Anda di halaman 1dari 13

PERGURUAN THAWALIB PADANGPANJANG

INFORMASI PENERIMAAN SISWA/I TINGKAT MTs/SLTP & MA/ SLTA


DI PONDOK PESANTREN THAWALIB PUTRA/I PADANG PANJANG

SELAMAT DATANG DI PERGURUAN THAWALIB


PERGURUAN THAWALIB PADANG PANJANG (Didirikan tahun 1911, Terakreditasi : B)

“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama,dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (Q.S. At-Taubah
: 122)

“Menuntut ilmu itu kewajiban setiap Muslim dan Muslimah” (Hadits)

“Sesungguhnya aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia” (Hadits)

Dalam mengamalkan perintah Allah SWT dan Sunnah Rasulullah SAW itu Perguruan
Thawalib Padang Panjang terus berusaha dan mencoba segala upaya seluruh konsep
pendidikan demi menghasilkan anak-anak yang shaleh yang paham masalah agama secara
mendalam.

PENDAFTARAN DIBUKA:

* Tanggal 1 Juni s/d 10 Juli 2009

TEMPAT PENDAFTARAN :

* THAWALIB PUTRA : Jln. Abd. Hamid Hakim No. 12 Padang Panjang - Sumatera Barat
27116 Telp  (0752) 82030, 82607
* THAWALIB PUTRI : Jln. H. Agussalim No. 48 Kamp. Jambak Padang Panjang  Telp.
(0752) 83738
1. SEJARAH RINGKAS

Jauh sebelum tahun 1900 dibawah asuhan Syekh Abdullah Ahmad Perguruan Thawalib telah
memulai pendidikannya dengan sistim halaqah bertempat di Surau Jembatan Besi Padang
Panjang, yang kemudian pada tahun 1911 dilanjutkan oleh DR.H. Abdul Karim Amarullah,
seorang ulama besar yang baru pulang belajar dari Mekah yang dikenal dengan sebutan
Inyiak Rasul (ayah Alm. Buya HAMKA). Beliau sekaligus merubah sistim belajar dari
halaqah menjadi klasikal. Pada tahun 1926 dibawah pimpinan Tuanku Mudo Abdul HaAmid
Hakim, dibangun lokal belajar di jalan Lubuk Mata Kucing (Kampus Thawalib Putra
sekarang). Mulai tahun 1959 Perguruan Thawalib dipimpin oleh H.Mawardy Muhammad,
dan pada tahun 1974 membuka Perguruan Tinggi Fakultas Dakwah dan Publisistik, Fakultas
Syari’ah wal Qanun bersama-sama dengan Prof.DR.KH. Zainal Abidin Ahmad (Alumni
Thawalib, mantan Ketua Parlemen RI, Wartawan dan Pengarang). Kemudian Perguruan
Thawalib dipimpin oleh murid-murid H.Mawardy Muhammad ; Drs.H. Abbas Arief, H.
Djawarnis,Lc. Prof.DR.Sirajuddin Zar (Rektor IAIN “IB” sekarang), Prof.DR.H.Tamrin
Kamal,MS. Firdaus Tamin, BA.

Tahun 1989 Perguruan Thawalib menerima siswi khusus putri, tempat belajar dan asramanya
terpisah dari Thawalib Putra. Tahun 2002 Thawalib menambah lagi jenjang pendidikan, yaitu
dengan mendirikan Taman Kanak-Kanak Al Quran ( TKA ), yang kemudian dilanjutkan
membuka Madrasah Ibtidaiyah Unggul Terpadu ( MIUT ) pada tahun 2004. Saat ini
Perguruan Thawalib telah berkembang dengan memiliki empat jenjang pendidikan mulai
Taman Kanak-Kanak Al Quran ( TKA ), Madrasah Ibtidaiyah Unggul Terpadu (MIUT),
Madrasah Tsanawiyah dengan nama Thawalib A, Madrasah Aliyah dengan nama Kulliyatul
‘Ulum el Islamiyah (KUI) Putra & Putri.

2. VISI & MISI VISI

VISI:

Terwujudnya pendidikan yang konsern dan konsisten, yang Tafaqquh Fiddin (mendalami
ilmu-ilmu agama Islam) agar siswa/i yang dididik menjadi muslim-muslimah yang berakhlaq
mulia, cerdas, dan menguasai serta mengamalkan ilmu agama .

MISI:

Menyelenggarakan pendidikan Islam yang berorientasi mutu, baik keilmuan maupun moral
serta memproses anak didik untuk mendapatkan kecerdasan sosial untuk menuju masyarakat
madani yang islami, dengan semangat “ Bangkit Menjawab Tantangan, Maju Memandu
Perubahan”.

3. TUJUAN PENDIDIKAN

1. Mendidik para siswa agar menjadi kader-kader umat untuk mendalami masalah-masalah
agama dalam bentuk pemahaman yang benar serta mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Membina para siswa berperilaku islami dan berakhlak yang mulia, melatih dan mebiasakan
siswa puasa Senin Kamis dan Sholat malam ( Tahajjud ), sehingga bisa menjadi contoh
teladan dan ikutan yang baik bagi lingkungannya.
3. Mengarahkan para siswa untuk bisa menselaraskan dasar-dasar agama dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi modern dalam memenuhi
kebutuhan hidup dunia -akhirat.

4. TENAGA PENGAJAR
Tenaga pengajar di Perguruan Thawalib Padang Panjang saat ini terdiri dari guru-guru yang
sudah berpengalaman dalam bidang pengetahuan agama dan umum sesuai dengan disiplin
ilmu yang dimilikinya yang berasal dari berbagai perguruan tinggi Dalam dan Luar Negeri,
seperti : Universitas Ibnu Su’ud Riyadh, Universitas Al- Azhar Cairo, Unversitas Negeri
Padang, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Institut Agama Islam Negeri (IAIN),
Akademi Bahasa Arab (Aqabah) Lipia Jakarta, Akademi Management Ilmu Komputer
Padang, Sekolah Tinggi Seni Indonesia, dll.

5. KEGIATAN EKSTRA KURIKULER

* Muhadharah 3 bahasa ( Indonesia, Arab, Inggris )


* Tahfizul Qur’an
* Kaligrafi Arab
* Kesenian : Rebana, Nasyid
* Keorganisasian
* Olah Raga
* Pencak Silat
* Kepramukaan
* Internet

6. FASILITAS

* Kampus / Asrama milik sendiri ( Putra & Putri )


* Perpustakaan Siswa ( Putra & Putri )
* Ruangan Makan
* Masjid Kampus ( Putra & Putri )
* Labor Kumputer ( Putra & Putri )
* Labor Bahasa ( Putra & Putri )
* Aula
* Lapangan dan Sarana Olah Raga
* Ruangan Keterampilan Putri
* Kantin
* Wartel
* Loundry
* Room Recovery & Nahwu Centre

7. SYARAT-SYARAT PENDAFTARAN

I. MASUK THAWALIB A / MTs. & KUI /MA

* Membayar Uang Formulir Rp 50.000,-


* Thawalib A / MTs : Menyerahkan photo copy Rapor SD kelas 5 semester I & II dan kelas 6
semester I (dilegalisir)
* KUI / MA : Menyerahkan photo copy Rapor SLTP kelas 2 semester I & II dan kelas 3
semester I (dilegalisir)
II. JADWAL PENDAFTARAN & TES SELEKSI MASUK

* Pendaftaran dan tes wawancara dimulai tanggal 1 Juni 2009 – 10 Juli 2010.
* Materi tes : Membaca Al-Quran, Praktek Shalat, wawancara.

III. PENDAFTARAN ULANG

* Pendaftaran ulang tanggal 11 – 14 Juli 2009


* Dengan melengkapi : Formulir pendaftaran, Pas Foto 2X3 = 5 lembar, 3X4 = 5 lembar.
Foto copy ijazah dan tanda kelulusan (Ijazah SD untuk Thawalib A dan Iazah MTs/SMP
untuk KUI)
* Mulai belajar Tahun Pelajaran 2009 / 2010 tanggal 21 Juli 2009.

IV. BIAYA MASUK.

Biaya Thawalib A /MTs dan KUI /MA

1. Uang Pembangunan Rp. 800.000 (A /MTs) - Rp. 800.000 (KUI /MA)


2. Biaya Pendidikan awal tahun* Rp. 675.000 (A /MTs) - Rp. 685.000 (KUI /MA)
3. Biaya Perlengkapan** Rp. 1.000.000 (A /MTs) - Rp. 1.000.000 (KUI /MA)

* Jumlah Rp. 2.475.000 (A /MTs) - Rp. 2.485.000 (KUI /MA)

KETERANGAN

* Biaya pendidikan awal tahun sudah termasuk uang perpustakaan, uang pramuka, biaya
bulanan bulan Juli 2009.

** Biaya perlengkapan termasuk baju seragam putih dan seragam pramuka, Olah Raga, baju
koko (Putra) dan jilbab (Putri), kasur, almari. Buku pelajaran Arabiyah

CATATAN
* Calon siswa/i peringkat 1 s/d 5 dibebaskan dari uang pembangunan
** Siswa/Siswi yang diizinkan tinggal di luar asrama hanyalah bagi mereka yang berdomisili
di Kota Padang Panjang dan tinggal dengan orang tua.

Biaya Thawalib A /MTs dan KUI /MA

1. Uang SPP Rp. 90.000 (A /MTs) - Rp. 100.000 (KUI /MA)


2. Uang Asrama Rp. 60.000 (A /MTs) - Rp. 60.000 (KUI /MA)
3. Uang Sosial/OSIS/Pustaka Rp. 15.000 (A /MTs) - Rp. 15.000 (KUI /MA)
4. Uang Ekstra Kurikuler Rp. 10.000 (A /MTs ) - Rp . 10.000 (KUI /MA)
5. Uang Makan Rp. 350.000 (A /MTs) - Rp. 350.000 (KUI /MA)

* Jumlah : Rp. 525.000 (A /MTs) - Rp. 535.000 (KUI /MA) Selengkapnya...


Diposkan oleh asyiqatul-ilm Label: pesantrenku di 11:27
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
0 komentar

Sabtu, 07 Maret 2009


Mengenang Sejarah Ringkas Perguruan Islam Thawalib Padang Panjang
Minangkabau (Sejak berdiri- thn 1970-an)

Oleh : H.M.D. Datuk Palimo Kayo (alm)

1. Jauh sebelum tahun 1900, sudah berjalan lama pengajian di Surau Jembatan besi Padang
Panjang di bawah asuhan Syekh Abdullah, merupakan salah satu di antara pengajian-
pengajian cara lama yang banyak tersebar di Minangkabau. (Catatan : Pada mulanya terdapat
di tempat itu hanya jembatan kayu yang pakai atap, kemudian diganti dengan jembatan besi.
Itulah pertama kali adanya jembatan besi di Padang Panjang dan terkenal Surau Jembatan
Besi , yang kemudian menjadi pusat pertumbuhan Ulama dan Zuama Islam yang bertebaran
ke seluruh Indonesia).

