Bakalla, 1990:14).
Sedangkan Veerstegh, menyebutnya dengan qiyâs atau analogi. Metafora
dalam laras olahraga dapat ditunjukkan oleh data-data berikut ini; (1) ‫ﺣﺮﻛـﺔ اﻟـﺪﻟﻔﲔ‬

/ḥarakatu d-dulfîn/ ‘porpoise 82’ maknanya adalah gaya lumba-lumba dalam


P0F P

olahraga renang. Data (2) ‫ اﻟﻜـﺮة اﻟﻄـﺎﺋﺮة‬/kuratu th-thâi?rah/ ‘bola voli’, makna

sebenarnya dari kata ‫ اﻟﻄـﺎﺋﺮة‬adalah ‘burung’ akan tetapi dalam istilah olahraga

kata tersebut diartikan sebagai ‘voli’. Contoh data (1) dan (2) merupakan
sebuah analogi atau metafora.

5.2.2 Penerjemahan
Peranan semantik yang kedua setelah metafora adalah penerjemahan
yaitu dengan menerjemahkan pola-pola kata asing. Seperti yang pernah
dijelaskan sebelumnya, konsep kata-kata baru dalam laras olahraga berasal
dari bahasa asing terutama bahasa Inggris. Perhatikan data-data berikut:

(3) ‫ﻣﻼﻛﻤﺔ‬ /mulâkamah/ ‘tinju’

(4) ‫ﻛﺮة‬ /kurah/ ‘bola’

(5) ‫ﻻﻋﺐ‬ /lâ’ib/ ‘pemain’

Kata dalam data (3) ‫ ﻣﻼﻛﻤـﺔ‬/mulâkamah/ yang bermakna ‘tinju’ merupakan

terjemahan dari boxing. Data (4) ‫ ﻛـﺮة‬/kurah/ ‘bola’ merupakan terjemahan dari

ball. Data (5) ‫ ﻻﻋﺐ‬/lâ’ib/ ‘pemain’ merupakan terjemahan dari player.

82
Porpoise adalah istilah yang terdapat dalam olahraga renang yang artinya gaya lumba-lumba.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


5.3 Perubahan Makna
Setelah menjelaskan pembentukan kosakata baru laras olahraga melalui
aspek tersebut di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat kata-kata
yang mengalami perubahan makna. Data berikut ini akan memeperlihatkan
adanya hal tersebut:

(6) ‫ﺷﺒﻜﺔ‬ /syabakah/ ‘net’

Perubahan makna pada data (12) ‫ ﺷــﺒﻜﺔ‬/syabakah/ ‘net’ disebut juga

perubahan makna meluas karena cakupan arti sekarang lebih luas dari arti yang
dulu. Kata ‫ ﺷـﺒﻜﺔ‬/syabakah/ yang pada mulanya berarti ‘jaring’, yaitu alat yang

biasa dipakai untuk menangkap binatang, sekarang, sebagai contoh,


dipergunakan untuk mengungkapkan kata ‘net’ dalam olahraga bulutangkis,
voli, tenis, dan olahraga lainnya.

5.4 Relasi Makna


5.4.1 Homonimi
Seperti yang telah dijelaskan pada 3.6.1.1, homonimi diartikan sebagai
ungkapan kata, frase, atau kalimat yang bentuknya sama dengan ungkapan lain
(juga berupa kata, frase, atau kalimat) tetapi maknanya berbeda (Chaer, 1995:
93). Sedangkan menurut Lesmana, homonimi dapat diartikan sebagai kata
yang mempunyai bentuk yang sama dari sisi ejaan maupun lafalnya, tetapi
mengungkapkan makna yang berbeda. Pada kosakata bahasa Arab laras
olahraga kata-kata yang merupakan homonimi dapat dilihat pada contoh
berikut ini,

(7)a. ‫ﺟﻮﻟﺔ‬ /jawlah/ ‘ronde’

(7)b. ‫ﺟﻮﻟﺔ‬ /jawlah/ ‘sirkuit’

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Ejaan dan lafal pada data (7)a ‫ﺟﻮﻟﺔ‬ /jawlah/ sama dengan data (7)b ‫ﺟﻮﻟــﺔ‬

/jawlah, tapi artinya berbeda. Data (7)a ‫ ﺟﻮﻟــﺔ‬/jawlah/ bermakna ‘ronde’,

sedangkan data (7)b ‫ ﺟﻮﻟﺔ‬bermakna ‘sirkuit’.

