Rps 1&2 PRILAKU KONSUMEN
Rps 1&2 PRILAKU KONSUMEN
PEMBAHASAN
RPS I
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah
dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam
beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap
sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan
jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap
setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja
produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan. kebutuhannya (Schiffman dan
Kanuk, 2007).
Pemasaran dan perilaku konsumen berasal dari konsep pemasaran, yang menyatakan
bahwa esensi pemasaran terdiri dari memuaskan kebutuhan konsumen, menciptakan nilai,
dan mempertahankan pelanggan. Ia berpendapat bahwa perusahaan harus memproduksi
hanya barang-barang yang telah mereka tentukan agar konsumen beli. Sebagai contoh, saus
pasta Classico mengandung bahan yang sama yang digunakan konsumen ketika mereka
membuat saus mereka sendiri. Slogan iklan mereka adalah "Kami membuatnya seperti Anda
membuatnya," yang berarti bahwa produk memenuhi kebutuhan konsumen dan mereka akan
membelinya. Perusahaan yang berorientasi pada pemasaran tidak mencoba membujuk
konsumen untuk membeli apa yang telah diproduksi oleh perusahaan, melainkan untuk hanya
menghasilkan produk yang mereka tahu dapat mereka jual, sehingga memuaskan kebutuhan
konsumen dan mengubahnya menjadi pelanggan yang loyal. Konsep pemasaran berevolusi
dari beberapa orientasi bisnis sebelumnya yang berfokus pada produksi, produk itu sendiri,
dan penjualan.
1) Konsep Produksi
Pendekatan pemasaran yang dilandasi oleh tujuan untuk menghasilkan barang atau
produk yang murah, produksi yang efisien, dan distribusi yang intensif. Bila
permintaan melebihi penawaran, konsep ini akan berjalan dengan baik, karena
konsumen akan membeli apa yang tersedia, bukan menunggu apa yang sesungguhnya
diinginkan.
2) Konsep Produk
Dalam pendekatan ini pemasar tertuju pada penjualan produk yang dihasilkan.
Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa konsumen cenderung tidak akan membeli
produk kecuali mereka dibujuk secara aktif dan agresif untuk melakukan pembelian.
Kelemahan utama pendekatan ini adalah tidak memperhatikan kepuasan konsumen.
3) Konsep Penjualan
Yakni konsep yang menjadikan konsumen, dengan dibiarkan begitu saja,
organisasi harus melaksanakan upaya penjualan dan promosi yang agresif. Pada
pendekatan ini, diusahakan agar konsumen tertarik dengan produk yang di tawarkan.
a) Bagi Pemasar
Bagi perusahaan yang berorientasi laba jangka panjang, pasar adalah fokus
utamanya. Harapan agar pelanggan setia atau loyal terhadap produk-produk yang
ditawarkan membuat pemasar harus memahami perilaku mereka. Pemasar harus
memahami perilaku konsumennya, maka mereka bisa memprediksi bagaimana
konsumen akan bereaksi terhadap berbagai isyarat pemasaran dan isyarat lingkungan
sehingga berdasarkan hasil prediksi itu mereka bisa mempertajam strategi pemasaran
yang sesuai. Contohnya dalam merancang strategi bauran pemasaran. Berbagai
keputusan tentang produk, meliputi apa saja kandungan yang ada di dalamnya,
bagaimana bentuk produknya, berapa besar produknya, bagaimana kemasannya, akan
sangat ditentukan oleh bagaimana karakteristik konsumen yang menjadi sasaran
produk tersebut.
b) Bagi Lembaga atau Agen Pemerintah
Sebagai lembaga pemerintah atau agen pemerintah sebaiknya mempelajari perilaku
konsumen sebagai upaya untuk memahami apa implikasi sebuah kebijakan terhadap
masyarakat atau segmen masyarakat yang menjadi sasaran dari sebuah kebijakan akan
sangat berguna untuk mensosialisasikan kebijakan itu, membantu pencapaian sasaran
secara lebih efektif, serta mengantisipasi dampak negatif yang mungkin timbul.
Misalnya, akan ada kebijakan membangun jalan tol untuk meningkatkan arus lalu
lintas barang dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat. Keputusan itu
tentu saja berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari masalah
pembebasan lahan, masalah aliran sungai yang terputus, sampai pada masalah sosial
yang begitu kompleks menyertai pembangunan proyek itu. Pemahaman mengani
perilaku masyarakat, terutama yang terkena dampak langsung dari pembangunan
proyek itu, akan sangat membantu pengambil kebijakan untuk mensosialisasi
kebijakan tersebut dan meredam dampak negatif yang timbul.
c) Bagi Aktivis Sosial
Saat ini, ada beberapa perilaku konsumen yang menjurus pada aktivitas yang
berdampak negatif, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain atau bagi
masyarakat. Misalnya, perilaku mengkonsumsi minuman keras, membuang sampah
sembarangan, melakukan seks pranikah, mengendarai mobil dalam keadaan mabuk,
dan sejenisnya. Bidang pemasaran yang membahas berbagai perilaku buruk atau
negatif tersebut dikenal sebagai altruistic marketing. Aktivis Sosial membahas tentang
penyebab terjadinya perilaku seperti itu dan mengaplikasikan berbagai temuan studi
dalam upaya mengembangkan cara untuk mencegah dampak negatif yang
ditimbulkannya dan altruistic marketing (pemasaran sosial) juga membahas tentang
berbagai aktivitas yang mendorong agar seseorang bersedia melakukan perilaku sosial
yang berdampak positif bagi masyarakat, seperti memperhatikan waktu kadaluwarsa
suatu produk, menggunakan sabuk keselamatan selama mengendarai mobil,
melakukan vaksinasi pada anak, melakukan donasi darah, dan sejenisnya.
d) Bagi Konsumen
Bagi konsumen, alasan utama mempelajari perilaku konsumen secara langsung
maupun tak langsung, sebagian besar waktu kita habiskan untuk berbagai aktivitas
yang berhubungan dengan belanja, pasar, penjual, dan aktivitas lainnya yang terkait.
Hampir setiap hari konsumen memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas
yang meliputi apa yang dibeli, mengapa membeli, bagaimana membeli, dan apa
pengaruh promosi yang dilakukan perusahaan. Mempelajari perilaku konsumen
memungkinkan mereka hendaknya menjadi konsumen yang rasional, memiliki
perilaku pembelian yang bertanggung jawab, memahami etika bisnis dan menjadi
lebih bijaksana dalam menyikapi berbagai trik pemasaran.
Perilaku konsumen berasal dari empat disiplin ilmu, yaitu psikologi, sosiologi,
antropologi dan komunikasi.
1) Psikologi adalah studi tentang pikiran manusia dan faktor-faktor mental yang
mempengaruhi perilaku (yaitu, kebutuhan, ciri-ciri kepribadian, persepsi,
pengalaman yang dipelajari, dan sikap).
2) Sosiologi adalah studi tentang perkembangan, struktur, fungsi, dan masalah
masyarakat manusia (kelompok sosial yang paling menonjol adalah keluarga,
teman sebaya, dan kelas sosial).
3) Antropologi membandingkan budaya dan perkembangan masyarakat manusia
(mis., Nilai-nilai budaya dan subkultur).
4) Komunikasi adalah proses menyampaikan atau bertukar informasi secara pribadi
atau melalui saluran media dan menggunakan strategi persuasif.
Perilaku konsumen dapat dipelajari melalui dua pendekatan atau perspektif, yakni
perspektif manajerial dan perspektif holistik. Persepektif manajerial memandang
perilaku konsumen sebagai ilmu sosial terapan, yang dipelajari sebagai basis untuk
mengembangkan strategi pemasaran. Pendekatan ini didasari oleh keinginan para
manajer pemasaran untuk mengetahui penyebab spesifik terjadinya perilaku konsumen.
Pendekatan jenis ini dikenal juga sebagai positivisme atau modernisme. Pendekatan ini
bersifat mikro dan kognitif. Bersifat mikro dikarenakan pendekatan ini menekankan pada
konsumen individu mencakup sikap, persepsi, gaya hidup, dan karakteristik demografi.
Dikatakan bersifat kognitif dikarenakan pendekatan ini menekankan pada proses berpikir
konsumen individu dan faktor yang mempengaruhi keputusannya. Anggapan bahwa
konsumen merupnkan orang yang rasional merupakan kelemahan utama pendekatan ini.
Kelemahan ke dua dari pendekatan ini adalah mengabaikan dinamika lingkungan atau
indivldu dianggap bebas darl lingkungan. Kelemahan ke tiga adalah bahwa pendekatan
lni lebih menekankan pada aspek pembelian dari pada aspek konsumsi dan pasca
pembelian. Sedangkan, perspektif holistik merupakan pendekatan ke dua untuk
mempelajari perilaku konsumen lebih bersifat makro karena menekankan pada sifat
pengalaman konsumsi daripada proses pembelian dan lebih fokus pada konteks budaya
dalam arti luas yang terkait dengan konsumsi. Dalam pendekatan ini, konsumsi
dipandang sebagai sesuatu yang bersifat simbolik. Studi perilaku konsumen dari cara
pandang pemahaman perilaku konsumen itu disebut sebagai interpretivisme. Karena
fokusnya pada pengalaman konsumsi, pendekatan intrepretif juga disebut
eksperientalisme. Namun, pendekatan ini bukannya tanpa kelemahan. Sebagian besar
temuan yang terkait dengan arti tindakan dan pengalaman konsumsi konsumen yang
dipengaruhi oleh faktor budaya seringkali tidak dapat ditindaklanjuti dari perspektif
pemasar. Selain itu, pendekatan ini tidak cukup menekankan pada keputusan pembelian
karena apabila pemasar ingin memprediksi keputusan itu, maka mereka harus memahami
bagaimana konsumen mengambil keputusan pembelian dan faktor apa yang
mempengaruhinya. Meskipun terdapat perbedaan antara kedua pendekatan itu, keduanya
saling melengkapi. Kedua pendekatan itu memungkinkan pemasar untuk merumuskan
keputusan strategis yang lebih baik.
RMK 2
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
II. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan
2.2 Tingkat Pengambilan Keputusan
2.3 Empat Cara Pandang Pengambilan Keputusan
2.4 Bagan Model Pengambilan Keputusan Konsumen dan Menjelaskan Prosesnya Sejak
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Bagan Model :
PEMASARAN CAMPURAN SOSIOKULTURAL
PENGARUH
Produk Grup referensi
Promosi Keluarga
Harga Kelas sosial
Distribusi Kebudayaan dan Subkultur
MEMASUKKAN
KOMUNIKASI KOMUNIKASI
SUMBER SUMBER
pengiklanan Word-of-Mouth:
Buzz Agen saran dan
Pesan disesuaikan rekomendasi
Media sosial: Media sosial:
Dimiliki atau Paid Untuk Self-Generated
POST-PEMBELIAN
EVALUASI
KELUARAN
PEMBELIAN ULANG TIDAK ADA PEMBELIAN
ULANG
KEPERCAYAAN
LOYALITAS
DAN
semua Merek
Merek Tidak
Merek Diketahui Diketahui
(1)
membangkitkan janggal Lembam
Set Set Set
ACCE
ptable tidak dapat Acuh tak diabaikan
BH nds Merek
diterima Merek
acuh Merek
(5)
Dalam setiap kasus ini, implikasi bagi pemasar adalah bahwa teknik promosi
harus dirancang untuk menanamkan, citra produk yang lebih menguntungkan dan
relevan dengan target konsumen. Hal ini mungkin juga memerlukan perubahan fitur
produk atau atribut (fitur yang lebih atau lebih baik). Strategi alternatif adalah untuk
mendapatkan konsumen di segmen target tertentu untuk mempertimbangkan
penawaran khusus dan mungkin memasukkannya ke dalam set mereka
membangkitkan.
1. pembaca E-Book: Ukuran, berat, layar sentuh, baterai, ukuran memori, dan
kompatibilitas dengan sinyal ponsel.
2. jus jeruk: Jumlah pulp, derajat kemanisan, kelemahan atau kekuatan rasa, warna,
dan kemasan.
3. jam tangan: Fitur Alarm, tahan air, gerakan kuarsa, dan ukuran dial.
RMK 4
“Motivasi Konsumen”
POKOK PEMBAHASAN
Kebutuhan
a. Subtitute Goals
Jika individu tidak dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka
mereka cenderung untuk mengambil altenatifsasaran pengganti. Meskipun,
sasaran pengganti tidak memuaskan seperti sasaran primer, tetapi cukup
untuk menghilangkan tekanan yang tidak menyenangkan.
b. Frustation
Kegagalan mencapai suatu tujuan sering menimbulkan perasaan kecewa
(frustrasi). Individu memberikan reaksi terhadap kekecewaan dengan dua
cara:
d. Multiplicity of Needs
Perilaku tertentu konsumen sering dapat memenuhi lebih dari satu
kebutuhan. Faktanya, lebih besar kemungkinan bahwa sasaran khusus dipilih
karena dapat memenuhi beberapa kebutuhan.
f. Arousal Of Motives
Kebutuhan khusus seseorang yang biasanya tidak disadari oleh yang
bersangkutan, muncul disebabkan oleh rangsangan yang terdapat di dalam
kondisi psikologi individu, karena proses emosi atau kesadaran, atau oleh
rangsangan yang berasal dari lingkungan luar, meliputi psysiological arousal,
emotional arousal, cognitive arousal, environmental arousal.
RMK 5
PEMBAHASAN
1. ANALISIS KEPRIBADIAN KONSUMEN
ID EGO
Kepuasan
Sistem 1 Sistem 3
SUPEREGO
Sistem 2
c) Teori Sifat
Teori sifat merupakan awal penting berpisahnya dari pengukuran kualitatif yang
menjadi ciri khas gerakan pengikut Freud dan Neo-Freud. Orientasi Teori Sifat
terutama bersifat kuantitatif / empiris. Teori ini memfokuskan pada pengukuran
kepribadian menurut karakteristik psikologis khusus yang disebut sifat. Sifat
didefinisikan sebagai cara yang khas dan relatif bertahan lama yang dapat
membedakan seorang individu dari individu lain. Ada beberapa tes yang digunakan
untuk mengukur sifat individu seperti keinovatian konsumen (seberapa besar kemauan
seseorang untuk menerima berbagai pengalaman baru), materialisme konsumen
(tingkat kecenderungan konsumen pada kepemilikan duniawi), etnosentrisme
konsumen (kemungkinan konsumen untuk menerima atau menolak berbagai produk
buatan luar negri).
d) Ethnosentrisme konsumen
Usaha untuk membedakan antara segmen konsumen yang cenderung mau
menerima produk luar negeri dan konsumen yang tidak menggunakan skala
ethnosentrisme. Para pemasar mebidik konsumen ethnosentrisme dengan
menekankan tema nasionalis karena segmen ini cenderung membeli produk
buatan negeri mereka sendiri.
a) Personifikasi Merk
Personifikasi merek yaitu berusaha menuangkan kembali persepsi konsumen
mengenai sifat-sifat produk atau jasa ”karakter manusiawi”. Banyak
konsumen yang menyatakan perasaan diri mereka mengenai produk atau
merek menurut kepribadian yang mereka kenal. Mengenali hubungan
kepribadian merek konsumen sekarang ini atau menciptakan hubungan
kepribadian untuk produk baru merupakan tugas pemasaran yang penting.
Mr. Coffee, merek alat pembuat kopi yang populer dan menetes secara
otomatis menggambarkan hubungan konsumen-merek. Para konsumen
menyebut Mr.Coffee seolah-olah produk tersebut adalah seseorang. Jadi
Mr.Coffee dipandang sebagai seseorang yang dapat diandalkan, bersahabat,
efisien, cerdas, dan hebat. Ada lima dimensi yang menentukan kepribadian
merek yaitu ketulusan, kegairahan, kemampuan, kecanggihan, dan kekuatan,
dan segi-segi kepribadian yang mengalir dari tiap dimensi seperti ketulusan
hati, keberanian, cerdas, dan luwes. Kerangka in cenderung menampung
berbagai kepribadian merek yang dikejar oleh berbagai produk konsumen.
b) Kepribadian Produk Dan Gender
Kepribadian produk atau pesona sering melengkapi produk atau merek
dengan gender. Pemberian gender sebagai bagian dari gambaran kepribadian
produk sesuai sekali dengan realitas pasar bahwa produk dan jasa, pada
umumnya dipandang oleh konsumen mempunyai gender. Misalnya kopi dan
pasta gigi merupakan produk maskulin, sedangkan sabun mandi dan
shampo dipandang sebagai produk feminin.
c) Kepribadian Dan Warna
Konsumen tidak hanya mengaitkan sifat-sifat kepribadian ke produk dan jasa
tetapi mereka juga cenderung menghubungkan berbagai faktor kepribadian ke
berbagai warna khusus. Contohnya, Coca Cola dihubungkan dengan merah
yang mengandung arti kegembiraan. Kuning dihubungkan dengan sesuatu
yang baru, dan hitam sering mengandung arti kecanggihan. Kombinasi
hitam dan putih menunjukkan bahwa produk dibuat dengan teliti,
berteknologi tinggi, dan desainnya canggih. Nike menggunakan warna
hitam, putih, dan sedikit merah untuk berbagai model sepatu olahraganya
yangterpilih yang secara tidak langsung menyatakan ”sepatu olahraga
berkinerja tinggi”. Untuk mengungkapkan pandangan tersebut, para peneliti
menggunakan berbagai macam teknik pengukuran kualitatif,seperti observasi,
kelompok fokus, wawancara yang mendalam, dan teknik proyektif.
1.5 Citra diri.
Para konsumen mempunyai berbagai macam citra diri mereka yang abadi. Citra
diri ini, atau persepsi mengenai diri sangat erat hubunganya dengan kepribadian,
dimana orang cenderung membeli produk dan jasa serta menjadi pelanggan
perusahaan ritel yang mempunyai citra atau kepribadian yang cocok dengan citra
diri mereka sendiri.
a) Satu atau banyak pribadi
Secara historis, individu menganggap mempunyai citra diri tunggal dan
tertarik, sebagai konsumen, pada produk dan jasa yang dapat memuaskan
pribadi tunggal itu. Tetapi, alangkah lebih tepat menganggap bahwa konsumen
mempunyai banyak pribadi.
b) Susunan citra diri
Citra diri adalah khas, hasil dari perkembangan latar belakang dan pengalaman
orang tersebut. Individu mengembangkan citra diri mereka melalui interaksi
dengan orang lain, orang tua, dan kelompok-kelompok lain yang mempunyai
hubungan dengan mereka selama bertahun-tahun. Ada beberapa ragam citra
diri sebagai berikut: citra diri aktual (bagaimana konsumen memandang diri
mereka dalam kenyataan), citra diri ideal (bagaimana konsumen ingin
memandang diri mereka), citra diri sosial (bagaimana konsumen merasa orang
lain memandang mereka), citra diri sosial ideal (bagaimana konsumen ingin
dipandang oleh orang lain), citra diri yang diharapkan (bagaimana konsumen
diharapkan memandang diri mereka di waktu tertentu di masa yang akan
datang). Citra diri yang diharapkan terletak diantara citra diri aktual dan citra
diri ideal, yang merupakan kombinasi yang berorientasi ke masa depan.
c) Perluasan diri
Saling keterkaitan antara citra diri konsumen dengan kepemilikanya (barang-
barang yang mereka sebut milik mereka) menegaskan atau memperluas citra
diri mereka.
d) Mengubah pribadi
Mengubah diri seseorang, terutama penampilan atau bagian tubuh seseorang,
dapat di capai dengan kosmetik, ataupun dengan yang lain-lainya.
e) Keangkuhan dan perilaku konsumen
Para peneliti telah mempelajari keangkuhan fisik yaitu perhatian yang berlebih
terhadap fisik seseorang. Dan keangkuhan prestasi yaitu perhatian yang
berlebih terhadap prestasi seseorang. Mereka menemukan bahwa kedua
gagasan ini berkaitan dengan matrealisme, pemakaian kosmetik, perhatian
pada pakaian, dll.
