Anda di halaman 1dari 140

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ i

ii :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
JURNAL INSTITUT BPJS KETENAGAKERJAAN

Jurnal Institut BPJS Ketenagakerjaan diterbitkan oleh Learning Office BPJS


Ketenagakerjaan. Artikel yang diterbitkan pada jurnal ini adalah berupa hasil
penelitian dan non penelitian (ilmiah/populer) yang meliputi jaminan sosial,
ketenagakerjaan, pengembangan sumber daya manusia, ekonomi, keuangan dan
kebijakan publik.

Penanggung Jawab
Abdur Rahman Irsyadi

Mitra Bestari
AB. Widyanta, S.Sos, M.A.

Redaktur Pelaksana
Mohamad Irvan

Pelaksana Administrasi
M. Purnama Winandi Saputra
Syamsumarlin
Yulianti

Alamat Redaksi dan Administrasi


Learning Office
BPJS Ketenagakerjaan Kantor Pusat
Jl. Jendral Gatot Subroto No. 79 Jakarta Selatan 12930.
Telp: 021 5207797 Fax: 021 5260443.
Website: www.bpjsketenagakerjaan.go.id
Email: yulianti@bpjsketenagakerjaan.go.id,
syamsumarlin@bpjsketenagakerjaan.go.id

Redaksi menerima sumbangan artikel yang belum pernah atau akan diterbitkan
dalam media lain. Syarat-syarat, format dan tata aturan tata tulis artikel dapat dilihat
pada Ketentuan Penulisan di lembaran belakang jurnal ini. Artikel yang masuk
ditelaah mitra bestari/reviewer untuk dinilai kelayakannya. Redaksi dapat
memodifikasi artikel untuk keseragaman format, istilah dan kepentingan teknis
lainnya tanpa merubah substansi artikel.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ iii
iv :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


JURNAL
INSTITUT BPJS KETENAGAKERJAAN
JURNAL 1
WĞƌůƵĂƐĂŶ<ĞƉĞƐĞƌƚĂĂŶWhW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶDĞůĂůƵŝ^ƚƌĂƚĞŐŝ
DĂƌŬĞƚŝŶŐDŝdžĚĂŶZĞŐƵůĂƐŝ;Expansion of W:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶ BPU
Membership Through Marketing Mix Strategy and Regulation)
JURNAL 2
DĞŶĂŬĂƌ<ĞďĞƌŚĂƐŝůĂŶWĞŶLJĞůĞŶŐŐĂƌĂĂŶ:ĂŵŝŶĂŶ^ŽƐŝĂů;Measuring the
Success of Social SecurityͿ

JURNAL 3
WĞƌŝůĂŬƵDĞŶĂďƵŶŐƵŶƚƵŬ,ĂƌŝdƵĂďĂŐŝWĞŬĞƌũĂĚŝ/ŶĚŽŶĞƐŝĂĚĂŶĚŝ/ŶŐŐƌŝƐ
;Behaviour of Saving for Old Age for Workers in Indonesia and The United
Kingdom)



/ŶƐƚŝƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶ
sŽůƵŵĞϮEŽ͘ϭ
KŬƚŽďĞƌϮϬϭϳ


:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ v
vi :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
'$)7$5,6,

JURNAL 1
3HUOXDVDQ.HSHVHUWDDQ%38%3-6.HWHQDJDNHUMDDQ0HODOXL6WUDWHJL
0DUNHWLQJ0L[GDQ5HJXODVL
5HNVRQ6LODEDQ%DGLNHQLWD
1 

JURNAL 2
0HQDNDU.HEHUKDVLODQ3HQ\HOHQJJDUDDQ-DPLQDQ6RVLDO
%LPR$ULDQWR
51

JURNAL 3
3HULODNX0HQDEXQJXQWXN+DUL7XDEDJL3HNHUMDGL,QGRQHVLDGDQGL,QJJULV
(OGHVW$JXVWLQ91








:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ vii
viii :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
PERLUASAN KEPESERTAAN BPU BPJS EXPANSION OF BPJS
KETENAGAKERJAAN MELALUI KETENAGAKERJAAN BPU MEMBERSHIP
STRATEGI MARKETING MIX DAN THROUGH MARKETING MIX STRATEGY
REGULASI AND REGULATION

Keterlibatan Masyarakat dan Negara dalam Community and Country Participation in


Penguatan Strengthening
Sistem Jaminan Sosial Ketenagakerjaan the Employment Social Security System

Rekson Silaban Rekson Silaban


Badikenita Badikenita

Abstrak Abstract

Penyelenggaraan sistem jaminan sosial di Implementation of the social security system in


Indonesia telah memasuki era baru. Sejak Indonesia has entered a new era, in line with
berlakunya Undang-Undang No. 40 tahun the implementation of Law no. 40 of 2004 on
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Social Security System (Navigation) and Law
(SJSN) dan Undang-Undang No.24 tahun No.24 of 2011 on Social Security Agency
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan (BPJS), one of which is where the mandated
Sosial (BPJS), sistem jaminan sosial pun implementation of the national social security
berlaku secara nasional. Studi ini bertujuan system. This study aims to do a comparison of
melakukan perbandingan terhadap the Indonesian social security system and how
penerapan sistem jaminan sosial Indonesia the expansion of its participants with marketing
dan bagaimana perluasan kepesertaan mix strategy and regulation. Analysis was
dengan strategi marketing mix dan regulasi. performed on workers not wage (BPU). The
Analisis dilakukan pada pekerja bukan analysis was performed on the program,
penerima upah (BPU) dengan promotion, distribution, amount of dues,
mempertimbangkan aspek-aspek program, processes, actors, and physical evidences,
promosi, distribusi, besaran iuran, proses, regulation, and provision of an age limit of 56
pelaku, dan bukti fisik, regulasi, dan years.The study shows that the application of
ketentuan batas usia 56 tahun. Hasil studi the social security system by the method of
menunjukkan bahwa penerapan sistem marketing mix and regulation will have a broad
jaminan sosial dengan metode marketing mix effect on the expansion of membership. Their
dan regulasi akan berpengaruh pada overall strategy and emphasis through the
perluasan kepesertaan. Adanya strategi regulation will affect the expansion of the BPU
menyeluruh dan penekanan melalui regulasi coverage. The addition of the age limit for BPU
akan berpengaruh terhadap perluasan will increase the number of participants.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 1
kepesertaan BPU. Penambahan batas usia
untuk peserta BPU juga akan meningkatkan
jumlah kepesertaan.

Kata Kunci: Perluasan Kepesertaan, BPU, Keywords: Expansion of Membership,


Program JHT, JKK, JKm, Marketing Mix, BPU, JHT Program, JKK, JK m, Marketing
Regulasi. Mix, Regulation

2 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
A. PENDAHULUAN A. INTRODUCTION

Sebagai negara kepulauan dengan 70 persen As an island country with 70 percent of its
wilayah berupa laut dan 17.504 pulau yang territory is sea and 17,504 islands
tersebar, Indonesia memiliki tantangan besar spread, Indonesia has great challenges in
dalam melakukan pembangunan yang conducting a quality development in all
berkualitas di segala dimensi. Kondisi dimensions. The geographic and demographic
geografis dan demografis seperti itu condition is a challenge and opportunity for the
merupakan tantangan dan peluang bagi Government to fulfill the mandate of the
Pemerintah untuk memenuhi amanat Preamble of the 1945 Constitution on the
Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) fulfillment of Indonesians, which includes: "...
1945 tentang pemenuhan hajat hidup to realize a government which protects the
masyarakat Indonesia yang mencakup: people and whole Indonesian country, promote
“...mewujudkan pemerintahan yang common welfare, and educate the nation." In
melindungi segenap bangsa dan seluruh order to carry out this mandate, it is essential
tumpah darah Indonesia, memajukan for the government to provide social security
kesejahteraan umum, dan mencerdaskan for the people, especially social security for
kehidupan bangsa.” Untuk menjalankan employment. In this context, the government
mandat tersebut, pemerintah penting sekali needs to encourage the involvement of the
memberikan jaminan sosial bagi masyarakat, community for strengthening the labor social
terutama jaminan sosial bagi ketenaga- security system.
kerjaan. Dalam konteks ini, pemerintah perlu
mendorong keterlibatan masyarakat untuk
penguatan sistem jaminan sosial
ketenagakerjaan tersebut.
Berdirinya Badan Penyelenggara Jaminan The establishment of the Employment Social
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan per 1 Januari Security Agency (BPJS) on 1st January 2014
2014 sebagai bentuk transformasi dari PT. as a transformation of PT. Jamsostek
Jamsostek (Persero) menjadi salah upaya riil (Persero) is one of the government’s real
pemerintah dalam mewujudkan jaminan initiatives to realize the social security. The
sosial tersebut. Terbentuknya BJPS establishment of BJPS Ketenagakerjaan is
Ketenagakerjaan itu didasarkan pada based on Law No. 40 of 2004 on National
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Social Security System and Law No. 24 of
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan 2011 on Social Security Agency. Since 1st

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 3
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 July 2015, BJPS Ketenagakerjaan has
tentang Badan Penyelenggara Jaminan been fully operational for the Employment
Sosial. Terhitung sejak 1 Juli 2015, BJPS Social Security, which takes form in Provident
Ketenagakerjaan beroperasi penuh untuk Fund (JHT), Work-Related Accident Insurance
menyelenggarakan Jaminan Sosial Bidang (JKK), Pension Benefit (JP) and Death
Ketenagakerjaan dalam bentuk Jaminan Hari Insurance (JKm). One of the fundamental
Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), changes of the transformation of
Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan Kematian PT. Jamsostek (Persero) to be BJPS
(JKm). Salah satu perubahan mendasar dari Ketenagakerjaan lies in the aspect of
transformasi PT. Jamsostek (Persero) membership coverage expansion and service
menjadi BJPS Ketenagakerjaan itu terletak orientation. In this case, the membership
pada aspek perluasan cakupan kepesertaan coverage of BPJS Ketenagakerjaan include all
dan orientasi pelayanannya. Dalam hal ini, workers in formal and informal sector, even
cakupan peserta BPJS Ketenagakerjaan though the main priority is focused on formal
meliputi semua pekerja di sektor formal workers.
maupun informal, meskipun prioritas
utamanya tertuju pada pekerja di sektor
formal.
Pemberlakuan sistem jaminan sosial nasional The national social security system
di Indonesia tersebut berkonsekuensi pada enforcement in Indonesia is consequential for
terjadinya perubahan sistem penyeleng- the amendment of implementation system. The
garaan. Program asuransi sosial dan jaminan social insurance and employment social
sosial tenaga kerja yang semula ditangani security programme, which is previously
oleh 5 (lima) perusahaan BUMN yaitu handled by five (5) state-owned enterprises,
PT.Askes, PT.Taspen, PT.Asabri, i.e. PT. Askes, PT. Taspen, PT. Asabri, PT.
PT.Jasaraharja dan PT.Jamsostek (Bapepam Jasaraharja and PT. Jamsostek (Bapepam
dan LK, 2011), akhirnya beralih ditangani oleh and LK, 2011), is finally handled by two
dua badan yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS entities, namely BPJS Kesehatan and BPJS
Ketenagakerjaan. Selain aspek itu, aspek lain Ketenagakerjaan. In addition to that aspect,
yang juga berubah adalah soal cakupan other aspect, which is also altered, is the
kepesertaan. Bila cakupan kepesertaan BPJS membership coverage. If the membership
Kesehatan adalah untuk seluruh penduduk, coverage of BPJS Kesehatan is all citizens,
sedangkan cakupan kepesertaan BPJS the membership coverage for BPJS
Ketenagakerjaan adalah untuk seluruh Ketenagakerjaan is all workers. The
pekerja. Penegasan tentang cakupan confirmation on the membership coverage of

4 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan itu BPJS Ketenagakerjaan is mentioned in Law
termaktub dalam UU No.40 tahun 2004 No. 40 of 2004 on National Social Security
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan System and Law No. 24 of 2011 on Social
UU No.24 tahun 2011 tentang Badan Security Agency, which mandate the
Pengelola Jaminan Sosial yang employment social security
mengamanatkan adanya pengelolaan management integrated into one administrator,
jaminan sosial ketenagakerjaan yang i.e. BPJS Ketenagakerjaan.
terintegrasi ke dalam satu pengelola yaitu
BPJS Ketenagakerjaan.
Menyoal target kepesertaan ini, Pemerintah Regarding this membership target, the
telah menuangkan dalam PP No 10 tahun Government has stated in the Government
2015 tentang Peta Jalan Penyelenggaraan Regulation No. 10 of 2015 on Roadmap of the
Jaminan Sosial bidang Ketenagakerjaan Employment Social Security Implementation of
2013-2019. Peta jalan BPJS Ketenagakerjaan 2013-2019. That roadmap of BPJS
itu memproyeksikan jumlah tenaga kerja di Ketenagakerjaan projects the number of formal
sektor formal secara beruntun sebesar 48,21 sector workers is respectively 48.21 million
juta pada tahun 2014; 50,93 juta pada tahun in 2014; 50.93 million in 2015; 53.72 million in
2015; 53,72 juta pada tahun 2016; 56,58 juta 2016; 56.58 million in 2017; 59.50 million in
pada tahun 2017; 59,50 juta pada tahun 2018, and 62.47 million in 2019. Out of such
2018, dan 62,47 juta pada tahun 2019. Dari projection and based on the conservative
proyeksi tersebut, berdasarkan asumsi assumption, the BPJS Ketenagakerjaan formal
konservatif, kepesertaan pekerja formal BJPS workers membership is expected to reach the
Ketenagakerjaan diharapkan mencapai target target of 23.69 million in 2014; 29.85 million in
23, 69 juta pada tahun 2014; 29,85 juta pada 2015; 36.20 million in 2016; 42.73 million in
tahun 2015; 36,20 juta pada tahun 2016; 2017; 49.46 million 2018, and 56.43 million in
42,73 juta pada tahun 2017; 49,46 juta pada 2019. Meanwhile, the social insurance/security
tahun 2018, dan 56,43 juta pada tahun 2019. membership expansion programme for the
Sementara itu, program perluasan informal workers is targeting a gradual
kepesertaan asuransi/jaminan sosial pada increase, i.e. minimum 1.3 million new
pekerja informal secara bertahap members in 2015; 1.9 million new members in
mentargetkan minimum 1,3 juta peserta baru 2016; 2.5 million new members in 2017; 3
pada tahun 2015; 1,9 juta peserta baru pada million new members in 2018, and minimum
tahun 2016; 2,5 juta peserta baru pada tahun 3.5 million new members in 2019.
2017; 3 juta peserta baru pada tahun 2018,
dan minimum 3,5 juta peserta baru pada

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 5
tahun 2019.

Table 1. Target Peta Jalan Penyelenggaraan Jaminan Sosial


bidang Ketenagakerjaan 2013-2019 Skenario Konservatif (juta)
Table 1. Target of the Road Map of Employment Social Security Implementation of 2013-
2019 under the Conservative Scenario (million)

Tahun Proyeksi Pekerja di Target Kepesertaan Target Kepesertaan


Sektor Formal BJPS Ketenagakerjaan BJPS Ketenagakerjaan
di Sektor Formal di Sektor Informal
Year Projection for Membership Target of Membership Target of
Formal Sector BPJS Ketenagakerjaan BPJS Ketenagakerjaan
Workers in the Formal Sector in the Informal Sector
2014 48,21 23,69 -
2015 50,93 29,85 1,3
2016 53,72 36,20 1,9
2017 56,58 42,73 2,5
2018 59,50 49,46 3,0
2019 62,47 56,43 3,5
Sumber: Bappenas, 2014 Source: Bappenas, 2014

Data laporan pengelolaan program BPJS The BPJS Ketenagakerjaan programme


Ketenagakerjaan tahun 2015 menunjukkan management report data in 2015 shows that the
bahwa pencapaian target kepesertaan non-wage earning (BPU) workers membership
pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) target accomplishment remains low, i.e. only
masih rendah, yakni hanya 13,44% jauh 13.44%, which is much lower than the 2013
lebih rendah dari pencapaian target tahun target of 131.56%. Meanwhile, in the previous
2013 sebesar 131,56%. Sementara tahun year, the BPU worker membership target
sebelumnya, pencapaian target accomplishment is 76.72%. Such data
kepesertaan pekerja BPU sebesar 76,72%. explanation shows that the achievement of the
Paparan data itu menunjukkan bahwa BPU workers membership target faces a
pencapaian target kepesertaan pekerja number of obstacles and difficulties. Generally,
BPU menghadapi sejumlah kendala dan the difficulty to achieve the BPU workers
kesulitan. Secara umum kesulitan membership target encountered by the branch
pencapaian target kepesertaan pekerja office is the minimum information data related to
BPU yang dialami kantor cabang itu adalah the BPU. The absence of information is due to
soal masih minimnya data informasi terkait the data collection difficulty level as BPU
BPU ini. Ketiadaan informasi itu workers are varied and widely scattered. Many

6 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
disebabkan tingkat kesulitan pendataan BPU workers primarily work independently and
karena luas dan beragamnya pekerja BPU such works are generally small-scaled. As a
yang mayoritas bekerja di sektor usaha consequence, many approaches and strategies
sendiri dan umumnya berskala kecil. applied by branch offices are quite varied. The
Akibatnya, berbagai pendekatan dan approach and strategy variation binds to take
strategi yang dilakukan di kantor-kantor place considering the BPU workers’
cabang pun cukup bervariasi. Variasi characteristics in each region are diverse. Thus,
pendekatan dan strategi itu niscaya terjadi each branch office uses different innovation and
mengingat karakteristik pekerja BPU di method in order to improve this BPU
setiap daerah yang sangat beragam membership.
sehingga tiap kantor cabang menggunakan
inovasi dan cara yang berbeda-beda untuk
meningkatkan kepesertaan BPU ini.

Tabel 2. Target dan Persentasi Realisasi 2013-2015


Menurut Pekerja Penerima Upah dan Bukan Penerima Upah

Tahun Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi


2013 2013 (%) 2014 2014 (%) 2015 2015 (%)*)
6.294.931 13.115.059 14.595.183 14.066.630
Pekerja Upah 10.971.423 13.109.802
(57,38%) (99.26%) (96.38%)
Pekerja Bukan 320.000 421.006 588.233 2.232.087 299.963
900.000
Penerima Upah*) (131.56%) (76.72%) (13.44%)
5.632.527 3.088.105 2.272.730 4.668.065
Jasa Kontruksi 1.950.000 1.188.000
(288.85%) (259.94%) (205.39%)
Tenaga Kerja 12.348.464 16.791.397 19.100.000 19.034.658
13.241.423 15.197.802
Aktif (93,25%) (110,49%) (99,66%)
*)
Posisi Desember 2015; **) Definisi 2013: TK Mandiri dan TK Perorangan
Sumber: BPJS Ketenagakerjaan

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 7
Table 2. Target and Percentage of the 2013-2015 Realization
According to the Wage-Earning and Non-Wage Earning Workers

Year 2013 2013 2014 2014 2015 2015


Target Realization Target Realization Target Realization
(%) (%) (%)*)
Wage-
6,294,931 13,115,059 14,066,630
Earning 10,971,423 13,109,802 14,595,183
(57.38%) (99.26%) (96.38%)
Workers
Non-Wage
421,006 588,233 299,963
Earning 320,000 900,000 2,232,087
(131.56%) (76.72%) (13.44%)
Workers*)
Construction 5,632,527 3,088,105 4,668,065
1,950,000 1,188,000 2,272,730
Services (288.85%) (259.94%) (205.39%)
Active 12,348,464 16,791,397 19,034,658
13,241,423 15,197,802 19,100,000
Workers (93.25%) (110.49%) (99.66%)
*)
Position in December 2015; **) Definition in 2013: Independent Workers and Individual Workers
Source: BPJS Ketenagakerjaan

Secara definitif, pekerja Bukan Penerima By definition, Non-Wage Earning (BPU) workers
Upah (BPU) adalah pekerja yang are workers who perform activities or
melakukan kegiatan atau usaha ekonomi commercial business independently to earn
secara mandiri untuk memperoleh income from activities or such business, who
penghasilan dari kegiatan atau usahanya include Employers, workers outside an
tersebut yang meliputi Pemberi Kerja, employment relationship or self-employed and
Pekerja di luar hubungan kerja atau workers excluded in the group of non-wage
Pekerja mandiri dan Pekerja yang tidak earning workers outside an employment
termasuk pekerja di luar hubungan kerja relationship. The examples are motorcycle taxi
yang bukan penerima Upah. Contohnya riders, public minibus drivers, peddlers, doctors,
seperti Tukang Ojek, Supir Angkot, lawyers/advocates, celebrities, and many more.
Pedagang Keliling, Dokter, Pengacara/ These workers can gradually join the BPJS
Advokat, Artis, dan lain-lain. Pekerja ini Ketenagakerjaan programme by choosing the
dapat mengikuti program BPJS suitable programe with their ability and needs.
Ketenagakerjaan secara bertahap dengan They can also register themselves directly to the
memilih program sesuai dengan nearest BPJS Ketenagakerjaan Branch Office or
kemampuan dan kebutuhan peserta. via an umbrella organization/group/Partner/
Pekerja ini juga dapat mendaftar sendiri Payment Point (Aggregator/Banks) which have a
langsung ke Kantor Cabang BPJS Partnership Agreement (IKS) with BPJS

8 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
Ketenagakerjaan atau mendaftar melalui Ketenagakerjaan.
wadah/kelompok/Mitra/Payment Point
(Aggregator/Perbankan) yang telah
melakukan Ikatan Kerja Sama (IKS)
dengan BPJS Ketenagakerjaan.
Berdasar pada seluruh paparan di atas, Based on all descriptions above, a significant
muncul pembelajaran penting yang mesti lesson to be noted appears, i.e. the
dicatat bahwa proses transformasi dari PT transformation process from PT. Jamsostek
Jamsostek (Persero) Tbk menjadi Badan (Persero), Tbk. to be Badan Penyelenggara
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan was
Ketenagakerjaan ternyata tidak semulus not as smooth as the plan. The government
yang direncanakan. Penyusunan peraturan regulation (PP) drafting for BPJS
pemerintah (PP) untuk program-program Ketenagakerjaan’s programmes seemed to be a
BPJS Ketenagakerjaan yang terkesan closed process and did not include aspiration
tertutup serta tidak melibatkan aspirasi dari from labour unions. Thus, it caused many
serikat pekerja/buruh akhirnya rejections from various parties and in the end,
memunculkan gelombang penolakan dari BPJS Ketenagakerjaan faces more difficulties to
berbagai pihak, sehingga semakin expand its membership coverage.
menyulitkan BPJS Ketenagakerjaan untuk
meluaskan cakupan kepesertaannya.
Bertolak pada persoalan itulah kajian ini From such issue, this review intends to further
hendak mengulas lebih jauh tentang review on how BPJS Ketenagakerjaan can
bagaimana cara BPJS Ketenagakerjaan accelerate the expansion of non-wage earning
bisa mengakselerasi perluasan sector membership. By considering the vast
kepesertaan sektor Bukan Penerima Upah potential of BKU workers who have not become
(BPU) ini. Dengan mempertimbangkan BPJS Ketenagakerjaan members, the following
besarnya potensi pekerja BKU yang belum description will further describe on how
ikut menjadi peserta BPJS marketing mix method and regulations have a
Ketenagakerjaan, paparan berikut akan chance to answer BPJS Ketenagakerjaan’s
menguraikan lebih rinci tentang bagaimana problems in expanding its membership.
metode marketing mix dan penentuan
regulasi berpeluang menjawab kendala-
kendala BPJS Ketenagakerjaan dalam
meluaskan kepesertaannya.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 9
B. KERANGKA KONSEPTUAL: B. CONCEPTUAL
MARKETING MIX DAN REGULASI FRAMEWORK: MARKETING MIX AND
REGULATIONS

Dalam perluasan kepesertaan BPJS In order to expand the BPJS Ketenagakerjaan


Ketenagakerjaan di sektor BPU ini ada membership in the BPU sector, there are
beberapa cara yang memungkinkan untuk several possible methods to be taken, i.e.
ditempuh, salah satunya adalah metode Marketing Mix. The meaning of Marketing Mix is
Marketing Mix. Pengertian Marketing Mix not far different with general marketing definition
tidak jauh berbeda dengan pengertian or normal marketing in general. Theoretically
marketing umumnya, maupun pengertian speaking, Marketing Mix emphasizes more on
pemasaran biasanya. Secara teoretis, the mixes of marketing theories or marketing in
Marketing Mix lebih mengedepankan general to market products (goods) or services.
pembauran (gabungan) teori pemasaran Therefore, this Marketing Mix is a marketing
atau marketing pada umumnya dalam method carried out in an integrated and joint
memasarkan produk (barang) maupun method among existing elements in the
jasa. Dengan demikian, Marketing Mix ini Marketing Mix. The basic concept is each
merupakan metode pemasaran yang marketing element cannot stand alone without
dilakukan secara terpadu dan dilakukan the support of other elements.
secara bersama (gabungan) di antara
elemen-elemen yang ada dalam Marketing
Mix itu sendiri. Konsep dasarnya setiap
elemen pemasaran tidak dapat berjalan
sendiri-sendiri tanpa didukung oleh elemen
lainnya.
Demi memenangkan persaingan pasar, In order to win the market competition, the
implementasi Marketing Mix ini dapat Marketing Mix can be carried out by various
dilakukan melalui berbagai strategi marketing strategies. However, the accuracy of
pemasaran (marketing strategy). Akan the company in applying this Marketing Mix is
tetapi, ketepatan perusahaan dalam decided by the perceived service or product
menggunakan strategi Marketing Mix ini quality. The success of this factor can be
ditentukan oleh kualitas jasa atau barang measured by several things: first, product or
yang ditawarkan (perceived service or service quality level acceptable by customers
product quality). Keberhasilan faktor ini (product/service performance). The indicators

10 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
dapat diukur dengan beberapa hal berikut: are how the quality is acceptable to customers
pertama, tingkat kualitas barang atau during purchase or collection of product or
jasa yang diterima pelanggan (product service from such company; second, what
performance / service performance). customers’ expectation on such product or
Indikatornya seperti apa kualitas yang service is. The second indicator can be checked
diterima pelanggan pada saat membeli by asking the customers whether it has been
ataupun pada saat menerima barang atau complied with their want, need, and expectation.
jasa perusahaan tersebut. Kedua, seperti
apa ekspektasi pelanggan (customer
expectation) atas produk atau jasa
tersebut, dengan mengecek apa yang
dirasakan pelanggan sesuai dengan
keinginan, kebutuhan, serta harapan atas
barang atau jasa yang dibelinya.
Dalam hal ini, kualitas barang atau jasa In this case, the quality of goods or services
yang ditawarkan perusahan ditentukan offered by the company is determined by various
oleh berbagai faktor yang mempe- influencing factors. According to some marketing
ngaruhinya. Menurut beberapa ahli experts, there are at least five elements which
pemasaran, paling tidak terdapat lima determine the quality of goods or services, i.e.:
unsur yang menentukan kualitas barang tangible, empathy, reliability, responsive, and
atau jasa, di antaranya: Tangible (bukti assurance. Related to such matter, Kotler
nyata); Emphaty (empati); Reliability mentions that the marketing mix concept
(keadaan); Responsive (daya tanggap); consists of four elements, namely 1) product; 2)
Assurance (jaminan atau kepastian). price; 3) place; and 4) promotion. Furthermore,
Berkaitan dengan hal itu, Kotler Boom and Bitner adds that service companies
menyebutkan konsep bauran pemasaran need to add 3Ps in addition to such 4Ps in the
(Marketing Mix) terdiri dari empat 4 marketing mix concept, i.e. 1) people; 2)
elemen, yaitu: 1). Product (produk); 2). physical evidence, and 3) process.
Price (harga); 3). Place (tempat/saluran
distribusi); dan 4). Promotion (Promosi).
Lebih jauh, Boom dan Bitner
menambahkan, untuk perusahaan yang
bergerak dalam bisnis jasa, selain
menggunakan konsep marketing mix 4P
yang disebutkan di atas, juga perlu

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 11
ditambahkan 3P, yaitu: 1). People (orang);
2). Physical Evidence (bukti fisik); serta 3).
Process (proses).

Penjelasan atas berbagai konsep tersebut The explanations of the above concepts can be
di atas bisa diuraikan secara lebih lanjut described further in the following notes:
dalam beberapa catatan berikut:
1) Product (The Services). Produk jasa 1) Product (The Services). Services products
merupakan produk yang dapat are products which can provide benefits,
memberikan manfaat, memenuhi meet consumer needs, and can satisfy
kebutuhan konsumen, dan dapat consumers. In fact, customers do not buy
memuaskan konsumen. Sesungguh- goods or services, but they purchase the
nya pelanggan tidak membeli barang benefits of something offered. The meaning
atau jasa, tetapi membeli manfaat dari of something offered shows a number of
sesuatu yang ditawarkan. Pengertian benefits gained by consumers, either
yang ditawarkan menunjukkan product or service or any combination
sejumlah manfaat yang didapat oleh thereof.
konsumen, baik barang atau jasa
maupun kombinasinya
2) Price (harga) atau penetapan harga 2) Price or pricing is an important thing. The
merupakan suatu hal penting. company will do pricing with full
Perusahaan akan melakukan hal ini consideration because the pricing may
dengan penuh pertimbangan karena affect total revenue and costs. Price is the
penetapan harga akan dapat main factor in positioning and must be
mempengaruhi pendapatan total dan decided under the target market, product
biaya. Harga merupakan faktor utama marketing mix, and service, and
penentu posisi dan harus diputuskan competition.
sesuai dengan pasar sasaran, bauran
ragam produk, dan pelayanan, serta
persaingan.
3) Place (tempat) atau lokasi yang 3) Place or strategic location will become one
strategis akan menjadi salah satu of the advantages for the company as it is
keuntungan bagi perusahaan karena easily reachable by customers but also
mudah terjangkau oleh konsumen, makes rents or place investment become
namun sekaligus juga menjadikan more expensive. The high rent for a

12 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
biaya rental atau investasi tempat location can be compensated by the
menjadi semakin mahal. Tingginya reduction of marketing price. Instead, a less
biaya lokasi tersebut dapat strategic place will need a more expensive
terkompensasi dengan mengurangi marketing cost to attract customers to visit.
biaya marketing. Sebaliknya lokasi Decoration and design often become
yang kurang strategis akan certain attractiveness for targeted
membutuhkan biaya marketing lebih customers. The building condition is also a
mahal untuk menarik konsumen agar requirement which provides comfort for
berkunjung. Dekorasi dan desain customers.
sering menjadi daya tarik tersendiri
bagi para target konsumen. Kondisi
bangunan juga menjadi persyaratan
yang memberikan kenyamanan
konsumen.
4) Promotion (promosi) merupakan suatu 4) Promotion is an activity or material which
aktivitas dan materi yang dalam uses certain technique in application under
aplikasinya menggunakan teknik, di the seller/producer’s control. It may
bawah pengendalian penjual/produsen, communicate interesting and persuasive
yang dapat mengkomunikasikan information on products offered by the
informasi persuasif yang menarik seller/producer, either directly or via parties
tentang produk yang ditawarkan oleh which may influence the purchase. The
penjual/produsen, baik secara aims of promotions are, among others;
langsung maupun melalui pihak yang identify and attract new customers,
dapat mempengaruhi pembelian. communicate new products, increase
Tujuan kegiatan promosi antara lain: number of customers for widely known
mengidentifikasi dan menarik products, inform customers on the product
konsumen baru, mengkomunikasikan quality improvement, invite customers to
produk baru, meningkatkan jumlah come to the product sales points, motivate
konsumen untuk produk yang telah customers to choose or purchase a
dikenal secara luas, menginformasikan product.
kepada konsumen tentang peningkatan
kualitas produk, mengajak konsumen
untuk mendatangi tempat penjualan
produk, memotivasi konsumen agar
memilih atau membeli suatu produk.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 13
5) People (orang) merupakan aset utama 5) People is the main asset in the service
dalam industri jasa, terlebih lagi people industry, especially people who are high
yang merupakan karyawan dengan performance employees. The customer’s
performance tinggi. Kebutuhan need for high performance employees will
konsumen terhadap karyawan result on satisfied and loyal customers. A
berkinerja tinggi akan menyebabkan good knowledge ability will become a basic
konsumen puas dan loyal. competence for the internal of the company
Kemampuan menguasai pengetahuan and good external image. Other significant
(knowledge) yang baik akan menjadi factors of people are attitude and
kompetensi dasar dalam internal motivation from customers in the service
perusahaan dan pencitraan yang baik industry. The moment of truth will happen
di luar. Faktor penting lain dari people when there is a contact between
ini adalah sikap (attitude) dan motivasi employees and customers. This attitude is
(motivation) dari karyawan dalam highly important and applicable in many
industri jasa. Moment of truth akan forms, such as employees’ appearance,
terjadi pada saat terjadi kontak antara voice tone, body language, face
karyawan dan konsumen. Attitude ini expression, and word choice. Meanwhile,
sangat penting dan dapat diaplikasikan employee’s motivation is necessary to
dalam berbagai bentuk, seperti realize the delivery of message and
penampilan karyawan, suara dalam services offered up to the expected level.
bicara, body language, ekspresi wajah,
dan tutur kata. Sedangkan motivasi
karyawan diperlukan untuk
mewujudkan penyampaian pesan dan
jasa yang ditawarkan pada level yang
diekspetasikan.
6) Physical Evidence (bukti fisik). Wujud 6) Physical Evidence. Building appearance is
bangunan (building) merupakan bagian a part of physical evidence, characteristics
dari bukti fisik, karakteristik yang which are added-value requirements for
menjadi persyaratan yang bernilai customers in a service company having
tambah bagi konsumen dalam characters. Attention to interior, building
perusahaan jasa yang memiliki equipment including lighting system, and
karakter. Perhatian terhadap interior, spacious layout are important to be
perlengkapan bangunan, termasuk considered and may affect the customers’
lighting system, dan tata ruang yang mood. Building must be able to create

14 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
lapang menjadi perhatian penting dan atmosphere by considering ambience.
dapat mempengaruhi mood Therefore, it may provide experience and
pengunjung. Bangunan harus dapat added value for customers, especially main
menciptakan suasana dengan requirements of service companies which
memperhatikan ambience sehingga have a specific market class.
memberikan pengalaman kepada
pengunjung dan dapat memberikan
nilai tambah bagi pengunjung,
khususnya menjadi syarat utama
perusahaan jasa dengan kelas market
khusus.
7) Process (proses). Mutu layanan jasa 7) Process. The service quality highly
sangat bergantung pada proses depends on the service delivery process to
penyampaian jasa kepada konsumen. customers. Considering that the motor of
Mengingat bahwa penggerak service companies is the employees.
perusahaan jasa adalah karyawan itu Therefore, in order to guarantee the quality
sendiri, maka untuk menjamin mutu (quality assurance), all company’s
layanan (quality assurance), seluruh operations must be performed under a
operasional perusahaan harus standardized system and procedure by
dijalankan sesuai dengan sistem dan competent, committed, and loyal
prosedur yang terstandarisasi oleh employees to their workplace.
karyawan yang berkompetensi,
berkomitmen, dan loyal terhadap
perusahaan tempatnya bekerja.

Setelah konsep tentang metode Marketing After the concept of the Marketing Mix method is
Mix terpaparkan, berikut ini adalah paparan described, the following is a description of the
mengenai penentuan regulasi. Berkaitan determination of regulations. In connection with
dengan regulasi kepesertaan, terdapat regulations on membership, there are
regulasi yang dikeluarkan Pemerintah dan regulations issued by the government and
penyelenggara, baik dalam bentuk company, whether they take form of a Law,
Undang-undang, Peraturan Pemerintah Government Regulation or Regulation issued by
serta Peraturan yang dikeluarkan oleh the agency which is able to support the
Badan penyelenggara yang mampu expansion of BPJS Ketenagakerjaan
memperkuat perluasan kepesertaan BPJS membership. Some regulations related to

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 15
Ketenagakerjaan. Beberapa regulasi terkait membership will be outlined in following points:
kepesertaan itu akan diuraikan dalam
beberapa poin berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia 1. Law of the Republic of Indonesia Number
nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem 40 of 2004 on National Social Security
Jaminan Sosial Nasional menegaskan System confirms that Social Security is a
bahwa Jaminan sosial adalah salah form of social protection to ensure that
satu bentuk perlindungan sosial untuk all citizens can meet their basic needs for a
menjamin seluruh rakyat agar dapat decent life. The National Social Security
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya System is a procedure for the social
yang layak. Sistem Jaminan Sosial security programme by several social
Nasional adalah suatu tata cara security agencies. Social insurance is a
penyelenggaraan program jaminan mechanism to collect mandatory fund from
sosial oleh beberapa badan contributions in order to provide protections
penyelenggaraan jaminan sosial. against socio-economic risks happened to
Asuransi sosial adalah suatu members and/or their family members.
mekanisme pengumpulan dana yang Workers are each person working by
bersifat wajib yang berasal dari iuran accepting wages, salaries, or
guna memberikan perlindungan atas remunerations in other forms. Employers
risiko sosial ekonomi yang menimpa are individuals, companies, legal entities, or
peserta dan/atau anggota keluarganya. other entities employing civil servants by
Pekerja adalah setiap orang yang paying for their wages, salaries, or other
bekerja dengan menerima gaji, upah, remunerations.
atau imbalan dalam bentuk lain.
Pemberi kerja adalah orang
perseorangan, pengusaha, badan
hukum atau badan-badan lainnya yang
mempekerjakan pegawai negeri
dengan membayar gaji, upah atau
imbalan dalam bentuk lainnya.
2. Undang-Undang Republik Indonesia 2. Law of the Republic of Indonesia number
nomor 24 tahun 2011 tentang Badan 24 of 2011 on Social Security Agency
Penyelenggara Jaminan Sosial confirms that the national social security
menegaskan bahwa sistem jaminan system is a state’s programme which aims
sosial nasional merupakan program to provide protection assurance and social

16 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
negara yang bertujuan memberikan welfare for all citizens. Therefore, in order
kepastian perlindungan dan to accomplish such national social security
kesejahteraan sosial bagi seluruh system’s objective, a legal agency based
rakyat; bahwa untuk mewujudkan on the principles of cooperation, non-profit,
tujuan sistem jaminan sosial nasional transparency, prudency, accountability,
perlu dibentuk badan penyelenggara portability, mandatory membership,
yang berbentuk badan hukum mandated funds, and total social security
berdasarkan prinsip kegotong- management fund for the programme and
royongan, nirlaba, keterbukaan, members development. Whereas, based
kehatihatian, akuntabilitas, portabilitas, on Article 5 paragraph (1) and Article 52 of
kepesertaan bersifat wajib, dana Law Number 40 of 2002 on National Social
amanat, dan hasil pengelolaan dana Security System, a Social Security Agency
jaminan sosial seluruhnya untuk must be established under a Law, which is
pengembangan program dan untuk a fourth transformation of a State-Owned
sebesar-besar kepentingan peserta; Enterprise in order to accelerate the
bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat (1) national social security system for all
dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor Indonesians.
40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional, harus
dibentuk Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial dengan Undang-
Undang yang merupakan transformasi
keempat Badan Usaha Milik Negara
untuk mempercepat terselenggaranya
sistem jaminan sosial nasional bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Lebih jauh, Badan Penyelenggara Furthermore, the Social Security Agency,
Jaminan Sosial yang selanjutnya hereinafter abbreviated as BPJS, is a legal
disingkat BPJS adalah badan hukum entity established to perform the social
yang dibentuk untuk menyeleng- security programme. The National Social
garakan program jaminan sosial. Security Council, hereinafter abbreviated
Dewan Jaminan Sosial Nasional yang as DJSN, is a council which functions to
selanjutnya disingkat DJSN adalah assist the President in formulating public
dewan yang berfungsi untuk membantu policies and synchronizing the national
Presiden dalam perumusan kebijakan social security system.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 17
umum dan sinkronisasi penyeleng-
garaan sistem jaminan sosial nasional.
Selanjutnya, Dewan Pengawas adalah In addition, the Supervisory Council is a
organ BPJS yang bertugas melakukan BPJS element which has a function to
pengawasan atas pelaksanaan supervise the BPJS management by the
pengurusan BPJS oleh direksi dan board of directors and provide suggestions
memberikan nasihat kepada direksi to the board of directors in performing the
dalam penyelenggaraan program Social Security programme. The Board of
Jaminan Sosial. Direksi adalah organ Directors is a BPJS element which is
BPJS yang berwenang dan authorized and fully responsible for the
bertanggung jawab penuh atas BPJS management in terms of BPJS’s
pengurusan BPJS untuk kepentingan interests, in accordance with the principles
BPJS, sesuai dengan asas, tujuan, dan and objectives of BPJS, and represents
prinsip BPJS, serta mewakili BPJS, BPJS, either before or outside courts, in
baik di dalam maupun di luar accordance with provisions of this Law.
pengadilan, sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang ini.
3. Peraturan Pemerintah RI nomor 46 3. Government Regulation of the Republic of
tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Indonesia Number 46 of 2015 on Provident
Program Jaminan Hari Tua Fund Programme confirms that the
menegaskan bahwa Jaminan Hari Tua Provident Fund, hereinafter abbreviated as
yang selanjutnya disingkat JHT adalah JHT, is a cash benefit paid at once when
manfaat uang tunai yang dibayarkan members enter the retirement age, pass
sekaligus pada saat peserta memasuki away, or suffer from a total permanent
usia pensiun, meninggal dunia, atau disability. The JHT members are wage-
mengalami cacat total tetap. Peserta earning members working with Employers
program JHT terdiri atas: Peserta (other than State Administrators) and non-
penerima Upah yang bekerja pada wage earning members. Non-wage earning
Pemberi Kerja selain penyelenggara members include employers, workers
Negara dan Peserta bukan penerima beyond a work relationship, or independent
Upah. Peserta bukan penerima Upah workers.
meliputi pemberi kerja, pekerja di luar
hubungan kerja atau pekerja mandiri.
4. Peraturan Pemerintah RI nomor 44 4. Government Regulation of the Republic of
tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Indonesia number 44 of 2005 on Work-

18 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
program Jaminan Kecelakaan Kerja Related Accident and Death Benefits
dan Jaminan Kematian menegaskan confirms that the Work-Related Accident
bahwa Jaminan Kecelakaan Kerja Benefit, hereinafter abbreviated as JKK, is
yang selanjutnya disingkat JKK adalah a cash and/or healthcare benefits provided
manfaat berupa uang tunai dan/atau when members suffer from work-related
pelayanan kesehatan yang diberikan accidents or diseases due to work
pada saat peserta mengalami environment. The Death Benefit,
kecelakaan kerja atau penyakit yang hereinafter abbreviated as JKm, is a cash
disebabkan oleh lingkungan kerja. benefit provided to inheritors when
Jaminan Kematian yang selanjutnya members pass away not due to a work-
disingkat JKm adalah manfaat uang related accident. Work-related accidents
tunai yang diberikan kepada ahli waris are accidents taking place during a work
ketika peserta meninggal dunia bukan relationship, including accidents happened
akibat kecelakaan kerja. Kecelakaan on the trip from home to workplace or vice
Kerja adalah kecelakaan yang terjadi versa and diseases due to work
dalam hubungan kerja, termasuk environment. Disability is a condition where
kecelakaan yang terjadi dalam a bodily function is reduced or lost or loss
perjalanan dari rumah menuju tempat of a body part, which directly or indirectly
kerja atau sebaliknya dan penyakit causes the decrease or loss of workers’
yang disebabkan oleh lingkungan ability to perform their works. Non-wage
kerja. Cacat adalah keadaan berkurang earning members include employers,
atau hilangnya fungsi tubuh atau workers outside a work relationship, or
hilangnya anggota badan yang secara independent workers.
langsung atau tidak langsung
mengakibatkan berkurang atau
hilangnya kemampuan pekerja untuk
menjalankan pekerjaannya. Peserta
bukan penerima Upah meliputi pemberi
kerja, pekerja di luar hubungan kerja
atau pekerja mandiri.
5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI 5. Regulation of the Minister of Labour of the
No 1 Tahun 2016 tentang Tata Cara Republic of Indonesia No. 1 of 2016 on
Penyelenggaraan Program Jaminan Procedure for Work-Related Accident
Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Benefit, Death Benefit, and Provident Fund
dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta for Non-Wage Earning Members. This

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 19
Bukan Penerima Upah yang regulation states that BPU members are
mengatakan bahwa peserta BPU wajib required to join 2 programmes, i.e. JKK and
mengikuti 2 program yaitu JKK dan JKm and they can voluntarily join JHT
JKm dan dapat mengikuti program programme. The registration requirements
JHT secara sukarela. Persyaratan for BPU members are they have National
pendaftaran bagi peserta BPU memiliki Identity Number (NIK) or Resident’s Identity
Nomor Induk Kependudukan (NIK) Card and they have not reached 56 years
atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan old. A certain umbrella organization or
belum mencapai usia 56 tahun. group must be an entity or organization,
Pembentukan wadah atau kelompok have a chairman and member(s) and
tertentu harus berbentuk badan atau statement letter from a village
organisasi, memiliki ketua dan anggota administrative unit head.
dan memiliki surat keterangan dari
lurah/ kepala desa setempat.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN C. RESULTS AND DISCUSSION

Status pekerjaan adalah jenis kedudukan An employment status is a type of a person’s


seseorang dalam melakukan pekerjaan di position in performing his job in a business
suatu unit usaha/kegiatan. Mulai tahun unit/activity. Beginning in 2001, the employment
2001 status pekerjaan dibedakan menjadi status is divided into 7 categories:
7 kategori yaitu:
a) Berusaha sendiri, adalah bekerja atau a) Independent work is defined as working or
berusaha dengan menanggung risiko having a business by bearing economic
secara ekonomis, yaitu dengan tidak risks, i.e. non-return of production costs
kembalinya ongkos produksi yang telah spent for such business and do not employ
dikeluarkan dalam rangka usahanya any paid employees, including the work
tersebut, serta tidak menggunakan characteristics need a specific technology or
pekerja dibayar, termasuk yang sifat skill.
pekerjaannya memerlukan teknologi
atau keahlian khusus.
b) Berusaha dibantu buruh tidak b) Have a business which is assisted by
tetap/buruh tak dibayar, adalah bekerja temporary workers/unpaid workers is defined
atau berusaha atas risiko sendiri, dan as working or having a business on his own
menggunakan buruh/pekerja tidak risks and employing temporary workers.

20 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
tetap.
c) Berusaha dibantu buruh tetap/buruh c) Employers assisted by permanent/paid
dibayar, adalah berusaha atas risiko workers is defined as working or having a
sendiri dan mempekerjakan paling business on his own risks and employ at
sedikit satu orang buruh/pekerja tetap least one paid permanent worker.
yang dibayar.

d) Buruh/Karyawan/Pegawai, adalah d) Workers/Employees are persons working


seseorang yang bekerja pada orang with another person or permanently at an
lain atau instansi/kantor/perusahaan institution/office/company regularly and they
secara tetap dengan menerima receive salary/wage in cash or
upah/gaji baik berupa uang maupun product. Workers who do not have a
barang. Buruh yang tidak mempunyai permanent employer are not classified as
majikan tetap, tidak digolongkan workers/employees, instead they are
sebagai buruh/karyawan, tetapi considered as an independent worker. A
sebagai pekerja bebas. Seseorang person is considered to have a permanent
dianggap memiliki majikan tetap jika employer if s/he remains to
memiliki 1 (satu) majikan (orang/rumah have one (1) same employer (person/
tangga) yang sama dalam sebulan household) in the past month, especially in
terakhir, khusus pada sektor bangunan the construction sector in which the limit is
batasannya tiga bulan. Apabila three months. If the employer is an
majikannya instansi/lembaga, boleh institution, it can be more than one.
lebih dari satu.
e) Pekerja bebas di pertanian, adalah e) Freelancer in the agricultural sector is a
seseorang yang bekerja pada orang person who works non-permanently for other
lain/majikan/institusi yang tidak tetap person/employer/institution (more than one
(lebih dari satu majikan dalam sebulan employer in the past month) in the
terakhir) di usaha pertanian baik agricultural sector, either a family business or
berupa usaha rumah tangga maupun professional business. S/he works with
bukan usaha rumah tangga atas dasar remuneration by receiving wages or
balas jasa dengan menerima upah remuneration in cash or goods, and the
atau imbalan baik berupa uang payment system can be daily payments or
maupun barang, dan baik dengan lump sum. Agricultural businesses include:
sistem pembayaran harian maupun food crops, plantations, forestry, animal
borongan. Usaha pertanian meliputi: husbandry, fisheries and hunting, as well as

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 21
pertanian tanaman pangan, agricultural services. Employer is a person or
perkebunan, kehutanan, peternakan, party who provide jobs with agreed
perikanan dan perburuan, termasuk payments.
juga jasa pertanian.Majikan adalah
orang atau pihak yang memberikan
pekerjaan dengan pembayaran yang
disepakati.
f) Pekerja bebas di non pertanian adalah f) Freelancer in the non-agricultural sector is a
seseorang yang bekerja pada orang person working non-permanently with other
lain/majikan/institusi yang tidak tetap person/employer/institution (more than 1
(lebih dari 1 majikan dalam sebulan employer in one past month), in the non-
terakhir), di usaha non pertanian agricultural sector. S/he works with
dengan menerima upah atau imbalan remuneration by receiving wages or
baik berupa uang maupun barang dan remuneration in cash or goods, and the
baik dengan sistem pembayaran harian payment system can be daily payments or
maupun borongan. Usaha non lump sum. Non-agricultural businesses
pertanian meliputi: usaha di sektor include: businesses in mining sector,
pertambangan, industri, listrik, gas dan industry, electricity, gas and water,
air, sektor konstruksi/bangunan, sektor construction/building sector, commercial
perdagangan, sektor angkutan, sector, transportation sector, warehouse and
pergudangan dan komunikasi, sektor communication, financial sector, insurance,
keuangan, asuransi, usaha persewaan building lease business, land and service
bangunan, tanah dan jasa perusahaan, company, public service sector, social and
sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan individual.
perorangan.
g) Pekerja tak dibayar adalah seseorang g) Non-paid workers are persons who work to
yang bekerja membantu orang lain assist other persons in which the other
yang berusaha dengan tidak mendapat persons have a business and the workers do
upah/gaji, naik berupa uang maupun not get any wage/salary in either cash or
barang. product.

Tiga macam status pekerjaan yaitu Three employment statuses are independently
berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain, working without any assistance from other
berusaha dengan dibantu anggota rumah person, having a business assisted by a family
tangga/buruh tidak tetap, pekerja keluarga, member/temporary worker, family workers (often

22 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
sering dipakai sebagai proksi pekerja applied as an informal sector worker proxy).
sektor informal. Sedangkan dua status Meanwhile, two other employment statuses are
pekerjaan yang lain, yaitu buruh/karyawan, workers/employees and having a business
berusaha dengan buruh tetap, dianggap assisted by permanent workers (often applied as
sebagai proksi pekerja sektor formal. a formal sector worker proxy).
Setelah PT. Jamsostek (Persero) After PT. Jamsostek (Persero) transformed into
bertransformasi menjadi Badan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenaga- Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) on 1st
kerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) pada 1 January 2014, in accordance with the mandate
Januari 2014, sesuai dengan amanat of Law Number 24 of 2011 on Social Security
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Agency, the term of LHK worker is admitted and
tentang Badan Penyelenggara Jaminan classified as a non-wage earning (BPU) worker.
Sosial, istilah pekerja LHK dikenal dan The programme to be joined by BPU members
diklasifikasikan sebagi pekerja bukan are Death Benefit (JKm), Work-related Accident
penerima upah (BPU). Program yang dapat Benefit (JKK), and Provident Fund (JHT). It is
diikuti oleh peserta BPU adalah program regulated in the Presidential Regulation Number
Jaminan Kematian (JKm), Jaminan 109 of 2013 on Social Security Programme
Kecelakaan Kerja (JKK), dan Jaminan Hari Membership Stages.
Tua (JHT). Hal tersebut diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun
2013 tentang Penahapan Kepesertaan
Program Jaminan Sosial.
Karakteristik pekerja di luar hubungan kerja Characteristics of workers outside an
(LHK) disebut pekerja Bukan Penerima employment relationship (LHK), who are
Upah (BPU) pada umumnya berusaha referred to as non-wage earning (BPU) workers,
pada usaha-usaha ekonomi informal are they generally have informal commercial
dengan ciri-ciri antara lain sebagai berikut: businesses under following traits: 1) micro-
berskala usaha mikro dengan modal kerja scaled business which has a relatively small
yang relatif kecil, menggunakan teknologi working capital, 2) use a simple/low technology,
sederhana/rendah, menghasilkan barang 3) produce a relatively low quality product or
dan/atau jasa dengan kualitas relatif service, 4) non-permanent business place, 5) a
rendah, tempat usaha tidak tetap, mobilitas very high work mobility or worker turnover, 6) no
kerja atau pekerja yang sangat tinggi, assurance for business continuation, 7) irregular
kelangsungan usaha tidak terjamin, jam business hours, and 8) a relatively low and non-
kerja tidak teratur dan tingkat produktivitas fixed productivity and revenue rate.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 23
dan penghasilan relatif rendah dan tidak
tetap.
Adapun estimasi potensi peserta BPU The potential BPU members estimation for 2016
tahun 2016 sebesar 72, 56 juta orang, is 72.56 million people, while workers who
sementara yang masih menjadi peserta remain as members have age
dengan komposisi usia berkisar 400.000 – composition ranging from 400,000-900,000
900.000 orang. Dapat dilihat pada gambar persons. people. It can be seen in the following
berikut: figure:

Berikut ini akan dibahas tentang Marketing The following section will discuss the
Mix dan Regulasi dalam perluasan Marketing Mix and Regulations on BPU
kepesertaan BPU. membership expansion.
1. Product yang dimaksud adalah 1. Product as referred to is a programme
program yang ditawarkan BPJS offered by BPJS Ketenagakerjaan in
Ketenagakerjaan dimana untuk pekerja which BPU workers are offered 3
BPU ada 3 program yaitu Jaminan Hari programmes, i.e. Provident Fund (JHT),
Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja Work-Related Accident Benefit (JKK),
(JKK) dan Jaminan Kematian (JKm). and Death Benefit (JKm). Several social
Beberapa perubahan ketentuan security programme provisional
penyeleng-garaan program jaminan amendments for BPU workers are: 1)

24 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
sosial bagi pekerja BPU antara lain BPU members are required to join 2
peserta BPU wajib mengikuti 2 (dua) (two) programmes, i.e. JKK and JKm,
program yaitu JKK dan JKm, dan dapat and they can voluntarily join the JHT
mengikuti program JHT dengan programme, 2) they can register via an
sukarela, mendaftar melalui umbrella organization/group, or 3) they
wadah/kelompok, atau secara mandiri can register independently via a
melalui jaringan distribusi BPJS distribution network of BPJS
Ketenagakerjaan. Grace period Ketenagakerjaan. The grace period is
bertambah dari sebelumnya hanya 1 increased from previously 1 month to be
bulan, menjadi 3 bulan. Proses 3 months. The outstanding contribution
penyelesaian tunggakan menjadi tidak settlement process is no longer
wajib, artinya tunggakan iuran yang mandatory. It means the outstanding
sudah melewati masa grace period contribution exceeding the grace period
tidak wajib dibayarkan, kecuali pada is not required to be paid, unless
saat grace period peserta melakukan members submit a claim on the grace
klaim. period.
Manfaat yang diberikan dari program Benefits provided from the Work-
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Related Accident Benefit (JKK) consist
terdiri dari biaya pengangkutan tenaga of workers mobilization costs for them
kerja yang mengalami kecelakaan suffering from work-related accidents,
kerja, biaya perawatan medis, biaya medical treatment costs, rehabilitation
rehabilitasi, penggantian upah costs, wage reimbursement when
Sementara Tidak Mampu Bekerja Temporarily Incapable to Work (STMB),
(STMB), santunan cacat tetap permanent partial disability benefit, total
sebagian, santunan cacat total tetap, permanent disability benefit, death
santunan kematian (sesuai label), benefit (according to labels), funeral
biaya pemakaman, santunan berkala costs, periodic benefit for members
bagi yang meninggal dunia dan cacat passed away or suffering from total
total tetap. Jaminan Kematian (JKm), permanent disability. The Death Benefit
terdiri dari biaya pemakaman dan (JKm) consists of funeral costs and
santunan berkala. Jaminan Hari Tua periodic benefit. The Provident Fund
(JHT), terdiri dari keseluruhan iuran (JHT) consists of all paid-up
yang telah disetor, beserta hasil contributions and its investment yields.
pengembangannya.
Lebih jauh lagi, program Jaminan Furthermore, the Work-Related

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 25
Kecelakaan Kerja (JKK), memberikan Accident Benefit (JKK) programme
perlindungan kepada peserta BPU provides protection for BPU members
terhadap risiko kecelakaan yang terjadi against accident risks taking place
saat bekerja. Perlindungan terhadap during works. The protection against
kecelakaan kerja dimulai sejak pekerja work-related accident is started when
meninggalkan rumah, saat sedang workers leave house, during works, until
bekerja, hingga kembali lagi ke rumah. they come back to their house. Under
Dengan cakupan yang demikian luas, such wide coverage, the workers are
pekerja diharapkan dapat bekerja expected to be able to work without any
dengan tenang serta merasa aman burdens and feel safe because they
karena perlindungan maksimal dari have maximum protection from the
program Jaminan Kecelakaan Kerja. Work-Related Accident Benefit
Apabila terjadi kecelakaan saat programme. If they suffer from an
bekerja, manfaat yang didapatkan oleh accident during their work, benefits
pekerja berupa biaya perawatan di enjoyed by members are healthcare
rumah sakit hingga Rp. 20 juta. Jika treatment costs at hospitals up to IDR20
terjadi risiko meninggal dunia karena million. If they pass away due to a work-
kecelakaan kerja, maka ahli waris dari related accident, inheritors of members
pekerja berhak mendapatkan santunan are entitled to 48 times registered salary
sebesar 48 kali gaji yang terdaftar dan and periodic benefit of IDR200
santunan berkala sebesar Rp. 200 ribu thousand per month for 2 years. The
per bulan selama 2 tahun. Demikian same applies for a total permanent
halnya dengan cacat total tetap karena disability due to a work-related accident,
kecelakaan kerja, pekerja akan workers will get additional benefits from
mendapatkan manfaat tambahan dari JKK, i.e. JKK-Return to Work (JKK-
JKK yaitu JKK-Return to Work (JKK- RTW). This additional benefit provides
RTW). Manfaat tambahan ini trainings for workers suffering from a
memberikan pelatihan kepada pekerja total permanent disability due to a work-
yang mengalami cacat total tetap related accident. Therefore, relevant
karena kecelakaan kerja agar yang workers can return to work with new
bersangkutan dapat kembali bekerja skills from such trainings. Thus, a risk to
dengan keterampilan baru yang loss job due to a work-related accident
didapat selama pelatihan. Dengan can be minimized.
begitu, risiko kehilangan mata
pencaharian karena kecelakaan kerja

26 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
dapat diminimalisir.
Pada program Jaminan Kematian In the Death Benefit (JKm) programme,
(JKm), melindungi pekerja dari risiko it protects workers from a death risk
meninggal dunia yang tidak ada which is not related to work-related
kaitannya dengan kecelakaan kerja. accident. Legal inheritors of passed
Ahli waris yang sah dari pekerja yang away workers are entitled to get
meninggal dunia berhak untuk compensation of IDR21 million in which
mendapatkan santunan sebesar Rp. the contribution premium is only 0.3% of
21 juta dengan premi iuran hanya the reported revenue. It is meant to
sebesar 0,3% dari penghasilan yang reduce impacts from social risks due to
dilaporkan. Hal ini dilakukan untuk loss of a family member. However,
mengurangi dampak dari risiko sosial there is also a hope on a programme
yang terjadi karena kehilangan salah from BPJS Ketenagakerjaan to provide
satu anggota keluarga. Namun ada scholarship to children even though
juga harapan tentang adanya program their parents, who are BPU members,
dari BPJS Ketenagakerjaan untuk do not pass away. It means there is
memberikan beasiswa kepada anak lifetime sustainability.
meskipun orangtuanya yang menjadi
peserta BPU tidak meninggal dunia,
artinya ada keberlanjutan sepanjang
masa hidup.
2. Price dalam hal ini yang dimaksud 2. Price here is a contribution stipulated to
adalah iuran yang ditetapkan untuk join the JKK, JKm, and JHT
mengikuti program JKK, JKm, dan programme. The following is the amount
JHT. Berikut ini besarnya iuran of Programme contribution for BPU
Program untuk peserta BPU dan members and benefits to be taken.
manfaat yang bisa diambil yaitu :
a) Program JHT sebesar 2% dari a) JHT programme is 2% of the
penghasilan, didasarkan pada revenue which is based on a
nominal tertentu yang specific figure stipulated in the list
ditetapkan dalam daftar sesuai and such figure is adjusted with
penghasilan peserta masing- each member’s revenue. The
masing. Jaminan Hari Tua Provident Fund Benefit is a
merupakan program yang akan programme which will give security
membuat para pekerja akan for workers in their old age and it

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 27
mendapatkan jaminan di hari comes from savings balance
tua mereka dari saldo tabungan stored in BPJS Ketenagakerjaan.
yang dimilikinya di BPJS The unique thing from saving in
Ketenagakerjaan. Uniknya the JHT programme of BPJS
menabung dalam program JHT Ketenagakerjaan is a higher
di BPJS Ketenagakerjaan ini interest rate than saving in banks.
memiliki bunga yang lebih besar Balance of JHT can be withdrawn
dibanding menabung di bank. when they no longer work.
Saldo dari JHT ini bisa dicairkan
saat sudah tak lagi bekerja.
b) Program JKK sebesar 1% dari b) The JKK programme is 1% of the
penghasilan. Dengan program revenue. Under the JKK (Work-
JKK (Jaminan Kecelakaan Related Accident Benefit)
Kerja), seorang peserta BPJS programme, a BPJS
Ketenaga-kerjaan akan Ketenagakerjaan member will get
mendapatkan jaminan ketika security when s/he suffers from a
mengalami kecelakaan kerja work-related accident. The security
dengan mendapat santunan. is compensation provided. Even
Meski-pun peserta ini baru saja though this member only registers
mendaftar beberapa hari saja, for several days and they suffer
namun saat mereka mengalami from an unexpected work-related
musibah kecelakaan kerja, accident, they will still get
maka mereka akan tetap compensation. However, JKK
mendapat santunan. Namun cannot be withdrawn like JHT.
JKK ini tidak bisa dicairkan
seperti JHT.
c) Program JKm perbulannya c) The JKm programme has a very
sendiri sangat terjangkau yaitu affordable monthly contribution, i.e.
sebesar Rp. 6.800,-. Mirip IDR6,800.-. It is similar to the JKK
seperti program JKK di atas, programme above. By joining the
dengan mengikuti program JKm JKm programme, members will get
akan mendapat santunan death compensation.
kematian.

Dalam proses pembayaran iuran untuk For the contribution payment process

28 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
peserta program BPU BPJS for BPU members of BPJS
Ketenagakerjaan maka harus Ketenagakerjaan, they must pay
membayarnya secara mandiri karena independently because they do not
tidak bekerja pada sebuah perusahaan work at a company and work
dan bekerja secara mandiri. independently.
Kalau dilihat dari persentase iuran If it is observed from the contribution
yang diberikan kepada sektor BPU, jika percentage provided to the BPU sector
2 program JKK dan JKm dengan and two programmes, i.e. JKK and
asumsi penghasilan Rp. 1.000.000,- JKM, have a revenue assumption of
maka hanya sebesar Rp 16.800,- per IDR1,000,000.-, the contribution will
bulan. Angka ini bukanlah angka yang only be IDR16,800.- per month. This
sangat besar dibandingkan dengan figure is not a big amount if it is
manfaat yang diterima, namun compared to benefits accepted.
mengapa masih banyak yang belum Howeer, why do many people not want
menjadi peserta, mungkinkah angka ini to become a member? Is the
terlalu besar atau manfaat yang contribution too big or have benefits
diterima belum terlalu dirasakan oleh provided not been enjoyed optimally by
masyarakat. Berikut Tabel Dasar people? The following is the Table on
Upah,Iuran dan Manfaat untuk peserta Salary, Contribution, and Benefits Basis
BPU for BPU members.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 29
Sumber: BPJS Ketenagakerjaan 2016
Source : BPJS Ketenagakerjaan 2016

Manfaat perlindungan yang The benefits of the protection provided by


diberikan oleh program BPJS BPJS Ketenagakerjaan’s programmes for
Ketenagakerjaan kepada pekerja BPU workers are treatments up to
BPU diantaranya meliputi recovery without any cost limitation for
pengobatan sampai sembuh tanpa workers who are injured at work and
batasan biaya bagi pekerja yang compensations up to 48 times wages for
mengalami kecelakaan kerja dan the inheritors of the workers who died due
pemberian santunan hingga 48 kali to a work-related accident. All protections
upah bagi ahli waris pekerja korban are provided by paying only IDR16,800.-
kecelakaan kerja yang meninggal for the contributions of Work-Related
dunia. Semua perlindungan Accident Benefit (JKK) and Death Benefit
tersebut diberikan hanya dengan (JKm) programme. This contribution
membayar iuran sebesar Rp payment should be explained to the public
16.800,- untuk kepesertaan because they can pay the contribution per

30 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
program Jaminan Kecelakaan Kerja 6 or 12 months. In addition, they have
(JKK) dan Jaminan Kematian facilities in terms of technical procedure.
(JKm). Dalam pembayaran iuran ini
mungkin perlu diberikan penjelasan
kepada masyarakat bahwa bisa
membayar Iuran per 6 bulan dan 12
bulan dan diberikan kemudahan-
kemudahan dalam pengurusan
yang bersifat teknis.
3. Promotion yang dilakukan BPJS 3. Promotion is held by BPJS
Ketenagakerjaaan selama ini Ketenagakerjaan via media and
melalui media dan iklan memang advertisement and there has been many
sudah banyak, tetapi masyarakat promotions carried out by BPJS
masih banyak yang menganggap Ketenagakerjaan. However, public remain
BPJS adalah sama antara consider two different BPJS organizations,
Kesehatan dengan Ketenaga- i.e. BPJS Kesehatan and BPJS
kerjaan, terutama sektor BPU. Ketenagakerjaan, are the same. This
Sampai dengan saat ini peserta misconception significantly happens on
BPU yang terdaftar masuk dalam the BPU sector. Up to recently, the BPU
program Jaminan Sosial berkisar members registered into the Social
antara Rp. 400.000,- s.d Rp. Security programme range from 400,000
900.000,- peserta, jika to 900,000 members, compared to the
dibandingkan dengan estimasi estimated figures on BPU workers. It
jumlah pekerja BPU maka baru means only 1% of BPU workers are
sekitar 1% pekerja BPU yang protected by the Employment Social
terlindungi pada program Jaminan Security Programme. Regarding a total
Sosial Ketenagakerjaan. Dengan BPU workers in 2015 is estimated to reach
total pekerja BPU tahun 2015 73.49 million people, the potential BPU
diestimasi mencapai 73,49 juta members in 2015 is predicted to reach
orang, maka jumlah potensi peserta 72.56 people. Therefore, the BPU
BPU tahun 2015 diestimasi dapat membership potential remains high, either
mencapai 72,56 juta orang. Dengan potential for members under the retirement
demikian, potensi kepesertaan BPU age (56 years old) or above the retirement
masih sangat besar, baik potensi age. The following is a comparison on
peserta yang berusia di bawah usia BPU members Distribution vs Estimated

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 31
pensiun (56 tahun) maupun yang di BPU Workers Distribution.
atas usia pensiun. Berikut adalah
perbandingan Distribusi Peserta
BPU vs Estimasi Distribusi Pekerja
BPU.

Distribusi Peserta BPU vs Estimasi Distribusi Pekerja BPU


BPU Members Distribution vs Estimated BPU Workers Distribution

Sumber: Diolah dari data BPS: Database Ketenagakerjaan BPU 2016


Source : Processed from the data of BPS: BPU Employment Database in 2016

Perluasan kepesertaan dapat dilakukan The membership can be expanded by


dengan memaksimalkan internal maximizing the internal membership equity
membership equity melalui layanan via salary complaint service in BPJSTK
pengaduan upah pada BPJSTK Mobile, Mobile. Then, a massive expansion to non-
kemudian ekspansi masif akuisisi ke wage earning (BPU) workers sector can be
sektor pekerja Bukan Penerima Upah acquired by hiring a third party as the
(BPU), menerapkan pihak ke tiga representative of BPJS Ketenagakerjaan in
sebagai perpanjangan tangan BPJS order to acquire BPU workers and develop
Ketenagakerjaan dalam mengakuaisisi additional benefits for members. The synergy
pekerja BPU, dan mengembangkan of all existing elements is significant to reach
manfaat tambahan bagi para peserta. such main target. Promotions should be
Pentingnya sinergi seluruh elemen yang carried out in a place where many potential
ada untuk mencapai target utama BPU members gather, such as fishermen’s
tersebut. Melakukan promosi untuk residences, traditional markets, craftsmen’s
pekerja BPU yaitu kawasan nelayan, residences, or farmers’ residences because
pasar-pasar tradisional, pengrajin, in general, BPU workers lack on information
petani karena umumnya pekerja BPU about BPJS Ketenagakerjaan. They know

32 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
kurang mendapatkan informasi tentang more on BPJS Kesehatan because they can
BPJS Ketenagakerjaan, mereka lebih directly enjoy the benefits and also
mengenal BPJS Kesehatan yang promotions by BPJS Kesehatan can reach
memang langsung merasakan many public members. BPJS
manfaatnya dan juga promosi yang Ketenagakerjaan should promote intensively,
dilakukan sangat menjangkau i.e. visiting public groups at the village or
masyarakat. Perlu melakukan orchard level and cooperating with other
sosialisasi secara intensif misalnya parties. It should also synergize with the
mendatangi kelompok masyarakat di provincial, regency/city, and even village or
tingkat desa atau dusun dan menjalin village administrative unit government. Other
kerjasama dengan berbagai pihak. Juga promotions are advertisement in printed and
bersinergi dengan Pemerintah yang ada electronic media which is circulated to all
di provinsi, kabupaten/kota dan bahkan provinces and regencies/cities, or local
sampai ke tingkat desa atau kelurahan. radios which can reach up to remote areas.
Promosi lainnya yang perlu dilakukan Therefore, public can directly listen to such
antara lain membuat iklan di media information.
cetak dan elektronik di setiap provinsi
dan kabupaten/ kota, di radio radio lokal
yang jangkauannya langsung ke daerah
dan pelosok sehingga langsung
didengar oleh masyarakat.
Di beberapa daerah ada yang Several regions have a promotion by
melakukan promosi dengan membuat integrating the BPJS Ketenagakerjaan
kartu BPJS Ketenagakerjaan sebagai membership card as a discount card to
kartu diskon untuk melakukan purchase products at certain outlets, hotels,
pembelian suatu barang di outlet restaurants, or BPJS Ketenagakerjaan’s
tertentu, hotel, rumah makan atau gerai outlets. It must be carried out by other
BPJS Ketenagakerjaan. Hal ini perlu regions also. Thus, public can enjoy more
banyak dilakukan daerah-daerah benefits as members.
lainnya, sehingga masyarakat dapat
lebih merasakan manfaat menjadi
peserta.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 33
Berikut contoh promosi yang dilakukan. The following is the example of promotion.

4. Place atau distribusi adalah cakupan 4. Place or distribution is an area coverage


wilayah dan tersedianya kantor BPJS and availability of BPJS
Ketenagakerjaan di seluruh Indonesia. Ketenagakerjaan’s offices in all over
Saat ini ada 11 Kantor Wilayah BPJS Indonesia. Nowadays, BPJS
Ketenagakerjaan di seluruh Indonesia, Ketenagakerjaan has 11 Regional
yaitu Sumbagut, Sumbariau, Sumbagsel, Office in Indonesia, i.e. Sumbagut,
Jakarta, Jabar , Banten, Jateng dan DIY, Sumbariau, Sumbagsel, Jakarta, West
Jatim, Bali Nusa Papua, Kalimantan dan Java, Banten, Central Java and DIY,
Sulawesi Maluku. Dengan jumlah kantor East Java, Bali Nusa Papua,
Cabang 121 dan Kantor Cabang Perintis Kalimantan and Sulawesi Maluku. Then,
203. Adapun komposisi penyebarannya BPJS Ketenagakerjaan also has 121
ditunjukkan pada tabel berikut. branch offices and 203 pioneering
branch offices. The distribution
composition is as follows.

34 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
Jumlah Unit Kerja per Kantor Wilayah
Total Work Unit per Regional Office
Kantor
No. Jumlah Kantor Cabang Jumlah KCP
Wilayah
Regional Number of Branch
Total KCPs
Office Offices
1 Sumbagut 11 20
2 Sumbariau 11 19
3 Sumbagsel 8 19
4 Banten 6 8
5 DKI Jakarta 17 6
6 Jawa Barat 14 11
7 Jawa Tengah 12 23
8 Jawa Timur 16 20
9 Banuspa 7 20
10 Kalimantan 11 19
11 Sulama 8 38
Total 121 203

Jumlah ini jika dianalisis masih sedikit If above figures are analysed, it is still
dibanding dengan wilayah kerja yang considered as a small number of
sangat luas dan cakupan pekerja yang offices for a massive work areas and
tinggi, terutama untuk pekerja BPU high workers coverage, especially BPU
yang tersebar di seluruh Indonesia, workers who are spread all over
dimana keberadaannya banyak di Indonesia. Many BPU workers are
pelosok daerah dan masih sulit located in remote areas which are not
dijangkau dengan jaringan internet reachable by internet network. Thus,
sehingga menyulitkan peserta untuk members may face some difficulties to
melakukan pendaftaran peserta. register. In order to reach the 2019
Untuk mencapai target Peta Jalan Roadmap target, it is expected that
2019, maka diharapkan kantor BPJS BPJS Ketenagakerjaan has offices in
Ketenagakerjaan ada di seluruh all regencies/cities. Thus, it can
kabupaten/kota, bisa memasuki penetrate sub-districts and villages. If it
kecamatan dan desa. Jika hal ini is difficult to be carried out due to an
masih sulit dilakukan dengan alasan efficiency reason, BPJS
efisiensi, maka dapat bekerja sama Ketenagakerjaan may cooperate with a

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 35
dengan bank daerah atau BRI yang local bank or BRI, which has branch
cabangnya sudah mencakup ke offices up to regencies and even sub-
kabupaten bahkan kecamatan. Juga districts. Then, BPJS Ketenagakerjaan
masih diperlukan perluasan distribusi should also expand its distribution
melalui wadah, yang juga diatur dalam through channels, which are also
regulasi. Untuk mekanisme akuisisi regulated in regulations. In terms of
tenaga kerja informal yang sudah informal workers acquisition
pernah dilakukan melalui sistem mechanism via channels, it has a
wadah maka hal ini memiliki weakness in which the contributions
kelemahan di mana penyalahgunaan are often embezzled. Therefore,
iuran sering terjadi. Oleh sebab itu, anticipation can be taken by registering
antisipasi dilakukan dengan such channels via relevant Ministries.
pengakuan wadah tersebut melalui This channel mechanism should be
Kementerian terkait. Mekanisme recommended to the Board of
wadah ini perlu direkomendasikan Directors in order to grasp more
kepada Direksi untuk meraup lebih informal workers and a review should
banyak tenaga kerja informal dan be conducted in order to know whether
perlu dilakukan kajian apakah fees for channels can be considered as
pemberian fee terhadap wadah dapat gratification or not. If so, it can provide
merupakan tindakan gratifikasi atau solutions.
tidak dan dicari solusinya.
Terhadap kepesertaan sektor nelayan, Regarding the membership for
perlu dilakukan penekanan kepeser- fishermen, the fishermen’s
taan nelayanan pada jaminan sosial membership to the employment social
ketenagakerjaan dilakukan melalui security should be enforced via the
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ministry of Marine and Fishery. The
Kerja sama dengan Kementerian cooperation with the Ministry of Marine
Kelautan dan Perikanan dalam and Fishery to acquire the fishermen
mengakuisisi sektor nelayan perlu sector must be immediately carried out
segera dilakukan, karena potensi as the potential members are many
pesertanya sangat banyak dan and can reach all over Indonesia.
menjangkau seluruh Indonesia, Thus, fishermen as BPU workers can
sehingga nelayan sebagai pekerja also enjoy benefits as members.
BPU juga dapat memperoleh manfaat
menjadi peserta.

36 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
Kerja sama dengan Badan Usaha In addition, BPJS Ketenagakerjaan can
Milik Daerah (BUMD) untuk nasabah have a partnership with a Local
yang mengajukan kredit usaha Govermment-Owned Enterprise
dengan bank pembangunan daerah (BUMD) for clients submitting a
dimana bisa membantu pelayanan business loan to a local development
pendaftaran melalui counter yang ada bank, where the bank can assist the
di bank tersebut dan cabang- registration via counters at such bank
cabangnya ada di kabupaten/kota. and its branches at the regency/city
Perluasan peserta BPU dapat level. The expansion of BPU members
dilakukan pemerintah Provinsi dan can be carried out by the Provincial
kabupaten / kota yaitu melalui and regency/city government via a
kesepakatan pemberian stimulus stimulant agreement for Islamic
bagi guru madrasah/ mengaji, tokoh school/Quran study teacher, religious
agama, tokoh masyarakat yang akan figures, public figures in which it will be
dibiayai dari dana pemerintah Provinsi funded from the fund of the Provincial
atau kabupaten/kota. Untuk itu perlu and regency/city government. Thus,
membuka jaringan kerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan should open a
lembaga, dinas-dinas terkait dan partnership network with institutions,
tokoh-tokoh agama serta tokoh relevant agencies, and religious and
masyarakat. public figures.

Kerjasama dengan pemerintahan Cooperation with the Provincial and


provinsi dan kabupaten/kota, dimana regency/city government is expected to
diharapkan supaya aparat desa include village administrators as
dimasukkan peserta BPJS members of BPJS Ketenagakerjaan in
Ketenagakerjaan dengan mengeluar- which the Provincial and regency/city
kan Peraturan Gubernur atau government issues a Regulation of a
Peraturan Bupati/Walikota. Hal ini Governor or Regent/Mayor. It has been
seperti yang dilakukan di kabupaten performed by Tapanuli Utara Regency
Tapanuli Utara di provinsi Sumatera at North Sumatera Regency, which
Utara yang memasukkan aparat desa includes village administrators and
dan tenaga honorer non PNS menjadi non-permanent civil servant workers as
peserta BPJS Ketenagakerjaan pada the members of BPJS
bulan September 2016. Adanya Desa Ketenagakerjaan in September 201.
Sadar Jaminan Sosial (DSJS) yang Then, Sumbagut also has a Desa

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 37
sudah dimulai di Sumbagut, dapat Sadar Jaminan Sosial (DSJS) / Village
dijadikan pilot projek untuk daerah Aware of Social Security, which can
lainnya di Indonesia. Namun perlu become a pilot project for other regions
suatu standarisasi dalam penentuan in Indonesia. However, standardization
DSJS ini agar tidak membuat tumpang is necessary to decide upon this DSJS.
tindih dengan penentuan desa-desa Thus, it will not overlap with villages
oleh Kementerian, atau dapat categorization by the Ministry, or BPJS
dilakukan sinergi. Ketenagakerjaan can have a synergy
with the relevant Ministry.
Di provinsi Nusa Tenggara Barat, At the Nusa Tenggara Barat province,
Gubernur telah bertemu APTI the Governor has met APTI (Asosiasi
(Asosiasi Petani Tembakau Petani Tembakau Indonesia) /
Indonesia), dan bahas yudisial review Indonesian Tobacco Farmers
tentang UU cukai, dan ada ruang Association, and they discussed about
untuk memasukkan buruh tani a judicial review for Law on Dues.
tembakau masuk peserta BPJS There is a wiggling space to include
Ketenagakerjaan, berdasarkan tobacco farm workers as members of
kebutuhan. Dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan based on
Peraturan Menteri Keuangan yang needs. By a new Regulation of the
baru maka ada ruang, ada 30% yang Ministry of Finance, 30% of the space
bisa dilakukan bisa improvisasi. can be improved. The Governor
Gubernur berharap Dewan Pengawas expects the Board of Commissioners of
BPJS Ketenagakerjaan dapat bertemu BPJS Ketenagakerjaan can meet
Menteri terkait, seperti Menteri relevant Ministers, such as Minister of
Kehutanan, supaya dana reboisasi Forestry. Thus, the reforestation fund
dapat meng-cover pekerja kehutanan can cover workers at the forestry
atau masyarakat sekitar hutan. sector or communities surrounding the
forests.
5. Hal lain yang sangat penting untuk 5. Other significant issue to expand
perluasan kepesertaan ini adalah membership is People, i.e. reliable and
People, yaitu dibutuhkan personil dedicated personnel are necessary.
yang handal dan berdedikasi, Personnel to manage Pioneering
penambahan personil dalam Branch Offices should be added,
pengelolaan kantor cabang Perintis especially for marketing and service. If
terutama dalam hal marketing dan the personnel addition is not plausible,

38 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
pelayanan. Jika penambahan personil the BPJS Ketenagakerjaan volunteers
sulit dilakukan maka perlu digerakkan should be hired. Several regions have
Kader BPJS Ketenagakerjaan. Di practiced this method. However, active
beberapa daerah hal ini sudah volunteer number has dropped.
dilakukan, namun sudah terjadi Therefore, BPJS Ketenagakerjaan
penurunan jumlah kader yang aktif should recruit volunteers again. These
sehingga perlu melakukan kaderisasi BPJS Ketenagakerjaan volunteers
kembali. Kader BPJS Ketenaga- should be distributed to each
kerjaan ini perlu dilakukan di setiap Pioneering Branch Office as they will
Kantor Cabang Perintis karena have direct contact with BPU
bersentuhan langsung dengan members. There are vacancies for
masyrakat yang menjadi peserta BPU. Marketing Officers in 37 Branches and
Kekosongan Marketing Officer di 37 not all branch offices have human
Cabang, belum semua cabang punya resources to manage the BPU workers
sumber daya manusia untuk (recently, BPJS Ketenagakerjaan only
mengurus pekerja BPU( saat ini hanya has 29 persons). Then, the KCP
29 orang), dan fungsi KCP belum function has not been optimal as some
optimal karena rangkap jabatan, biaya employees hold two positions and
akuisisi dan pengelolaan kepesertaan there is no allocated acquisition and
BPU tidak ada. BPU membership management cost.

Kerja sama dengan tujuh agregator The partnership with seven non-
non perbankan merupakan salah satu banking aggregators is one of the
strategi perluasan kepesertaan yang membership expansion strategies used
dilakukan Badan Penyelenggara by Badan Penyelenggara Jaminan
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenaga- Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan in
kerjaan untuk melindungi seluruh order to protect all Indonesian workers,
pekerja Indonesia terutama pekerja especially non-wage earning (BPU)
bukan penerima upah (BPU) dari workers from work-related risks. Such
risiko pekerjaan yang terjadi. aggregators are PT. Fusindo Soka, PT.
Agregator tersebut antara lain PT Bakoel Nusantara, PT. Butracotama
Fusindo Soka, PT Bakoel Nusantara, Sentosa, PT. Niagaprima Paramitra,
PT Butracotama Sentosa, PT PT. Design Jaya Indonesia, PT.
Niagaprima Paramitra, PT Design Sarana Pactindo, and PT. Indosat,
Jaya Indonesia, PT Sarana Pactindo Tbk. The monitoring and evaluation for

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 39
dan PT Indosat, Tbk. Monitoring dan this partnership should be conducted
evaluasi kerja sama ini sudah as it has been governed in the
selayaknya dilakukan karena telah Cooperation Agreement (PKS) signed
diatur dalam Perjanjian Kerja Sama by BPJS Ketenagakerjaan and seven
(PKS) yang telah ditandatangani oleh non-banking aggregator directors in
BPJS Ketenagakerjaan dengan May 2015 in Bali. This monitoring and
pimpinan ketujuh agregator non evaluation activity is considered highly
perbankan pada bulan Mei 2015 di important to measure the effectiveness
Bali. Kegiatan monitoring dan evaluasi of such cooperation agreement against
ini, dipandang sangat penting dalam the increase of BPU membership
rangka mengukur efektivitas dari acquisition by BPJS Ketenagakerjaan.
perjanjian kerja sama tersebut atas This cooperation should be improved if
peningkatan jumlah akuisisi it is observed from the BPU
kepesertaan BPU BPJS Ketenaga- membership acquisition up to June
kerjaan.Hasil kerjasama ini masih 2016 via branch offices of 288,368
perlu ditingkatkan, terlihat dari akuisisi members, banking of 138,825
kepesertaan BPU sampai dengan Juni members, and non-banking
2016 melalui kantor cabang sebanyak aggregators of 33,071 members. From
288.368 peserta, melalui perbankan previous partnerships, issues to be
sebanyak 138.825 peserta dan remedied have been evaluated in order
melalui agregator non perbankan to provide facilities for the participants
sebanyak 33.071 peserta. Dari kerja in registration and contribution
sama sebelumnya, telah meng- payment. The unique BPU worker
evaluasi hal-hal yang perlu diperbaiki characteristics need easy access to
dalam memberikan kemudahan information and registration, and
kepada peserta untuk mendaftar dan contribution payment. Here, the
membayar iuran. Karakteristik pekerja aggregators hold a role because they
BPU yang unik memerlukan have widely distributed channels,
kemudahan akses informasi dan which are potential to reach
kenyamanan pendaftaran serta prospective BPU members. In addition
kemudahan dalam membayar iuran. to monitoring and evaluation, BPJS
Disinilah peran agregator dengan Ketenagakerjaan will also extend a
kanal yang tersebar luas berpotensi Partnership Agreement with seven
menjangkau calon peserta BPU. aggregators related to the registration
Selain monitoring dan evaluasi, BPJS and contribution payment of BPU

40 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
Ketenagakerjaan juga akan members at BPJS Ketenagakerjaan in
memperpanjang PKS dengan tujuh which the effective period reaches up
agregator terkait pendaftaran dan to 2017. The scope of partnership in
penerimaan iuran peserta BPU BPJS this agreement is to receive
Ketenagakerjaan dengan masa registrations, contribution payments,
berlaku sampai dengan tahun 2017. data reconciliation, and Non-Wage
Ruang lingkup kerja sama pada Earner’s (BPU) contribution
perjanjian ini adalah menerima transactions.
pendaftaran, menerima pembayaran
iuran, rekonsiliasi data dan transaksi
penerimaan iuran Bukan Penerima
Upah (BPU).
6. Physical evidence yang dimaksud 6. Physical evidence referred to is
adalah keberadaan bangunan atau buildings or offices which can show the
kantor yang dapat memperlihatkan existence of BPJS Ketenagakerjaan.
eksistensi dari BPJS Ketenaga- Thus, BPJS Ketenagakerjaan needs
kerjaan. Tidak hanya kantor pusat tapi not only main office but also Regional,
juga kantor Wilayah dan kantor Branch, and Pioneering Branch
Cabang dan Cabang Perintis. Imaging Offices. The existing imaging or
atau tampilan yang ada tentu akan appearance will certainly affect the
mempengaruhi cara pandang public’s perception to BPJS
masyarakat terhadap BPJS Ketenaga- Ketenagakerjaan. The logo, building
kerjaan itu sendiri. Logo yang dimiliki, colour and decoration, employees’
warna bangunan dan penataannya, appearance, and facilities at such
tampilan para pekerjanya, fasilitas offices will also affect the perception of
yang ada di kantor tersebut. Branding the public. This branding can be
ini juga dapat dilakukan dengan conducted in cooperation with Banks
bekerja sama dengan Bank yang providing KUR, such as BRI, by
memberikan KUR seperti BRI dalam providing 3-month contribution
bentuk pengambilan KUR mikro withholding from the micro or retail
maupun retail diawal langsung KUR.
dipotong iuran 3 bulan.
7. Process. Ditemukan banyak 7. Process. Many inconsistencies of
inkonsistensi data BPU online, contoh online BPU data are found, e.g. PU
dari data peserta PU yang klaim JHT members who claim for JHT will be

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 41
akan dimasukkan menjadi peserta input as BPU members and they do not
BPU tapi NIK tidak valid. Data BPS have any valid National Identity
tentang pekerja formal dan jumlah Number. The BPS’s data on formal
pekerja yang benar bekerja juga tidak workers and number of members who
dapat menjadi panduan. Kendala really work, cannot also be used as a
yang dihadapi adalah banyaknya reference. Some hindrances are 1)
calon peserta yang belum memiliki many prospective members do not
NIK, kemudian batas usia yang have any National Identity Number, 2)
ditetapkan 56 tahun, sementara untuk age limitation is stipulated at 56 years
peserta BPU yang juga banyak dari old while BPU members have reached
terhentinya dari PU usianya sudah di more than 56 years old when they
atas 56 tahun namun masih potensial. resign from PU and they are still
Kendala lainnya terbatasnya personil potential, 3) limited marketing
di bagian marketing terutama untuk personnel, especially for BPU
peserta BPU, sehingga membuat members, so public members still face
masyarakat masih mengalami some difficulties to register as a
kesulitan untuk menjadi peserta. member.
Berdasarkan ketentuan PER-24/MEN Based on the provision of PER-
/VI/2006, kepesertaan pekerja LHK 24/MEN/VI/2006, the LHK membership
periode sebelum tahun 2016 dibatasi for periods before 2016, is still limited
usia, dengan ketentuan batas usia by age, provided that the highest age
tertinggi menjadi peserta limit to become a member of
JAMSOSTEK adalah 55 tahun. Sejak JAMSOSTEK is 55 years old. Since
tahun 2016, sesuai dengan ketentuan 2016, under the provisions of
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Regulation of the Minister of Labour
(Permenaker) Nomor 1 Tahun 2016 Number 1 of 2016 on Procedure of
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Work-Related Accident Programme,
Program Kecelakaan Kerja, Jaminan Death Benefit, and Provident Fund for
Kematian, dan Jaminan Hari Tua bagi Non-Wage Earning Members, the age
Peserta Bukan Penerima Upah, batas limit to become a member is 56 years
usia menjadi peserta adalah 56 tahun. old. Then, the BPU application also
Ditemukan kendala aplikasi utk BPU, has some technical difficulties
aplikasi yang sekarang lebih compared to previous application. The
bermasalah dibanding yang dulu, ini current application is not user-friendly.
membuat lebih sulit untuk memakai

42 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
aplikasinya.

Dalam perluasan kepesertaan pekerja BPU The expansion of BPU membership needs a
dibutuhkan adanya Regulasi yang mengatur Regulation to govern the age limit to
tentang batas usia menjadi peserta, karena become a member as blue-collar workers,
masyarakat yang buruh, tani, nelayan, farmers, fishermen, and peddlers are
pedagang banyak yang usianya di atas 56 dominantly more than 56 years old. The
tahun. Demikian juga dengan pekerja yang same thing also applies for a worker, who
tadinya Penerima Upah kemudian pension was a Wage-Earner and now has retired.
dan akhirnya menjadi pekerja BPU sudah When, s/he becomes a BPU worker, her/his
pasti usianya akan lebih dari 56 tahun. Dari ages will be more than 56 years old. From a
kajian yang dilakukan tim aktuaria BPJS review by the actuarial team of BPJS
Ketenagakerjaan, sebenarnya masih sangat Ketenagakerjaan, it is highly possible to
memungkinkan bila batas usia peserta BPU raise the age limit of BPU members to be 60
menjadi 60 tahun. years old.

Sumber: BPJS Ketenagakerjaan 2016


Source: BPJS Ketenagakerjaan, 2016

D. KESIMPULAN D. CONCLUSION

Berdasarkan analisis dari strategi Based on the analysis on BPJS Ketenaga-


perluasan kepesertaan BPU BPJS kerjaan’s BPU membership expansion strategy
Ketenagakerjaan sebagaimana terpapar as described above, the followings are the
di atas, maka berikut ini adalah conclusions.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 43
sejumlah poin kesimpulan.
1. Potensi BPU sangat besar tetapi 1. The BPU potential is still high but the
kepesertaan masih rendah, hal membership remains low due to public
ini karena masih kurangnya perception on the benefits of JKK, JKm,
pemahaman masyarakat tentang and JHT programme, lack of promotion to
manfaat program JKK, JKm dan regions where there are many BPU
JHT, masih kurangnya promosi workers.
yang dilakukan ke daerah
dimana ada masyarakat pekerja
BPU.
2. BPJS Ketenagakerjaan sudah 2. BPJS Ketenagakerjaan has conducted
melakukan banyak program many programmes to improve the BPU
untuk meningkatkan kepesertaan membership, whether it is by promotion,
BPU baik dalam bentuk cooperation with relevant parties, or
sosialisasi, kerjasama dengan intensive from benefits programme and
pihak-pihak terkait, insentif stimulants. However, the programme does
program-program manfaat dan not run well as stimulated members do not
stimulus, namun keberlangsung- continue independently.
an program tidak berjalan seperti
peserta yang diberikan stimulus
tidak melanjutkannya secara
mandiri.
3. Masalah yang terkait dengan 3. Problems related to the BPU membership
kepesertaan BPU yaitu informasi are 1) many BPUs do not know about the
program belum banyak diketahui programme, 2) a perception that the service
oleh BPU, adanya pandangan and implementation in the field is really
bahwa pelayanan, pelaksanaan complicated (not user friendly).
di lapangan sangat rumit
prosedural (tidak ramah peserta)
4. Dalam proses menjadi peserta 4. Many problems occur during the registration
masih banyak kendala seperti as a member, such as unsynchronized
NIK yang tidak sinkron kemudian national identity number, difficulty to access
sulitnya mengakses BPU online BPU online, and a contribution payment
serta sistem pembayaran iuran system which is not user friendly.
yang terkadang menyulitkan

44 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
peserta untuk mengiur.
5. Perlu adanya regulasi dari 5. Regulations from the Government, either
Pemerintah, baik pusat maupun central or regional, are necessary in order to
Daerah untuk mengatur regulate social protection procurement for
pemberian perlindungan sosial non-civil servant workers budgeted in the
bagi tenaga kerja non PNS yang National Budget or Local Budget. Thus, it
dianggarkan dalam APBN atau can provide employment security for such
APBD sehingga memberikan workers.
manfaat jaminan kerja bagi
pekerja tersebut.

E. REKOMENDASI E. RECOMMENDATION

1. Peningkatan usia BPU sesuai 1. Raise of BPU’s age under the mandate
dengan amanat Undang-Undang of the Law that all formal and informal
bahwa seluruh pekerja formal workers must be covered. It is realized
dan informal harus dicakupi, ini by a strategy on recruitment,
direalisasikan dengan melakukan communication, and recruitment of
strategi di bidang rekrutmen, BPJS Ketenagakerjaan volunteers at
komunikasi, kader BPJS the regional level;
Ketenagakerjaan di daerah;
2. Image ataupun pencitraan bahwa 2. Image that the BPJS Ketenagakerjaan
program BPJS Ketenagakerjaan programmes are not burden. Instead,
bukan beban tapi solusi hidup they are a solution for a proper and
layak dan lebih baik di masa better life in the future. BPJS
depan. BPJS Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan makes a branding to
membuat branding untuk ensure people to become BPU
menyakinkan masyarakat members;
menjadi peserta BPU;
3. Adanya regulasi yang 3. Regulation to determine the maximum
menentukan berapa lama batas limit for JHT membership until it can be
maksimal kepesertaan JHT withdrawn. Therefore, the benefits can
hingga bisa dicairkan, sehingga be accepted in the future;
faedahnya dapat diterima di
masa yang akan datang;

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 45
4. Perlu adanya sosialisasi 4. Direct promotions to community
langsung ke anggota-anggota members are necessary via routine
komunitas melalui kegiatan- activities of communities/associations
kegiatan rutin komunitas because information on BPJS
/paguyuban karena informasi Ketenagakerjaan has not been
tentang BPJS Ketenagakerjaan submitted. The promotions include:
masih belum disampaikan. benefits of each programme and
Sosialisasi meliputi: Manfaat dari additional benefits from the
masing-masing program dan membership, categorization of BPU
manfaat tambahan yang dapat and PU, friendly and accessible service
diperoleh dari kepesertaan, for members for registration,
pembedaan BPU dan PU, contribution payment, claim payment,
pelayanan yang ramah dan and post-accident or death service.
mudah bagi peserta baik untuk Then, categorizations for small/micro
pendaftaran, pembayaran iuran, businesses are necessary to group
pembayaran klaim dan them into BPU or PU.
pelayanan pasca kejadian
kecelakaan atau kematian Perlu
perlakuan usaha-usaha
kecil/mikro apakah BPU atau PU
5. Memberikan reward atau 5. Provide reward, such as Village Aware
penghargaan seperti Desa Sadar of Social Security, and regulate the
jaminan Sosial, dan membuat categories of Village Aware of Social
pengaturan dalam penentuan Security.
kategori Desa Sadar Jaminan
Sosial
6. Peningkatan kontribusi mitra 6. The improvement of banking partners’
perbankan dalam membantu contribution in assisting BPJS TK, with
BPJS TK, dengan bank a local development bank or similar
pembangunan daerah atau bank which has more branch offices.
sejenisnya yang memiliki cabang
kantor yang lebih banyak.
7. Tenaga kerja yang belum 7. Workers who have not hold any
mempunyai NIK tetap dapat National Identity Number, can still
mendaftar. register.

46 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
8. Biaya akuisisi dan pengelolaan 8. Acquistion costs and BPU membership
kepesertaan BPU bagi Mitra management fees for Partners should
diadakan kembali be made effective again.

DAFTAR PUSTAKA / BIBLIOGRAPHY

Aaron, H., and Reischauer, R., Countdown to Reform: The Great Social Security Debate,
New York: Century Foundation Press, 1998.

International Labour Organization (ILO) dan Jamsostek, Jaminan Sosial Bagi Tenaga
Kerja di Sektor Perekonomian Informal Indonesia, 2010

Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Alih Bahasa Benjamin Molan Dan Hendra
Teguh, Edisi Milenium, Jakarta, 2000.

Subianto, Sistem Jaminan Sosial Nasional – Pilar Penyangga Kemandirian


Perekonomian Bangsa, Jakarta, Gibon Books, Oktober 2011.

Wiener M., White Paper Draft : Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun dan Jaminan
Kematian Sistem Jaminan Sosial Nasional, Departemen Keuangan dan Asian
Development Bank, 2011.

Widjaja M., Designing Pension Programs to Strengthen Formal Labour Markets in


Developing Countries : The Case of Indonesia, VDM Verlog, 2008

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan


Sosial Nasional

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2011 tentang Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 46 tahun 2015 tentang


Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 44 tahun 2015 tentang


Penyelenggaraan program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No 1 Tahun 2016 tentang Tata


Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian,
dan Jaminan Hari Tua Bagi Peserta Bukan Penerima Upah

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 47
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

1 Nama Lengkap REKSON SILABAN, SE.

2 Tempat, tanggal lahir P. Siantar, 08 Mei 1966

3 Jenis Kelamin Laki-laki

4 Agama Kristen

5 Status Perkawinan Kawin

Jl. Kayu Putih Selatan VI no.9


RT 005 / RW 005
6 Alamat sesuai KTP
Kel. Pulogadung, Kec. Pulogadung
Jakarta Timur 13210

Jl. 1 no. 17
RT 007 / RW 009
7 Alamat tempat tinggal saat ini
Kel. Rawasari, Kec. Cempaka Putih
Jakarta Pusat 10570

8 Nomor telpon rumah -

9 Nomor handphone 0812 911 4686

10 Nomor fax -

11 Alamat email silaban234@gmail.com

12 Kegemaran (hobi) Membaca dan menulis

48 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
II. PENDIDIKAN

1. Pendidikan di dalam dan luar negeri

Nama
Kota / Tahun
No Tingkat Lembaga Jurusan
Kabupaten Kelulusan
Pendidikan
SD Negeri
1 SD Tapanuli Utara - 1977
Lintong Nihuta
Pematang
2 SLTP SMP Negeri 2 - 1981
Siantar
Pematang
3 SLTA SMEA Negeri - 1984
Siantar
Universitas Pematang
4 Strata 1 Manajemen 1996
Simalungun Siantar

2. Sertifikasi Kompetensi

No Nama Kompetensi Penerbit Sertifikat Tahun


Result Oriented Planning CNV International, 14–17 SEP
1
Monitoring And Evaluation Thailand 2005
Surat Keterangan Pengalaman
2 BPJS Ketenagakerjaan 2007 – 2012
Kerja Tingkat Manajerial

3. Kursus/pelatihan di dalam dan luar negeri mengenai Jaminan Sosial

Lembaga
No Nama Kursus/Pelatihan Lokasi Tahun
Penyelenggara
1 2 3 4 5

Institute For 29 MEI –


International Labour
1 International Belgia 3 JULI
Standards
Worker’s Education 1995

The impact of the


Instituut Voor
International Institutions 6–18 OKT
2 Internationale Belgia
Intervention on the Social 1997
Arbeidersvor Ming
Situation
International Labour
Standards and Human Institute For 22 APR –
3 Rights International Belgia 10 MEI
Worker’s Education 1998

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 49
1 2 3 4 5
ILO/ASEAN Workshop on International
Core International Labour Training Center 22 – 25
4 Singapura
Standards for ASEAN International Labour SEP 2008
Countries Office, Geneva

III. RIWAYAT PEKERJAAN DAN PENGALAMAN KERJA

1. Riwayat Pekerjaan

No Instansi / Lembaga Jabatan Tahun

International Labour Dewan Pengarah


1 2005 – 2014
Organization (ILO) (Governing Body)

2 PT. Jamsostek Komisaris 2007 – 2012

3 MPO KSBSI Penasehat Sekarang

2. Pengalaman Kerja di Bidang Jaminan Sosial

No Instansi / Lembaga Jabatan Tahun

1 PT. Jamsostek Komisaris 2007 – 2012

3. Keikutsertaan dalam kegiatan di Bidang Jaminan Sosial


(Seminar, Lokakarya, Diskusi, dsb)

No Nama Kegiatan Peran Tahun

Developing More effective


Commisions in the DPR by
1 Peserta 5–6 OKT 2000
National Democratic
Institute (NDI)

Lokakarya satu hari


Menuju Suatu Sistem
2 Jaminan Sosial yang Dapat Moderator AGUSTUS 2004
Diimplementasikan
by BAPENAS RI, Jakarta

50 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
Menakar Keberhasilan Penyelenggaraan Measuring the Success of Social Security
Jaminan Sosial

Bimo Arianto 1 Bimo Arianto2

ABSTRAK ABSTRACT

Jaminan sosial merupakan program yang Social security is a program held by almost
dilaksanakan oleh hampir seluruh negara di every country in the world. Each country has
dunia. Setiap negara tersebut memiliki a program tailored to its conditions, such as
program yang disesuaikan dengan kondisi financial ability and demographic, political,
yang dihadapi seperti faktor kemampuan and social factors. The social security
finansial, faktor demografi, politik, serta program in each country is managed by a
sosial. Program jaminan sosial di setiap social security agency appointed by the
negara dikelola oleh suatu organisasi Government. Considering its strategic
penyelenggara jaminan sosial yang ditunjuk position, each social security agency’s
oleh Pemerintah. Mengingat posisinya yang performance is always measured as a proxy
strategis, maka setiap badan penyelenggara of the success of a country to implement a
jaminan sosial senantiasa diukur kinerjanya social security program. Under a more
sebagai proksi dari keberhasilan negara horizontal social condition, several agencies’
dalam melaksanakan program jaminan performances are measured based on the
sosial. Dengan kondisi sosial yang semakin service quality and operating efficiency. This
horisontal, maka beberapa penyelenggara article includes several examples of
diukur keberhasilannya berdasarkan performance measurement methods and
kualitas pelayanan serta efisiensi targets set out for social security agencies in
operasionalnya. Dalam artikel ini disertakan the world, such as Australia, Malaysia, and
beberapa contoh metode pengukuran other social security agencies. The final part
kinerja dan sasaran-sasaran yang diberikan discusses targets, methods, and scorecards
kepada penyelenggara jaminan sosial di made by the labor social security agency in
dunia seperti di Australia, Malaysia serta Indonesia.
beberapa penyelenggara di negara lainnya.

1
Penata Utama Perencanaan Badan; Divisi Perencaaan Strategis; Karyawan BPJS Ketenagakerjaan
2
First Administrator of the Organizational Planning; Strategic Planning Division; Employee of BPJS Ketenagakerjaan

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 51
Pada bagian akhir, diberikan sasaran,
metode serta scorecards yang dibangun
oleh penyelenggara jaminan sosial
ketenagakerjaan di Indonesia.

Kata Kunci: jaminan sosial, kinerja, Keywords: social security, performance,


scorecards, ukuran. scorecards, size.

52 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
A. PENDAHULUAN A. INTRODUCTION

Hampir seluruh negara di dunia saat ini Almost all countries in the world have
telah membangun sistem dan program currently built a formal social security system
jaminan sosial secara formal sebagai and program as a part of the country’s
bagian dari tanggung jawab negara atas responsibility for its people’s welfare. The
kesejahteraan rakyatnya. Penyelenggaraan current social security program is a policy,
jaminan sosial saat ini merupakan sebuah which is generally implemented by each
kebijakan yang umum dilaksanakan oleh country regardless its ideology. Not only
setiap negara tanpa memandang ideologi liberal and neoliberal countries, such as the
yang dianutnya. Bukan hanya negara- United States of America and European
negara liberal dan neoliberal seperti countries establish a social security system,
Amerika Serikat dan negara-negara Eropa but also countries considered as communist
saja yang membangun sistem jaminan countries, such as China, Vietnam, and
sosial, namun negara-negara yang North Korea, also develop this social security
dipandang komunis seperti China, Vietnam, system.
dan Korea Utara pun turut mengembangkan
sistem jaminan sosial ini.

Hal itu menunjukkan bahwa keberadaan It shows that the social security program in a
program jaminan sosial pada suatu negara country is a fundamental issue for either
adalah hal yang fundamental, baik bagi citizens or that country’s sustainability. From
warga negaranya maupun keberlangsungan the point of view of the state administrators,
negara itu sendiri. Dari sisi penyelenggara an effective social security system is
negara, dengan pelaksanaan sistem expected to contribute on conducive public
jaminan sosial yang efektif, maka dynamics. This system may also become a
diharapkan akan berkontribusi dalam state instrument for the national development
penciptaan dinamika rakyat yang kondusif. and economics. From the point of view of
Sistem ini juga dapat menjadi instrumen citizens, social security is an essential right
negara dalam pembangunan dan to be fulfilled by the state as its constitutional
perekonomian nasional. Dari sisi responsibility. Social security is an essential
masyarakat, jaminan sosial merupakan hak right as human rights as stated in the
esensial yang harus dipenuhi oleh negara Universal Declaration of Human Rights
sebagai tanggung jawab konstitusionalnya. proclaimed by the United Nations on 10 th

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 53
Jaminan sosial merupakan hak yang December 1948.
esensial, sebagai hak asasi manusia
sebagaimana tercantum dalam Universal
Declaration of Human Rights yang
diproklamirkan oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) pada tanggal 10 Desember
1948.

Di Indonesia, pengakuan bahwa jaminan In Indonesia, the acknowledgment that social


sosial merupakan hak konstitusional warga security is the citizen’s constitutional right is
negara ditunjukkan oleh UUD Negara RI shown in the 1945 Constitution of the
Tahun 1945 amandemen keempat pasal Republic of Indonesia, fourth amendment,
28H yaitu bahwa setiap orang berhak atas article 28H. It states that each person is
jaminan sosial. UUD 1945 ini juga entitled to the social security. This 1945
menunjukkan bahwa penyelenggaraan Constitution also shows that the social
jaminan sosial merupakan tanggung jawab security program is the state’s responsibility
negara di mana pada pasal 34 ayat (2) where article 34 paragraph (2) states that the
menyatakan Negara mengembangkan State develops a social security system for
sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat all people and empowers powerless and
dan memberdayakan masyarakat yang lower income people under the humanity
lemah dan tidak mampu sesuai dengan value.
martabat kemanusiaan.

Melihat pentingnya penyelenggaraan Considering the significance of social


jaminan sosial di suatu negara, maka perlu security in a country, it should be reviewed to
ditinjau sejauh mana keberhasilan negara which extent a country’s success in
dalam melaksanakannya. Negara dan implementing such system. The state and
masyarakat berkepentingan untuk public has interests to know about this
mengetahui kinerja ini karena akan performance as it will affect a nation’s
berdampak pada keamanan ekonomi suatu economic security. This article will provide a
bangsa. Artikel ini akan memberikan brief review on the purpose and
gambaran secara singkat tujuan dan ukuran measurement of the success of social
keberhasilan penyelenggaraan jaminan security programs in several countries, such

54 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
sosial di beberapa negara seperti Australia, as Australia, Malaysia, etc.
Malaysia, serta lainnya.

Pada satu bagian dalam artikel ini, disajikan In one part of this article, a social security
suatu setting praktek jaminan sosial di practice setting in Indonesia is presented,
Indonesia khusus pada jaminan sosial specifically the labor social security. This part
ketenagakerjaan. Bagian ini terkait dengan is related to the measurement of a country’s
pengukuran keberhasilan negara dalam success in the social security aspect.
aspek jaminan sosial. Dengan demikian, Therefore, the scope of this writing is a
maka ruang lingkup tulisan ini adalah discussion on the social security
pembahasan mengenai pengukuran kinerja performance measurement in several
jaminan sosial di berbagai negara di dunia countries in the world and also labor social
dan juga pada jaminan sosial security in Indonesia, where the proxy is the
ketenagakerjaan di Indonesia, dengan performance measurement of the Labor
proksi pengukuran kinerja pada Badan Social Security Agency as an agency
Penyelenggara Jaminan Sosial mandated to perform such social security in
Ketenagakerjaan sebagai badan yang diberi Indonesia.
amanah untuk menyelenggarakan jaminan
sosial tersebut di Indonesia.

B. METODOLOGI B. METHODOLOGY

Penulisan pada artikel ini menggunakan This article applies a qualitative method. The
metode kualitatif. Sifat dari penelitian ini characteristics of this research are
adalah eksploratori dan deskriptif. Laporan exploratory and descriptive. This report can
ini dapat disebut sebagai tulisan eksploratori be considered as an exploratory writing
karena mencoba untuk menggali informasi because it tries to reveal sufficient
yang memadai terkait dengan praktek information related to the performance
pengelolaan kinerja, penentuan sasaran, management practice, target decision, and
serta metode pengukuran keberhasilan social security program’s success
penyelenggaraan jaminan sosial di berbagai measurement method in several countries,
negara, termasuk di Indonesia. Hasilnya including Indonesia. The results may not
mungkin tidak dapat memberi jawaban atau provide answers or final decisions for the

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 55
keputusan akhir terhadap permasalahan social security agency management
pengelolaan kinerja organisasi problems. This article is expected to provide
penyelenggara jaminan sosial. Tulisan ini better understanding and thought on such
diharapkan dapat memberi pemahaman dan problem.
pandangan yang lebih baik atas
permasalahan tersebut.

Sebagai studi eksploratori, penulisan artikel As an exploratory study, this article will rely
ini akan mengandalkan pada pendekatan- on qualitative approaches for data collection,
pendekatan kualitatif untuk pengumpulan in the form of secondary data and literature
data berupa data sekunder dan pustaka (Sekaran & Bougie, 2013). Thus, this study
(Sekaran & Bougie, 2013). Jadi, studi ini will collect data from relevant literature
akan mengumpulkan data melalui tinjauan reviews.
literatur yang relevan.

C. HASIL KAJIAN C. REVIEW RESULTS

1. Menakar Keberhasilan 1. Measuring the Success of the Social


Penyelenggaraan Jaminan Sosial Security
a. Pengertian Jaminan Sosial a. Definition of Social Security

Walaupun diakui bahwa jaminan sosial Even though it is admitted that the social
secara luas telah diselenggarakan oleh security has been widely implemented by
negara-negara di seluruh dunia, tidak ada countries in all over the world, there is no
definisi tunggal yang diterima dan single definition accepted and applied by all
diterapkan oleh seluruh pemangku stakeholders. Each country faces different
kebijakan. Setiap negara menghadapi condition and it develops a system tailored to
kondisi berbeda dan mengembangkan such condition. However, several opinions
sistem yang sesuai dengan kondisi tersebut. can be used to understand the social security
Namun, beberapa pendapat dapat implementation, and can predict issues and
digunakan untuk memahami pelaksanaan performances expected from this system.
jaminan sosial, dan kemudian dapat
memprediksi hal-hal serta kinerja yang

56 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
diharapkan dari penyelenggaraan sistem ini.

Rys (2011) menawarkan penjelasan yang Rys (2011) offers a wide explanation on the
luas tentang sistem jaminan sosial, yaitu social security system, i.e. a series of steps
suatu rangkaian langkah yang dilakukan taken by the public to protect them and their
oleh masyarakat untuk melindungi mereka family from all consequences due to
dan keluarganya dari segala akibat yang unavoidable condition, or less income for a
muncul karena kondisi yang tak proper life. Laws and regulations prevailing in
terhindarkan, atau karena berkurangnya Indonesia also provide a quite open
penghasilan untuk tingkat hidup yang layak. understanding on the social security. Law
Peraturan perundang-undangan di Number 40 of 2004 on National Social
Indonesia juga memberikan pengertian Security System and Law Number 24 of
yang cukup luas atas jaminan sosial. 2011 on Social Security Agency state that
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 social security is a form of social protection
Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional to guarantee all people can fulfill their basic
dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 needs for a proper life.
Tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial menyatakan bahwa jaminan sosial
adalah salah satu bentuk perlindungan
sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar
dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup
yang layak.

Definisi yang juga sangat baik dikemukakan A fine definition is also described by
oleh Kertonegoro (1999) yaitu bahwa Kertonegoro (1999), i.e. the social security is
jaminan sosial merupakan program publik, a public program which is performed under
diselenggarakan berdasarkan peraturan laws and regulations and provides rights in
perundang-undangan yang memberikan hak the form of benefits, and charges obligations
berupa manfaat (benefit), dan membebani in the form of contribution by collecting funds
kewajiban berupa iuran (contribution) in order to provide the social protection.
dengan memupuk dana guna memberikan
perlindungan sosial.
Dalam sistem jaminan sosial, perlindungan In the social security system, the protection

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 57
pada umumnya diberikan melalui manfaat is generally provided by benefits of cash
(benefit) berupa pembayaran tunai atau payment or service. Cash benefits are
pelayanan. Pembayaran tunai (cash benefit) provided to reimburse some lost incomes
diberikan untuk mengganti sebagian due to risks, such as old age, disability, or
penghasilan yang hilang karena risiko fatality. Meanwhile, in-kind benefits are
seperti hari tua, cacat, atau meninggal especially medical treatment, hospital, and
dunia. Sedangkan manfaat berupa rehabilitation. Practice in Indonesia also
pelayanan (in-kind benefit) terutama melalui grants the social security benefits in two
perawatan medis, rumah sakit, dan forms above.
rehabilitasi. Praktek di Indonesia pun
memberikan manfaat jaminan sosial dalam
kedua bentuk tersebut.

Mengacu pada Konvensi ILO Nomor 102 Referring to the ILO Convention Number 102
Tahun 1952 tentang Jaminan Sosial, of 1952 on Social Security, Indonesia also
Indonesia pun mengembangkan program- develops the social security programs in
program jaminan sosial sesuai dengan accordance with the existing condition and
kondisi dan kebutuhan yang ada. Sampai need. Until recently, programs performed
dengan saat ini, program-program yang include the security program on healthcare,
dilaksanakan tersebut meliputi program work accident, death, old age, and pension.
jaminan pemeliharaan kesehatan, Then, it is developed by differentiating the
kecelakaan kerja, kematian, hari tua, serta member classification for the implementation
pensiun. Pada perkembangannya, of social security in Indonesia. The members
penyelenggaraan jaminan sosial di are classified into civil servants, Indonesian
Indonesia dibedakan atas klasifikasi National Army (TNI) and Police, and other
pesertanya yaitu pegawai negeri sipil, workers. Meanwhile, there are several social
anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) security agencies divided into such member
dan Kepolisian, serta tenaga kerja lainnya. groups and also program performed.
Sementara ini, terdapat beberapa However, as referred to in the introductory
penyelenggara jaminan sosial yang dibagi chapter on the scope of this article, the
berdasarkan kelompok peserta tersebut di discussion will focus on the labor social
atas dan juga program yang dijalankan. security implementation.
Namun, sebagaimana disebutkan dalam

58 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
bab pendahuluan tentang ruang lingkup
artikel ini, maka pembahasan akan
difokuskan pada penyelenggaraan jaminan
sosial ketenagakerjaan.

b. Tujuan Penyelenggaraan Jaminan b. Social Security Implementation


Sosial Purposes

Sebagaimana disebutkan secara implisit As implicitly mentioned in various definitions


dalam berbagai definisi jaminan sosial pada on social security in the previous part, the
bagian sebelumnya, penyelenggaraan social security implementation in a country
jaminan sosial di suatu negara memiliki has certain functions and purposes. One of
fungsi dan tujuan-tujuan tertentu. Salah satu the main social functions of the social
fungsi sosial utama dari jaminan sosial security according to Rys (2011) is the
menurut Rys (2011) adalah sebagai guardian of people’s life sustainability under
penjaga kelangsungan hidup umat manusia the social justice principle. This program is
di tengah masyarakat atas dasar keadilan arranged to protect citizens from the loss of
sosial. Program ini disusun untuk social status and sudden decrease of
melindungi warga negara dari kehilangan material condition necessary to carry out
status sosial dan merosotnya secara tiba- their personal freedom.
tiba kondisi materi yang dibutuhkan guna
melakukan kebebasan pribadinya.

Jaminan sosial juga dapat dinyatakan The social security can also be stated as a
sebagai program negara yang ditujukan state program which is aimed to improve the
untuk meningkatkan kesejahteraan public welfare via social aids and other social
masyarakat melalui bantuan-bantuan dan mechanisms which guarantee people be able
mekanisme sosial lainnya yang menjamin to reach sufficient resources in maintaining
masyarakat untuk menjangkau sumber- their health and obtaining foods and other
sumber daya yang memadai dalam basic necessities, especially for vulnerable
menjaga kesehatan, pemenuhan kebutuhan public groups, among others, children,
pangan, serta kebutuhan dasar lainnya elderlies, unhealthy people, and
terutama pada kelompok masyarakat yang unemployed.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 59
rentan seperti anak-anak, orang tua, sakit,
dan pengangguran.

Hal senada juga disebutkan dalam The same statement is also mentioned in
peraturan perundang-undangan di laws and regulations prevailing in Indonesia,
Indonesia yaitu melalui Undang-Undang i.e. Law Number 40 of 2004 on National
Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Social Security System, which asserts that
Jaminan Sosial Nasional menyatakan the state implements the social security
bahwa negara menyelenggarakan sistem system based on the principles of humanity,
jaminan sosial berdasarkan asas benefit, and social justice in order to provide
kemanusiaan, asas manfaat, dan asas guarantee on the fulfillment of basic
keadilan sosial dengan tujuan untuk necessities for proper life for each member
memberikan jaminan terpenuhinya and/or her/his family member.
kebutuhan dasar hidup yang layak bagi
setiap peserta dan/ atau anggota
keluarganya.

Melihat definisi serta tujuan dari Observed from the definition and purpose of
penyelenggaraan jaminan sosial yang telah the social security implementation, it can be
disebutkan, maka dapat digambarkan generally described issues expected from the
secara umum hal-hal yang diharapkan dari social security agency. In general, the
institusi penyelenggara jaminan sosial. success of the social security program can
Secara umum, keberhasilan dari be measured from the extent of the social
penyelenggaraan jaminan sosial dapat security protection coverage in the public as
dilihat dari luasnya cakupan perlindungan referred to in the laws and regulations that
jaminan sosial dalam masyarakat the social security program is aimed for all
sebagaimana disebutkan dalam peraturan people. It can be measured from the number
perundangan bahwa program jaminan of members or percentage of people who
sosial ditujukan kepada seluruh rakyat. Hal have covered by the social security program.
ini dapat diukur dari jumlah peserta atau
persentase masyarakat yang telah
terlindungi program jaminan sosial.
Penyelenggaraan jaminan sosial juga The social security implementation also

60 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
disebutkan harus dilaksanakan berdasarkan mentions that it must be performed under the
asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas principles of humanity, benefit, and social
keadilan sosial. Asas kemanusiaan berarti justice. The humanity principle means the
dalam memberikan pelayanan dan manfaat, agency must consider a proper needs level
penyelenggara harus mempertimbangkan for the members in providing services and
tingkat kebutuhan yang layak bagi para benefits. The benefit principle means that the
peserta. Asas manfaat mengandung makna agency must always manage the
bahwa penyelenggara harus senantiasa organization and service in an effective and
melaksanakan operasional organisasi dan efficient method. The social justice principle
pelayanan yang efektif dan efisien. Asas must be interpreted as high quality service
keadilan sosial harus dimaknakan sebagai procurement for all members and
pemberian pelayanan dengan sebaik- prospective members who are entitled to the
baiknya kepada seluruh peserta dan calon social security. Those three principles are
peserta yang berhak atas jaminan sosial. meant to secure the social security program
Ketiga asas tersebut dimaksudkan untuk sustainability and also members’ rights.
menjamin kelangsungan program jaminan Therefore, all stakeholders are entitled to get
sosial sekaligus hak peserta. Dengan quality service with an effective and efficient
demikian, seluruh pihak yang operation. These issues have been the
berkepentingan (stakeholder) berhak attention of many social security agencies of
mendapatkan pelayanan yang berkualitas, the countries in the world.
dengan operasional penyelenggaraan yang
efektif dan efisien. Hal-hal ini juga telah
mendapat perhatian dari berbagai
organisasi jaminan sosial negara-negara di
dunia.

2. Pengukuran dan Peningkatan Kinerja 2. Measurement and Improvement of


Penyelenggaraan Jaminan Sosial di Social Security Performances in the
Dunia World
a. Kualitas Pelayanan dan Efisiensi a. Quality of the Service and Efficiency
sebagai Ukuran Keberhasilan as the Success Benchmark

Institusi pelayanan publik tidak terlepas dari Public service institutions cannot avoid

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 61
sorotan masyarakat yang menginginkan limelight from the public who want the
peningkatan layanan yang diberikan. Untuk improvement from the services provided.
itu, organisasi publik pun perlu menerapkan Therefore, public organizations also need to
sistem pengelolaan kinerja yang merupakan implement a performance management
rangkaian pengukuran-pengukuran system which is a series of activities, output,
aktivitas, output, serta kualitas layanan. and service quality measurements. This
Sistem ini bertujuan untuk memberikan system is aimed to give assurance related to
kejelasan setiap fungsi dalam organisasi every function in the organization and
serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas improve the efficiency and effectiveness of
proses kerja dengan memperhatikan the work process by considering the quality.
kualitas.

Masyarakat modern saat ini dinilai semakin The recent modern people are considered to
menuntut kecepatan dan kualitas produk demand more on the time and quality of the
maupun jasa dari para produsen dan products and services from the
penyedia jasa, baik pada sektor swasta manufacturers and service providers, in
maupun publik. Begitu pula harapan pada either private or public sector. The same
penyelenggaraan jaminan sosial. Para hope applies to the social security program.
penyelenggara jaminan sosial di berbagai The social security agencies in various
negara semakin dituntut untuk memberikan countries are urged more to provide a higher
kualitas pelayanan yang lebih tinggi quality service and more efficient work
sekaligus sistem kerja yang lebih efisien. system.

Berdasarkan penelusurannya, Kientzler According to his investigation, Kientzler


(2001) mengemukakan bahwa beberapa (2001) revealed that several social security
penyelenggara jaminan sosial di dunia agencies in the world measured their
mengukur keberhasilan mereka dengan success by their service quality and
kualitas pelayanannya serta efisiensi, dan efficiency. Thus, they focus on their service
dengan demikian berfokus pada quality improvement and maintain their
peningkatan kualitas pelayanan mereka financial stability through efficiency. Even in
sekaligus menjaga kesehatan keuangan 1993, several social security agencies
melalui efisiensi. Bahkan pada tahun 1993, agreed to draft a quality charter for the social
beberapa penyelenggara jaminan sosial security performance. One of the important

62 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
bersepakat menyusun suatu piagam elements of this charter implementation is
kualitas (quality charter) penyelenggaraan the quality assessment. Therefore, each
jaminan sosial. Salah satu elemen penting agency drafted its respective assessment
dari implementasi piagam ini adalah mechanism, measurement tool, and quality
asesmen kualitas, dan untuk itu setiap parameter.
penyelenggara menyusun mekanisme
asesmennya masing-masing beserta alat
ukur dan parameter kualitasnya.

Di New Zealand, jaminan sosial In New Zealand, the social security is


diselenggarakan oleh Income Support performed by the Income Support Service at
Service pada Department of Social Welfare. the Department of Social Welfare. In order to
Untuk mengukur kualitas, mereka measure the quality, it uses a member index.
menggunakan index peserta. Index ini This index is regularly reviewed in each
selalu ditinjau secara berkala setiap semester where the quality of each service is
semester di mana kualitas setiap layanan assessed. It enables the Income Support
dinilai. Hal ini memungkinkan Income Service to observe which service is the most
Support Service untuk melihat manakah important for members. The performance
aspek layanan yang paling penting bagi rating provides a proper rate on the quality of
peserta. Ukuran berupa performance rating each existing service. In addition, the Income
memberikan ukuran yang tepat tentang Support Service always evaluates the
kualitas dari setiap layanan yang ada. operation efficiency in case of data accuracy
Selain itu, Income Support Service juga and claim processing time.
senantiasa mengevaluasi efisiensi
operasional dalam hal keakuratan data
serta kecepatan proses klaim.

