Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG STUDY LAPANGAN

Karya wisata adalah suatu jenis kegiatan wisata (study tour) yang dilakukan untuk
menambah pengetahuan dan pengalaman seseorang. Karya wisata bukan sekedar rekeasi,
tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya (Roestiyah,
2001). Melalui karya wisata seseorang bisa melakukan observasi di lapangan yang berkaitan
langsung dengan materi pembelajaran yang di ajarkan di kampus, sehingga mahasisiwa dapat
mengamati dan mengalami langsung objek yang berkaitan dengan materi tersebut . Karya
wisata dilakukan untuk melengkapi pengalaman belajar mahasiswa dengan mengikuti metode
dan teknik tertentu.
Karya wisata dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu yang sudah ditetapkan oleh
dosen pembimbing, sebagai salah satu tugas pengganti Ujian Akhir Semester dalam mata kuliah
Ketarbiyahan, Oleh sebab itu seluruh mahasiswa di wajibkan untuk mengikuti Study Lapangan.
Setelah kegiatan ini dilaksanakan, mahasiswa yang mengikuti kegiatan tersebut wajib membuat
laporan karya tulis yang berhubungan dengan study tour atau karya wisata tersebut.
Di dalam penyusunan karya tulis ini, semua mahasiswa yang mengikuti study tour
diharapkan dapat melaporkan semua pengetahuan dan pengalamannya selama study tour
berlangsung di MTI Syekh Muhammad Djamil Jaho Padang Panjang dan MTI Canduang Bukit
Tinggi.
Pengalaman serta pengetahuan yang di dapatkan dalam mengikuti study tour ke
tempat ini diharapkan memiliki manfaat yang baik bagi seluruh mahasiswa yang mengikutinya.
Serta dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Di dalam laporan karya tulis ini, kami
membahas tentang beberapa Madrasah Tarbiyah Islamiyah yang telah kami kunjungi.

B. RUANG LINGKUP SASARAN STUDY LAPANGAN


1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Tarbiyah berlangsung di MTI Syekh Muhammad Djamil
Jaho Padang Panjang dan MTI Canduang Bukit Tinggi.
2. Tokoh Pendiri Tarbiyah MTI Syekh Muhammad Djamil Jaho Padang Panjang dan MTI
Canduang Bukit Tinggi.
3. Paham keagamaan, serta adat istiadat yang dipakai di MTI Syekh Muhammad Djamil Jaho
Padang Panjang dan MTI Canduang Bukit Tinggi.

C. TUJUAN STUDY LAPANGAN

1. Mendeskripsikan Sejarah Berdiri dan Perkembangan Tarbiyah berlangsung di MTI Syeh


Muhammad Djamil Jaho Padang Panjang dan MTI Canduang Bukit Tinggi.
2. Mendeskripsikan Tokoh Pendiri Tarbiyah MTI Syeh Muhammad Djamil Jaho Padang Panjang
dan MTI Canduang Bukit Tinggi.
3. Paham keagamaan, serta adat istiadat yang dipakai di MTI Syeh Muhammad Djamil Jaho
Padang Panjang dan MTI Canduang Bukit Tinggi.

D. MANFAAT STUDY LAPANGAN


1. Studi lapangan dilaksanakan untuk pengayaan dan pendalaman pengetahuan mahasiswa
dalam mata kuliah Ketarbiyahan sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswa STAI YASTIS
Padang.
2. Study lapangan juga bermanfaat sebagai pengganti Ujian Akhir Semester. Oleh sebab itu
seluruh mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti Study Lapangan . Kemudian setiap
mahasiswa wajib membuat laporan sebagai alat evaluasi dan penilaian kinerja mahasiswa

E. OBJEK STUDY LAPANGAN


1. MTI Syekh Muhammad Djamil Jaho Padang Panjang
2. MTI Canduang Bukit Tinggi.

F. WAKTU STUDY LAPANGAN

Study Lapangan telah dilakukan selama satu hari yakni pada tanggal 25 Januari 2020.
Berangkat dari Padang sekitar jam 08.00 WIB, dan sampai di MTI Syeikh Muhammad Djamil Jaho
kira-kira jam 11.00 WIB. Sesudah dari MTI Syeikh Muhammad Djamil Jaho kami langsung
berangkat ke MTI Canduang di Bukittinggi Agam. Dan berangkat dari Bukittinggi sampai di
kampus kira-kira jam 24.00 WIB. Berhubungan biaya study lapangan dibebankan kepada
masing-masing mahasiswa. Oleh sebab
itu sebelum pelaksanaan study lapangan terlebih dahulu harus direncanakan segala hal yang
berhubungan dengan study lapangan, dan direncanakan sematang mungkin sehingga waktu
tidak terbuang dan sia-sia. Selanjutnya untuk efektifnya dan efisiensi dana perlu dibuat rencana
anggaran biaya.

G. METODE STUDY LAPANGAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu dengan
mendeskripsikan data yang didapatkan di lapangan dengan jelas dan menggunakan teknik
pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur saya ucapkan atas Kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
jualah saya dapat menyelesaikan Laporan ini tepat pada waktunya.
Laporan ini di buat dengan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang saya miliki
dan bantuan dari beberapa referensi. Dan saya ucapkan kepada Bapak Drs. H. Masrial ,MA dan
Bapak Drs. Saharman, MA, selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Ketarbiyahan yang telah
memberikan tugas ini semoga laporan ini berguna dan dapat membantu kita di segala semua
aspek kehidupan, aamiin.
Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan, begitu juga halnya dengan
saya. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini, baik dari
segi penulisan maupun isi. Sayapun menerima dengan lapang dada kritikan maupun saran yang
sifatnya membangun dari pembaca agar saya dapat membenahi diri.
Walaupun demikian, saya berharap dengan disusunnya laporan ini dapat memberikan
sedikit gambaran tentang MTI yang ada di Sumatera Barat.

Terimakasih

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Padang, Januari 2020

Penulis
BAB. II
HASIL STUDY LAPANGAN

A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Tarbiyah di MTI Syekh Muhammad Djamil Jaho Padang
Panjang.
Berdasarkan dari wawancara yang kami dapat di lapangan dengan Bapak Kepala Sekolah
MTI Djamil Jaho yaitu Bapak Asmuji Rais Jamil adalah cucu dari Syeikh Muhammad Djamil
Jaho. Pondok Pesantren MTI Syeikh Muhammad Djamil Jaho dengan Pondok Pesantren MTI
Canduang memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Karena mempunyai
kekerabatan yang sangat dekat antara Jaho dengan Canduang tidak bisa menikah.
Pendiri pondok pesantren adalah Muhammad DJamil Jaho. Beliau merupakan ulama
Sumatera Barat yang pernah mengajar di Masjidil Haram Mekkah. Beliau lahir 1875 M dan
wafat 1945 M. Dan digantikan oleh khalifah Buya Datuak Maninjun (1921 – 1979 M).
Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Pondok Pesantren Muhammad Djamil Jaho Tanah Datar
adalah salah satu pesantren tertua di Sumatera Barat. Yang telah banyak menghasilkan
ulama-ulama yang berkualitas. MTI Jaho dengan ciri khas pondok pesantren berbasis kitab
kuning. Dan sistem pembelajarannya ada kitab dan umum. Bahasa yang dipakai adalah
Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, dan Bahas Inggris. Santri lebih kurang 100 orang berasal dari
daerah Solok, Solok Selatan , Darmasraya, Batu sangkar dan Padang.

B. Sejarah berdiri dan perkembangan Tarbiyah MTI Canduang Bukit Tinggi.


Berdasarkan dari wawancara yang kami dapat di lapangan dengan Bapak ustadz Emisa
sebagai Staff Pengajar di MTI Canduang.
Pendiri Pondok Pesantren MTI Canduang adalah Syeikh Soelaiman Ar-Rasoeli. Pada tahun
1907 M Syekh Soelaiman Ar-Rasoeli baru pulang dari Mekkah, beliau mulai mengjar murid-
muridnya di surau baru dengan sistem Pondok yaitu halaqah.Beliau memakai kursi putar
/kursi lama. Kemudian pada tahun 1928 M terjadilah perubahan di Minangkabau, pengajian
sistem pondok berubah menjadi sistem sekolah, yaitu duduk di bangku dan menggunakan
sistem kelas atau klasikal. Jumlah 7 lokal , dengan bantuan dan inisiatif niniak mamak dan
tokoh-tokoh masyarakat. Dan kitab yang dipakai adalah kitab tauhid. Kitab kuning Dsurti
untuk Madrasah Aliyah dan kitab kuning Mahali untuk kelas VII. Dan kitab tauhid karangan
Syekh Soelaiman Ar-Rasoeli yaitu Aqwalul Mardiyah.
Jumlah siswa pada saat ini berjumlah 1100 orang. Program yang spesifik yaitu mengkaji
kitab kuning. Santrinya berasal dari Sumatera, Jambi dan Bengkulu untuk saat sekarang ini.
Asrama putri berada di perumahan penduduk karena asramanya penuh dan itupun di
bawah pengawasan guru (ustadz dan ustadzah).
Bahasa yang dipakai dalam proses belajar mengajar adalah Bahasa Arab dan di terjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia dan di terangkan dalam Bahasa Indonesia.
Asrama yang pertamai bangun adalah dari bantuan Menteri Perumahan dan asrama yang
kedua di bangun adalah dapat bantuan atau sumbangan dari orang dermawan yang di
Tanah Abang. Ada tiga lokal yang dibangun pada masa presiden Soeharto. Karena di bantu
oleh Presiden Soeharto semasa itu Pesantren MTI Canduang semakin terkenal di Sumatera
Barat
Sekarang MTI Canduang sudah mempunyai 7 lokal dan telah bisa melaksanakan UNBK
sendiri dan tidak lagi bergabung dengan MAN NEGERI.

C. Tokoh Pendiri Tarbiyah MTI Syeh Muhammad Djamil Jaho Padang Panjang
MTI Syekh Muhammad Djamil Jaho di dirikan oleh Syekh Muhammad Djamil Jaho.

D. Tokoh Pendiri Tarbiyah MTI Canduang Bukit Tinggi.


MTI Canduang Bukittinggi di dirikan oleh Syekh Soelaiman Ar-Rasoeli

E. Paham keagamaan, serta adat istiadat yang dipakai di MTI Syeh Muhammad Djamil Jaho
Padang Panjang adalah Beliau Menolak Ijtihad.
Di kalangan ulama Minang Kabau pada masa itu, Syeikh Muhammad Djamil Jaho termasuk
ulama yang berpaham pembaharu, namun menolak pola ijtihad yang selama ini di dengung-
dengungkan , sekaligus bersikap menerima taqlib kepada ulama-ulama terdahalu.

F. Paham keagamaan, serta adat istiadat yang dipakai di MTI Canduang Bukit Tinggi.
Paham keagamaan, serta adat istiadat yang dipakai di MTI Canduang Bukit Tinggi adalah
sistem pendidikan agama sebagai modal perjuangan rakyat dalam meningkatkan sumber
daya manusia serta perdamaian Adat dan Syara’.
Mengenal Syeikh Muhammad Djamil Jaho

Jaho adalah sebuah daerah kecil yang terletak di bukit Tambangan, antara wilayah
perbatasan Aceh, Padang Panjang, dan Tanah Datar, Sumatera Barat. Daerahnya dikenal
sejuk dan asri, penduduknya bersahaja, dan hidup secara rukun dan damai. Di tengah
daerah yang indah itu, lahirlah seorang ulama yang sangat kharismatik. Beliau adalah Syekh
Muhammad Jamil Jaho, yang kerap dipanggil dengan sebutan Buya Jaho, atau Inyiak Jaho,
atau Angku Jaho.
Syekh Muhammad Jamil Jaho lahir pada tahun 1875. Ayahnya bergelar Datuk Garang yang
berasal dari Negeri Tambangan, Padang Panjang. Sang ayah pernah menjabat sebagai Qadhi
Tambangan. Sementara ibunya, Umbuik, adalah seorang perempuan yang disegani di

tengah-tengah masyarakat.