f) Kepribadian atau diri yang seungguhnya
Gagasan kepribadian virtual atau diri virtual memberi kesempatan pada
individu untuk mencoba kepribadian yang berbeda,atau identitas yang
berbeda. Jika identitas itu sesuai, mungkin untuk memutuskan memelihara
kepribadian baru
RMK 6
PERSEPSI DAN PEMBELAJARAN KONSUMEN
PEMBAHASAN
1.7 Arti persepsi dan elemen-elemennya.
Secara etimologi persepsi berasal dari bahasa latin perceptio yang berarti
menerima atau mengambil. Menurut Stephen P. Robbins (1998), persepsi adalah
suatu proses pengorganisasian dan pemaknaan terhadap kesan-kesan sensori untuk
memberi arti pada lingkungannya. Menurut Fred Luthans (1992) mengatakan proses
persepsi dapat didefinisikan sebagai interaksi yang rumit dalam penyeleksian,
pengorganisasian, dan penafsiran stimulus. Sedangkan menurut Milton (1981)
mengatakan persepsi adalah proses seleksi, organisasi dan interpretasi stimulus yang
berasal dari lingkungan.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan persepsi adalah sebagai
sebuah proses yang dilalui seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan
menginterpretasi stimuli ke dalam sebuah gambaran tentang dunia yang memiliki
arti atau makna dan bersifat koheren. Persepsi konsumen ini sangat penting
dipelajari karena perilaku konsumen didasarkan oleh persepsi mereka tentang apa itu
kenyataan sebuah produk.
Menurut shiffman dan kanuk (1997), persepsi akan sesuatu berasal dari
interaksi antara dua jenis faktor :
1. Faktor stimulus, yaitu faktor yang terlihat secara fisik seperti ukuran, berat,
warna atau bentuk. Tampilan suatu produk contohnya kemasan pada produk
yang mampu menciptkan suatu rangsangan pada indra manusia, sehingga
seseorang mampu menciptakan suatu persepsi atau pendapat mengenai produk
tersebut yang dilihatnya.
2. Faktor individu, proses di dalamnya bukan hanya terletak pada panca indra
melainkan juga pada pengalaman yang pernah dialami, dorongan dari
lingkungan maupun harapan dari diri individu itu sendiri.
Suatu stimulus adalah setiap unit masukan yang diterima oleh indra
manusia atau yang sering disebut dengan sebagai masukan sensosri atau
stimuli sensori. Masukan sebuah sensori antara lain adalah produk, kemasan,
nama merek, iklan dan sejenisnya. Organ atau indra manusia yang menerima
stimuli itu disebut dengan penerima sensori (sensory receptors). Setiap stimulus
yang diterima oleh indra itu, baik secara tunggal ataupun kombinasi, melakukan
peran dalam mengevaluasi dan memutuskan untuk menggunakan produk
konsumen.
Berikut adalah proses terbentuknya sebuah persepsi sejak tahap
penerimaan stimuli oleh penerima sensori sampa memperoleh gambaran setelah
diinterpretasi.
1. Sistem Sensori
Setiap hari, kita menerima sejumlah stimuli eksternal melalui berbagai
saluran atau media yang dapat diterima oleh indra kita. Proses terbentuknya
persepsi dimulai ketika masukan dari lima organ sensori kita mendeteksi data
mentah sejumlah stimuli. Kualitas sensorik yang unik memaminkan peranan yang
sangat penting disini dalam membantu mempertahankan merek atau produk di
dalam ingatan konsumen. Sensitivitas stimuli bervariasi tiap orangnya, sebagai
contoh seorang yang buta mungkin memiliki sensitivitas yang rendah pada indra
penglihatannya ketimbang dengan orang yang normal penglihatnnya ataupun
orang yang tuli yang memiliki sensitivitas rendah pada indra pendengarannya.
2. Paparan
Paparan (expose) terjadi ketika sebuah stimuli berada di dalam
rentangan penerima sensori seseorang. Hanya dalam waktu yang sangat pendek,
Kita mampu mencatat atau memperhatikan stimuli yang datang ke dalam rentang
penerima sensori. Kemampuan orang untuk mempersepsikan stimuli yang datang
sangat berkaitan dengan ambang batas sensorinya.
Ambang batas sensori (sensory threesold) adalah suatu tingkatan keadaan saat
individu menangkap sebuah sensori, sebagian dari kita memiliki kemampuan
lebih baik dalam menangkap sebuah stimuli sensori, sedangkan sebagian
lainnya mengalami gangguan dalam saluran sensorinya karena faktor usia.
Sedangkan ambang batas absolut (absolut threesold) adalah suatu tingkatan
keadaan paling rendah saat individu mengalami sebuah sensasi. Ambang
batas ini merupakan suatu titik ketika seseorang mampu mendeteksi sebuah
stimuli antara “ada sesuatu” dengan “tidak ada sesuatu”
Perbedaan ambang batas ini berkaitan dengan hukum Webber yang menyatakan
bahwa pebedaan dua buah stimuli bukan merupakan suatu jumlah yang absoulut
melainkan relatif atau kejadian just noticable difference.
3. Perhatian
Perhatian atau atensi mengacu pada suatu tingakatan aktivitas pengolahan
yang dicurahkan pada suatu stimulus tertentu. Alokasi yang diberikan oleh
seseorang pada suatu stimulus tertentu sangat bervariasi karena dipengaruhi
dua hal yakni faktor dari si penerima dan faktor stimulus itu sendiri. Perhatian
tiap orang terhadap sebuah stimulus tertentu akan bervariasi ini dikarenakan
sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, dan keinginan dari individu masing-
masing
c) Motive
Motive adalah dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Dalam
memenuhu kebutuhan, orang akan lebih memperhatikan sesuatu yang sesuai
dengan keinginannya dan yang tepat dalam memenuhu kebutuhannya. Orang
cenderung memasukan stimulus yang cocok dengan motifnya ke dalam
persepsi. Semakin kuat kebutuhan, semakin besar kecenderungan untuk
mengabaikan stimulus yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan itu.
Contohnya, orang yang membutuhkan mobil akan tertarik pada iklan-iklan
mobil, informasi tentang mobil, majalah atau tabloid otomotif, dan
mengabaikan iklan dan informasi yang lain. Sebaliknya, orang yang memiliki
motif melindungi diri, tidak akan bergeming dengan iklan rokok semenarik
apapun, tetapi dia justru sangat tertarik pada keterangan tentang kandungan
nutrisi pada kemasan makanan.
Pemosisian jasa
Dibandingkan dengan memasarkan produk, pemasar jasa mengahadapi beberapa
masalah yangg unik dalam strategi pemosisian dan promosinya. Citra menjadi
sebuah factor kunci untuk dapat membedakan jasanya dengan jasa pesaing karne
jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud melainkan dapat dirasakan. Bagi
perusahaan jasa, desain lingkungan jasa merupakan satu aspek penting dalam
strategi pemosisiannya. Hal ini dilakukan untuk mempertajam kesan dan perilaku
konsumen serta perilaku karyawan.
Persepsi harga
Persepsi konsumen terhadap harga sangat berpengaruh terhadap daya beli dan
juga niat beli konsumen sehingga dapat menghasilkan kepuasan pembelian. Tidak
ada konsumen yang mau membayar mahal untuk sebuah produk sebanyak dua
kali harga yang dibayar konsumen lain apalagi juga dengan kualitas yang tidak
sebanding dengan harganya. Produk- produk yang diiklankan sebagai diobral
cenderung menciptakan persepsi konsumen yang makin tinggi tentang sebuah
nilai dan penghematan, berbanding terbalik dengan kejadian yang dimana
konsumen bila membeli sebuah produk dengan harga yang mahal sehingga
menimbulkan persepsi harga produk yang memboroskan kantong.
Persepsi kualitas
Konsumen sering kali mempersepsikan sebuah kualitas sebuah produk ataupun
jasa berdasar variasi berbagai petunjuk informasi yang mereka asosiasikan dengan
produk itu. Beberapa petunjuk itu bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Berbagai
petunjuk yang bersifat intrinsik dengan karakteristik fisik produk seperti ukuran,
warna, rasa, atau aroma. Dalam beberapa kasus, konsumen sering kali menilai
kualitas produk berdasarkan ciri-ciri fisik seperti menilai rasa kue ataupun es krim
dari warnanya.
Konsumen merasa lebih sulit lagi untuk menilai kualitas jasa dengan sebuah
produk. Hal ini dapat dimaklumi dikarenakan adanya beberapaa karakteristik jasa
yang berbeda dengan karakteristik sebuah produk barang. Jasa bersifat tidak
berwujud, kualitasnya bervariasi, tidak tahan lama, serta umumnya diproduksi dan
dikonsumsi pada saat bersamaan. Konsumen tidak bisa melakukan evaluasi
langsung antar atribut dari berbagai jasa yang saling bersaing sebagaiman bisa
dilakukan terhadap barang. Karena itu konsumen mengandalkan penilainnya
terhadap kualitas jasa berdasarkan hal- hal yang bisa mewakili petunjuk
ekstrinsiknya.
RPS 8
KELOMPOK
POKOK BAHASAN
Kesesuaian
Tujuan dari beberapa pemasar, terutama pemimpin pasar, adalah untuk meningkatkan
konformitas konsumen. Mereka sering melakukannya dengan menggambarkan pengaruh
kelompok referensi dalam promosi mereka. Sebaliknya, pemasar merek baru atau merek yang
bukan pemimpin pasar sering mencoba meyakinkan konsumen untuk berbeda dan tidak
mengikuti orang banyak. Untuk mempengaruhi anggotanya, grup referensi harus:
1. Memberitahu atau membuat anggota sadar bahwa merek atau produk ada.
2. Berikan kesempatan pada individu untuk membandingkan pemikirannya sendiri dengan
sikap dan perilaku kelompok.
3. Mempengaruhi individu untuk mengadopsi sikap dan perilaku yang konsisten dengan
norma-norma kelompok.
4. Mengesahkan keputusan anggota untuk menggunakan produk yang sama dengan anggota
lainnya.
Ketertarikan Produk
Tingkat pengaruh kelompok referensi terhadap keputusan pembelian bervariasi sesuai
dengan ketertarikan produk. Produk yang mencolok adalah produk yang menonjol dan
diperhatikan oleh orang lain, seperti arloji mahal atau kamera digital yang baru dirilis. Produk
yang sangat mencolok dan pengungkapan status kemungkinan besar akan dibeli dengan
memperhatikan reaksi orang lain yang relevan.
Karakteristik Kepribadian
Beberapa ciri kepribadian mempengaruhi tingkat pengaruh kelompok referensi
terhadap anggotanya. Orang yang patuh, memiliki kecenderungan untuk menyesuaikan diri
perlu berafiliasi dan disukai oleh orang lain, dan diarahkan oleh orang lain lebih mudah
menerima pengaruh kelompok. Orang-orang kompetitif yang ingin mengendalikan orang lain
dan acara-acara dan diarahkan oleh orang dalam cenderung tidak mencari bimbingan dari
kelompok referensi.
Beberapa orang yang bergabung dalam grup sebagai suatu anggota disebut sebagai
Membership Group. Sebagai contoh, sekelompok pria eksekutif muda bermain poker setiap
minggu akan dianggap sebagai Membership Group poker. Symbolic Group adalah kelompok
yang tidak mungkin dimiliki individu, tetapi yang nilai dan perilakunya diadopsi seseorang.
Misalnya, pemain tenis profesional dapat membentuk Symbolic Group untuk pemain tenis
amatir, yang mengidentifikasi dengan pemain tertentu dan meniru perilaku mereka (misalnya,
dengan membeli raket tenis atau sepatu tenis merek tertentu). Namun, pemain tenis amatir
tidak (dan mungkin tidak akan pernah) memenuhi syarat untuk keanggotaan sebagai pemain
tenis profesional karena dia tidak memiliki keterampilan atau peluang untuk bersaing secara
profesional. Tabel 9.1 menggambarkan hubungan antara keanggotaan kelompok dan jenis
pengaruh kelompok.
Tabel 9.1 Group Membership and Type of Influenceup Membership and Type of Influence
1. Kelompok Persahabatan
Mencari dan memelihara pertemanan adalah dorongan dasar bagi kebanyakan orang.
Teman memenuhi berbagai macam kebutuhan: Mereka memberikan penemanan,
keamanan, dan peluang untuk membahas masalah yang dihadapi seorang individu
mungkin enggan berdiskusi dengan anggota keluarga. Persahabatan juga merupakan
tanda kedewasaan dan kemandirian, karena mereka mewakili perpisahan dari keluarga
dan pembentukan ikatan sosial dengan dunia luar. Seringkali, persahabatan terbentuk
di tempat kerja. Orang yang bekerja bersama sering mendapatkan untuk mengetahui,
menghormati, dan menjadi sumber informasi yang kredibel untuk satu sama lain
tentang pembelian.
2. Kelompok Belanja
Orang-orang dapat berbelanja bersama hanya untuk menikmati belanja atau
mengurangi risiko yang mereka rasakan; yaitu, mereka dapat membawa seseorang
yang keahliannya mengenai kategori produk tertentu akan mengurangi peluang
mereka melakukan pembelian yang salah. Dalam kasus di mana tidak ada anggota
kelompok belanja yang tahu banyak tentang produk yang sedang dipertimbangkan
(seperti pusat hiburan rumah yang mahal), anggota mungkin merasa lebih percaya diri
dengan keputusan bersama.
3. Kelompok Virtual
Banyak situs web mendorong konsumen untuk meninggalkan komentar dan membuat
orang lain meresponsnya. Sebagian besar orang dewasa muda memiliki "daftar
teman" yang luas dan secara teratur berkomunikasi dengan orang-orang yang telah
mereka temui secara online tetapi tidak pernah secara langsung. Daring, tidak masalah
jika Anda tinggi atau pendek, kurus atau gemuk, tampan atau berpenampilan rata-rata,
dan banyak yang merasa bebas untuk mengekspresikan pikiran mereka dan bahkan
akrab dengan mereka yang belum pernah mereka temui berhadapan muka.
Anonimitas lingkungan online memungkinkan orang kebebasan untuk
mengekspresikan pandangan mereka dan mendapat manfaat dari pandangan orang
lain.
4. Kelompok Advokasi
Tujuan dari kelompok advokasi yang berfokus pada konsumsi adalah untuk
membantu konsumen dalam membuat keputusan dan mendukung hak-hak konsumen.
Ada dua jenis kelompok advokasi: Entitas yang diorganisasi untuk memperbaiki
penyalahgunaan konsumen tertentu dan kemudian bubar, dan kelompok yang
tujuannya adalah untuk mengatasi area masalah yang lebih luas dan lebih luas dan
beroperasi selama periode waktu yang panjang.
Sejak lahir ke dunia, seorang anak telah menjadi konsumen, walaupun ia tidak
mengambil keputusan tentang apa yang dibeli. Semakin tua usia anak, maka ia harus
dipersipkan oleh keluarganya untuk menjadi seorang konsumen yang bisa mengambil
keputusan.Beberapa fungsi keluarga yang erat kaitannya dengan sosialisasi anak sebagai
konsumen adalah fungsi ekonomi, fungsi cinta kasih dan fungsi sosialisasi dan
pendidikan.Fungsi cinta kasih akan memberikan dukungan emosi kepada anak-anak melalui
kasih sayang, kehangatan orang tua kepada anak.Orang tua memberikan jalan keluar bagi
anak-anaknya yang menghjadapi masalah orang tua membantu anak-anaknya dalam
mengambil keputusan
Schiffman dan Kanuk (2000) menyebutkan satu fungsi lainnya yang sangat penting
dalam kaitannya fungsi keluarga dan perilaku konsumen, yaitu fungsi gaya hidup yang sesuai
bagi anggota keluarganya.Fungsi gaya hidup menggambarkan kegiatan-kegiatan keluarga
yang sebaiknya dilakukan untuk pembinaan anak sebagai konsumen yang baik. Keluarga bisa
melakukan makan bersama diluar rumah, rekreasi secara rutin ,berolah raga bersama. Orang
tua juga bisa mengajak anak-anaknya nonton bersama baik dirumah maupun
teater.Kebersamaan yang diciptakan akan memberikan lingkungan yang baik bagi anak-anak.
Pada kesempatan tersebut , orang tua bisa memperkenalkan kepada anaknya bagaimana
memilih barang, menawar harga, dan sebagainya
Sosialisasi anak sebagai konsumen diartikan sebagai proses di mana seorang anak
memperoleh pengetahuan dan keterampilan , dan sikap yang relevan dengan fungsinya
sebagai konsumen di pasar.Proses soslialisasi tersebut juga diartikan sebagai proses
bagaimana seorang anak memperoleh pengetahuan tentang barang dan jasa serta pengetahuan
konsumsi , dan pencarian informasi dan keterampilan untuk menawar barang dan jasa.
Pergi berbelanja bersama anak-anak merupakan salah satu contoh sosialisasi anak
sebagai konsumen.anak akan memperhatikan bagaimana orang tuanya memilih barang.
Mengambilnya, meletakkannya di tempat dorongan, dan membawanya ke kasir dan
kemudian membayarnya.Orang tua pun secara langsung mengajarkan kepada anak-anaknya
untuk membayar terlebih dahulu sebelum membuka kemasan barang atau mencicipi makanan
yang dibelinya. Ibu adalah agen sosialisasi konsumen yang lebih kuat daripada ayah karena
ibu biasanya lebih terlibat dengan anak-anak mereka dan sering mengontrol paparan anak-
anak mereka ke pesan komersial. Selain itu, para ibu paling sering memberikan instruksi
dalam keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi konsumen dan mengatur jumlah uang
yang dapat dikeluarkan anak-anak dan bagaimana mereka membelanjakannya.
Dengan membawa anak-anak ke supermarket atau pusat perbelanjaan, secara
langsung orang tua membawa mereka ke dunia nyata bagaimana proses transaksi produk dan
jasa dilakukan oleh konsumen.Anak-anak diajarkan bagaimana produk dan jasa dilakukan
oleh konsumen.Anak-anak diajarkan bagaimana produk dan jasa ditawarkan dan
dikomunikasikan kepada konsumen.Anak-anak pun akan melihat beragam barang , yang
semuanya akan menarik mereka.Namun, anak-anak diajarkan untuk memilih dan membeli
sesuai kebutuhannya.Inilah yang disebut sebagai proses sosialisasi anaka sebagai konsumen
Memahami bagaimana proses sosialisasi anak sebagai konsumen adalah sangat
penting bagi para pemasar.Jika para pemasar mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi proses sosialisasi tersebut, maka pemasar bisa merancang strategi pemasar
yang bisa mempengaruhi faktor-faktor tersebut. Misalnya, anak-anak akan senang menonton
film-film kartun, maka pemasar akan memperkenalkan produk kepada anak-anak pada saat
penayangan film kartun yang disenangi anak-anak tersebut.Pemerintah bisa mengeluarkan
kebijakan untuk melindungi anak sebagai konsumen jika diketahui kegiatan pemasaran suatu
produk dianggap akan mengeksploitasi anak sebagi konsumen.
Schiffman dan Kanuk (2000) mengemukakan suatu model sosialisasi anak sebagai
konsumen seperti diperlihatkan.Seoraang anak akan memperoleh sosialisasi dari anggota
keluarga lain seperti ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara lainnya. Anak pun akan
menerima sosialisasi dari teman-temannya.Panah dua arah dari anak ke anggota keluarga, dan
dari angggota keluarga ke anak menunjukan bahwa sosialisasi berjalan dua arah. Seorang
anak akan menerima sosialisasi dari anggota keluarga lain, dan anak pun akan mempengaruhi
orang memberikan sosialsi tersebut.Demikian pula, si anak akan mempengaruhi teman-
temannya, dan mereka pun akan mempengaruhi si anak dalam pembelian produk dan jasa,
dan pemiliham merek maupun selera terhadap suatu produk dan jasa