5.4.2 Polisemi
Chaer (1995: 101), polisemi diartikan dengan satuan bahasa (kata atau
frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Sedangkan Lesmana (2010: 54)
mengartikan polisemi sebagai sebuah kata yang mempunyai berbagai macam
arti, tetapi arti-arti ini masih saling berkaitan satu sama lain. Timbulnya
berbagai macam arti ini disebabkan oleh adanya pergeseran makna atau
tafsiran yang berbeda. Data polisemi dalam laras olahraga adalah

(8)a. ‫ﻫﺪف‬ /hadaf/ ‘gol’

(8)b. ‫ﻫﺪف‬ /hadaf/ ‘skor’

Kata ‫ ﻫـﺪف‬/hadaf/ pada data (8)a bermakna ‘gol’, sedangkan kata ‫ ﻫـﺪف‬/hadaf/

pada data (8)b bermakna ‘skor’.

5.4.3 Sinonimi
Sinonimi dapat didefinisikan sebagai ungkapan yang maknanya kurang
lebih sama dengan ungkapan lain (Chaer, 1995: 82). Lesmana (2010: 53) juga
menjelaskan arti sinonimi, yaitu dua kata atau lebih yang mempunyai makna
sama. Data sinonimi dalam bahasa Arab laras olahraga adalah sebagai berikut;

(10)a. ‫ﻛﺮة اﻟﺮﻳﺸﺔ‬ /kurat l-rîsyat/ ‘bulu tangkis’

(10)b. ‫ﺑﺎدﻣﻴﻨﺘﻮن‬ /bâdmîntûn/ ‘bulu tangkis’

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


(11)a. ‫ﻛﺮة اﻟﻄﺎﺋﺮة‬ /kuratu th-thâirah/ ‘bola voli’

(11)b. ‫ﻛﺮة اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ‬ /kuratu l-‘âliyah/ ‘bola voli’

(12)a. ‫ﻗﺮﻋﺔ‬ /qar’ah/ ‘draw’ ‘seri’

(12)b. ‫ﺗﻌﺎدل‬ /ta’âdul/ ‘draw’ ‘seri’

(13)a. ‫ﻇﻬﲑ‬ /zhahîr/ ‘bek’

(13)b. ‫ﻣﺪاﻓﻊ‬ /mudâfi’/ ‘bek’

(14)a. ‫ﻓﺮﻳﻖ‬ /farîq/ ‘tim’

(14)b. ‫ﻣﻨﺘﺨﺐ‬ /muntakhab/ ‘tim’

(15)a. ‫ﻣﻬﺎﺟﻢ‬ /muhâjim/ ‘penyerang’

(15)b. ‫ﻫﺪاف‬ /hadâf/ ‘penyerang’

(16)a. ‫ﺗﻨﻴﺲ‬ /tinis/ ‘tenis’

(16)b. ‫ﻛﺮة اﳌﻀﺮب‬ /kuratu l-madhrib/ ‘tenis’

Seperti yang tersebut di atas, data (10)a. ‫ ﻛــﺮة اﻟﺮﻳﺸــﺔ‬/kurat l-rîsyat/

bersinonimi dengan data (10)b. ‫ ﺑـﺎدﻣﻴﻨﺘﻮن‬/bâdmîntûn/ karena memiliki makna

yang sama yaitu‘bulu tangkis’. Contoh ini merupakan sinonimi yang jika
diamati berasalkan asal kata berasal dari bahasa Arab dan arabisasi. Kemudian
pada data (11)a. ‫ ﻛـﺮة اﻟﻄـﺎﺋﺮة‬/kuratu th-thâirah/ juga bersinonimi dengan data

(11)b. ‫ ﻛﺮة اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ‬/kuratu l-‘âliyah/ yang bermakna ‘bola voli’. Data (12)a. ‫ﻗﺮﻋـﺔ‬

/qar’ah/ merupakan sinonimi dari data (12)b. ‫ ﺗﻌﺎدل‬/ta’âdul/ yang

bermakna draw atau seri. Selanjutnya data (13)a. ‫ ﻇﻬـﲑ‬/zhahîr/ sinonimi dari

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


(13)b. ‫ ﻣـﺪاﻓﻊ‬/mudâfi’/ yang berarti ‘bek atau pemain bertahan’. Pada data (14)a.

‫ ﻓﺮﻳـﻖ‬/farîq/ dan data (14)b. ‫ ﻣﻨﺘﺨـﺐ‬/muntakhab/, keduanya memiliki relasi

makna sinonimi yang bermakna ‘tim’. Contoh sinonimi lainnya adalah data
(15)a. ‫ﻣﻬﺎﺟﻢ‬ /muhâjim/ yang bersinonimi dengan data (15)b. ‫ ﻫـﺪاف‬/hadâf/

yang sama-sama memiliki makna ‘striker atau penyerang’. Terakhir pada data
(16)a. ‫ﺗﻨﻴﺲ‬ /tinis/ ‘tenis’ dan data (16)b. ‫ ﻛـﺮة اﳌﻀـﺮب‬/kuratu l-madhrib/, kedua

data tersebut memiliki relasi makna sinonimi yang bermakna‘tenis’. Contoh 16


ini sama seperti contoh 10 yang apabila diamati berasalkan asal kata berasal
dari bahasa Arab dan arabisasi.

5.4.4 Antonimi
Secara harfiah antonim berarti nama lain untuk benda lain pula. Secara
semantik, antonimi dapat didefinisikan sebagai ungkapan (kata, frase, atau
kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain.
Perhatikan data-data berikut:

(14)a. ‫ﺧﻂ اﻟﻮﺻﻮل‬ /khathu l-wushȗl/ ‘start line’ 83


P1F

(14)b. ‫ﺧﻂ اﻻﻧﻄﻼق‬ / khathu l-i?nthilâq/ ‘finish line’ 84 P2F

(15)a. ‫ﻫﺎوي‬ /hâwiy/ ‘amatir’

(15)b. ‫ﳏﱰف‬ /muḥtarif/ ‘profesional’

Data (14)a. ‫ ﺧﻂ اﻟﻮﺻﻮل‬/khathu l-wushȗl/ berantonimi dengan data (14)b.

‫ ﺧﻂ اﻻﻧﻄﻼق‬/khathu l-i?nthilâq/ karena makna pada kedua data tersebut

83
Dalam bI berarti garis start (garis mulai) untuk dimulainya pertandingan seperti balap motor,
mobil, lari, dan sebagainya.
84
Dalam bI berarti garis finish (garis akhir) untuk tanda berakhirnya trek suatu lomba.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


berlawanan. Data (14)a. ‫ ﺧﻂ اﻟﻮﺻﻮل‬/khathu l-wushȗl/ memiliki makna ‘start

line’ yang berlawanan dengan data (14)b. ‫ ﺧﻂ اﻻﻧﻄﻼق‬/khathu l-i?nthilâq yang

memiliki makna ‘finish line’. Relasi antonimi selenjutnya ditunjukkan pada


data (15)a. ‫ ﻫﺎوي‬/hâwiy/ dan (15)b. ‫ ﳏﱰف‬/muḥtarif/ , keduanya juga memiliki

makna yang berlawanan. Data (15)a. ‫ ﻫﺎوي‬/hâwiy/ bermakna ‘amatir’ yang

berlawanan dengan (15)b. ‫ ﳏﱰف‬/muḥtarif/ yang bermakna‘profesional’.

5.4.5 Hiponimi
Secara harfiah, hiponimi atau dalam bahasa Arab disebut dengan
‫ اﻹﺷـﺘﻤﺎل‬/al-isytimâl diartikan dengan nama yang termasuk di bawah nama

lain. Secara semantik, hiponim ialah ungkapan (kata, frasa, atau kalimat)
yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan
lain (Chaer, 1995: 98). Singkatnya, hiponimi adalah relasi makna yang
berkaitan dengan peliputan makna khusus dalam makna umum. Hiponimi
dalam kosakata laras olahraga dalam dapat dilihat dalam data berikut,

(16) ‫اﻟﺮﻳﺎﺿﺔ‬ /al-riyâdhiyah/ ‘olahraga’

(17) ‫ﻛﺮة اﻟﻘﺪم‬ /kuratu l-qadam/ ‘sepak bola’

(18) ‫ﻛﺮة اﻟﻄﺎﺋﺮة‬ /kuratu th-thâirah/ ‘bola voli’

(19) ‫ﻛﺮة اﻟﺴﻠﺔ‬ /kuratu s-salah/ ‘bola basket’

(20) ‫ﻛﺮة اﻟﺮﻳﺸﺔ‬ /kurat l-rîsyat/ ‘bulu tangkis’

(21) ‫ﻏﻮﻟﻒ‬ /ghȗlf/ ‘golf’

(22) ‫ﻛﺮة اﳌﻀﺮب‬ /kuratu l-madhrib/ ‘tenis’

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Pada data (16) – (22) tersebut di atas, apabila diamati terdapat hubungan
makna yaitu hierarki hiponim. Data (16) ‫ اﻟﺮﻳﺎﺿـﺔ‬/al-riyâdhiyah/ ‘olahraga’

merupakan hipernim atau superordinat dari data-data setelahnya. Data (17)


‫ ﻛﺮة اﻟﻘﺪم‬/kuratu l-qadam/ ‘sepak bola’, (18) ‫ ﻛــﺮة اﻟﻄــﺎﺋﺮة‬/kuratu th-thâirah/

‘bola voli’, (19) ‫ ﻛـﺮة اﻟﺴـﻠﺔ‬/kuratu s-salah/ ‘bola basket’, (20) ‫ ﻛـﺮة اﻟﺮﻳﺸـﺔ‬/kurat

l-rîsyat/ ‘bulu tangkis’, (21) ‫ ﻏﻮﻟﻒ‬/ghȗlf/ ‘golf’, dan (22) ‫ﻛﺮة اﳌﻀﺮب‬ /kuratu

l-madhrib/‘tenis’ merupakan ko-hiponim atau subordinat dari data (16)


‫ اﻟﺮﻳﺎﺿــﺔ‬/al-riyâdhiyah/. Hubungan hierarkis hiponimi tersebut, dapat

digambarkan dalam bagan berikut.

‫اﻟﺮﻳﺎﺿﺔ‬ hipernim
‘olahraga’

‫ﻛﺮة اﻟﻘﺪم‬ ‫ﻛﺮة اﻟﻄﺎﺋﺮة‬ ‫ﻛﺮة اﻟﺴﻠﺔ‬ ‫ﻏﻮﻟﻒ ﻛﺮة اﻟﺮﻳﺸﺔ‬ ‫ﻛﺮة اﳌﻀﺮب‬ hiponim
sepak bola bola voli bola basket bulu tangkis golf tenis

Ko-hiponim

5.5 Idiom
Pada bab ini akan dijabarkan idiom yang terdapat pada kosakata bahasa
Arab laras olahraga. Sebelumnya akan dijelaskan tentang arti idiom yaitu suatu
ungkapan yang terdiri dari beberapa kata yang artinya tidak dapat diperoleh
dari masing-masing kata yang membentuknya (Nida, 1974: 202, dalam
Lesmana, 2010: 55). Contoh kata idiom dalam kosakata bahasa Arab laras
olahraga

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


(23) ‫وﺿﻊ ﻳﺪﻩ ﻋﻠﻰ‬ /wada’a yadahu ‘ala/ ‘merebut’

(24) ‫ﻣﻬﺎرة اﳉﺮي‬ /mahâratu l-jarâ/ ‘menggiring’

Pada data (23) ‫ وﺿـﻊ ﻳـﺪﻩ ﻋﻠـﻰ‬/wada’a yadahu ‘ala/ ‘merebut’. Idiom pada

contoh tersebut terdiri dari empat kata yaitu ‫ وﺿــﻊ‬/wada’a/ yang berarti

‘meletakkan’, ‫‘ﻳـﺪ‬yad’ yang berarti tangan, ‫ ه‬/hu/ yang berarti –nya (maskulin),

dan ‫ ﻋﻠـﻰ‬/’ala/ yang berarti di atas. Tapi sebagai idiom dalam laras olahraga

mempunyai arti ‘merebut’. Pada data (24) ‫ ﻣﻬـﺎرة اﳉـﺮي‬/mahâratu l-jarâ/, terdiri

dari dua kata yaitu ‫ ﻣﻬـﺎرة‬/mahâratu/ yang bermakna ‘keterampilan’ dan ‫اﳉـﺮي‬

/al-jarâ/ yang bermakna ‘mengalirkan’. Akan tetapi sebagai idiom dalam laras
olahraga mempunyai arti ‘menggiring’.

5.6 Istilah
Selain bentuk idiom, kata-kata dalam bahasa Arab laras olahraga ada juga
yang berbentuk istilah. Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan
cermat mengungkapkan suatu makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang
khas dalam bidang tertentu (Kridalaksana dalam Lesmana, 2010: 56).
Perhatikan contoh istilah laras olahraga berikut ini;

(25) ‫ﺳﺠﻞ‬ /sajal/ ‘mencetak gol’

(26) ‫ﻫﺪف‬ /hadaf/ ‘gol’ atau ‘skor’

(27) ‫ﺿﺮﺑﺔ ﺳﺎﺣﻘﺔ‬ /dharbah sâḥiqah/ ‘smash’ 85


P3F

(28) ‫ ﺗﺼﻮﻳﺒﺔ ﻋﻠﻰ ﺷﻜﻞ ﻣﻮزﻩ‬/tashwîbah ‘alâ syakli mawzihi/ ‘banana kick’ 86
P4F

85
Dalam bI juga berarti smash yang artinya pukulan keras.
86
Untuk mengistilahkan tendangan yang menjadikan arahan bola tidak lurus dan mirip dengan
pisang yang bengkok.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


(29) ‫ﳌﺴﺔ ﻳﺪ‬ /lamsah yad/ ‘handball’

(30) ‫ﺿﺮﺑﺔ رأس‬ /dharbah ra?s/ ‘sundulan’

Pada data (25) ‫ ﺳـﺠﻞ‬/sajal/, arti kata tersebut sebenarnya adalah ‘mencatat’.

Akan tetapi sebagai istilah olahraga artinya berubah menjadi ‘mencetak gol’.
Sementara pada data (26) ‫ ﻫـﺪف‬/hadaf/, arti sebenarnya dari kata tersebut

adalah ‘sasaran’ atau ‘tujuan’, akan tetapi kata ini digunakan sebagai istilah
dalam olahraga menjadi kata yang bermakna ‘gol’ atau ‘skor’.
Selanjutnya pada data (27) ) ‫ ﺿـﺮﺑﺔ ﺳـﺎﺣﻘﺔ‬/dharbah sâḥiqah/, arti sebenarnya

adalah pukulan yang keras, akan tetapi dalam istilah olahraga menjadi kata
‘smash’. Data (28) ‫ ﺗﺼــﻮﻳﺒﺔ ﻋﻠــﻰ ﺷــﻜﻞ ﻣــﻮزﻩ‬/tashwîbah ‘alâ syakli mawzihi/, arti

sebenarnya adalah ‘ditembak dalam bentuk pisang’, akan tetapi dalam istilah
olahraga khususnya sepakbola, istilah itu digunakan untuk menggantikan
makna ‘banana kick’. Selanjutnya data (29) ‫ ﳌﺴﺔ ﻳﺪ‬/lamsah yad/ , sebenarnya

memiliki arti ‘sentuhan tangan’ akan tetapi kata tersebut dipakai untuk
menggantikan istilah ‘handball’ pada laras olahraga sepakbola. Yang terakhir
data (30) ‫ ﺿـﺮﺑﺔ رأس‬/dharbah ra?s/, yang arti sebenarnya adalah pukulan kepala,

sebagai istilah olahraga maknanya berubah menjadi ‘sundulan’.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


BAB VI
KESIMPULAN

Kosakata bahasa Arab laras olahraga termasuk dalam bahasa Arab modern
seperti halnya kosakata bahasa Arab dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi
dan komunikasi. Dilihat dari sisi morfologi, kosakata bahasa Arab laras olahraga
terbentuk melalui cara-cara berikut; arabisasi, derivasi, pluralisasi, gabungan
kata, hibrida, singkatan lambang huruf. Proses arabisasi ada yang dibentuk
melalui transliterasi, yaitu penggantian huruf demi huruf dari aksara Latin ke
aksara Arab tanpa mengindahkan lafal bunyi kata sebenarnya, ada juga yang
dibentuk melalui transkripsi atau penyesuaian lafal.
Selanjutnya bentukan derivasi kosakata bahasa Arab laras olahraga,
ditinjau dari jumlah radikal akar katanya, terbagi menjadi tiga bagian, yaitu akar
kata yang terdiri dari dua radikal, tiga radikal, dan lima radikal. Sementara itu,
penulis belum menemukan akar kata yang terdiri dari empat radikal. Pola-pola
kosakata bahasa Arab laras olahraga yang terbentuk melalui proses derivasi
adalah FaMaLa (FaMiLa, FaMuLa), FaMLa, FaMaL. Pola-pola tadi merupakan
pola yang berasal dari unaugmented verbal root, sedangkan yang berasal dari
augmented verbal root adalah taFMîL, taFMîLa, taFMîLâ, FiMâL, muFâMil,
taFaMMaL, dan taFaMMuL. Selain itu, ada juga yang berasal dari lima radikal,
polanya adalah FaSTâRaL. Pola-pola tersebut adalah pola-pola yang paling sering
digunakan dalam kosakata bahasa Arab laras olahraga.
Proses arabisasi dan derivasi kosakata bahasa Arab laras olahraga, jika
dilihat dari penggunaannya, ada dua kubu yang berlawanan. Para akademisi Arab,
lebih suka menggunakan derivasi dengan alasan untuk menjaga kemurnian bahasa
Arab, sementara itu masyarakat awam pada umumnya lebih suka menggunakan
arabisasi dari kosakata asing.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


Kosakata bahasa Arab laras olahraga juga ada yang berupa gabungan kata,
seperti; verba-partikel, contoh: ‫ﲤﺮﻳﺮ إﱃ‬ /tamrîr ilâ/ ‘mengoper ke’, verba-

partikel-nomina, contoh : ‫ ﲤﺮﻳـﺮ إﱃ اﳋﻠـﻒ‬/tamrîr ilâ l-khalf/ ‘mengoper ke belakang’,

nomina-partikel-nomina, contoh: ‫ ﻣﻬــﺎرة اﳉــﺮي ﺑــﺎﻟﻜﺮة‬/mahâratu l-jarâ bi -lkurah/

