php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol , No. (2017)
Biodrying adalah proses penguapan konvektif dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan dari reaksi
aerobik komponen biologis dan dibantu dengan aerasi. Biodrying dapat menjadi alternatif untuk
pengolahan sampah organik yang memiliki kadar air tinggi. Penelitian biodrying dalam skala
laboratorium belum banyak dikembangkan dikarenakan mekanisme yang kompleks. Peneliti
mengembangkan proses biodrying dengan variasi penutup reaktor dan debit aerasi untuk menganalisis
dan menemukan variabel yang optimum dalam pencapaian suhu, penurunan kadar air, penurunan
volume, dan penurunan massa sampah organik. Variasi penutup reaktor menggunakan terpal dan
geotekstil dengan variasi debit aerasi 6 l/menit, 12 l/menit, dan 18 l/menit. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variasi penutup reaktor dan debit aerasi mempunyai pengaruh terhadap suhu, penurunan kadar
air, penurunan volume, dan penurunan massa. Semakin permeabel penutup reaktor dan debit aerasi
yang rendah, suhu tinggi dapat dicapai dan penurunan kadar air, volume, dan massa dapat memenuhi
batas optimum. Variasi penutup reaktor dan debit aerasi yang optimum dari hasil penelitian adalah
penutup geotekstil dan debit aerasi 6 l/menit. Suhu tertinggi yang dicapai sebesar 57 oC pada hari
pertama, penurunan kadar air, penurunan volume, dan penurunan massa total setelah 30 hari proses
biodrying masing-masing sebesar 30,55%; 59,75%; dan 55,12%.
Abstract
[Effect of Reactor’s Cover and Aeration Rate on Biodrying of Organic Waste]. Biodrying is a
convective evaporation process, which utilizes the biological heat developed from the aerobic reactions of
organic components and supported with aeration. Biodrying may be an alternative for the processing of
organic waste that has a high water content. Laboratory scale of biodrying process has not been much
developed due to a complex mechanism. This study developed biodrying process by using variations of
cover and aeration rate to find the optimum variables in the achievement of the optimum temperature,
moisture content reduction, volume reduction, and mass reduction of organic waste. The variation of
cover using tarps and geotextile with aeration rate were 6 l/min, 12 l/min, and 18 l/min. The results
showed that the variation of cover and aeration rate have influence to temperature, moisture content
reduction, volume reduction, and mass reduction. The more permeable of cover and the low aeration
rate, high temperatures achieved and reduction in moisture content, volume, and mass reached the
optimum limit. The optimum results of cover and aeration rate variation on this study were geotextile
cover and 6 l/min of aeration rate. The highest temperature of 57 °C is reached on the first day, total
moisture content reduction, volume reduction, and mass reduction were 30.55%; 59.75%; and 55.12%
respectively , after biodrying processes for 30 days.
Keywords : Cover, Aeration Rate, Biodrying
1 | P*Penulis
age
*Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol , No. (2017)
4|
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol , No. (2017)
2,97 % dan 10,60 %. Reaktor 3 mengalami kenaikan suhu. Suhu udara pengering
tren penurunan kadar air yang paling rendah berpengaruh terhadap lama pengeringan dan
dan hampir menyerupai garis lurus. kualitas bahan hasil pengeringan. Makin
tinggi suhu udara maka proses pengeringan
makin singkat (Brooker et al., 1974 dalam
Aisyah, 2015).
Pengaruh Variasi Penutup Reaktor
terhadap Penurunan Volume Sampah
Penurunan volume pada reaktor
biodrying diukur setiap hari dengan
mengukur penurunan ketinggian dari
tumpukan sampah. Pada proses
Gambar 5. Penurunan Kadar Air Sampah pengomposan, ketika material organik
pada Variasi Penutup Geotekstil terdegradasi, baik massa maupun volume
sampah menurun dikarenakan pemecahan
Penurunan kadar air total yang komponen organik membentuk partikel yang
tertinggi yaitu 30,55 % pada reaktor 2, lebih kecil dengan bulk density yang lebih
sedangkan dua reaktor lainnya mengalami besar dan mineralisasi bahan organik
penurunan sebesar 23,77 % dan 14,52 %. membentuk CO2 dan H2O (Breitenbeck and
Penurunan kadar air tertinggi menunjukkan Schellinger, 2004). Berikut ini dijelaskan
hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengaruh variasi penutup terpal dan
penelitian Tom, Pawels and Haridas (2016) geotekstil terhadap penurunan volume:
dimana penurunan kadar air yang dicapai
yaitu 20,81 %.
Penurunan kadar air sebagian besar
disebabkan oleh penguapan. Kerapatan
bahan berpengaruh terhadap proses
penguapan air. Geotekstil memiliki
kerapatan yang lebih rendah dibanding
terpal sehingga dapat lebih mudah
meloloskan air. Menurut Jalil et al. (2015)
kelembaban di dalam reaktor dapat menguap
dengan mudah melalui pori-pori penutup Gambar 6. Penurunan Volume Sampah
geotekstil. Terpal tersusun dari bahan yang pada Variasi Penutup Terpal
sangat rapat sehingga air yang telah
menguap sulit untuk keluar dari reaktor. Hal Penurunan volume yang terjadi pada
ini menyebabkan distribusi kelembaban setiap variasi hampir seragam, tidak terjadi
tidak merata karena air yang telah menguap penurunan yang signifikan hingga akhir
mengalami kondensasi dan menyebabkan air proses biodrying. Penurunan volume paling
kembali ke bagian atas tumpukan sampah. rendah terjadi pada reaktor 3 yaitu 45,24 %
Air yang terperangkap di dalam reaktor ini
tak bisa lagi diuapkan karena udara akan
mengalami titik jenuh (Tom, Pawels and
Haridas, 2016).
Laju penguapan air bahan dalam
pengeringan sangat ditentukan oleh
6|
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol , No. (2017)
O2 untuk memenuhi kebutuhan stoikiometri bahan dapat berkurang dengan tahapan, (1)
untuk penguraian secara aerobik (Velis et molekul air menguap dari permukaan
al., 2009). Perubahan suhu berdasarkan sampah ke udara karena terjadi perubahan
debit aerasi dapat dilihat pada grafik berikut fase dari cair ke uap, (2) air yang menguap
ini: dipindahkan dari bahan ke udara luar karena
dibawa oleh aliran udara aerasi dan (3)
sebagian kecil air meresap lewat tumpukan
bahan dan ditampung pada bagian bawah
reaktor biodrying sebagai lindi (leachate)
(Velis et al., 2009). Berikut ini grafik yang
menggambarkan penurunan kadar air
berdasarkan debit aerasi:
aerasi 6 l/menit dengan penutup geotekstil aerasi 6 l/menit (reaktor 2) yaitu sebesar
(reaktor 2) yaitu sebesar 30,55 %. 59,75 %.
Pengaruh Variasi Debit Aerasi terhadap Pengaruh Variasi Debit Aerasi terhadap
Penurunan Volume Sampah Penurunan Massa Sampah
Berikut ini grafik yang Berikut ini grafik yang
menggambarkan penurunan volume menggambarkan penurunan massa
berdasarkan debit aerasi: berdasarkan debit aerasi:
apabila α sebesar 0,05 atau 5% berarti sama Penutup Suhu 0,010 <0,05, H0
dengan menentukan taraf kepercayaan Reaktor diterima
(terdapat
sebesar (1-0,05)=0,95 atau 95%. IBM SPSS pengaruh)
menggunakan istilah interval kepercayaan Kadar Air 0,042 <0,05, H0
(Azwar, 2005). diterima
(terdapat
Uji normalitas bertujuan untuk menguji pengaruh)
apakah dalam model regresi, variabel yang
Volume 0,031 <0,05, H0
digunakan mempunyai distribusi normal diterima
atau tidak (Ghozali, 2011). (terdapat
pengaruh)
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Massa 0,087 >0,05
Variabel Variabel Sig. Keputusan Debit Suhu 0,058 >0,05
Bebas Terikat H0 Aerasi
Suhu 0,709 H0 diterima Kadar Air 0,241 >0,05
Penurunan 0,985 H0 diterima Volume 0,614 >0,05
Kadar Air
Debit Penurunan 0,999 H0 diterima Massa 0,499 >0,05
Volume
Penurunan 0,425 H0 diterima
Massa
Berdasarkan hasil dari analisis statistik
Suhu 0,657 H0 diterima regresi berganda dapat diketahui bahwa
Penurunan 0,983 H0 diterima penutup reaktor memberikan pengaruh
Kadar Air terhadap suhu, penurunan kadar air, dan
Penutup Penurunan 0,997 H0 diterima penurunan volume tetapi tidak memberikan
Volume pengaruh yang signifikan terhadap
Penurunan 0,936 H0 diterima penurunan massa. Debit aerasi tidak
Massa
berpengaruh secara signifikan terhadap
11 |
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol , No. (2017)
keempat variabel terukur yaitu suhu, geotekstil dan debit aerasi 6 l/menit. Reaktor
penurunan kadar air, penurunan volume, dan 2 menunjukkan hasil yang signifikan di
penurunan massa sampah. setiap parameter. Suhu optimum dicapai
Untuk memperoleh nilai optimum, lebih awal dan tertinggi, penurunan kadar
diperlukan hubungan antar kedua variasi air, volume, dan massa sampah merupakan
terhadap variabel terukur yang terdiri dari yang tertinggi dibandingkan dengan reaktor
suhu optimum, penurunan kadar air, lainnya.
penurunan volume, dan penurunan massa
sampah. PENUTUP
Kesimpulan
Tabel 4. Rekapitulasi Suhu Optimum dan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
Penurunan Kadar Air, Volume, dan Massa berikut kesimpulan yang dapat diperoleh
Sampah Total 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variasi penutup reaktor dan debit aerasi
Data Hasil Pengukuran
Suhu Penurunan Penurunan Penurunan mempunyai pengaruh terhadap suhu,
Reaktor tertinggi Kadar air Volume Massa (%) penurunan kadar air, penurunan volume,
(ºC) (%) (%)
1 41 14,02 % 48,66 % 50,86 % dan penurunan massa. Semakin
permeabel penutup reaktor dan debit
2 57 30,55 % 59,75 % 55,12 %
aerasi yang rendah, suhu tinggi dapat
3 40,5 2,97 % 45,24 % 36,51 % dicapai dan penurunan kadar air, volume,
4 47,5 23,77 % 50,65 % 52,29 %
dan massa dapat memenuhi batas
optimum.
5 47 11,48 % 49,65 % 50,79 %
2. Variasi penutup geotekstil dan debit
6 47 14,52 % 55,30 % 51,36 % aerasi 6 l/menit merupakan variasi yang
paling baik dalam pencapaian suhu
tertinggi, penurunan kadar air, penurunan
Tabel 5. Hasil Skoring volume, dan penurunan massa. Suhu
tertinggi yaitu 57 ºC, penurunan kadar air
Skor Total
30,55 %, penurunan volume 59,75 %, dan
Variasi
Suhu Massa Volume Kadar
penurunan massa 55,12 %.
Air
13 |
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol , No. (2017)
14 |