Anda di halaman 1dari 70

Nama : Rizal Adi Pratama

NIM : 17/416332/SV/14070
Kelas :B

BAB 1
Pengenalan Elektronika Komunikasi
Komunikasi adalah proses pertukaran informasi. Semua sistem komunikasi elektronik memiliki
transmitter (pemancar), saluran atau media komunikasi, dan receiver (penerima). Proses komunikasi
dimulai ketika ada pesan yang disampaikan antara dua orang/device/perangkat atau lebih. Pesan juga
dapat dihasilkan oleh komputer atau arus elektronik, Dalam sistem komunikasi elektronik, pesan
tersebut disebut sebagai informasi,
Noise adalah sinyal-sinyal yang tidak diinginkan yang selalu ada dalam suatu sistem transmisi.

Gambar 1.1 Bentuk umum dari sistem komunikasi

Transmitter (Pemancar)
adalah kumpulan komponen dan sirkuit elektronik yang dirancang untuk mengubah sinyal
listrik menjadi sinyal yang cocok untuk transmisi melalui media komunikasi tertentu. Transmitter
terdiri dari osilator, amplifier, tuned circuit (sirkuit yang telah disetel) dan filter, modulator, mixer
frekuensi, synthesizer frekuensi, dan sirkuit lainnya.
Untuk pesan suara, mikrofon digunakan untuk menerjemahkan suara menjadi sinyal audio
elektronik. Untuk TV, kamera mengubah informasi cahaya dalam adegan menjadi sinyal video.
Dalam sistem komputer, pesan dikonversi ke kode biner yang dapat disimpan dalam memori atau
ditransmisikan secara serial.

Tipe komunikasi :
 Simplex
Adalah komunikasi satu arah dimana transmitter atau receiver akan mengirim data atu
menerima data saja.
 Duplex
Full duplex dimana data akan diterima ataupun dikirimkan dalam waktu bersamaan
Half duplex dimana data akan diterima ataupun dikirimkan secara bergantian.
Analog sinyal adalah tipe sinyal yang setiap saat akan mengandung suatu data(continuos).
Digital sinyal adalah tipe sinyal yang setiap perubahan mengandung suatu data (diskrit).
Baseband transmission adalah komunikasi yang secara langsung dimana data yang dikirimkan akan
secara langsung diterima.
Broadband transmission adalah sinyal yang berasal dari sinyal yang telah termodulasi dengan
carrier dan dikuatkan sinyalnya.
Radio Frequency waves adalah gelombang elektromagnetik yang mempunyai rentang frekuensi
tertentu.
Frekuensi Carrier adalah frekuensi tinggi yang sering digunakan untuk memodulasi baseband
transmission.
Multiplexing adalah suatu teknik untuk memodulasi suatu sinyal.
Jenis multiplexing :

 Frequency division multiplexing


Sinyal akan dimodulasi sub carriernya dengan frekuensi yang berbeda yang ditambahkan
secara bersamaan.

 Time division multiplexing


Sinyal akan dimodulasi sub carriernya dengan frekuensi yang berbeda yang ditambahkan
secara bersamaan.
 Code division multiplexing
Sinyal akan dimodulasi dalam bentuk biner setelah sebelumnya dikonversi dari analog ke
digital.

Electromagnetic Spectrum
Extremely Low Freq = 30 – 300 Hz
Voice Freq = 300 – 3000 Hz
Very Low Freq = 9kHz – 30kHz
Low Freq = 30 – 300kHz
Subcarrier = frekuensi yang termodulasi pada baseband information
Medium Freq = 0.3 – 3.0 Mhz
High Freq = 3 – 30 MHz
Very High Freq = 30 – 300 MHz
Ultra High Freq = 300 – 3000 MHz
Microwaves = 1GHz and 30GHz
SHFs = 3 – 30 GHz
Extremely High Freq = 30 – 300 GHz

Bandwith adalah rentang frequensi pada electromagnetic spectrum


Sideband Adalah sinyal lain yang menyebabkan proses modulasi
Channel bandwith Adalah range freq yang dikirimkan

BAB 2
Electronic Fundamentals for Communications

Gain artinya adalah penguatan. Dan dapat dirumuskan sebagai berikut.

Penggunaan voltage divider akan memunculkan attenuasi


Decibels calculations

Kapasitive reaktansi

Stray kapasitansi adalah nilai kapasitansi yang ditimbulkan oleh kawat yang berdekatan
atau pada jalur pcb yang berdekatan.
Inductive Reaktansi

Quality Factor adalah salah satu karakteristik inductor dimana rasio induktif power dengan
resistive power.
Resistor jika diaplikasikan pada frekuensi tinggi maka pengaruh dari induktansi dan stray
kapasitive tidak dapat dihindarkan.

Tuned and Resonance


Tuned circuits digunakan untuk menyeleksi frekuensi resonansi terbaik dari beberapa
frekuensi resonansi.

Untuk mencari nilai induktansi dan kapasitansi yaitu dengan cara sebagai berikut.
Bandwith resonansi

Dalam grafik tersebut terlihat bahwa besar Ipeak adalah 2mA yang mana pada titik fr sedangkan
pada titik f2 dan f1 nilai arusnya yaitu 0.707*Ipeak yaitu 1.413mA yang disebut half power points
dan akan dirumuskan sebagai berikut.

Paralel Resonant circuit


Terbentuk ketika inductor dan kapasitor dihubungkan secara parallel dimana arus dapa kapasitor
akan sama dengan arus pada kapasitor.
Filter dibagi dalam berbagai macam jenis diantaranya yaitu :
 Low-pass filter
 High-pass filter
 Bandpass filter
 Band reject filter
 All pass filter
Shape factor adalah rasio dari stop bandwith dengan pass bandwith dari bandpass filter
Pole adalah frekuensi yangmana terdapat impedansi tinggi pada sirkuitnya.
Zero adalah frekuensi yangmana impedansinya samadengan nol pada sebuah rangkaian.
Envelope delay adalah time delay
Roll-off adalah rate dari sebuah pergantian amplitude dengan adanya frekuensi dalam sebuah filter.

Fourier Theory
Adalah analisis matematika dari modulasi dan multiplexing. Dalam teori fourier, dapat
menganalisis gelombang non sinus dan dapat membreakdown menjadi masing masing gelombang
harmonic yang relate dengan gelombang sinus maupun cosinus. Rumus fourier adalah sebagai
berikut.

Duty cycle adalah rasio antara periode pada saat high dengan periode pada saat low. Dan dapat
dirumuskan sebagai berikut.
BAB 5
Fundamentals of Frequency Modulation
Gelombang sinus carrier dapat dimodulasi dengan memvariasikan amplitudo, frekuensi, atau
pergeseran fasa. Persamaan dasar untuk gelombang pembawa adalah:

Dimana, Vc = puncak amplitude, f = frekuensi, 𝜃 = sudut fase.

Angle Modulation (modulasi sudut)


adalah kelas modulasi carrier yang digunakan dalam sistem transmisi telekomunikasi yang
didasarkan pada perubahan frekuensi atau fase, masing-masing, dari sinyal pembawa untuk
menyandikan sinyal pesan. Modulasi frekuensi (FM) dan modulasi fase (PM) termasuk dalam kelas
angle modulation.

Frequency Modulation (modulasi frekuensi)


adalah proses menumpangkan/memodulasikan sinyal informasi pada sinyal pembawa
(carrier) sehingga frekuensi gelombang pembawa berubah sesuai dengan perubahan simpangan
(tegangan) gelombang sinyal informasi.
Dalam FM, amplitudo pembawa tetap konstan dan frekuensi pembawa diubah oleh sinyal
modulasi. Karena amplitudo sinyal informasi bervariasi, frekuensi pembawa bergeser secara
proporsional. Dengan meningkatnya amplitudo sinyal modulasi, frekuensi pembawa meningkat. Jika
amplitudo sinyal modulasi menurun, frekuensi pembawa menurun.
Jumlah perubahan frekuensi pembawa yang dihasilkan oleh sinyal modulasi dikenal sebagai
frekuensi deviasi fd. Jika sinyal modulasi adalah gelombang sinus 500 Hz, frekuensi pembawa
bergeser di atas dan di bawah frekuensi pusat 500 kali per detik.
Dengan tidak adanya sinyal modulasi, frekuensi pembawa adalah gelombang sinus amplitudo
konstan pada frekuensi istirahat normalnya. Frekuensi tertinggi terjadi pada amplitudo puncak sinyal
modulasi. Ketika amplitudo sinyal modulasi menurun, frekuensi pembawa menurun. Ketika sinyal
modulasi berada pada amplitudo nol, pembawa berada pada titik frekuensi pusatnya.
Gambar 5.1. (a) Carrier. (B) Modulasi sinyal. (c) sinyal FM. (d) sinyal PM.

Sinyal FM diilustrasikan pada Gambar 5-1 (c). Biasanya pembawa [Gbr. 5-1 (a)] adalah
gelombang sinus, tetapi ditampilkan sebagai gelombang segitiga di sini untuk menyederhanakan
ilustrasi. [Gbr. 5-1 (b)] adalah gelombang sinus frekuensi rendah. Ketika gelombang sinus menjadi
positif, frekuensi pembawa meningkat secara proporsional.
Ketika sinyal modulasi adalah biner 0, frekuensi pembawa adalah nilai frekuensi pusat.
Ketika sinyal modulasi adalah biner 1, frekuensi pembawa tiba-tiba berubah ke tingkat frekuensi
yang lebih tinggi. Jumlah pergeseran tergantung pada amplitudo sinyal biner. Modulasi semacam ini,
yang disebut frequency-shift keying (FSK), banyak digunakan dalam transmisi data biner dalam
headset Bluetooth, speaker nirkabel, dan banyak bentuk nirkabel industri.
Gambar 5.2 Frekuensi modulasi carrier dengan data biner yang menghasilkan FSK

Phase Modulation (modulasi fasa)


Adalah suatu teknik modulasi yang merepresentasikan informasi sebagai variasi fasa (phase)
dari sinyal pembawanya. Ketika jumlah pergeseran fasa dari frekuensi konstan carrier bervariasi
sesuai dengan sinyal modulasi, output yang dihasilkan adalah sinyal modulasi fasa (PM) seperti
gambar 5.1.(d)
Penyimpangan frekuensi maksimum yang dihasilkan oleh modulator fase terjadi selama
waktu ketika sinyal modulasi berubah pada laju paling cepat. Untuk sinyal modulasi gelombang
sinus, laju perubahan sinyal modulasi paling besar ketika gelombang modulasi berubah dari plus ke
minus atau dari minus ke plus.

Gambar 5.3 (a) Modulasi sinyal. (B) sinyal FM. (c) sinyal PM.

Hubungan antara sinyal modulasi dan penyimpangan carrier


Gambar 5.4. (a) memodulasi amplitude sinyal, (b) memodulasi frekuensi sinyal

Dalam FM, penyimpangan frekuensi berbanding lurus dengan amplitudo sinyal modulasi.
Deviasi maksimum terjadi pada puncak amplitudo positif dan negatif dari sinyal modulasi. Dalam
PM, deviasi frekuensi juga berbanding lurus dengan amplitudo sinyal modulasi. Jumlah maksimum
pergeseran fasa depan atau fase lag terjadi pada amplitudo puncak sinyal modulasi.

Mengkonversi PM ke FM
Untuk membuat PM kompatibel dengan FM, penyimpangan yang dihasilkan oleh variasi
frekuensi dalam sinyal modulasi harus dikompensasi. Hal ini dapat dilakukan dengan melewatkan
sinyal intelijen melalui jaringan RC low-pass.

Gambar 5.5 Rangkaian dengan RC low-pass filter


Gambar 5.6 Modulasi fase dari carrier oleh data biner menghasilkan PSK

Filter low-pass ini yang disebut frequency-correcting network (jaringan pengoreksi-


frekuensi), predistorter, atau filter 1 / f, menyebabkan frekuensi modulasi yang lebih tinggi
dilemahkan. Meskipun frekuensi modulasi yang lebih tinggi menghasilkan laju perubahan yang lebih
besar dan dengan demikian deviasi frekuensi yang lebih besar, ini diimbangi oleh amplitudo yang
lebih rendah dari sinyal modulasi, yang menghasilkan sedikit pergeseran fasa dan dengan demikian
lebih sedikit penyimpangan requency.

Phase-Shift Keying (PSK) atau Binary Phase-Shift Keying (BPSK)


Adalah proses modulasi fase pembawa dengan data biner. Sinyal PSK yang ditunjukkan pada
Gambar 5.6 menggunakan pergeseran fasa 180 ° dari referensi, tetapi nilai-nilai pergeseran fasa
lainnya dapat digunakan, misalnya, 45 °, 90 °, 135 °, atau 225 °. Sinyal PSK memiliki frekuensi
konstan, tetapi fase sinyal dari beberapa perubahan referensi sebagai sinyal modulasi biner terjadi.

Sideband
ialah suatu sinyal yang timbul akibat suatu modulasi, dan mengambil tempat selebar
spectrum frekuensi sinyal informasi yang memodulasi gelombang pembawa (carrier). Dalam
keadaan normal setiap proses modulasi selalu menghasilkan dua buah side band, Upper dan Lower
Side Band.
Gambar 5.7 Spektrum frekuensi dari sinyal FM, contoh amplitudo carrier dan sideband

Modulation Index (indeks modulasi)


Rasio penyimpangan frekuensi ke frekuensi modulasi dikenal sebagai indeks modulasi mf :

Dimana fd adalah penyimpangan frekuensi dan fm adalah frekuensi modulasi.


Dalam sebagian besar sistem komunikasi yang menggunakan FM, batas maksimum diberikan
pada penyimpangan frekuensi dan frekuensi modulasi. Ketika deviasi frekuensi maksimum yang
diijinkan dan frekuensi modulasi maksimum digunakan dalam menghitung indeks modulasi, mf
dikenal sebagai Deviation ratio (rasio deviasi).

Bessel Function
Fungsi Bessel merupakan solusi kanonik y(x) dari persamaan diferensial Bessel. umumnya,
fungsi bessel juga dikenal sebagai fungsi silinder atau harmonika silindris (cylindrical harmonics),
sebab mereka dijumpai dalam penyelesaian persamaan Laplace pada koordinat tabung/silindris.
Dengan indeks modulasi, jumlah dan amplitudo dari sideband yang signifikan dapat
ditentukan dengan menyelesaikan persamaan dasar dari sinyal FM.

DimanaVFM adalah nilai sesaat dari sinyal FM dan mf adalah indeks modulasi.

Gambar 5.8 Amplitudo carrier dan sideband untuk indeks modulasi sinyal FM yang berbeda
berdasarkan pada fungsi Bessel.
Gambar 5.9 Plot data fungsi Bessel dari gambar 5.8

Gambar 5.10 Contoh spektrum sinyal FM. (a) Indeks modulasi 0 (tidak ada modulasi atau sideband).
(B) Indeks modulasi 1. (c) Indeks modulasi 2. (d) Indeks modulasi 0,25 (NBFM).
Dengan indeks modulasi 0,25 gambar 5.10 (d), sinyal FM tidak menempati ruang spektrum
lebih dari sinyal AM. Jenis FM ini disebut narrowband FM, atau NBFM. Definisi formal NBFM
adalah setiap sistem FM di mana indeks modulasi kurang dari π/2 = 1,57, atau mf < π/2.

FM Signal Bandwidth
Secara umum, sinyal FM dengan indeks modulasi 2 dan frekuensi modulasi tertinggi 3 kHz
akan menempati bandwidth 24-kHz. Cara lain untuk menentukan bandwidth sinyal FM adalah
dengan menggunakan aturan Carson. Aturan ini hanya mengenali daya pada sideband yang paling
signifikan dengan amplitudo lebih besar dari 2 persen dari carrier (0,02 atau lebih tinggi pada
Gambar 5.8). Aturan Carson seperti dibawah ini:

Noise
adalah gangguan yang ditimbulkan oleh petir, motor, sistem pengapian otomotif, dan setiap
peralihan saluran listrik yang menghasilkan sinyal sementara. Noise seperti itu biasanya lonjakan
tegangan yang sempit dengan frekuensi yang sangat tinggi. Jika sinyal noise cukup kuat, mereka
dapat sepenuhnya menghilangkan sinyal informasi.

Gambar 5.11 Sinyal FM dengan noise

Pergeseran Fase dan noise


Pergeseran fase maksimum terjadi ketika fasa-fasa sinyal dan sinyal berada pada sudut yang
benar satu sama lain, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 5-12 (b). Sudut ini dapat dihitung
dengan arcsine atau sinus terbalik sesuai dengan rumus

Dimungkinkan untuk menentukan berapa banyak dari frekuensi yang dihasilkan oleh
pergeseran fase tertentu dengan menggunakan rumus

dimana δ = penyimpangan frekuensi dihasilkan oleh noise, ϕ = pergeseran fasa, rad fm =frekuensi
sinyal modulasi.
Gambar 5.12 Gambaran noise dengan pergeseran fase

Preemphasis
adalah upaya cara penyesuaian agar level base-band pada bagian frekuensi tinggi masih
memiliki kualitas sinyal yg baik (carrier to noise ratio yg baik) penyesuaian / penguatan ini
diperhitungkan berdasar kenaikkan noise pada daerah ini sehingga dibutuhkan equalizer (penyelaras)
yg dapat mengatur tinggi sinyal terhadap level noise yg ada.
Gambar 5.13 (a) Sirkuit preemphasis. (B) kurva preemphasis. (c) Sirkuit deemphasis. (D) kurva
Deemphasis. (e) Gabungan respons frekuensi.

Keuntungan FM
 Lebih tahan terhadap noise dibandingkan AM
 Pada frekuensi yang sama dapat menangkap sinyal yang lebih kuat dan menghilangkan sinyal
yang lebih lemah
 Transmitter lebih efektif dibandingkan dengan transmitter AM

Kerugian FM
 Penggunaan ruang spectrum terlalu banyak/berlebihan
 Sirkuit lebih kompleks

Pengaplikasian FM dan AM
BAB 6
Sirkuit FM

Frequency Modulator
adalah rangkaian yang mengubah frekuensi pembawa (carrier) sesuai dengan sinyal modulasi.
Carrier dihasilkan oleh LC atau sirkuit osilator kristal, dan karenanya harus ditemukan cara untuk
mengubah frekuensi osilasi. Ketika carrier dihasilkan oleh osilator kristal, frekuensi ditetapkan oleh
kristal. Menghubungkan kapasitor eksternal ke kristal memungkinkan variasi kecil dalam frekuensi
operasi diperoleh.
Tujuannya adalah untuk menemukan rangkaian atau komponen yang kapasitansinya akan
berubah sebagai respons terhadap sinyal modulasi. Komponen yang paling sering digunakan untuk
tujuan ini adalah varactor.

Varactor
Adalah dioda yang mempunyai sifat kapasitas berubah-ubah sesuai dengan tegangan yang
diberikannya, dioperasikan dalam mode reverse bias. Varactor dibuat dengan berbagai nilai kapasitansi,
sebagian besar unit memiliki kapasitansi nominal dalam kisaran 1 hingga 200-pF. Kisaran variasi
kapasitansi dapat menapai 12: 1.

Gambar 6.1 Depletion region di persimpangan diode


Gambar 6.2 Kapasitansi vs tegangan sambungan balik untuk jenis varactor.

Gambar 6.3 Osilator carrier modulasi frekuensi-langsung menggunakan dioda varactor.

Varactor Modulator
Gambar 6.3, osilator pembawa untuk pemancar, menunjukkan konsep dasar modulator
frekuensi varactor. Kapasitansi dioda varactor D1 dan L1 membentuk rangkaian osilator paralel-
tuned. Nilai C1 dibuat sangat besar pada frekuensi operasi sehingga reaktansinya sangat rendah.
Akibatnya, C1 menghubungkan sirkuit yang disetel ke sirkuit osilator. Juga C1 memblokir bias dc
pada dasar Q1 dari yang disingkat ke tanah melalui L1. Nilai L1 dan D1 memperbaiki frekuensi
pembawa tengah.
Gambar 6.4 Frekuensi modulasi Kristal osilator dengan VVC

Gambar 6.5 Frekuensi multiplier meningkatkan frekuensi carrier dan deviasi.

Frequency multipliers circuit


Sirkuit pengali frekuensi adalah sirkuit yang frekuensi keluarannya merupakan kelipatan
bilangan bulat dari frekuensi input.
Doubler : frekuensi multiplier yang mengalikan frekuensi dengan 2
Tripler : frekuensi multiplier yang mengalikan frekuensi dengan 3

Voltage-controlled oscillator (VCO) : Osilator yang frekuensinya dikontrol oleh tegangan input
eksternal.
Voltage-controlled crystal oscillator (VXO) : Osilator Kristal yang dikontrol tegangan
Gambar 6.6 VCO 10GHz

Gambar 6.7 CMOS VCO untuk FSK 2,4 GHz.


Gambar 6.8 (a) Blok diagram dengan IC VCO. (b) Modulator frekuensi dasar menggunakan NE566
VCO

Schmitt trigger circuit


Sirkuit pemicu Schmitt adalah detektor level yang mengontrol sumber arus dengan beralih
antara pengisian dan pemakaian ketika kapasitor mengisi atau melepaskan ke level tegangan tertentu.

Pemindah fase sederhana tidak menghasilkan respons linier dalam rentang besar pemindahan fase.
Untuk mengimbangi ini, batasi total pergeseran fasa yang diijinkan untuk memaksimalkan linearitas.
Pengganda juga harus digunakan untuk mencapai penyimpangan yang diinginkan.
Gambar 6.9 RC phase-shifter basics

Gambar 6.10 A varactor phase modulator

Gambar 6.11 Operasi slope detector

Gambar 6.12 Pulse averaging discriminator


Gambar 6.13 (a) FM input. (b) Output of zero-crossing detector. (c) Output of one shot. (d) Output of
discriminator (original modulating signal).

Detektor quadrature menggunakan sirkuit pergeseran fasa untuk menghasilkan perpindahan fasa 90 °
pada frekuensi pembawa yang tidak termodulasi.

Gambar 6.14 Quadrature FM detector

Phase-locked loop (PLL)


adalah sirkuit kontrol umpan balik frekuensi atau fase-sensitif yang digunakan dalam
demodulasi frekuensi, synthesizer frekuensi, dan berbagai aplikasi penyaringan dan deteksi sinyal.
Gambar 6.15 Bentuk gelombang di detektor quadrature.

Gambar 6.16 Blok diagram PPL

Gambar 6.17 Capture and lock ranges of a PLL.


Gambar 6.18 PPL FM demodulator menggunakan IC 565.
BAB 8
Radio Transmitter
Radio transmitter adalah adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan
cara modulasi dan gelombang elektromagnetik.
Transmitter adalah unit elektronik yang menerima sinyal informasi untuk ditransmisikan dan
mengubahnya menjadi sinyal RF yang mampu ditransmisikan jarak jauh. Setiap pemancar memiliki
empat persyaratan dasar.
1. Harus menghasilkan sinyal pembawa dari frekuensi yang benar pada titik yang diinginkan
dispektrum.
2. Harus menyediakan beberapa bentuk modulasi yang menyebabkan sinyal informasi berubah
sinyal pembawa.
3. Harus memberikan penguatan daya yang memadai untuk memastikan bahwa level sinyal tinggi
cukup untuk membawa jarak yang diinginkan.
4. Harus menyediakan sirkuit yang sesuai dengan impedansi power amplifier dengan yang dari
antena untuk transfer daya maksimum.

Konfigurasi Transmitter
Salah satu pemancar yang digunakan saat ini adalah pemancah CW. Pemancar CW ini dapat
ditingkatkan dengan cara menambahkan power amplifier, seperti yang diilustrasikan pada Gambar
8.1. Osilator ini dapat di matikan dan aktifkan untuk menghasilkan titik dan putus-putus, dan
amplifier meningkatkan level daya sinyal..

Gb. 8.1 Powerful CW Transmitter

a) High-Level AM Transmitters.
Pada High-Level AM Transmitters ini sinyal carrier akan diumpankan ke penguat
buffer yang tujuan utamanya adalah untuk mengisolasi osilator dari tahapan power amplifier
yang tersisa. Penguat buffer biasanya beroperasi pada level kelas A dan memberikan
peningkatan sederhana pada output daya. Tujuan utama dari buffer amplifier adalah hanya
untuk mencegah perubahan beban pada tahap power amplifier atau pada antena.

b) Low-Level FM Transmitters.
Dalam modulasi tingkat rendah, modulasi dilakukan pada carrier saat level daya
rendah, dan sinyal kemudian diamplifikasi oleh power amplifier. Pengaturan ini bekerja
untuk AM dan FM.
c) SSB Transmitters
Pemancar single-sideband (SSB) ini tunjukan pada Gambar 8.2, yaitu sebuah
sinyal osilator yang menghasilkan carrier, kemudian diumpankan ke buffer amplifier.
Buffer amplifier ini menyediakan sinyal input carrier ke modulator seimbang.

Gb. 8.2 SSB Transmitters.


d) Digital Transmitters
Radio digital modern seperti ponsel ini menggunakan DSP untuk menghasilkan
modulasi dan pemrosesan terkait data yang akan dikirim. Dimana, data serial
merupakan data yang akan dikirim ke DSP, yang kemudian menghasilkan dua aliran
data dan dikonversi ke RF untuk transmisi. Sinyal analog tersebut akan diubah dalam
low-pass fillter (LPF) dan kemudian diterapkan pada mixer yang akan mengubah
menjadi frekuensi keluaran akhir. Sehingga, mixer akan menerima kedua input dari
osilator atau frequency synthesizer yang memilih operasi frekuensi.

Crystal Oscillators
a) Typical Crystal Oscillator Circuits
Osilator kristal yang paling umum digunakan adalah jenis Colpitts, di mana
umpan balik berasal dari pembagi tegangan kapasitif yang dibuat dari C1 dan C2. Versi
emitter-follower ditunjukkan pada Gambar 8.3.

Gb. 8.3 Emitter-follower


b) Overtone Oscillators
Masalah utama pada kristal adalah frekuensi operasi yang terbatas. Semakin
tinggi frekuensinya, maka semakin tipis kristal yang harus berosilasi pada frekuensi itu.
Pada batas atas dari kristal sekitar 50 MHz. Osilator carrier beroperasi pada frekuensi
kurang dari 50 MHz, dan multipliers digunakan untuk menaikkan frekuensi
ke level yang diinginkan. Misalnya, jika frekuensi operasi yang diinginkan adalah 163,2
MHz dan pengganda frekuensi dikalikan dengan faktor 24, frekuensi kristal harus 163,2
/ 24 5 6,8 MHz.

Frequency Synthesizers
Frequency Synthesizers adalah generator frekuensi-variabel yang memberikan
stabilitas frekuensi osilator kristal tetapi dengan kenyamanan penyetelan tambahan di
seluruh rentang frekuensi. Frequency Synthesizers juga digunakan dalam penerima
sebagai osilator lokal dan melakukan fungsi tuning penerima.

Phase-Locked Loop Synthesizers


Sebuah Frequency Synthesizers dasar berdasarkan PLL ditunjukkan pada
Gambar 8.4. Seperti semua Phase-Locked Loop, yaitu terdiri dari detektor fase, filter
low-pass, dan VCO. Dimana, masukan untuk detektor fase adalah osilator referensi.
Osilator referensi biasanya dikendalikan kristal untuk memberikan stabilitas frekuensi
tinggi.

Gb. 8.4. Basic PLL frequency synthesizer

Direct Digital Synthesis


Bentuk baru dari frequency synthesis dikenal sebagai direct digital synthesis
(DDS). DDS synthesizer ini menghasilkan output gelombang sinus secara digital.
Dimana, frekuensi output dapat bervariasi saat kenaikan tergantung pada nilai biner
yang dipasok ke unit oleh penghitung, register, atau mikrokontroler. Konsep dasar
synthesizer DDS diilustrasikan pada Gambar 8.5.

Gb. 8.5 Basic concept of a DDS frequency Gb. 8.6 Complete DDS block diagram.

Phase Noise
Spesifikasi dan karakteristik penting dari sumber sinyal (carrier), osilator
kristal, atau Frequency Synthesizers adalah phase noise. Kebisingan fase adalah variasi
minor dalam amplitudo dan fase output generator sinyal. Kebisingan ini
berasal dari sumber semikonduktor alami, variasi catu daya, atau agitasi termal dalam
komponen.

Gb.8.8 (a) The ideal carrier plot in the frequency domain. (b) Real-world carrier plot as
shown on a spectrum analyzer.
Dari gambar 8.8 (a). Merupakan ideal carrier dalam frequency domain, namun
karena distorsi atau noise sinyal, sinyal yang terlihat adalah sinyal pembawa (carrier)
disertai dengan sideband di sekitar sinyal carrier yang terdiri dari komponen harmonik
dan kebisingan fase. Sedangkan, gambar 8.8 (b) merupakan real-world carrier, dimana
distorsi harmonik yang tersebar, tetapi kebisingan fase tidak bisa.

Power Amplifiers
Tiga jenis dasar power amplifiers yang digunakan dalam pemancar adalah linier,
kelas C , dan switching.

a) Penguat linier digunakan pada pemancar AM dan SSB. Contohnya :


 Class A Bufers

Tipe ini penguat digunakan pada antara osilator pembawa dan penguat daya
akhir untuk mengisolasi osilator dari beban penguat daya yang dapat mengubah
frekuensi osilator.
 High-Power Linear Amplifiers

Pada tipe ini, MOSFET daya dapat digunakan dengan beberapa


modifikasi. Dimana, base bias dipasok oleh constant-current circuit yang
dikompensasi oleh suhu. RF input dari sumber 50 V terhubung ke impedance-
matching circuit yang dibuat dari C1, C2, dan L1.

 Class B Push-Pull Amplifiers


Penguat daya linier kelas B menggunakan push-pull ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.

Dimana, sinyal penggerak RF diterapkan pada Q1 dan Q2 melalui transformator input


T1. Ini menyediakan pencocokan impedansi dan sinyal penggerak dasar ke Q1 dan Q2
180 ° keluar dari fase. T2 output transformator memasangkan daya ke antena atau
beban.

Class C Amplifiers adalah penguat yang digunakan untuk penguatan daya dalam
bentuk driver, frequency multipliers, dan final amplifiers. Class C amplifier biasanya
memiliki sudut konduksi 908 hingga 150 °.
Gb. 8.9 Using the internal emitter-base threshold for class C biasing.

Gb. 8.10 Methods of biasing a class C amplifier. (a) Signal bias. (b) External
bias. (c) Self-bias.

 Frequency Multipliers
Setiap penguat kelas C mampu melakukan frekuensi perkalian jika
rangkaian yang disetel dalam kolektor beresonansi pada beberapa bilangan bulat
dari frekuensi input. Misalnya, frequency multipliers dapat dibangun dengan
sederhana menghubungkan rangkaian paralel-tuned di kolektor penguat kelas C
yang beresonansi dua kali frekuensi input. Seperti yang ditunjukan pada gambar
8.12.
Gb. 8.11 Frequency multiplication with class C amplifiers

Eficiency
Spesifikasi utama untuk semua penguat daya RF, terutama penguat linier,
adalah memiliki efisiensi. Efisiensi merupakan rasio dari output daya penguat (Po) ke
total daya DC (Pdc) yang digunakan untuk menghasilkan output, atau :

Efisiensi adalah persentase matematis dari daya input DC yang diubah menjadi RF
power.

Switching Power Amplifiers


Switching amplifier adalah transistor yang digunakan sebagai saklar dan baik
melakukan atau tidak melakukan. Transistor bipolar dan mode peningkatan MOSFET
banyak digunakan dalam aplikasi switching-amplifier.
 Class D Amplifiers
Penguat kelas D ini menggunakan sepasang transistor untuk menghasilkan kotak
arus gelombang dalam rangkaian tuned.
Basic configuration of a class D amplifier.

A class D amplifi er made with enhancement mode MOSFETs.


 Class E and F Amplifiers
Di kelas E amplifier, hanya satu transistor yang digunakan. Penguat kelas F
adalah variasi dari penguat kelas E, yaitu berisi tambahan jaringan resonansi di
kolektor atau saluran pembuangan

A class E RF amplifier

Linear Broadband Power Amplifiers


 Feedforward Amplifier

Feedforward linear power amplifier


 Digital Predistortion Amplification
Metode Amplification ini, disebut sebagai digital predistortion (DPD),
menggunakan teknik digital signal processing (DSP) untuk mempredistorsikan
sinyal sedemikian rupa sehingga ketika distorsi, penguat akan diimbangi atau
membatalkan karakteristik predistorsi.

Transformers and Baluns


Salah satu komponen impedance-matching terbaik adalah transformator.
Impedansi beban dapat dibuat agar terlihat seperti impedansi beban yang diinginkan
yaitu dengan memilih nilai rasio transformator yang benar. Selain itu, transformer bisa
dihubungkan dalam kombinasi unik yang disebut baluns untuk mencocokkan
impedansi.

Typical Transmitter Circuits


 Short-Range Wireless Transmitter
Ada banyak aplikasi nirkabel jarak pendek yang membutuhkan pemancar
untuk mengirim data atau mengontrol sinyal ke penerima terdekat. Beberapa
contoh adalah pemancar kecil di perangkat remote keyless entry (RKE) yang
digunakan untuk membuka pintu mobil, sensor tekanan ban, lampu remote
control dan kipas langit-langit di rumah, pembuka pintu garasi, dan sensor suhu.
 Software-Defined Radio Transmitter
Salah satu jenis transmitter dapat disebut juga dengan software-deined radio
(SDR). Dimana, informasi yang akan dikirim adalah dalam bentuk digital dan akan
dimodulasi ke operator menggunakan teknik digital. Modulasi biasanya dilakukan
oleh DSP. Sebagian besar sirkuit dalam pemancar adalah digital atau perangkat
lunak. Contoh dari sirkuit terintegrasi yang menyediakan sebagian besar fungsi
untuk pemancar SDR adalah Texas Instruments AFE7070, ditunjukkan pada
Gambar. 8.15
BAB 8
Communication Receiver

Superheterodyne
 Penerima superheterodyne mengubah semua sinyal yang masuk ke frekuensi yang lebih
rendah, yang dikenal sebagai frekuensi menengah (IF), di mana satu set amplifier dan filter
digunakan untuk memberikan tingkat sensitivitas dan selektivitas yang tetap.
 Rangkaian kuncinya adalah mixer, yang bertindak sebagai modulator amplitudo sederhana
untuk menghasilkan jumlah dan perbedaan frekuensi.

 Penguat RF. Penguat RF meningkatkan sensitivitas, karena keuntungan ekstra;


meningkatkan selektivitas, karena sirkuit yang disetel ditambahkan; dan meningkatkan
rasio S / N. Lebih lanjut, sinyal palsu ditolak secara lebih efektif, meminimalkan
pembangkitan sinyal yang tidak diinginkan dalam mixer. Penguat RF juga meminimalkan
radiasi osilator.
 Mixer. Output dari penguat RF diterapkan pada input mixer. Mixer juga menerima input
dari osilator lokal atau synthesizer frekuensi. Output mixer adalah sinyal input, sinyal
osilator lokal, dan jumlah dan frekuensi perbedaan dari sinyal-sinyal ini. Ketika frekuensi
osilator lokal diubah, mixer menerjemahkan berbagai frekuensi input ke IF.
 Penguat IF. Output mixer adalah sinyal IF yang berisi modulasi yang sama yang muncul
pada sinyal RF input.
 Sinyal IF yang sangat kuat akhirnya diterapkan pada demodulator, atau detektor, yang
memulihkan informasi modulasi asli.
 Sirkuit AGC (Automatic Gain Control) membantu mempertahankan level tegangan output
konstan pada berbagai level sinyal input RF; mereka juga membantu penerima berfungsi
dalam rentang yang luas sehingga sinyal yang kuat tidak menghasilkan distorsi yang
menurunkan kinerja.
Konversi Frekuensi
 konversi frekuensi adalah proses menerjemahkan sinyal yang terpengaruh ke frekuensi
yang lebih tinggi atau lebih rendah sambil tetap mempertahankan semua informasi yang
dikirim semula.
 Konversi frekuensi adalah bentuk modulasi amplitudo atau perkalian analog yang
dilakukan oleh rangkaian mixer atau konverter. Fungsi yang dilakukan oleh mixer disebut
heterodyning.

Gambar 2. Konsep Mixer


 Gambar 2 adalah diagram skematik dari rangkaian mixer. Mixer menerima dua input.
Sinyal fs, yang akan diterjemahkan ke frekuensi lain, diterapkan ke satu input, dan
gelombang sinus dari osilator lokal untuk diterapkan ke input lainnya. Sinyal yang akan
diterjemahkan dapat berupa gelombang sinus sederhana atau sinyal termodulasi kompleks
yang mengandung sideband. Osilator adalah pembawa, dan sinyal yang akan
diterjemahkan adalah sinyal modulasi. O utput tidak hanya berisi sinyal pembawa tetapi
juga sideband yang terbentuk ketika osilator lokal dan sinyal input dicampur. Output dari
mixer, oleh karena itu, terdiri dari sinyal fs, fo, fo 1 fs, dan fo 2 fs atau fs 2 fo.
 Karakteristik utama dari rangkaian mixer adalah nonlinier. Perangkat atau sirkuit apa pun
yang outputnya tidak bervariasi secara linier dengan input dapat digunakan sebagai mixer.
 Contoh mixer yaitu diode mixer, doubly balanced mixer, FET mixer, dual-gate MOSFET
mixer
 Alternatif untuk penerima konversi langsung adalah penerima IF rendah. Desain ini
digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan kebocoran LO dan masalah keluaran dc.
Receiver yang dihasilkan masih superheterodyne, tetapi menggunakan IF rendah
menawarkan manfaat lain seperti filter yang lebih sederhana.
 Radio perangkat lunak (SDR) adalah penerima di mana sebagian besar fungsi dilakukan
oleh prosesor sinyal digital.
Noise
 Noise adalah sinyal elektronik yang merupakan campuran dari banyak frekuensi acak pada
banyak amplitudo yang akan ditambahkan ke radio atau sinyal informasi saat
ditransmisikan dari satu tempat ke tempat lain atau saat diproses. Noise tidak sama dengan
gangguan dari sinyal informasi lainnya.
 Rasio signal-to-noise (S / N), juga disebut SNR, menunjukkan kekuatan relatif sinyal dan
noise dalam sistem komunikasi. Semakin kuat sinyal dan semakin lemah noise, semakin
tinggi rasio S / N. Jika sinyalnya lemah dan derau kuat, rasio S / N akan rendah dan
penerimaan tidak bisa diandalkan. Peralatan komunikasi dirancang untuk menghasilkan
rasio S/N layak yang tertinggi.
 Sinyal dapat dinyatakan dalam bentuk tegangan atau daya. Rasio S/N dihitung dengan
menggunakan nilai tegangan atau daya:

Dimana Vs = Tegangan sinyal


Vn = Tegangan noise
Ps = Daya sinyal
Pn = Daya noise
 Eksternal noise berasal dari sumber-sumber di mana kita hanya memiliki sedikit atau tidak
ada kontrol — industri, atmosfer, atau ruang. Terlepas dari sumbernya, noise muncul
sebagai tegangan ac acak dan dapat dilihat pada osiloskop. Amplitudo bervariasi pada
rentang yang luas, seperti halnya frekuensinya. Dapat dikatakan bahwa noise pada
umumnya mengandung semua frekuensi, bervariasi secara acak. Ini umumnya dikenal
sebagai white noise.
 Industrial noise dihasilkan oleh peralatan yang diproduksi, seperti sistem pengapian
otomotif, motor listrik, dan generator.
 Atmospheric noise. Gangguan listrik yang terjadi secara alami di atmosfer bumi adalah
sumber noise lainnya. noise atmosfer sering disebut sebagai statis. Statis biasanya berasal
dari petir, pelepasan listrik yang terjadi antara awan atau antara bumi dan awan. Muatan
statis yang sangat besar terbentuk di awan, dan ketika perbedaan potensial cukup besar,
sebuah busur dibuat dan listrik l mengalir ke udara.
 Extraterrestrial Noise. Suara luar angkasa, matahari dan kosmik, berasal dari sumber-
sumber di luar angkasa. Salah satu sumber utama kebisingan luar bumi adalah matahari,
yang memancarkan berbagai sinyal dalam spektrum kebisingan yang luas. Intensitas
kebisingan yang dihasilkan oleh matahari bervariasi sesuai waktu.
 Noise yang dihasilkan oleh bintang-bintang di luar tata surya kita umumnya dikenal
sebagai cosmic noise.
 Internal noise. Komponen elektronik dalam penerima seperti resistor, dioda, dan transistor
adalah sumber utama gangguan internal.
 Thermal noise. Kebanyakan noise internal disebabkan oleh fenomena yang dikenal
sebagai agitasi termal, gerakan acak elektron bebas dalam sebuah konduktor yang
disebabkan oleh panas.
 Noise Semikonduktor. Komponen elektronik seperti dioda dan transistor adalah
penyumbang utama kebisingan. Selain noise termal, semikonduktor menghasilkan noise
tembakan, kebisingan waktu-transit, dan flicker noise.
 Flicker noise adalah hasil dari variasi acak acak dari bahan semikonduktor. Ini berbanding
lurus dengan arus dan suhu. Namun, itu berbanding terbalik dengan frekuensi, dan untuk
alasan ini kadang-kadang disebut sebagai 1 / f noise. Gangguan flicker paling tinggi pada
frekuensi yang lebih rendah dan karenanya bukan white noise murni. Karena kelangkaan
komponen frekuensi tinggi, noise 1 / f juga disebut noise pink.
 Noise Factor adalah rasio daya S / N pada input ke daya S / N pada output. Perangkat yang
dipertimbangkan dapat berupa seluruh penerima atau satu tahap penguat tunggal. Noise
Factor atau Noise Ratio (NR) dihitung dengan ekspresi:

Ketika faktor kebisingan dinyatakan dalam desibel, itu disebut noise figure (NF):

 Noise Temperature. Sebagian besar noise yang dihasilkan dalam perangkat adalah noise
termal, yang berbanding lurus dengan suhu. Oleh karena itu, cara lain untuk
mengekspresikan noise dalam amplifier atau penerima adalah dalam hal suhu noise TN.
Noise temperature diekspresikan dalam kelvin. Ingat bahwa skala suhu Kelvin terkait
dengan skala Celsius oleh hubungan TK= TC + 273. Hubungan antara noise temperature
dan NR diberikan oleh:

Noises in Cascaded Stages

Formula yang digunakan untuk menghitung kinerja noise keseluruhan dari penerima atau
dari beberapa tahap amplifikasi RF, yang disebut rumus Friis, adalah :
Typical Receiver Circuits
 RF Input Amplifier

 IF Amplifier
 Sirkuit Amplifier IF Tradisional. Jika penguat, seperti penguat RF, disetel penguat kelas
A yang mampu memberikan penguatan dalam kisaran 10 hingga 30-dB. Biasanya dua atau
lebih IF amplifier digunakan untuk memberikan penguatan penerima keseluruhan yang
memadai. Gambar 9-30 menunjukkan penguat IF dua kali lipat. Penguat dapat berupa
transistor BJT, JFET, atau MOSFET satu tahap atau penguat diferensial. Kebanyakan
penguat IF adalah penguat diferensial sirkuit terpadu, biasanya bipolar atau MOSFET.
 Limiters (Pembatas). Pada penerima FM, satu atau lebih tahapan amplifier IF digunakan
sebagai limiter, untuk menghilangkan variasi amplitudo pada sinyal FM sebelum sinyal
diterapkan pada demodulator. Biasanya, pembatas hanyalah penguat IF kelas A
konvensional. Bahkan, setiap penguat akan bertindak sebagai pembatas jika sinyal input
cukup tinggi. Ketika sinyal input yang sangat besar diterapkan pada tahap transistor
tunggal, transistor secara bergantian didorong antara saturasi dan cutoff.
 Mengontrol Penguatan Sirkuit. Jika amplifier IF dan RF adalah amplifier common-emitor
sederhana seperti yang digunakan pada receiver yang lebih tua, AGC dapat
diimplementasikan dengan mengendalikan arus kolektor dari transistor.
 Gain dari penguat transistor bipolar sebanding dengan jumlah arus kolektor yang saya
habiskan. Peningkatan arus kolektor dari beberapa level yang sangat rendah menyebabkan
kenaikan meningkat secara proporsional. Pada titik tertentu, gain l berada di atas rentang
arus kolektor yang sempit dan kemudian mulai berkurang ketika arus semakin meningkat.
 Gambar 9-31 menunjukkan perkiraan hubungan antara variasi penguatan dan arus kolektor
dari transistor bipolar yang khas. Gain memuncak pada 30 dB pada rentang 6- hingga 15-
mA.
 Gain dapat dikurangi dengan mengurangi arus kolektor. Sirkuit AGC yang mengurangi
arus yang mengalir dalam amplifier untuk mengurangi penguatan disebut reverse AGC.
 Gain dapat dikurangi dengan meningkatkan arus kolektor. Ketika sinyal semakin kuat,
tegangan AGC meningkat; ini meningkatkan arus basis dan, pada gilirannya,
meningkatkan arus kolektor, mengurangi keuntungan. Metode kontrol gain ini dikenal
sebagai forward AGC.
 Turunkan Tegangan Kontrol. Tegangan dc yang digunakan untuk mengontrol penguatan
biasanya diperoleh dengan memperbaiki sinyal IF atau sinyal informasi yang dipulihkan
setelah demodulator.
Squelch Circuits
 Squelch circuits digunakan untuk mematikan audio penerima sampai sinyal RF muncul di
input penerima.
 Noel-Derived Squelch. Sirkuit squelch yang diturunkan dari noise, biasanya digunakan
pada penerima FM, memperkuat kebisingan latar frekuensi tinggi ketika tidak ada sinyal
dan menggunakannya untuk mematikan audio. Ketika sinyal diterima, sirkuit noise diganti
dan penguat audio dihidupkan.
 Continuous Tone-Control Squelch System.Sistem ini diaktifkan oleh nada frekuensi
rendah yang dikirimkan bersama dengan audio. Tujuan CTCSS adalah untuk memberikan
privasi komunikasi pada saluran tertentu.
 Beat Frequency Oscillator (BFO), biasanya dirancang untuk beroperasi di dekat IF dan
diterapkan pada demodulator bersama dengan sinyal IF yang berisi modulasi
 Sirkuit penerima VHF tipikal dirancang untuk menerima komunikasi pesawat dua arah
antara pesawat dan pengontrol bandara, yang berlangsung dalam kisaran VHF dari 118
hingga 135 MHz.
Transceiver
 komunikasi radio dua arah dikemas sehingga kedua pemancar dan penerima dalam unit
yang dikenal sebagai transceiver.
BAB 13
Transmission Lines
Transmisi Dasar Jalur
Dua syarat utama dari saluran transmisi:
1. Lines memredamkan sinyal minimum.
2. Lines tidak memancarkan salah satu sinyal sebagai energy radio.
Jenis Lines Transmisi:
1. Parallel-Wire line
2. Coaxial Cable
3. Twisted-Pair Cable

Balanced Versus Unbalanced Lines

Rangkaian (a) balance line. (b) unbalance line


Konektor
 Coaxial kabel konektor
Pilihan konektor coaxial tergantung pada jenis dan ukuran kabel, frekuensi operasi, dan
aplikasi. Jenis yang paling umum adalah PL-259 atau UHF, BNC, F, SMA, dan N-type
konektor.
 Characteristic Impedance
 Menentukan Z0 dari Induktansi dan Kapasitansi.

 Velocity Factor

 Time delay

The Relationship Between Reflections and Standing Waves


Matched Lines

Shorted Lines

Mismatched (Resonant) Lines


Calculating the Standing Wave Ratio (SWR)
Besarnya gelombang pada saluran transmisi ditentukan oleh rasio arus maksimum dengan
arus minimum, atau rasio tegangan maksimum dengan tegangan minimum, sepanjang garis. Rasio
ini disebut sebagai standing wave ratio(SWR).
BAB 14
Antennas and Wave Propagation

Radio Wave
Sinyal radio disebut gelombang elektromagnetik karena terdiri dari listrik dan medan magnet
Antena adalah jenis elektromagnet yang dihasilkan di sekitar konduktor ketika arus mengalir
melalui. Kekuatan medan magnet yang dihasilkan oleh antena kawat dinyatakan oleh

Electric Filed merupakan kekuatan tak terlihat yang dihasilkan oleh beda potensial antara dua
konduktor. Kekuatan listrik dinyatakan

Medan H dalam putaran ampere per meter dinyatak H = l / (2πd)


Magnetic and Electric Fields in a Transmission Line adalahbmedan listrik dan magnet di sekitar
saluran transmisi dua kawat.

Antena Operation
Antena digunakan sebagai antarmuka antara pemancar dengan penerima. Itu memancarkan atau
merasakan medan elektromagnetik.
The Nature of an Antenna adalah saluran transmisi yang jika kabel paralel dibiarkan terbuka
maka medan listrik dan magnet pada kabel akan berkurang atau menghilang ke udara.
The Electromagnetic Field Medan adalah listrik dan magnet yang dihasilkan oleh
antena pada sudut yang tepat antara satu sama lain atau keduanya tegak lurus terhadap arah
propagasi gelombang.
Near Field and Far Field adalah wilayah di sekitar antena yang mengandung informasi dengan
kondisi medan listrik dan magnet berbeda.
Polarization adalah orientasi medan magnet dan listrik yang sehubungan dengan bumi. Jika
medan listrik sejajar dengan bumi, elektromagnetik gelombang dikatakan terpolarisasi
horizontal. Artinya, jika listrik tegak lurus terhadap bumi, gelombang terpolarisasi vertikal.
Antena horisontal terhadap bumi akan menghasilkan polarisasi horizontal dan antena yang
vertikal ke bumi menghasilkan vertikal
polarisasi.

Antenna Reciprocity
Sifat-sifat anten yaitu penguatan, direktivitas, frekuensi operasi dan lain-lain.
The Basic Antenna
Antena terdiri dari kawat, batang logam, atau sepotong tabung. Panjang konduktor tergantung
pada frekuensi operasi. Antena terpancar paling efektif ketika panjangnya berhubungan langsung
dengan panjang gelombang sinyal yang ditransmisikan.
The Dipole Antenna
Jenis antena yang paling banyak digunakan adalah dipol setengah gelombang yang ditunjukkan
pada Gambar berikut
Dipol kawat didukung dengan kaca, keramik, atau plastik isolator di ujung dan tengah, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar berikut

Dipole Length, rumus λ = 984 / f dapat digunakan untuk menghitung satu panjang gelombang
pada frekuensi tertentu.
Antenna Resonance, generator antena terlihat seri seperti gambar berikut

Jika dipol digunakan pada frekuensi dengan frekuensi berbeda maka impedansinya tidak lagi
sesuai dengan impedansi saluran transmisi yang menyebabkan SWR naik dan kekuatannya
hilang.
Antenna Q and Bandwidth ditentukan oleh frekuensi operasi dan Q antena sesuai dengan
hubungan BW 5 fr / Q. Semakin tinggi Q maka semakin sempit bandwidth BB dan semakin
rendah Q maka Bandwidth semakin lebar.
Conical Antennas, Cara untuk meningkatkan bandwidth adalah dengan menggunakan versi
antena dipol yang dikenal sebagai antena berbentuk kerucut seperti gambar berikut ini
Dipole Polarization adalah pemasangan antena pada frekuensi yang lebih tinggi (VHF dan UHF),
di mana antena lebih pendek dan dibuat tubing mandiri.
Radiation Pattern and Directivity adalah bentuk energi elektromagnetik yang dipancarkan dari
atau diterima oleh antena itu. Pola radiasi dipol setengah gelombang memiliki bentuk donat
seperti gambar berikut

Bagian bawah pada dipol akan tampak seperti gambar berikut

Antenna Gain adalah keuntungan penguatan output dari sirkuit elektronik atau
perangkat dibagi dengan input.
Daya yang dipancarkan oleh antena dengan directivity disebut daya radiasi efektif (ERP). ERP
dihitung dengan mengalikan daya pemancar ke antena Pt oleh power gain Ap antena seperti
berikut

Folded Dipoles adalah variasi populer dari dipol setengah gelombang yang dipol terlipat,
ditunjukkan pada Gambar berikut

The Marconi or Ground-Plane Vertical Antenna


Antena yang banyak digunakan adalah antena vertikal dengan panjang gelombang seperempat
atau biasa disebut antena Marconi.
Radiation Pattern, antena yang mentransmisikan energi dalam jumlah yang sama secara
horizontal disebut antena omnidirectional.
Ground Plane, Radials, and Counterpoise, efektivitas antena omnidirectional yang terpolarisasi
vertikal tergantung pada kontak listrik. Jika sambungan listrik yang baik (resistansi rendah) tidak
dapat dibuat ke bumi, maka bidang tanah artifisialm dapat dibangun dari beberapa seperempat
panjang gelombang kabel yang diletakkan secara horizontal di tanah atau terkubur di bumi
seperti gambar berikut
Radiation Resistance adalah Impedansi antena ground-plane vertikal persis setengah dari
impedansi dipol, atau sekitar 36,5 V.
Antenna Length adalah polarisasi vertikal dan karakteristik karakteristik omnidirectional yang
memiliki manfaat penghematan yang signifikan pada frekuensi radio yang lebih rendah.

Directivity
Karakteristik rekta omnidi yaitu antena yang dapat mengirim dan menerima pesan dari segala
arah.
Tiga dimensi versi pola radiasi horizontal ditunjukkan pada Gambar berikut

Relationship Between Directivity and Gain


Hubungan antara penguatan dan direktivitas antena dinyatakan secara matematis oleh rumus

Dimungkinkan untuk memecahkan untuk mendapatkan, mengingat lebar balok, dengan


mengatur ulang formula dan menggunakan logaritma:

Parasitic Arrays
terdiri dari antena dasar yang terhubung ke saluran transmisi plus satu atau lebih banyak
konduktor tambahan yang tidak terhubung ke saluran transmisi. Unsur-unsur parasit ditempatkan
secara paralel dan dekat dengan elemen lainnya seperti gambar berikut
Selain gain dan lebar balok yang harus di perhitungkan dari Yagi adalah rasio kekuatan yang
dipancarkan dan daya yang terpancar atau rasio depan-ke-belakang (F / B):

Driven Arrays
Jenis utama antena directional lainnya adalah array yaitu antena yang memiliki dua
atau lebih banyak elemen yang digerakkan. Setiap elemen menerima energi RF dari saluran
transmisi,
dan susunan elemen yang berbeda menghasilkan tingkat direktivitas. Tiga tipe dasar array
didorong adalah collinear, sisi lebar, dan end-i re. Tipe keempat adalah antena log-periodik
bandwidth lebar.
Collinear Antennas terdiri dari dua atau lebih setengah gelombang dipol yang dipasang ujung ke
ujung seperti gambar berikut
Garis yang menghubungkan berbagai elemen untuk menghasilkan energi sehingga mencapai
setiap antena dalam fase dengan semua antena lainnya. Pola collinear yang khas ditunjukkan
pada
Gambar berikut

Broadside Antennas adalah collinear bertumpuk antena yang terdiri dari dipol setengah
gelombang berjarak satu sama lain dengan panjang gelombang satu setengah, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar berikut

End-Fire Antennas adalah Array yang menggunakan dua setengah gelombang dipol berjarak satu
setengah panjang gelombang terpisah dan digerakkan oleh transmisi baris seperti gambar berikut
Log-Periodic Antennas adalah tipe khusus dari array yang digerakkan dengan antena periodik
log bandwidth lebar. Panjang elemen penggerak bervariasi dari panjang hingga pendek dan
terkait secara logaritma. Elemen terpanjang memiliki panjang gelombang satu setengah pada
frekuensi terendah seperti gambar berikut

Impedance Matching
Salah satu aspek terpenting dari sistem antena adalah memastikan daya maksimum transfer dari
pemancar ke antena
Q Sections adalah seperempat panjang gelombang koaksial atau saluran transmisi seimbang dari
impedansi spesifik yang terhubung antara beban dan sumber untuk tujuan pencocokan impedansi
seperti gambar berikut

Saluran transmisi panjang gelombang seperempat dapat digunakan untuk membuat satu
impedansi terlihat seperti yang lain untuk hubungan
Optical Characteristics of Radio Waves
Reflection, Hubungan antara sudut dan indeks bias dikenal sebagai hukum Snell:

Radio Wave Propagation Through Space


Ground Waves meninggalkan antena dan tetap dekat dengan
bumi seperti gambar berikut

Gelombang tanah sebenarnya mengikuti kelengkungan bumi.


Sky Waves dipancarkan oleh antena ke atmosfer di mana terjadi pembengkokan sinyal yang
disebabkan oleh pembiasan di atmosferseperti gambar berikut
Calculating Received Power
Dalam perambatan gelombang langit, kondisi ionosfer dan jumlah hop tentukan level sinyal di
penerima, dengan masing-masing hop selanjutnya mengurangi level sinyal. Kepadatan daya pada
jarak tertentu dari isotropik radiator di tuliskan

Rumus untuk menghitung nilai daya aktual sinyal di antena penerima:

Common Propagation Problems


Fading adalah variasi dalam amplitudo pada sinyal penerima yang disebabkan oleh karakteristik
jalur sinyal dan perubahan di dalamnya. Fading disebabkan oleh empat faktor yaitu variasi jarak
antara pemancar dan penerima, perubahan karakteristik lingkungan dari jalur sinyal, keberadaan
beberapa jalur sinyal, dan gerakan relatif antara pemancar dan penerima.
Diversity System menggunakan beberapa pemancar, penerima, atau antena untuk memitigasi
masalah yang disebabkan oleh sinyal multipath. Jenis yang di gunakan adalah frekuensi dan
spasial.
BAB 20
Cell Phone Technologies

Teknologi komunikasi pada telepon genggam menggunakan sistem radio selular yang dapat
melakukan komunikasi radio secara dua arah di tempat saling berjauhan.
Pada awal perkembangan sistem telepon selular, teknologi radio FM digunakan sebagai basis
komunikasi dan terbatas hanya pada area tertentu. Namun, sekarang telah diganti sampai dengan
teknologi 5G yang merupakan jaringan yang jauh lebih luas.
Konsep yang digunakan dalam sistem radio selular adalah dengan membagi area layanan menjadi
area yang lebih kecil yang disebut dengan cell. Tiap cell me mencakup beberapa km2 dan terdiri
atas receiver dan transmitter berdaya rendah masing-masing.
Untuk area dengan pengguna layanan selular yang banyak/padat maka semakin banyak cell yang
digunakan, dan untuk area dengan pengguna lebih sedikit maka semakin sedikit cell yang
digunakan namun cakupannya lebih luas jika dibandingkan dengan cell di area padat pengguna.
Setiap cell terhubung dengan jalur telepon atau radio relay link ke Mobile Telephone Switching
Office (MTSO). MTSO ini yang mengontrol semua cell dan menghubungkannya ke kantor telepon
pusat. MTSO juga akan memindahkan transmisi kepada seorang pengguna dari cell yang memiliki
transmisi lemah ke cell lain yang lebih kuat. Hal ini disebut handoff.
Alokasi frekuensi pada sistem radio selular bekerja pada pita UHF dan microwave. Rentang
frekuensi ini terbagi 2 menjadi reverse channel (transmisi up-link dari telepon selular ke base
station) dan forward channel (rentang downlink dari base station ke telepon selular).

Tiap spektrum 25 MHz masing-masing blok dibagi menjadi 832 channel dengan lebar 30 kHz.
Namun, seiring berjalannya waktu dan tergantung wilayah, rentang frekuensi bisa mencapai 2500-
2700 MHz dengan lebar tiap spektrum hingga 60 Mhz.
Mulpile Acces adalah bagaimana cara tiap pengguna layanan dialokasikan ke spektrum frekuensi
tertentu. Adapun metode Akses, yaitu cara tiap pengguna berbagi batasan spektrum tertentu.
Metode akses yang digunakan terdiri dari frekuensi reuse, Frequency Division Multiple Access
(FDMA), Time-Division Multiple Acces (TDMA), Spatial Division Multiple Access (SDMA),
dan Code Division Multiple Access (CDMA).
Secara umum, metode akses menggunakan cara multiplexing.
Duplexing adalah cara komunikasi dua arah radio/telepon diatasi. Untuk telepon selular,
digunakan full duplex.
Duplexing biasanya menggunakan frequency Division Duplexing (FDD). Channel frekuensi
berbeda-beda disusun sedemikian rupa untuk ditransmisikan. Channel transmitter dan receiver
tidak akan tercampur karena terdapat jarak diantara.
Setelah teknologi pertama komunikasi selular yang menggunakan komunikasi analog FM mulai
ditinggalkan, muncul teknologi baru yaitu second generation (2G).
2G merupakan teknologi yang digunakan untuk ponsel digital pertama dengan sistem komunikasi
digital.
Teknologi komunikasi geenrasi kedua ini terdiri dari dua jenis yang umum digunakan yaitu GSM
(Global System for Mobile Communication) dan CDMA.
GSM pada awalnya bekerja di frekuensi 900 Mhz. GSM bekerja pada fitur timeslot yang
merupakan bagian dari Time Division Multiple Access (TDMA) yabg memungkinkan pengguna
layanan dapat mengirimkan datar dan informasi berdasarkan satuan yang terbagi ke dalam timeslot
tertentu. Slot tersebut merupakan tampungan sementara yang akan digunakan oleh jaringan GSM
selama beberapa waktu sebelum data dan informasi dikirimkan.
CDMA (Code Division Multiple Access) yang cara kerjanya menggunakan kode tertentu agar bisa
mengakses channel yang ada pada sistem. Setiap pengguna layanan memiliki kode masing-masing
untuk dapat mengakses frekuensi dan channel dalam sistem.
Pengembangan berikutnya dari sistem GSM adalah GPRS (Generated Packet Radio Service).
GPRS menggunakan satu atau lebih delapan timeslot TDMA untuk mentransmisi data. Dengan
demikian, rasio data dapat mencapai 160 kbps. GPRS sudah dapat digunakan untuk mengirim e-
mail dan SMS, namun akses internet yang masih lambat. Sistem GPRS ini disebut sebagai
teknologi 2,5G yang menjadi perantara 2G dengan 3G.
Kemudian hadir teknologi EDGE (Enhanched DataRate for GSM Evolution). Teknologi ini tetap
berbasis GPRS, namun menggunakan 8-PSK modulation dibanding GMSK pada GPRS. Rasio
data yang dihasilkan dapat mencapai 283 kbps.
Third Generation (3G) merupakan ponsel selular yang disebut true packet data phones. Transmisi
data tingkat tinggi dan pengembangan digital voice adalah ciri teknologi ini. 3G bekerja pada
rentang frekuensi 1800-2200 MHz dengan center frekuensi = 2000 MHz.
Ponsel 3G telah mampu mengakses internet dengan cukup cepat dan mengirimkan e-mail dengan
sangat cepat. Karena mampu mengirim dara lebih cepat, bahkan ponsel 3G telah mampu
mengirim, menonton video dan foto dengan sangat baik.
4G LTE merupakan sistem nirkabel yang paling kompleks yang pernah dikembangkan dari
sebelumnya. Pengembangan meliputi modulasi, akses, duplexing dan MIMO (Multiple Input
Multiple Output).
4G bekerja pada rentang frekuensi yang banyak mulai dari LTE Band Number 1 hingga 44 dengan
rentang frekuensi uplink 698 MHz – 3900 MHz dan rentang frekuensi downlink dari 703 MHz –
3800 MHz.
Modulasi yang digunakan adalah Orthogonal Frequency Division Multipexing (OFDM). OFDM
memungkinkan banyak pengguna untuk mengakses channel yang sama dengan jarak tiap channel
sebesar 15 kHz.
Dalam perkembagan 4G LTE terdapat VoLTE (Voice over LTE) yang tercipta karena 4G LTE
tidak mendukung mode komunikasi suara dan teks dimana jika komunikasi suara atau teks harus
dilakukan, perangkat 4G LTE harus menurunkan komunikasi ke 3G atau dibawahnya. Dengan
VoLTE komunikasi teks dan suara dapat tetap dilakukan di teknologi 4G.
Saat ini tengah dikembangkan teknologi 5G yang merupakan generasi kelima sistem komunikasi.
Pada dasarnya, 5G tetap berada di jalur 4G namun menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan
lebarpita yang lebih besar dan bahkan ratio data yang lebih besar.
Dengan dilakukan pengembangan untuk beberapa parameter diatas, maka ponsel 5G akan
menggunakan MIMO level tinggi, antena dengan gain tinggi, dan akan memiliki rasio data
download hingga 10 Gbps. Sehingga 5G dapat dikatakan sebagai beberapa cell yang bekerja pada
beberapa pita gelombang.
BAB 22
Communication Tests and Measurements

Communication Test Equipment


 Voltage Measurements
Ada dua cara mendasar untuk mengukur tegangan, yaitu menggunakan AC Voltmeter dan
osiloskop.
RF Voltmeters, alat yang didesain untuk mengukur tegangan dari sinyal frekuensi tinggi.
Pembacaan alat ini dalam rms(root mean square). Kebanyakan RF voltmeter adalah analog
dengan akurasinya 1-5 %. Terdapat juga RF voltmeter digital dengan akurasi yang lebih baik.
RF Probes atau detector probes, kebanyakan RF probes baik untuk pengukuran Rf hingga 250
MHz, dengan akurasi sekitar 5 %.
Osiloskop
Osiloskop analog memperkuat sinyal yang akan diukur dan emnampilkannya pada CRT pada
swee rate yang spesifik. Mampu mengukur tegangan RF sekitar 500 MHz.
Osiloskop digital menggunakan teknik pencocokan kecepatan tinggi atau A/D untuk
mengubah sinyal yang akan diukur menjadi serangkaian kata-kata digital yang akan disimpan
dalam memori internal. Alat ini mampu untuk mengukur frekuensi tinggi hingga 70GHz.
 Power Meters
Lebih mudah untuk mengukur daya RF dibandingkan tegangan RF atau arus RF. Terutama
pada pengukuran transmitter yang biasanya mengembangkan daya keluaran lebih signifikan.
Salah satu uji Rf yang paling umum digunakan adalah power meter. Power meter mungkin
memiliki pembacaan meter atau tampilan digital. Dapat dikalibrasi dalam miliwatt, watt, atau
kilowatt juga dBm. Pengoperasian power meter umumnya didasarkan pada konversi daya
sinyl ke panas. Daya juga bisa dihitung dengan rumus 𝑃 = 𝑉 2 /𝑅.
 Power Measurement Circuits
Rangkaian yang sederhana dapat digunakan untuk menukur daya dalam transmitter dan
rangkaian RF daya.

Dalam aplikasi komunikasi, tegangan supply dan output suatu perangkat juga perlu diukur.
Berbeda dengan aplikasi lain, yang perlu diperhatikan juga adalah kemampuan alat ukur dalam
menangani frekuensi tinggi.
Alat ukur terbaik ukur mengukur tegangan untuk aplikasi komunikasi adalah Digital Storage
Oscilloscope (DSO). DSO juga disebut dengan digital, sampling, oscilloscope yang dapat
melakukan sampling kecepatan tinggi terhadapt sinyal ukur. DSO dapat melakukan sampling 20
kuta hingga 50 miliar sample per detik. Selain itu, DSO dapat mengukur sinyal hingga 70 GHz.
Alat ukur lain yang biasa digunakan untuk mengukut tegangan adalah RF (Radio Frequency)
Voltmeter yang dapat mengukur hingga 10 Mhz. Output yang ditampilkan berupa sinyal analog
dari Vrms sinyal. Adapun RF Probe/detector probe yang dapat mengukur sinyal hingga 250 MHz.
Data yang ditampilkan juga berupa Vrms.
Dalam hal pengukuran, daya/power lebih diperhitungkan daripada arus/tegangan. Maka dari itu
dibutuhkan pengukur daya (Power Meter).
Untuk mengukur daya, dilakukan dengan memasukkan power meter ke kabel coaxial antara
transmitter dan antenna. Meter digunakan untuk mengukur output dari daya transmitter. Cara kerja
power meter adalah dengan mengkonversi sinyal menjadi panas. Panas ini yang kemudian diubah
ke bentuk sinyal elektrik.

Jika impedansi beban dan resistif telah diketahui, maka hanya dilakukan pengukuran tegangan di
beban kemudian diketahui dayanya melalui formula :
P = V2 / R
Untuk menghindari adanya radiasi dari transmitter saat terjadi masalah maka daya output perlu
dikurangi agar tidak mengganggu perangkat/stasiun dengan frekuensi sama. Agar dapat
mengurangi daya output, diperlukan Dummy Loads. Dummy Loads adalah resistor yang
terhubung ke jalur transmisi menuju antenna , besarnya resistor ini adalah sama dengan output
impedansi transmitter.

Standing Wave Ratio adalah rasio daya yang tidak dapat diterima beban dan dikembalikan ke jalur
transmisinya. SWR dapat diketahui jika daya yg masuk dan dikembalikan diketahui. SWR meter
daoat dibuat dengan rangkaian bridge seperti pada gambar berikut
Function Generator merupakan pembangkit sinyal yang dapat menghasilkan gelombang sinus,
kotak, dan segitiga yang memiliki rentang 0,001 Hz – 3 Mhz. Function Generator paling luas
digunakan karena fleksibilitas gelombang yang dihasilkan. Output impedansi yang dihasilkan
adalah 50 Ohm. Pembangkit sinyal yang dapat menghasilkan sinyal lebih besar yaitu RF Signal
Generator rentang frekuensinya berkisar dari 100 kHz – 500 Mhz.
Selain tegangan dan daya, frekuensi juga merupakan variabel yang sangat penting untuk diukut
dalam aplikasi komunikasi. Untuk mengukur frekuensi dilakukan dengan menghitung jumlah
siklus input dalam 1 s kemudian diolah dengan rangkaian elektrode seperti pada blok diagram
dibawah ini

Untuk pengukuran frekuensi yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan cara prescaling. Prescaling
dilakukan dengan mengkonversi sinyal input ke dalam beberapa divisi untuk disesuaikan dengan
rentang frekuensi counter. Hal ini dilakukan agar counter dapat mengukur frekuensi tersebut.
Selain melakukan pengukuran, tes yang dilakukan pada beberapa komponen juga perlu dilakukan
untuk mengetahui kemampuan/kesesuaian komponen dengan spesifikasinya. Tes yang dilakukan
idealnya dilakukan sesuai dengan manual book yang dikeluarkan pembuat komponen.
Tes transmitter dapat dilakukan dengan empat cara yaitu : tes frekuensi, modulasi, daya, dan tes
sinyal output yang tidak diinginkan
Tes frekuensi dilakukan dengan mengukur output frekuensi transmitter secara langsung dengan
frekuensi counter. Tes modulasi dilakukan dengan mengukur output AM transmitter yang telah
dipasang dummy load dengan osiloskop. Hasil pembacaan akan dibandingkan antara frekuensi
informasi dengan frekuensi carrier.
Untuk tes antenna dan jalur transmisi dapat dilakukan dengan SWR tes dan TDR (Time Domain
Reflectometry). SWR tes dilakukan dengan cara menempatkan SWR meter di coaxial kabel dari
transmitter menuju antenna.
Tes receiver dilakukan dengan cara melakukan tes pada noise yang dihasilkan oleh receiver. Noise
yang dihasilkan harus berada pada nilai yang aman. Selain itu, data output juga perlu dilakukan
tes dan daya yang dihasilkan harus sesuai dengan spesifikasi yang dicantumkan.

Anda mungkin juga menyukai