Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 7, No.

1, Agustus 2018

PENGEMBANGAN ALAT UKUR KECEMASAN WASIT SEPAKBOLA

M.Azmi*)

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan alat ukur kecemasan wasit sepakbola
yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi dan dapat digunakan untuk mengukur
kecemasan wasit sepakbola. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 3 orang wasit untuk di wawancara,
10 orang wasit untuk pengumpulan butir-baru, dan 30 orang wasit untuk ujicoba alat ukur. Jenis penelitian
ini adalah penelitian pengembangan, yaitu mengembangkan alat ukur kecemasan wasit sepakbola. Proses
pembuatan alat ukur kecemasan wasit sepakbola yaitu meliputi empat tahap, (1) Adaptasi instrumen (2)
Pengumpulan butir-butir, (3) Pemilihan butir-butir, (4) Ujicoba alat ukur, (5) Alat ukur kecemasan wasit
sepakbola. Data yang dikumpulkan selanjutnya dikategorikan dan di analisis secara kuantitatif maupun
kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, yang tercantum pada bagian analisis dan
pembahasan, bahwa skala kecemasan wasit sepakbola yang terdiri dari empat aspek dan 63 butir
pertanyaan yang terdiri dari 11 butir aspek kognitif, 21 butir aspek afektif, 18 butir aspek somatis, dan 13
butir aspek motoris merupakan alat ukur yang valid dan reliabel. Hasil dari perhitungan validitas dan
reliabilitas alat ukur wasit sepakbola, ternyata memiliki validitas yang kuat dan tinggi yaitu 0,894
sedangkan reliabilitas sangat tinggi yaitu 0,757, maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur kecemasan wasit
sepakbola memberikan hasil pengukuran yang handal atau dipercaya dan dapat digunakan untuk mengukur
kecemasan wasit sepakbola, dengan validitas tinggi dan reliabilitas sangat tinggi.

Kata Kunci, Alat Ukur, Kecemasan, Wasit Sepakbola

M.Azmi 1
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 7, No. 1, Agustus 2018

Pendahuluan
Permasalahan yang mendasar dalam dunia perwasitan di Indonesia saat ini adalah wasit sepakbola di
Provinsi Aceh banyak sekali yang mengalami kecemasan saat memimpin pertandingan baik di level antar desa
bahkan sampai level pertandingan tertinggi lainnya seperti Liga Indonesia sehingga perlu di berikan suatu
program pembinaan mental untuk mengurangi kecemasan tersebut. Kesimpulan tersebut di dapat berdasarkan
survey yang peneliti lakukan terhadap beberapa orang pelatih maupun partisipan sepakbola di antaranya adalah
Sekretaris Jenderal PSSI Aceh Khaidir TM, Instruktur wasit M. Amin, S.Pd, Pengawas Pertandingan Mardhani
Juli, S.Pd, MM. dan Saidi Bakri, S.Pd, Pelatih SSB Talenta Aceh Aswadi, M.Pd, Guru Penjasorkes SMA Negeri
4 Banda Aceh Sufriadi, M.Pd dan Boihaqi, M.Pd serta beberapa partisipan sepakbola lainnya. Tidak adanya alat
ukur kecemasan wasit sepakbola tersebut menyebabkan tidak terdeteksinya gangguan kecemasan pada saat
wasit sepakbola memimpin pertandingan. Sementara di luar negeri, sebenarnya sudah ada setidaknya sepuluh
alat ukur kecemasan yang valid dan reliabel. Namun sayangnya, instrumen kecemasan tersebut dikembangkan
secara spesifik terhadap wasit sepakbola, melainkan alat ukur secara umum. Sayangnya lagi, instrumen tersebut
juga dikembangkan dalam konteks yang berbeda dengan karakteristik budaya Indonesia. Dalam kondisi yang
demikian, instrumen tersebut tidak serta merta dapat dipakai untuk para wasit sepakbola di Indonesia. Oleh
sebab itu, diperlukan upaya-upaya untuk mengadaptasi dan mengembangkan instrumen kecemasan wasit
sepakbola yang valid dan reliabel yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan wasit sepakbola di
Indonesia. Terkait hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat ukur kecemasan wasit
sepakbola yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang baik dan dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kecemasan wasit sepakbola dalam memimpin pertandingan sepakbola.

Prosedur Penelitian
Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian dalam penelitian ini tergolong penelitian pengembangan dengan teknik survey,
interviu dan metode Q-Sort. Hal ini sesuai dengan pendapat Richey, Rita dan Nelson (1996:167) bahwa
penelitian pengembangan merupakan studi yang sistematis tentang perencanaan, pengembangan,
pengevaluasian, proses, dan produk yang harus memiliki kriteria konsistensi internal.

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah anggota wasit sepakbola Asprov PSSI Aceh yang berjumlah 150
orang. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah, (a) Pengumpulan butir, 13 orang wasit sepakbola, melalui
proses grup nominal yaitu 10 orang dan teknik wawancara yaitu 3 orang. Tahapan dimulai dengan pengumpulan
butir-butir baru, selanjutnya di-screening oleh sampel yang dipandu oleh peneliti, (b) Pelaksanaan validasi butir
metode Q-sort oleh ahli yaitu Dosen Magister Pendidikan Olahraga Unsyiah (Dr. Nyak Amir, M.Pd., Dr.
Saifuddin, M.Pd., dan Drs. M. Husein Musa, M.Si.), (c) Ujicoba instrumen, sampel yang diambil adalah 20 %
dari jumlah anggota wasit sepakbola Asprov PSSI Aceh berjumlah 150 orang yaitu 30 orang.
Rancangan Penelitian
Adapun rancangan yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah pengembangan dengan
adaptasi instrumen kecemasan, survey, interviu dan metode grup nominal Q-Sort. Adapun kerangka pelaksaan
penelitian meliputi: (1) Adaptasi Instrumen, (2) pengumpulan butir-baru dengan item pool dan screening of item
pool, (3) validasi butir oleh ahli menggunakan metode Q-Sort, (4) ujicoba Alat Ukur, (5) analisis data validitas,
reliabilitas, dan analisis faktor.

Hasil Penelitian
Validitas Butir
Analisis Validitas butir bertujuan untuk menguji apakah butir tersebut benar-benar telah mengungkap
faktor yang ingin diteliti. Untuk menentukan tingkat validitas suatu alat ukur dilakukan dengan cara menghitung
koefisien korelasi bagian total. Uji signifikansi dilakukan.dengan cara membandingkan koefisien korelasi bagian
total dengan korelasi dari tabel. Kaidah pengujian adalah rhitung ≥ rtabel dengan derajat kebebasan (db) adalah N-2
(Hadi,1991:27), juga kesahihan butir dapat didasarkan pada ketentuan peluang kesahihan butir harus lebih kecil
dari 0,050. Hasil penghitungan validitas butir dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for
Social Sciences (SPSS) (Nie, I975). Uji coba alat ukur kecemasan wasit diterapkan pada subjek wasit ASPROV
PSSI Aceh, menunjukkan hasil sebagai berikut :

Aspek Kognitif
Aspek kesatu atau aspek kognitif terdiri atas sebelas butir pernyataan, setelah dilakukan pengujian
ternyata kesebelas butir pernyataan tersebut sahih. Kesahihan didasarkan pada ketentuan peluang
kesalahan butir harus lebih kecil dari 0,050 atau didasarkan pada korelasi bagian total harus Iebih besar
atau sama dengan rhitung ≥ rtabel. Harga sebesar 0.361 berdasarkan derajat kebebasan (db) adalah N-2, 63-
2 pada peluang kesalahan 5 %. Maka butir pernyataan pada aspek kesatu layak diikutsertakan dalam alat

M.Azmi 2
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 7, No. 1, Agustus 2018

ukur penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor kesatu kesebelas butir pernyataan
mampu mengukur konstruknya secara sahih. Bobot aspek diperoleh sebesar 25,64 %, hal ini berarti
sumbangan aspek kognitif dalam kecemasan wasit sebesar 25,64 %. Hasil perhitungan tersebut dapat
dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Hasil perhitungan validitas butir aspek kognitif.

No Nilai
No Butir r ht r table Status
Butir Kritis

Saya menjadi tidak menguasai


1 1 peraturan ketika memimpin 0,894 0,050 0,361 Sahih
pertandingan
Saya menolak bertugas apabila
2 2 tim yang keras yang akan 0,778 0,050 0,361 Sahih
bertanding
Saya ragu mengambil
3 3 keputusan saat memimpin 0,824 0,050 0,361 Sahih
pertandingan
Saya menjadi tidak fokus saat
4 4 memimpin pertandingan 0,371 0,050 0,361 Sahih

Saya tidak yakin dengan


5 5 keputusan yang saya berikan 0,551 0,050 0,361 Sahih
dalam memimpin pertandingan
Saya mengalami kekhawatiran
yang berlebihan akan hal yang
6 6 0,539 0,050 0,361 Sahih
negatif saat memimpin
pertandingan
Saya sulit berkonsentrasi
7 7 dalam memimpin pertandingan 0,690 0,050 0,361 Sahih

Saya sulit mengambil


8 8 keputusan-keputusan yang 0,666 0,050 0,361 Sahih
krusial
Saya khawatir tidak bisa
menampilkan penampilan
9 9 0,488 0,050 0,361 Sahih
terbaik saat memimpin
pertandingan
Saya lupa meniup peluit saat
10 10 mengambil keputusan 0,718 0,050 0,361 Sahih
Saya mengalami kebingungan
11 11 yang berlebihan saat 0,642 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Aspek Afektif
Aspek kedua atau aspek afektif terdiri atas dua puluh satu butir pernyataan, setelah dilakukan
pengujian ternyata kedelapan butir pernyataan tersebut sahih. Kesahihan didasarkan pada ketentuan
peluang kesalahan butir harus lebih kecil dari 0,050 atau didasarkan pada korelasi bagian total harus
lebih besar atau sama dengan rhitung ≥ rtabel. Harga rtabel sebesar 0,361 berdasarkan derajat kebebasan (db)
adalah N-2, 63-2 pada peluang kesalahan 5%. Maka butir pemyataan pada aspek kedua layak
diikutsertakan dalam alat ukur penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor kedua kedua
puluh satu butir pernyataan mampu mengukur konstruknya secara sahih. Bobot aspek diperoleh sebesar
15,38%, hal ini berarti sumbangan aspek afektif dalam kecemasan wasit sebesar 15,38%. Hasil
perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Hasil perhitungan validitas butir unsur afektif

M.Azmi 3
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 7, No. 1, Agustus 2018

No Nilai
No Butir r ht r table Status
butir Kritis

Saya mudah jengkel saat


1 12 0.640 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Saya mudah marah saat


2 13 0,749 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Saya merasa pesimis


3 14 pertandingan tidak berjalan 0,752 0,050 0,361 Sahih
dengan lancar

Saya tidak percaya diri saat


4 15 0,536 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Saya panik saat diprotes


5 16 0,614 0,050 0,361 Sahih
pemain maupun official

Saya menjadi tidak konsisten


6 17 0,533 0,050 0,361 Sahih
dalam memberikan keputusan

Saya hanya diam saja saat


7 18 pemain bertanya dalam 0,553 0,050 0,361 Sahih
pertandingan
Saya gugup saat memimpin
8 19 pertandingan 0,565 0,050 0,361 Sahih

Saya mudah tersinggung


9 20 0,564 0,050 0,361 Sahih
terhadap sikap pemain

Saya menjadi tergesa-gesa


10 21 0,581 0,050 0,361 Sahih
dalam memberikan keputusan

Saya takut memberikan


11 22 keputusan saat memimpin 0,419 0,050 0,361 Sahih
pertandingan

Saya takut pertandingan tidak


12 23 0,560 0,050 0,361 Sahih
berjalan dengan lancar

Saya takut saat di protes oleh


13 24 pemain dalam memimpin 0,406 0,050 0,361 Sahih
pertandingan

Saya takut untuk memberikan


14 25 aturan yang merugikan sebelah 0,634 0,050 0,361 Sahih
pihak

Saya takut tidak bisa


15 26 0,663 0,050 0,361 Sahih
menyelesaikan pertandingan

Saya takut menerapkan aturan


16 27 0,648 0,050 0,361 Sahih
dalam memimpin pertandingan

M.Azmi 4
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 7, No. 1, Agustus 2018

Saya sering melamun saat


17 28 0,614 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Saya menjadi tidak bekerja


18 29 sama dengan asisten wasit saat 0,407 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan
Saya menjadi tidak percaya
19 30 terhadap keputusan asisten 0,499 0,050 0,361 Sahih
wasit

Saya gelisah saat mengahadapi


20 31 0,572 0,050 0,361 Sahih
pertandingan

Saya merasa terancam akan


21 32 keselamatan diri saya saat 0,617 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Aspek Somatis
Aspek ketiga atau aspek somatis terdiri atas delapan belas butir peryataan, setelah dilakukan
pengujian teryata kedelapan belas butir peryataan tersebut sahih. Kesahihan didasarkan pada ketentuan
peluang kesalahan butir harus lebih kecil dari 0,050 atau didasarkan pada korelasi bagian total harus
lebih besar atau sama dengan rhitung ≥ rtabel. Harga rtabel sebesar 0,361 berdasarkan derajat kebebasan (db)
adalah N-2, 63-2 pada peluang kesalahan 5%. Maka butir peryataan pada aspek ketiga layak di ikut
sertakan dalam alat ukur penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor kedelapan belas
butir peryataan mampu mengukur konstruknya secara sahih. Bobot aspek diperoleh sebesar 20,51%, hal
ini berarti sumbangan aspek somatis dalam kecemasan wasit sebesar 20,51%. Hasil perhitungan tersebut
dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Hasil perhitungan validitas butir unsur somatis.

No Nilai
No Butir r ht r table status
butir Kritis

Saya gemetar saat memimpin


1 33 0,689 0,050 0,361 Sahih
pertandingan

Detak jantung saya tidak stabil saat


2 34 0,670 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Saya merasakan sesak nafas saat


3 35 0,575 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Kepala saya terasa pusing saat


4 36 0,562 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Penglihatan saya berkunang-kunang


5 37 0,821 0,050 0,361 Sahih
saat memimpin pertandingan

Saya sulit tidur menjelang


6 38 0,369 0,050 0,361 Sahih
pertandingan

Perut saya terasa mual saat


7 39 0,749 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

M.Azmi 5
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 7, No. 1, Agustus 2018

Tenggorokan saya menjadi cepat


8 40 0,505 0,050 0,361 Sahih
kering saat memimpin pertandingan

Saya menjadi pucat saat memimpin


9 41 0,505 0,050 0,361 Sahih
pertandingan

Saya merasakan nyeri di dada saat


10 42 0,762 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Saya merasakan nyeri pada bagian


11 43 0,520 0,050 0,361 Sahih
kaki saat memimpin pertandingan

Saya merasakan nyeri pada bagian


12 44 tangan saat memimpin 0,420 0,050 0,361 Sahih
pertandingan

Saya merasa mati rasa pada bagian


13 45 0,822 0,050 0,361 Sahih
kaki saat memimpin pertandingan

Saya merasakan badan saya


14 46 menjadi lemas saat memimpin 0,650 0,050 0,361 Sahih
pertandingan

Saya merasakan mual sebelum


15 47 0,687 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Mata saya menjadi kemerahan saat


16 48 0,677 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Saya menjadi ingin sering buang air


17 49 0,606 0,050 0,361 Sahih
kecil saat pertandingan berlangsung

Tangan saya menjadi dingin saat


18 50 0,416 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Aspek Motoris
Aspek Keempat atau aspek motoris terdiri atas tiga belas butir pernyataan, setelah dilakukan
pengujian ternyata ketiga belas butir tersebut sahih. Kesahihan didasarkan pada ketentuan peluang
kesalahan butir harus lebih kecil dari 0,050 tau didasarkan pada korelasi bagian total harus lebih besar
atau sama dengan rhitung ≥ rtabel. Harga rtabel sebesar 0,361 berdasarkan derajat kebebasan (db) adalah N-2,
63-2 pada peluang kesalahan 5%. Maka butir peryataan pada aspek keempat layak di ikut sertakan dalam
alat ukur penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor ketiga belas butir peryataan
mampu mengukur konstruknya secara sahih. Bobot aspek diperoleh sebesar 20,51%, hal ini berarti
sumbangan aspek motoris dalam kecemasan wasit sebesar 20,51%. Hasil perhitungan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4 dibawah.
Table 4. Hasil perhitungan validitas butir aspek motoris.

No Nilai
No Butir r ht r table status
butir Kritis

Saya sulit berlari saat


1 51 0,636 0,050 0,361 Sahih
pertandingan

M.Azmi 6
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 7, No. 1, Agustus 2018

Saya sulit meniup peluit saat


2 52 0,728 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Lidah saya menjadi kelu saat


3 53 0,596 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Saya menjadi malas berlari


4 54 0,367 0,050 0,361 Sahih
saat memimpin pertandingan

5 55 Kaki saya menjadi kaku saat 0,635 0,050 0,361 Sahih


memimpin pertandingan

Saya merasakan otot-otot kaki


6 56 cepat keram saat memimpin 0,430 0,050 0,361 Sahih
pertandingan

Saya menjadi malas


7 57 memberikan isyarat tangan 0,568 0,050 0,361 Sahih
saat memimpin pertandingan

Saya menjadi sering


8 58 mengedipkan mata saat 0,730 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Saya merasa berat


9 59 mengangkat kaki saat 0,815 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Saya sering menunjuk ke arah


10 60 yang salah saat memberikan 0,705 0,050 0,361 Sahih
keputusan

Saya menjadi tidak stabil saat


11 61 menggunakan peluit saat 0,651 0,050 0,361 Sahih
pertandingan berlangsung
Saya sering melihat ke arah
penonton yang
12 62 0,705 0,050 0,361 Sahih
mengintimidasi saat
pertandingan berlangsung
Saya sering tidak melihat ke
13 63 arah asisten wasit saat 0,454 0,050 0,361 Sahih
memimpin pertandingan

Pembahasan Hasil Penelitian


Dalam pengembangan alat ukur kecemasan wasit sepakbola ini melalui dan kegiatan pengumpulan
butir-butir baru dengan langkah-langkah sebagai berikut:(l) interview, (2) group nominal, (3) group Q-sort.
Selanjutnya alat ukur kecemasan wasit sepakbola yang telah dikembangkan di uji coba, kemudian di analisis
dengan menggunakan pengujian validitas, reliabilitas dan analisis faktor.

Validitas
Berdasarkan hasil pengujian validitas alat ukur kecemasan wasit sepakbola ASPROV PSSI
Aceh, dari empat faktor alat ukur kecemasan ternyata memiliki tingkat Validitas sedang yaitu 0,607.
Hal ini mengacu pada kriteria yang dikemukakan Sudjiono (2005:193), bahwa 0.00 - 0.20 derajat
validitasnya lemah atau sangat rendah, 0,20 - 0.40 derajat validitasnya lemah atau rendah, 0.40 - 0.70
derajat validitas sedang atau cukupan, 0.70 - 0,90 derajat validitas kuat atau tinggi dan 0.90 - 0.10
derajat validitas sangat kuat atau sangat tinggi.

M.Azmi 7
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 7, No. 1, Agustus 2018

Reliabilitas
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas alat ukur kecemasan wasit sepakbola ASPROV PSSI
Aceh. Dari empat faktor alat ukur kecemasan teryata memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi
yaitu 0,744. Hal ini mengacu pada kriteria yang dikemukakan Morehouse, Stull dan Bengeman dalam
Sugiyono (2012:172-173), bahwa .000 - ± .200 derajat reliabilitas sangat rendah, 200 - ± .400 derajat
reliabilitas rendah, .400 - ± .600 derajat reliabilitas sedang, .600 - ± .800 derajat reliabilitas tinggi dan
.800 - ± .1000 derajat reliabilitas sangat tinggi. Faktor yang dimiliki tingkat reliabilitas kognitif yaitu
0,744.
Secara keseluruhan unsur kecemasan wasit sepakbola ASPROV PSSI Aceh yang
dikelompokkan dalam empat faktor reliabilitas yang tinggi sehingga dapat dijadikan salah satu skala
kecemasan wasit sepakbola. Rentang tingkat reliabilitas yang tinggi dianggap wajar, karena proses
tahapan pengembangan alat ukur kecemasan wasit sepakbola benar-benar dilakukan dengan melibatkan
wasit sepakbola secara langsung.
Berdasarkan persentase sumbangan konstruk kecemasan wasit sepakbola ASPROV PSSI
Aceh, tampak bahwa sumbangan paling kecil diberikan oleh faktor ke kesatu atau faktor kognitif yaitu
sebesar 11%. Sedangkan faktor ke dua sebesar 21% memberikan sumbangan paling besar. Apabila
diurutkan faktor kecemasan wasit sepakbola ASPROV PSSI Aceh secara lengkap dari faktor 1 sampai
dengan faktor 4 berdasarkan prosentase sumbangan konstruk kecemasan wasit sepakbola, sebagai
berikut: (l) faktor kognitif 11%, (2) faktor afektif 21%, (3) faktor somatis 18%, (4) faktor motoris 13%.

Analisis Faktor
Berdasarkan Uji KMO and Bartlett ’s test dilakukan untuk mengetahui apakah variable dan
sampel yang ada dapat dianalisis lebih lanjut atau tidak. Adapun hasil Uji KMO and Bartlett’s test
adalah 0,788 dengan signifikansi 0,000. Oleh karena itu angka tersebut sudah di atas 0,050 dan
signifikasi jauh di bawah 0,030 (0,000 < 0,030), maka variabel dan sampel yang ada dapat dianalisis
lebih lanjut.
Anti-image Matrices atau anti-image correlation dilakukan untuk menentukan variabel atau
faktor mana saja yang layak digunakan dalam analisis lanjutan. Adapun hasil uji anti-image correlation
ternyata dari empat faktor, keempat faktor yang terdiri dari enam puluh tiga butir soal tersebut masuk
dalam analisis lanjutan di antaranya 1 (faktor kognitif), 2 (factor afektif), 3 (faktor somatis), 4 (faktor
motoris). Berdasarkan analisis faktor dapat dilihat yang mencerminkan dalam kecemasan wasit
sepakbola ASPROV PSSI Aceh yang diikutsertakan dalam skala tersebut.
a. Faktor Kognitif dalam Kecemasan Wasit
Berdasarkan hasil pengujian, reliabilitas dan analisis faktor ada 11 butir dari aspek kognitif
yang memenuhi persyaratan untuk diikutsertakan dalam skala kecemasan wasit sepakbola. Adapun
skala tersebut yaitu tidak menguasai pearturan, menolak bertugas, ragu mengambil keputusan, tidak
fokus, tidak yakin, kekhawatiran yang berlebihan, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan,
Khawatir tidak bisa menampilkan penampilan terbaik, lupa meniup peluit, dan kebingungan yang
berlebihan. Faktor kognitif termasuk faktor pertama dalam kecemasan wasit sepakbola dengan korelasi
antara variabel bersih dengan faktor kesatu yang paling besar terletak pada rentang 0,798.
b. Faktor Afektif dalam Kecemasan Wasit Sepakbola
Berdasarkan hasil pengujian, reliabilitas dan analisis faktor 21 butir dari aspek afektif yang
memenuhi persyaratan untuk diikut sertakan dalam skala kecemasan wasit sepakbola. Adapun skala
tersebut yaitu mudah jengkel, mudah marah, merasa pesimis, tidak percaya diri, panik saat diprotes,
tidak konsisten, diam saat pemain bertanya, gugup, mudah tersinggung, tergesa-gesa, takut
memberikan keputusan, takut pertandingan tidak berjalan lancar, takut saat di protes, takut memberikan
aturan, takut tidak bisa menyelesaikan pertandingan, takut menerapkan aturan, sering melamun, tidak
bekerja sama dengan asisten wasit, gelisah, dan merasa terancam. Faktor afektif termasuk faktor kedua
dalam kecemasan wasit dengan korelasi antara variable bersih dengan faktor kedua yang paling besar
terletak pada rentang 0,736.
c. Faktor somatis dalam Kecemasan Wasit Sepakbola
Berdasarkan hasil pengujian, reliabilitas dan analisis faktor 18 butir dari aspek somatis yang
memenuhi persyaratan untuk diikut sertakan dalam skala kecemasan wasit sepakbola. Adapun skala
tersebut yaitu gemetar, detak jantung tidak stabil, sesak nafas, kepala pusing, penglihatan berkunang-
kunang, sulit tidur, perut terasa mual, tenggorokan cepat kering, muka pucat, nyeri di dada, nyeri pada
kaki, nyeri pada tangan, badan mual, lemas, mata merah, sering buang air kecil, dan tangan dingin.
Faktor somatis termasuk faktor ketiga dalam kecemasan wasit dengan korelasi antara variable bersih
dengan faktor ketiga yang paling besar terletak pada rentang 0,793.
d. Faktor somatis dalam Kecemasan Wasit Sepakbola

M.Azmi 8
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 7, No. 1, Agustus 2018

Berdasarkan hasil pengujian, reliabilitas dan analisis faktor 21 butir dari aspek afektif yang
memenuhi persyaratan untuk diikut sertakan dalam skala kecemasan wasit sepakbola. Adapun skala
tersebut yaitu sulit berlari, sulit meniup peluit, lidah menjadi kelu, malas berlari, kaki terasa kaku, otot
keram, malas memberi isyarat, mata berkedip, kaki terasa berat, dan menunjuk kea rah yang salah..
Faktor motoris termasuk faktor keempat dalam kecemasan wasit sepakbola dengan korelasi antara
variable bersih dengan faktor keempatyang paling besar terletak pada rentang 0,739.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang tercantum pada bagian analisis dan pembahasan,
alat ukur kecemasan wasit sepakbola yang terdiri dari 4 aspek dengan 63 butir pernyataan merupakan alat ukur
yang valid dan reliabel, dengan hasil sebagai berikut:
1. Alat ukur kecemasan wasit sepakbola, memiliki validitas yang tinggi yaitu 0,894.
2. Alat ukur kecemasan wasit sepakbola, memiliki reliabilitas yang tinggi yaitu 0,757.

Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat di implikasikan bahwa:
1. Bagi instansi PSSI, hasil pengukuran kecemasan yang diberikan kepada wasit sepakbola dengan kategori
yang diperoleh dapat dipergunakan dalam menentukan kebijakan sesuai dengan kebutuhan satuan, yaitu
sebagai berikut:
a. Wasit sepakbola yang memperoleh skor 76% - 100% (192-252) = Tinggi, maka wasit tersebut memiliki
kecemasan yang tinggi, sehingga dapat diberikan penugasan yang banyak sesuai dengan perkembangan
mewasiti yang dimiliki oleh wasit. Wasit yang memiliki kecemasan tinggi tersebut perlu dibina dan di
pantau perkembangannya terutama dalam hal kecemasan dalam memimpin pertandingan. Penugasan
yang diberikan diharapkan sesuai dengan kemampuan wasit yaitu di mulai dari pertandingan-
pertandingan di level bawah.
b. Wasit sepakbola yang memperoleh skor 56% - 75% (141 - 191) = Sedang, maka wasit tersebut memiliki
kecemasan yang sedang, sehingga wasit tersebut perlu diberikan penugasan dalam pertandingan yang
sedikit sulit agar terbiasa dengan situasi tersebut. Penugasan yang diberikan diharapkan dapat mengatasi
kecemasan yang di alami oleh wasit dalam memimpin pertandingan.
c. Wasit sepakbola yang memperoleh skor 40% - 55% (101 – 140) = Rendah, maka wasit tersebut memiliki
kecemasan yang rendah, sehingga wasit tersebut tidak memiliki kendala kecemasan yang berarti dan bisa
diberikan penugasan di level pertandingan yang lebih tinggi. Wasit yang memiliki kecemasan yang
rendah ini, dapat diberikan penugasan-penugasan di level yang lebih sulit agar secara perlahan
kecemasan yang dihadapi akan berkurang.
d. Wasit sepakbola yang memperoleh skor 0 – 39% (<100) = Sangat rendah, maka wasit tersebut memiliki
kecemasan yang sangat rendah, sehingga wasit tersebut tentunya dapat diberikan penugasan dalam
memimpin pertandingan-pertandingan di level yang tinggi. Wasit dengan skor ini biasanya merupakan
wasit yang memiliki lisensi C-1 Nasional dan sudah mendapatkan penugasan di level nasional maupun
internasional.
2. Bagi wasit sepakbola agar menggunakan alat ukur kecemasan wasit sepakbola sebagai alat evaluasi diri
sehingga dapat menggunakannya sebagai berikut:
a. Bagi wasit, hasil pengukuran kecemasan yang diberikan kepada wasit sepakbola dengan kategori yang
diperoleh dapat dipergunakan dalam menentukan kebijakan sesuai dengan kebutuhan satuan, yaitu
sebagai berikut:
b. Wasit yang memperoleh skor 76% - 100% (192-252) = Tinggi, maka wasit tersebut memiliki
kecemasan yang tinggi, sehingga wasit tersebut perlu mengurangi kecemasan di berbagai aspek. Untuk
mengatasi hal tersebut, wasit perlu diberikan bimbingan mental dan konseling serta jam terbang yang
tinggi dalam memimpin pertandingan agar terbiasa dalam mengatasi kecemasan yang dialaminya.
c. Wasit yang memperoleh skor 56% - 75% (141 - 191) = Sedang, maka wasit tersebut memiliki kecemasan
yang sedang, sehingga wasit tersebut perlu merubah pola pikirnya dengan arahan dari para wasit senior
maupun rekan wasit lainnya dengan mengikuti latihan bersama dan mencontoh kepemimpinan wasit
yang berhasil.
d. Wasit yang sepakbola memperoleh skor 40% - 55% (101 – 140) = Rendah, maka wasit tersebut memiliki
kecemasan yang rendah, sehingga dalam memimpin pertandingan, wasit tersebut tidak memiliki kendala
kecemasan yang berarti dan bisa diberikan penugasan di level pertandingan yang lebih tinggi.
Kecemasan yang rendah harus dapat dipertahankan dan ditingkatkan melalui latihan, kursus, maupun
berbagai hal positif yang menunjang pelaksanaan tugasnya.
Daftar Pustaka
Amir, Nyak, (2010), Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Olahraga, Banda Aceh:
Syiah Kuala University Press.

M.Azmi 9
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 7, No. 1, Agustus 2018

__________, (2010), Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Olahraga, Banda Aceh:


Syiah Kuala University Press.
Anas, Sudjiono. (2005). Pengantar Statistik Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Anshel, M.H. (1997). Sport Psychology: From theory to practice. Scottsdale, AZ: Gorsuch Scarisbrick
Arikunto,S.(2013), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S.(2002). Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Azwar, S (1998) Metode Penelitian, Yogyakarta Pustaka Pelajar Offset.
_______(2004) Validitas dan Reliabilitas, Yogyakarta Pustaka Pelajar Offset.
________(2007) Sikap Manusia dan Pengukuran (Edisi ke-2, cetakan XI), Yogyakarta Pustaka Pelajar Offset
Barrow, Harold M., dan Mc Gee, Rosemary. (1976). A Practical Approach To Measurement in Phisycal
Education. New York: Lea & Fibger.
Costin, F., & Draguns, J.G. (1989). Abnormal Psychology. Patterns, Issues, and Inventions. New York: Jophn
Wiley & Sons.
H. Djaali , Pudji Muljono, (2007) . Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan Gramedia.
Drajat. Zakiyah, (1990), Kesehatan Mental, Jakarta:CV. Haji Masagung.
Edelman, R. J. (1992). Anxiety thery Research and Interventions in Clinical and Health Psychology. New York:
John Wiley and sons.
Geleman, D. (1997). Emotional Intelligence. Terjemahan oleh Hermaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gunarsa, S. D. (1996). Psikologi Olahraga: Teori dan praktek. Jakarta, PT. Gunung Mulia.
Hadi, (1991), Analisis Butir Instrumen Angket dan Tes Skala Nilai.Yogyakarta,
Andi Offset.
Hajar, Ibnu, 1996. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada
Hardy, L., Jones, G., & Gould, D. (1996). Understanding Psychological preparation for Sprot. New York,
Brisbane Toronto. Singapore.
Jones, G.,& Hardy, L. (1990). Stress and Performance in Sport. Wiley, Chichester
Marthens, R., Vealey, R.S., & Burton, D. (1990). Competitive Anxiety in Sport. Human Kinetics, Champaingn.,
IL.
Mulyani, S.(1983). Psikologi Pendidikan. Jakarta:IKIP Jakarta Press.
Muljono, Pudji. (2002), Penyusunan dan Pengembangan Instrumen Penelitian.
Makalah pada Lokakarya Peningkatan Suasana Akademik Jurusan
Ekonomi FIS-UNJ tanggal 5 sampai dengan 9 Agustus 2002.
Nana Sudjana. (1991). Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta : FEUI
Nazir, (2005). Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia.
Neuman, W. Lawrence, Basic of Social Reasearch : Qualitative and Quantitative Approaches, Pearson
Education Inc, Boston, 2007
Santoso. (2001). Analisis Faktor. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.
Seyobroto, S. 1989. Psikologi Olahraga. Jakarta. Cetakan 18 PT. Anem Kosong
Suherman, Erman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematikan Kotemporer. Surakarta: FIKP UMS.
Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D, Alpha Betha, Bandung.
Sujana, (2012). Metode Statistika:Transito Bandung.
Surakhmad,(1998). Pengantar Penelitian Ilmiah;Metode dan Teknik. Bandung,
Tarsito
Suryabrata, S. (1998). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Direktoral Jenderal
Pendidikan Tinggi, Depdikbud.
________(1998). Metode Penelitian. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.
Suinn, R. M. 1990 Visual Motor Behavior Rehrasal for Adaptive Behavior. In Krumboltz. Counselling methodt,
Holt, New York.
Weinberg, R.S., & Gould, D. 1995. Foundations of Sport and Exercise Psychology. Human Kinetics,
Champaign., IL.
Widodo, P. B. (2006). Reliabilitas dan Validitas Konstruk Skala Konsep Diri Untuk Mahasiswa Indonesia.
Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro,
3 (1), 1-9.

M.Azmi 10

Anda mungkin juga menyukai