2. Pada tahun 1907 Syekh Abdullah pindah mengajar ke Padang, dan pimpinan pengajian
Surau Jembatan Besi pindah kepada Syekh Daud Rasjidi (ayahanda dati H.M.D. Dt. Palimo
Kayo) dan murid-murid pengajian bertambah-tambah mendapat kunjungan dari negeri-negeri
sekelilingnya dan pelajaran kitab-kitab Arab meningkat.

3. Berhubung dengan keberangkatan Syekh Daud Rasjidi ke Makkah al Mukarramah untuk


memperdalam pengetahuannya dengan Syekh Ahmad Chatib, sementara digantikan oleh
kakak beliau Syekh Abdul Lathif Rasjidi (ayahanda H. Mukhtar Luthfi). Tidak lama
kemudian pada tahun 1901pimpinan Surau Jembatan Besi pindah ke tangan Syekh Abdul
Karim Amarullah yang waktu itu terkenal dengan sebutan Inyiak Haji Rasul (ayahanda dari
HAMKA).

4. Di bawah asuhan Syekh Abdul Karim Amarullah, pengajian Surau Jembatan Besi
bertambah maju, pelajaran kitab-kitab Arab bertambah meningkat, penuntut-penuntut ilmu
agama (yang wktu itu terkenal dengan sebutan orang siak) bertambah banyak
berdatangandari sekeliling Minangkabau dan juga dari daerah-daerah lain, Tapanuli, Aceh,
Bengkulu, Malaya, Siam, dll.

5. Pada tahun 1912 jiwa ber-organisasi bertiup kencang menghidupkan kebathinan penuntut-
penuntut ilmu Surau Jembatan Besi, maka terbentuklah satu organisasi dari guru-guru dan
pelajar pengajian Surau Jembatan Besi, mulanya bernama SUMATERA THUWAILIB dan
kemudian bernama Sumatera Thawalib.

6. Organisasi tersebut pada tahun 1914 telah berubah bentuk , pengajian Surau Jembatan Besi
mendekati bentuk Sekolah, terdiri atas tujuh kelas, dengan kitab-kitab yang lebih teratur
untuk setiap kelas dengan Pimpinan Guru Besar Syekh Abdul Karim Amarullah dan Tuangku
Mudo Abdul Hamid Hakim selaku wakil Guru Besar dan dibantu oleh guru-guru
dibawahannya, dan pengawasan dari Pengurus Sumatera Thawalib yang ketika itu diketuai
oleh Engku Hasjim Tiku dan dibimbing oleh Zainuddin Labay El Junusy yang baru saja
pulang dari Padang Panjang. Pengajian Surau Jembatan Besi semakin maju dan ramai,
walaupun masih duduk bersela di kelas masing-masing.

7. Pada tahun 1915 Zainuddin Labay El Junusy menciptakan suatu system Perguruan Islam
yang terbaru bernama Diniyyah School atau Madrasah Diniyyah, yang lebih banyak
memasukkan pelajaran-pelajaran ilmu umum, telah menyebabkan Perguruan Sumatera
Thawalib semakin hebat berlomba atas kebajikan. Kemajuan Perguruan Islam bertambah
meningkat dengan Sumatera Thawalib yang lebih menjurus kepada ‘Alim Ulama ahli fiqih,
sedang Madrasah Diniyah mengikutsertakan ilmu Umum. Sehingga kedua-duanya
merupakan kader Alim Ulama yang intelek.

8. Modernisasi Pengajian surau-surau yang telah dimulai oleh Surau Jembatan Besi tersebut
sudah menjalar ke tempat lain, dan bertumbuhanlah Sumatera Thawalib di Parabek di bawah
pimpinan Syekh Ibrahim Musa, di Padang Japang di bawah pimpinan dua orang bersaudara
Syekh Mushtafa ‘Abdullah dan Syekh Abbas ‘Abdullah, di Sungayang di bawah pimpinan
Syekh Muhammad Thaib, di Maninjau di bawah pimpinan Syekh Abdul Rasjid dan lain-lain.
Masing-masingnya berlomba-lomba untuk lebih maju, sehingga pelajar-pelajar pun semakin
bertambah membanjir, juga yang berdatangan dari luar pulau Sumatera dan juga Malaya dan
Siam.

9. Pada tahun 1918 Sumatera Thawalib Padang Panjangmelangkah maju lagi ke depan, di
samping meningkatkan pelajaran dalam Perguruan Thawalib, juga mulai mengadakan
penerbitan Majalah Al Munir dipimpin oleh Zainuddin Labay El Junusy dibantu oleh
Tuangku Mudo Abdul Hamid Hakim, memuat karangan-karangan yang berisi : Pelajaran atau
nasehat Agama, menjawab pertanyaan-pertanyaan, memberantas khurafat, tahkyul dan
bid’ah, serta sejarah dll.

10. Untuk kesempurnaan dan memupuk perkembangan ilmu karang mengarang (menulis),
Sumatera Thawalib mengadakan Debating Club sekali seminggu yang diikuti oleh guru-guru
dan pelajar-pelajar Thawalib yang sudah agak besar. Dalam Debating Club diasuh dan diasah
mengarang, berpidato, berdebat, dan berlatih mengemukakan suatu pandangan dan
mempertahankan pendapa-pendapat masing-masing. Dan disamping usaha penerbitan
majalah Al Munir itu diadakan perpustakaan untuk mengumpulkan surat-surat Kabar dan
Majalah-majalah dari seantero Indonesia (yang waktu itu disebut Hindia Belanda), juga surat-
surat kabar dari Mesir. Sehingga kantor Al-Munir itu setiap sore penuh dikunjungi oleh
pelajar-pelajar untuk membaca surat-surat kabar dan buku-buku baik yang berisikan politik,
ekonomi, social dan pendidikan, menyebabkan pelajar-pelajar Thawalib mendapat pandangan
yang luas selain dari pelajaran-pelajaran di Thawalib ataupun di Diniyah.

11. Perkembangan yang demikian juga menjalar ke Perguruan-perguruan Thawalib yang lain,
sehingga : di Parabek terbit Majalah Al-Bayan di bawah pimpinan Sain Al-Maliki dibantu
oleh Jama’in Abdul Murad, di Sungayang terbit Majalah Al-Basir di bawah pimpinan
Mahmud Junus dan Mahmud ‘Azizi, di Padang Japang terbit Majalah Al-Imam di bawah
pimpinan Sa’aduddin Siarbaini, di Maninjau terbit Majalah Al-Ittiqan di bawah pimpinan
Mahmud Rais, di Padang Panjang terbit lagi Majalah “Perdamaian” disamping majalah Al
Munir yang dipimpin oleh H. Djalaluddin Thaib.

12. Disampinh kemajuan buku-buku pelajaran B. Arab untuk Thawalib dan Diniyyah yang
sengaja dipesan dari Mesir, Damaskus, Beirut, Makkah dan lain-lain, mulailah pula pelajar-
pelajar Thawalib dan Diniyyah ketika itu mendapatkan bacaan majalah-majalah, brosur-
brosur dan surat kabar bahasa Arab dari Timur tengah itu. Umumnya berisikan propaganda
pergerakan politik perjuangan kemerdekaan. Karena bertepatan pada ketika itu kebangkitan
bangsa Arab yang berjuang melepaskan belenggu penjajahan bangsa Barat atas Tanah Air
mereka. Karenanya setingkat lagi kemajuan Thawalib dan Diniyah ketika itu, bukan saja
menjadi Pembina kader ulama dengan system pembaharuannnya tetapi juga merupakan
sumber kader Pemimpin dan Pejuang kemerdekaan bangsa Indonesiayang diserap dari Timur
Tengah itu. Maka para kader Alim Ulama dan Zu’ama dari Thawalib dan Diniyah itu lebih
banyak belajar perfgerakan politik dari Timur Tengah yang bernafaskan Islam.

13. Untuk meningkatkan kader Alim Ulama maka Sumatera Thawalib Padang Panjanh
mengadakan perubahan, menambah kelas menjadi 6A daN 6B, barulah diteruskan ke kelas 7.
Pada pokoknya kelas 7 itu hanyalah untuk kuliah penghabisan yang dipimpin langsung oleh
guru besar Syekh Abdul Karim Amarullah , juga diikuti oleh guru-guru Agama dari
sekeliling Padang-Panjang. Kelas 7 itulah yang tertinggi, sehingga dari kelas 7 itu sudah
boleh dilepas untuk mengajar sendiri kemana-mana saja.

14. Pada tahun 1920 semangat persatuan dan perjuangan mukin meningkat, maka terjadilah
suatu permusyawaratan antara Sumatera Thawalib dari berbagai tempat yang berlangsung di
Padang Panjang, yang telah menghasilkan satu keputusan yang sangat berharga, yaitu :
Mempersatukan seluruh Perguruan Islam Thawalib dengan pimpinan pengurus besar yang
pertama , terdiri dari : H. Djalaluddin Thaib, Voorzitter, dan Thaher by Secretaris teven
Penningmeester, serta beberapa orang Commissarisen. Itulah hari bersejarah yang sangat
penting dalam mewujudkan persatuan. Perguruan-perguruan Islam yang kelak menjadi
promoter perjuangan Ummat Islam khususnya di Minangkabau ini.

15. Pada tahun 1921 Sumatera Thawalib Padang Panjang mulai melangkah melatih diri
dalam bidang koperasi dan perekonomian pada umumnya. Pertama kali menyediakan
minuman kopi/ teh dan kue-kue untuk pelajar-pelajar Sumatera Thawalib yang sudah
berjumlah lebih dari 1000 orang dalam bentuk sebuah nama “Buffet Merah” dimana
disediakan juga alat-alat kepentingan pelajar-pelajar berupa pena, pensil, bulu-buku tulis,
singlet, benang, penjahit dsb. Kemudian mengadakan juga perusahaan dobi, rumah pangkas
semata-mata untuk kepentingan pealajar.

16. Pada tahun 1922 tamatan Sumatera Thawalib sudah mulai dimanfaatkan. Pertama untuk
mengajar di negeri masing-masing, menjadi Tuangku (Qadhi, Imam, Khatib), mendidrikan
pula Sumatera Thawalib dan Diniyah School. Kedua untuk memenuhi kehendak Umat Islam
menjadi Guru di Bengkulu, Tapak Tuan, Kuala Simpang, Meolaboh, Medan, dll. Sehingga
nama Sumatera Thawalib Padang Panjang semakin masyhur kemana-mana, dan diantaranya
adapula yang menyambung pelajarannya (studi) ke Universitas al-Azhar di Mesir.

17. Pada tahun 1923 kota Padang Panjang menjadi bumi tempat tumbuh suburnya pergerakan
politik yang terorganisir baik yang telah melibatkan Thawalib dan Diniyyah aktif mengikuti
organisasi tersebut yang bertujuan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dimana ketika
itu mulai berkembangpropaganda komunis dengan memakai semboyan ke-Agamaan
sehingga banyak diantara pelajar-pelajar Thawalib dan Diniyah yang terbawa-bawa. Tetapi
setelah Alim Ulama guru-guru besar dari seluruh Thawalib dan Diniyah mendapat informasi
yang lebih jelas mengenai Komunis dengan ideology Atheisnya, mulailah timbul kesadaran
dikalangan Thawalib dan Diniyah bagaimana perbedaan pergerakan politik Islam dan
Komunis itu. Namun untungnya organisasi pergerakan semakin mantap, walaupun dalam
beberapa hal terdapat kerjasama dalam hal menghadapi kolonialisme dan imperialisme Barat.

18. Pada ketika pecah pemberontakan rakyat tahun 1926 yang berpusat di Silungkang
Sumatera Barat untuk menentang kekeuasaan Belanda, banyak juga pelajar-pelajar Thawalib
dan Diniyah yang terseret kedalamnya dan tertangkap, dipenjarakan. Hal tersebut merupakan
ujian berat bagi Thawalib dan Diniyah. Sehingga kecurigaan penguasa penjajahan Belanda
kepada Thawalib dan Diniyah menjadi tajam dan meruncing. Tetapi Alhamdulillah Thawalib
dan Diniyah berjalan terus dan semakin maju dengan semangat yang tinggi.

19. Pada tahun 1926 di saat-saat Sumatera Thawalib sedang memuncak kehebatannya,
Padang Panjang ditimpa musibah gempa bumi yang amat dahsyat sekali. Sehingga Sumatera
Thawalib menghadapi dua persoalan besar : 1. Guru Besar Syekh Abdul Karim Amarullah
pulang ke kampungnya di Sungai Batang Maninjau, dan pimpinan tertinggi Perguruan Islam
Sumatera Thawalib pindah kepada Tuangku Mudo Abdul Hamid Hakim dibantu oleh guru-
guru yang lain. Alhamdulillah Sumatera Thawalib berjalan baik dan semakin maju.

20. Sumatera Thawalib selama ini masih berjalan menurut cara lama , belajar duduk bersela
di Surau Jembatan Besi, dengan adanya gempa bumi yang dahsyat itu, seolah menghendaki
dengan cepat membangun gedung perguruan dan asrama yang tertentu, dan untuk itu
didapatlah tempat dijalan Lubuk Mata Kucing tempat komplek Perguruan Thawalib yang ada
sekarang. Dan semenjak itu Perguruan Thawalib sudah berjalan merupai sekolah yang teratur
dengan bangku-bangku dan alat-alat selengkapnya.

21. Tamatan Perguruan Thawalib setiap tahun membanjiri masyarakat umum, bukan saja
untuk menjadi Ulama, tetapi juga untu menjadi Zu’ama ( pemimpin-pemimpin pergerakan),
bahkan juga ada yang menjadi pedagang, pegawai pemerintahdan sebagainya. Padahal
semuanya itu masih tetap menjadi anggota Sumatera Thawalib. Maka dengan sendirinya
pelajar-pelajar dan tamatan-tamatan Sumatera Thawalib itu pada umumnya tidak saja hanya
terbatas dalam lingkungan Perguruan Islam saja, tetapi sudah meluas merupakan organisasi
massa (masyarakat umum).

22. Pada tahun 1928 berlangsung Konfrensi Sumatera Thawalib yang kedua yang dihadiri
utusan-utusan seluruh Sumatera Thawalib memperkuat ikatan organisasi, yang berhasil
dengan terbentuknya Pengurus Besar Sumatera Thawalib yang baru terdiri dari : 1. H.
Djalaluddin Thaib, Voorzitter, 2. Ali Imran Djamil, Secretaris, 3. H. Syu’ib el Junusy,
Penningmeester, 4. Doesqi Samad, 5. Thaher By, 6. H.Alaoeddin, 7. Sapardi.J St. Mangkuto,
masing-masing Commissarisen, dengan cabang-cabangnya di seluruh Perguruan Islam
Thawalib yang tersebar dimana-mana. Adapun perguruan Islam Sumatera Thawalib Padang
Panjang, semakin ramai dan maju di bawah Pimpinan Guru Besar Tuangku Mudo Abdul
Hamid Hakim dibantu oleh guru-guru lain.

23. Kemudian silih berganti konfrensi Sumatera Thawalib berturut-turut, pada bulan
November 1928 di Padang Panjang pada bulan Mei 1929 di Batu Sangkar, pada bulan Januari
1930 di Bukittinggi. Setiap adanya konfrensi perkembangannya bertambah baik dan lancar,
yang menambah kuat dan luasnya masyarakat Thawalib.

24. Pada tahun 1928 ketika Pemerintah Hindia Belanda hendak menjalankan ordonansi guru-
guru Agama yang maksudnya hendak menjalankan kontrol terhadap guru-guru Agama yang
mengajarkan Agama Islam di Minangkabau ini, maka ketika itu pemimpin-pemimpin
Sumatera Thawalib ikut aktif bersama-sama ninik mamak, Alim Ulama dan cerdik pandai
mengumpulkan seluruh potensi rakyat Minangkabau untuk menolaknya. Akhirnya
Pemerintah Hindia Belanda menarik kembali niatnya yang hendak merugikan bagi Agama
dan Umat Islam. Padahal ordonasi tersebut dudah semenjak tahun 1905 telah dijalankan di
tanah Jawa dan Madura dan daerah-daerah lain.

25. Pada tahun 1930 berlangsung kongres pertama dari Sumatera Thawalib di Bukittinggi.
Semangat yang sudah matang dari tamatan-tamatan Thawalib mempertimbangkan
pandangan-pandangan jauh ke masa depan untuk kepentingan Agama, bangsa dan tanah air,
baik dalam bidang politik, ekonomi, social dan pendidikan. Akhirnya telah membulatkan
tekad persatuan dan perjuangan, terutama dalam menghadapi kekuasaan dan penjajahan, telah
menghantarkan Kongres Sumatera Thawalib tersebut kepada satu keputusan dengan suara
bulat menjadikannya satu organisasi massa yang lebih kuat bernama “PERSATUAN
MUSLIM INDONESIA” yang kemudian menjadi Partai Politik Islam “PERMI” bermarkas di
Padang, dengan surat kabarnya bernama “MEDAN RAKYAT”. Disamping itu Perguruan
Islam Thawalib berjalan terus di bawah pengawasan Departemen Pendidikan dan Pengajaran
“PERMI”.

26. Pada tahun 1932, seluruh guru dan siswa Thawalib dimanapun di seluruh cabang-
cabangnya serentak sudah merupakan kader pemuda berjuang menuju Islam Mulia dan
Indonesia Sentosa melalui Indonesia Merdeka. Bahkan disetiap negeri sudah terdapat cabang
dan ranting PERMI. Bagaimanapun juga tekanan kecurigaan penguasa kolonial Belanda,
tetapi semuanya itu tidaklah menyebabkan takut gentar dihari sanubari siswa-siswa itu yang
tegak berdampingan sejejer dengan orang-orang dewasa anggota-anggota PERMI. Sehingga
Thawalib dan PERMI itu tidak dapat dipisahkan, bukan saja di Sumatera Barat, tetapi juga di
Tapanuli, Sumatera Timur, Aceh, Jambi, Bengkulu, Palembang dan dimana saja terdapat
Perguruan Islam yang berasal dari Thawalib dan Diniyah.

27. Ketika Pemerintah Kolonial Belanda hendak menjalankan ordonnasi Sekolah Liar (Wilde
schoolen Ordonansi) di seluruh Indonesia, maka seluruh guru dan siswa Thawa;ib serta
Diniyah serentak bangkit memprotes menolak rencana yang sangat merugikan itu, baik
terhadap Islam maupun terhadap masyarakat umum. . Maka banyaklah guru dan siswa
Thawalib itu yang ditangkap dan disakiti. Dan seringkali Perguruan Thawalib digeledah oleh
kaki tangan pemerintah kolonial dengan cara-cara yang kasar dan zalim. Namun demikian,
tiadalah semuanya mengendorkan semangat perjuangan mereka. Dan suatu ketika Thawalib
Padang Panjang mendapatkan pukulan berat dengan keluarnya larangan mengajar oleh
penguasa kolonial terhadap beberapa orang guru Thawalib, yaitu : 1. Zainal Abidin Ahmad,
2. Ahmad Syukur, 3. Burhanuddin Sutan Pamuncak, 4. Burhanuddin Datuk Bandaro Sati, 5.
Ibrahim Madun, 6. Saydi Umar Sutan Permato, dan 7 Sutan Syarif Pitalah.

28. Lulusan atau tamatan-tamatan Thawalib semakin meluas memenuhi seluruh bidang
masyarakat, bukan saja menjadi guru, Tuangku-tuangku, pemimpin-pemimpin masyarakat,
tetapi juga dalam bidang-bidang perdagangan, pertanian, perusahaan, penerbitan, percetakan,
bahkan juga dalam bidang perjuangan politik dan organisasi-organisa massa. Sehingga
banyak dari tamatan Thawalib itu yang menderita ancaman kekuasaan penjajahan Hindia
Belanda, yang masuk penjara, korban bis dan ter, terjerat pengkap kolonial yang terkenal.

29. Pada tahun 1943 ketika Jepang menguasai Indonesia, tamatan Thawalib banyak yang
melibatkan diri dalam latihan-latihan militer dengan resiko yang sangat besar. Oleh karena
tekanan ekonomi yang sangat buruk ketika itu, jumlah pelajar Thawalib Padang Panjang agak
sedikit menurun.

30. Pada tahun 1945 diproklamirkan kemerdekaan Indonesia, maka tamatan-tamatan


Thawalib membanjir memenuhi segala lowongan untuk mempertahankan proklamasi dan
membina Negara R.I dalam segala bidang apapun si seluruh Indonesia sedari bawah sampai
atas, sedari pemerintahan negeri sampai pemerintah pusat, baik sipil, angkatan bersenjata,
lapangan diplomatic dan lain sebagainya. Tak dapat disangkal lagi bahwa Thawalib berhasil
memasukkan andil yang sebanyak-banyaknya dalam Negara R.I.

31. Pada tahun 1946 didirikan Yayasan Thawalib Padang Panjang diketuai oleh guru besar
Tuangku Mudo Abdul Hamid Hakim, dan seluruh milik dan kekuasaan Thawalib Padang
Panjang jatuhlah menjadi hak milik dan kekuasaan Yayasan tersebut dengan Akte Notaris.
Pelajar-pelajar Thawalib kembali ramai dibanjiri oleh pemuda-pemuda dari segenap jurusan
setiap tahun lebih dari 1000orang, dan setiap tahun mengeluarkan tamatan Thawalib tidak
kurang dari 100 orang.

32. Ada zaman suka dan adapula zaman duka. Dalam saat-saat Perguruan Islam Thawalib
sedang gembira di bawah pimpinan guru besar Tuangku Mudo Abdul Hamid Hakim, tibalah
zaman gelap :
a. Terjadilah pergolakan hebat di Sumatera Barat tahun 1958, keadaan tidak aman. Guru-guru
dan pemuda-pemuda Thawalib ikut dalam pergolakan, pelajar yang kecil-kecil pulang ke
kampong, sekolah ditutup, tinggal dengan tidak ada penjagaan.
b. Dalam saat yang kritis itu 13 juli 1959, wafatlah Tuangku Mudo Abdul Hamid Hakim,
berpulang kerahmatullah dipanggil Tuhan setelah semenjak dari mudanya sampai tuanya
mencurahkan seluruh tenaganya untuk Agama Islam umumnya dan untuk mendidik
mengasuh Thawalib khususnya.
c. Selama masa lima tahun Thawalib Padang Panjang terhenti dan gedung perguruan serta
asrama-asramanya tinggal dengan tidak ada penjaga bagai benda yang tidak bertuan. Disana-
sini rusak : bocor, hancur dan sebagiannya sudah rubuh. Sungguh sangat menyedihkan.

33. Pada tahun 1963 dengan tenaga berdikit-dikit dari beberapa orang pecinta Perguruan
Islam Thawalib, dimulai meneruskan kembali. Langkah pertama ialah
melengkapkanPengurus Yayasan, terdiri dari : 1. H. Mansur Daud Datuk Palimo Kayo,
2.Adam Sutan Tjaniago, 3. Mawardi Muhammad, 4. H. Kamili, 5. H. Datuk Tumamad, dan
beberapa pembantu yang lain-lain. Maka dibukalah kembali Perguruan Islam Thawalib
Padang Panjang dengan murid sebanyak 23 orang, di gedung Thawalib yang sudah bobrok
itu. Dimana kalau hari hujan anak-anak belajar bagai orang berteduh di bawah rumpun
betung, amat menyedihkan.

34. Ketekunan guru-guru Thawalib di bawah pimpinan Ustadz Mawardi Muhammad dibantu
oleh guru-guru yang lain yang tidak memandang keuntungan benda (gaji), sungguh-sungguh
menjadi modal pertama bagi pembukaan kembali Perguruan Islam Thawalib Padang Panjang.
Karena itu murid-murid bertambah, dari tempat yang jauh-jauh berangsur datang.
35. Perasaan sedih dan pilu melihat gedung dan asrama-asrama Thawalib yang bocor, rusak,
lapuk, dan sebagian yang sudah rubuh, membangkitkan kemauan Pengurus Yayasan
Thawalib untuk membangun mengganti dengan yang baru, walaupun tidak samapi hati
melihat penderitaan guru-guru yang telah beekorban demikian rupa dalam menghidupkan
kembali Perguruan Islam Thawalib Padang Panjang, tetapi dalam hal ini tidaklah dapat
dikecilkan sumbangan saudagar-saudagar terutama di kota Padang Panjang.

36. Pada tahun 1964 dibuatlah gamabar rencana pembangunan gedung dan asrama-asrama
serta Mushalla dan lain-lain, yang permanent, untuk perguruan Islam Thawalib Padang
Panjang yang dishahkan oleh Kepala Jawatan P.U. Kota Padang Panjang, dengan rencana
biaya kira-kira tiga puluh juta rupiah.

37. Pada Pertengahan tahun 1964 dimulai perletakan batu pertama pembangunan asrama oleh
Bapak Wali kota Padang Panjang dengan modal pertama sejumlah dua belas ribu rupiah.
Alhamdulillah dalam tempo sembilan bulan lamanya, selesailah sebuah gedung asrama
ukuran 6 lokal kali 7x8m yang menelan biaya lebih kurang 30jt rupiah, atas bantuan para
dermawan dan hartawan Muslim. Dan tidak dilupakan antara lain sumbangan dari saudara
Barmansyah dari Jakarta.

38. Pada tahun 1966 di mulai pula pembangunan asrama yang kedua, sebesar asrama yang
pertama juga. Alhamdulillah berkat usaha dan sumbangan dari dermawan dan hartawan
Muslim dakam tempo setahun selesailah asrama yang kedua. Tinggal lagi hanya
menyelesaikan dapur dari kedua asrama tersebut.

39. Pembangunan ketika ini sedang terhenti, karena kehabisan biaya, namun demikian
alhamdulillah murid-murid sudah bertambah banyak, setiap tahun semakin meningkat, dan
ketika sejarah ini ditulis, murid-murid sudah mencapai jumlah lebih dari tiga ratus orang dari
berbagai pelosok daerah. Dan guru-gurupun sudah bertambah lengkap juga dengan lebih
menggembirakan.

40. Perencanaan pembangunan selanjutnya adalah : gedung Perguruan Islam Thawalib


dengan ruangan Aula, ruangan kelas untuk belajar, ruangan perpustakaan., Mushalla tempat
beribadah serta tempat latihan mengembangkan ilmu pengetahuan berdakwah dan
sebagainya, Ruang guru dan pengawas Perguruan, dapur dan temapat mandi. Pengurus
Yayasan hendak mendahulukan pembangunan Mushalla, karena Mushalla termasuk ruang
pelajaran dan pendidikan

41. Pengurus Yayasan Thawalib sedang bergiat, bukan saja hendak melanjutkan
pembangunan gedung-gedung Perguruan Islam Thawalib, tetapi hendak melanjutkan cita-
citadan tujuan Thawalib sedari mula yaitu : Menumbuhkan kader-kader Alim Ulama dengan
sehabis daya upaya, bersama-sama dengan Umat Islam seluruhnya. Amin ya Rabbal’alamin.
Selengkapnya...
Diposkan oleh asyiqatul-ilm Label: pesantrenku di 14:41
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
0 komentar

Selasa, 28 Agustus 2007


Pesantren (Thawalib Putra Padang Panjang)

Bismillahirrahmanirrahim....

"Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama, dan untuk memeberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya'(Q.S.
Attaubah : 122)".

"Menuntut ilmu itu kewajiban setiap muslim dan muslimah "(Hadis).

"Sesungguhnya aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia" (Hadis).

*1. SEJARAH RINGKAS


Jauh sebelum tahun 1900 dibawah asuhan Syekh Abdullah Ahmad Perguruan Thawalib telah
memulai pendidikannya dengan sisitim halaqah bertempat di Surau Jembatan Besi Padang
Panjang, yang kemudian pada tahun 1991 dilanjutkan oleh DR. Abdul Karim Amarullah,
seorang ulama besar yang baru pulang dari Mekah yang dikenal dengan sebutan Inyiak Rasul
(ayah alm. Buya Hamka). Beliau sekaligus merubah sistim belajar dari halaqah menjadi
klasikal.
Pada tahun 1926 dibawah pimpinan Tuanku Mudo Abdul Hamid Hakim dibangun lokal
belajar di jalan lubuk mata kucing (Kampus Thawalib Putra sekarang).
Mulai tahun 1959 Perguruan Thawalib dipimpin oleh H.Mawardy Muhammad, dan pada
tahun 1974 membuka Perguruan Tinggi Fakultas Dakwah dan Publistik, Fakultas Syari'ah
wal Qanun bersama-sama dengan Prof.KH. Zainal Abidin Ahmad (alumni Thawalib, mantan
ketua parlemen RI, Wartawan dan Pengarang).Perguruan Thawalib dipimpin oleh murid-
murid H. Mawardy Muhammad.
tAHUN 1989 Perguruan Thawalib menerima siswi khusus putri , tempat belajar asramanya
terpisah dari Thawalib Putra.
Tahun 2002 Thawalib menambah lagi jenjang pendidikan, yaitu dengan mendirikan Taman
Kanak-kanak Al Quran (tka), yang kemudian dilanjutkan membuka Madrasah Ibtidaiyah
unggul Terpadu (MIUT) pada tahun 2004.
Saat ini Perguruan Thawalib telah berkembang dengan memilki empat jenjang pendidikan
mulai TKA, MIUT, Madrasah Tsanawiyah dengan nama Thawalib A, Madrasah Aliyah
dengan nama Kulliyatul 'ulum el islamiyah (KUI)Putra dan Putri.

2. VISI & MISI

VISI
Terwujudnya pendidikan yang konsern dan konsisten, ysng Tafaqquh Fiddin (mendalami
ilmu-ilmu agama Islam) agar siswa/i yang dididik menjadi muslim-muslimah yang berakhlaq
mulia, cerdas, dan menguasai serta mengamalkan ilmu agama.

MISI
Menyelenggarakan pendidikan Islam yang berorientasi mutu, baik keilmuan maupun moral
serta memproses anak didik untuk mendapatkan kecerdasan sosial untuk menuju masyarakat
madani yang islami, dengan semangat " Bangkit Menjawab Tantangan, Maju Memandu
Perubahan".
3. Tujuan Pendidikan
a. Mendidik para santri agar menjadi kader-kader umat untuk mendalami masala-masalah
agama dalam bentuk pemahaman yang benar serta mengaplikasikannya dalam kehidupannya
sehari-hari.

b. Membina para santri berprilaku islami dan berakhlak mulia yang mulia, melatih dan
membiasakan santri berpuasa sunnah senin-kamis dan shalat malam, sehingga bisa menjadi
contoh teladan dan ikutan yang baik bagi lingkungannya.

c. Mengarahkan para siswa untuk bisa menselaraskan dasar-dasar agama dengan


perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi modern dalam memenuhi
kebutuhan hidup dunia dan akhirat.

4. TINGKAT PENGAJAR

Tenaga Pengajar di Thawalib Padang panjangsaat ini terdiri dari guruguru yang sudah
berpengalaman dalam bidang pengetahuan agama dan umum sesuai dengan disiplin ilmu
yang dimilikinya yang berasal dari berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negri, seperti :
Universitas Ibnu Su'ud Riyadh, Universitas al-Azhar Cairo, UNP, IAIN, Universitas
Muhammadiyah Sumatra Barat, Lipia Jakarta, Akademi Managemen Ilmu Komputer Padang,
dll.

5. Kegiatan Ekstra
*Muhadharah 3 bahasa (indonesia, arab, inggris)
*Tahfizul quran
*Kaligrafi
*Kesenian : rebana, nasyid
*Keorganisasian
*OLAH RAGA
*PENCAK SILAT
*KEPRAMUKAAN

Anda mungkin juga menyukai