‘menggiring bola’, Nomina-ajektif nisbah, contoh: ‫ وﺛﺐ ﻃﻮﻳﻠﻲ‬/watsiba thawîlî/

‘lompat jauh’, dan nomina-nomina, contoh : ‫ﻛﺄﺱ ﺍﻟﻌﺎﻟﻡ‬ /ka?su l-‘âlam/ ‘piala
dunia’.
Selain tersebut di atas, terdapat pula gabungan kata dalam kosakata laras
olahraga yang berupa hibrida, yaitu perpaduan antara kata yang bersumber dari
bahasa Arab (derivasi) dengan kata yang bersumber dari bahasa asing (arabisasi).
Kata yang merupakan hasil arabisasi letaknya bisa mendahului kata hasil derivasi,
bisa juga sebaliknya, atau bisa juga kata tersebut didahului oleh preposisi.
Selain itu, kosakata bahasa Arab laras olahraga juga ada yang berupa
abreviasi dan singkatan. Abreviasi adalah perpendekan bentuk sebagai pengganti
bentuk yang lengkap.
Selanjutnya, jika diteliti dari sisi semantik, pembentukan kosakata bahasa
Arab laras olahraga dilakukan melalui dua cara; metafora dan penerjemahan.
Metafora yaitu pemakaian kata atau ungkapan lain untuk konsep lain berdasarkan
persamaan. Sementara itu, pada penerjemahan, dapat dilakukan dengan partial
calque (diterjemahkan satu per satu), compound calque (tidak diterjemahkan satu
per satu), dan parafrase. Kedua cara tersebut menyebabkan adanya perubahan
makna pada kata bentukan.
Sama seperti kosakata di pelbagai laras dan bahasa pada umumnya,
kosakata bahasa Arab laras olahraga juga mengandung relasi makna, yaitu:
homonimi, polisemi, sinonimi, hiponimi, antonimi. Selain itu, kosakata bahasa
Arab laras olahraga ada juga yang berupa idiom dan istilah.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


DAFTAR PUSTAKA

About, Peter J., dkk. (1971). Elementary Modern Standard Arabic.


Ann Arbor: The University of Michigan Press.
Al-Ghulâyainî, Mushtafâ. (2005). Jâmi’u d-Durûsi l-‘Arabiyyah.
Kairo: Dâr el-Hadîts.
Aronoff, Mark., & Fudeman, Kirsten. (2007). What is Morphology?.
Oxford: Blackwell Publishing.
Bakalla, M.H. (1990). Arabic Culture: Through Its Language and
Literature, Pengantar Penelitian Studi Bahasa Arab (Maman
Lesmana, Penerjemah). Jakarta: PT. Hardjuna Dwitunggal.
Bangun, Hendry CH. 2007. Meliput dan Menulis Olahraga. Jakarta:
Pustaka Spirit.
Boyle, Raymond. 2006. Sports Journalism: Context and Issues.
London/California/New Delhi: Sage.
Darmojuwono, Setiawati. (2007). “Semantik,” Pesona Bahasa
Langkah Awal Memahami Lingusitik, eds. Kushartanti, Untung
Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. Jakarta: P.T Gramedia
Pustaka Utama.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
(1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai
Pustaka.
El-Dahdah, Antoinie. (1990). A Dictionary of Universal Arabic
Grammar. Beirut: Libraire du Liban.
Fa’iq, Akhmad Imamudin. (2010). Kosakata Bahasa Arab laras
Teknologi Informasi, Sebuah Analisis Morfo-Semantik. Skripsi
(tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia.
Gray, L.H. 1971. Introduction to Semitic Comparative Linguistics.
Amsterdam: Philo Press.
Heijer, Johannes den. 1992. Pedoman Transliterasi Arab Latin.
Jakarta: INIS
Hocket, Charles Francis. (1958). A Course in Modern Linguistics.
New York: The Macmillan Company.
Holes, Clive. (1995). Modern Arabic: Structures, Function and
Varieties. New York: Longman Publishing.
Kentjono, Djoko. (1984). Dasar-dasar Linguistik Umum. Depok:
Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


