Disusun untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners Keperawatan Medika Bedah 2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh
OVI WIJAYANTI
B. Tujuan Kemoterapi
Menurut Sukardja (2000) tujuan terapi umum dari terapi kanker yaitu :
a) Terapi kuratif (penyembuhan) yakni tindakan untuk menyembuhkan penderita yaitu
membebaskan penderita dari kanker untuk selama-lamanya
b) Terapi palliative (meringankan) yakni semua tindakan aktif guna meringankan beban
penderita kanker terutama bagi yang tidak mungkin disembuhkan lagi
Siklus sel sangat penting dalam kemoterapi sebab obat kemoterapi mempunyai target
dan efek merusak yang berbeda bergantung pada siklus selnya. Obat kemoterapi aktif pada
sat sel berproduksi (bukan pada fase G0) sehingga sel tumor yang aktif merupakan target
utama dari kemoterapi, namun sel yang sehat juga bereproduksi maka tidak menutup
kemungknan mereka juga akan terpengaruh oleh kemoterapi yang akan muncul sebagai
efek samping (Rasjidi, 2007).
E. Persiapan Kemoterapi
a) Persiapan yang harus dipenuhi oleh pasien
1. Sebelum menjalani pengobatan kemoterapi maka terlebih dahulu pasien dilakukan
pemeriksaan darah yang menunjukkan hemoglobin lebih dari 10g%, leukosit lebih
dari 5000/mm3 , dan trombosit lebih dari 150.000/mm3
2. Pemeriksaan fungsi hepar, fungsi ginjal, dan EKG.
3. Keadaan umum pasien harus baik
4. Pasien mengetahui tentang tujuan pengobatan dan efek samping yang kemungkinan
terjadi
5. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
b) Persiapan yang harus dipenuhi oleh tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan harus mempunyai pengetahuan dan manajemen kanker pada
umumnya dan mempunyai sarana laboratorium yang lengkap (Rasjidi, 2007)
F. Persiapan Pemberian Obat
Keamanan penanganan obat sitostatika merupakan hal yang penting yang harus
diperhatikan oleh dokter, perawat, farmasi, penderita, gudang/distribusi. Oleh karena itu
persiapannya harus sesuai dengan prosedur :
a) Persiapan obat
1. Dosis : ditentukan dengan menggunakan luas permukaan tubuh yang diketahui
dengan mengukur TB dan BB
2. Strorage dan stability : baca petunjuk mengenai storage dan stability masing-masing
obat sehingga tetap dalam keadaan baik. Obat yang tidak mengandung preservasi
setelah dibuka/dilarutkan (oplos) harus segera di buang dalam waktu 8-24 jam
3. Preparasi (pelarutan) pelarut untuk masing-masing obat biasanya disebutkan dalam
penjelasan pemakaian obat masing-masing kadang ada pelarut yang incompatible
terhadap obat-obatan tertentu. Secara umum pelarut yang biasa dipakai adalah
dextrose 5% atau Nacl fisiologis. Pelarut dilakukan dalam tempat tertentu dan
dilakukan oleh petugas atau pharmacist yang terlatih (Rasjidi, 2009)
b) Persiapan provider
1. Memakai gaun khusus atau schort
2. Memakai masker yang dispossible
3. Memakai handscoone karet
4. Memakai topi pelindung kepala
5. Memakai kacamata pelindung terhadap percikan obat, tanpa menghalangi lapang
penglihatan (kaca google)
6. Well trained
c) Persiapan peralatan dan cairan
1. Jarum suntik, abbocath no 20 atau 24 (disesuaikan dengan ukuran vena)
2. Spuit disposibble 3 cc, 5 cc, 20 cc
3. Infus se, pada obat golongan taxan telah disediakan infus set khusus
4. Larutan Nacl 0,9% 100 cc, Nacl 0,9% 500 cc dan aquadest 25 cc
5. Syringe pump/infuse pump
6. Alat penyuntikan untuk menghindari kontak obat dengan laken
d) Penyuntikan
1. Teliti protocol pemberian obat kemoterapi yang akan diberikan
2. Cek informed concent
3. Pilih vena paling distal dan lurus (biasanya metacarpal bagian distal) dan
kontralateral dengan kankernya. Dipastikan tidak terjadi ekstravasasi yaitu dengan
memasang infus dan drip cepat
4. Setelah penyuntikan selesai, alat-alat atau botol bekas adan obat sitostatika
dimasukan kedalam kantong plastic dan diikat serta dimasukkan dalam wadah
sampah medis khusus
5. Buat catatan penderita pada rekam medic penderita, catat semua tindakan
(Haryanto, 2009)
G. Penilaian Respon (Treatment Outcome)
Pengertian respon disini adalah perubahan yang terjadi pada tumor menurut
kepekaannya terhadap kemoterapi.
Respon kemoterapi dapat didefinisikan sebagai :
a) Respon lengkap : tidak tampaknya semua bukti adanya penyakit dan tidak tampaknya
penyakit baru untuk selang waktu yang ditentukan (biasanya 4 minggu)
b) Respon sebagian : berkurangnya ukuran tumor paling sedikit 50% dari dua diameter
terpanjang dari semua lesi dalam waktu tidak kurang dari 4 minggu dan tidak ditemukan
adanya lesi baru
c) Respon minimal : ukuran tumor mengecil kurang dari 50%, biasanya tidak dilaporkan
dalam uji klinis
d) Progression : didapatkan peningkatan ukuran tumor lebih dari 25% dan adanya
pertumbuhan penyakit atau tampaknya penyakit baru selama kemoterapi
Pada pemberian kemoterapi neoadjuvan, setelah pemberian siklus ke-3 dilakukan
penilaian respon terapi dan resektibilitasnya. Bila didapatkan respon parsial dan menjadi
resektabel maka dilanjutkan dengan tindakan operasi. Bila respon terapi menunjukkan
respon minimal atau tidak resektable maka dilanjutkan dengan radioterapi atau kombinasi
kemoterapinya ditingkatkan menjadi second line chemotherapy.
Grade ECOG
0 Masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas sehari-
hari
1 Hambatan pada pekerjaan berat namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan
2 Hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50% waktunya untuk tiduran dan
hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri, tidak dapat melakukan
pekerjaan lain
3 Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50% waktunya
untuk tiduran
4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, betul-betul hanya di
kursi atau tiduran terus
c) Survival
sebagian pengobatan palliative bertujuan untuk mengurangi penderitaan pasien ,
memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support
kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal yang terpenting sebelum
meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stress manghadapi
penyakit yang dideritanya. (Haryanto, 2009)
Pemeriksaan darah lengkap satu minggu paska kemoterapi untuk mengetahui adanya
efek samping hematologi (neutropenia, leukopeni, anemia) dan untuk memberikan terapi
yang sesuai agar saat kemoterapi berikutnya dapat sesuai jadwal (Sukardja, 2000)
I. Efek samping kemoterapi
a) Efek kemoterapi secara fisik
1. Kerontokan rambut
Kerontokan rambut secara total tidak terlalu sering terjadi, kevuali obat atrasiklin
kuat yang digunakan dalam regimen. Informasi mengenai perawatan rambut,
penggunaan syal atau topi juga memakai wig diperlukan untuk mengurangi distress
sehingga informasi tersebut harus disampaikan sebelum kemoterapi. Rambut
biasanya kembali tumbuh 4-6 minggu setelah kemoterapi selesai.
Pendinginan kulit kepala dengan menggunakan kantong es atau cap kepala dingin
dapat membantu mempertahankan rambut karena dengan menurunkan suhu pada
kulit kepala, aliran darah menuju folikel rambut akan menurun.
2. Sakit mata
Kemoterapi atrasiklin dan anti folat sering kali mempengaruhi konjungtiva mata,
menyebabkan mata lengket dan dapat menyebabkan rasa sakit serta kering. Asam
folinat tablet yang diberikan peroral dapat mengurangi efek antifolat dan
penggunaan tetes mata juga dapat memberikan kenyamanan.
3. Luka mulut
Membran mukosa mulut normalnya memperbaiki selnya secara cepat dan mudah
dipengaruhi oleh kemoterapi. Pasien harus diberikan informasi untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut guna mancegah luka gores pada mulut, kebersihan mulut
harus dijaga serta mempertahankan asupan cairan perhari minimal 2 – 2,5 liter.
Apabila ditemukan stomatitis pada mulut disarankan untuk membersihkannya
dengan kapas lidi yang telah dicelupkan kedalam air hangat atau obat kumur
klorheksidin (0,2%). Ulserasi pada mulut dapat diobati dengan obat kumur sukralfat
yang dapat mengurangi kekeringan pada mulut. Diet yang tinggi vitamin dan protein
dapat membantu mempercepat penyembuhan luka.
4. Mual Muntah
Mual muntah dapat terjadi karena tubuh mengenali agens kemoterapi sebagai zat
toksik dan mengakibatkan terjadinya peningkatan asam lambung. Mual yang
disebabkan oleh karena kemoterapi dapat dikurangi dengan makan sedikit tetapi
sering dengan mengkonsumsi makanan lunak. Pasien biasanya diberi tablet anti
emetik untuk dikonsumsi di rumah
5. Penurunan Hitung Sel
Sumsum tulang terus memproduksi sel-sel yang membentuk darah, yaitu trombosit,
leukosit dan eritrosit. Darah yang bersirkulasi berkurang banyaknya akibat
kemoterapi. Berdasarkan obat kemoterapi yang diberikan, banyaknya sel darah
mencapai titik terendah, biasanya 8-12 hari setelah kemoterapi dilaksanakan. Pasien
harus mendapatkan informasi jika mengalami gejala trombositopenia, seperti mudah
memar atau gusi berdarah, serta tanda indikasi penurunan hitung sel darah putih
seperti infeksi, dan suhu tubuh yang meningkat.
6. Diare
Diare dapat disebabkan oleh efek kemoterapi yang merusak mukosa saluran
pencernaan. Pemberian agen anti diare efektif untuk mengatasi diare, jika diare
berlanjut, penetalaksanaan perlu ditambah dengan pemberian nutrisi parenteral.
7. Letargi
Letargi adalah suatu keadaan yang sangat lelah, yang tidak hilang hanya dengan
tidur. Kondisi ini diderita oleh sebagian besar pasien yang menjalani kemoterapi dan
meningkat sampai akhir pengobatan selama 6 bulan. Pasien harus beristirahat jika
merasa lelah dan perlunya dukungan orang-orang terdekat dalam memahami efek
samping dari kemoterapi (Andrews, 2009).
J. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Melakukan pengkajian meliputi :
a) Identitas (pekerjaan klien dan tempat tinggal mempengaruhi riwayat penyakit
yang diderita)
b) Tingkat kesadaran
c) Berat badan (berat badan pada pasien kemoterapi biasanya akan turun)
d) TTV
e) Rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan (mual, muntah, nyeri)
f) Masalah tentang berkemih (rasa terbakar, frekuensi)
g) Perubahan pada fungsi neurologis (sakit kepala, rasa baal, gangguan
penglihatan, berjalan dan mendengar)
h) Kondisi kulit
i) Bunyi paru
j) Nafsu makan (biasanya nafsu makan turun karena mual dan muntah)
k) Perubahan pada pola defekasi atau warnanya dan konsistensi dari feses
l) Perubahan dalam tingkat aktivitas seperti kelemahan yang terus menerus
2. Pemeriksaan penunjang
a) Nilai JDL untuk supresi sumsum tulang
b) Nilai BUN dan kreatinin untuk fungsi ginjal
c) Pemeriksaan fungsi untuk kerusakan hati
d) Nilai sinar-X dada untuk fibrosis pulmoner
e) Nilai EKG untuk kardiotoksisitas
f) Kadar asam urat serum meningkat pada penggunaan beberapa agen
(Rasjidi, 2007)
3. Kaji pemahaman tentang kemoterapi dan masalah potensial efek samping terapi
b. Rencana Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, G. (2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta. EGC.
Desen (2008). Buku ajar onkologi medik. Edisi 2. Jakarta : Balai penerbit FKUI
Haryanto, N. (2009). Mengenal, Mencegah dan Mengatasi Silent Killer Kanker. Semarang :
Penerbit Pustaka Widyamara
Rasjidi, Imam. (2007). Kemoterapi Kanker Ginekologi Dalam Prakek Sehari-hari. Jakarta : CV
Saagungseto
Rasjidi, Imam. (2009). Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta : CV
Sagung Seto.
Sukardja. I.D.G.(2000) Onkologi Klinik. Surabaya : Universitas Airlangga Press
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Dignostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Wijayanti, T. (2007) . Dampak Psikologis Pada Perempuan Penderita Kanker Payudara.
Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata