Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia banyak diderita oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah
khususnya pekerja berat, dan pada orang yang rutin melakukan olahraga beban.
Selain itu, kebiasaan seseorang yang selalu mengejan saat buang air, bahkan
pada orang yang mengalami batuk kronis, serta pada lanjut usia. Walaupun
penderita penyakit hernia terbilang kecil namun hal ini harus segera ditangani
sedini mungkin, karena dapat menimbulkan gejala yang mengganggu gaya hidup
dan sebagainya (Grace, 2007).
Menurut penelitian Ruhl (2007), insiden hernia menurut usia diperkirakan
meningkat seiring pertambahan usia yaitu pada rentang 25-40 tahun 5-8 % di atas
75 tahun 45%. Sedangkan menurut jenis kelamin insiden hernia inguinalis pada
pria 25 kali lebih banyak dijumpai dari pada wanita. Menurut laporan di Amerika
Serikat, insidensi kumulatif hernia inguinalis di rumah sakit adalah 3,9% untuk
laki-laki dan 2.1 untuk perempuan. Insiden hernia lebih rendah pada pasien
obesitas (BMI> 30),dibandingkan dengan perbandingan 8,3% dan 15,6% . Di
Indonesia penyakit hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145
kasus (Kemenkes RI, 2012).
Adapun insiden hernia menurut World Health Organization (WHO) selama
2010, di Indonesia tercatat 32,9% atau sekitar 78,2 juta penduduk dengan kondisi
kegemukan. Jika dibandingkan dengan data obesitas pada tahun 2008 yang hanya
9,4%, maka dapat di simpulkan bahwa angka obesitas di Indonesia semakin
meningkat (Vera Anik A. 2014).
Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau
bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Dermawan, 2010).
Hernia merupakan salah satu kasus dibagian bedah yang pada umumnya
2

sering menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya memerlukan


tindakan operasi. Dari hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar
10% yang menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya pada pria
(Luhndorrf, 2013).
Hernia inguinalis lateral lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada
perempuan. Hal ini dikarenakan pada laki-laki dalam waktu perkembangan janin
terjadi penurunan testis dari rongga perut. Jika saluran testis tidak menutup
dengan sempurna, maka akan menjadi jalan lewatnya hernia inguinalis (Oswari,
2005). Disebutkan bahwa 1 dari 544 orang yaitu sekitar 0,18% mengalami
hernia inguinalis lateral. Meskipun terbilang angka insiden ini rendah tetapi
masalah ini bisa menjadi besar dikarenakan hernia ini dapat menjadi kondisi
kegawatan yang mengancam nyawa apabila organ perut yang masuk ke kantong
hernia tidak dapat kembali ke posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan
nyeri dan kerusakan organ tersebut (Clarences, 2008).
Hernia pada bayi dan anak dapat terjadi pada beberapa bagian
tubuhnya,antara lain di pelipatan paha, umbilikus atau pusar, sekat rongga
dada, dan perut (disebut diafragma) serta bagian-bagian lainnya. Yang umum
terlihat langsung adalah hernia pada umbilikus atau pusar, serta pada pelipatan
paha karena dapat langsung ke kantung skrotum (Luhndorrf, 2013).
Pada kasus hernia, penderita akan mengalami beberapa masalah sehingga
muncul masalah keperawatan seperti pada Pre Operasi diantaranya: Nyeri akut
berhubungan dengan agen injuri fisik, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, dan hambatan mobilitas fisik. Post Operasi: Gangguan rasa
nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan
operasi, dan resiko infeksi (Suratun, 2010).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu Kaji hernia : keparahan gejala,
resiko komplikasi (tipe,ukuran hernia), kemudahan untuk perbaikan (lokasi,
ukuran), kemungkinan berhasil (ukuran, banyakya isi perut kanan yang hilang);
3

Kaji pasien : kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya hidup (pekerjaan
dan hobi); Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien–pasien
dengan : risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala yang mengganggu
gaya hidup dan sebagainya (Grace, 2007).
Peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang
meliputi upaya promotif, preventif, melakukan tindakan kolaboratif dengan
medis dalam pelaksanaan kuratif dan rehabilitative. Upaya promotif dengan
memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit hernia. Upaya preventif
dengan menghindari factor risiko antara lain obesitas, peningkatan tekanan
intraabdomen (penyakit paru obstruksi menahun, mengejan saat defekasi dan
berkemih. Upaya kuratif antara lain dengan pembedahan dan terapi medis yaitu
pemberian analgesic dan antibiotic. Upaya rehabilitative dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan pada klien post operasi hernia agar
mengkonsumsi makanan tinggi serat, menghindari mengangkat beban terlalu
berat, melakukan latihan penguatan otot perut, dan menurunkan factor resiko
yang menyebabkan terjadinya hernia. Komplikasi yang dapat terjadi pada hernia
yaitu ini Hematoma (luka atau pada skrotum), retensi urin akut. Infeksi pada
luka, nyeri kronis. nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofitestis,
rekurensi hernia merupakan keadaan kegawatdaruratan hernia dan memerlukan
pertolongan segera (Grace, 2007).
Tindakan perawatan yang dapat dilakukan pada pasien hernia inguinalis di
ruang Melati RSUD Dr.M.Yunus yaitu pada hernia inguinalis reponibilis maka
dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada
hernia inguinalis ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan
kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus.
Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal. Baik
juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan dan mengurangi
nyeri. Lakukan usaha tersebut berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk
kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari (RSUD Dr.M.Yunus, 2016).
4

Rekam Medik RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu, menunjukkan bahwa


penderita penyakit Hernia pada tahun 2013 berjumlah 190 pasien, tahun 2014
berjumlah 109 pasien, dan pada tahun 2015 jumlah penderita menjadi 60 pasien
(Rekam Medik RSUD Dr.M.Yunus, 2015).
Meskipun terbilang angka insiden ini rendah tetapi masalah ini bisa menjadi
besar dikarenakan hernia ini dapat menjadi kondisi kegawatan yang mengancam
nyawa apabila organ perut yang masuk ke kantong hernia tidak dapat kembali ke
posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ
tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Hernia dan menyusun laporan kasus tentang asuhan keperawatan post
operasi hernia pada Ny.H di ruang Melati RSUD Dr.M.Yunus Kota Bengkulu.
5

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan Post
Operasi Hernia Insisional di ruang melati RSUD.Dr.M.Yunus Kota Bengkulu
tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran pengkajian pada pasien dengan post operasi hernia
insisional.
b. Diketahui perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan post operasi
hernia insisional.
c. Diketahui perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi
hernia insisional.
d. Diketahui implementasi pada pasien dengan post operasi hernia insisional.
e. Diketahui evaluasi pada pasien dengan post operasi hernia insisional.
f. Diketahui dokumentasi pada pasien dengan post operasi hernia insisional.

C. Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah dalam proposal karya tulis ilmiah ini
adalah pemberian asuhan keperawatan pada pasien Hernia insisional di ruang
Melati RSUD Dr.M.Yunus tahun 2016-2017 meliputi tahap pengkajian,
penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi
kpeerawatan, dan evaluasi keperawatan.
6

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan bisa menjadi informasi tambahan
dalam pembuatan asuhan keperawatan medical bedah, khususnya tentang
asuhan keperawatan Hernia.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Karya Tulis Ilmiahini dapat dijadikan sebagai bahan masukkan,
informasi dan sarana untuk mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Hernia.
3. Bagi Akademik
Karya Tulis Ilmiahini merupakan bentuk sumbangsih kepada mahasiswa
keperawatan sebagai referensi untuk menambah wawasan dan bahan
masukkan dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan pada klien dengan Hernia.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Dinding Perut


1. Dinding Perut

Gambar 2.1. Subdivisi dinding abdomen (Moore & Dalley, 2013).


Otot-otot dinding perut terdapat lima (berpasangan bilateral) otot pada
dinding abdomen anterolateral, tiga otot rata dan dua otot vertical. Tiga otot
rata adalah musculus obliqus externus abdominis, musculus obliqus internus
abdominis, musculus transversus abdominis. Dua otot vertical pada dinding
abdomen anterolateral, yang terdapat di dalam vagina musculi recti
abdominis, merupakan musculus rectus abdominis dan pyramidalis. Dinding
abdomen anterolateral dapat menjadi tempat hernia. Sebagian besar hernia
terjadi di region inguinal, umbilical, dan epigastrik (Moore & Dalley, 2013).
Fungsi dan aksi otot abdomen anterolateral yaitu membentuk suatu
penopang kuat yang dapat dilebarkan untuk dinding abdomen anterolateral,
Melindungi viscera abdominal dari cedera, Menekan isi abdomen untuk
mempertahankan atau meningkatkan atau meningkatkan tekanan
intraabdominal, dan dengan demikian melawan diafragma (peningkatan
8

tekanan intraabdominal mempermudah ekpulsi); Menggerakkan batang tubuh


dan membantu mempertahankan posisi tubuh (Moore & Dalley, 2013).
2. Regio inguinal

Gambar 2.2Regio inguinal dari sisi anteroinferior (Moore & Dalley, 2013).
Region inguinal (selangkangan), yang terletak di antara SIAS dan
tuberkulum pubicum, merupakan area penting secara anatomis dan klinis;
secara anatomis karena merupakan region dimana struktur-struktur keluar dan
masuk cavitas abdominalis, dan secara klinis karena jalur keluar dan
masuknya merupakan tempat potensial terjadinya hernia. Pada kenyataanya,
sebagian besar hernia abdominalis terjadi di region ini (Moore & Dalley,
2013).

3. Canalis Inguinalis
Canalis inguinalis terbentuk karena turunnya testis selama
perkembangan janin. Canalis inguinalis pada orang dewasa adalah suatu
passase oblig dengan panjang sekitar 4 cm yang emnagarah ke inferomedial
melalui pars inferior dinding abdomen anterolateral. Hernia abdominalis
terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi hernia inguinal yang paling lazim
9

(sekitar 86%) terjadi pada laki-laki karena passase feniculus spermaticus


melalui canalis inguinalis. Canalis inguinalis memiliki muara pada seriap
ujung, yaitu annulus inguinalis profundus (interna) dan annulus inguinalis
superficialis (externa) (Moore & Dalley, 2013).

B. Konsep Dasar Hernia


1. Definisi
Hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus melalui
celah yang abnormal pada selubungnya (Grace, 2007). Hernia adalah
keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau bagian terlemah
dari dinding rongga yang bersangkutan (Dermawan, 2010).

2. Etiologi
Menurut Suratun (2010) ada 2 (dua) penyebab terjadinya hernia yaitu:
Defek dinding otot abdomen: Hal ini dapat terjadi sejak lahir (congenital) dan
didapat.
Hernia congenital: Processus vaginalis peritoneum persisten Testis
tidak samapi scrotum, sehingga processus tetap terbuka Penurunan baru
terjadi 1-2 hari sebelum kelahiran, sehingga processus belum sempat
menutupdan pada waktu dilahirkan masih tetap terbuka
Hernia yang didapat seperti karena usia, keturunan, lemahnya dinding
rongga perut, akibat dari pembedahan sebelumnya. Peningkatan tekanan
intraabdominal: Penyakit paru obtruksi menahun (batuk kronik), obesitas,
adanya Benigna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat defekasi
dan berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat meningkatkan tekanan
intraabdominal.
10

3. Tipe-Tipe Hernia
a. Sering terjadi
1) Umbilical/ para-umbilikal
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang
disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum
kelahiran, namun tidak menutup sepenuhnya. Hernia umbilikalis sering
terjadi pada bayi baru lahir karena dinding abdomen anterior relative
lemah pada annulus umbilicalis, terutama pada bayi baru lahir dengan
berat badan rendah. Selain itu hernia umbilikalis didapat paling sering
terjadi pada perempuan atau orang obesitas.
2) Inguinal (direk dan indirek)
Hernia inguinalis (rupture) adalah suatu protrusi peritoneum dan
viscera parietalis, seperti usus halus, melalui lubang normal atau
abnormal dari rongga yang masuk bagiannya. Hernia inguinalis terjadi
ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah
melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan. Karakteristik hernia inguinalis direk dan hernia indirek
disajikan dan digambarkan pada Tabel 2.1.
3) Femoral
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria dan
sangatjarangpadaanak- anak. Hernia femoralis tidak dapat dikembalikan
ketempat semual (irreducible).
4) Insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia
ini muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot
sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya
11

Tabel 2.1. Perbedaan Hernia inguinalis direk dan indirek


Karakteristik Direk (Didapat) Indirek
(kongenital/bawaan)
Faktor Kelemahan dinding Patensi processus veginalis
predisposisi abdomen anterior pada (lengkap atau sekurang-
trigonum inguinale kurangnya bagian
(misalnya, karena superior) pada orang
distensi annulus muda, sebagian besar laki-
superficialis, falx laki
ingunale yang sempit,
atau melemahnya
aponeurosis pada laki-
lakai berusia >40 tahun
atau lebih)
Frekuensi Jarang terjadi (sepetiga Lebih sering (dua pertiga
sampai seperempat sampai tiga perempat)
hernia inguinalis) hernia inguinalis
Keluar dari Peritoneum plus fascia Peritoneum processus
rongga abdomen transversalis (terletak di vaginalis yang menetap
luar satu atau dua ditambah ketiga fascial
bagian dalam fascial yang menutupi
yang menutupi funiculus/ligamentum
funiculus) teres
perjalanan Berjalan melalui atau di Melintasi canalis
sekitar canalis inguinalis (seluruh canal
inguinalis, biasanya jika emmiliki ukuran yang
hanya melintasi ukup) didalam processus
sepertiuga medial canal, vaginalis.
diluar dan sejajar
vestigium processus
vaginalis.
Keluar dari Melalui annulus Melalui annulus
dinding superficialis, di sebelah superficialis di dalam
abdomen lateral funiculus; jarang funiculus, sering berjalan
anterior masuk skrotum. ke dalam skrotum/labium
majus.
.
12

b. Jarang terjadi
1) Epigastrik
Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis
tengah perut (diantara processus xiphoideus dan umbilicus). Hernia
epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi
usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini
sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke
dalam perut ketika pertama kali ditemukan.
2) Gluteal, lumbal, obturator
Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada
pemeriksaan fisik tampakdanterababenjolandi pinggangdi
tepibawahtulangrusukXIIataudi tepi kranialpangguldorsal.Hernia
obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatoria. Kantong hernia
ini mungkin diisi oleh lekuk usus yang dapat mengalami inkaserasi
parsial atau total.

Gambar 2.3 Letak Terjadinya Hernia (Grace, 2007)


13

Adapun klasifikasi hernia menurut sifatnya :


a) Hernia Reponible/Reducible
Bila isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika
berdiri/mengejan dan masuk lagi jika berbaring/didorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri/gejala obstruksi usus.
b) Hernia Irreponible
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga
karena perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia,
tidak ada keluhan nyeri/tanda sumbatan usus, hernia ini disebut
juga hernia akreta.
c) Hernia Strangulata/Inkaserata
Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap,
tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai akibat yang
berupa gangguan pasase/vaskularisasi (Grace, 2007).

4. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-
8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritonium yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonel.
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua factor utama, yang pertama
adalah faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada
waktu kehamilan Pada bayi yang sudah lahir umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak
menutup, karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang
kanan juga terbuka dalam keadaan normal. Kanalis yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan. Bila proses terbuka terus (karena tidak mengalami
obliterasi) akantimbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
14

Faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia. Riwayat
pembedahan abdomen, kegemukan, meruapakan factor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Masuknya isi rongga perut melalui kanal
ingunalis, jika cukup parah maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke
skrotum.Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga
ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Peningkatan isi abdomen, memasuki kantung hernia. Jika terjadi
penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia kantong hernia tidak dapat
kembali ke posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan
kerusakan organ sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan
gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran
darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa
menyebabkan Iskemik dan terjadi kerusakan jaringan, penumpukan jaringan
menjadi mati sehingga timbul respon inflamasi hingga timbul masalah risiko
infeksi. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan
dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan
peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi, kembung, mual-
muntah, intake menurun, sehingga klien berisiko mengalami penurunan
beratbadan dan akhirnya timbul masalah ketidakseimbangan nutrisi. Apa bila
tidak dilakukan pembedahan maka isi perut akan lepas didalam rongga dan
terdapat nekrosis sampai ganggren karena peredaran darah terganggu.(Grace,
2007).
15

Bagan 2.1 WOC Hernia (Grace, 2007)

5. WOC (Web OfCausion)


HerniaBayi baru lahir Pekerjaan berat, ngkat beban, riwayat
jatuh, batuk lama, mengejan, bersin PEMBEDAHAN

Prosesu
vaginalisperitonie Peningkatan tekanan intraabdomen
tidak terobilitasi
Terputusnya MK: destruksi
kontinuitas Kerusakan pertahanan
Fasia abdomen tidak mampu menhaan
Kanalis ingunalis jaringan lunak integritas
tekanan
terbuka jaringan
masuknya
Terputusnya mikroorganisme
Fasia simpul
Peritoneum terkoyak Keterbatasan
tertarik kedaerah gerak respon
skrotum inflamasi
MK: Gangguan
Hernia inguinalis Rasa Nyaman
Hernia inguinalis lateralis akuisita /Nyeri MK: Risiko
lateralis *akuisita=didapat Infeksi
kongenital MK: Imobilitas
Fisik
HERNIA

Peningkatan isi abdomen ( usus )


memasuki kantong hernia Perubahan
status kesehatan
Penekanan terhadap cincin hernia Obstruksi usus Peristaltic
Kesulitan Kurang terpapar
berjalan/berpindah usus
informasi
Penekanan terganggu
Kantong hernia tidak dapat kembali kesehatan
pembuluh darah
ke posisi semula MK:Mual/
MK:
Regurgitasi Nausea MK: Defisit
Gangguan Isi hernia nekrosis
Usus terjepit isi usus Pengetahuan
imobilitas
fisik
MK: kerusakan
MK: Gangguan Mual intake MK: Ketidakseimbangan
integritas jaringan
Rasa muntah menurun nutrisi kurang dari
Nyaman/Nyeri kebutuhan tubuh
16

6. Manifestasi klinik
Menurut Grace (2007), manifestasi klinis pada pasien dengan hernia
yaitu :
a. Pasien datang dengan benjolan di tempat hernia.
b. Hernia femoralis berada dibawah dan lateral dari tuberkulum pubikum.
Biasanya hernia ini mendatarkan garis-garis kulit di lipatan paha. Hernia
femoralis tidak dapat di kembalikan ketempat semula.
c. Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas dan medial terhadap
tuberkulum pubikum namun dapat turun lebih luas jika membesar.
d. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
e. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
f. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi
kandung kencing

7. Komplikasi
Grace, (2007) dan Oswari (2006) Menyebutkan komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita hernia adalah:
a. Hematoma (luka atau pada skrotum),
b. Retensi urin akut. Infeksi pada luka.
c. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis.
d. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis).
e. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus.
f. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
17

g. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan


pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
h. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
i. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki.
j. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah.
k. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
l. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.
8. PemeriksaanPenunjang
Menurut Suratun, (2010). Pemeriksaan penunjang pada penderita
hernia dapat dilakukan dengan cara berikut:
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan
diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan,
maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna melihat
lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung hernia
tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan
operasi
a. sinar X abdomen menunjukan kadar gas dalam usus / abstruksi usus.
b. Laparoskopi, untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah
ada sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang
atau tidak.
c. Pemeriksan darah lengkap, hitung darah lengkap dan serum elektrolit
dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit),
peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3)
18

9. Penatalaksanaan Medis
Grace (2007), mengatakan penatalakasanaan yang diberikan kepada
penderita hernia meliputi :
a. Kaji hernia untuk: keparahan gejala, risiko komplikasi (tipe,ukuran leher
hernia), kemudahan untuk perbaikan (lokasi, ukuran), kemungkinan
berhasil (ukuran, banyakya isi perut kanan yang hilang).
b. Kaji pasien untuk : kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya
hidup (pekerjaan dan hobi).
c. Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien – pasien
dengan:
1) Hernia dengan risiko komplikasi apapun gejalanya.
2) Hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi sebelumnya.
3) Hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala
yang mengganggu gaya hidup dan sebagainya.
Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset
Secara operatif (prinsip pembedahan)
1) Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada
klien dengan hernia yang sudah nekrosis. Eksisi kantung hernianya
saja untuk pasien anak.
2) Herniorafi
Memperbaiki defek, perbaikan dengan pemasangan jaring (mesh) yang
biasa dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukkan melalui
bedah terbuka atau laparoskopik.
19

C. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Hernia


1. Pengkajian
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), hal yang perlu di kaji
pada penderita hernia inguinalis adalah memiliki riwayat pekerjaan
mengangkat beban berat, duduk yang terlalu lama, terdapat benjolan pada
bagian yang sakit, nyeri tekan, klien merasa tidak nyaman karena nyeri pada
perut.
a. Identitas pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama
penanggung jawab, pekerjaan dll. Biasanya hernia Ditemukan 80 % pada
pria dan prosentase yang lebih besar pada pekerja berat.
b. Keluhan utama
keluhan yang menonjol pada pasien hernia untuk datang ke rumah
sakit adalahbiasanya pasien datang dengan benjolan di tempat hernia,
adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
c. Riwayat penyakit sekarang
Diawali timbulnya/munculnya benjolan yang mula mula kecil dan
hilang dengan istirahat,berlanjut pada fase benjolan semakin membesar dan
menetap,benjolan tidak hilang meskipun dengan istirahat.Benjolan yang
menetap semakin membesar oleh karena tekanan intra abdominal yang
meningkat mengakibatkan benjolan semakin membesar yang berakibat
terjadinya jepitan oleh cincin hernia.Biasanya klien yang mengalami nyeri.
Pada pengkajian nyeri (PQRST)
P: klien mengatakan ke rumah sakit dengan keluhan ada benjolan pada
bagian perut bawah yang di sebab kankarna ada bagian dinding
abdomen yang lemah.
Q: benjolan tersebut menimbulkan rasa nyeri di daerah bagian bawah
perut/ sesuai tempat terjadinya hernia, klien mengatakan rasa nyeri
seperti di tusuk –tusuk jarum.
20

R: nyeri tersebut sangat terasa di bagian perut bagian bawah.


S: skala nyeri 4-8.
T: nyeri terasa hebat saat di bawa beraktivitas dan nyeri berlangsung
selama ± 3 menit ada gejala mual-muntah bila telah ada komplikasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya sebagai faktor predisposisi di dalam rumah.
e. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita Hernia, keluhan pada masa kecil,
hernia dari organ lain, dan penyakit lain yang memperberat Hernia seperti
diabetes mellitus. Biasanya Ditemukan adanya riwayat penyakit menahun
seperti: Penyakit Paru Obstruksi Kronik, dan Benigna Prostat Hiperplasia.
f. Riwayat pisikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi
masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima
keadaannya. Biasanya pasien mengalami cemas, dan penurunan rasa
percaya diri.
g. Pola kebiasaan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan olahraga (lama frekuensinya). Biasanya pada hernia
reponibilis dan irreponibilis belum dijumpai adanya gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan makan dan minum. Peristaltic usus biasanya
lebih dari batas normal (>10x/menit).
Pada hernia inkarcerata dan strangulata dijumasi adanya gejala mual
dan muntah yang mengakibatkan terjadinya gangguan pemenuhan
kebutuhan makan dan minum.
21

2) Pola Tidur dan Istirahat


Biasanya Pada hernia reponibilis dan irreponibilis tidak dijumpai
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur. Namun pada hernia inkarcerata
dan strangulata ditemukan adanya gejala berupa nyeri hebat yang
mengakibatkan gangguan pemenuhan istirahat tidur
3) Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri akibat penonjolan hernia.
4) Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
5) Pola kognitif
Penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir,
mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien
mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
8) Neurosensori
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri yang meningkat bila digunakan
beraktivitas. Biasanya nyeri seperti tertusuk yang akan semakin
memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan,
mengangkat, defekasi, mengangkat kaki. Keterbatasan untuk mobilisasi
atau membungkuk kedepan (Soeparman, 2011).
22

h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik focus hernia yaitu pemeriksaan abdomen meliputi :
a) Inspeksi
Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada tidaknya benjolan, awasi
tanda infeksi( merah, bengkak,panas,nyeri, berubah bentuk)
b) Auskultasi
Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12 karena ada mual
dan pasien tidak nafsu makan, bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung
sonor.
c) Perkusi
Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen
d) Palpasi
Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya terdapat nyeri
Post Operasi
1. Riwayat penyakit sekarang
Menurut Rumiati (2013) dan Hartini Tri Palupi (2013) klien dengan post
operasi hernia mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi
pembedahan.
2. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status ekonomi
keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi lamanya
penyembuhan luka operasi.
b. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan luka post operasi herniotomi atau herniorapi dapat
menimbulkan nyeri sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola
tidur klien.
23

c. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest
berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
d. Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri (biasanya terdapat nyeri
disekitar luka pembedahan herniotopi atau herniorap indikator 4-7)
penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir,
mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
Pemeriksaan fisik :
B1 (breath) : biasanya tidak terjadi gangguan pernafasan yang spesifik
untuk pasien post operasi hernia
B2 (blood) : biasanya tekanan darah masih dalam batas normal
B3 (brain) : Kesadaran secara kuantitatif (GCS) dalam batas normal (Eye
4,verbal 5, motorik 6)
Kesadaran secara kualitatif : kompos mentis, kadang
dijumpaikesadaran yang apatis dan gelisah pada hernia
inkarcerata danstrangulata.
B4 (bladder) : Biasanya di jumpai penurunan produksi urine
B5 (bowel) : Terdapat penurunan peristaltic usus.
B 6 (bone) : pasien biasanya mengalami kesulitan dalam berpindah dan
berejalan akibat luka post operasi herniotomi
24

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang lazim muuncul pada pasien dengan Hernia menurut NANDA
(2013) yaitu sebagai berikut :
a. Pre Operasi Hernia
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
b) Mual berhubungan dengan regurgitasi usus akibat obstruksi usus
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, gangguan peristaltic usus
d) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
e) Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan operatif
f) Deficit pengetahuan berhubungan dengan potensial komplikasi
gastrointestinal dan kurangnya informasi.
b. Post Operasi Hernia
a) Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi.
b) Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan operatif
c) Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
d) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
25

3. Intervensi keperawatan
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan/Intervensi Rasional
Dx
INTERVENSI PRE OPERASI
1 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
 Kontrol nyeri Manajemen nyeri
dengan agen injuri fisik
Indikator : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Dengan mengetahui lokasi,
1. Tidak pernah menunjukkan komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,kualitas dan derajat
manajemen nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri sebelum pemberian, dapat
2. Jarang menunjukkan kualitas dan intensitas atau dijadikan acuan untuk tindakan
manajemen nyeri keparahan nyeri, dan faktor penghilang nyeri setelah pemberian
3. Kadang-kadang menunjukkan presipitasinya obat
manajemen nyeri
4. Sering menunjukkan
manajemen nyeri 2. Observasi isyarat nonverbal 2. Untuk mengetahui tingkat
5. Secara konsisten ketidaknyamanan, khususnya keparahan nyeri pasien yang tidak
menunjukkan manajemen pada mereka yang tidak mampu mampu berkomunikasi efektif
nyeri berkimunikasi efektif

Hasil yang diharapkan 4-5

kriteria hasil: 3. Berikan informasi tentang nyeri 3. Mengetahui perkembangan nyeri


1. Mengenali kapan nyeri terjadi seperti penyebab nyeri, berapa dan tanda-tanda nyeri sehingga
2. Menggambarkan faktor lama nyeri akan berkurang dan dapat menentukan intervensi
penyebab antisipasi ketidaknyamaanan selanjutnyaserta informasi yang
3. Menggunakan jurnal han prosedur tepat dan akurat membantu pasien
untuk memonitor gejala dari dalam mengetahui tentang
waktu ke waktu kondisinya
4. Menggunakan tindakan
pencegahan
5. Menggunakan tindakan 4. Ajarkan tentang teknik non 4. Untuk meningkatkan alveoli,
pengurangan nyeri tanpa farmakologi: nafas dalam memelihara prtukaran gas,
analgesik mencegah atektasi paru,
6. Menggunakan analgesik yang meningkatkan efisiensi batuk,
direkomendasikan mengurangi stress fisik maupun
26

7. Melaporkan perubahan emosional, menurunkan intensitas


terhadap gejala nyeri pada nyeri dengan merelaksasikan otot-
profesional kesehatan otot pernafasan seperti rektus
8. Mengguankan sumber daya abominis, tranversus abdominis,
yang disediakan internal abdominal oblique, dan
9. Mengenali apa yang terkait external abdominal oblique.
dengan gejala nyeri 5. Ajarkan tentang teknik non 5. Massage dapat meningkatkan
10. Melaporkan nyeri yang farmakologi: massase area vaskularisasi sehingga dapat
terkontrol punggung menimbulkan kenyamanan bagi
pasien
6. berikan pasien penurun nyeri 6. Obat analgesik dapat mengurangi
yang optimal dengan peresepan atau meringankan nyeri
analgesik

Pemberian analgesik
7. Cek perintah pengobatan meliputi 7. Menghindari terjadinya kesalahan
obat, dosis, dan frekuensi obat dalam pemberian obat ke pasien
analgesik yang diresepkan dan perintah pemberian obat
8. Cek adanya riwayat alergi obat 8. Mengetahui adanya riwayat alergi
9. Berikan kebutuhan kenyamanan obat pasien
dan aktivitas lain yang dapat 9. Meciptakan lingkungan yang
membantu relaksasi untuk nyaman dengan membersihkan
memfasilitasi penurunan nyeri tempat tidur, mengatur suhu, dan
mengurangi kebisingan.

2. Mual berhubungan NOC NIC


dengan regurgitasi usus  Control mual dan muntah 1. Observasi tanda-tanda nonverbal 1. Isyarat tubuh, ekspresi wajah dapat
1. Tidak pernah menunjukkan dari ketidaknyamanan menjadi acuan menilai
kontrol mual ketidaknyamanan terhadap mual
2. Jarang menunjukkan kontrol yang dialami pasien terutama pada
mual bayi, anak-anak, orang-orang yang
3. Kadang-kadang menunjukkan tidak mampu berkomunikasi secara
kontrol mual efektif seperti individu dengan
4. Sering menunjukkan kontrol penyakit Alzheimer.
mual 2. Lakukan penilaian lengkap 2. Untuk mengetahui frekuensi, durasi,
5. Secara konsisten menunjukkan terhadap mual, termasuk tingkat keparahan, dan faktor-faktor
kontrol mual frekuensi, durasi, tingkat pencetus dengan alat pengkajian
keparahan, dan faktor-faktor seperti duke descriptive scales, dan
27

Hasil yang diharapkan: 4-5 pencetus Rhodes index of nausea and vomiting
3. Dapatkan riwayat diet pasien (INV)
Dengan kriteria hasil : seperti makanan yang disukai 3. Makanan dan minuman dapat
1. Mengenali onset mual dan yang tidak disukai serta mempengaruhi tejadinya mual
2. Mendeskripsikan factor-faktor preferensi makanan terkait
penyebab budaya
3. Mengenali faktor pencetus 4. Evaluasi dampak dari 4. Mengidentifikasi dampak mual
stimulus pengalaman mual pada kualitas terhadap kualitas hidup seperti nafsu
4. Menggunakan langah-langkah hidup makan terganggu, aktivitas, prestasi
pencegahan kerja, tanggung jawab peran, dan
5. Menghindari bau yang tidak tidur.
menyenangkan 5. Identifikasi faktor-faktor yang 5. Mengetahui obat-obatan yang
6. Mendeskripsikan factor-faktor dapat menyebabkan atau memiliki efek samping yang
penyebab berkontribusi terhadap mual menimbulkan mual dan prosedur
7. Menghindari factor-faktor seperti obat-obatan dan prosedur seperti karena bau dari alkohol, obat-
penyebab obatan, atau tindakan medis yang
memicu terjadinya mual
6. Kendalikan faktor-faktor yang 6. Bau yang tidak menyenangkan,
mungkin memebangkitkan mual suara, stimulasi viasual yang tidak
menyenangkan dapat
membangkitkan mual
7. Kurangi atau hilangkan faktor- 7. Kecemasan, takut, kelelahan, dan
faktor yang bersifat personal kurangnya pengetahuan dapat
yang memicu atau meningkatkan memicu peningkatan mual
mual 8. Mengidentifikasi pelaksanaan
8. Identifikasi strategi yang telah strategi mengurangi mual yang telah
berhasil dilakukan dalam dilakukan pasien
mengurangi mual 9. Untuk menghindari tekanan
9. Ajarkan untuk makan secara berlebihan dalam usus agar tidak
perlahan memicu peningkatan mual
10. Untuk mengurangi rasa ingin
10. Ajarkan untuk membatasi minum muntah akibat naiknya cairan dari
1 jam sebelum, 1 jam setelah, usus
dan selama makan
28

3 Ketidakseimbangan NOC NIC


nutrisi kurang dari Status nutrisi menejemen nutrisi
kebutuhan tubuh indikator:
berhubungan dengan 1. Sangat menyimpang dari 1. Identifikasi adanya alergi atau 1. Mengetahui adanya alergi terhadap
mual, muntah, gangguan rentang normal intoleransi makanan yang obat-obatan untuk keamanan
peristaltic usus 2. Banyak menyimpang dari dimiliki pasien pemberian tindakan pemberian obat
rentang normal 2. Berikan pilihan makanan sambil 2. Mengidenifikasi dengan
3. Cukup menyimang dari menawarkan bimbingan terhadap menganjurkan pasien
rentang normal pilihan makanan yang lebih sehat mengungkapkan makann pilihan
4. Sedikit menyimpang dari pasien untuk mendukung
rentang normal merencanakan diet diirumah sakit
5. Tidak menyimpang dari 3. Atur diet yang diperlukan yaitu 3. Mencegah terjadinya kekurangan
rentang normal menyediakan makanan tinggi atau kelebihan intake atau output
Dengan hasil yang diharapkan : 4- protein: menyarankan
5 menggunakan bumbu dan
rempah-rempah sebagai alternatif
Dengan kriteria hasil: untuk garam, menyediakan
1. Asupan gizi pengganti gula; menambah atau
2. Asupan makanan mengurangi kalori, menambah
3. Asupan cairan atau mengurangi vitamin,
4. Energi mineral, atau suplemen.
5. Rasio berat badan/tinggi 4. Ciptakan lingkungan yang 4. Meningkatkan kenyamanan dan
badan optimal pada saat mengkonsumsi nafsu makan pasien
6. hidrasi makanan
5. Lakukan atau bantu pasien 5. Perawatan mulut dilakukan untuk
terkait dengan perawaan mulut memberikan oral hygiene seperti
sebelum makan gosok gigi, mengatasi stomatitis,
untuk meningkatkan kenyamanan
pasien selama makan dan setelah
makan
6. Anjurkan pasien untuk duduk
pada posisi tegak dikursi, jika 6. Makan dalam posisi duduk akan
memungkinkan mempermudah jalannya makanan
dalam saluran cerna
7. Anjurkan keluarga untuk 7. Meningkatkan nafsu makan pasien
membawa makanan favorit selain makanan dari rumah sakit
pasien sementara pasien berada
dirumah sakit atau fasilitas
29

perawatan
8. Tawarkan makanan ringan yang
padat gizi 8. Makanan ringan yag padat gizi
sebagai makanan sampingan atau
cemilan yang dapat membantu
mempertahankan nutrisi pasien yang
9. Pastikan diet mencakup makanan adekuat
tinggi kandungan serat 9. Mencegah terjadinya konstipasi
Kerusakan
5 Integritas  Integritas jaringan: kulit Perawatan luka
4 Jaringan berhubungan dan membran mukosa 1. Bersihkan luka dengan normal 1. untuk mengatasi iritasi pada luka
dengan kerusakan jaringan Indikator : saline ata pembersih yang tidak
akibat isi hernia nekrosis 1. Sangat terganggu beracun
2. Banyak terganggu 2. Oleskan salep yang sesuai dengan 2. salep yang sesuai dapat membantu
3. Cukup terganggu kulit/lesi menjaga agar kulit tetap lkembab
4. Sedikit terganggu 3. Berikan balutan yang sesuai 3. balutan yang sesuai dengan jenis
5. Tidak terganggu dengan jenis luka luka dapat mempengaruhi proses
penyembuhan
Hasil yang diharapkan 4-5 4. Periksa luka setiap kali perbahan 4. memeriksa luka untuk mengetahui
balutan perubahan-perubahan pada luka
5. Reposisi pasien setidaknya setiap 5. untuk mencegah terjadinya luka
2 jam decubitus
kriteria hasil :
1. Suhu kulit Kontrol risiko : proses infeksi
2. Sensasi 6. Anjurkan pengunjung untuk 6. Menghindari masuknya
3. Elastisitas mencuci tangan pada saat mikroorganisme atau bakteri yang
4. Hidrasi memasuki dan meninggalkan akan menyebabkan infeksi
5. Tekstur ruang pasien
6. Perfusi jaringan 7. batasi jumlah pengunjung bila 7. menghindari terjadinya penularan
7. Integritas kulit perlu atau penyebaran infeksi
8. Dorong asupan cairan: tawari
Kontrol risiko : proses infeksi makanan ringan, minuman ringan 8. untuk membantu perbaikan
Indikator : dan buah-buahan segar/jus buah) jaringan yang rusak dari dalam
1. Tidak pernah menunjukkan 9. Tingkatkan intake nutrisi yang tubuh
2. Jarang menunjukkan tepat: dengan memotivasi pasien 9. Nutrisi yang tepat dapat membantu
3. Kadang-kadang menunjukkan untuk makan sesuai dengan porsi memperbaiki sel/jaringan yang
4. Sering menunjukkan yang disediakan dari rumah sakit. rusak dari dalam tubuh.
5. Secara konsisten
menunjukkan
30

Hasil yang diharapkan 4-5


(kontrol infeksi pasien pada awal
pengkajian skala 2 : jarang
melakukan)
Kriteria hasil:
1. Mengidentifikasi faktor risiko
infeksi
2. Mengidentifikasi risiko
infeksi dalam aktivitas sehari-
hari
3. Mengidentifikasi strategi
umtuk melindungi diri dari
orang lain yang terkena
infeksi
4. Mempraktikkan strategi untuk
mengontrol infeksi
5. Mempertahankan lingkungan
yang bersih

5 Deficit Pengetahuan NOC : NIC :


 Pengetahuan : Manajemen Pengetahuan : manajemen
berhubungan dengan
penyakit akut penyakit akut
potensial komplikasi Indikator: 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Berikan kesempatan untuk
1. Tidak ada pengetahuan terkait proses penyakit yang mengidentifikasi tingkat pengetahuan
gastrointestinal dan
2. Pengetahuan terbatas spesifik pasien tentang penyakitnya
kurangnya informasi. 3. Pengetahuan sedang 2. Menjelaskan dengan pasien dan
4. Pengetahuan banyak 2. Jelaskan patofisiologi penyakit dan keluarga bahwa hernia dapat diawali
5. Pengetahuan sangat banyak bagaimana hubungannya dengan karena lemahnya dinding abdomen
anatomi dan fisiologi,sesuai baik pada bayi baru lahir, dewasa,
Dengan hasil yang diharapkan 3-4 kebutuhan. bahkan paling sering terjadi pada
lansia, lemahnya dinding abdomen
Kriteria hasil: dapa menimbulkan jalan keluarnya
1. Faktor-faktyor penyebab dan isi dari perut seperti usus sehingga
faktor yang berkontribusi perut menjadi timbul benjolan dan
2. Perjalan penyakit b uasanya nyeri yang dikarenakan jepitan usus
3. Tanda dan gejala penyakit pada jaringan lain di dalam perut.
31

4. Tanda dan gejala kompikasi 3. Kenali pengetahuan pasien 3. Mengidentifikasi respon pasien
5. Strategi untuk mencegah mengenai kondisinya terhadap kondisinya selama sakit
komplikasi 4. Jelaskan tanda dan gejala umum 4. Tanda dan gejalanya meliputi
6. Penggunaan obat-obat dan dari penyakit terdapatnya benjolan pada area
resep yang benar abdomen, nyeri, sering juga disertai
dengan mual.
5. Identifikasi kemungkinan 5. Penyebab hernia diantaranya adalah
penyebab, sesuai kebutuhan. lemahnya dinding bdomen, dan
faktor pencetusnya seperti obesitas,
batuk, mengangkat beban berat,
mengejan saat BAB, dan umur >50
tahun beresiko tinggi terjadinya
6. Identifikasi perubahan kondisi hernia.
pasien 6. Mengidentifikasi adanya dampak
atau bahkan komplikasi dari penyakit
7. Beri ketenangan terkait kondisi pasien
pasien 7. Kondisi pasienyang cmas, takut,
bahkan kurangnya pengetahuan dapat
memperburuk emosi dan proses
8. Jelaskan komplikasi kronik yang penyakit pasien
mungkin ada 8. Jika tidak segera dilakukan
penanganan yang tepat seperti
operasi ditakutkan akan terjadi
kematian jaringan yang menyebabkan
terhmbatnya suplai darah dalam
tubuh sehingga nyeri akan memberat
9. Edukasi pasien mengenai tindakan sampai menyebabkan kematian
untuk mengontrol/meminimalkan 9. Cara meminimalkan terjadinya hernia
gejala adalah dengan mengurangi
mengankat beban yang berat,
menurunkan berat badan, olahraga
teratur, jika sudah terkena hernia
maka disarankan indakan konservatif
seperti memakai korset atau celana
hernia; untuk mengurangi cemas dan
nyeri dapat dilakukan teknik relaksasi
guna untuk merelaksasikan otot-otot
pernafasan seperti rektus abdominis.
32

INTERVENSI POST OPERASI HERNIA


1 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
 Kontrol nyeri Manajemen nyeri
dengan diskontuinitas
Indikator : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Dengan mengetahui lokasi,
jaringan akibat tindakan 1. Tidak pernah menunjukkan komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,kualitas dan derajat
manajemen nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri sebelum pemberian, dapat
operasi.
2. Jarang menunjukkan kualitas dan intensitas atau dijadikan acuan untuk tindakan
manajemen nyeri keparahan nyeri, dan faktor penghilang nyeri setelah
3. Kadang-kadang menunjukkan presipitasinya pemberian obat
manajemen nyeri
4. Sering menunjukkan
manajemen nyeri 2. Observasi isyarat nonverbal 2. Untuk mengetahui tingkat
5. Secara konsisten ketidaknyamanan, khususnya keparahan nyeri pasien yang tidak
menunjukkan manajemen pada mereka yang tidak mampu mampu berkomunikasi efektif
nyeri berkimunikasi efektif

Hasil yang diharapkan 4-5

kriteria hasil: 3. Berikan informasi tentang nyeri 3. Mengetahui perkembangan nyeri


1. Mengenali kapan nyeri terjadi seperti penyebab nyeri, berapa dan tanda-tanda nyeri sehingga
2. Menggambarkan faktor lama nyeri akan berkurang dan dapat menentukan intervensi
penyebab antisipasi ketidaknyamaanan selanjutnyaserta informasi yang
3. Menggunakan jurnal han prosedur tepat dan akurat membantu pasien
untuk memonitor gejala dari dalam mengetahui tentang
waktu ke waktu kondisinya
4. Menggunakan tindakan
pencegahan
5. Menggunakan tindakan 4. Ajarkan tentang teknik non 4. Untuk meningkatkan alveoli,
pengurangan nyeri tanpa farmakologi: nafas dalam memelihara prtukaran gas,
analgesik mencegah atektasi paru,
6. Menggunakan analgesik yang meningkatkan efisiensi batuk,
direkomendasikan mengurangi stress fisik maupun
7. Melaporkan perubahan emosional, menurunkan intensitas
terhadap gejala nyeri pada nyeri dengan merelaksasikan otot-
profesional kesehatan otot pernafasan seperti rektus
8. Mengguankan sumber daya abominis, tranversus abdominis,
yang disediakan internal abdominal oblique, dan
33

9. Mengenali apa yang terkait external abdominal oblique.


dengan gejala nyeri 5. Ajarkan tentang teknik non 5. Massage dapat meningkatkan
10. Melaporkan nyeri yang farmakologi: massase area vaskularisasi sehingga dapat
terkontrol punggung menimbulkan kenyamanan bagi
pasien
6. berikan pasien penurun nyeri 6. Obat analgesik dapat mengurangi
yang optimal dengan peresepan atau meringankan nyeri
analgesik

Pemberian analgesik
7. Cek perintah pengobatan 7. Menghindari terjadinya kesalahan
meliputi obat, dosis, dan dalam pemberian obat ke pasien
frekuensi obat analgesik yang dan perintah pemberian obat
diresepkan 8. Mengetahui adanya riwayat alergi
8. Cek adanya riwayat alergi obat obat pasien
9. Meciptakan lingkungan yang
9. Berikan kebutuhan kenyamanan nyaman dengan membersihkan
dan aktivitas lain yang dapat tempat tidur, mengatur suhu, dan
membantu relaksasi untuk mengurangi kebisingan.
memfasilitasi penurunan nyeri
2 Kerusakan Integritas  Integritas jaringan: kulit Perawatan luka
jaringan berhubungan dan membran mukosa 1. Bersihkan luka dengan normal 1. untuk mengatasi iritasi pada luka
dengan kerusakan jaringan Indikator : saline ata pembersih yang tidak
akibat dari tindakan 1. Sangat terganggu beracun
operasi. 2. Banyak terganggu 2. Oleskan salep yang sesuai 2. salep yang sesuai dapat membantu
3. Cukup terganggu dengan kulit/lesi menjaga agar kulit tetap lkembab
4. Sedikit terganggu 3. Berikan balutan yang sesuai 3. balutan yang sesuai dengan jenis
5. Tidak terganggu dengan jenis luka luka dapat mempengaruhi proses
penyembuhan
Hasil yang diharapkan 4-5 4. Periksa luka setiap kali perbahan 4. memeriksa luka untuk mengetahui
balutan perubahan-perubahan pada luka
kriteria hasil : 5. Reposisi pasien setidaknya setiap 5. untuk mencegah terjadinya luka
1. Suhu kulit 2 jam decubitus
2. Sensasi
3. Elastisitas Kontrol risiko : proses infeksi
4. Hidrasi 6. Anjurkan pengunjung untuk 6. Menghindari masuknya
5. Tekstur mencuci tangan pada saat mikroorganisme atau bakteri yang
6. Perfusi jaringan memasuki dan meninggalkan akan menyebabkan infeksi
34

7. Integritas kulit ruang pasien


7. batasi jumlah pengunjung bila 7. menghindari terjadinya penularan
Kontrol risiko : proses infeksi perlu atau penyebaran infeksi
Indikator : 8. Dorong asupan cairan: tawari 8. untuk membantu perbaikan
1. Tidak pernah menunjukkan makanan ringan, minuman jaringan yang rusak dari dalam
2. Jarang menunjukkan ringan dan buah-buahan segar/jus tubuh
3. Kadang-kadang menunjukkan buah) 9. Nutrisi yang tepat dapat membantu
4. Sering menunjukkan 9. Tingkatkan intake nutrisi yang memperbaiki sel/jaringan yang
5. Secara konsisten tepat: dengan memotivasi pasien rusak dari dalam tubuh.
menunjukkan untuk makan sesuai dengan porsi
yang disediakan dari rumah sakit.
Hasil yang diharapkan 4-5
Kriteria hasil:
1. Mengidentifikasi faktor risiko
infeksi
2. Mengidentifikasi risiko
infeksi dalam aktivitas sehari-
hari
3. Mengidentifikasi strategi
umtuk melindungi diri dari
orang lain yang terkena
infeksi
4. Mempraktikkan strategi
untuk mengontrol infeksi
5. Mempertahankan lingkungan
yang bersih

3. Hambatan mobilitas fisik NOC NIC :


berhubungan luka post Indikator : Exercise therapy : ambulation
operasi posisi tubuh: berinisiatif sendiri 1. Bantu pasien untuk duduk di sisi 1. Untuk mengurangi nyeri selama
1. Sangat terganggu tempat tidur melaukan latihan ataupun aktivitas
2. Banyak terganggu 2. Ajarkan pasien tentang dan 2. Untuk mengetahui Terapi ambulasi
3. Cukup terganggu pantau penggunaan alat bantu yang tepat untuk meningkatkan
mobilitas : kursi roda atau mengembalikan gerakan tubuh
4. Sedikit terganggu
yang terkendali
5. Tidak terganggu
3. Ajarkan dan bantu pasien dalam 3. Untuk membantu pasien dalam
proses berpindah melatih kemampuan gerak
35

Hasil yang diharapkan : 4-5


kriteria hasil: Pengaturan posisi
1. Bergerak dari posisi berbaring 4. Posisikan pasien semi fowler 4. Mencegah terjadinya dispnea
ke posisi berdiri 5. Balikkan tubuh pasien sesuai 5. Untuk mencegah luka dekubitus
2. Bergerak dari posisi duduk ke dengan kondisi kulit akibat tekanan yang terlalu lama
posisi berbaring 6. Minimalisir gesekan atau cedera 6. dibutuhkan bantuan dari keluarga
3. Bergerak dari posisi duduk ke ketika memposisikan dan untuk menahan dan memegangi
posisi berdiri membalikkan tubuh pasien pasien selama berpindah posisi,
4. Bergerak dari posisi beriri ke menghindarkan dari benda-benda
posisi duduk tajam, serta memasang said rail
agar pasien tidak jatuh.
7. Dorong pasien untuk terlibat 7. Pasien kooperatif dapat
dalam perubahan posisi memudahkan proses latihan
bergerak dan berpindah.

4 Risiko infeksi NOC : NIC :


 kontrol risiko proses infeksi Infection Control (Kontrol infeksi)
berhubungan dengan
Indikator : 1. Kaji faktor yang dapat 1. untuk mengetahui potensi terjadi
luka insisi bedah/operasi. 1. Tidak pernah mennjukkan meningkatkan kerentanan infeksi luka
2. Jarang menunjukkan terhadap infek(misalnya, usia
3. Kadang-kadang lanjut, usia kurang dari 1 tahun,
menunjukkan sistem imun lemah, dan
4. Sering menunjukkan malnutrisi).
5. Secara konsisten 2. pantau tanda dan gejala infeksi 2. untuk mengetahui adanya tanda
menunjkkan dan gejalainfeksi
3. amati penampilan praktik 3. Meminimalkan risiko infeksi
Hasil yang diharapkan 4-5 hygiene personal
4. instruksikan untuk menjaga 4. Menghindari masuknya
dengan kriteria hasil: hygiene personal (misalnya mikroorganisme atau bakteri
1. Terbbebas dari tanda dan mencuci tangan) yang akan menyebabkan infeksi
gekjala infeksi 5. ajarkan pasien teknik mencuci 5. mengurangi mikroba bakteri yang
2. Memperlihatkan hygiene tangan yang benar dapat menyebabkan infeksi
personal yang adekuat 6. ajarkan kepada pengunjung 6. meminimalkan patogen yang ada
3. Mengindikasikan status untuk mencuci tangan sewaktu di sekeliling pasien
gastrointestinal dan imun masuk dan meninggalkan ruang
dalam batas normal pasien
4. Melaporkan tanda dan 7. batasi jumlah pengunjung bila 7. menghindari terjadinya penularan
gejala infeksi serta perlu atau penyebaran infeksi
36

mengikuti prosedur skrining 8. hitung jumlah leukosit (leukosit 8. jumlah leukosit yang lebih dari
dan pemantauan normal 4000-10000 sel/mm3) batas normal menandakan
terjadinya infeksi
9. kolaborasi pemberikan terapi 9. antibiotic digunakan untuk
 Status nutrisi: Asupan antibiotik, bila diperlukan mencegah terjadinya infeksi oleh
Makanan & Cairan bakteri atau kuman pathogen
indikator: manajemen nutrisi
1 : Tidak Adekuat 10. monitor kalori dan asupan 10. untuk mengetahui adakah
2 : Sedikit adekuat makanan perubahan asupan makanan dan
3 : Cukup adekuat 11. instruksikan pasien mengenai kalori pasien
4 : Adekuat kebutuhan nutrisi (yaitu
5 : Sangat Adekuat membahas pedoman diet dan 11. untuk menganjurkan diet yang
piramida makanan sehat dan sesuai kebutuhan
Dengan hasil yang diharapkan : 4- 12. berikan pilihan makanan sambil 12. untuk membahas masalah diet
5 menawarkan bimbingan yang diperlukan
terhadap pilihan makanan yang
Dengan kriteria hasil: sehat
13. anjurkan keluarga membawa 13. untuk meningkatkan nafsu makan
1. Asupan nutmakanan pasien
secara oral makanan favorite pasien
2. Asupan makanan secara sementara pasien berada
tube feeding dirumah sakit atau fasilitas
3. Asupan cairan secara perawatan
14. tawarkan makanan ringan yang 14. menawarkan pasien makanan
oral yang ringan namun sehat dan
4. Asupan cairan intravena padat gizi
bernutrisi dapat membantu
5. Asupan cairan parenteral pemulihan/penyembuhan

15. pastikan diet mencakup 15. diet tinggi serat seperti pada
makanan tinggi kandungan sayuran (missal bayam, sawi,
serat untuk mencegah brokoli) dapat mencegah
konstipasi konstipasi
37

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011). Proses Implementasi
mencakup (Kozier, 2011) :
a. Mengkaji kembali pasien
b. Menentukan kebutuhan perawat terhadap bantuan
c. Mengimplementasikan intervensi keperawatan
d. Melakukan supervise terhadap asuhan yang didelegasikan
e. Mendokumentasikan tindakan keperawatan

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan
yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus
diakhiri dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2011).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan
pengertian S (subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari
pasien setelah tindakan diberikan. O (objektif) adalah informasi yang didapat
berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat
setelah tindakan dilakukan. A (analisis) adalah membandingkan antara
informasi subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian
diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak
teratasi. P (planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa (Kozier, 2011)
38

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien merupakan langkah awal penulis
dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan supaya dapat melakukan asuhan
keperawatan dengan akurat. Hasil dari data pengkajian yang muncul pada
pasien dengan post operasi Herniorrhaphy tidak selalu sama dengan konsep
teori yang terdapat pada teoritis bab II. Pasien Ny.H dengan diagnosa hernia
insisional diruang Melati RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu setelah melakukan
post operasi Herniorrhaphy keluhan utama yang dirasakan adalah gangguan
rasa nyaman/nyeri dikarena luka post operasi, skala nyeri dapat dirasakan
berbeda-beda pada setiap pasien dengan post operasi herniorrhaphy, seperti
pada Ny.H indikator nyeri 4 pada hari pertama pengkajian.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan kasus hernia
insisional post operasi herniorrhaphy mempunyai sedikit perbedaan, yaitu
terdapat satu diagnosa yang tidak ditegakkan yaitu diagnosa keperawatan
risiko infeksi karena tidak ditemukan data-data yang menunjang untuk
ditegakkannya diagnosa tersebut.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada kasus ini telah dibuat sesuai dengan
teori yang ada, hanya saja pada beberapa diagnosa penulis tidak
mencantumkan beberapa intervensi yang tidak sesuai dengan keadaan dan
kondisi pasien dirumah sakit.
39

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan sudah efektif dan sudah
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan
adanya kerjasama yang baik antara perawat, pasien, dan keluarga pasien.
5. Evaluasi
Semua tujuan dari intervensi yang telah dibuat tercapai pada ketiga
diagnosa yang telah ditegakkan karena didukung dengan keinginan pasien
untuk cepat sembuh, dan karena pasien kooperatif selama dalam perawatan.

B. Saran
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan untuk dapat menerapkan ilmu mengenai
asuhan keperawatan pada pasien dengan hernia lebih baik lagi, pasien dengan
pre dan post operasi hernia akan ditemui keluhan nyeri namun penaalaksanaan
dapat berbeda karena skala nyeri yang dirasakan biasanya berbeda-beda.
Pasien post herniorrhaphy dengan anestesi regional biasanya sudah dapat
makan-minum setelah dioperasi, lakukan perawatan luka dengan
menggunakan saleb yang sesuai dengan instruksi dokter (biasanya
menggunakan supratul), melatih dan mengajarkan mobilisasi dengan diselingi
penggunaan napas dalam/teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri saat
bergerak atau mobilisasi, anjurkan pasien untuk bergerak secara perlahan
dengan dimulai dari miring kiri miring kanan, anjurkan pasien untuk
menggunakan gurita atau korset untuk menekan otot area abdomen dan
mengurangi peregangan otot abdomen setelah pembedahan, berikan
pendidikan kesehatan jika sudah diperbolehkan pulang.
40

b. Bagi Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan/Rumah sakit diharapkan dapat mengawasi dan
memberikan motivasi pada perawat-perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan yang baik pada pasien dengan hernia post operasi herniorrhaphy
dan melengkapi sarana yang belum tercukupi bagi pasien dalam masa
perawatan seperti alat bantu mobilisasi kruk, walker karena tidak semua
pasien sesuai kebutuhannya menggunakan kursi roda.
c. Bagi Akademik
Diharapkan institusi pendidikan dapat memberikan seminar-seminar
atau membuat kelompok belajar untuk lebih memahami mengenai penyakit
yang sering dijumpai bahkan sudah tak asing lagi masyarakat yang biasa
disebut usus turun/hernia, menambah dan melengkapi buku-buku mengenai
asuhan keperawatan pada pasien dengan hernia untuk dapat menunjang
penyusunan Karya Tulis Ilmiah agar lebih baik lagi.
41

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,L.J.2001. Buku Diagnosa Keperawatan (Terjemah: Monica Ester). Edisi 8.


Jakarta; EGC

Dermawan. 2010. Keperawatan medikal bedah (sistem pencernaan). Yogyakarta:


Gosyen Publishing:
http://eprints.ums.ac.id/33991/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.diakses
pada tanggal 15 September 2016, pukul 15.53 WIB

Bulechek, Butcher, Dochterman, Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification


(NIC). Edisi ke-6. Jakarta: Mocomedia

Grace. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.

Hartini. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Hernia Hari
Ke-1. Surakarta

Judith M.Wilkinson. 2006. Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi


NIC, Hasil NOC. Jakarta: EGC

Kemenkes RI, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pp. 51-83
http://eprints.ums.ac.id/31241/19/NASKAH_PUBLIKASI.pdf.diakses pada
tanggal 01 Oktober 2016, pukul 05.36 WIB

Kozier. 2011. Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, Dan Praktik). Jakarta:


EGC

Luhndorrf,Suravaram S, Bellolio MF, Enduri S, Rabinstein A, Gilmore RM, Bhagra


A, Manivannan V, Decker WW.First aid for the surgery clerkship,
Intrnational edition, The Mc Graw-Hill Companies, Inc, Singapore, 2013,
307-317:
https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/06/hernia_files_of_drsmed_
fkur.pdf.diakses pada tanggal 01 September 2016, pukul 14.14 WIB

Moore & Dalley. 2013. Anatomi Fisiologi Berorientasi Klinis. Edisi ke-5. Jakarta:
Erlangga

Moorhead, Johnson, Meridean, Swanson. 2013. Nursing Outcomes Classification


(NOC). Edisi ke-5. Jakarta: Mocomedia
42

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC NOC Jilid 1. Jakarta:EGC

Oswari. 2006.Bedah dan Perawatannya. Jakarta: FKUI: http://194.27.141.99/dosya-


depo/ders-notlari/murat-suphan-erturk/ 7_ 8_ Hernias. Pdf.diakses pada
tanggal 01 September 2016, pukul14.27 WIB

Potter & Perry. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Rekam Medik, 2015. Data Rekam Medik. Bengkulu: RSUD Dr. M.Yunus kota
Bengkulu

Ruhl, C.E,: Everhart, J.E.,2007. Risk Factors foringuinal Hernia Adult in the US
Population. Am Jepidemiol. http://eprints.ums.ac.id/31241/19/NASKAH
_PUBLIKASI.pdf

Rumiati. 2013. Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Dengan Post Operasi
Hernia. Surakarta

Suratun. (2010). Asuhan keperawatan klien gangguan sistem gastrointestinal.


Jakarta: CV. Trans Info Media:
http://eprints.ums.Ac.id/22022/16/naskah_publikasi.pdf.diakses pada
tanggal 15 September 2016, pukul 15.53 WIB

Townsend. 2011. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition. Philadelphia.


Elsevier Saunders. 1199-1217: http://medicine.comdiakses pada 30
Agustus 2016, pukul 16.06 WIB

Vera Anik A. 2014. Unnes Journal of Public Health.


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujphdiakses pada tanggal 14
Desember 2016, pukul 10.22 WIB

WHO. 2013. Obesity and Overweight :http://www.who.int/mediacentre/fact


sheets/fs311/en/diakses pada tanggal 01 Oktober 2016, pukul 05.34 WIB

Anda mungkin juga menyukai