PENDAHULUAN
Karya wisata adalah suatu jenis kegiatan wisata (study tour) yang dilakukan untuk
menambah pengetahuan dan pengalaman seseorang. Karya wisata bukan sekedar rekeasi,
tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya (Roestiyah,
2001). Melalui karya wisata seseorang bisa melakukan observasi di lapangan yang berkaitan
langsung dengan materi pembelajaran yang di ajarkan di kampus, sehingga mahasisiwa dapat
mengamati dan mengalami langsung objek yang berkaitan dengan materi tersebut . Karya
wisata dilakukan untuk melengkapi pengalaman belajar mahasiswa dengan mengikuti metode
dan teknik tertentu.
Karya wisata dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu yang sudah ditetapkan oleh
dosen pembimbing, sebagai salah satu tugas pengganti Ujian Akhir Semester dalam mata kuliah
Ketarbiyahan, Oleh sebab itu seluruh mahasiswa di wajibkan untuk mengikuti Study Lapangan.
Setelah kegiatan ini dilaksanakan, mahasiswa yang mengikuti kegiatan tersebut wajib membuat
laporan karya tulis yang berhubungan dengan study tour atau karya wisata tersebut.
Di dalam penyusunan karya tulis ini, semua mahasiswa yang mengikuti study tour
diharapkan dapat melaporkan semua pengetahuan dan pengalamannya selama study tour
berlangsung di MTI Syekh Muhammad Djamil Jaho Padang Panjang dan MTI Canduang Bukit
Tinggi.
Pengalaman serta pengetahuan yang di dapatkan dalam mengikuti study tour ke
tempat ini diharapkan memiliki manfaat yang baik bagi seluruh mahasiswa yang mengikutinya.
Serta dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Di dalam laporan karya tulis ini, kami
membahas tentang beberapa Madrasah Tarbiyah Islamiyah yang telah kami kunjungi.
Study Lapangan telah dilakukan selama satu hari yakni pada tanggal 25 Januari 2020.
Berangkat dari Padang sekitar jam 08.00 WIB, dan sampai di MTI Syeikh Muhammad Djamil Jaho
kira-kira jam 11.00 WIB. Sesudah dari MTI Syeikh Muhammad Djamil Jaho kami langsung
berangkat ke MTI Canduang di Bukittinggi Agam. Dan berangkat dari Bukittinggi sampai di
kampus kira-kira jam 24.00 WIB. Berhubungan biaya study lapangan dibebankan kepada
masing-masing mahasiswa. Oleh sebab
itu sebelum pelaksanaan study lapangan terlebih dahulu harus direncanakan segala hal yang
berhubungan dengan study lapangan, dan direncanakan sematang mungkin sehingga waktu
tidak terbuang dan sia-sia. Selanjutnya untuk efektifnya dan efisiensi dana perlu dibuat rencana
anggaran biaya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu dengan
mendeskripsikan data yang didapatkan di lapangan dengan jelas dan menggunakan teknik
pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas Kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
jualah saya dapat menyelesaikan Laporan ini tepat pada waktunya.
Laporan ini di buat dengan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang saya miliki
dan bantuan dari beberapa referensi. Dan saya ucapkan kepada Bapak Drs. H. Masrial ,MA dan
Bapak Drs. Saharman, MA, selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Ketarbiyahan yang telah
memberikan tugas ini semoga laporan ini berguna dan dapat membantu kita di segala semua
aspek kehidupan, aamiin.
Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan, begitu juga halnya dengan
saya. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini, baik dari
segi penulisan maupun isi. Sayapun menerima dengan lapang dada kritikan maupun saran yang
sifatnya membangun dari pembaca agar saya dapat membenahi diri.
Walaupun demikian, saya berharap dengan disusunnya laporan ini dapat memberikan
sedikit gambaran tentang MTI yang ada di Sumatera Barat.
Terimakasih
Penulis
BAB. II
HASIL STUDY LAPANGAN
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Tarbiyah di MTI Syekh Muhammad Djamil Jaho Padang
Panjang.
Berdasarkan dari wawancara yang kami dapat di lapangan dengan Bapak Kepala Sekolah
MTI Djamil Jaho yaitu Bapak Asmuji Rais Jamil adalah cucu dari Syeikh Muhammad Djamil
Jaho. Pondok Pesantren MTI Syeikh Muhammad Djamil Jaho dengan Pondok Pesantren MTI
Canduang memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Karena mempunyai
kekerabatan yang sangat dekat antara Jaho dengan Canduang tidak bisa menikah.
Pendiri pondok pesantren adalah Muhammad DJamil Jaho. Beliau merupakan ulama
Sumatera Barat yang pernah mengajar di Masjidil Haram Mekkah. Beliau lahir 1875 M dan
wafat 1945 M. Dan digantikan oleh khalifah Buya Datuak Maninjun (1921 – 1979 M).
Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Pondok Pesantren Muhammad Djamil Jaho Tanah Datar
adalah salah satu pesantren tertua di Sumatera Barat. Yang telah banyak menghasilkan
ulama-ulama yang berkualitas. MTI Jaho dengan ciri khas pondok pesantren berbasis kitab
kuning. Dan sistem pembelajarannya ada kitab dan umum. Bahasa yang dipakai adalah
Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, dan Bahas Inggris. Santri lebih kurang 100 orang berasal dari
daerah Solok, Solok Selatan , Darmasraya, Batu sangkar dan Padang.
C. Tokoh Pendiri Tarbiyah MTI Syeh Muhammad Djamil Jaho Padang Panjang
MTI Syekh Muhammad Djamil Jaho di dirikan oleh Syekh Muhammad Djamil Jaho.
E. Paham keagamaan, serta adat istiadat yang dipakai di MTI Syeh Muhammad Djamil Jaho
Padang Panjang adalah Beliau Menolak Ijtihad.
Di kalangan ulama Minang Kabau pada masa itu, Syeikh Muhammad Djamil Jaho termasuk
ulama yang berpaham pembaharu, namun menolak pola ijtihad yang selama ini di dengung-
dengungkan , sekaligus bersikap menerima taqlib kepada ulama-ulama terdahalu.
F. Paham keagamaan, serta adat istiadat yang dipakai di MTI Canduang Bukit Tinggi.
Paham keagamaan, serta adat istiadat yang dipakai di MTI Canduang Bukit Tinggi adalah
sistem pendidikan agama sebagai modal perjuangan rakyat dalam meningkatkan sumber
daya manusia serta perdamaian Adat dan Syara’.
Mengenal Syeikh Muhammad Djamil Jaho
Jaho adalah sebuah daerah kecil yang terletak di bukit Tambangan, antara wilayah
perbatasan Aceh, Padang Panjang, dan Tanah Datar, Sumatera Barat. Daerahnya dikenal
sejuk dan asri, penduduknya bersahaja, dan hidup secara rukun dan damai. Di tengah
daerah yang indah itu, lahirlah seorang ulama yang sangat kharismatik. Beliau adalah Syekh
Muhammad Jamil Jaho, yang kerap dipanggil dengan sebutan Buya Jaho, atau Inyiak Jaho,
atau Angku Jaho.
Syekh Muhammad Jamil Jaho lahir pada tahun 1875. Ayahnya bergelar Datuk Garang yang
berasal dari Negeri Tambangan, Padang Panjang. Sang ayah pernah menjabat sebagai Qadhi
Tambangan. Sementara ibunya, Umbuik, adalah seorang perempuan yang disegani di
tengah-tengah masyarakat.
Syekh Muhammad Jamil Jaho dibesarkan di tengah keluarga yang kuat menjalankan tradisi
dan agama. Masa kecilnya dihiasi dengan nuansa religi yang sangat kental.Latar belakang
keluarga yang alim inilah yang membuatnya senantiasa haus akan ilmu agama. Ia menuntut
ilmu agama kepada ulama-ulama besar Minang di zaman itu.
Beliau belajar Alquran dan kitab perukunan (kitab-kitab berbahasa melayu yang ditulis
dengan huruf Arab) dari ayahnya sendiri. Berkat kecerdasan dan kesungguhannya, pada usia
13 tahun , ia telah hafal Alquran dan isi kitab perukunan.
Melihat kecerdasan dan kesungguhan Muhammad Jamil, sang ayah lalu berinisiatif untuk
memengajarinya kitab-kitab kuning. Dalam waktu tyang relatif singkat , Muhammad Jamil
mampu mencerna maksud yang terkandung dalam kitab kuning tersebut, dan cakap
menguasai bahasa Arab, baik secara lisan atau tulisan.
Selepas menimba ilmu dari sang ayah, Muhammad Jamil pun memutuskan pergi menuju
halaqah atau majelis ilmu pesantren milik Syeikh al-Jufri di Gunung Raja, Batu Putih,
Padang Panjang.
Setelah menyelesaikn belajar di pesantren Syeikh al-Jufri pada tahun 1893, Muhammad
Jamil melanjutkan pendidikannya ke seorang ulama fikih terkenal, Syeikh al- Ayyubi di
Tanjung Bungo, Padang Ganting. Di pesantren barunya inilah Muhammad Jamil berteman
akrab dengan Soelaiman ar-Rasuli, yang kelak mnejadi seorang ulama terkenal dari tanah
Minang.
Pada tahun 1899, Muhammad Jamil dan Soelaiman ar-Rasuli pindah mengaji ke Syeikh
Abdulah Halaban, seorang ulama Minang yang terkenal mahir dalam ilmu fikih dan ushul
fikih. Di perguruana Syeikh Halaban inilah Muhammad Jamil dipercaya untuk menjadi
saeorang pengajar (ustadz) dan asisten pribaedi Syeikh Halaban.
Di tahun 1908, ia berkesempatan pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus
menuntut ilmu agama. Sebelum berangkat ke tanah suci, Muhammad Jamill di
persuntingkan dengan gadis Tambangan yang bernama Saidah, yang kelak mengaruniai dua
orang puteri bernama Samsiyyah dan Syafiah.
Di Makkah , Muhammad Jamil berguru kepada Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau, eorang
putera Minang yang menjadi imam, khatib sekaligus mufti mazhab Syai’I di Masjidil Haram.
Muhammag Jamil belajar di Makkah selama 10 tahun lamanya. Selama itu juga ia telah
memperoleh tiga ijazah dari tiga orang ulama besar di Makkah pada zaman itu, yaitu Syeikh
Ahmad Khatib Minangkabau (guru besar madzhab Syafi’i), Syeikh Alw al-Maliki (guru besar
madzhab Maliki) dan Syeikh Mukhtar al-Affani (guru besar madzhab Hanbali).
Setelah bermukim 10 tahun lamanya di Makkah, ia memutuskan untuk kembali ke Padang
Panjang. Sekembalinya dari tanah suci, Syeikh Jamil Jaho menjadi ulama terkenal dan
disegani karena kedalaman ilmunya dan kesolehan pribadinya. Beliau mengajar di Jaho dan
di beberapa daerah di Minangkabau.
Pada tahun 1922, bersama-sama Syeikh Soelaiman ar-Rasuli dan Syeikh Abdul Karim, beliau
mendirikanan Persatuan Ulama Miangkabau dan Perguruan Islam Thawalib.
Di kampung halamannya pula, Syeikh Muhammad Jamil membuka halaqah pengajian yang
banyak di datangi oleh para pengais ilmu. Halaqah ini kelak menjadi Madrasah Tarbiyah
Islamiyyah Jaho.
Syeikh Inyiak Muhammad Jamil Jaho wafat pada tanggal 2 November 1945. Beliau banyak
meninggalakan karya berharga yang menjadi suluh ummat di kemudian hari, yaitu
Tadzkiratul Qulub fil Muraqabah ‘Allamul Ghuyub, Nujumul Hidayah, as-Syamsul Lami’ah,
fil ‘Aqidah wad Diyanah, Hujjatul Balighah, al-Maqalah ar-Radhiyah, Kasyful Awsiyah dan
lain-lain.
Ustadz Asmuji Rais Jamil. MTI Syeikh Muhammad Djamil Jaho Padang Panjang
HALAMAN JUDUL
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN