Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENELITIAN METODE SEISMIK

REFRAKSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas


Mata Kuliah Metode Seismik

Oleh :

Mahasiswa Unsyiah

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
Juni, 2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode seismik merupakan salah satu metode geofisika aktif yang
memanfaatkan penjalaran gelombang berdasarkan sifat elastisitas mediumnya.
Konsep dasar teknik seismik dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu apabila suatu
sumber gelombang dibangkitkan di permukaan bumi. Akibat material bumi yang
bersifat elastik maka gelombang seismik yang terjadi akan dijalarkan ke dalam
bumi dalam berbagai arah. Pada bagian batas antar lapisan, gelombang ini
sebagiannya dipantulkan dan sebagian lain dibiaskan untuk diteruskan ke
permukaan bumi. Dipermukaan bumi gelombang tersebut akan diterima oleh
serangkaian detektor (geophone) yang umumnya disusun membentuk garis lurus
dengan sumber ledakan (profil line), selanjutnya dicatat/direkam oleh suatu alat
seismogram. Dengan didapatkan waktu tempuh gelombang dan jarak antar
geophone dan sumber ledakan, maka struktur lapisan geologi di bawah permukaan
bumi dapat diperkirakan berdasarkan besar kecepatannya.
Metode seismik ini terdiri dari seismik refraksi (bias) dan seismik refleksi
(pantul). Seismik refraksi digunakan dalam pengukuran bentuk lapisan dibawah
permukaan, perlapisan bawah permukaan diketahui berdasarkan cepat rambat
gelombang seismik pada setiap lapisan. Metode ini dipergunakan untuk mendeteksi
perlapisan dangkal, sehingga metode ini tidak dapat dipergunakan pada daerah
dengan kondisi geologi yang kompleks. Untuk seismik refleksi untuk penentuan
struktur lapisan bumi yang dalam sehingga metode seismik refleksi memberikan
kontribusi yang besar dalam menentukan titik pemboran minyak dan gas bumi serta
telah menunjukkan keberhasilannya dalam meningkatkan success ratio dalam
penemuan migas.
Mengingat kemampuannya yang baik untuk menggambarkan bidang batas
perlapisan di bawah permukaan. Sebagai seorang mahasiswa geofisika tentunya
menjadi suatu hal yang wajib untuk mempelajari metode seismik ini, dan untuk

2
mendukung pembelajaran terhadap metode seismik, diyang dapat membantu
mahasiswa dalam pemahaman metode seismik serta penerapannya di lapangan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian motode seismic refraksi ini adalah
sebagai berikut :

1. Apa itu motede seismik refraksi.


2. Bagaimana prinsip kerja dari metode seismik refraksi.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian metode seismik refraksi ini adalah sebagai
berikut :
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip kerja dari metode seismik
refraksi.
2. Untuk mengetahui bagaimana struktur lapisan bawah tanah disekitaran
lapangan tugu.

3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang merambat dalam


bumi. Bumi sebagai medium gelombang terdiri dari beberapa lapisan batuan yang
antar satu lapisan dengan lapisan lainnya mempunyai sifat fisis yang berbeda.
Ketidak-kontinuan sifat medium ini menyebabkan gelombang seismik yang
merambatkan sebagian energinya dan akan dipantulkan serta sebagian energi
lainnya akan diteruskan ke medium di bawahnya (Telford dkk, 1976). Suatu
sumber energi dapat menimbulkan bermacam–macam gelombang, asing–masing
merambat dengan cara yang berbeda. Gelombang seismik dapat dibedakan menjadi

dua tipe yaitu:

1. Gelombang badan (body waves) yang terdiri dari gelombang longitudinal


(gelombang P) dan gelombang transversal (gelombang S). Gelombang ini
merambat ke seluruh lapisan bumi.
3. Gelombang permukaan (surface waves) yang terdiri dari gelombang Love,
gelombang Raleygh dan gelombang Stoneley. Gelombang ini hanya
merambat pada beberapa lapisan bumi, sehingga pada survei seismik
refleksi (survei seismik dalam) gelombang ini tidak digunakan.

2.1. Seismik Refraksi

Metode seismik dikategorikan ke dalam dua bagian yaitu seismik refraksi


(seismik bias) dan seismik refleksi (seismik pantul). Dalam penulisan ini metode
yang dibahas hanya sebatas metode seismik refraksi. Dalam metode seismik
refraksi, yang diukur adalah waktu tempuh dari gelombang dari sumber menuju
geophone. Dari bentuk kurva waktu tempuh terhadap jarak, dapat ditafsirkan
kondisi batuan di daerah penelitian.Keterbatasan metode ini adalah tidak dapat
dipergunakan pada daerah dengan kondisi geologi yang terlalu kompleks. Metode
ini telah dipergunakan untuk mendeteksi perlapisan dangkal dan hasilnya cukup

4
memuaskan. Menurut Sismanto (1999), asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk
penelitian perlapisan dangkal adalah:

1. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap lapisan menjalarkan


gelombang seismik dengan kecepatan yang berbeda-beda.
2. Semakin bertambah kedalamannya, batuan lapisan akan semakin kompak.
3. Panjang gelombang seismik lebih kecil daripada ketebalan lapisan bumi.
4. Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga
mematuhi hukum – hukum dasar lintasan sinar.
5. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan
kecepatan pada lapisan dibawahnya.
6. Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.

Masalah utama dalam pekerjaan geofisika adalah membuat atau


melakukan interpretasi hasil dari survei menjadi data bawah permukaan yang
akurat. Data-data waktu dan jarak dari kurva travel time diterjemahkan menjadi
suatu penampang geofisika, dan akhirnya dijadikan enjadi penampang geologi.
Secara umum metode interpretasi seismik refraksi dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok utama, yaitu intercept time, delay time method dan wave front
method (Taib, 1984). Metode interpretasi yang paling mendasar dalam analisis data
seismik refraksi adalah intercept time (Tjetjep, 1995).

Waktu rambat gelombang bias pada gambar (2b) dapat diperoleh dengan persamaan

5
(1). dengan T adalah waktu yang ditempuh gelombang seismik dari titik tembak
(A) sampai ke geophone (D), AB adalah jarak dari titk A ketitik B, CD merupakan
jarak dari titik C ke titikD, BC adalah jarak dari titik B ke titik C, V1adalah
kecepatan gelombang pada lapisan 1 danV2 adalah kecepatan gelombang pada
lapisan 2.Dari persamaan (1) dapat diperoleh persamaan(2a) sampai dengan
persamaan (2c).

2.2. Metode T-X / Intercept Time

Metode Intercept Time adalah metode T-X (waktu terhadap jarak) yang
merupakan metode yang paling sederhana dan hasilnya cukup kasar, seperti
yang digambarkan pada gambar (2a) (Sismanto, 1999). dengan z1 adalah
kedalaman pada lapisan 1, α adalah sudut antara garis gelombang datang dengan
garis normal serta dapat diartikan sudut antara garis gelombang bias dengan garis
normal dan variabel x adalah jarak antara titik tembak (A) dengan geophone (D).
Berdasarkan hukum Snellius bahwa pada sudut kritis berlaku sinα=V1/V2,
sehingga persamaan (2c) dapat dituliskan menjadi persamaan (3a) sampai dengan
persamaan (3d).

Bila x = 0 maka akan diperoleh T1 (x = 0) dan nilai tersebut dapat dibaca pada
kurva waktu terhadap jarak yang disebut sebagai intercept time. Kecepatan

6
gelombang lapisan pertama dapat dihitung langsung, sedangkan untuk kecepatan
gelombang lapisan kedua diperoleh dari slope gelombang bias pertama. Kedalaman
lapisan pertama ditentukan dengan menuliskan persamaan diatas menjadi
persamaan (4):

Dengan menggunakan data waktu terhadap jarak pada gambar (3), dapat dihitung
kedalaman atau ketebalan lapisan pertama melalui persamaan (7).

7
Dengan Ti2 merupakan intercept time pada gelombang bias yang pertama.
Penambahan suku terakhir adalah apabila sumber gelombang seismik ditanam
kedalam lapisan pertama. Apabila sumber gelombangnya ada di permukaan maka
suku terakhir ini bernilai nol. Untuk ketebalan lapisan kedua akan didapatkan suatu
persamaan (8).

Dengan Ti3 adalah intercept time pada gelombang bias yang kedua maka
persamaan (7) dan persamaan (8) dapat diperoleh suatu ketebalan lapisan bawah
permukaan yang dapat dilihat pada gambar (4) (Sismanto,1999).

8
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu akuisisi data di Lapangan
Tugu Unsyiah, Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala pada tanggal ….. . Adapun
interpretasi data dilakukan di Laboratorium Geofisika, Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala pada tanggal
…..

Gambar 3.1 Lokasi Akuisi Data seismik Refraksi di Lapangan Tugu Unsyiah

3.2 Peralatan Penelitian


Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Peralatan Penelitian
No Nama Alat dan Software Jumlah Satuan
1 Kabel Triger 1 buah
2 Geophone 23 buah
3 Kabel Seismik 2 buah
4 Geophone Triger 1 buah

9
5 Plat Aluminium dan Palu 5 kg 1 buah
6 Seismograf PASI 24 channel 1 unit
7 Meteran (100 m) 1 buah
8 Baterai 12 V 1 buah
9 Kabel Penghubung 2 buah
10 Komputer 1 unit
11 Software ZondST2D 1 aplikasi
12 Loog Book dan alat tulis 1 set
13 Payung 1 buah

Gambar 3.2 Satu set alat seismik refraksi


3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Studi Literatur
Studi Literatur dilakukan untuk mengumpulkan informasi dan referensi
terkait penelitian sehingga menjadi landasan saat penulisan laporan ini.

3.3.2 Penentuan Lokasi


Pada tahapan ini ditentukan lokasi penelitian yang tepat dan sesuai dengan
topik penelitian. Setelah itu dilakukan survey awal guna mengetahui kondisi lokasi
penelitian dan mengetahui hal-hal apa saja yang diperlukan pada saat melakukan
akuisisi data di lapangan nantinya. Pada tahap ini juga kita merencanakan desain
lintasan pengukuran sesuai dengan kondisi di lapangan.

10
3.3.3 Akuisisi Data
Untuk survey seismik refraksi ini kegiatan pengambilan data di lokasi
penelitian dilakukan dengan menggunakan alat seismograph PASI 24 Channel
dengan susunan konsfigurasi peralatan geophone dan sumber gelombang
diletakkan pada satu garis lurus (line seismic). Panjang lintasan untuk kedua lokasi
penelitian yakni 92 m dengan jarak spasi antar geophone 2 m. Desain lintasan
pengukuran lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.4.

Gambar 3.4. Desain lintasan pengukuran seismik refraksi

Langkah-langkah akuisisi data seismik refraksi di lapangan :


1. Lintasan pengukuran dibuat berupa garis lurus (line seismic) menggunakan
meteran sepanjang 92 m.
2. Geophone ditancapkan ke dalam tanah pada titik yang telah ditentukan seperti
pada gambar 3.4 dengan jarak antar geophone yakni 2 m.
3. Masing-masing geophone tersebut dihubungkan dengan kabel geophone,
begitu juga dengan geophone trigger dihubungkan dengan kabel geophone
trigger.
4. Kabel geophone dan kabel power dihubungkan ke seismograph.
5. Seismograph dihubungkan ke catu daya (baterai 12 V).
6. Ditekan tombol On pada seimograph.
7. Klik Aquition dan dipilih setting.

11
8. Rictime diatur menjadi 512 ms dan sampling time diatur 250 μs.
9. Untuk mengecek apakah semua geophone terpasang dengan benar maka klik
Gain dipilih with hamer dan diberikan source (pukulan palu pada plat
aluminium).
10. Saat diklik Ok maka akan kembali ke layar pengaturan settting.
11. Pada tulisan stacking dipilih 5 atau 7 kali perulangan pukulan untuk penguatan
sinyal.
12. Klik add note, dimasukkan nama file. Misal intanm dan klik Ok kemudian
diklik tombol Start.
13. Shot dilakukan sebanyak yang diarahkan oleh operator (biasanya sebanyak
jumlah stacking yang dipilih).
14. Dipilih Fit to screen, maka hasil rekaman gelombang tersebut akan
ditampilkan.
15. Klik Option dan pilih ENHTRS untuk memperbesar dan memperjelas hasil
rekaman gelombang seismik dengan mengklik tanda +
16. Klik Option pilih Previous.
17. Klik Start untuk melakukan pengukuran kembali.
Hasil dari akuisisi data seismik refraksi di lapangan berupa data rekaman penjalaran
gelombang seismik pada setiap geophone yang tersimpan secara otomatis dalam
bentuk file seismograph SEG-Y. Tujuan dari akuisisi data seismik adalah untuk
memperoleh kurva travel time dari sumber energi ke penerima (geophone).

3.3.5 Pengolahan data


Pengolahan data seismik refraksi ini dilakukan dengan menggunakan
software ZondST2D. Pengolahan data dimulai dengan open file seismograph
SEGY yang merupakan data hasil rekaman akuisisi data seismik refraksi di
lapangan. Selanjutnya dilakukan tahap picking pada data rekaman seismik refraksi
tersebut. Tujuan dari picking data adalah untuk menentukan waktu tiba gelombang
P pertama (first break) yang sampai pada setiap geophone. Adapun langkah-
langkah pengolahan data menggunakan software ZondST2D.

3.3.6 Interpreatasi hasil

12
Interpretasi dan analisa bertujuan untuk memperkirakan keadaan struktur
bawah permukaan pada daerah penelitian. Dari struktur bawah permukaan ini,
selanjutnya dapat diketahui berapa ketebalan lapisan pada daerah penelitian dan
juga dapat memperkirakan material/batuan yang ada di bawahnya. Metode
interpretasi data yang digunakan untuk mengetahui kedalaman bidang batas antar
lapisan sedimentasi yaitu dengan intercept time. Tahapan interpretasi data ini
diawali dengan menentukan intercept time setiap slope pada kurva travel time.
Selanjutnya dihitung kedalaman lapisan batuan bawah permukaan.
Penentuan intercept time, perhitungan ketebalan tiap lapisan bawah
permukaan dan penentuan kecepatan penjalaran gelombang seismik pada tiap
lapisan secara otomatis dapat diproses menggunakan software ZondST2D.
Berdasarkan hasil interpretasi data tersebut maka kita dapat menganalisa dan
mengidentifikasi material dari struktur perlapisan sedimentasi di wilayah pesisir
pantai barat.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pembahasan


Penelitian Terlebih dahulu dilakukan akuisisi data di lapangan. Data di
lokasi penelitian diukur menggunakan peralatan seismograph PASI 24 channel
dengan konsfigurasi moving source dimana pada satu lintasan pengukuran tersebut
memiliki 7 point shot yaitu off set 1, end shot 1, in line 1, center, in line 2, end shot
2 dan off set 2 (Gambar 3.4). Dalam penelitian ini, sumber (source) gelombang
seismik berasal dari pukulan palu dengan berat sebesar 9 kg yang kemudian getaran
gelombang seismik tersebut direkam oleh 24 penerima gelombang seismik yang
disebut geophone atau detector. Adapun lintasan pada proses akuisisi data yaitu
jarak antar masing-masing geophone yang digunakan adalah 2.0 m, jarak offset ke
geophone terdekat adalah 1,5 m dengan total jarak geophone sepanjang 42 m dan
panjang lintasan keseluruhan 92 m.
Selanjutnya proses pengolahan data, pengolahan data seismik pada dasarnya
dimaksudkan untuk mengubah data seismik lapangan yang terekam menjadi suatu
penampang struktur bawah permukaan (litologi) yang kemudian dapat dilakukan
interpretasi darinya. Sedangkan tujuan dari pengolahan data seismik adalah untuk
menghasilkan penampang seismik dengan kualitas signal to noise ratio (S/N) yang
baik tanpa mengubah bentuk kenampakan-kenampakan pelapisan batuan bawah
permukaan, sehingga dapat dilakukan interpretasi keadaan dan bentuk struktur
pelapisan bawah permukaan bumi seperti kenyataannya.
Terkahir, tahap interpretasi hasil dimana data waktu dan jarak dari kurva
travel time diterjemahkan menjadi suatu penampang geologi. Secara umum metode
interpretasi seismik refraksi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama,
yaitu intercept time, delay time, dan wave front method. Adapun metode interpretasi
yang paling mendasar dalam analisis data seismik refraksi adalah intercept time.