Syekh Muhammad Jamil Jaho dibesarkan di tengah keluarga yang kuat menjalankan tradisi
dan agama. Masa kecilnya dihiasi dengan nuansa religi yang sangat kental.Latar belakang
keluarga yang alim inilah yang membuatnya senantiasa haus akan ilmu agama. Ia menuntut
ilmu agama kepada ulama-ulama besar Minang di zaman itu.
Beliau belajar Alquran dan kitab perukunan (kitab-kitab berbahasa melayu yang ditulis
dengan huruf Arab) dari ayahnya sendiri. Berkat kecerdasan dan kesungguhannya, pada usia
13 tahun , ia telah hafal Alquran dan isi kitab perukunan.
Melihat kecerdasan dan kesungguhan Muhammad Jamil, sang ayah lalu berinisiatif untuk
memengajarinya kitab-kitab kuning. Dalam waktu tyang relatif singkat , Muhammad Jamil
mampu mencerna maksud yang terkandung dalam kitab kuning tersebut, dan cakap
menguasai bahasa Arab, baik secara lisan atau tulisan.
Selepas menimba ilmu dari sang ayah, Muhammad Jamil pun memutuskan pergi menuju
halaqah atau majelis ilmu pesantren milik Syeikh al-Jufri di Gunung Raja, Batu Putih,
Padang Panjang.
Setelah menyelesaikn belajar di pesantren Syeikh al-Jufri pada tahun 1893, Muhammad
Jamil melanjutkan pendidikannya ke seorang ulama fikih terkenal, Syeikh al- Ayyubi di
Tanjung Bungo, Padang Ganting. Di pesantren barunya inilah Muhammad Jamil berteman
akrab dengan Soelaiman ar-Rasuli, yang kelak mnejadi seorang ulama terkenal dari tanah
Minang.
Pada tahun 1899, Muhammad Jamil dan Soelaiman ar-Rasuli pindah mengaji ke Syeikh
Abdulah Halaban, seorang ulama Minang yang terkenal mahir dalam ilmu fikih dan ushul
fikih. Di perguruana Syeikh Halaban inilah Muhammad Jamil dipercaya untuk menjadi
saeorang pengajar (ustadz) dan asisten pribaedi Syeikh Halaban.
Di tahun 1908, ia berkesempatan pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus
menuntut ilmu agama. Sebelum berangkat ke tanah suci, Muhammad Jamill di
persuntingkan dengan gadis Tambangan yang bernama Saidah, yang kelak mengaruniai dua
orang puteri bernama Samsiyyah dan Syafiah.
Di Makkah , Muhammad Jamil berguru kepada Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau, eorang
putera Minang yang menjadi imam, khatib sekaligus mufti mazhab Syai’I di Masjidil Haram.
Muhammag Jamil belajar di Makkah selama 10 tahun lamanya. Selama itu juga ia telah
memperoleh tiga ijazah dari tiga orang ulama besar di Makkah pada zaman itu, yaitu Syeikh
Ahmad Khatib Minangkabau (guru besar madzhab Syafi’i), Syeikh Alw al-Maliki (guru besar
madzhab Maliki) dan Syeikh Mukhtar al-Affani (guru besar madzhab Hanbali).
Setelah bermukim 10 tahun lamanya di Makkah, ia memutuskan untuk kembali ke Padang
Panjang. Sekembalinya dari tanah suci, Syeikh Jamil Jaho menjadi ulama terkenal dan
disegani karena kedalaman ilmunya dan kesolehan pribadinya. Beliau mengajar di Jaho dan
di beberapa daerah di Minangkabau.
Pada tahun 1922, bersama-sama Syeikh Soelaiman ar-Rasuli dan Syeikh Abdul Karim, beliau
mendirikanan Persatuan Ulama Miangkabau dan Perguruan Islam Thawalib.
Di kampung halamannya pula, Syeikh Muhammad Jamil membuka halaqah pengajian yang
banyak di datangi oleh para pengais ilmu. Halaqah ini kelak menjadi Madrasah Tarbiyah
Islamiyyah Jaho.
Syeikh Inyiak Muhammad Jamil Jaho wafat pada tanggal 2 November 1945. Beliau banyak
meninggalakan karya berharga yang menjadi suluh ummat di kemudian hari, yaitu
Tadzkiratul Qulub fil Muraqabah ‘Allamul Ghuyub, Nujumul Hidayah, as-Syamsul Lami’ah,
fil ‘Aqidah wad Diyanah, Hujjatul Balighah, al-Maqalah ar-Radhiyah, Kasyful Awsiyah dan
lain-lain.

Mengenal Syeikh Soelaiman ar-Rasuli


Syeik Soelaiman ar-Rasuli al-Minangkabawi atau Inyiak Canduang, begitu ia dijuluki- lahir di
Desa Canduang., sekitar 10 km sebelah timur kota Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 1287 H/
1871 M. Ia adalah seorang tokoh ulama dari golongan Kaum Tuo (golongan ulama yang
tetap mengikuti salah satu dari tempat madzhab fikih). Yang gigih mempertahankan ajaran
ahl al-sunnah dalam masalah akidah dan fikih. Ayahnya bernama Angku Mudo Muhammad
Rasul, adalah seorang ulama yang disegani di daerahnya, sedangkan ibunya, Siti Buliah,
seorang wanita yang taat beragama.
Ia yang dikenal oleh para muridnya dengan nama Maulana Syeikh Sulaiman,
memperoleh pendidikan awal sejak kecil, terutama pendidikan agama langsung dari
ayahnya. Selanjutnya ia belajar kepada Syeikh Muhammad Thaib Umar di daerah
Sungayang. Pada masa itu masyarakat Minang masih menggunakan sistem pengajian
surau atau sistem Salafiyah sebagai sarana transfer pengetahuan keagamaan. Kemudian
ia belajar kepada Syeikh Muhammad Thaib Umar dan kepada Syeikh Abdullah Halaban.
Pada tahun 1903 M, Inyiak Canduang berangkat ke Tanah Suci dengan misi Tfaguh Fi al-
Din dengan belajar dan memperdalam ilmu agama pada Syeikh Ahmad Khatib Al-
Minagkabawy.
Selain pada Syeikh Ahmad Khatib, Inyiak Canduang juga berupaya memperkaya
khazanah pengetahuan agamanya lewat belajar pada ulama-ulama masyur di Tanah Suci
seperti pada Syeikh Mucthar At-Tharid, Syeikh Nakawi Al-Banteny, Sayyid Umar Bajened
dan Syeikh Sayid Babas El-Yamani.
Pada tahun 1907 M, Soelaiman Ar-Rasuli kembali ka Ranah Minang setelah memperkaya
pengetahuan agama selama 3,5 tahun di Tanah Suci. Ia mulai mengajar berdasarkan
sistem pondok yaitu Halaqah. Tatapi sesuai dengan perubahan yang terjadi di
Minangkabau, pengajian sistem pondok berubah menjadi sistem sekolah, yaitu duduk di
bangku pada tahun 1928 M dan menggunakan sistem kelas. Walaupun demikana kitab-
kitab yang di ajarkan tidak pernah diubaha sampai saat ini, baik kitab-kitab akidah,
tasawuf dan fikih.
Selain aktif di dunia pendidikan agama, ia juga aktif di kancah politik dan organisasi.
Sejak tahu 1921, ia dengan teman akrabnya, Syeikh Abbas dan Syeikh Muhammad Jamil
serta sejumlah ulama Kaum Tuo Miangkabau, membentuk organisasi bernama Ittihadu
Ulama Sumatra (Persatuan Ulama Sumatera) yang bertujuan untuk membela dan
mengembangkan paham Ahl al –Sunnah wa al-Jammah.
Sejarah perjuangan Syeikh Soelaiman Ar-Rasuli adalah dalam mengembangkan sumber
daya masyarakat dan reformasi sistem pendidikan agama sebagai modal perjuangan
rakyat dalam meningkatkan sumber daya manusia. Siklus dari reformasi yang dilakoni
Syeikh Soelaiman Ar-Rasuli ialah membentuk Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI).
Proses berdirinya MTI ini didahului dengan musyawarah antara ulama-ulama yang
dilaksanakan di Canduang pada tanggal 5 Mei 1928. Diantara ulama yang menghadiri
rapat ini adalah : Syeikh Soelaiman Ar-Rasuli, Syeikh Abbas Al-Qadhi dari ladang Laweh
