Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemuda merupakan salah satu modal dasar pembangunan yang perlu dihimpun dan
dibina agar benar-benar mampu mengambil peran aktif dalam pembangunan di daerah.
Pemuda merupakan generasi penerus bangsa, ditangan pemuda pembangunan bangsa ini akan
berjalan sesuai dengan harapan para pemimpin Negara. Dewasa ini peran aktif pemuda
tersebar melalui berbagai wadah, salah satunya melalui pembinaan lembaga kepemudaan.
Melalui program pendidikan dari masyarakat substansi dari praktik mata kuliah
Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, penulis melakukan penelitian yang meliputi
bimbingan Warga Belajar (WB). adapun substansi yang menjadi objek penelitian adalah
kegiatan kepemudaan bidang ketrampilan membuat dompet. Hal ini penulis lakukan karena
masih banyak para pemuda kurangnya kegiatan yang menunjang kebutuhan rohani mereka.
Untuk dapat mengembangkan kemampuan sebagai mahasiswa lulusan S1 PGSD
dibidang sosial, diperlukan peran aktif mahasiswa sebagai warga masyarakat serta praktik
dari segala ilmu yang telah diperoleh mahasiswa pada saat mengikuti perkuliahan untuk dapat
berkiprah ditengah-tengah masyarakat.
Dengan kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menambah wawasan dalam
keterampilan membaca Al-Quran dilingkungan penulis berada.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara memberikan pelatihan kepada pemuda
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam membaca Al-Quran?
2.
Apakah dengan memberikan pelatihan kepada pemuda
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam membaca Al-Quran?

binaan

dalam

binaan

dapat

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan laporan ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan di
Universitas Terbuka.
2.
Sebagai bentuk perhatian mahasiswa dan pemuda binaan terhadap permasalahan
global khususnya mengenai permasalahan meningkatkan membaca Al-Quran.
3.
Menambah pengetahuan dan keterampilan pada pemuda binaan memberikan pelatihan
kepada pemuda binaan dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan membaca AlQuran.
4.
Agar pembinaan membaca Al-Quran bisa pemuda yang Qurani, sehingga berpengaruh
pada peningkatan sikap dan moral khususnya pemuda binaan.
5.
Dapat menjalin keakraban dan kebersamaan dengan pemuda binaan lainnya.

BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1. Tempat Pembinaan
Adapun tempat dan sarana pelaksanaan pelatihan pembinaan program kepemudaan
membaca Al-Quran adalah di Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), yaitu Dusun Pasir Putih,
RT.17 RW.06 Desa Putri Sembilan, Kecamatan Rupat Utara Kabupaten Bengkalis.
2. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan, pada pukul 15.00-17.00 WIB
mulai tanggal 2 - 6 Juni 2014.
Adapun jadwal Pelaksanaannya sebagai berikut:
Hari/
Pertemuan
Materi
Tempat
Tanggal
Memberi penjelasan tentang
Rumah Pratikan
Senin, pentingnya membaca Al-Quran. TPA di dusun Pasir
I
02-06-2014
Putih Desa Pasir
Putih RT.17 RW.06
Memberi penjelasan tentang cara Rumah Pratikan
Selasa, membaca Al-Quran yang baik
TPA di dusun Pasir
II
03-06-2014 dan benar.
Putih Desa Pasir
Putih RT.17 RW.06
Mengenal huruf-huruf hijaiyah Rumah Pratikan
Rabu, di tingkat Iqra.
TPA di dusun Pasir
III
04-06-2014
Putih Desa Pasir
Putih RT.17 RW.06
Memberikan pengetahuan
Rumah Pratikan
Kamis, tentang tajwid dan cara
TPA di dusun Pasir
IV
05-06-2014 melafalkannya.
Putih Desa Pasir
Putih RT.17 RW.06
Mempraktikkan membaca Iqra Rumah Pratikan
Jumat, dengan benar dan membaca Al- TPA di dusun Pasir
V
06-06-2014 Quran dengan hukum-hukum
Putih Desa Pasir
tajwid yang benar.
Putih RT.17 RW.06

B. Materi
1. Metode Iqro
a. Pengertian
Metode iqro adalah suatu metode membaca Al-Quran yang menekankan langsung pada
latihan membaca. Adapun buku panduan iqro terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang
sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.
Metode iqro ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena
ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Quran dengan fasih). Bacaan langsung tanpa
dieja. Artinya diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif
(CBSA) dan lebih bersifat individual.

Metode pembelajaran ini pertama kali disusun oleh H. Asad Humam di Yogyakarta. Buku
metode Iqro ini disusun/dicetak dalam enam jilid sekali. Di mana dalam setiap jilidnya
terdapat petunjuk mengajar dengan tujuan untuk meudahkan setiap peserta didik (santri)
yang akan menggunakannya, maupun ustadz/ustadzah yang akan menerapkan metode
tersebut kepada santrinya. Metode iqro; ini termasuk salah satu metode yang cukup dikenal
dikalangan masyarakat, karena metode ini sudah umum digunakan ditengah-tengah
masayarakat Indonesia.
b. Pencetus/Penemu Metode Iqro
Metode Iqro ini disusun oleh Ustadz Asad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab
Iqro dari ke-enam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa. Dalam
setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang
yang belajar maupun yang mengajar Al-Quran.
Bagi kebanyakan umat Islam Indonesia, nama K.H. Asad Humam sudah tidak asing lagi
karena karyanya berupa metode praktis membaca Al-Quran serta lembaga pendidikan TKA
(Taman Kanak-kanak Alquran) dan TPA (Taman Pendidikan AlQuran) telah menyebar
keseluruh Indonesia, ke Malaysia dan mancanegara lainnya. Bahkan di Malaysia metode Iqro
ditetapkan sebagai kurikulum wajib di sekolah.
Pria yang lahir tahun 1933 yang cacat fisik sejak remaja ini ternyata sebagai penemu Metode
Iqro yang menghebohkan banyak kalangan. Banyak para penguji mencoba mengadakan
pengujian terhadap keakuratan metode ini. Ternyata karena selain sererhana dengan metode
iqro sangat mudah mempelajari Al-Quran.
Menurut Meneg, K.H. Asad Humam yang hanya lulusan kelas 2 MadrasahMualimin
Muhammadiyah Yogyakarta (Setinggi SMP) ini juga bisa disebut pahlawan, yakni
pahlawan penjaga kelestarian Al-Quran dan pahlawan yang telah membebaskan jutaan anak
Indonesia dari buta Al-Quran. Berkat hasil karyanya ini jutaan anak muslim Indonesia
dengan mudah mempelajari Al-Quran[1].
Sebelum K.H. Asad Humam meluncurkan metode Iqro memang sudah ada metode
membaca Al-Quran yang dimanfaatkan oleh umat islam Indonesia antara lain dalam metode
Juz Amma, methode Al-Banjary, methode Al-Barqy dan banyak methode lainnya. K.H.
Asad Humam dalam menyusun karyanya ini juga berdasarkan metode yang saudah ada
sebelumnya. Tetapi begitu metode Iqro muncul, sekitar tahun 1988 langsung mendapat
sambutan hangat masyarakat. Sebab metode yang digunakan juga praktis dan membuat anak
kecil bisa cepat menbaca Al-Quran dengan fasih dan tartil, padahal sebelumnya anak-anak
seusia TK umumnya belum bisa membaca Al-Quran.
Pada awal Februari tahun 1996 dalam usia 63 tahun sang penemu metode ini K.H. Asad
Humam telah dipanggil Allah SWT. Dan menghembuskan nafas terakhirnya di Bulan Suci
Ramadhan hari Jumat(2/2) sekitar Pukul 11:30 memang, dimana sejak 14 Desember tahun
l1995 ia telah sakit dan pernah diopname di Rumahsakit Muhammadiyah Yogyakarta sekitar
2 bulan. Jenazah KH. Asad Humam dishalatkan di mesjid Baiturahman Selokraman Kota
Gede Yogya tempat ia mengabdi.
Pada saat pelepasan menuju tempat peristirahatan terakhir jenazah bapak 6 anak dan kakek
10 benar-benar dikenang masyarakat luas baik masyarakat Indonesia maupun mancanegara.
Hal ini terbukti pada sambutan Menteri Agama RI yang saat itu Dr. H. Tarmizi Taher yang
dibacakan Kakanwil Daerah Istimewa Yogyakarta Muhda Hadisaputro SH pada saat upacara
pemakaman. Ia menjelaskan dalam pidatonya bahwa Hasil karya K.H. Asad Humam benarbenar sudah go internasional. Lebih lanjut oleh Menag RI dijelaskan Metode Iqro selain

sudah diterapkan di beberapa negara tetangga, semacam Malaysia, Singapura dan


Brunai Darusalam.juga sudah diterjemaahkan kedalam berbagai bahasa, bahkan dilakukan
penjagaan penggunaannya oleh kalangan muslimin di Amerika Serikat.
c.

Perkembangan
Tak mengherankan kalau metode iqro berkembang pesat. Sampai saat ini (data penulis tahun 2007)
tercatat 30 ribu TKA/ TPA. Dengan santri mencapai 6 juta lebih menerapkan metode ini. Bulan Juli
tahun 1995 Presiden Soeharto mewisuda ribuan santri TKA/TPA. Wakil persiden juga melakukan hal
yang serupa di Yogya dalam berbagai even misalnya MTQ juga acap menampilkan santri TKA yang
mendemonstrasikan kemampuan mereka membaca Al-Quran.
Metode Iqro memang sudah diakui dan dimanfaatkan banyak orang. Pemerintah sendiri juga telah
menganugrahkan penghargaan kepada K.H. Asad Humam atas hasil karyanya ini. Tahun 1991
Mentri Agama RI (waktu H Munawir Sjadzali MA. Menjadikan TKA /TPA yang didiriakn K.H. Asad
Humam di kampung Selokraman Kotagede Yogya sebagai balaii litbang LPTQ Nasional, yang
berfungsi sebagai Balai Latihan dan pengembangan dan lembaga pengembangan Tilawatil Quran.
Dari waktu kewaktu metode Iqro semakin memasyarakat. Bukan saja masyarakat sekitar yang
memanfaatkannya, tetapi merembet masyarakat pelosok di DIY, berbagai daerah di luar YID, bahkan
akhirnya merembet ke seluruh Indonesia. Yang mempermudah persebaran metode ini antara lain
karena keihklasan K.H. Asad Humam dan para anak buahnya di sekretariat Team Tadarus AMM Kota
Gede, yang merupakan markas dan cikal bakal TKA/TPA sebagai realisasi pengajaran metode Iqro
terhadap masyarakat yang datang dan ingin memanfaatkan metode ini.
d. Karakteristik
Metode Iqro terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat Perhatian anak TK Al-Quran.
Selain itu, didalam masing-masing jilid dari buku panduan Iqro ini sudah dilengkapi dengan
bagaimana cara membaca dan petunjuk mengajarkan kepada santri.
Ada 10 macam sifat-sifat buku Iqro yatu :

1. Bacaan langsung.
2. CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
3. Prifat
4. Modul
5. Asistensi
6. Praktis
7. Sistematis
8. Variatif
9. Komunikatif
10. Fleksibel
1.
2.
3.
4.
5.
6.

1.
2.

Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro antara lain :


TK Al-Quran
TP Al-Quran
Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla
Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Quran
Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
Digunakan di majelis-majelis taklim
Adapun kelemahan dan kelebihan metode Iqro adalah:
Kelebihan:
Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut
aktif.

3.

Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama) privat, maupun cara
eksistensi (santri yang lebih tinggi jilid-nya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid
rendah).
4. Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan benar guru dapat
memberikan sanjungan, perhatian dan peng-hargaan.
5. Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-nya, boleh dengan sistem tadarrus, secara bergilir
membaca sekitar dua baris sedang lainnya menyimak.
6. Bukunya mudah di dapat di toko-toko.
7. Kekurangan
8. Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan sejak dini.
9. Tak ada media belajar
10. Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.
e.

Langkah-Langkah Pelaksanaan
Setiap metode pembelajaran yang digunakan tentu memiliki metode tersendiri, namun secara umum
metode pelaksanaan pembelajran untuk membuka pembelajran itu sama, seperti pemasangan niat,
berdoa, berwudhu dan lain-lain, namun dalam kegiatan intinya yang memilki teknik-teknik atau
langkah-langkah masing-masing yang berbeda setiap metode pembelajaran.
Adapun proses pelaksanaan pembelajaran metode ini berlangusng melalui tahap-tahap sebagai
berikut:
1.
Ath Thoriqah bil Muhaakah, yaitu ustadz/ustadzah memberikan contoh bacaan yang

benar dan santri menirukannya.


2.
Ath Thoriqah bil Musyaafahah, yaitu santri melihat gerak-gerik bibir ustadz/uztadzah
dan demikian pula sebaliknya ustadz/ustadzah melihat gerak gerik mulut santri untuk
mengajarkan makhorijul huruf serta menhindari kesalahan dalam pelafalan huruf, atau untuk
melihat apakah santri sudah tepat dalam melafalkannya atau belumAth Thoriqoh Bil
Kalaamish Shoriih, yaitu ustadz/ustadzah harusmenggunakan ucapan yang jelas dan
komunikatif

3. Membaca Al-Quran Dengan Tajwid


Dalam membaca Al-Quran agar dapat mempelajari, membaca dan memahami isi dan
makna dari tiap ayat Al-Quran yang kita baca, tentunya kita perlu mengenal, mempelajari
ilmu tajwid yakni tanda-tanda baca dalam tiap huruf ayat Al-Quran. Guna tajwid ialah
sebagai alat untuk mempermudah, mengetahui panjang pendek, melafazkan dan hukum
dalam membaca Al-Quran.
Tajwd ( )secara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan
indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata Jawwada (----
)dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari
tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu
ilmu yang mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-huruf yang
terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya.
Dalam ilmu tajwid dikenal beberapa istilah yang harus diperhatikan dan
diketahui dalam pembacaan Al-Quran, diantaranya:
a.
b.
c.

Makharijul huruf, yakni tempat keluar masuknya huruf


Shifatul huruf, yakni cara melafalkan atau mengucapkan huruf
Ahkamul huruf, yakni hubungan antara huruf

d.
e.
f.

1.

2.

3.

1.

a.
b.
c.
d.

Ahkamul maddi wal qasr, yakni panjang dan pendeknya dalam melafazkan ucapan dalam tiap ayat
Al-Quran
Ahkamul waqaf wal ibtida, yakni mengetahui huruf yang harus mulai dibaca dan berhenti pada
bacaan bila ada tanda huruf tajwid
dan Al-Khat dan Al-Utsmani
Arti lainnya dari ilmu tajwid adalah melafazkan, membunyikan dan menyampaikan dengan
sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan dalam ayat Al-Quran. Menurut para Ulama besar
menyatakan bahwa hukum bagi seseorang yang mempelajari tajwid adalah Fardhu Kifayah, yakni
dengan mengamalkan ilmu tajwd ketika memabaca Al-Quran dan Fardhu Ain atau wajib hukumnya
baik laki-laki atau perempuan yang muallaf atau seseorang yang baru masuk dan mempelajari Islam
dan Kitab-Nya.
Mengenal, mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid berserta pemahaman akan ilmu tajwid
itu sendiri merupakan hukum wajib suatu ilmu yang harus dipelajari, untuk menghindari kesalahan
dalam membaca ayat suci Al-Quran dan melafazkannya dengan baik dan benar sehingga tiap ayatayat yang dilantunkan terdengar indah dan sempurna.
Berikut ini ada dalil atau pernyataan shahih dari Allah SWT yang mewajibkan setiap
HambaNya untuk membaca Al-Quran dengan memahami tajwid, diantaranya :
Dalil pertama di ambil dari Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam ayatNya yang artinya Dan bacalah
Al-Quran itu dengan perlahan/tartil (bertajwid) [QS:Al-Muzzammil (73): 4]. Ayat ini jelas
menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca Al-Quran yang
diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya
(bertajwid).
Dalil kedua diambil dari As-Sunnah ( Hadist ) yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah r.a.(istri Nabi
Muhammad SAW), ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan Al-Quran dan sholat Rasulullah
SAW, maka beliau menjawab: Ketahuilah bahwa Baginda S.A.W. Sholat kemudian tidur yang
lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya
sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau
sholat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan
Rasulullah S.A.W. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya
satu persatu. (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).
Dalil ketiga diambil dari Ijma atau pendapat para ulama besar Islam. Yakni kesepakatan para ulama
yang dilihat dari zaman Rasulullah SAW hingga sampai saat ini, yang menyatakan bahwa membaca
Al-Quran dengan ber-Tajwid merupakan hukum atau sesuatu yang fardhu dan wajib.
Hukum-hukum dalam tajwid beserta komponen ilmu tajwid yang harus dikenal dipelajari,
dipahami serta diamalkan dalam membaca Al-Quran, antara lain:
Hukum Taawuz dan Basmalah
Istiazah atau taawuz adalah melafazkan atau membunyikannya : Auzubillahi minasy syaitaanir
rajiim ()
cara melafazkan basmalah adalah bunyinya:
Bismillahir rahmaanir rahiim () .
Terdapat 4 cara membaca iatiazah, basmalah dan surat :
memutuskan istiazah (berhenti) kemudian baru membaca basmalah,
menyambungkan basmalah dengan surah tanpa berhenti,
membaca istiazah dan basmalah terus-menerus tanpa henti,
membaca istiazah, basmalah dan awal surat terus-menerus tanpa berhenti.

a.
b.
c.
d.

Terdapat 4 cara membaca basmalah di antara dua surat. Membaca basmalah adalah tanda awal
dimulai suatu bacaan dalam surat Al-Quran. Guna dari membaca basmalah suatu keharusan dengan
tujuan :
Basmalah sebagai pemisah dengan surat Al-Quran yang lain
Sebagai penghubung dengan awal surat Al-Quran
Sebagai penghubung dari kesemua surat Al-Quran
Menghubungkan akhir surat dengan basamalah, lalu berhenti. Namun basamalah tidak selalu menjadi
surat awal yang harus terus dibaca untuk melanjutkan surat berikutnya. Walau bagaimana pun, tidak
harus membaca demikian karena dikhawatirkan ada yang mengganggap basmalah merupakan salah
satu ayat daripada surat yang sebelumnya.
Dalam ilmu tajwid juga dikenal ada 9 hukum bacaan yang isinya menjelaskan bagian-bagian
tanda baca dan cara melafazkannya atau pengucapannya, antara lain:
A. Hukum nun mati dan tanwin, terdiri dari:

Contoh : ayat diatas merupakan surat Al-Quran (QS: Al-Baqarah ayat 145), huruf yang diberi
warna (merah : izhar halqi), (hijau : idgham), ( biru : ikhfa haqiqi), ( ungu : iqlab).

1. Izhar Halqi
Izhar halqi bila bertemu dengan huruf izhar maka cara melafazkan atau mengucapkannya harus
jelas Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf Halqi (tenggorokan) seperti: alif/hamzah(), ha (
), kha (), ain (), ghain (), dan ha (). Izhar Halqi yang artinya dibaca jelas.

Contoh :

2. Idgham
Hukum bacaan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti: mim (), nun (), wau (), dan ya (), maka ia
harus dibaca lebur dengan dengung.
Contoh: harus dibaca F amadim mumaddadah.
3. Idgham Bilaghunnah
Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti ra ( )dan lam (), maka ia harus dibaca lebur
tanpa dengung.
Contoh: harus dibaca Mal lam
Pengecualian
Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukan dalam satu
kata, seperti , ,, dan , maka nun mati atau tanwin tersebut dibaca jelas.
4. Iqlab
Hukum ini terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba (). Dalam bacaan ini,
bacaan nun mati atau tanwin berbah menjadi bunyi mim ().
Contoh: harus dibaca Layumbaanna
5. Ikhfa haqiqi
Jika nan mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta(), tha (), jim (), dal (), dzal (),
zai (), sin (), syin(), sod (), dhod (), tho (), zho (), fa (), qof (), dan kaf (), maka ia
harus dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgham)
Contoh:

B. Hukum mim mati
Selain hukum nun mati dan tanwin adapula hukum lainnya dalam mempelajari dan membaca AlQuran yakni Hukum mim mati, yang disebut hukum mim mati jika bertemu dengan huruf mim mati ( )
yang bertemu dengan huruf-huruf arab tertentu.
Contoh

bacaan diatas diambil dari (QS: Al-Muminun :55-59) yang diberi tanda warna (biru : ikhfa
syafawi), ( merah : idgham mimi), (hijau : izhar syafawi).
Hukum mim mati memiliki 3 jenis, yang diantaranya adalah :
1. Ikhfa Syafawi ()
Apabila mim mati ( )bertemu dengan ba (), maka cara membacanya harus dibunyikan samar-samar
di bibir dan dibaca didengungkan.
)
Contoh: (( ) ( )

2.

Idgham Mimi ( )
Apabila mim mati ( )bertemu dengan mim (), maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan
mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi disebut juga idgham mislain
atau mutamasilain.
Contoh : () ( )

3.

Izhar Syafawi ()
Apabila mim mati ( )bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim ( )dan ba (), maka
cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup.
Contoh: ()( )
C. Hukum mim dan nun tasydid
Hukum mim dan nun tasydid juga disebut sebagai wajib al-ghunnah ( ) yang bermakna bahwa
pembaca wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan bagi kedua-duanya
adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun yang memiliki tanda syadda
atau bertasydid ( dan ).
Contoh:

D. Hukum alif lam marifah
Alif lam marifah adalah dua huruf yang ditambah pada pangkal atau awal dari kata yang bermakna
nama atau isim. Terdapat dua jenis alif lam marifah yaitu qamariah dan syamsiah.
Alif lam qamariah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti: alif/hamzah(), ba (), jim (),
ha (), kha (), ain(), ghain (), fa (), qaf (), kaf (), mim (), wau (), ha ( )dan ya (). Hukum
alif lam qamariah diambil dari bahasa arab yaitu al-qamar ( )yang artinya adalah bulan. Maka dari
itu, cara membaca alif lam ini adalah dibacakan secara jelas tanpa meleburkan bacaannya.
Alif lam syamsiah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta (), tha (), dal (), dzal (),
ra (), zai (), sin(), syin (), sod (), dhod (), tho (), zho (), lam ( )dan nun (). Nama asysyamsiah diambil dari bahasa Arab( )yang artinya adalah matahari. Maka dari itu, cara
membaca alif lam ini tidak dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya.
E. Hukum idgham
Idgham ( )adalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf ke
dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan cara meleburkan suatu
huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga jenis idgham:
Idgham mutamathilain ( yang serupa) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama sifat
dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukum adalah wajib
diidghamkan. Contoh: .
Idgham mutaqaribain ( yang hampir) ialah pertemuan dua huruf yang sifat dan makhrajnya
hampir sama, seperti ba bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha bertemu dzal. Contoh:

Idgham mutajanisain ( yang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama
makhrajnya tetapi tidak sama sifatnya seperti ta dan tha, lam dan ra serta dzal dan zha. Contoh:

F. Hukum mad
Mad yang artinya yaitu melanjutkan atau melebihkan. Dari segi istilah Ulama tajwid dan ahli bacaan,
mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad.
Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad fari. Terdapat tiga huruf mad yaitu alif, wau, dan
ya dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Panjang pendeknya bacaan mad diukur
dengan menggunakan harakat.
G. Hukum ra
Hukum ra adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra dalam bacaan. Terdapat tiga cara yaitu
kasar atau tebal, halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan.

* Bacaan ra harus dikasarkan apabila:


1. Setiap ra yang berharakat atas atau fathah.
Contoh:
2. Setiap ra yang berbaris mati atau berharakat sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas atau
fathah.
Contoh:
3. Ra berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.
Contoh:
4. Ra berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi ra tadi berjumpa
dengan huruf istila.
Contoh:
* Bacaan ra yang ditipiskan adalah apabila:
1. Setiap ra yang berbaris bawah atau kasrah.
Contoh:
2. Setiap ra yang sebelumnya terdapat mad lain
Contoh:
3. Ra mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak berjumpa dengan
huruf istila.
Contoh:
* Bacaan ra yang harus dikasarkan dan ditipiskan adalah apabila setiap ra yang berbaris mati yang
huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf istila.
Contoh:
Istila () : terdapat tujuh huruf yaitu kha (), sod (), dhad (), tha (), qaf (), dan zha ().
H. Qalqalah
Qalqalah ( )adalah bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan berdetik atau
memantul. Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf (), tha (), ba (), jim (), dan dal (). Qalqalah terbagi
menjadi dua jenis:
- Qalqalah kecil yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan baris matinya
adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.
Contoh: ,
- Qalqalah besar yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena waqaf atau
berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan diwaqafkan tetapi tidak
diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.
Contoh: ,
I. Waqaf ()
Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah
menghentikan bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan
niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat jenis waqaf yaitu:
- ( taamm) waqaf sempurna yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan yang
dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak
mempengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan bacaan atau ayat
yang sebelumnya maupun yang sesudahnya
- ( kaaf) waqaf memadai yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan secara
sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat tersebut masih
berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya
- ( Hasan) waqaf baik yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi makna atau
arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya

- ( Qabiih) waqaf buruk yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak
sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari karena
bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang lain.
Tanda-tanda waqaf lainnya :
1. Tanda mim ( ) disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf
Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan
tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( ) , memiliki kemiripan dengan tanda
tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda dengan fungsi dan maksudnya;
2. tanda tho ( ) adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.
3. tanda jim ( ) adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga
untuk tidak berhenti.
4. tanda zha ( ) bermaksud lebih baik tidak berhenti
5. tanda sad ( ) disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak
berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan antara
hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada
waqaf sad
6. tanda sad-lam-ya ( ) merupakan singkatan dari Al-washl Awlaa yang bermakna wasal atau
meneruskan bacaan adalah lebih baik, maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya
adalah lebih baik;
7. tanda qaf ( ) merupakan singkatan dari Qiila alayhil waqf yang bermakna telah dinyatakan boleh
berhenti pada wakaf sebelumnya, maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan walaupun boleh
diwaqafkan
8. tanda sad-lam ( ) merupakan singkatan dari Qad yuushalu yang bermakna kadang kala boleh
diwasalkan, maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang kala boleh diwasalkan
9. tanda Qif ( ) bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda tersebut biasanya
muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa berhenti
10. tanda sin ( ) atau tanda Saktah ( ) menandakan berhenti seketika tanpa mengambil napas.
Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk
meneruskan bacaan
11. tanda Waqfah ( ) bermaksud sama seperti waqaf saktah ( ) , namun harus berhenti lebih lama
tanpa mengambil napas
12. tanda Laa ( ) bermaksud Jangan berhenti!. Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung
maupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan untuk berhenti
dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh berhenti atau tidak
13. tanda kaf ( ) merupakan singkatan dari Kadzaalik yang bermakna serupa. Dengan kata lain,
makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf yang sebelumnya muncul
14. tanda bertitik tiga ( ) yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Taanuq (Terikat).
Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus
berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti
pada tanda kedua dan sebaliknya.
Sebenarnya masih banyak hukum bacaan dan tanda bacaan dalam Al-Quran bila dipelajari
memerlukan waktu pemahaman yang cukup lama agar fasih dan benar dalam membaca, melafazkan
dan pengucapan harakat (panjang-pendeknya suatu bacaan), tajwid lainnya yang harus dipelajari dan
dipahami. Lebih baik lagi apabila mempelajari kitab Iqro (kitab kecil ).

A. Peserta
1. Peserta Iqra
Jenis
Kelamin

Tempat/ Tanggal
Lahir

Perempuan

Pasir Putih,
27-01-2004

2. Irfansyah

Laki-laki

Pasir Putih,
28-01-2003

3. Imran

Laki-Laki

Pasir Putih,
15-02- 2004

4. Aidil Fitri

Laki-Laki

Pasir Putih,
14-05- 2005

5. Diah Ayu Sapitri

Perempuan

Pasir Putih,
15 -11-2005

No

Nama

1. Ningsih

Alamat
Dusun Pasir Putih Desa
Pasir Putih RT.02 RW.03
Kec. Rupat Utara
Dusun Pasir Putih Desa
Pasir Putih RT.17 RW.06
Kec. Rupat Utara
Dusun Pasir Putih Desa
Pasir Putih RT.17 RW.06
Kec. Rupat Utara
Dusun Pasir Putih Desa
Pasir Putih RT.17 RW.06
Kec. Rupat Utara
Dusun Pasir Putih Desa
Pasir Putih RT.17 RW.06
Kec. Rupat Utara

Ketua RT.17/RW.06

Dosen Pembimbing

Mahasiswa

MESRONI

Dra. NETTI ERMI


NIP. 19600929 198710 2 001

NOR AZMI
NIM. 822 693 027

2. Peserta Belajar Tajwid


Jenis
Kelamin

Tempat/ Tanggal
Lahir

Laki-laki

Pasir Putih,
12-08-1989

2. Ida Suryani

Perempuan

Pasir Putih,
01-06-1989

3. Halimah

Perempuan

Pasir Putih,
18-03- 1995

Laki-laki

Pasir Putih,
21-07- 1994

Perempuan

Pasir Putih,
10 -11-1995

No

Nama

1. Baharom

4. Joko Prasetio

5. Sila

Ketua RT.17/RW.06

Dosen Pembimbing

Alamat
Dusun Pasir Putih Desa
Pasir Putih RT.02 RW.03
Kec. Rupat Utara
Dusun Pasir Putih Desa
Pasir Putih RT.17 RW.06
Kec. Rupat Utara
Dusun Pasir Putih Desa
Pasir Putih RT.17 RW.06
Kec. Rupat Utara
Dusun Pasir Putih Desa
Pasir Putih RT.17 RW.06
Kec. Rupat Utara
Dusun Pasir Putih Desa
Pasir Putih RT.17 RW.06
Kec. Rupat Utara
Mahasiswa

MESRONI

Dra. NETTI ERMI


NIP. 19600929 198710 2 001

NOR AZMI
NIM. 822 693 027

B. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan adalah Praktik Pembinaan Program Pemuda Qurani Desa
Putri Sembilan Kecamatan Rupat Utara Kabupaten Bengkalis.
C. Strategi dan deskripsi Kegiatan
1. Strategi kegiatan
a. Pengamatan
Melalui kegiatan ini penulis mencoba mengamati kegiatan yang dilakukan oleh pemuda di
lingkungan sekitar hasilnya diperoleh bahwa beberapa pemuda kurang memanfaatkan
waktunya dengan baik dan kebanyakan tidak peduli terhadap seni membaca Al-Quran.
b. Penentuan Masalah
Setelah penulis mengadakan pengamatan dengan hasil bahwa sebagian dari mereka
melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat. Maka dilakukan kegiatan pembinaan pemuda
Qurani yang dapat meningkatkan seni membaca Al-Quran.
c. Penentuan Pemuda Binaan
Dalam menentukan pemuda yang akan dibina, dipilih pemuda yang tinggal di lingkungan
sekitar pratikan, yaitu di Desa Putri Sembilan RT.17 RW.06. Hal itu untuk memudahkan
hubungan komunikasi antara penulis dengan pemuda binaan. Dan diambilah 5 peserta
pemuda binaan membaca Iqra dan 5 peserta belajar Tajwid.
d. Pemilihan Kegiatan
Dalam memilih kegiatan diadakan musyawarah dengan pemuda binaan dan mengingat
beberapa pemuda binaan juga membutuhkan pelatihan untuk memenuhi persiapan lomba
MTQ tingkat desa dan beberapa siswa lainnya juga ditunjuk untuk mengikuti lomba
mewakili sekolahnya (MDA) di tingkat kecamatan.
e. Pelaksanaan
Agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik, dalam kegiatan tidak bersifat kaku, artinya
kedudukan kita sama tidak ada yang lebih tinggi dan pemuda binaan mempunyai kebebasan
untuk mengeluarkan ide atau gagasan dalam kegiatan pembinaan.
f. Evaluasi
Dalam tahap ini dapat dilihat hasil belajar membaca Iqra dari kelima pemuda binaan dan
belajar tajwid dari lima pemuda binaan dapat dilakukan dengan baik, walaupun hasilnya
berbeda-beda.
g. Tindak lanjut
Diharapkan pemuda dapat memahami seni membaca Al-Quran melalui kegiatan pembinaan
ini, serta pemuda binaan dapat mengajak pemuda lainnya agar menjadikan membaca AlQuran itu sesuatu yang tidak diacuhkan.
2. Deskripsi Kegiatan
Pertemuan Tanggal
Kegiatan
Waktu
Senin, Memberi penjelasan tentang pentingnya
I
2 Jam
02-06-2014 membaca Al-Quran.
II
Selasa, Memberi penjelasan tentang cara
2 Jam

III
IV
V

03-06-2014 membaca Al-Quran yang baik dan benar.


Mengenal huruf-huruf hijaiyah di tingkat
Rabu,
Iqra.
04-06-2014
Kamis, Memberikan pengetahuan tentang tajwid
05-06-2014 dan cara melafalkannya.
Mempraktikkan membaca Iqra dengan
Jumat,
benar dan membaca Al-Quran dengan
06-06-2014
hukum-hukum tajwid yang benar.

2 Jam
2 Jam
2 Jam

BAB III
TEMUAN DAN HASIL
A. Temuan dan Hasil Evaluasi Proses
Pada awal proses belajar, sedikit mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan :
1. Peserta Iqra banyak yang belum mengenal huruf hijaiyah.
2. Kebiasaan warga dengan bahasa daerah sehingga menyulitkan dalam pelafalan huruf.
3. Peserta belajar tajwid belum mengetahui hukum-hukum tajwid, sehingga pembalajaran
perkenalan hukum tajwid harus dimulai dari dasar.
4. Waktu yang diperlukan untuk mengenal huruf hijaiyah dan hukum-hukum tajwid masih
sangat lama karena belum mengenal sama sekali.
Selain mengalami kesulitan dalam mengenal huruf hijaiyah dan hukum-hukum tajwid,
masalah kedua muncul, yaitu ketidak adaannya pemateri sebagai narasumber. Dan agar
kegiatan pelatihan ini dapat dilaksanakan, maka alternatif lain yang digunakan adalah dengan
melihat sumber informasi dari buku dan internet. Baik itu melalui situs Youtube maupun situs
pribadi seperti blog maupun wordpress.
B. Temuan dan Hasil Evaluasi Produk
Dalam praktik membaca Iqra dan membaca Al-Quran 10 pemuda binaan mendapatkan
hasil yang memuaskan, mereka selalu memperhatikan sehingga hasilnya cukup memuaskan.
Hal ini dikarena mereka juga berlatih di rumah masing-masing.
Hasil praktik yang didapat memang berbeda, ada yang membaca menggunakan seni
tidak menggunakan lagu, bahkan ada membaca dengan lagu dan irama yang sangat indah
didengar.
Berdasarkan kegiatan yang kami laksanakan selama 5 hari, dapat diperoleh hasil
evaluasi proses kegiatan pembinaan sebagai berikut :
1. Peserta Iqra
No

Nama Warga
Belajar

1.
2.
3.
4.
5.

Ningsih
Irfansyah
Imran
Aidil Fitri
Diah Ayu Sapitri

Keaktifan
1 2 3

Kerjasama
1 2 3

Kriteria Penilaian :
13
= Kurang baik
46
= Cukup baik
79
= Baik
05 12
= Sangat baik
Skor nilai yang diperoleh warga belajar :
NA= x 05
1.
Ningsih = x 05 = 6,7
2.
Irfansyah = x 05 = 7,5
3.
Imran = x05 = 5

Keberanian
Jml
Ket.
1 2 3

8
Baik

9
Baik

6 Cukup Baik

8
Baik
05 Sangat Baik

Adil Fitri = x 05 = 6,7


Diah Ayu Sapitri = x 05 = 8,3

4.
5.

Rentang Nilai :
8,1 05
6,1 8,0
3,1 6,0
1,0 3,0

=
=
=
=

Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang

Hasil pengamatan dari warga belajar sebagai berikut :


No.
Nama
Nilai
Keterangan
1. Ningsih
6,7
Baik
2. Irfansyah
7,5
Baik
3. Imran
5
Cukup
4. Aidil Fitri
6,7
Baik
5. Diah Ayu Sapitri
8,3
Sangat Baik

2. Peserta Belajar Tajwid


No

Nama Warga
Belajar

1.
2.

Baharom
Ida Suryani

3.

Halimah

4.

Joko Prasetio

5.

Sila

Keaktifan
1 2 3

Kerjasama
1 2 3

Keberanian Jml
1 2 3

Kriteria Penilaian :
13
= Kurang baik
46
= Cukup baik
79
= Baik
05 12
= Sangat baik
Skor nilai yang diperoleh warga belajar :
NA= x 05
1.
Baharom = x 05 = 6,7
2.
Ida Suryani = x 05 = 7,5
3.
Halimah = x05 = 5
4.
Joko Prasetio = x 05 = 6,7
5.
Sila = x 05 = 8,3
Rentang Nilai :
8,1 05
6,1 8,0
3,1 6,0

= Sangat baik
= Baik
= Cukup

05

Ket.
Baik
Baik
Cukup
Baik
Baik
Sangat
Baik

1,0 3,0

= Kurang

Hasil pengamatan dari warga belajar sebagai berikut :


No.
Nama
Nilai
Keterangan
1. Baharom
6,7
Baik
2. Ida Suryani
7,5
Baik
3. Halimah
5
Cukup
4. Joko Prasetio
6,7
Baik
5. Sila
8,3
Sangat Baik

C. Pembahasan
1. Peserta Iqra
Menurut hasil pengamatan pratikan melalui demonstrasi pemuda binaan tentang Praktik
Pembinaan Program Pemuda Qurani pada peserta Iqra adalah sebagai berikut:
a. Ningsih
Dalam menerima bimbingan sangat aktif, namun dalam kerjasama kurang, sehingga dalam
menyerap hasil praktek belum begitu berhasil, Keberanian dalam bertanya pun baik. Akan
tetapi setelah melakukan praktek ulang hasilnya baik.
b. Irfansyah
Dalam menerima praktek dan memahami kurang, namun keaktifan sangat baik serta tingkat
kerjasama dan keberanian dalam bertanya baik. Sehingga pemahaman yang diperoleh baik.
c. Imran
Dalam menerima dan memahami serta mengerti kurang, karena dia kurang fokus sehingga
pemahaman yang diperoleh kurang. Tingkat kerjasama dan keberanian dalam bertanyapun
kurang. Akan tetapi keaktifan kehadiran sangat baik.
d. Aidil Fitri
Dalam menerima dan memahami serta mengerti apa yang disampaikan diterima dengan baik.
Tingkat kerjasama dan keaktifan kehadiran baik, namun keaktifannya untuk bertanya kurang
sehingga hasil yang diperoleh baik.
e. Diah Ayu Sapitri
Dalam menerima dan memahami serta mengerti apa yang disampaikan diterima dengan
cukup, karena sering bermain, namun keaktifannya untuk bertanya sangat baik sehingga hasil
yang diperoleh baik. Tingkat keaktifan kehadiran juga sangat baik.

2. Peserta Tajwid
Menurut hasil pengamatan pratikan melalui demonstrasi pemuda binaan tentang Praktik
Pembinaan Program Pemuda Qurani pada peserta Iqra adalah sebagai berikut:
a. Baharom
Dalam menerima bimbingan kurang aktif karena jarang masuk untuk mengikuti kegiatan,
tetapi keberaniannya untuk bertanya dan kerjasamanya sangat baik. Sehingga hasil yang
diperolehnya pun juga sangat baik.
b. Ida Suryani

Dalam menerima bimbingan kurang aktif karena jarang masuk untuk mengikuti kegiatan.
tetapi keberaniannya untuk bertanya dan kerjasamanya baik. Sehingga hasil yang
diperolehnya baik.
c. Halimah
Dalam menerima dan memahami serta mengerti kurang, karena dia kurang fokus sehingga
pemahaman yang diperoleh kurang. Tingkat kerjasama dan keberanian dalam bertanyapun
kurang. Akan tetapi keaktifan kehadiran sangat baik.
d. Joko Prasetio
Dalam menerima bimbingan sangat aktif, namun dalam kerjasama kurang, sehingga dalam
menyerap hasil praktek belum begitu berhasil, Keberanian dalam bertanya pun baik. Akan
tetapi setelah melakukan praktek ulang hasilnya baik.
e. Sila
Dalam menerima dan memahami serta mengerti kurang, karena dia kurang fokus sehingga
pemahaman yang diperoleh kurang. Tingkat kerjasama dan keberanian dalam bertanyapun
kurang. Akan tetapi keaktifan kehadiran sangat baik.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada hakekatnya pemuda memiliki potensi yang luar biasa jika mendapat kesempatan
dan motivasi serta pembinaan yang tepat. Peran serta masyarakat luas pada umumnya, dan
lembaga yang berkompeten pada khususnya di bidang kepemudaan merupakan fasilitator dan
moderator yang bisa menjembatani kebutuhan para pemuda.
Dari hasil pelaksanaan program kepemudaan yang telah kami laksanakan ternyata
secara umum hasilnya sangat membanggakan dengan dibuktikan mereka sangat semangat
dan antusias di dalam mengikuti program tersebut.
Untuk lebih memacu agar para pemuda dapat menggali potensi yang ada pada diri
mereka maka diperlukan bantuan dari lembaga-lembaga yang menangani bidang tersebut
agar pemuda bisa mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Dari hasil yang diperoleh, maka dengan memberikan pelatihan kepada pemuda binaan
dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam membaca Al-Quran.
B. Saran
1. Bagi Warga Belajar
Dari pelaksanaan pelatihan kepada pemuda binaan dalam meningkatkan keterampilan
dan pengetahuan dalam membaca Al-Quran, diharapkan warga belajar mampu memanfaatkan
ilmu yang didapat dan dapat membantu mengurangi masalah kenakalan yang ada di desa.
Para pemuda nantinya juga dapat bermanfaat bagi kehidupannya.
2. Bagi Warga Sekitar
Melihat antusiasme yang tinggi dari warga belajar warga sekitar perlu mengadakan
program pelatihan. Banyaknya warga membutuhkan pelatihan yang berhubungan dengan
keagamaan. Keterampilan ini sangat bermanfaat untuk mengurangi dampak buruk prilaku
asusila yang ada disekitar serta dapat menunjang kehidupan yang Baldatun Thoibatun
Warabbul Ghafur. Pelatihan ini juga membantu warga sekitar untuk mengurangi
pengangguran.
C. Tindak Lanjut
Program pembinaan pemuda binaan dapat meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan dalam membaca Al-Quran perlu ditindak lanjuti secara intensif. Hal ini
dikarenakan keterampilan pemuda binaan perlu dikembangkan lebih baik lagi. Selain itu,
tindak lanjut pembinaan yang terprogram dapat memunculkan generasi dari pemuda binaan
yang berprestasi.

DAFTAR PUSTAKA
http://miftahuljannah122.wordpress.com/2012/12/15/metode-iqro/, di akses
tanggal 04 Juni 2014 jam 10.30WIB.
2.
http://belajarmembacaalquran.com/membaca-al-quran-dengan-tajwid/, di akses
tanggal 04 Juni 2014 jam 18.41WIB.
3.
http://www.youtube.com/watch?v=AK8e_btYx8o/ di akses pada tanggal 04
2014 jam 10.30WIB.
4.
http://www.youtube.com/watch?v=z3oonIV1CTM/ di akses pada tanggal 04
2014 jam 10.30WIB.
1.

pada
pada
Juni
Juni

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1

Nama Mahasiswa
Nim
POKJAR
UPBJJ-UT

No
1
2
3
4
5

Identitas Pemuda Peserta Pelatihan Iqra


Identitas
Minat Kegiatan
Nama Pemuda
Kepemudaan
L/P Umur Pendidikan
Ningsih
Irfansyah
Imran
Aidil Fitri
Diah Ayu Sapitri

No
1
2
3
4
5

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN KEPEMUDAAN


: NOR AZMI
: 822 693 027
: BATU PANJANG - RUPAT
: PEKANBARU

P
L
L
L
P

10
11
10
9
9

MDA
MDA
MDA
MDA
MDA

Sangat Antusias
Sangat Antusias
Antusias
Sangat Antusias
Antusias

Identitas Pemuda Peserta Pelatihan Tajwid


Identitas
Minat Kegiatan
Nama Pemuda
Kepemudaan
L/P Umur Pendidikan
Baharom
Ida Suryani
Halimah
Joko Prasetio
Sila

L
P
P
L
P

25
25
19
18
19

SMA
SMA
SMA
SMA
SMA

Antusias
Antusias
Antusias
Antusias
Antusias

Cita-cita
Perawat
Polisi
Dokter
Guru
Guru

Cita-cita
Wirausaha
Guru
Guru
Wirausaha
Guru

Ketua RT.17/RW.06

Dosen Pembimbing

Mahasiswa

MESRONI

Dra. NETTI ERMI


NIP. 19600929 198710 2 001

NOR AZMI
NIM. 822 693 027

Lampiran 2
No.

DAFTAR KEHADIRAN PESERTA IQRA


Tanda tangan Pertemuan KeNama
I
II
III
IV

1. Ningsih
2. Irfansyah
3. Imran
4. Aidil Fitri
5. Diah Ayu Sapitri

No.

DAFTAR KEHADIRAN PESERTA TAJWID


Tanda tangan Pertemuan KeNama
I
II
III
IV

1. Baharom
2. Ida Suryani
3. Halimah
4. Joko Prasetio
5. Sila

Lampiran 3
FOTO-FOTO KEGIATAN

Belajar Iqra

Belajar Tajwid
Diposkan oleh zhu malay di Senin, Juni 09, 2014

Anda mungkin juga menyukai