4.1.1 Pengolahan Data Seismik Reffraksi

14
Pengolahan data seismik refraksi ini dilakukan dengan menggunakan
software ZondST2D. Pengolahan data dimulai dengan open file seismograph
SEGY yang merupakan data hasil rekaman akuisisi data seismik refraksi di
lapangan (Gambar 4.1). Selanjutnya dilakukan tahap picking pada data rekaman
seismik refraksi tersebut. Tujuan dari picking data adalah untuk menentukan waktu
tiba gelombang P pertama (first break) yang sampai pada setiap geophone (Gambar
4.2).

Gambar 4.1 File seismograph SEG-Y offset 1 Lapangan Tugu

Gambar 4.2 Bentuk penampang seismik data lapangan saat proses picking
Hasil picking data tersebut kemudian diplot untuk mendapatkan kurva travel
time seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.2.

15
Gambar 4.3 Bentuk kurva travel time setelah picking
Hasil picking data rekaman penjalaran gelombang seismik refraksi dan juga
kurva travel time untuk lintasan pengukuran Desa Suak Seukee dan Suak Pante
Breuh terlampir di Lampiran 2 dan 3. Picking data bertujuan untuk menentukan
waktu tiba gelombang pertama yang sampai pada setiap geophone. Dari kurva
travel time lintasan Suak Pante Breuh, terlihat 7 grafik yang saling memotong
dengan kurva dan warna yang berbeda-beda. Hal ini berdasarkan pada konfigurasi
pengukuran dimana dilakukan 7 point shot. Kurva travel time ini menunjukkan
besarnya jarak terhadap waktu dan kemudian dapat menentukan waktu tiba
gelombang pertama atau gelombang P yang sampai pada setiap geophone. Dalam
penentuan kecepatan penjalaran gelombang P pada lapisan batuan, ke 7 kurva dari
tiap shot saling dikorelasikan/dibandingkan sehingga menghasilkan kecepatan
gelombang P yang lebih akurat. Kurva travel time lintasan Suak Pante Breuh
(Gambar 4.3) dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan model lapisan
batuan pada area pengukuran. Hal Ini dapat terlihat dari banyaknya slope
(kemiringan) pada kurva travel time.
Setelah didapatkan bentuk kurva travel time seperti pada Gambar 4.3, tahap
selanjutnya dilakukan interpretasi dan analisis lebih lanjut yang bertujuan untuk
memperkirakan keadaan struktur bawah permukaan pada daerah penelitian. Dari
struktur bawah permukaan ini, selanjutnya dapat diketahui berapa ketebalan lapisan
pada daerah penelitian dan juga dapat memperkirakan batuan yang ada di
bawahnya.
Adapun metode interpretasi data yang digunakan untuk mengetahui kedalaman
bidang batas antar lapisan sedimentasi yaitu dengan intercept time. Tahapan
interpretasi data ini diawali dengan menentukan intercept time setiap slope pada

16
kurva travel time. Selanjutnya dihitung kedalaman lapisan batuan bawah
permukaan.
Intercept time yaitu titik potong perpanjangan garis singgung kurva travel
time dengan sumbu waktu tiba, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3. Dengan
menggunakan waktu intercept time (Ti) dapat dicari kedalaman bidang batas tiap
lapisan dengan mengunakan persamaan untuk mencari kedalaman. Namun,
penentuan intercept time ini secara otomatis dapat diproses menggunakan software
ZondST2D. Berdasarkan hasil interpretasi data tersebut maka kita dapat meganalisa
dan mengidentifikasi material-material dari struktur perlapisan sedimentasi di
Lapangan Tugu Unsyiah

4.1.2 Interpretasi Data Seismik Refraksi


Berikut adalah hasil Pengolahan data seismik refraksi menggunakan
software ZondST2D :

Gambar 4.4 Model pelapisan struktur bawah permukaan


Berdasarkan model penampang struktur lapisan batuan pada hasil
pengukuran seismik refraksi Pada lintasan Lapangan Tugu Unsyiah, kecepatan
perambatan gelombang P dapat dibagi kedalam 3 kategori setiap lapisan. Pada
lapisan I warna kuning menunjukkan kecepatan penjalaran gelombang P rendah

17
berkisar antara 250-350 m/s, berada pada kedalaman 0-1,5 m dengan ketebalan
lapisan 1,5 m, diinterpretasikan sebagai tanah (top soil). Lapisan II berwarna hijau
gelap menunjukkan kecepatan penjalaran gelombang P berkisar antara 400-600
m/s, berada pada kedalaman 1,5-5,5 meter dengan ketebalan lapisan sedimen
mencapai 4 meter. Lapisan ini diinterpretasikan sebagai pasir kering dan bersifat
lepas. Lapisan III warna biru menunjukkan kecepatan penjalaran gelombang P
tinggi berkisar antara 650-750 m/s, berada pada kedalaman >4 m dengan ketebalan
lapisan sedimen tidak dapat didefinisikan. Pada lapisan ke III ini, diinterpretasikan
lapisan dengan material sedimen berupa pasir air jenuh yang bersifat lepas. Berikut
akan ditampilkan variasi kecepatan penjalaran gelombang P, kedalaman serta
ketebalan lapisan batuan.

Tabel 4.1 Litologi lapisan bawah permukaan Desa Suak Seukee berdasarkan hasil
model penampang struktur lapisan batuan.
Kedalaman Ketebalan
Lapisan Vp (m/s) Litologi
(m) (m)
Tanah (Top
I 250-350 0-1,5 1,5
soil)
Pasir kering,
II 400-600 1,5 - 5,5 4
lepas.

Tidak Pasir air


III 650-750 >4 jenuh,
terdefinisi lepas.

Lokasi Lapangan Tugu memiliki topografi yang sangat datar dikarenakan


lokasi tersebut merupakan lapangan yang telah ditambak. Di dekat daerah
pengukuran ini dilakukan terdapat gedung dan jalan raya yang aktif lalu lalang
kendaraan. Dalam proses akuisisi data terdapat sedikit kendala dimana data di
monitor menunjukkan noise yang cukup besar, beberapa dugaan penyebabnya
adalah kendaraan yang lewat dan kondisi geophone yang tidak bekerja maksimal.
Dari gambaran model struktur bawah tanah cukup bisa memberikan gambaran
tentang litologi atau pun jenis batuan yaang terdapat dibawah permukaan.

18
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian metode seismik refraksi ini adalah
sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil interpretasi yang didapatkan dari pengolahan data dengan


menggunakan software zoneST2D, kedalaman yang dapat diukur adalah
sejauh 16 meter dari permukaan.
2. Hasil nilai kecepatan seismik yang didapat pada kedalaman 0-16 meter,
memiliki kecepatan sebesar sebesar 300-350 m/s, yang berarti struktur
batuannya adalah tanah.
3. Panjang lintasan yang digunakan adalah sebesar 46 m, dengan jarak antar
geophone sepanjang 2 m.

19
DAFTAR PUSTAKA

Susilawati. 2004. Seismik refraksi (dasar teori dan akuisisi data), USU Digital
Library.
Telford, Geldart and Sheriff, 1976, Applied Geophysics, 2nd edition, Cambridge
University Press, New York.
Yilmaz, O., 1994, Seismic Data Processing, Society of Exploration Geophysicists,
Tulsa.

20
LAMPIRAN

1. Proses akuisisi data di Lapangan

Lintasan yang digunakan dalam pengukuran

Proses Pembacaan nilai hasil pengukuran

21
2. Proses Pengolahan Data

Data Mentah yang belum di Picking

Endshoot 1

22
Endshoot 2

geophone 4 dan 5

geophone 8 dan 9

23
geophone 12 dan 13

geophone 16 dan 17

geophone 20 dan 21

24
Offset 1

Offset 2

kurva travel time dan struktur lapisan dibawah permukaan

25
26

Anda mungkin juga menyukai