Mantan mahasiswa : “Baik , Pak. Terima kasih banyak,” kata anak muda itu. “ Mohon bapak
tidak khawatir karena saya telah menyiapkan 100 ungkapan manis. Saat saya bertemu dengan
pejabat di sana, saya akan menggunakannya. Dia pasti akan senang.”
Dosen : “ Bagaimana bisa kamu dapat melakukan hal itu? Jangan sombong kamu!” tanya
dosen itu dengan nada tidak senang. “Kita adalah pria sejati yang punya prinsip dan tidak perlu
sanjungan. Ingat itu”
Mantan Mahasiswa : Sang murid menjawab, “Pak, sayangnya ternyata kebanyakan orang
senang disanjung. Hanya beberapa pria yang benar-benar sejati seperti Bapak yang tidak
menyukai sanjungan.
Dosen : “Haaa, Kamu benar, Nak. Aku memang tidak suka disanjung,” dosen itu
mengangguk sambil tersenyum. ( Setelah itu mantan mahasiswa bergumam, “ Saya masih punya
99 kata manis karena telah saya gunakan 1 buah untuk dosenku.”
(Di kantin sebuah kampus saat senja buta. ada dua orang mahasiswa yang berbincang-bincang ).
Busron : " Saya heran dengan ilmu politik, kalau mengajar selalu dudu, tidak pernah mengajar
berdiri".
Badrun : " Ah, begitu saja diperhatikan sih, Ron. Barangkali saja, Beliau capek atau kakinya
tidak kuat berdiri."
Busron : " Bukan itu sebabnya, Run. Sebab dia juga seorang pejabat."
Busron : " Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain lah."
Pesan yang disampaikan melalui teks anekdot tersebut diungkapkan dalam bentuk . . . .
Ajakan
Sindiran
Gurauan
Perintah
Saran
Bacalah teks Anekdot berikut !
(Di kantin sebuah kampus saat senja buta. ada dua orang mahasiswa yang berbincang-bincang ).
Busron : " Saya heran dengan ilmu politik, kalau mengajar selalu dudu, tidak pernah mengajar
berdiri".
Badrun : " Ah, begitu saja diperhatikan sih, Ron. Barangkali saja, Beliau capek atau kakinya
tidak kuat berdiri."
Busron : " Bukan itu sebabnya, Run. Sebab dia juga seorang pejabat."
Busron : " Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain lah."
Pagi hari
Siang hari
Sore hari
Mlam hari
Dini hari
Bacalah teks anekdot berikut !
Akhirnya guru berdiri dan berkata," Anak-anak, Bapak minta maaf karena Bapak telah membuat
Wuri malu dan salah tingkah. Maaf ya wuri . Bapak mendahului kamu senhingga kamu terlambat
pada jam pertama. Mungkin minggu depan Bapak akan masuk setelah Wuri hadir di kelas saja,
ya ?" Serentak para siswa berkata," Jangan, Paaak."
Ruang kelas
Ruang guru
Teras kelas
Halaman sekolah
Akhirnya guru berdiri dan berkata," Anak-anak, Bapak minta maaf karena Bapak telah membuat
Wuri malu dan salah tingkah. Maaf ya wuri . Bapak mendahului kamu senhingga kamu terlambat
pada jam pertama. Mungkin minggu depan Bapak akan masuk setelah Wuri hadir di kelas saja,
ya ?" Serentak para siswa berkata," Jangan, Paaak."
Akhirnya guru berdiri dan berkata," Anak-anak, Bapak minta maaf karena Bapak telah membuat
Wuri malu dan salah tingkah. Maaf ya wuri . Bapak mendahului kamu senhingga kamu terlambat
pada jam pertama. Mungkin minggu depan Bapak akan masuk setelah Wuri hadir di kelas saja,
ya ?" Serentak para siswa berkata," Jangan, Paaak."
Nasihat yang diberikan guru kepada siswa melalui teks tersebut berupa . . .
Perintah
Saran
Ajakan
Permintaan
Sindiran
Mantan mahasiswa : “Baik , Pak. Terima kasih banyak,” kata anak muda itu. “ Mohon bapak
tidak khawatir karena saya telah menyiapkan 100 ungkapan manis. Saat saya bertemu dengan
pejabat di sana, saya akan menggunakannya. Dia pasti akan senang.”
Dosen : “ Bagaimana bisa kamu dapat melakukan hal itu? Jangan sombong kamu!” tanya
dosen itu dengan nada tidak senang. “Kita adalah pria sejati yang punya prinsip dan tidak perlu
sanjungan. Ingat itu”
Mantan Mahasiswa : Sang murid menjawab, “Pak, sayangnya ternyata kebanyakan orang
senang disanjung. Hanya beberapa pria yang benar-benar sejati seperti Bapak yang tidak
menyukai sanjungan.
Dosen : “Haaa, Kamu benar, Nak. Aku memang tidak suka disanjung,” dosen itu
mengangguk sambil tersenyum. ( Setelah itu mantan mahasiswa bergumam, “ Saya masih punya
99 kata manis karena telah saya gunakan 1 buah untuk dosenku.”
Belajarlah dengan rajin agar cepat lulus dan bekerja sesuai harapan
rasa hormat harus diberikan kepada orang yang telah berbuat baik
Mantan mahasiswa : “Baik , Pak. Terima kasih banyak,” kata anak muda itu. “ Mohon bapak
tidak khawatir karena saya telah menyiapkan 100 ungkapan manis. Saat saya bertemu dengan
pejabat di sana, saya akan menggunakannya. Dia pasti akan senang.”
Dosen : “ Bagaimana bisa kamu dapat melakukan hal itu? Jangan sombong kamu!” tanya
dosen itu dengan nada tidak senang. “Kita adalah pria sejati yang punya prinsip dan tidak perlu
sanjungan. Ingat itu”
Tempat yang terjadi latar cerita dalam teks anekdot tersebut adalah. . .
Mantan Mahasiswa : Sang murid menjawab, “Pak, sayangnya ternyata kebanyakan orang
senang disanjung. Hanya beberapa pria yang benar-benar sejati seperti Bapak yang tidak
menyukai sanjungan.
Dosen : “Haaa, Kamu benar, Nak. Aku memang tidak suka disanjung,” dosen itu
mengangguk sambil tersenyum. ( Setelah itu mantan mahasiswa bergumam, “ Saya masih punya
99 kata manis karena telah saya gunakan 1 buah untuk dosenku.”
Ruang ujian
Ruang dosen
Ruang pertemuan
Ruang tamu
Ruang tunggu
Kakak : "Ini nih, Bi, adik makan buah yang ada ulatnya."
Bi Ijah : "Oh, Tenang aja Neng, sebentar lagi ulatnya juga mati. Soalnya, kemarin sudah Bi Ijah
kasih obat hama yang ampuh pada buah-buah itu. "
Kakak : "Ini nih, Bi, adik makan buah yang ada ulatnya."
Bi Ijah : "Oh, Tenang aja Neng, sebentar lagi ulatnya juga mati. Soalnya, kemarin sudah Bi Ijah
kasih obat hama yang ampuh pada buah-buah itu. "
Kata kasih yang di ucapkan Bi Ijah pada teks tersebut memiliki makna yang sama dengan
kata berikut, yaitu . . .
Taruh
Letakkan
Taburkan
Beri
Sebarkan
(Di kantin sebuah kampus saat senja buta. ada dua orang mahasiswa yang berbincang-bincang ).
Busron : " Saya heran dengan ilmu politik, kalau mengajar selalu dudu, tidak pernah mengajar
berdiri".
Badrun : " Ah, begitu saja diperhatikan sih, Ron. Barangkali saja, Beliau capek atau kakinya
tidak kuat berdiri."
Busron : " Bukan itu sebabnya, Run. Sebab dia juga seorang pejabat."
Busron : " Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain lah."
Evaluasi pembentuk teks anekdot dapat dilakukan dengan menggunakan kajian terhadap . . .
perbaikan
Setelah lulus dari perguruan tinggi ternama, seorang pria muda ditunjuk menjadi pejabat di ibu
kota.
Siang itu, dalam perjalanan pulang sekolah, Tono tidak tahu kalau dikejar polisi !
Polisi : " Kmu tahu, tadi lampunya menunjukkan warna apa ?"
Polisi : " Lalu mengapa kamu menerobos Jalan lampu merah ?"
Tono : " Maaf Pak, saya gak liat kalau ternyata Bapak ada di belakang saya."
Siang itu, dalam perjalanan pulang sekolah, Tono tidak tahu kalau dikejar polisi !
Polisi : " Kmu tahu, tadi lampunya menunjukkan warna apa ?"
Polisi : " Lalu mengapa kamu menerobos Jalan lampu merah ?"
Tono : " Maaf Pak, saya gak liat kalau ternyata Bapak ada di belakang saya."
Tono melanggar lampu merah, padahal seharunya tindakan itu tidak diperbolehkan
Polisi merasa kesal karena Tono tidak melhat polisi berada di belakangnya
Tono melanggar lampu merah karena tidak tahu ada polisi di belakangnya