Anda di halaman 1dari 16

PETUNJUK TEKNIS

BUDIDAYA TANAMAN SENGON


( Paraserianhes Falcataria )

Oleh
EARLY ANATIKA, S.Hut
NIP. 19821020 201101 1 004
Penyuluh Kehutanan Muda

UPTD KPH IV MUARA DUA


DINAS KEHUTANAN PROVINSI LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR

Dalam rangka menunjang keberhasilan pengembangan tanaman sengon


( Paraserianhes falcataria ) diperlukan tambahan pengetahuan mengenai tanaman
tersebut, mengingat tanaman sengon mempunyai prospek yang baik untuk
meningkatkan pendapatan petani.

Untuk itu disajikan suatu petunjuk teknis, yang disusun dan diterbitkan dengan
maksud memberikan informasi dan menambah pengetahuan dan wawasan kepada
masyarakat agar mereka dapat ikut berperan serta secara aktif.

Isi petunjuk teknis ini disunting dari beberapa Pustaka.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah banyak menyumbangkan pemikiran


dalam penyusunan petunjuk teknis ini disampaikan terima kasih dan semoga
bermanfaat.

Pakuan Ratu, Juli 2018


Penyusun,

Early Anatika, S.Hut


NIP. 19821020 201101 1 004
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………


HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………..
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………….
BAB. I PENDAHULUAN………………………………………… ..
1. Latar Belakang……………………………………………..
2. Sifat – sifat ilmiah …………………………………………
3. Persyaratan tumbuh ……………………………………….
BAB. II PEMBIAKAN ………………………………………………
1. Biji dan benih………………………………………………
2. stump akar …………………………………………………
3. cangkok ……………………………………………………
BAB. III. PEMBUATAN PERSEMAIAN …………………………..
BAB. IV. TEKNIK PENANAMAN …………………………………
KUALITAS KAYU …………………………………………………..
RESUM ……………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………
I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Untuk memenuhi permintaan kayu yang semakin meningkat dan untuk
mempercepat upaya rehabilitasi lahan kritis, diperlukan jenis – jenis tanaman yang
cepat tumbuhnya dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Salah satu diantara jenis
tanaman kayu – kayuan adalah jenis tanaman sengon ( Paraserianhes Falcataria )
yang dahulu dikenal dengan Albizia ( Albazia Falcataria )

2. Sifat – Sifat Ilmiah

Sengon ( Paraserianhes falcataria ) termasuk familia Mimasaeae. Tinggi


pohon dapat mencapai 45 m dengan garis tengah 100 cm. tajuk merata diatas, tipis
dan melebar terbentuk perisai, berdaun jarang, batangnya tidak berbanir, kulit
licin, berwarna kelabu muda. Bentuknya bulat memanjang agak lurus dan sampai
20 m bebas cabang. Susunan akar yang meluas dan dalam terdapat bintil – bintil
akar yang dapat mengikat zat lemas bebas dari udara menjadi persenyawaan
sehingga dapat memperbaiki kesuburan tanah. Berbuahnya sepanjang tahun
terutaman bulan juli sampai dengan september.

3. Persyaratan Tumbuh
a. Iklim
Tumbuh baik ditempat – tempat yang mempunyai iklim basah sampai
agak kering yaitu yang paling sedikit 15 hari hujan dalam 4 bulan kering. Di
Indonesia sengon dapat tumbuh baik dengan rata – rata curah hujan pertahun
1.500 – 4000 mm dengan musim kering 0 – 3 bulan.

b. Tanah
Tumbuhan tropik ini dapat tumbuh ditanah – tanah kering maupun lembab atau
agak masam, tumbuh baik pada tanah – tanah yang belum hancur. Tanaman
sengon meskipun dapat tumbuh diberbagai macam tanah, pertumbuhannya akan
lebuh baik jika ditanam pada tanah – tanah yang mengandung hara mineral yang
cukup, dengan struktur dan tekstur tanahnya baik dan pada tanah yang
mempunyai PH ( reaksi tanahnya ) asam – netral (umumnya 5 – 7 )

II. PEMBIAKAN

Pembiakan bisa dengan :


a. Biji dan benih
Kulit biji tebal mengandung gelatin perawatan pendahuluan dengan cara :
- Merendam biji dengan air mendidih selama +3 menit, kemudian dengan air
dingin selama 24 jam,
perbandingan air : biji = 4 : 1
- Direndam dalam H2SO4 pekat 90 % selama (15 - 20 ) menit kemudian dicuci
- Ujung biji diampelas.

b. Stump akar
Ukuran stump akar diameter ( 0,5 – 2,5 ) cm.
- bagian atas 5 cm
- bagian akar 20 cm

c. Cangkok
Pencakokan bisa dilaksanakan setelah percabangan keluar banyak, tanaman
berumur 2 tahun.

III. PEMBUATAN PERSEMAIAN

Untuk mendapatkan bibit unggul diperlukan biji yang berkualitas tinggi dan sehat,
sistem persemaian sentral permanen (PSP). Sistem PSP diupayakan dengan
peralatan yang modern ; kebun persemaian / tegakan benih, penggunaan pupuk
/hormon tumbuh ; obat-obatan dan tenaga khusus. Karena penggunaan bibit
unggul dapat menjamin tanaman dengan kualitas tinggi sehingga berpengaruh
terhadap produksi. Bibit yang akan ditanam dapat dengan bibit dari persemaian
atau stump.
a. Syarat-syarat tempat persemaian :
- Lapangan harus datar dan bila tempatnya miring maka derajat kemiringan
tempat jangan melampaui 5 %.
- Mudah memperoleh air sepanjang tahun.
- Tanah subur.
- Bukan tempat yang bebas pengembalaan
- Letak persemaian dekat dengan jalan angkutan agar memudahkan pengangkutan
dan pengamanan
Disamping itu juga dekat dengan Desa untuk memudahkan

b. Pembuatan Bedengan

1. Bedengan penaburan benih


- Tanah bedengan ringan, halus perlu ditambah pasir dan ditinggikan 15 cm dari
tanah.
- Ukuran bedengan : ( 5 x 1 ) m.
- Bentuk : segi empat, dimana pinggirnya diperkuat dengan bambu, bata merah
atau kayu agar tanah didalamnya tidak berhamburan keluar.
- Letak bedengan : Utara ke Selatan dan antara lajur bedengan dengan bedengan
lain dibuat jalan kecil selebar 45 cm. Setiap 5 sampai 10 bedengan dibuat jalan
inspeksi selebar 60-100 cm.
- Bedengan dibuat atap naungan dan sedapat mungkin menghadap ke timur.
- Dipinggir jalan inspeksi atau disekeliling penyemaian dapat ditanam antara lain
tanaman Leucaena Calliandra, Tephrocia dan sebagainya.

1.1 Cara penaburan benih


- Benih ditabur didalam larikan dengan kedalaman 1 cm, jarak antara larikan 5 cm
Banyak benih yang ditabur lebih kurang 200 gram dengan pengharapan akan
menghasilkan bibit sebanyak 6.300 bibit dengan daya kecambah 75%.
Sebelum ditabur, benih disiram dengan air mendidih ( 45oC-100oC ) dan
direndam selama 24 jam.
- Setelah ditabur selama 2 – 4 hari benih mulai berkecambah
1.2 Waktu penaburan benih
- Benih disemai bulan Agustus, untuk penanaman bulan Desember / Januari.
- Benih disemai bulan Januari sampai Februari, sedang penanaman dilakukan
dengan seeling atau stump musim hujan berikutnya.

2. Bedengan Penyapihan benih.


Penyapihan benih dilakukan setelah batang tanaman mengandung kayu dan
kelopak biji sudah terlepas, yaitu pada umur ( 1 – 1,5 ) bulan setelah tumbuh.
Ukuran bedeng penyapih : ( 5 x 1 ) m.
Bentuk : Segi empat, membujur ke arah utara, selatan.
Tanah yang dikehendaki gembur, halus dan ringan, diberi pupuk kandang.
Penyapihan benih ada 2 macam, Yaitu :

2.1 Benih dari bedeng persemaian dipindah langsung ke bedeng sapih.


- Lamanya benih dipetak penyapihan memakan waktu (2,5 – 3 ) bulan kemudian
sudah bisa ditanam dilapangan.
- Bagi benih yang dipetak penyapihan memakan waktu lama lebih dari 3 bulan.
Penanaman dapat dilakukan dengan stump.

2.2. Benih dimasukkan dalam kantong plastik


- Kantong Plastik dengan diameter 10 cm dengan panjang ( 15 – 20 ) cm diberi
lubang dan diisi tanah yang gembur.
- Benih dari bedeng persemaian langsung dipindah kekantong plastik dikerjakan
dengan hati-hati, kemudian baru bisa dipindah ke lapangan.

PEMELIHARAAN BIBIT

Penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari dari jam 06.00-08.00, baik yang ada
dibedeng tabur atau bedeng sapih. Perumputan tetap dilakukan terlebih bila
banyak rumput yang tumbuh.
IV. TEKNIK PENANAMAN

A. Persiapan Lapangan
1. Penataan Lapangan
Penataan areal penanaman dimaksudkan untuk pengaturan temapt dan waktu,
regester tanaman, pengawasan dan untuk keperluan pengelolaan lebih lanjut.
2. Pembersihan Lapangan
Sebelum dilakukan penanaman lokasicalon lubang penanaman dibersihkan dari
sisa tanaman atau rerumputan.
3. Pembuatan lubang tanaman dan penentuan jarak tanam
Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran lubang minimal 30 x 30 x 30 cm dan
ditengah lubang diberi ajir dengan diameter 2 cm tinggi 1 m. waktu pembuatan
lubang tanaman satu bulan menjelang dilakukan penanaman. Lebih baik setiap
lubang diberi pupuk kandang ( kompos ) yang sudah matang kurang lebih separo /
setengah dari ukuran lubang. Dan jarak lubang / jarak tanam dipengaruhi oleh
tujuan penanaman / jenis kegiatan, pola tanam dan kesuburan tanah

B. Penanaman
1. Bakal Tanaman
Bakal tanaman dapat berasal dari bibit maupun benih. Bibit adalah bakal tanaman
yang terdiri atas tanaman muda dari jenis tanaman yang dibudidayakan dapat
berbentuk stump, puteran atau cabutan. Benih adalah bakal tanaman yang berupa
biji.

2. Sistim Penanaman
- Tumpangsari
Sengon ditanam secara larikan diantara tanaman semusim ( palawija ), yang perlu
diperhatikan pada sistem tumpangsari adalah tanaman satu ( pokok ) dan tanaman
lain / sela tidak terjadi kompetisi unsur hara dan cahaya matahari. Sistem
tumpangsari adalah suatu pemanfaatan lahan secara optimal untuk peningkatan
produktivitas lahan dan pendapatan petani tanpa merusak sumber daya alam dan
pencegahan terjadinya erosi
- Sistem Complongan
Pembuatan tanaman sengon secara complongan yaitu pembersihan lapangan
hanya dilakukan dalam radius cemplongan kurang lebih 1 m disekitar lubang
tanaman. Sistem ini sangat baik dilakukan pada lahan miring yang tanahnya peka
erosi.

3. Waktu Penanaman
Penanaman dilakukan setelah hujan turun pada musim hujan, umumnya pada
bulan Oktober sampai dengan Januari. Pengamatan mulainya hujan lebat sangat
diperlukan karena bibit yang baru ditanam membutuhkan banyak air udara
lembab.

4. Pengangkutan Bibit
Bibit yang diangkut ke lapangan ( untuk ditanam ) diusahakan bibit yang sehat
dan segar dan dihindarkan dari panas matahari apabila waktu penanaman untuk
esuk harinya, supaya disimpan ditempat yang teduh dan terlindung. Bibit berupa
stump dibungkus dengan pelepah pisang atau kurang basah, bibit berupa plances
ditempatkan dalam kotak atau keranjang, sedangkan bibit yang berupa cabutan
dibungkus dengan pelepah pisang.

5. Teknik Penanaman
- Penanaman bibit plances
Bibit dalam kantong plastik, sebelum ditanam terlebih dahulu disobek plastiknya
supaya tanaman tidak retak / pecah. Jika terdapat akar cabang atau akar tunggang
yang menerobos keluar dari tanah dalam kantong plastik, akarnya yang keluar
dipotong agar tidak tertanam terlipat dalam lubang tanam. Kalau tidak dipotong
ukuran lubang disesuaikan dengan lebar dan panjang akar. Menanam dengan akar
tunggang terlipat tidak dibenarkan. Bibit tanaman ditanam berdiri tegak lurus
pada lubang yang telah disiapkan pada setiap ajir kemudian ditutup dengan tanah
yang gembur sampai leher akar. Tanah disekelilingnya ditekan dari sampaing agar
tanah menjadi padat.
C. Pemeliharaan tanaman

1. Penyiangan dan Penyulaman


Penyiangan adalah pembebasan atau pembersihan tumbuhan pengganggu/tanaman
yang tidak dibudidayakan disekitar tanaman sengon. Pelaksanaan penyiangan 2 –
3 kali dalam satu tahun sampai tanaman berumur 2 tahun. Apabila tanaman telah
berumur 3 – 4 tahun penyiangan dilakukan 1 kali tiap tahun.
Penyulaman adalah penanaman kembali dengan jenis tanaman yang sama sebagi
pengganti tanaman yang mati penyulaman dilakukan dalam kurun waktu setahun
setelah tanam / tahun pertama bagi tanaman yang mati atau merana dan waktu
penyulaman hujan masih cukup.

2. Pemupukan
Pemupukan pada hakekatnya adalah untuk menambah unsur – unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman kedalam tanah. Untuk pemupukan sengon dilakukan
sekali sebelum penanaman dengan pupuk kandang/pupuk kompos yang telah
matang dicampur dengan tanah halus kemudian dimasukkan kedalam lubang
tanaman. Setiap lubang diberi 5 10 kg pupuk kandang / kompos.
Sengon mempunyai bintil – bintil akar yang dapat mengikat zat lemas dari udara
sehingga dapat memperbaiki kesuburan tanah. Penambahan pupuk kompos /
kandang yang diberikan menjelang tanam dimaksudkan untuk mendorong
aktivitas bakteri bintil akar sehingga proses pertumbuhan bintil akar dapat lebih
cepat dan proses penambahan zat lemas dari udara dapat lebih aktif/awal.

3. Pemberantasan Hama dan Penyakit.


a. Penyakit Karat Puru.
Serangan karat puru pada sengon ditandai dengan terjadinya pembengkakan (
galls ) pada ranting/cabang, pucuk-pucuk ranting, tangkai daun dan helaian
daun. Gall ini merupakan tubuh buah dari jamur. Penyakit karat puru dapat
menjadi persoalan yang serius dalam pengelolaan tanaman sengon. Penyebaran
penyakit ini sangat cepat. Penyakit ini menyerang sengon mulai persemaian
sampai lapangan dan pada semua tingkat umur. Kerusakan serius bila serangan
terjadi pada tanaman muda ( umur 1 – 2 tahun ), karena titik – titik serangan (
gall ) bisa terjadi dibatang utama sehingga batang utama rusak/ cacat, tidak
dapat menghasilkan pohon berkualitas batang yang tinggi.

Penyebab penyakit karat puru yang menyerang tegakan sengon adalah jamur
Uromycladium tepperianum. Jamur ini dikenal sebagai jamur karat yang
menyerang lebih dari seratus spesies Accacia, jenis – jenis
Paraserianthes/Albizia spp, Racosperma spp. ( Ketiganya merupakan anggota
famili Fabaceae = Leguminosae ), menyebabkan pembengkakan ( gall ) yang
menyolok pada dedaunan dan ranting pohon.
Setiap gall karat puru dapat melepaskan ratusan sampai ribuan spora yang
dapat menularkan kepohon – pohon sekitarnya dengan cepat melalui bantuan
angin. Ukuran, bentuk, dan warna gall bervariasi tergantung bagian tanaman
yang terserang dan umur gall. Warna gall pada awalnya hijau kemudian
berubah menjadi coklat. Warna coklat indikasi bahwa spora – spora yang
melimpah siap dilepaskan.

Pencegahan dan Pengendalian :


a. Untuk serangan penyakit karat puru dipersemaian, maka semai yang
menunjukkan gejala serangan harus segera dicabut dan dimusnahkan /
dibakar.
b. Untuk mencegah perluasan sebaran penyakit karat puru, perlu pengawasan
yang ketat tentang transportasi benih, bibit, dan kayu tebangan dari daerah
yang diketahui telah terserang kedaerah yang belum terserang.
c. Pemeliharaan tanaman yang sudah ada ( pemupukan dan penjarangan ).
d. Untuk tanaman yang telah terserang, maka upaya yang perlu dilakukan
adalah menghilangkan gall dan bagian tanaman yang terserang sedini
mungkin, sebelum gall membesar dan berwarna coklat. Langkah
selanjutnya adalah mematikan sel – sel penyakit karat puru dibagian yang
terserang agar tidak tumbuh gall lagi.
e. Untuk mematikan sel – sel penyakit dibekas gall diatas dapat digunakan
spiritus, kapur, garam dan belerang, caranya adalah sebagai berikut :
 Spiritus : Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dengan cara
mengelupas gall tersebut dari batang / cabang / pucuk. Kemudian bagian
tersebut disemprot/dioles dengan spirtus.
 Kapur dan garam ( 5 kg kapur dan 0,5 kg garam ) dicampur dalam 5 – 10
lt air. Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dari gallnya, kemudian
disemprot/dioles dengan campuran kapur garam.
 Belerang 1 kg dan kapur 1 kg ( 1 : 1 ) dan air 10/20 lt, diaduk hingga rata.
Bagian tanaman yang terserang dibersihkan dari gallnya, kemudian bagian
tersebut disemprot / dioles larutan belerang kapur.
f. Menghindari penanaman sengon untuk sementara, terutama didataran tinggi
yang berkabut.
g. Untuk pengendalian jangka menengah dan jangka panjang dilakukan
dengan cara rotasi tanaman dan pemuliaan tanaman sengon.

b. Hama Ulat Kantong.


Hama ulat kantong ( Pteroma plagiophelps : lepidoptera, Psychida )
menyerang daun – daun tanaman sengon. Hama ini tidak memakan seluruh
bagian daun, hanya parenkim daun yang lunak, menyisakan daun bagian
daun yang berlilin. Daun daun tajuk yang terserang terdapat bercak – bercak
coklat bekas aktivitas ulat. Bilamna populasi ulat tinggi dapat menyebabkan
kerugian yang serius. Cara penanggulangannya, bila ulat tidak banyak cukup
diambil dan dimatikan, tetapi apabila tingkat serangan sudah tinggi, maka
perlu dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida sistemik,
dengan cara diinfus atau disuntikkan pada tanaman..

Sedangkan secara musuh alami dapat menggunakan suspensi jamur B.


Bassiana dengan dosisi 25 gr/lt air. Atau menggunakan Insektisida nabati
seperti perasan umbi gadung dosisi 125 gr/lt air

a. Kumbang serendang ( Xystrocera festiva PASCOE )


Nama daerah : Uter-uter, Boktor wowolan, Kumbang serendang dan
Engkes –engkes.
Familia : Cerambycidae
Ordo : Coleoptera.
Hama ini menyerang beberapa jenis dari familia Leguminoceae yaitu :
Albizia falcataria, Albizia Sumatrana, Albizia stipulata, Albizia lebbeck, dan
Pithecellobium lobatum.
Yang menyebabkan pohon mati dan bisa diberantas dengan insektisida

b. Ulat Kupu ( Terias hecaba )


Ulat ini menggunduli daun dan bisa diberantas dengan insektisida

a. Rayap akan menyerang bibit dipersemaian, dapat diberantas dengan


insektisida (Furadan, Curater atau jenis lain ).
b. Jamur akar merah ( Ganoderma psendofer rum), Ustulina, Diplodia,
Rosselinia, dapat diberantas dengan fungisida ( Antracol, Dithane M – 45
atau jenis lain.

PENJARANGAN

Penjarangan dimulai tanaman berumur 2 tahun dan dilakukan setiap tahun sampai
tanaman umur 9 tahun. Sesudah umur 10 tahun tiap 3 tahun sekali dilakukan
penjarangan. Kemudian berangsur – angsur dilakukan penjarangan berikutnya
sehingga diperoleh sisa tanaman 35 %. Hal – hal yang perlu dipertimbangkan
dalam kegiatan penjarangan :
 Tanaman yang pertumbuhannya kurang baik ( kerdil )
 Tanaman yang kena hama / penyakit
 Tanaman pertumbuhan batangnya tidak lurus/bengkok

KUALITAS KAYU

Kayu Sengon (Paraserianhes falcataria ) apabila diusahakan akan mempunyai


prospek yang baik untuk dapat meningkatkan pendapatan petani dan membuka
lapangan kerja dipedesaan : dapat mendukung pelaksanaan Penghijauan – dan
terciptanya daerah penyangga..
- Mempunyai berat jenis kayu 0,24 – 0,49
- Ketahanan lentur 300-500 kg/cm
- Berat dan keras
- Kelas awet / kuat : IV-V
- Tahan sampai 3 tahun pada tanah lembab, 10 tahun dibawah atap dan sampai 20
tahun apabila dipelihara dengan baik
- Sifat pengerjaan : rumah digergaji, di serut, di pahat/di bor, tidak mudah pecah
bila dipaku, mudah diampelas dan dipelitur dengan baik.

KEGUNAAN
Kayu Sengon ( Paraserianhes falcataria ) dapat dimanfaatkan sebagai :
- Kayu konstruksi / bangunan
- Industri kertas
- Peti kemas
- Korek api
- Wood working
- Energi (kayu bakar / arang)
- Saw mill
- Moulding

RESUME
Keuntungan Tanaman Sengon ( Paraserianhes falcataria )
c. Biji mudah diperoleh
d. Perakaran baik, dapat menggemburkan tanah dan dapat dipakai
- Sebagai pohon pelindung
- Sebagai campuran tingkat persaingan (akar dalam)
- Jenis Legum, maka dapat memperbesar kandungan
c. Seresah banyak, mudah hancur
d. Mudah ditanam, baik dengan biji maupun stump.
e. Pada tanah miskin masih mau dan mampu tumbuh.
f. Dapat ditanam di tanah rendah sampai pegunungan ( 0 – 1.600 m dpl ) asalkan
iklim jangan terlalu kering.
g. Dapat tumbuh cepat pada umumnya setelah umur 1 tahun sudah dapat dibiarkan
tumbuh sendiri.
h. Apabila ditanam rapat dapat memberantas alang-alang.
i. Keawetan kayunya lebih besar dari pada kayu-kayu lain yang mempunyai kelas
berat yang sama
j. Meskipun Sengon kurang baik dibuat kayu bakar, namun demikian cukup untuk
membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari
k. Kayunya mudah dikerjakan dan mudah diawetkan.

Kerugian Sengon( Paraserianhes falcataria )

a. Umur pendek, dalam tegakan murni mudah diserang hama


b. Tanpa pertolongan, Sengon sukar mengadakan permudaan alam
c. Pohon mempunyai daya tahan yang kecil terhadap serangan angin.
d. Mudah diserang hama dan penyakit
e. Apabila diserang hama dan penyakit diganti dengan jenis kayu Afrika (
Maesopsis eminii)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1978 Majalah Iformasi Pertanian nomor 21 tahun ke V. Pusat Informasi


Pertanian Wonocolo, Surabaya ( hal 48 )

Anonim, 1982 Agenda Penyuluh Penghijauan Departemen Pertanian.

Anonim, 1987 Informasi Teknik Penanganan dan Pengujian Mutu Benih Albizia
falcataria.

Anonim, 1987 Mengenai Hutan Tanaman Industri Dit. Penghijauan &


Pengendalian Perladangan, Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen
Kehutanan.

Anonim, 1989 Rencana Kerja Pengembangan Tanaman Albizia falcataria L.


Fosberg di Pulau Jawa dalam Pelita V dan VI, Jakarta Rakerhut ( hal 56 )

Harun Al Rasyid, 1976 Penyemaian beberapa pohon penting.

Heyne K, Tumbuhan berguna Indonesia II Badan Penelitian dan


Pengembangan Kehutanan, Deparetmen Kehutanan (hal 1.247)

Sastrapraja Setijati et al, 1977


Jenis-jenis kayu Indonesia, Proyek Sumber Daya Ekonomi, Lembaga Biologi
Nasional – LIPI Bogor, ( hal 117 )

Anda mungkin juga menyukai