Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Daerah Gunungapi Dieng merupakan salah satu gunungapi aktif di Jawa Tengah, akibat
kegiatan masa lampau menghasilkan kesuburan dan morfologi yang menarik bagi wisatawan
dan memiliki potensi panasbumi. Dalam sejarah kegiatan yang diketahui sampai saat ini belum
pernah terjadi letusan magmatik. Bahaya utama dari kegiatan daerah ini adalah gas beracun
dan leutsan freatik yang dapat keluar setiap saat tanpa atau bersamaan dengan gempa bumi.
Dengan kemungkinan terjadinya bencana tinggi dan aktivitas manusia yang intens, diperlukan
adanya studi kebencanaan yang dapat menjadi acuan mitigasi terhadap aktivitas gunung api
pada darah ini.
Daerah penelitian berada di kabupaten Wonosobo, sekitar 30 km kearah utara dari pusat
kota Wonosobo. Kawah Sileri menjadi salah satu kawah teraktif di dataran tinggi Dieng telah
menelan banyak korban akibat terjadinya letusan freatik dan vulkanisme yang berasal dari
kawah Sileri. Tercatat sejak tahun 1944, 1956, 1964, 2003, 2009, dan 2018 kawah Sileri
mengalami erupsi freatik dan tercatat juga membentuk rekahan baru yang berada di bagian
barat laut kawah,

Gambar 1. Daerah Penelitian

SETTING GEOLOGI
Dataran Tinggi Dieng yang panjang14 km dan lebar 6 km memiliki bentuk morofologi
dengan trend umum E-W dari hasil pergeseran pusat erupsi dengan aktivitas termuda berada di
bagian timur. Daerah ini umumnya didominasi oleh batupasir tufaceous dan material gunung
berapi. Kompleks Dieng sendiri terdiri dari kerucut vulkanik dengan umur quaternary-resent
dan kawah eksplosiv, dibentuk di pertemuan dua zona patahan utama berarah E-W dan NW-
SE. Tiga episode utama aktivitas vulkanik telah dibedakan (Sukhyar, 1994 dalam Bergen,
2000) yaitu :

a. Produk vulkanik tertua memiliki usia late Quartery dan membentuk morfologi bagian
utara dan selatan dataran tinggi Dieng. Daerah ini termasuk stratovulkano Prahu, Tlerep
dan unit Rogojembangan. Episode pertama pada aktivitas vulkanik ini juga
menghasilkan zona depresi bagian barat kerucut Prau.
b. Selama episode kedua sejumlah stratovulkano muncul dalam depresi, salah satunya
yaitu kawah Sileri. Episode ini menghasilkan batuan basalt, andesit basaltik dan
piroksen-andesit. Endapan jatuhan piroklastik diyakini secara dominan terbentuk pada
episode ini yang menyelimuti depresi Dieng dan Batur. Endapan ini secara kolektif
disebut sebagai Dieng tephra. Dating dilakukan dan menghasilkan umur batuan 16770
tahun.
c. Aktivitas magmatik termuda menghasilkan lava andesit biotit dan endapan jatuhan dari
sembilan pusat erupsi di tepi selatan depresi Dieng. Lava termuda memiliki usia 8540
tahun).

Gambar 2. Peta Geologi daerah Dieng (adaptasi dari Puslitbang Geologi, 2008 dan Dan Miller et
al., 1983 dalam Bimonugoroho, 2015)

METODE
a. FFD
Fault and Fracture Density (FFD) adalah salah satu metode yang ada pada remote
sensing, dengan menggunakan citra foto/non foto digunakan untuk mnegetahui kelurusan strukutur
baik itu oleh kelurusan morofologi atau rona warna yang ada pada citra. Analisis kelurusan dari
citra satelit mencakup penentuan orientasi dan kepadatannya. Interpretasi kelurusan struktur dibuat
berdasarkan kelurusan rona dan morfologi pada peta citra yang digunakan. Software yang
digunakan adalah Geomatica untuk menghasilkan kelurusan dan ArcGis untuk membentuk
Fracture density yang dapat diasumsikan sebagai zona permeable. Proses-proses yang dilakukan
yaitu:
- Geometrik Algoritma
Setiap densitas berasal dari jaringan sel kuadran yang sudah ditentukan oleh sistem,
tipe hubungan antara garis yang dibuat sebagai wakil kelurusan dan jaringan sel kuadran dapat
diidentifikasi secara otomatis oleh system (Geomatica). Jenis hubungan antara kelurusan
dengan jaringan sel kuadran adalah sebagai berikut:

1. Garis di luar sel kuadran (ditandai sebagai nilai 1), dengan koordinat x dan / atau y dari
kedua titik akhir masing-masing lebih besar atau lebih kecil dari batas atas dan bawah sel.
2. Garis-garis yang sepenuhnya terkandung dalam sel (ditandai sebagai nilai 2).
3. Garis awal dan akhir di luar sel, tetapi memotong bagian dalam sel (ditandai sebagai nilai
3)
4. Garis di luar sel, tetapi dengan koordinat x atau y dari masing-masing titik akhir di dalam
batas sel (ditandai sebagai nilai 4); garis-garis ini tidak termasuk dalam tipe 1.
5. Garis dengan satu dari titik akhir berada di dalam sel (ditandai sebagai nilai 5).

Setiap hubungan lineament dan sel kuadran akan mengahsilkan nilai density dan akan
secara otomatis terbaca di sistem menjadi hasil akhir fracture density

Gambar 3. Jenis kelurusan menurut hubungan geometris dengan dinding tiap sel sebelum dilakukan poses
FFD
Dalam proses pemasukan data, data yang dimasukkan berupa data raster DEM dengan
sudut cahaya 45o yang dilakukan proses analisa di software Geomatica. Sistem akan
mendelineasi kelurusan berdasarkan kelurusan morfologi maupun rona yang akan
menghasilkan kelurusan berupa garis, dengan kelurusan format shp polylin. Data kelurusan
yang ada diolah mneggunakan Arcgis dan akan menghasilkan fracture density dengan Spatial
Analyst Tools pada Line density. Data yang didapatkan setelah input data, yaitu berupa densitas
kelurusan dengan satuan m/km2.

b. Termal permukaan

Suhu permukaan dapat diidentifikasi dengan menggunakan citra satelit yang memiliki sensor
termal, seperti Thermal Infrared Sensor Landsat 8. Suhu permukaan mengendalikan fluks energi
gelombang panjang yang melalui atmosfer. Pembuatan peta suhu permukaan menggunakan software
ArcGIS. Sistem akan menentukan suhu secara tentative dengan interval suhu tinggi dan rendah, suhu
didapatkan dari pembacaan gelombang permukaan yang dibaca oleh sensor dalam pengambilan data
melalui metode penginderaan jauh. Data yang ada berdasarkan perbedaan daya reflektansi energi
elektromagnetik masing-masing objek di permukaan bumi. Daya reflektansi yang berbeda-beda oleh
sensor akan direkam dan didefinisikan sebagai nilai termal berbeda yang dipresentasikan dalam sebuah
citra.

Gambar 4. Proses perekaman permukaan bumi oleh sensor penginderaan jauh.

HASIL
a. Fault and Fracture Density (FFD)
Pada hasil FFD, didaptakan beberapa kelas nilai densitas yang diasumsikan sebagai
permabilitas yang ada di permukaan, dalam aplikasi kebencanaan pada daerah vulkanisme
aktif, permeabilitas yang berada di dekat vulakanisme aktif dapat menjadi perkursor erupsi dan
pembentukan kawah baru. Kelurusan daerah penelitian berorientasi NW-SE dengan nilai
fracture density terbesar berada di bagian tenggara, selatan, dan utara daerah penelitian, zona
dengan nilai fracture density yang besar juga dapat mendelineasi area terdampak dengan
kemungkinan adanya bencana vulkanisme dan pembentukan kawah baru dengan parameter
kelurusan permukaan.
Gambar 5. Peta FFD daerah penelitian

b. Termal permukaan
Hasil dari peta termal permukaan didapatkan bahwa suhu tertinggi pada daerah
penelitian menyebar, temperatur tinggi juga didapatkan pada daerah manifestasi kawah
Sileri. Nilai termal ini dapat menjadi indikasi aktivitas vulaknisme yang menghasilkan
termal dan mencapai permukaan. Dengan zona termal permukaan pada temperatur
tinggi yang realitiv memiliki kelurusan NW-SE, dapat menjadi indikasi sumber panas
yang ada dipengaruhi oleh kelurusan dengan asumsi struktur geologi yang sama dengan
arah umu kelurusan pada FFD.
Gambar 6. Peta Termal Permukaan daerah penelitian

c. Major Lineament
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Bergen, Manfred J. Van, Alain Bernard, Sri Sumarti, Terry Sriwana dan Kastiman Sitorus.
2000. Crater lakes of Java: Dieng, Kelud and Ijen. Bali: IAVCEI General Assembly

Hino, Takeshi, Ryuichi Itoi1,Toshiaki Tanaka, N. Agung Pambudi, dan Khasani. 2013.
Natural state Modeling of Geothermal reservoir at Dieng, central Java, Indonesia: GR
Transaction vol 37

Marzani, Yulius. Letusan Freatik Diikuti Munculnya Gas Beracun dan Kajian Isotop Air
Panas Bumi di Kawasan Sileri Untuk mengetahui Tanda Awal Bahaya Letusan Freatik di
Kompelk Gunungapi Dieng Jawa Tengah. Yogyakarta: STTNAS

Tim Penulis. 2018. Informasi Kebencanaan Bulanan Teraktual : BNPB

Anda mungkin juga menyukai