Bukittinggi , Syeikh Ahmad dari Suliki, Syeikh Jamil Jaho dari Padang Panjang, Syeikh
Abdul Wahid Ash-Shaleh dai Tabek Gadang, Syeikh Muhammad Arifin dari Batu Hampar,
Syeikh Alwi dari Koto Nan Ampek Payakumbuh, Syeikh Jalaluddin dai Sicincin Pariaman,
Syeikh Abdul Madjid dai Koto Nan Gadang Payakumbuh.
Madrasah Tarbiyah Islamiyah yang pertama didirikan oleh Syeikh Soelaiman Ar-Rasuli
adalah MTI yang ada di Canduang pada tanggal 5 Mei 1928, lantas diberi nama dengan
MTI CANDUANG kemudian baru diikuti oleh MTI Jaho di Padang Panjang yang dipimpin
oleh Syeikh Jamil Jaho, kemudian disusul dengan berdirinya MTI Tabek Gadang
Payakumbuh oleh Syeikh Abdul Wahid Shaleh
Secara generatif MTI Canduang merupakan poros dari eksistensi MTI-MTI yang tersebar
di Nusantara, tercatat sampai sekarang ada sekitar 216 Madrasah Tarbiyah Islamiyah
yang eksis di Sumatera Barat. Langkah yang dilakukan oleh Syeikh Soelaiman Ar-Rasuli
dalam mereformasi sistem pendidikan di Minangkabau merupakan pondasi bagi
pengembangan basis perjuangan rakyat yang dipandang sebagai modal untuk
mensuppaly sumber daya manusia dalam rangka memperkuat kaum cendikia dan ulama
yang mampu mengorbankan semangat rakyat dalam mencapai dan mempertahankan
kemerdekaan Republik Indonesia.
Syeikh Soelaiman Ar-Rasuli wafat pada 29 Jumadil Awal 1390 H/ 1 Agustus 1970 M.
BAB. III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. MTI Djamil Jaho
 Berdiri 1928 (resmi)
 Beasiswa tergantung ekonomi nya
 Para guru ikhlas. Rata-rata S1, siswanya banyak dari luar daerah
 Kendala : input kurang
 Jumlah siswa 100. Pada awalnya pembangunan di support orabg sekitar
 Tidak boleh memakai elektronik ketika belajar
 Makanan di tanggung orang atau catering
2. MTI Canduang
 Berdiri 1928 (resmi)
 Pimpinan Buya Fauzi Damrah
 Respon masyarakat sangat bagus
 Jumlah santri 1300, SMP/SMA
 Pelajaran yang diunggulkan yaitu fiqih, dan kitab kuning
 Ada 3 sekolah tinggi yaitu, Canduang, Parabek dan Serambi Mekkah

B. KRITIK DAN SARAN


Saya menyadari bahwa proposal ini jauh dari kempurnaan, oleh karena itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan proposal ini. Demikianlah proposal ini, semoga kegiatan study tour
ini dapat berjalan dengan baik dan saya berharap dapat bermanfaat bagi teman-
teman dan masyarakat. Dengan bangga dan hormat saya ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Roestiyah.2001. Pengertian Karya Ilmiah.

Ustadz Asmuji Rais Jamil. MTI Syeikh Muhammad Djamil Jaho Padang Panjang

Ustadz Emisa, MTI Canduang Bukittinggi, Agam

Zuraya Nidia. 2010. Mengenal Syeikh Muhammad Djamil Jaho

Isra Yunal. 2018. Mengenal Syeikh Soelaiman ar-Rasuli


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Study Lapangan


B. Ruang Lingkup Sasaran Study Lapangan
C. Tujuan dan Manfaat Study Lapangan
D. Objek Study Lapangan
E. Waktu Study Lapangan
F. Metode Study Lapangan (Wawancara dan
Observasi)

BAB II : HASIL STUDY LAPANGAN

A. Deskripsi Data Lapangan


B. Penjelasan Temuan Lapangan

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai