Proteksi Gardu Induk PDF
Proteksi Gardu Induk PDF
Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi
tenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama bila terjadi gangguan
hubungsingkat, system proteksi juga harus dapat mengeliminiir daerah yang
terganggu dan memisahkan daerah yang tidak tergangggu, sehingga gangguan
tidak meluas dan kerugian yang timbuk akibat gangguan tersebut dapat di
minimalisasi. Relai proteksi gardu induk seperti yang terlihat pada gambar 1.1
terdiri dari :
Relai proteksi Trafo Tenaga
Relai proteksi busbar atau kopel
Relai proteksi PMT
Relai proteksi kapasitor dan reaktor
OHL OHL
Proteksi BUSBAR
BUS 150KV-4000A
I
II
UNINDO
TD-2 (60 MVA)
NGR: 12 Ω NGR : 12 Ω
1000 A 1000A
Proteksi
PEMBANGKIT Proteksi TRAFO Proteksi TRAFO
PLTG
Proteksi
FEEDER
PMT 150 KV
NGR
CATU
CT N20 DAYA
CT20 DC / AC
PMT 20 KV
OCR/GF
3
Penyebab overfluxing
Terjadi saat overvoltage dan under frekuensi, dapat menyebabkan
bertambahnya rugi-rugi besi sehingga terjadi pemanasan yang
dapat menyebabkan kerusakan isolasi lempengani inti dan bahkan
isolasi belitan
Penyebab Overpressure
Pelepasan gas akibat overheating
Hubung singkat belitan-belitan sefasa
Pelepasan gas akibat proses kimia
o Gangguan eksternal
Gangguan yang terjadi diluar daerah proteksi trafo. Umumnya
gangguan ini terjadi pada jaringan yang akan dirasakan dan
berdampak terhadap ketahanan kumparan primer maupun
sekunder/tersier Trafo. Fenomena gangguan ekternal seperti :
• Hubungsingkat pada jaringan sekunder atau tersier (penyulang)
yang menimbulkan through fault current. Frekuensi dan besaran
arus gangguan diprediksi akan mengurangi umur operasi trafo.
• Pembebanan lebih (Overload )
• Overvoltage akibat surja hubung atau surja petir
• Under atau over frequency akibat gangguan sistem
• External system short circuit
OCR/GFR
50/51P/51GP
87N
87T
SBEF 87N
51NS
OCR/GFR
50/51S/51GS
REL 20
OCR/GFR
50/51/51G
Id
(I1-I2 ) Slope 2
Slope 1
block area
Idm
Ih
Gbr 1.2.2 : Rangkaian arus relai REF saat terjadi ggn ekternal
Pola Proteksi cadangan pada trafo tenaga umumnya terdiri dari OCR
untuk gangguan fasa-fasa atau 3-fasa dan GFR untuk gangguan 1-fasa
ketanah seperti yang terlihat pada tabel-1 di atas.
- Definite
- Normal/Standar inverse
- Very inverse
Agar dapat dikoordinasikan dengan baik terhadap relai arus lebih disisi
yang lain (bukan relai arus lebih yang terpasang di penghantar), maka
karakteristik untuk proteksi penghantar yang dipilih adalah kurva yang
sama yaitu standard inverse (IEC) / normal inverse (ANSI/IEEE).
- Definite
- Normal/Standar inverse
- Very inverse
Ket :
t : waktu
K : Kosntanta (5 atau 40)
V : tegangan input
Vs : tegangan seting
Tms: Time Multiple Setting
Oleh karena itu fungsi proteksi busbar atau diameter, selain untuk
menghindari kerusakan peralatan instalasi, juga sangat diharapkan dapat
150KV
A
B
BBP-2
KOPEL
OHL-1 OHL-2
TD-1 TD-2 TD-3
Gbr 2.1.0 : Pola proteksi Differensial Busbar pada gardu induk 150 kV
F2
End A End B
Protected Zones
IA IB
F1
R IR1 = 0
Karakteristik kerja
Daerah pengaman adalah di dalam daerah yang dilingkupi CT
yang tersambung ke relai diferensial.
Bekerja seketika.
Tidak perlu dikoordinasikan dengan pengaman lain
merupakan pengaman utama dan tidak berlaku sebagai
pengaman cadangan.
I diff I diff
Operate
Operate
Restrain
Restrain
Trough current Trough current
a) b)
Relai diferensial jenis non bias menggunakan relai arus lebih sebagai
operating coil dan pada kondisi arus gangguan eksternal yang besar
sekali relai ini tidak stabil.
IA IB
B B
R
B = bias / restrain coil
IA – IB
=
X 100 %
(IA + IB) / 2
Cek Zone :
Jika terjadi gangguan pada zone 1, maka jumlah arus dari masing-masing
CT a, b dan c tidak sama dengan nol, akibatnya ada arus yang melalui
relai R1. Hal ini juga dirasakan oleh relai R3 yang akan menutup
kontaknya untuk memberi tegangan positip, dan dengan menutupnya
kontak dari relai R1 maka sinyal trip akan dikirim ke pmt yang dilingkupi
CT a,b dan c. Dengan demikian zone 1 dapat diisolir dari sistem.. Jika
ada rangkaian arus yang terbuka pada zone proteksi, maka pada saat
beban yang cukup besar atau pada saat ada gangguan eksternal, akan
menyebabkan proteksi busbar pada zone tersebut tidak stabil atau relai
dari busbar tersebut akan menutup kontaknya. Tetapi dengan adanya
chek zone, relai tersebut tidak mendapat tegangan positip sehingga mal
operasi dapat dicegah.
If
IF
Ekivalensi CT jenuh
Karena relai diset pada arus hubung singkat tertentu, jika suatu saat arus
hubung singkat tersebut bertambah besar dan salah satu relai jenuh
maka relai tersebut menjadi tidak stabil untuk gangguan eksternal, tetapi
akan tetap stabil jika tidak ada CT yang jenuh.
Dari uraian di atas jika CT terpasang tidak sama dan rasio disamakan
dengan penambahan ACT maka harus dipenuhi persyaratan di atas,
tetapi sulit dipenuhi ACT dengan kebutuhan di atas, sehingga pemakaian
ACT tidak direkomendasikan untuk relai diffrensial jenis high
impedance.
CCPa
BBP
CCPb
LP
87T
Jika sistem CBF ini sering bekerja, detektor gangguan lebih baik disetel
diatas arus pembebanan maksimum dan dibawah arus gangguan
minimum di saluran transmisi tersebut. Jika detektor gangguan diaktifkan
hanya pada saat skema kegagalan pemutus aktif, setelan nilai kerja bisa
disetel dibawah arus pembebanan maksimum.
Jika elemen arus lebih bekerja terus menerus sampai batas setting
waktu TBF-2, maka keluaran trip dari relai akan memerintah PMT-PMT
pengapitnya (BF-TRIP). Juga elemen arus yang terus menerus dapat
mengerjakan TBF1 dan mengirim signal RE-TRIP ke PMT yang
bersangkutan. Pengiriman signal RE-TRIP ada 2 jalur melalui kontrol
waktu.
kerja OCR ”TOC” atau melalui switch ”T”, kedua-duanya dapat dipilih
melalui switch ”BF1”.
Jika pembukaan PMT yang bersangkutan normal, maka elemen arus
akan menganulir perintah CBF, sehingga CBF akan segera reset. Dan
apabila signal Re-trip dari TBF1 berhasil mentrip PMT yang
bersangkutan, maka elemen arus OCBF akan segera reset, dan CBF
akan reset sehingga perintah trip ke PMT-PMT pengapit juga akan
dianulir. Untuk memdapatkan urutan kerja yang sesuai, perlu
diperhatikan penyetelan TBF1 dan TBF2.
Proteksi kegagalan pemutus (CBF) harus diterapkan pada semua
pemutus 500 kV, 275 kV dan 150 kV. Penggunaan skema proteksi arus
dengan pemilihan waktu pada masing-masing pemutus lebih disarankan
dari pada skema yang terintegrasi secara terpusat. Gangguan pada
salah satu elemen pada skema ini tidak akan terlalu banyak
mempengaruhi elemen yang lain. Sinyal trip (tripping signal) dapat
diulang (routed) pada proteksi busbar sehingga mengurangi biaya
tambahan pada rangkaian logika pemutusan.
Sama halnya seperti proteksi busbar, apabila sistem proteksi
menggunakan jenis numerik, skema yang digunakan biasanya juga
termasuk fasilitas untuk proteksi kegagalan pemutus (CBF).
CCPa SZP
BBP
CCPb
LP
Gbr 2.4.0 : zona proteksi SZP
87T
PMT jika perbedaan kedua sisi frekuensi lebih besar dari setting.
Perbedaan frekuensi maksimal disetting 0.11 Hz.
Faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam setelan synchro
check adalah perbedaan frekuensi (slip), sehingga perlu dihitung
secara akurat.
Perbedaan frekuensi ditentukan melalui persamaan df = Ø /(t
x180°), dimana Ø dalam derajat dan t dalam detik.
Waktu tunda
Beda frekuensi adalah untuk mengetahui slip frekuensi antara
kedua subsistem yang akan dihubungkan fungsinya untuk
mencegah penutupan PMT jika perbedaan kedua sisi frekuensi
Gambar 2.61. Ilustrasi Penyebaran Tegangan pada Primary Feeder System Radial
Terdapat dua tipe Voltage Regulator yaitu tipe induksi dan tipe step
regulators. Pada era sekarang ini tipe step regulator telah
menggantikan tipe induksi.
Tipe step voltage regulator pada dasarnya adalah suatu
autotransformer dengan beberapa tap atau step dalam belitan seri.
Pada Transformator tegangan tinggi Voltage Regulator tipe step pada
umumnya dapat dioperasikan dalam kondisi berbeban dan dikenal
dengan sebutan On Load Tap Changer (OLTC).
Hal yang sangat penting regulator dirancang untuk mengoreksi
tegangan fasa dari 10 percent menaikan (boost) ke 10 percent
menurunkan/melawan (buck) (+10 percent) dalam 32 step, dengan 5/8
percent perubahan tegangan per step. Catatan bahwa tegangan
regulasi secara penuh dengan range 20 percent, dengan perkataan
lain jika 20 percent regulasi range dipenuhi oleh 32 step, maka
ditemukan 5/8 percent regulasi per step.
Hal ini akan dipelihara secara otomatis melalui dial setting dengan
mengatur setting elemen resistance dan reactance dari unit yang
disebut line-drop compensator.
Pada kondisi beban nol penetapan nilai resistance diantara Regulator
dan regulation point. R dial setting pada line drop compensator dapat
ditetapkan dari:
CTP
\ Rset xReff V
PTs
Keterangan :
CTp = rating dari besaran primer CT
Primary lateral
OLTC CT Feeder
Voltage
PT RL XL Regulator To first customer
Vreg VVRR Relay
VRR
Vreg
ILXL
VVRR
θ
ILRL
IL
Gambar 2.6 2 : Schematic Diagram Sederhana dan Phasor Diagram dari Rangkaian Kontrol
dan Rangkaian Line-Drop Compensator dari Suatu Step atau Induksi Voltage
Regulator
I Sl
Reff re x
2
dimana :
CT p
X set xX eff V
PT s
dimana:
Xeff = nilai reaktance efektif konduktor feeder dari GI sampai dengan
titik pengaturan (regulation point),Ώ
I Sl
X eff X l x
2
dimana :
XL = reaktansi induktif dari konduktor feeder, Ώ/mi
Bila nilai R dan X ditetapkan untuk total beban yang tersambung, lebih
dari sekedar untuk suatu grup pelanggan, nilai resistansi dan reaktansi
ditetapkan dari :
I 1
V DR I
R eff
I L
dan :
V
I 1
DR I L .1 .ra .1 xl1 I L .2 ra .2 xl 2 .......... ..... I L . n ra . n xl n
I
dimana :
VDR I = drop tegangan dari line resistance satu feeder diantara regulator
station dengan regulation point, V/section
n
= Total drop tegangan dari Line Resistance dari Feeder diantara
V
I 1
DR
I
V I 1
DX I
X eff
IL
n
dan : VI 1
DR I L .1 . x a .1 xl 1 I L .2 x a .2 xl 2 .......... ..... I L . n x a . n xl n
I
dimana :
VDR I
= drop tegangan dari line reactance satu feeder diantara regulator
n
= Total drop tegangan dari Line Reactance dari Feeder diantara
V
I 1
DR
I
Dari besarnya nilai Reff dan Xeff dapat dengan mudah ditentukan bila
faktor kerja dari beban feeder dan perbandingan rata-rata r/x ratio dari
konduktor feeder diantara regulator dan regulating point diketahui
Gambar 2.6.3 di bawah ini memberikan suatu contoh untuk
menentukan profil tegangan untuk beban puncak dan beban normal.
nilai dasar tegangan primer dari feeder adalah 120-V base.
Voltage
Primary
First
13 distributor
Primary Voltage (120 volt
12
Peak load
12
base)
12
12
12
11 Regulation (a
Light load
11
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 2.6.3 Contoh One-line Diagram Profil Tegangan pada Primary Feeder
Gambar 2.6.3 : One-line diagram dan voltage profile dari suatu feeder
dengan beban distribusi dibawah control suatu regulator tegangan,
lokasi: (a) one line-diagram, dan (b) peak and light load profile terlihat
bayangan regulating point untuk line drop compensator settings.