Anda di halaman 1dari 12

BAGIAN I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) adalah bantuan pemerintah yang


berfokus pada peningkatan keswadayaan dengan jalan memberikan stimulan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah untuk memenuhi kebutuhan perumahan secara mandiri. Masyarakat
Berpenghasilan Rendah tidak hanya berdiam diri sebagai obyek kegiatan, namun mereka
adalah ujung tombak keberhasilan program dengan keterlibatan semua lapisan masyarakat
tanpa terkecuali pada daerah sasaran.

Kabupaten Temanggung merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Jawa Tengah
yang mendapatkan alokasi dana bantuan BSPS Tahun 2019. Dan di dalam pelaksanaannya
berjalannya program dilakukan langsung oleh masyarakat dengan pola dampingan berjenjang
oleh Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL), dikoordinasi oleh Koordinator Fasilitator (Korfas)
dalam arahan dan monitor Tim Teknis Kabupaten, Konsultan Manajemen Tingkat Propinsi,
yang kesemuanya dibawah kendali Satuan Kerja Rumah Swadaya Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. Dalam kesehariannya TFL dan Korfas
senantiasa berpegangan dan berpedoman pada Buku Kerja Pendampingan BSPS 2019
sebagai rangkuman atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
07/PRT/M/2018 tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya, Surat Edaran Direktur
Jenderal Penyediaan Perumahan Nomor 07/ SE/ Dr/ 2018 tentang petunjuk teknis
Penyelanggaraan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya,dan peraturan terkait lainnya.

Meski menepati satu kawasan dengan rerata kesamaan etnis, namun masyarakat
memiliki karakter yang sangat beragam sebagai sekumpulan idividu-individu yang berbeda
baik sifat, pemahaman, dan kebiasaannya. Hal ini tentusaja memerlukan pendampingan yang
sangat mendalam dan intensif agar mampu menggerakkan berjalannya program secara
menyeluruh dengan capaian yang sama bagi mereka.

1
BAGIAN II
GAMBARAN UMUM BSPS

Gambaran Umum BSPS


RUMAH adalah bangun bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak
huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi
pemiliknya. Namun satu dan lainnya tentu saja memiliki perbedaan dalam kualitas bentuk dan
pemenuhan atas fungsinya bagi pengguna ditilik dari kemampuan membangun bangunan ini,
sehingga menjadikan rumah memiliki sifat layak dan tidak layak untuk dihuni. Untuk melihat
tingkat kelayakan hunian rumah dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
1. Keselamatan bangunan, rumah dapat memberikan rasa aman kepada penghuni terhadap
bahaya yang mengancam keselamatan dapat diperoleh dari kekuatan struktur permanen
dari pondasi hingga atap;
2. Kesehatan penghuni, rumah tempat beristirahat memiliki sarana prasarana yang dapat
memberikan rasa nyaman sehingga mendukung dan menjaga penghuni untuk tetap sehat
diantaranya dicapai melalui kecukupan bukaan untuk sirkulasi udara dan pencahayaan, ,
ketersediaan sarana PSU dan kebersihan lingkungan;
3. Kecukupan luas ruang, rasio kebutuhan tiap tiap penghuni dapat terpenuhi hingga
penghuni akan merasa memiliki ruang yang cukup untuk beraktifitas.

Prinsip Pelaksanaan BSPS :


Dalam kegiatannya BSPS berprinsip pada 9 (Sembilan) poin prinsip diantaranya :
1. Masyarakat Sebagai pelaku utama
2. BSPS sebagai bantuan pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat
3. BSPS sebagai pengungkit keswadayaan masyarakat
4. Gotong-royong dan berkelanjutan
5. Fasilitator sebagai pendamping masyarakat
6. BSPS tanpa pungutan biaya
7. Output kegiatan : rumah memenuhi standar minimal layak dan terhuni
8. Dilaksanakan di tahun anggaran berjalan

2
9. Tepat sasaran, tepat waktu, tepat pemanfaatan, dan akuntabel

Syarat Penerima Bantuan


Adapun syarat untuk memperoleh bantuan ini, masyarakat disyaratkan atas :
1. WNI yang sudah berkeluarga;
2. memiliki atau menguasai tanah;
3. belum memiliki rumah, atau memiliki dan menempati rumah satu-satunya dengan
kondisi tidak layak huni;
4. belum pernah memperoleh BSPS;
5. Berpenghasilan paling banyak senilai UMP setempat;
6. diutamakan yang telah memiliki keswadayaan dan berencana membangun atau
meningkatkan kualitas rumahnya;
7. bersedia membentuk kelompok maks. 20 org; dan
8. bersedia membuat pernyataan

Maksud dan Tujuan

Maksud adanya kegiatan BSPS adalah untuk meningkatkan prakarsa MBR dalam
pembangunan/peningkatan kualitas rumah yang layak huni, sehat, aman, serasi dan teratur
serta berkelanjutan.

Untuk mencapai hal tersebut Pemerintah melakukan pendampingan dan pembinaan dalam
kegiatan BSPS secara berjenjang dengan melalui tahapan penyiapan, perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan. Untuk proses pendampingan dan pembinaan pemerintah
mengangkat Tenaga Fasilitator lapangan yang bertugas mendampingi masyarakat di setiap
waktu. Keberhasilan atau tidaknya sebuah kegiatan pendampingan terukur salah satunya
tingkat kehadiran dalam proses pendampingan oleh Fasilitator sehingga tersusunnya Buku
Kerja Fasilitator.

Buku kerja Fasilitator ini bertujuan sebagai bukti proses pendampingan fasilitator di setiap
kegiatan dan akan di verifikasi serta disahkan oleh koordinator fasilitator/ koordinator
wilayah serta disetujui oleh tim Teknis Kabupaten/Kota. Dalam buku kerja ini dilampiri
format-format berita acara, daftar hadir yang tidak terdapat dalam Permen namun harus
dilakukan oleh Fasilitator dalam proses pendampingan masyarakat.

3
BAGIAN III
GAMBARAN UMUM
WILAYAH DAMPINGAN

A. Lingkup Wilayah Dampingan

Wilayah dampingan berada di Desa Mojosari Kecamatan Bansari dan Desa Mranggen
Kidul Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung. Jumlah dampingan yaitu 30 rumah calon
penerima bantuan untuk Desa Mojosari dan 30 rumah calon penerima bantuan untuk Desa
Mranggen Kidul dengan satu Tenaga Fasilitator Lapangan, Berikut alokasi program BSPS
untuk desa Mojosari dan Mranggen Kidul:

No Desa Mojosari
Dusun Jumlah
1 Jlamprang 7
2 Kwagean 7
3 Tanjungsari 4
4 Macanan 12
Sumber: Musyawarah dan Usulan dari bebagai bidang

No Desa Mranggen Kidul


Dusun Jumlah
1 Mranggen Kidul 30
Sumber: Musyawarah dan Usulan dari bebagai bidang

I. Desa Mojosari

1. Kondisi Geografi Desa Mojosari


Desa Mojosari merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan
Bansaridengan batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Desa Gentingsari Kecamatan Bansari


b. Sebelah Timur : Desa Depokharjo Kecamatan Bansari
c. Sebelah Selatan : Desa Balesari Kecamatan Bansari
Sebelah Barat : Desa Mranggen Tengah Kecamatan Bansari

Secara administrasi Desa Mojosari terbagi menjadi 4 (empat) Dusun yang


terbagi menjadi 4 (empat) Rukun Warga (RW) dan 23 (dua puluh tiga) Rukun
Tangga (RT) sebagaimana tabel berikut:

4
Tabel 1.2

PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRATIF

NO NAMA DUSUN NAMA RW JUMLAH RT

1 2 3 4

1 Dusun Macanan RW 01 12

2 Dusun Kwagean RW 02 4

3 Dusun Jlamprang RW 03 4

4 Dusun Tanjungsari RW 04 3

2. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Desa Mojosari pada akhir tahun 2019 sebanyak 2.233
jiwa , yang terdiri dari:

a. Penduduk laki – laki sebanyak 1099 jiwa


b. Penduduk perempuan sebanyak 1134 jiwa.
c. Sedangkan Kepala Keluarga sebanyak 658 KK.

3. Keadaan Sosial
Kondisi sosial masyarakat Desa Mojosari ditunjukkan masih rendahnya
kualitas dari sebagian besar SDM masyarakat serta cenderung masih kuatnya
budaya paternalistik. Meskipun demikian pola budaya seperti ini dapat
dikembangkan sebagai kekuatan dalam pembangunan yang bersifat mobilitas
masa. Disamping itu masyarakat Desa Mojosari yang cenderung memiliki sifat
ekspresif, agamis dan terbuka dapat dimanfaatkan sebagai pendorong budaya
transparansi dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Munculnya masalah kemiskinan, ketenagakerjaan dan perburuhan menyangkut
pendapatan, status pemanfaatan lahan pada fasilitas umum menunjukkan masih
adanya kelemahan pemahaman masyarakat terhadap hukum yang ada saat ini.
Hal tersebut sebagai akibat dari tidak meratanya tingkat pendidikan yang
diperoleh masyarakat.

II. Desa Mranggen Kidul

1. Kondisi Geografi Desa Mranggen Kidul


Desa Mranggen Kidul merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan
Bansari yang berada pada ketinggian 1.100 meter dari permukaan laut. Desa
Mranggen Kidul memiliki batas wilayah sebagai berikut:

5
a. Sebelah Utara : Desa Mranggen Tengah
b. Sebelah Timur : Desa Balesari
c. Sebelah Selatan : Desa Balesari
d. Sebelah Barat : Hutan

Secara administrasi Desa Mranggen Kidul terbagi menjadi 1 (satu) dusun, 2


(dua) rukun warga (RW), dan 12 (dua belas) rukun tangga (RT) sebagaimana tabel
Tabel
PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRATIF
NO NAMA DUSUN NAMA RW JUMLAH RT

RW 01 6 RT
1 Mranggen Kidul
RW 02 6 RT

2. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Desa Mranggen Kidul pada tahun 2016 adalah 1.363
jiwa, yang terdiri dari:
1. Penduduk laki-laki sebanyak 668 jiwa, dan
2. Penduduk perempuan sebanyak 695 jiwa

3. Keadaan Sosial
Kondisi sosial masyarakat Desa Mranggen Kidul ditunjukkan masih
rendahnya kualitas dari sebagian besar SDM masyarakat serta cenderung masih
kuatnya budaya paternalistik. Meskipun demikian pola budaya seperti ini dapat
dikembangkan sebagai kekuatan dalam pembangunan yang bersifat mobilitas
masa. Disamping itu masyarakat Desa Mranggen Kidul yang cenderung memiliki
sifat ekspresif, agamis, dan terbuka dapat dimanfaatkan sebagai pendorong
budaya transparansi dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan. Munculnya masalah kemiskinan, ketenagakerjaan dan perburuhan
menyangkut pendapatan, serta status pemanfaatan lahan pada fasilitas umum
menunjukkan masih adanya kelemahan pemahaman masyarakat terhadap hukum
yang ada saat ini. Hal tersebut sebagai akibat dari tidak meratanya tingkat
pendidikan yang diperoleh masyarakat.

6
BAGIAN IV
TUGAS TFL

I. Tugas Fasilitator Lapangan (TFL)

Fasilitator di masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk memfasilitasi proses


pemberdayaan di masyarakat. Sebagai pendamping masyarakat, Fasilitator bukan semata-
mata karena pekerjaan akan tetapi sebagai manusia seutuhnya berkewajiban terhadap
tanggung jawab sosial yang harus dilakukan sesuai dengan fitrahnya. Pandangan yang
dipahami adalah Fasilitator bukan semata mata bekerja untuk BSPS saja namun juga ikut
berkontribusi dalam proses pembangunan dan berkontribusi dalam proses pemberdayaan
sehingga diharapkan mempunyai karakter kepedulian terhadap permasalahan masyarakat
dan hidup menjadi lebih bermakna bagi sesama. Untuk menjalankan tugasnya Fasilitator
haruslah netral, adil, tidak berpihak kepada kelompok tertentu. Untuk menjaga agar tidak
terjadi konflik kepentingan dan netralitas, etika – etika di masyarakat yang harus dipegang
teguh oleh Fasilitator. Fungsi utama Koordinator Fasilitator BSPS adalah sebagai
Koordinator dan penanggungjawab proses pendampingan masyarakat oleh Fasilitator yang
bertugas mendampingi masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pelaporan, dan pengembangan mandiri pasca kegiatan dan memenuhi kewajiban administrasi
kegiatan yang berupa laporan baik tertulis maupun data yang sebagai bahan laporan melalui
SIM dan Quick Status.

Sebagai Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) adalah tenaga profesional pemberdayaan


lokal yang bertugas menjadi penggerak dan pendamping penerima bantuan dalam
melaksanakan kegiatan BSPS, sehingga dikatakan sebagai ujung tombak keberhasilan dalam
pendampingan masyarakat dan keberhasilan kegiatan BSPS. Pendampingan penerima BSPS
oleh Tenaga Fasilitator Lapangan dilakukan Pelaksanaan pembinaan berupa sosialisasi,
bimbingan teknis, supervisi, dan/atau pendampingan penerima BSPS.

7
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) tugasnya:

a. Melakukan sosialisasi,penyuluhan dan pembekalan masyarakat


b. Melakukan seleksi calon penerima BSPS dan atau mengidentifikasi serta
melengkapi data BNBA
c. Mendampingi calon penerima BSPS dalam penyusunan dan pengajuan proposal
d. Mendampingi penerima BSPS dalam pemanfaatan bantuan
e. Mendampingi penerima BSPS dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban
kegiatan BSPS
f. Menyusun laporan kegiatan

II. Kode Etik Tenaga Fasilitator Lapangan

Kode Etik Fasilitator BSPS :

1. Tidak minta dilayani masyarakat namun senantiasa melayani masyarakat,


2. Tidak diperkenankan untuk meminta imbalan atau menerima imbalan dari
masyarakat,
3. Tidak menjadikan masyarakat hanya sebagai objek saja namun juga dijadikan
sebagai subjek dalam pelaksanaan kegiatan BSPS.
4. Tidak didasarkan pada kepentingan dan tujuan pribadi, kelompok atau golongan
namun lebih berorientasi kepada tujuan Kegiatan BSPS,
5. Tidak menciptakan pengkotak-kotakan maupun menunjukkan sikap diskriminasi
namun senantiasa berupaya merangkul berbagai pihak ke dalam iklim kemitraan,
kebersamaan dan kesatuan,
6. Tidak memberikan janji yang tidak realistis kepada masyarakat namun dilakukan
dengan bukti dan kerja nyata.

8
BAGIAN V
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tahapan Proses Pendampingan


Dalam proses pendampingan proses seleksi calon penerima bantuan diawali dengan :
1. Identifikasi calon penerima bantuan
Sebelum dilakukan proses tahapan identifikasi CPB, fasilitator melakukan
koordinasi Kepala Desa / Lurah.
Tujuan dari Koordinasi adalah untuk menginformasikan Kepala Desa/Lurah
tentang Kegiatan BSPS 2019 dengan diawali penjelasan tentang kebijakan dan
tahapan kegiatan BSPS, pembahasan data BNBA, dan penyiapan pertemuan
sosialisasi.
Keluarannya :
- Identifikasi data calon penerima bantuan
- Jadwal pelaksanaan sosialisasi
2. Sosialisasi
Tujuan Sosialisasi adalah upaya :
a. Memperkenalkan atau menyebarluaskan informasi mengenai kegiatan BSPS
b. Menumbuh kembangkan keswadayaan
c. Mempengaruhi minat/keterlibatan kelompok peduli dan kelompok strategis
untuk melakukan tindakan membantu penerima bantuan dalam meningkatkan
atau membangun rumah menjadi layak huni.
Kegiatan sosialisasi juga menjadi sarana perkenalan TFL dengan masyarakat dan
pra kondisi lapangan.

9
Penanggung jawab Kegiatan sosialisasi di tingkat kelurahan/desa oleh TFL.
Peserta Sosialisasi Kelurahan/Desa :
- Calon Penerima Bantuan
- Lembaga Masyarakat, RT, RW, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan
Kelompok peduli
- Pemerintahan Desa/Kelurahan, Pemerintah Kecamatan dan Tim Teknis
Kabupaten/Kota

Keluaran dari sosialisasi : Berita acara sosialisasi, daftar hadir, dan dokumentasi.

3. Melakukan Verifikasi calon penerima bantuan


Tujuannya untuk memferivikasi dan mengevaluasi calon penerima bantuan yang
tercantum dalam data MBR hasil pendataan sebelumnya apakah masih memenuhi
kriteria dan persyaratan untuk memperoleh daftar calon penerima bantuan definitif
yang tepat sasaran.
Pelaksanaan ferivikasi BNBA dilakukan rumah perumah oleh Fasilitator didampingi
oleh Kepala desa/lurah atau yang ditunjuk.
Keluaran : Penilaian kondisi rumah
Rekap hasil seleksi calon penerima bantuan
Catatan : Fasilitator saat verifikasi berbarengan dengan melakukan
dokumentasi 0%, menilai tingkat kerusakan dan pemetaan
kelompok.Pengorganisasian Calon Penerima Bantuan
Pengorganisasian Penerima Bantuan merupakan proses dimana komunitas penerima
bantuan diharapkan mampu mengindentifikasi, serta mengembangkan keyakinannya
untuk berusaha menentukan kebutuhan yang sesuai dengan sumber daya yang
tersedia.
Tujuannya :
a. Membangun dan memperkokoh komunitas penerima bantuan yang disebut
kelompok penerima bantuan (KPB)
b. Menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat terhadap pembangunan rumah
melalui BSPS dengan berbasis kelompok.

10
Tahapannya :
a. memfasilitasi pertemuan penyepakatan bersama penerima bantuan hasil dari
verifikasi,
b. pembentukan kelompok, dan
c. penyepakatan sosial KPB.

Keluaran :

- Berita acara pertemuan Verifikasi,


- Pembentukan Kelompok Penerima Bantuan
- Kesepakatan sosial.

B. Pelaporan
Pelaporan Tenaga Fasilitator Lapangan secara rutin dilakukan setiap bulan atau
sewaktu-waktu dibutuhkan oleh berbagai pihak.Proses pelaporan Tenaga Fasilitator
Lapangan bersumber dari proses pendampingan masyarakat yang diverifikasi dan
digunakan untuk bahan pelaporan oleh Koordinator Fasilitator.
Pelaporan Tenaga Fasilitator Lapangan berupa :
- Laporan Kegiatan harian fasilitator, Terlampir
- Permasalahan dan upaya pemecahan masalah, Terlampir
- Progres Kegiatan Penyiapan Masyarakat, Terlampir
- Laporan Progres Pemanfaatan BSPS Berbentuk Uang, Terlampir

11
Bagian VI
Penutup

Laporan Kegiatan Tenaga Fasilitator adalah laporan kegiatan yang dilakukan selama
periode satu bulan yaitu kegiatan yang dijalani selama Tanggal 01 Juli – 31 Juli 2019. Upaya
kegiatan yang dilakukan oleh tenaga fasilitator lapangan Kabupaten Temanggung untuk
mengetahui tahapan dan proses kegiatan BSPS serta untuk mengetahui masalah dan kendala
yang dihadapi dalam pendampingan Program BSPS di Kabupaten Temanggung Tahun 2019.

12

Anda mungkin juga menyukai