Anda di halaman 1dari 13

Peranan Cina

Islam masuk ke cina melalui dua jalur perdagangan, pertama melalui jalur laut dan
kemudian melalui jalur darat[4]. Sumber-sumber cina kuno melaporkan bahwa ekspedisi arab
datang ke cina di tahun kedua pemerintahan kaisar Yung Way dari dinasti Tang, yaitu pada tahun
651 M (31H) di masa pemerintahan khalifah Ustman.[5]
Relasi jawa dengan cina(Tiongkok), baik dalam pengertian hubungan diplomatic antar
kedua Negara/kerajaan maupun kontak dagang sudah berlangsung sejak klasik jauh sebelum islam
datang ke kawasan ini. Hubungan tersebut terus berlanjut saat cina dikuasai Dinasti Ming(1368-
1644M). Saat itulah terjadi arus perhubungan yang cukup intensif Jawa-Cina[6](Dinasti Ming-
Kerajaan Majapahit).
Eksistensi Cina Islam di jawa pada abad pertengahan(khususnya abad ke-15/16)tersebut
tidak hanya terdapat di jawa timur saja melainkan hampir merata di sepanjang pesisir utara jawa.
Kesakasian atas eksistensi cina islam di jawa ini disaksikan oleh pengelana Belanda, Loedewicks
dan Ibn Baituta, pengembara asal maghrib.[7]
Bukti-bukti yang menyebutkan keberadaan muslim cina pada awal perkembangan islam di
jawa ditunjukkan dalam babad tnah djawi, serat kandaning riggit purwa, carita(sadjarah) lasem,
babad Cirebon, hikayat hasanuddin, dan lain-lain. Selain itu juga dibuktikan dengan adanya
peninggalan kepurbakalaan cina seperti ukiran padas di masjid kuno Mantingan –Jepara, menara
masjid di Pecinan Banten, konstruksi pintu makam sunan giri di gresik, arsitektur keratin Cirebon
beserta taman sunyaragi, konstruksi masjid demak terutama soko tatal[8] penyangga masjid
beserta lambing kura-kura, konstruksi masjid sekayu di semarang, kelenteng ancol di
Jakarta,kelenteng talang di Cirebon, kelenteng gedung batu di simongan semarang, dan
sebagainya.[9]
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku bangsa,
organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, dan sosial budaya. Suku bangsa Indonesia yang
bertempat tinggal di daerah-daerah pedalaman, jika dilihat dari sudut antropologi budaya, belum
banyak mengalami percampuran jenis-jenis bangsa dan budaya dari luar, seperti dari India,
Persia, Arab, dan Eropa. Struktur sosial, ekonomi, dan budayanya agak statis dibandingkan
dengan suku bangsa yang mendiami daerah pesisir. Mereka yang berdiam di pesisir, lebih-lebih
di kota pelabuhan, menunjukkan ciri-ciri fisik dan sosial budaya yang lebih berkembang akibat
percampuran dengan bangsa dan budaya dari luar.

Pada tahun 30 Hijrih atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya
Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk
memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan
waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan
dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam.
Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli
hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah. dalam makalah ini akan di bahas lebih
mendalam mengenai sejarah perkembangan islam di Indonesia.

1. RUMUSAN MASALAH
2. Bagaimana Peroses Masuk Dan Berkembangnya Agama Dan Kebudayan Indonesia ?
3. Bagaimana teori gujarat ?
4. Bagaimana teori mekkah ?
5. Bagaimana teori persia ?
6. Bagimana teori cina ?

1. TUJUAN

Ingin mempelajari teori-teori masuknya islam di nusantara melalui teori gujarat, teori makkah,
teori persia dan teori cina.

BAB I

PEMBAHASAN
1. Peroses Masuk Dan Berkembangnya Agama Dan Kebudayan Indonesia

Peroses masuknya dan berkembangnya agama islam di indosesia menurut Ahmad Mansur
Suryanegara dalm bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 4 teori yaitu Gujrat,
teori makkah, teori persia, dan teori cina. Keempat teori tersebut memberikan jawaban tetntang
permasalahan waktu masuknya islam ke indonesia, asal negara dan prilaku tentang membayar
atau pembawa agama islam ke nusantara.

1. Teori Gujarat

Ttori gujrat adalah sebuah teori yang dicatuskan oleh Suouck Hurgronje (1857-1936) yang
menyatakan bahwa islam masuk keindonesia dari wilayah-wilayah di anak benua india. Tempat-
tempat seperti Gujrat, bengali dan malabar disebut sebagaiasal masuknya islam di nusantara.

Dalam L’arabie et les indes Neerlandadaise, snouck mayatakan teori tersebut didasarkan
pengamatan tidak terlihatnya peran dan nilai-nilai arab yang ada dalam islam pada masa awal,
yakni pada abad ke-12 atau ke-13. Snouck juga materinya di dukung hubungan yang sudah
terjalin lama antara wilayah nusantara dengan daerah india.

Isalam tidak mungkin masuk nusantara indonesia langsung dari arabia tanpa melalui ajaran
tasawuf yang berkembang di india. Dijelaskan pula bahwa daerah tersebut adalah Gujrat. Daerah
yang pertama yang dimasuki adalah samudra pasai. Waktunya pada abad ke-13.

Tokoh yang menyosialisasikan teori ini kebnayakan adalah sarjana dari belanda. Sarjana yang
menyatakan teori ini adalah J. Pijnapel dari universitas leiden abad ke-19. Menurutnya orang-
orang Arab barmazhab syafei telah bermukim di gujarat dan melebar sejak awal hijryyah abad
ke-7 Masehi namun yang menyebarkan islam ke indonesia menurut pijnapel bukanlah dari orang
abar langsung, melainkan pedagang gujarat yang telah memeluk islam dan berdagang kedunia
timur, termasuk indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya, teori ini diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis
terkemuka di belanda. Snouck Hurgronje. Menurutnya islam terlebih dahulu berkembang di
kota-kota pelabuhan anak benua india. Orang-orang gujarat telah lebih awal membuka hubungan
dengan indonesia dibanding dengan pedagang arab. Dalam pandangan Hurgroje, kedatangan
orang arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang arab pada berikutnya. Orang-orang arab
yang datang kebanyakna adalan keturunan Nabi Muhamad. Yang menggunakan gelar “Sayid”
atau “Syarif” di depan namnya.

Teori gujarat kemudian dikembangkan oleh J.P. moquetta pada tahun 1912 yang memberikan
argumentasi dengan batu nisan Sultan malik Al-Saleh yang wapat pada tanggal 17 Dzulhijjah
831 H/1297 M di pasai.

Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya
berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
1. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di
Indonesia.
2. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –Cambay –
Timur Tengah – Eropa.
3. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak
khas Gujarat.

Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke.
Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya
kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.

Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di
Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang
memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.

Demikianlah penjelasan tentang teori Gujarat. Silahkan Anda simak teori berikutnya.

1. Teori Makkah

Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari
Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh
yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang
ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958,
saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di
Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam
datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan
HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Menurutnya, motivasi awal
kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai nilai ekonomi, melainkan didorong oleh
motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara
Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.

Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak
kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang
cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya
yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan
rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia
dalam menimba ilmu agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia
mendapatkan Islam dari orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar
perdagangan. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh
A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan
islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat
lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori
Gujarat.

Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya
berasal dari Arab (Mesir).

Dasar teori ini adalah:

1. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan
Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan
perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
2. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab
Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India
adalah penganut mazhab Hanafi.
3. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari
Mesir.

Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang
mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi
masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar
terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.

1. Teori Persia

Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia
atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal
Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada
kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi
tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah
atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi
tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang
ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan,
misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari
Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat karena ajaran-
ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas
politik dan sosial. Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta,
yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal
di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut mahzab Syafi’i, sama
seperti kebanyak muslim di Iran.

Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari
Persia (Iran).

Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia
seperti:
1. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi
Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat
peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa
ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
2. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al –
Hallaj.
3. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda
bunyi Harakat.
4. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
5. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu
Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.

Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya.
Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia
dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai
pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat
(India).

Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para
pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati.

Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal
dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:

1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di
Jawa Timur.
2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel
Surabaya.
3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim,
menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin,
menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah
Kudus.
7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam
di daerah Demak.
8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan
islamnya di daerah Gunung Muria.
9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat
(Cirebon)

Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian
memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga
dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah.
1. Teori Cina

Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa)
berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia
jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok
telah berbaur dengan penduduk Indonesia—terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran
Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang.
Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa
Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian
selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam.

Teori Cina ini bila dilihat dari beberapa sumber luar negeri (kronik) maupun lokal (babad dan
hikayat), dapat diterima. Bahkan menurut sejumlah sumber lokat tersebut ditulis bahwa raja
Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina.
Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam).
Berdasarkan Sajarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak beserta
leluhurnya ditulis dengan menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban
Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan
merupakan kata lain dari Mongol, sebuah wilayah di utara Cina yang berbatasan dengan Rusia.

Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan
oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang
pada abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama
oleh para pelaut dan pedagang Cina. Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan
kelebihan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori
tersebut.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Teori gujarat

Agama islam dibawa kenusantara oleh para pedagang muslim dari gujarat, india. Teori ini
berdasarkan argumentasinya pada pengamatan bentuk relief nisan sultan malik al-saleh yang
memiliki kesamaan dengan nisan-nisan yang terdapat di Gujarat. Hal tersebut dianggap sebagai
bukti adanya hubungan gajirit dan samudra pasai. Bhakan penganut teori ini merajuk nama nabi
Muhamad fakir dari melebar sebagai pembawa agama islam ke nusantara \. Diantara pedagang
teori ini adalah w.f stutteherhelm.
2. Teori mekah

Dalam teori ini bahwa kelompok pemduduk nusantara yang masuk islam menganut mazhab
syafi’i. Mazhab safi/i merupakan mazhab istimewa di mekah. Selain itu. Sejak tahun 674 telah
terdapat perkampungan-perkampungan orang arab di laut sumatra, yaitu barus , suatu daerah
yang penghasil kapur terkenal.diantara pendukung teori ini yaitu Van Laeur dan Hamka.

3. Teori Persia

Teori ini didasrkan adanya beberapa kesaman budaya yang hidup dikalangan masyarakat
Nusantara dengan bangsa persia. Kesamaan budaya tersebut antara lain bisa dilihat pada
diperingatannya hari asyura atau 10 muharam, suatu peringatan kaum sya’ah untuk
mengenang kematian Husein,, putara Ali bin abi thalib. Teori ini dikemukakan oleh P.A.
Hoessein Djajadiningrat.

Meskipun ada teori yang mengenai siapa pembawa islam ke nusantara, para sejarawan
sependapat bahwa bahwa agama tersebut kemudian disebarkan dan dikembangkan oleh para
ulama pri bumi yang sering di sebut wali songo atau 9 wali.

4. Teori cina

Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa)
berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia
jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok
telah berbaur dengan penduduk Indonesia—terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran
Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang.
Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa
Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian
selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam.
Daftar Pustaka

Suryanegara, ahmad mansur. 2009. Api Sejarah. Bandung : PT Grafindo Media pratama

Sudarmanto.Y.B..1996.Jejak-Jejak Pahlawan dari Sultan Agung Hingga Syekh Yusuf. Jakarta:


Grasindo.

Suryanegara, Ahmad Mansur. 1996. Meneruskan Sejarah – Wacana Pergerakan Islam di


Indonesia. Bandung: Mizan.

Sumber Internet

http://nurdariarahmi.blogspot.co.id/

http://buihkata.blogspot.co.id/2013/01/teori-teori-masuknya-islam-ke-nusantara.html
China

Para pedagang dan angkatan laut China (Ma Huan, Laksamana Cheng Ho/Dampo awan ?),
mengenalkan islam di pantai dan pedalaman Jawa dan sumatera, dengan bukti antar lain :

1. Gedung Batu di semarang (masjid gaya China).


2. Beberapa makam China muslim.
3. Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China.

Dari beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada umumnya menggunakan
pendekatan cultural, sehingga terjadi dialog budaya dan pergaulan social yang penuh toleransi
(Umar kayam:1989)

d. Teori Cina

Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa)
berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh
sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah
berbaur dengan penduduk Indonesia—terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam
telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al
Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang
(618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah
terdapat sejumlah pemukiman Islam. Teori Cina ini bila dilihat dari beberapa sumber luar negeri
(kronik) maupun lokal (babad dan hikayat), dapat diterima.
Bahkan menurut sejumlah sumber lokat tersebut ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa,
yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dari
Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam). Berdasarkan Sajarah Banten dan
Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak beserta leluhurnya ditulis dengan
menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-
cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari Mongol,
sebuah wilayah di utara Cina yang berbatasan dengan Rusia.

Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan
oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang
pada abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama
oleh para pelaut dan pedagang Cina.

Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak ada
kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut. Meminjam istilah
Azyumardi Azra, sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas; artinya
tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu yang bersamaan.

4. Teori Cina
Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa)
berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia
jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok
telah berbaur dengan penduduk Indonesia terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran
Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang.
Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa
Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian
selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam. Teori Cina ini bila dilihat dari beberapa
sumber luar negeri (kronik) maupun lokal (babad dan hikayat), dapat diterima.
Bahkan menurut sejumlah sumber lokal tersebut ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa, yakni
Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dari
Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam). Berdasarkan Sajarah Banten dan
Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak beserta leluhurnya ditulis dengan
menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-
cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari
Mongol, sebuah wilayah di utara Cina yang berbatasan dengan Rusia.
Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan
oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting pada abad
ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama oleh para
pelaut dan pedagang Cina.
Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak ada
kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut. Meminjam istilah
Azyumardi Azra, sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas;
artinya tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu yang
bersamaan.
TEORI CHINA
Yang saya ketahui, Teori China ini merupakan teori yang tergolong baru. Sebelumnya, hanya
terdapat Teori Mekkah, Teori Gujarat, Teori Persia yang biasa disampaikan kepada siswa
mengenai teori masuknya Agama Islam di Indonesia. Ibu Guru sejarah saya menyampaikan karena
Teori China tergolong baru, maka sulit untuk mencari informasi mengenai Teori China. Seperti
mencari kekurangan atau kelemahan teorinya belum Beliau temukan infonya. Langsung ke
rangkuman berikut:

Sumanto Al Qurtuby

 Pendukung Teori China : Slamet Mulyana, Sumanto Al Qurtuby


 Bunyi Teori China : "Agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh perantau China".
 Dasar Teori China :
1. Sekitar tahun 879, terjadi perpindahan orang-orang Islam dari Canton ke Asia Tenggara
(Kedah ke Palembang).
2. Raja pertama di Jawa (Raden Patah dari Bintaro Demak) merupakan keturunan China. Ibunya
disebutkan berasal dari China.
3. Berdasarkan Hikayat Hasanudin dan Sejarah Banten, nama dan gelar raja-raja Demak ditulis
dengan menggunakan istilah China.
4. Adanya masjid-masjid tua berarsitektur China di Pulau Jawa.
5. Menurut catatan China, pelabuhan-pelabuhan diduduki pertama-tama oleh pedagang China.
 Kekurangan Teori :-

Anda mungkin juga menyukai