. (2007). “Morfologi,” Pesona Bahasa Langkah
Awal Memahami Lingusitik, eds. Kushartanti, Untung Yuwono,
dan Multamia RMT Lauder. Jakarta: P.T Gramedia Pustaka
Utama.
Keraf, Gorys. (1993). Tata Bahasa. Flores: Nusa Indah.
. (1994). Komposisi. Flores: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. (1993). Kamus Linguistik (3rd ed.).
Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama.
. (1996). Pembentukan Kata dalam
Bahasa Indonesia. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.
Lesmana, Maman. (2002). Beberapa “Gangguan Morfologis”
dalam Penerjemahan Arab-Indonesia. Depok: Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
. (2010). Bahasa, Sastra dan Budaya Arab.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia.
Majma’u l-Lughah al-‘Arabiyyah. (1995). Mu’jamu l-Hâsibât (2nd
ed). Cairo: Author.
Munawwir, Ahmad Warson. (2007). Kamus al-Munawwir
Indonesia-Arab Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif.
Nida, Eugene. A. 1946. Morphology The Descriptive Analysis Of
Words. Michigan: University of Michigan Press.
Parera, Jos Daniel. (1991). Teori Semantik. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Sakri, Adjat. (1993). Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung:
ITB Press.
Samsuri. (1980). Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Sapir, Edward (1949). Mandelbaum, David. ed. Selected writings in
language, culture and personality. Berkeley: University of
California Press.
Shohib, Fadhal. (2003). Pedoman Transliterasi Arab Latin. Jakarta:
Departemen Agama R.I.
Umar, Ahmad Mukhtâr. (1982). ‘Ilmu d-dilâlah. Kuwait: Maktabah
Dâru l-‘Urûbah li n-Nashr wa t-tawsî’.
Wastono, Afdol Tharik. (2000). “Sistem Pungutan Bahasa Arab
dalam Bahasa Indonesia (Aspek Fonologis)” Jurnal
Kebudayaan Arab “Arabia” Vol.III Nomor. 6/ Oktober 2000-
Maret 2001. Fakultas Ilmu Budaya Depok: Program Studi Arab
Universitas Indonesia.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


. (2005). Relasi Makna Paradigmatis;
Keidentikan, Peliputan dan Pertentangan dalam Bahasa Arab,
Disertasi (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Indonesia.
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta:
Gajahmada University Press.
Versteegh, Kees. (1997). The Arabic Language. Edinburgh:
Edinburgh University Press.
Wher, Hans. (1980). A Dictionary of Modern Written Arabic.
Beirut: Libraire Du Liban.
Yuwono, Untung. (2009). Dari Keperawanan, Partai Away, Ke
Scudetto: Perkembangan Kosakata Bahasa Indonesia Laras
Olahraga Dalam Media Massa. Stylesheet.
www.fib.ui.ac.id/index.php. 29 Desember 2011pukul 16:35:40.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


BIOGRAFI SINGKAT

PANDU ARIFIN, lahir di Tegal pada 20 Februari 1990 dari pasangan suami-
istri Maksum dan Sumiatun. Pendidikan awalnya dimulai dari sebuah taman
kanak-kanak Aisyiyah 8 Tegal. Selanjutnya dia bersekolah di SD Negeri
Tegalsari 1 Tegal dan dilanjutkan ke sebuah SMP favorit di kota Tegal yaitu
SMP RSBI Negeri 7 Tegal. Kemudian anak kedua dari tiga bersaudara ini
melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri 1 Tegal, sebuah SMA yang juga
favorit di kotanya. Setelah tiga tahun menempa pendidikan di SMA, ia lalu
melanjutkan pendidikan jenjang perguruan tinggi di Program Studi Arab,
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012


LAMPIRAN KORAN AL-RAYAT

Berikut penulis akan sajikan informasi mengenai koran Al-Rayat yang


penulis ambil untuk dijadikan korpus data penelitian dalam skripsi ini. Koran
Al-Rayat adalah salah satu koran dari Qatar yang berbahasa Arab. Koran ini
didirikan pada tahun 1979 di kota Doha, Qatar. Koran ini mempunyai tiga
rubrik utama yaitu al-yaumiyyah, al-iqtishadiyyah, dan al-riyadiyyah (harian,
ekonomi, dan olahraga) yang terbit setiap hari. Koran ini merupakan koran
semi-resmi yang memfokuskan pada pembahasan penguasa atau pemerintah
Qatar karena koran ini merupakan koran pemerintah. Pada saat ini, pemimpin
redaksi koran Al-Rayat adalah Muhammad Yusuf Darwish dan peringkat
koran ini adalah urutan ke 142 di dunia berdasarkan pada keterangan website
koran Al-Rayat yaitu www.raya.com.

Selain informasi mengenai koran Al-Rayat, penulis juga melampirkan


beberapa halaman koran Al-Rayat, diantaranya sebegai berikut:

Morfo-semantik kosakata..., Pandu Arifin, FIB UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai