Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH VI

ELEKTRONIKA DAYA

“Rangkaian Penyearah Terkendali”

DOSEN MATAKULIAH :
Firdaus, S.Pd., M.T

OLEH :
Dewi Sri Mulyani Supriadi (1824041025)

KELAS PTE 02
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Pendahuluan .......................................................................................... 3
B. Penyearah Terkendali Satu fasa Setengah Gelombang ......................... 3
C. Penyearah Terkendali Satu fasa Gelombang Penuh ............................. 5
D. Penyearah Terkendali Tiga fasa Setengah Gelombang ........................ 9
E. Penyearah Terkendali Tiga fasa Gelombang Penuh ............................. 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 15
A. Kesimpulan ........................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16

1
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyearah dengan mempergunakan dioda, tegangan masukan dan
tegangan keluaran konstan. Untuk mendapatkan tegangan keluaran yang dapat
diatur, dipergunakan penyarah terkendali, dimana fungsi dioda digantikan oleh
SCR pengatur fasa (Fasa Controlled SCR). Tegangan keluaran penyearah dapat
divariasikan dengan mengatur saat pemberian pulsa penyulut SCR untuk
konduksi. Penyearah ini mendapat masukan dari tegangan arus bolak-balik,
sehingga untuk beban yang bersifat resistif, arus pada SCR akan nol saat tegangan
sumber mencapai nol, sehingga SCR akan nol saat tegangan sumber mencapai
nol, sehingga SCR akan off atau komutasi. Oleh karena SCR ini terkomutasi
secara alami, konverter ini disebut pula konverter komutasi alami atau konverter
komutasi jala-jala.
Konverter ini dapat ditinjau dari tegangan masukannya dapat
diklasifikasikan menjadi dua type, yaitu : (1) Konverter satu fasa, dan (2)
konverter tiga fasa.Dari tegangan keluaran yang dapat dihasilkan dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Konverter semi terkendali atau konverter satu kuadrant, yaitu konverter
yang hanya menghasilkan tegangan keluaran positif. Yang tergolong
konverter ini antara lain : penyearah satu fasa setengah gelombang,
penyearah semi terkendali satu fasa gelombang penuh, penyearah semi
terkendali tiga fasa gelombang penuh.
2. Konverter terkendali penuh, atau konverter dua kuadrant, yaitu konverter
yang dapat menghasilkan tegangan keluaran posisif dan negatif. Yang
tergolong konverter ini adalah penyearah terkendali penuh satu fasa,
penyearah terkendali penuh tiga fasa setengah gelombang dan penyearah
terkendali penuh tiga fasa.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. PENDAHULUAN
Penyearah dengan mempergunakan dioda, tegangan masukan dan tegangan
keluaran konstan. Untuk mendapatkan tegangan keluaran yang dapat diatur,
dipergunakan penyearah terkendali, dimana fungsi dioda digantikan oleh SCR
pengatur fasa (Fasa controlled-SCR). Tegangan keluaran penyearahan dapat
divariasikan dengan mengatur saat pemberian pulsa penyulut SCR untuk
konduksi. Penyearah ini mendapat masukan dari tegangan arus bolak-balik,
sehingga untuk beban yang bersifat resistif, arus pada SCR akan nol , sehingga
SCR akan off atau komutasi. Oleh karena SCR ini terkomutasi secara alami,
konverter ini disebut pula konverter komutasi alami atau konverter komutasi jala-
jala. Konverter ini ditinjau dari tegangan masukannya dapat diklasifikasikan
menjadi dua type yaitu:
1. Konverter satu fasa
2. Konverter tiga fasa
Dari tegangan yang dapat dihasilkan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Konverter semi terkendali atau konverter satu kuadrant, yaitu konverter
yang hanya menghasilkan tegangan keluaran positif. Yang tergolong
konverter ini antara lain : penyearah satu fasa setengah gelombang,
penyearah semi terkendali satu fasa gelombang penuh, penyearah semi
terkendali tiga fasa gelombang penuh.
2. Konverter terkendali penuh, atau konverter dua kuadrant, yaitu konverter
yang dapat menghasilkan tegangan keluaran positif dan negatif. Yang
tergolong konverter ini adalah penyearah terkendali penuh satu fasa,
penyearah terkendali penuh tiga fasa setengah gelombang dan penyearah
terkendali penuh tiga fasa.

B. Penyearah Terkendali Satu Fasa Setengah Gelombang


Gambar rangkaian penyearah terkendali satu fasa setengah gelombang
ditunjukkan pada gambar dibawah dan tegangan tiap titik dari rangkaian ini

3
ditunjukkan pada siklus positif, yaitu saat 0 < ωt < ɑ, SCR akan mendapat bias
maju. Namun demikian, apabila tidak diberikan pulsa tegangan penyulut pada
gate, SCR akan memblok tegangan tersebut. Apabila diberikan pulsa penyulut
pada ωt = ɑ, SCR akan konduksi dan mengalirkan arus ke beban. Karena beban
bersifat resitip arus beban akan sefasa dengan tegangan, sehingga pada saat ωt =
ɑ, dimana tegangan sumber mencapai nol arus beban juga sama dengan nol dan
SCR akan off.

Apabila dengan masukan dinyatakan dengan V = V sin ωt, dan sudut


penyelurutan dinyatakan dengan ɑ, maka tegangan keluaran rata-rata adalah :
1 𝜋
Vdc = ∫ 𝑉𝑚𝑆𝑖𝑛𝑑𝜔𝑡
2𝜋 𝛼

Dari persamaan tersebut nampak bahwa tegangan keluaran dapat


divariasikan dari Vm/ 𝜋 hingga 0 dengan sudut penyulutan dari 0 sampai 𝜋.
Tegangan keluar rata-rata maksimum Vd0 = Vm/𝜋. Dengan demikian, tegangan
keluaran rata-rata untuk tiap sudut penyearah 𝛼, Vdɑ = Vd0 / 2 (1+Cos 𝛼)

4
Untuk beban yang bersifat resitif-induktif, ditunjukkan pada gambar

Arus beban tidak akan sefasa dengan tegangan, sehingga pada saat SCR
mendapat pulsa tegangan penyulut pada ωt = ɑ, arus beban akan naik dari nol
secara eksponensial, dan tidak segera mencapai nol saat tegangan beban mencapai
nol. Dengan demikian, SCR akan konduksi lebih lama dan pada beban akan
muncul siklus tegangan negatif. Bentuk gelombang tegangan dan arus ditunjukkan
pada gambar

Setelah diberikan pulsa penyulut pada gate dan SCR konduksi belalu :
𝑑𝑖
L𝑑𝑡 + iR = 𝑉𝑚 𝑆𝑖𝑛 𝜔𝑡

Solusi persamaan di atas adalah :


𝑉𝑚
I= 𝑆𝑖𝑛 (𝜔𝑡 − 𝜑) + 𝐴𝑒 −(𝑅/𝐿)𝑡
𝑍

Dimana Z = √𝑅 2 + 𝜔𝐿2 dan 𝜑 = 𝑡𝑎𝑛−1 𝜔𝐿/𝑅

5
Nilai A pada persamaan dapat ditentukan dengan memasukkan kondisi
awal arus I, dimana pada saat 𝜔𝑡 = ɑ , I = 0, sehingga diperoleh :
𝑉𝑚
𝐼= {sin(𝜔𝑡 − 𝜑) − sin(𝛼 − 𝜑)𝑒 𝑅⁄𝐿(𝛼⁄𝜔−𝑡) }
𝑍
Pada gambar dibawah, arus beban akan mencapai nol pada saat 𝜔𝑡 = 𝛽,
sehingga dari persamaan diperoleh:
sin(𝛽 − 𝜑) = sin(𝛼 − 𝜑)𝑒 𝑅⁄𝐿(𝛼⁄𝜔−𝑡)
Nilai 𝛽 𝑖𝑛𝑖 dapat ditentukan dengan menyelesaikan persamaan tersebut, dari
gambar pulsa sudut dikonduksi SCR dapat kita tentukan, 𝛾 = 𝛽 − 𝛼
Tegangan efektif (rms) dapat dihitung dengan persamaan :

1 𝜔𝑡
𝑉𝑟𝑚𝑠 = √ ∫ 𝑉𝑚2 sin2 𝜔𝑡𝑑𝑡
𝑇 𝜔𝑡
𝑖
Dimana, 𝜔𝑡 = 2𝜋𝑓; 𝜔𝑡 = 2𝜋; 𝑉𝑚 = 𝑉𝑝√2; 2𝜋𝑓𝑇 = 2𝜋 𝑇 𝑇 = 2𝜋
2
𝑉𝑚 𝜔𝑡=𝜋 𝑑𝜔𝑡 𝑑𝜔𝑡
2
𝑉𝑟𝑚𝑠 = 𝑇
∫𝜔𝑡=𝛼 sin2 𝜔𝑡𝑑𝑡; dimana 𝑑𝑡
= 𝜔; 𝑑𝑡 = 𝜔
2
𝑉𝑚 𝜔𝑡=𝜋 𝑑𝜔𝑡
=
𝑇
∫𝜔𝑡=𝛼 sin2 𝜔𝑡 𝜔
2
𝑉𝑚 𝜔𝑡=𝜋
= 𝜔𝑇 ∫𝜔𝑡=𝛼 sin2 𝜔𝑡𝑑𝑡; sin2 𝜔𝑡 = 1⁄2 − 1⁄2 cos 2𝜔𝑡
𝑚𝑉2 𝜔𝑡=𝜋 1 1
= 2𝜋 ∫𝜔𝑡=𝛼 (2 − 2 cos 2𝜔𝑡) 𝑑𝜔𝑡

𝑉𝑚2 𝜔𝑡=𝜋 1 1 𝜔𝑡=𝜋


= [∫ 𝑑𝜔𝑡 − ∫ cos 2𝜔𝑡𝑑𝜔𝑡]
2𝜋 𝜔𝑡=𝛼 2 2 𝜔𝑡=𝛼
𝜋 𝜋
𝑉𝑚2 1 𝑉𝑚2 1 1
= [ 𝜔𝑡] − [ sin 2𝜔𝑡]
2𝜋 2 𝛼 2𝜋 2 2 𝛼

𝑉𝑚2 1 1 𝑉𝑚2
= [ 𝜋 − 𝛼] − [sin 2𝜋 − sin 2𝛼]
2𝜋 2 2 8𝜋
𝑉𝑚2 4𝜋 4𝛼 𝑉𝑚2
= [ − ]− [sin 2𝛼]
8𝜋 2 2 8𝜋
𝑉𝑚2
= [2𝜋 − 2𝛼 + sin 2𝛼]
8𝜋

𝑉𝑚2
𝑉𝑟𝑚𝑠 = √ [2𝜋 − 2𝛼 + sin 2𝛼]
8𝜋

6
Untuk 𝛼 = 0

𝑉𝑚2
𝑉𝑟𝑚𝑠 = √ [2𝜋 − 2𝛼 + sin 2𝛼]
8𝜋

𝑉𝑚2 𝑉𝑚2 𝑉𝑚
=√ [2𝜋] = √ 2 =
8𝜋 2 2

C. PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA GELOMBANG PENUH


Pada penyearah terkendali satu fasa gelombang penuh, untuk satu periode
tegangan masukan akan dihasilkan dua pulsa tegangan keluaran, oleh karena
alasan ini, penyearah ini disebut pula konverter dua pulsa. Konverter ini dapat
diklasifikasikan menjadi
1. Konverter satu fasa semi terkendali
2. Konverter satu fasa terkendali penuh
Pada gambar terlihat rangkaian konverter satu fasa semi terkendali dan
terkendali penuh, sedangkan pada gambar terlihat bentuk gelombang
tegangannya.

Tegangan DC (tegangan keluaran) dapat dicari dengan persamaan :


2 𝜋 𝑉𝑚
𝑉𝑑𝑐 = ∫ 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡𝑑(𝜔𝑡) = (1 + cos 𝛼)
2𝜋 𝛼 𝜋
Tegangan rms dapat dicari dengan persamaan :
1⁄ 1⁄
2 2 𝑉𝑚 1 sin 2𝛼 2
𝑉𝑟𝑚𝑠 = [ ∫ 𝑉𝑚2 sin2 𝜔𝑡𝑑(𝜔𝑡)] = [ (𝜋 − 𝛼 + )]
2𝜋 √2 𝜋 2
Atau

7
2 2𝑉 2
𝑉𝑟𝑚𝑠 = √𝑇 ∫ 𝑉𝑚2 sin2 𝜔𝑡𝑑𝑡 =√ 8𝜋𝑚 [2𝜋 − 2𝛼 + sin 2𝛼]

Berlaku untuk penyearah dengan 2 dioda (trafo CT) dan 4 dioda (jembatan).
Dalam hal ini, yang berbeda adalah nilai Vm, yakni untuk penyearah 2 dioda, Vm =
100√2, sedangkan untuk penyearah 4 dioda, Vm = 220√2

Bentuk gelombang keluarannya dapat dilihat pada gambar dibawah


sedangkan perbandingan nilai tegangan efektif antara penyearah terkendali
setengah gelombang, gelombang penuh 2 dioda dan gelombang penuh 4 dioda
dapat dilihat pada tabel

Vrms (Volt)
(ɑ) rad
Gel. setengah Gel. Penuh 2 Dioda Gel. Penuh 4 Dioda
0 155,56 110,00 220,00
𝜋/6 153,30 108,40 216,81
𝜋/3 139,46 98,66 197,33
𝜋/2 110,00 77,78 155,56
2𝜋/3 68,83 48,64 97,27
5𝜋/6 26,33 18,68 37,36
𝜋 0,00 0,00 0,00

Adapun hubungan antara sudut penyulutan dengan tegangan efektif adalah


sebagai berikut :

8
D. PENYEARAH TERKENDALI TIGA FASA SETENGAH
GELOMBANG
Pada penyearah terkendali tiga fasa dipergunakan untuk mendapatkan nilai
rata-rata tegangan keluaran yang lebih tinggi dengan frekuensi tegangan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan penyearah terkendali satu fasa. Dengan
demikian akan didapatkan rangkaian filter yang lebih sederhana. Karena alasan
inilah, konverter tiga fasa secara luas dipergunakan sebagai pengendali kecepatan
DC yang berdaya besar.
Rangkaian konverter tiga fasa setengah gelombang ditunjukkan pada gambar
dibawah dengan mengasumsikan tegangan masukan 𝑉𝑎𝑛 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡, 𝑉𝑏𝑛 =
𝑉𝑚 sin(𝜔𝑡 − 2𝜋⁄3), 𝑉𝑐𝑛 = 𝑉𝑚 sin(𝜔𝑡 + 2𝜋⁄3), dan SCR-SCR diganti dengan
dioda, maka pada saat 𝜔𝑡 = 𝜋/6, D1 akan konduksi. Ini berarti sudut penyalaan
𝜋
terkecil yang bisa diberikan pada SCR (T1) adalah pada saat 𝜔𝑡 = 6 𝑑𝑎𝑛 sudut ini

digunakan sebagai referensi pengukuran sudut penyalaan. Jadi ɑ=0 diberikan pada
𝜔𝑡 = 𝜋/6. Karena tiap phase ber-beda sudut 120° 2𝜋/3, maka sudut penyalaan
diberikan dengan beda fasa 120°pula.

9
Misalkan T1 disulut pada ɑ = 𝜋/3, berarti T1 sebenarnya disulut pada 𝜔𝑡 =
𝜋/6 + 𝜋/3 dan berturut-turut T1 dan T2 disulut pada 𝜔𝑡 = 5𝜋/6 + 𝜋/3 dan
𝜔𝑡 = 3𝜋/2 + 𝜋/3.
Penyearah terkendali setengah gelombang harus memenuhi syarat :
1. Tidak boleh ON dua saklar (dua SCR disulut) bersamaan karena akan
hubung singkat antara fasa
2. Saklar ON kan (SCR disulut) pada saat berpolaritas negatif.

Daya beban adalah :


2
𝑉𝑟𝑚𝑠
𝑃=
𝑅𝐿
Nilai rata-rata tegangan keluaran adalah :
3 (5𝜋⁄6)+𝛼 3√3𝑉𝑚
𝑉𝑑𝑐 = ∫ 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡𝑑𝜔𝑡 = cos 𝛼
2𝜋 (𝜋⁄6)+𝛼 2𝜋
Tegangan efektif adalah :

3 𝜔𝑡=5𝜋⁄6 2 2
𝑉𝑟𝑚𝑠 =√ ∫ 𝑉 sin 𝜔𝑡𝑑𝑡
𝑇 𝜔𝑡=𝜋⁄6 𝑚

Bentuk tegangan keluaran dapat dilihat pada gambar dibawah dan ON-OFF
nya SCR dapat dilihat pada tabel berikut

Jika penyulutan diperlambat, berarti 𝜔𝑡 ditambah dengan ɑ, sehingga


batas-batas integrasinya 𝜔𝑡 = 𝜋/6 + 𝛼 sampai 𝜔𝑡 = 5𝜋/6 + 𝛼 demikian pula
halnya jika penyulutan dipercepat, batas-batas integrasinya adalah 𝜔𝑡 = 𝜋/6 − 𝛼

10
sampai 𝜔𝑡 = 5𝜋/6 − 𝛼. Bentuk gelombang keluarannya dapat dilihat pada
gambar berikut

PERIODE (𝜔𝑡) S1 S2 S3
0 - 𝜋/3 ON OFF ON
𝜋/3 − 2𝜋/3 ON OFF OFF
2𝜋/3 − 𝜋 ON ON OFF
𝜋 − 4𝜋/3 OFF ON OFF
4𝜋/3 − 5𝜋/3 OFF ON ON
5𝜋/3 − 2𝜋 OFF OFF ON
Catatan : dioda yang ON adalah yang paling tinggi tegangannya
Tegangan efektif jika penyulutan diperlambat dan dipercepat adalah :
3 𝜔𝑡=(5𝜋⁄6)+𝛼
𝑉𝑟𝑚𝑠 = √ ∫𝜔𝑡=(𝜋⁄6)+𝛼 𝑉𝑚2 sin2 𝜔𝑡𝑑𝑡 (untuk penyulutan diperlambat)
𝑇

3 𝜔𝑡=(5𝜋⁄6)−𝛼
𝑉𝑟𝑚𝑠 = √𝑇 ∫𝜔𝑡=(𝜋⁄6)−𝛼 𝑉𝑚2 sin2 𝜔𝑡𝑑𝑡 (untuk penyulutan dipercepat)

E. PENYEARAH TERKENDALI TIGA FASA GELOMBANG PENUH


Penyearah terkendali tiga fasa gelombang penuh diklasifikasikan menjadi
konverter semi terkendali dan konverter terkendali penuh. Kedua jenis
penyearah ini dapat dilihat rangkaiannya pada gambar dibawah
Konverter tiga fasa semi terkendali menggunakan 3 SCR dan 3 dioda. Tiap
dioda akan konduksi setelah mendapat bias maju, sehingga untuk satu periode
masukan tiap dioda konduksi selama 120° dimulai dari perpotongan fasa-fasa
tegangan masukan.

11
Tegangan fasa dinyatakan dengan :
𝑉𝑎𝑛 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡, 𝑉𝑏𝑛 = 𝑉𝑚 sin(𝜔𝑡𝑡 − 2𝜋⁄3), 𝑉𝑐𝑛 = 𝑉𝑚 sin(𝜔𝑡 + 2𝜋⁄3)
Tegangan line to line dinyatakan dengan :
𝑉𝑎𝑏 = √3𝑉𝑚 sin(𝜔𝑡 + 𝜋⁄6),𝑉𝑏𝑐 = √3𝑉𝑚 sin(𝜔𝑡 − 𝜋⁄2),𝑉𝑐𝑎 =

√3𝑉𝑚 sin(𝜔𝑡 + 5𝜋⁄6)

Titik referensi pengukuran sudut penyulutan dimulai pada 𝜔𝑡 = 𝜋/6. Dengan


mengasumsikan arus keluaran konstan, bentuk tegangan keluaran berbeda
untuk sudut penyulutan 𝛼 > 60° dan 𝛼 > 60°. bentuk tegangan dan arus
dapat dilihat pada gambar dibawah. Berikut akan berulang untuk setiap 120°.
Oleh karena itu, konverter ini sering disebut konverter tiga pulsa. Untuk
sudut penyulutan 𝛼 > 60°, terdapat bagian tegangan keluaran nol. Hal ini
terjadi karena adanya aksi dioda freewheeling berlangsung dengan interval
𝛼 − 𝜋/3. Periode arus sumber berlangsung dengan interval 𝜋 − 𝛼 pada tiap
siklus. Efek setengah gelombang juga dapat terjadi pada konverter ini.

Nilai rata-rata tegangan keluaran adalah :


3√3𝑉𝑚 𝜋⁄2
𝑉𝑑𝑐 = [∫ sin(𝜔𝑡 + 𝜋⁄6)𝑑𝜔𝑡]
2𝜋 (𝜋⁄6)+𝛼

3√3𝑉𝑚
= (1 + cos 𝛼)
2𝜋

12
Hubungan antara nilai rata-rata tegangan keluaran pada sudut penyulutan 𝛼,
𝑉𝑑𝛼 dengan nilai maksimum rata-rata tegangan keluaran Vd0 adalah :
𝑉𝑑0
𝑉𝑑𝛼 = (1 + cos 𝛼)
2
3√3𝑉𝑚
dimana 𝑉𝑑0 = 𝜋

tegangan efektifnya adalah :

3(3𝑉𝑚 ) 𝜋⁄2
𝑉𝑟𝑚𝑠 =√ [∫ sin(𝜔𝑡 + 𝜋⁄6)𝑑𝜔𝑡
2𝜋 (𝜋⁄6)+𝛼

𝜋⁄2
+∫ sin(𝜔𝑡 − 𝜋⁄6)𝑑𝜔𝑡]
(𝜋⁄6)+𝛼

1⁄2
1 𝜋 √3 √3
= 3𝑉𝑚 [ ( + + cos 2𝛼)]
2𝜋 3 4 4
Konverter tiga fasa terkendali penuh secara luas banyak dipergunakan
pada pemakaian peralatan industri dengan level daya diatas 120kW yang
memerlukan operasi dua kuadran. Tiap SCR diberi pulsa penyulut dengan
interval 60°. Pada 𝜔𝑡 = 𝜋⁄6 + 𝛼, SCR T6 masih konduksi dan T1 mulai
konduksi. Selama interval (𝜋⁄6 + 𝛼) ≤ 𝜔𝑡 ≤ (𝜋⁄2 + 𝛼), T1 dan T6
konduksi sehingga tegangan Vab muncul pada beban. Pada 𝜔𝑡 =
𝜋⁄2 + 𝛼 , T2 mulai konduksi dan T6 komutasi. Demikian seterusnya
hingga selama satu periode tegangan sumber akan dihasilkan 6 pulsa
tegangan keluaran. Oleh karena itu, konverter ini disebut juga konverter 6
pulsa. Bentuk tegangan keluaran dapat dilihat pada gambar
Nilai rata-rata tegangan keluaran adalah :
(𝜋 ⁄2)+𝛼
6
𝑉𝑑𝑐 = [∫ √3𝑉𝑚 sin(𝜔𝑡 + 𝜔⁄6)𝑑𝜔𝑡]
2𝜋 (𝜋⁄6)+𝛼

3√3𝑉𝑚
= cos 𝛼
𝜋

Hubungan antara nilai rata-rata tegangan keluaran pada sudut penyulutan 𝛼, 𝑉𝑑𝛼
dengan nilai maksimum rata-rata tegangan keluaran Vd0 adalah :

13
𝑉𝑑𝛼 = 𝑉𝑑0 cos 𝛼
Dimana 𝑉𝑑0 = 3√3𝑉𝑚 /𝜋
Tegangan efektifnya adalah :
(𝜋⁄2)+𝛼
6
𝑉𝑟𝑚𝑠 = √ [∫ 3𝑉 2 sin2 𝜔𝑡]
2𝜋 (𝜋⁄6)+𝛼 𝑚

1 √3
= 3𝑉𝑚 √ + cos 2𝛼
6 4𝜋

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyearah dengan mempergunakan dioda, tegangan masukan dan


tegangan keluaran konstan. Untuk mendapatkan tegangan keluaran yang
dapat diatur, dipergunakan penyarah terkendali, dimana fungsi dioda
digantikan oleh SCR pengatur fasa (Fasa Controlled SCR). Tegangan
keluaran penyearah dapat divariasikan dengan mengatur saat pemberian
pulsa penyulut SCR untuk konduksi. Penyearah ini mendapat masukan dari
tegangan arus bolak-balik, sehingga untuk beban yang bersifat resistif, arus
pada SCR akan nol saat tegangan sumber mencapai nol, sehingga SCR akan
nol saat tegangan sumber mencapai nol, sehingga SCR akan off atau
komutasi. Oleh karena SCR ini terkomutasi secara alami, konverter ini
disebut pula konverter komutasi alami atau konverter komutasi jala-jala.
Konverter ini dapat ditinjau dari tegangan masukannya dapat
diklasifikasikan menjadi dua type, yaitu : (1) Konverter satu fasa, dan (2)
konverter tiga fasa.Dari tegangan keluaran yang dapat dihasilkan dapat
dikelompokkan menjadi :
3. Konverter semi terkendali atau konverter satu kuadrant, yaitu konverter
yang hanya menghasilkan tegangan keluaran positif. Yang tergolong
konverter ini antara lain : penyearah satu fasa setengah gelombang,
penyearah semi terkendali satu fasa gelombang penuh, penyearah semi
terkendali tiga fasa gelombang penuh.
4. Konverter terkendali penuh, atau konverter dua kuadrant, yaitu konverter
yang dapat menghasilkan tegangan keluaran posisif dan negatif. Yang
tergolong konverter ini adalah penyearah terkendali penuh satu fasa,
penyearah terkendali penuh tiga fasa setengah gelombang dan penyearah
terkendali penuh tiga fasa.

15
DAFTAR PUSTAKA

Syamsurijal. (2011). Elektronika Daya. Makassar : FT-UNM

16

Anda mungkin juga menyukai