Peningkatan kualitas layanan juga menjadi The service quality improvement also
perhatian French National Old-Age becomes the attention of the French National
Insurance Fund for Employees. Di antara Old-Age Insurance Fund for Employees.
beberapa sasaran institusionalnya, mereka Among its institutional targets, they stipulate
menetapkan sasaran kualitas yang a quality target applied to each work unit, i.e.
diterapkan pada setiap unit kerja berupa waiting time/response time for

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 63
waktu tunggu/ kecepatan respon terhadap correspondences. An interaction between the
korespondensi. Interaksi antara agency and members is also a significant
penyelenggara dengan peserta pun menjadi issue to be considered in the Netherlands.
suatu hal yang dianggap penting untuk The Social Insurance Bank in the
diperhatikan di Belanda. Social Insurance Netherlands always surveys its members on
Bank di Belanda senantiasa melakukan the clarity and facilitation of information
survey kepada pesertanya tentang requests. The outcome of such survey will
kejelasan dan kemudahan permintaan serve as an input for their service
informasi. Hasil dari survey tersebut akan procurement improvement.
menjadi masukan bagi perbaikan pemberian
layanan mereka.

Perbaikan kualitas layanan juga dapat The service quality improvement may also
sejalan dengan efisiensi sebagai ukuran walk hand-in-hand with the efficiency as a
keberhasilan kinerja penyelenggaraan measurement for the measurement of the
jaminan sosial. Efisiensi itu sendiri dapat social security program’s performance
diartikan sebagai rasio antara sumber daya success. The efficiency can be construed as
yang digunakan dengan output atau kualitas a ratio between the resources used and
layanan yang dihasilkan. Keberhasilan output or service quality. This efficiency
upaya efisiensi ini dapat dicapai melalui initiative success can be achieved by the
perbaikan kecepatan layanan dan juga service time improvement and also accuracy
akurasi dari pengambilan keputusan of significant decision making. One of the
penting. Salah satu contoh adalah apa yang examples is PERKESO (Pertubuhan
dilakukan oleh PERKESO (Pertubuhan Keselamatan Sosial) in Malaysia. In terms of
Keselamatan Sosial) di Malaysia. Dalam an efficiency initiative, they redesigned a
upaya efisiensi, mereka mendesain ulang disability benefit payment system. Thus, the
sistem pembayaran manfaat kecacatan claim process was dramatically improved
sehingga hasilnya adalah peningkatan from the average of 33 days to 3.6 days. The
kecepatan proses klaim yang dramatis dari efficiency of this claim process enhanced the
rata-rata penyelesaian 33 hari menjadi 3,6 image of and public approval for such
hari. Efisiensi proses klaim ini meningkatkan organization.
citra dan penerimaan masyarakat akan
organisasi tersebut.

64 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
Kualitas layanan juga menjadi fokus The service quality was also the
perbaikan di Human Resources improvement focus of the Human Resources
Development Canada (HRDC). Mereka Development Canada (HRDC). They tried to
berupaya meningkatkan kualitas dan increase their service quality and
efektivitas pelayanannya dengan melakukan effectiveness by doing an external research
penelitian dan evaluasi eksternal. HRDC and evaluation. HRDC developed a market
mengembangkan program riset pasar untuk research program to know how and what
mengetahui bagaimana dan apa yang members wanted. The outcome of this
diinginkan peserta dari mereka. Hasil dari research served as a ground for strategic
riset ini akan menjadi dasar bagi keputusan- decisions to stipulate work program priorities
keputusan strategis yang menentukan and investment management direction. Since
prioritas program kerja serta arah 2000, its commitment has been clear, i.e. to
pengelolaan investasi. Sejak tahun 2000, improve the service standard for its members
komitmen mereka semakin terlihat untuk and also all citizens of Canada.
meningkatkan standar pelayanan bagi
pesertanya dan juga bagi seluruh warga
negara Kanada.

b. Benchmarking b. Benchmarking

Berbagai perspektif kinerja yang telah Many performance perspectives above


disebutkan di atas senantiasa always prioritize the service quality for
mengutamakan kualitas layanan kepada members and also consider the operating
pesertanya sekaligus mempertimbangkan efficiency. However, how do they measure
efisisensi operasional. Namun, bagaimana such success? One of the methods to
mereka mengukur keberhasilan tersebut? measure whether a country’s social security
Salah satu cara untuk mengukur apakah program has been successful is
kinerja penyelenggaraan jaminan sosial di Benchmarking.
suatu negara telah berjalan baik adalah
dengan Benchmarking.

Benchmarking adalah suatu alat ukur Benchmarking is a tool to measure the

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 65
keberhasilan dengan membandingkan success by comparing the performance of an
kinerja suatu organisasi dengan organisasi organization to other organization, which
lainnya yang menjadi referensi. Metode ini becomes the reference. This method is not
bukan merupakan hal yang rumit, melainkan complicated as it only provides a
hanya menyediakan suatu perspektif tim management team’s perspective to learn
manajemen untuk belajar dari entitas lain from other entities, which engage in either
baik dalam industri yang sama maupun the same industry or a certain aspect,
dalam suatu aspek tertentu, baik di dalam whether they have their domicile
negeri maupun luar negeri. Sudut pandang domestically or internationally. A new insight
baru yang didapat dari organisasi lainnya from other organizations is expected to
tersebut diharapkan dapat mengukur sejauh measure how far the success has been
mana keberhasilan yang telah dicapai compared to other institutions and what
dibandingkan dengan institusi lainnya dan issues can be learned to improve their
apa yang dapat dipelajari untuk performance.
meningkatkan kinerjanya.

Dalam dunia jaminan sosial, benchmarking In the social security sector, benchmarking is
sangat umum dilakukan dari penyelenggara generally carried out by agencies of one
suatu negara ke negara lainnya. Organisasi country to another. The social security
penyelenggara jaminan sosial dapat agency can define several similar or totally
mendefinisikan beberapa indikator yang different indicators. Performance indicators
serupa maupun berbeda sama sekali. applied by a country may be different due to
Indikator-indikator kinerja yang digunakan different conditions, and same indicators are
pada suatu negara dapat berbeda karena often found. Even, the social security
kondisi yang berbeda, dan seringkali juga agencies may recommend several indicators
ditemukan indikator yang sama. Bahkan, generally applied by their members.
asosiasi penyelenggara jaminan sosial
dapat merekomendasikan beberapa
indikator yang secara umum digunakan oleh
para anggotanya.

66 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
c. Konsep Balanced Scorecards c. Balanced Scorecards Concept

Alat lainnya yang sering digunakan oleh Other tool commonly used by various
berbagai organisasi baik privat maupun organizations, either private or public, is the
publik adalah Balanced Scorecard. Konsep Balanced Scorecard. This strategic
manajemen strategis ini diperkenalkan oleh management concept was introduced by
Robert Kaplan dan David Norton (1992) Robert Kaplan and David Norton (1992), who
yang menggunakan ukuran-ukuran kinerja applied specific performance indicators to
tertentu untuk mengartikulasikan dan articulate and monitor the strategy
memonitor implementasi strategi. Balanced implementation. The Balanced Scorecard is
Scorecard merupakan sebuah mekanisme a mechanism to translate the organization’s
untuk menerjemahkan visi dan strategi vision and strategy into a set of targets and
organisasi ke dalam satu set sasaran dan coherent performance indicators.
ukuran-ukuran kinerja yang koheren.

Saat ini, Balanced Scorecard telah Nowadays, the Balanced Scorecard has
digunakan secara luas seiring dengan been widely used along with the
perkembangan dunia manajemen yang management sector development, which
menyatakan bahwa ukuran-ukuran finansial states that financial indicators are no longer
sendiri tidak cukup lagi sebagai acuan sufficient as a management reference. An
manajemen. Suatu organisasi perlu organization needs to manage various
mengelola berbagai ukuran keberhasilan success measurements which are combined
yang dirangkai dalam hubungan yang into a coherent relationship. The balanced
koheren. Konsep balanced scorecard scorecard concept answers such challenge.
menjawab tantangan tersebut. Secara In general, the balanced scorecard divides
umum, balanced scorecard membagi several success indicators into four
berbagai ukuran keberhasilan dalam empat perspectives, i.e.: financial, customer,
perspektif: keuangan, pelanggan, proses internal business process, and growth and
bisnis internal, serta pertumbuhan dan learning. Various strategic issues faced with
pembelajaran. Berbagai isu strategis yang by the organization can be summarized into
dihadapi organisasi dapat disarikan dalam performance indicators stated in the relevant
bentuk ukuran-ukuran kinerja yang perspective. The performance measurement
dicantumkan dalam perspektif yang relevan initiative in all strategic perspectives can give
tersebut. Upaya pengukuran kinerja dalam focus to the management team. Thus, the

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 67
seluruh perspektif yang dianggap strategis success to reach targets in each perspective
itu dapat memberikan fokus tim manajemen, will bring the organization to success in
sehingga keberhasilan mencapai sasaran whole.
dalam setiap perspektif akan membawa
kesuksesan organisasi secara keseluruhan.

Kerangka kerja dari Balanced Scorecard ini The framework of this Balanced Scorecard
pun dapat diadopsi pada organisasi nirlaba, can also be adopted to non-profit
seperti penyelenggara jaminan sosial. Pada organizations, such as social security
balanced scorecard, aspek tertentu yang agencies. In the balance scorecard, certain
menjadi fokus utama akan ditempatkan aspects which are the main focuses will be
sebagai lag indicators (hasil akhir) dan placed as lag indicators (final outcomes) and
aspek lainnya sebagai lead indicators other aspects are placed as lead indicators
(pendukung). Dalam konteks penyelenggara (supporting). In the social security
jaminan sosial, lag indicator dapat berupa implementation context, lag indicator can be
kepuasan peserta atas pelayanan yang members satisfaction on the services
ditempatkan pada perspektif pelanggan, prioritized on the customer’s perspective.
sedangkan faktor-faktor pendukung seperti Meanwhile, supporting factors, such as
pengembangan kompetensi karyawan employee’s competence development, are
ditempatkan sebagai lead indicator dalam placed into lead indicators within the growth
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. and learning perspective. The scorecards do
Scorecards ini tidak hanya berfungsi untuk not only function as an analysis and
analisis dan perbaikan, tapi juga dapat improvement tool, but also divide duties and
membagikan tugas serta fokus dari focuses from several sections or
berbagai bagian atau departemen yang ada departments in the organization based on the
dalam organisasi berdasarkan sasaran yang stipulated targets and respective main duties
telah ditetapkan dan tupoksi masing- and functions.
masing.

Salah satu penyelenggara jaminan sosial One of the social security agencies applying
yang menggunakan balanced scorecards the balanced scorecards is the National
adalah National Office for Employee’s Office for Employee’s Family Allowances
Family Allowances (ONAFTS) dari Belgia. (ONAFTS) of Belgium. ONAFTS had a

68 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
ONAFTS memiliki sasaran strategis berupa strategic target of the increase of a number
peningkatan jumlah keluarga yang menjadi of families as members by managing 34
peserta dengan mengelola sebanyak 34 payment services. They used the balanced
jasa layanan pembayaran. Mereka scorecards to ensure that their strategy is
menggunakan balanced scorecards untuk executed while maintaining the quality
memastikan bahwa strategi mereka standard and effectiveness and efficiency of
dieksekusi dengan menjaga tingkat kualitas, the operation. The ONAFTS team utilized a
efektivitas serta efisiensi operasional. Tim systematic method to analyze activities of all
ONAFTS memanfaatkan metode secara work unites where all operating activities
sistematis untuk menganalisa aktivitas- were then divided into nine basic groups and
aktivitas dari seluruh unit kerja di mana 44 final products. Then, performance
semua aktivitas operasional kemudian indicators of all final products were decided.
dibagi kedalam sembilan kelompok dasar
dan 44 produk akhir. Selanjutnya adalah
penentuan indikator kinerja dari seluruh
produk akhir tersebut.

Pendekatan scorecards ini memungkinkan This scorecards approach enables ONAFTS


ONAFTS untuk mendefinisikan dan secara to define and systematically measure all
sistematis mengukur seluruh aktivitas. activities. The whole structure of final
Keseluruhan struktur dari produk akhir products and indicators is always improved
beserta indikator-indikatornya senantiasa and adjusted to needs from the analysis on
diperbaiki dan disesuaikan berdasarkan achievements which can be seen in the
kebutuhan yang dihasilkan dari analisa akan scorecards. ONAFTS also believes that this
capaian-capaian yang terlihat dalam tool can assist them to improve their
scorecards. ONAFTS juga percaya bahwa organizational culture. In whole, they can
alat ini dapat membantu mereka untuk manage all organizational aspects relevant to
memperbaiki budaya organisasi. Secara the target accomplishment, either short term
keseluruhan, mereka dapat mengelola or long term.
seluruh aspek organisasi yang relevan
terhadap pencapaian sasaran baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
Lembaga penyelenggara jaminan sosial di The social security agencies in the

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 69
Belanda, National Institute for Social Netherlands, the National Institute for Social
Insurance (LISV) juga mengembangkan Insurance (LISV) also developed the
balanced scorecards untuk meningkatkan balanced scorecards to enhance the
efisiensi dan efektivitas operasional jaminan efficiency and effectiveness of its social
sosial yang dilaksanakannya. Dalam security operation. In the implementation of
implementasi balanced scorecards, mereka the balanced scorecards, they divided four
membagi empat prespektif yang dianggap relevant perspectives, namely: stakeholders,
relevan yaitu: stakeholder, pelanggan, customers, internal, and innovation.
internal, dan inovasi. Berikut ini adalah Followings are examples of targets and
contoh dari sasaran dan indikator pada indicators in each perspective used by LISV
setiap perspektif yang digunakan LISV of the disability security program:
untuk program jaminan kecacatan:

Perspektif Stakeholder: Stakeholders’ Perspectives:


Sasaran: untuk Target: to control/reduce
mengendalikan/mengur collective cost liabilities,
angi tanggungan biaya return social security
kolektif, mengembalikan members to rework.
peserta jaminan sosial
untuk dapat bekerja
kembali.

Indikator: jumlah penerima Indicators: beneficiaries number,


manfaat, besaran biaya program costs, operating
program, biaya costs, number of
operasional, jumlah reworked members,
peserta kembali frauds, etc.
bekerja, jumlah fraud,
dan lainnya.

Customers’ Perspective:
Perspektif Pelanggan:
Target: to maximize the service
Sasaran: untuk memaksimalkan
quality for members and
kualitas pelayanan
member companies.
kepada peserta dan
perusahaan peserta.
Indicators: decision taking accuracy,
Indikator: akurasi pengambilan
service time, accessibility,
keputusan, kecepatan
beneficiaries and
pelayanan,
companies satisfaction.
aksesibilitas, kepuasan
penerima manfaat dan

70 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
perusahaan.

Internal Perspective:
Perspektif Internal:
Target: management control
Sasaran: perbaikan pengendalian improvement, employee
manajemen, capacity improvement,
peningkatan kapasitas process development,
karyawan, perbaikan etc.
proses, dan
sebagainya.
Indicators: management contracts,
Indikator: kontrak manajemen, employees productivity,
produktivitas karyawan, audit outcomes,
hasil audit, ketepatan punctuality of the works.
waktu pekerjaan.

Innovation Perspective:
Perspektif Inovasi:
Target: one stop customer
Sasaran: layanan pelanggan satu services, ratio of
atap, rasio peserta reworked members,
kembali bekerja, information system
arsitektur sistem architecture.
informasi.
Indicators: number of new
Indikator: jumlah kantor representative offices,
perwakilan baru, kartu smart cards, kiosks,
pintar, kiosk, notifikasi notifications via
lewat piranti teknologi, technological devices,
keandalan data. data reliability.

A different approach is carried out by the


Hal yang sedikit berbeda dilakukan oleh
Social Security System (SSS) in the
Social Security System (SSS) di Filipina.
Philippines. They adopted the balanced
Mereka mengambil konsep balanced
scorecards concept and developed a
scorecards dan mengembangkan sistem
performance management system referred to
pengelolaan kinerja yang dinamakan
as the Performance and Competency
Performance and Competency Management
Management System (PCMS). This PCSM
System (PCMS). Sistem PCMS ini
system evaluates the employees’
mengevaluasi tingkat kinerja karyawan
performance rate annually based on the
secara tahunan berdasarkan kualitas,
quality, quantity, costs, revenues,
kuantitas, biaya, penerimaan pendapatan,
productivities, and punctuality as main
produktivitas, dan ketepatan waktu sebagai
performance indicators in either main or
indikator kinerja utama baik pada proses inti

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 71
maupun pendukungnya. Sistem tersebut supporting process. Such system also
juga menyediakan informasi tentang provides information on the competence and
kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan expertise needed by each position. PCMS
oleh setiap jabatan. PCMS tetap still uses a generic balanced scorecards
menggunakan kerangka balanced framework, which consists of unit strategic
scrorecards generik yang terdiri dari targets, key result areas (KRA), and key
sasaran stategis unit, key result areas performance indicators (KPI).
(KRA) dan key performance indicators
(KPI).

3. Sasaran dan Ukuran Keberhasilan 3. Targets and Measurement of the


Penyelenggaraan Jaminan Sosial di Social Security Agency’s (FaCS)
Australia (FaCS) Success in Australia

Selain aspek kualitas dan efisiensi, In addition to quality and efficiency aspects,
beberapa sasaran dan indikator kinerja juga several performance targets and indicators
digunakan oleh beberapa penyelenggara are also adapted by some social security
jaminan sosial. Sebagai contoh, Department agencies. For example, the Department of
of Family and Community Services (FaCS) Family and Community Service (FaCS) in
di Australia yang baru didirikan pada tahun Australia which was only established in 1998,
1998, memiliki paradigma untuk mendesain had a paradigm to design a social security
penyelenggaraan jaminan sosial yang dapat program which could answer modern world
menjawab tantangan-tantangan dunia challenges, invite communities to take part in
modern, merangkul komunitas untuk ikut the social security program’s policies design,
berpartisipasi dalam perancangan kebijakan and integrate with other Government
program jaminan sosial, serta integrasi policies. FaCS defines its organizational
dengan berbagai kebijakan Pemerintah purpose as “delivering social policy
lainnya. FaCS mendefinisikan tujuan outcomes for Australian families,
organisasinya yaitu untuk “delivering social communities and individual”.
policy outcomes for Australian families,
communities and individuals”.

72 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
Dalam pelaksanaannya, FaCS menetapkan In the performance, FaCS stipulates three
tiga hasil (outcome) dari kebijakan sosial outcomes from the social policies, which
yang menjadi fokus utamanya: become its main focuses:

1. Penguatan keluarga 1. Family Reinforcement


Keluarga, generasi muda, dan pelajar Families, young generations, and
memiliki akses ke program bantuan students have access to financial aid
keuangan dan program pendukung and family support programs.
keluarga.
2. Penguatan komunitas 2. Community Empowerment
Komunitas memiliki akses ke Communities have access to
program perumahan yang terjangkau, affordable housing, community
program layanan dan dukungan service and support programs, and
komunitas, serta bantuan lainnya other aids in emergencies.
pada kondisi darurat.
3. Partisipasi dalam kegiatan ekonomi 3. Participation in economics and social
dan sosial activities
Partisipasi dalam dunia komunitas Participation in the communities and
dan ketenagakerjaan dilakukan labor sector is carried out through
dengan beberapa program bantuan several aid programs to earn
untuk menghasilkan pendapatan revenues and programs contributing
serta program-program yang to the social activities in the
berkontribusi terhadap kegiatan communities.
sosial dalam komunitas.

Sebagai laporan pertanggungjawaban atas As an accountability report of targets and


kinerja upaya pencapaian sasaran dan main focuses accomplishment performance,
fokus utamanya, FaCS membagi laporan FaCS divides the performance report into 3
kinerja ke dalam 3 struktur yaitu: structures, i.e.:
1. Indikator-indikator sosial atas 3 1. Social indicators for 3 main outcomes
outcome utama sebagaimana above.
disebutkan di atas. Each outcome is provided several
Setiap outcome diberikan beberapa performance indicators adopted from
indikator kinerja yang diadopsi dari social indicator issued by the

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 73
indikator-indikator sosial yang Organisation for Economic Co-
dikeluarkan oleh The Organisation for operation and Development (OECD),
Economic Co-operation and among others family’s needs
Development (OECD) seperti tingkat fulfillment rate, equality, health rate,
pemenuhan kebutuhan keluarga, life satisfaction, etc.
kesetaraan (equality), tingkat
kesehatan, kepuasan hidup, dan
lainnya.
2. Indikator efektivitas. 2. Effectiveness indicator.
Efektivitas merupakan ukuran yang Effectiveness is a measurement
membandingkan antara rencana which compares a stipulated plan and
yang ditetapkan dengan hasil yang accomplished targets. These
dicapai. Indikator-indikator efektivitas effectiveness indicators describe
ini menggambarkan strategi-strategi main strategies in the strategic plan.
utama dalam rencana strategi. Di In FaCS, all work units and
FaCS, seluruh unit kerja maupun individuals will be assessed under
individu akan diberikan penilaian one or several indicator groups
dengan salah satu atau beberapa below:
diantara kelompok indikator berikut:

Untuk komunitas: For communities:


peningkatan keahlian, improvement of skills,
pengetahuan, knowledge, leadership,
kepemimpinan, kemitraan partnership, and
dan jaringan komunitas community network
Untuk keluarga: peningkatan For families: improvement
keahlian, pengetahuan, dan of skills, knowledge, and
Capacity kualitas hubungan keluarga Capacity family relationship quality
Untuk individu: peningkatan For individuals:
keahlian dan pengetahuan improvement of skills and
yang dibutuhkan untuk knowledge necessary for
menyokong hidup dan make a living and
meningkatkan jaringan expanding networks

Early Intervensi dini dalam krisis Early Early intervention in

74 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
intervention keuangan dan pribadi yang intervention financial and individual
membatasi hubungan sosial crises which hinder the
dan marjinalisasi ekonomi social relationship and
economic marginalization
Kebebasan memilih dan Freedom to choose and
Independen kemandirian keluarga, independency for families,
Independence
ce komunitas dan individu communities, and
individuals
Tingkat kecukupan Adequacy rate for incomes
penghasilan dan bantuan and aids provided to
Adequacy yang diberikan untuk mereka Adequacy people who are not able to
yang tidak bisa memenuhi fulfill their own needs
kebutuhannya sendiri
Keterjangkauan layananan Affordability of public
masyarakat seperti services, such as housing
Affordability Affordability
perumahan dan and childcare
pemeliharaan anak
Effective aids for people
Bantuan tepat sasaran
Targeting who really need such
kepada mereka yang paling Targeting
supports
membutuhkan
Perluasan cakupan Expansion of service
Take pelayanan kepada Take coverage to people who
up/coverage masyarakat yang up/coverage need assistances
membutuhkan

3. Indikator kualitas dan kuantitas 3. Quality and quantity indicator


Indikator kualitas dan kuantitas The quality and quantity indicator
mengukur output unit kerja dan pihak measures the work unit output and
ketiga yang menggunakan dana dari third parties using funds from FaCS.
FaCS. Indikator-indikator yang Indicators in this group are:
termasuk dalam kelompok ini adalah:

Akreditasi untuk standar Accreditation for service


kualitas pelayanan yang quality standards provided
Assurance Assurance
berikan oleh penyedia by service providers
pelayanan
Protection on the rights of
Customer Perlindungan atas hak peserta Customer
members and
rights and dan pelaksanaan kewajiban rights and
implementation of
obligations peserta obligations
members’ obligations
Lokasi pelayanan, akses pada Service locations, access
Access informasi dan kebutuhan Access and to information and special
and choice khusus, serta memberikan choice needs, and choices for
pilihan kepada peserta members

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 75
Kepuasan pelanggan dalam Customer satisfaction in
Customer Customer
hal pembayaran dan terms of payment and
satisfaction satisfaction
pelayanan service

4. Sasaran dan Ukuran Keberhasilan 4. Targets and Measurement of the


Penyelenggaraan Jaminan Sosial di Social Security Agency’s
Malaysia (EPF) (EPF)Success in Australia

Salah satu penyelenggara jaminan sosial di One of the social security agencies in
Malaysia adalah The Employees Provident Malaysia is the Employees Provident Fund
Fund (EPF) di mana organisasi ini (EPF) in which this organization manages
mengelolaan dana pensiun bagi karyawan pension fund for private sector employees. In
sektor swasta. Dalam perencanaannya, its planning, EPF decides on several critical
EPF menentukan beberapa critical success success factors (CSF) to accomplish its
factors (CSF) untuk pencapaian sasaran- institutional targets, namely:
sasaran institusionalnya, yaitu:

1. Sistem komputer yang komprehensif, 1. Comprehensive, integrated, and


terintegrasi, serta andal reliable computer systems;
2. Kolektibilitas iuran yang akurat dan 2. Accurate and punctual contribution
tepat waktu, serta dapat mendeteksi collectability, and detections of frauds
kecurangan dari perusahaan peserta committed by member companies;
3. Proses pencairan klaim yang tepat 3. Timely claim reimbursement process;
waktu 4. Member satisfactions on services;
4. Kepuasan peserta atas pelayanan 5. Effective and skillful employees;
5. Efektivitas dan keahlian karyawan 6. Diversification on sufficient
6. Diversifikasi aset investasi yang investment assets with risk
memadai dengan manajemen risiko management;
7. Akuntabilitas dan kompetensi 7. Accountable and competent
karyawan employees;
8. Pengelolaan biaya operasional yang 8. Prudent operating costs management
prudent

CSF tersebut bukan hanya merupakan CSF is not only a requirement to develop the

76 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
syarat untuk mengembangkan indikator EPF’s performance indicators, but also act
kinerja EPF, namun juga sekaligus as a wide target. Following such CSF
merupakan sasaran yang luas. Setelah stipulation, the next process in the
menentukan CSF tersebut, proses performance management is to develop
selanjutnya dalam pengelolaan kinerja various performance indicators in each CSF.
adalah mengembangkan berbagai indikator Followings are several performance
kinerja pada masing-masing CSF. Berikut indicators at EPF, in which each work unit
ini disajikan beberapa indikator kinerja pada and individual will be assessed based on
EPF, di mana setiap unit kerja dan individu indicators relevant to duties and functions:
akan dinilai berdasarkan indikator-indikator
yang relevan dengan tugas serta fungsinya:

Sasaran Operational
Indikator Kinerja Working Indicator
Operasional Objective
1. Sistem - % online availability 1. Comprehensive - % online availability
komputer - % batch availability integrated, and - % batch availability
yang Batch report reliable Batch report
komprehensi - computer -
availability availability
terintegrasi, Kecepatan respon systems Online response
serta andal - -
online time
Jumlah permintaan Number of
- perbaikan yang belum - unperformed repair
dilaksanakan requests
- Biaya pemeliharaan - Maintenance costs
Umur sistem dan System and
- -
teknologi technology age
- Kemudahan - Easy system use
penggunaan sistem
2. Kolektibilitas Penerimaan iuran 2. Accurate and Total contribution
- -
iuran yang total punctual revenues
akurat dan Total iuran yang telah contribution Total contributions
tepat waktu, diposting ke akun collectability, posted to the
- -
serta dapat individu peserta and detections members’ individual
mendeteksi of frauds account
kecurangan - Akurasi posting committed by - Posting accuracy
dari Kecepatan posting ke member Posting time to the
perusahaan - dalam akun individu companies - members’ individual
peserta peserta account
% jumlah % of members’
pemeriksaan incompliance
- -
ketidakpatuhan inspection rate
peserta

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 77
% ketidakpatuhan % of incompliance
- yang diajukan ke - cases filed to courts
pengadilan
% kasus dalam % of cases in trials
- -
proses persidangan
Kecepatan Time to take
penindakan measure for
- -
ketidakpatuhan members’
peserta incompliance
Jumlah para Number of
- pelanggar - incompliant
members
Total iuran tak Total uncollected
- -
tertagih contributions
3. Proses Jumlah pengajuan 3. Timely claim Number of claim
pencairan - pengambilan klaim reimbursement - reimbursement
klaim yang process applications
tepat waktu Umur hutang klaim Period of
- -
outstanding claims
Total pembayaran Total claim payment
- -
klaim
Kecepatan Claim approval time
- -
persetujuan klaim
4. Kepuasan - Jumlah total keluhan 4. Member - Total complaints
peserta atas Jumlah keluhan satisfactions Number of
pelayanan karyawan kepada on services employees’
- -
pengusaha complaints against
employers
Jumlah keluhan Number of
peserta kepada EPF members’
- -
complaints against
EPF
Umur keluhan yang Period of unsettled
- -
belum diselesaikan complaints
Waktu tunggu Service waiting time
- -
pelayanan di counter at counters
Kecepatan respon Response time for
- -
terhadap komplain complaints
Jumlah dan Number and
persentasi telepon percentage of
- -
tidak terjawab unanswered phone
calls
Waktu penerimaan Time to pick up
- -
telepon phone calls
Jumlah keluhan yang Number of
- -
belum terselesaikan outstanding claims
- Tingkat kepuasan - Member satisfaction

78 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
peserta rate
5. Efektivitas % karyawan yang 5. Effective and % of employees
- -
dan keahlian mencapai target skillful who reach targets
karyawan Jumlah penghargaan employees Total rewards at
pada setiap level each level
- -
(organisasi, unit kerja, (organization, work
individu) unit, individual)
% kesalahan % of procedural
- -
prosedural errors
- % waktu pelatihan - % of training time
6. Diversifikasi Hasil investasi yang 6. Diversification Positive investment
- -
aset investasi positif on sufficient yield
yang Rasio aset dan investment Ratio of assets
- -
memadai hutang assets with risk against liabilities
dengan Tingkat risiko management
- - Financial risk rate
manajemen keuangan
risiko - Batas toleransi risiko - Risk tolerance limit
Tingkat dana yang Non-invested fund
- -
tidak diinvestasikan rate
7. Akuntabilitas % cuti berdasarkan 7. Accountable % of leaves
dan - kategori and competent - according to
kompetensi employees categories
karyawan % posisi jabatan yang % of vacant
- -
lowong positions
Durasi karyawan Duration of
- ditempatkan di posisi - employees posted
yang sama to the same position
% tindakan terhadap % of actions against
- aksi indisipliner - non-disciplinary
acts
8. Pengelolaan Selisih antara 8. Prudent Difference between
biaya - realisasi biaya operating costs - cost realization and
operasional dengan anggaran management budget
yang prudent Rasio antara biaya Ratio of costs
- -
dengan pendapatan against revenues
Biaya operasional Annual operating
- tahunan dibanding - costs compared to
dengan total aset total assets
Biaya operasional Annual operating
tahunan dibanding costs compared to
- -
dengan total total revenues
pendapatan
% anggaran belanja % of unrealized
- modal yang tidak - capital expenditure
terealisasi budget
Rasio gaji terhadap Ratio of salary
- -
biaya total against total costs
- Permintaan anggaran - Additional budget

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 79
tambahan request

5. Pengukuran Kinerja Penyelenggara 5. Performance Measurement of the


Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Social Service Agency in Indonesia
Indonesia (BPJS Ketenagakerjaan) (BPJS Ketenagakerjaan)

Sesuai dengan peraturan perundangan In accordance with laws and regulations, i.e.
yaitu Undang-Undang Nomor 24 Tahun Law Number 24 of 2011 on Social Security
2011 Tentang Badan Penyelenggara Agency, Indonesia has two Social Security
Jaminan Sosial, Indonesia memiliki dua Agencies (BPJS / Badan Penyelenggara
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Jaminan Sosial), namely BPJS
(BPJS) yaitu BPJS Ketenagakerjaan dan Ketenagakerjaan (Indonesian Labor Security
BPJS Kesehatan. Keduanya bertujuan Agency) and BPJS Kesehatan (Indonesian
untuk mewujudkan terselenggaranya Health Security Agency). Both organizations
pemberian jaminan akan terpenuhinya aim to provide securities to fulfill basic
kebutuhan dasar hidup yang layak bagi necessities necessary for a proper life of
setiap Peserta dan/atau anggota each Member and/or her/his family
keluarganya. Namun, masing-masing member(s). However, each institution has a
memiliki ruang lingkup yang berbeda. BPJS different scope. BPJS Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan menyelenggarakan carries out work accident benefit, provident
program jaminan kecelakaan kerja, jaminan fund, pension fund, and death benefit
hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan programs. Meanwhile, the scope of BPJS
kematian. Sedangkan ruang lingkup BPJS Kesehatan under this law is solely health
Kesehatan berdasarkan Undang-undang ini security program.
hanya pada peyelenggaraan jaminan
kesehatan.

Pada bagian ini, titik beratnya ditujukan This section emphasizes on the performance
pada pengelolaan kinerja di BPJS management at BPJS Ketenagakerjaan as
Ketenagakerjaan sebagai penyelenggara the agency of labor security in Indonesia.
jaminan sosial ketenagakerjaan di The discussion on this labor security
Indonesia. Pembahasan pada pengelolaan program performance management is quite
kinerja program jaminan sosial interesting because it has a significant

80 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
ketenagakerjaan ini cukup menarik karena potential on the national development,
memiliki potensi yang besar pada workers’ economic tenacity and
pembangunan nasional, ketahanan dan independence, and national economics in
kemandirian ekonomi masyarakat pekerja, general.
serta perekonomian nasional secara umum.

Sebagai organisasi jaminan sosial, BPJS As a social security organization, BPJS


Ketenagakerjaan memiliki posisi yang Ketenagakerjaan has a highly strategic
sangat strategis. Jaminan sosial merupakan position. Social security is one of the state
salah satu instrumen negara dalam instruments to balance social, economic, and
menyeimbangkan kondisi sosial, ekonomi, even political condition. Considering such
bahkan politik. Melihat posisinya yang strategic position, many government
strategis tersebut, maka banyak instansi institutions have interests on the labor
Pemerintah lainnya berkepentingan security program. Such institutions i.e.
terhadap penyelenggaraan jaminan sosial Coordinating Ministry of Public Welfare,
ketenagakerjaan. Beberapa Instansi yaitu Ministry of National Development Planning /
Kementerian Koordinator Bidang National Development Planning Board,
Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Ministry of Labor and Transmigration, and
Perencanaan Pembangunan Nasional/ National Social Security Council and BPJS
Badan Perencanaan Pembangunan Ketenagakerjaan agree on a Labor Security
Nasional, Kementerian Tenaga Kerja dan Program Roadmap. This roadmap serves as
Transmigrasi, serta Dewan Jaminan Sosial a guideline for all stakeholders in the social
Nasional bersama dengan BPJS security program, especially labor security.
Ketenagakerjaan menyepakati suatu Peta As a part of the guideline, this roadmap
Jalan Penyelenggaraan Jaminan Sosial describes a general target to be achieved by
Bidang Ketenagakerjaan. Dokumen peta BPJS Ketenagakerjaan, namely membership
jalan ini bertujuan untuk memberikan coverage improvement, benefit equality and
pedoman bagi seluruh pemangku justice, self-funded, program sustainability,
kepentingan dalam proses good governance, sufficient public
penyelenggaraan jaminan sosial khususnya promotion, and effective member services.
di bidang ketenagakerjaan. Sebagai bagian
dari pedoman, peta jalan ini menyatakan
sasaran umum yang ingin dicapai oleh

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 81
BPJS Ketenagakerjaan yaitu meliputi
peningkatan cakupan kepesertaan,
kesetaraan dan keadilan manfaat, swadana,
keberlanjutan program, tata kelola yang
baik, pendidikan publik yang memadai,
serta pelayanan peserta yang efektif.

BPJS Ketenagakerjaan berkewajiban untuk BPJS Ketenagakerjaan is required to


mengelola program jaminan sosial, manage the social security program, provide
memberikan manfaat kepada peserta, benefits for members, develop social security
mengembangkan aset dana jaminan sosial, fund assets, and report its performance to
serta melaporkan kinerjanya kepada para the stakeholders via specified media. BPJS
stakeholder melalui media yang ditentukan. Ketenagakerjaan is required to inform its
Kepada masyarakat, BPJS performance to the public via mass media,
Ketenagakerjaan wajib menginformasikan either printed or electronic. Such information
kinerjanya melalui media massa baik cetak should mention the operating performance,
maupun elektronik tentang kinerja financial condition, assets, and asset
operasional, kondisi keuangan, kekayaan, investment yields. Under the Law, BPJS
serta hasil pengembangan asetnya. Ketenagakerjaan is also required to regularly
Berdasarkan Undang-Undang, BPJS report the program implementation to the
Ketenagakerjaan juga berkewajiban President of the Republic of Indonesia (one
melaporkan pelaksanaan program kepada in six months) via the Program Management
Presiden Republik Indonesia secara berkala Report.
(setiap 6 bulan) melalui Laporan
Pengelolaan Program.

Laporan Pengelolaan Program The Program Management Report explains


menggambarkan aspek-aspek yang aspects expected by the Government from
diharapkan oleh Pemerintah dari BPJS BPJS Ketenagakerjaan. Such aspects
Ketenagakerjaan. Aspek-aspek tersebut include organizational, program
meliputi aspek kelembagaan, implementation, and financial aspects.
penyelenggaraan program, serta keuangan. Organizational aspect includes reports on
Aspek kelembagaan meliputi laporan organization’s capabilities, such as human

82 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
mengenai kapabilitas organisasi seperti resources, facilities, supervisory systems,
sumber daya manusia, sarana, sistem and risk management. The program
pengawasan dan manajemen risiko. Aspek implementation aspect covers the operating
penyelenggaraan program memperlihatkan performance including membership,
kinerja operasional yang mencakup contributions, benefit payments, and service
kepesertaan, iuran, pembayaran manfaat quality. The financial aspect presents
(benefit), serta kualitas pelayanan. Aspek revenues, costs, and investments
keuangan menyajikan kinerja pendapatan, performance.
biaya, serta investasi.

Selain itu, BPJS Ketenagekerjaan juga In addition, BPJS Ketenagakerjaan is also


diberikan kewajiban untuk memberikan required to provide a monthly report to the
laporan bulanan kepada Otoritas Jasa Financial Services Authority (OJK / Otoritas
Keuangan (OJK) dan juga Dewan Jaminan Jasa Keuangan) and also National Social
Sosial Nasional (DJSN). Laporan tersebut Security Council (DJSN / Dewan Jaminan
meliputi laporan profil yang di dalamnya Sosial Nasional). Such report include a
memperlihatkan sumber daya manusia, dan profile report which shows human resources,
juga laporan rekapitulasi kinerja operasional and also operating performance
yang berisi tentang kepesertaan, keluhan, recapitulation report which mentions
upah, klaim, dana, serta target-target. membership, complaints, salaries, claims,
funds, and targets.

Berbagai pedoman dan kewajiban Various guidelines and mandatory reports


pelaporan tersebut mengindikasikan bahwa indicate that many parties have interests on
banyak pihak yang berkepentingan atas the success of BPJS Ketenagakerjaan in
keberhasilan BPJS Ketenagakerjaan dalam managing the labor security program in
melaksanakan pengelolaan program Indonesia. Therefore, the management team
jaminan sosial ketenagakerjaan di of BPJS Ketenagakerjaan always tries to
Indonesia. Untuk itu, tim Manajemen BPJS improve the organization’s performance by
Ketenagkerjaan senantiasa berusaha applying some strategic approaches and
meningkatkan kinerja organisasi dengan performance management methods.
menggunakan beberapa pendekatan
strategis dan metode pengelolaan kinerja.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 83
Pada level organisasional, BPJS At the organizational level, BPJS
Ketenagakerjaan menggunakan konsep Ketenagakerjaan uses the balanced
balanced scorecards dalam membangun scorecards concept in constructing its
peta strateginya (strategy map), strategy map, Key Performance Indicators,
penyusunan indikator kinerja kunci (Key and strategic initiatives resolution. Such flow
Performance Indicators), serta penentuan is started from the strategy formulation by the
inisiatif strategisnya. Alur tersebut diawali Management team by considering various
dari formulasi strategi dari tim Manajemen interests and expectations of external and
dengan mempertimbangkan berbagai internal parties, and capabilities of the
kepentingan dan ekspektasi pihak eksternal organization or capabilities to be established
maupun internal, serta kapabilitas yang or developed. Based on the strategy
telah ada dalam organisasi maupun formulation result, a strategy map is drawn
kapabilitas yang perlu dibangun atau as the visualization of strategies chosen by
diperbaiki. Berdasarkan hasil formulasi the management using the balanced
strategi tersebut, disusunlah suatu peta scorecards framework. Such framework
strategi sebagai visualisasi dari strategi combines 4 perspectives, i.e. members,
yang dipilih oleh manajemen dengan financial, internal process, and growth and
menggunakan kerangka balanced learning as short-term and long-term
scorecards. Kerangka tersebut merangkai 4 focuses.
perspektif yaitu peserta, keuangan, proses
internal, serta pertumbuhan dan
pembelajaran sebagai fokus jangka pendek
dan jangka panjang.

Peta strategi yang telah dibentuk tersebut The established strategy map becomes a
menjadi acuan bagi penentuan sasaran- reference to decide on organizational
sasaran strategis organisasional, di mana strategic targets, in which indicators to reflect
dari sasaran itu ditentukan indikator- the success and also main performance
indikator yang dapat merefleksikan monitoring tools are interpreted from such
keberhasilan sekaligus sebagai alat targets. Furthermore, a strategic initiative is
monitoring kinerja utama. Lebih lanjut, drafted as initiative to reach targets as
disusunlah inisiatif strategis sebagai upaya measured in the main performance
untuk mencapai sasaran sebagaimana indicators. Following is the scorecards

84 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
diukur dalam indikator kinerja utama. arranged by BPJS Ketenagakerjaan at the
Berikut disajikan scorecards yang disusun organizational level:
oleh BPJS Ketenagakerjaan pada level
organisasional:

Perspective Strategic Objectives KPI (Key Performance


Indicator)
Maintain DJS and BPJS Contribution
Ketenagakerjaan sustainability
Financial Increase Management Funds Asset Under Management
Perspective and Investment Revenues Investment Yields
Optimal cost management Expense Ratio
Number of active members
Coverage Share of Wage
Expand Membership Coverage Earners
Coverage Share of Non-Wage
Customer Earners
Perspective Customer satisfaction
Simple, Friendly, Modern, and Complaints rate compared to
Added Benefits total claims
“PRIMA” Service Physical Evidence
Implementation Implementation under the
Service Blue Print compared
to number of branch offices
(%)
Implementation of e-Service
(self-service Kiosk)
Fast Track JHT Claims
Internal Perspective CRM B2B and B2C Net Promoter Score
Implementation
Collaboration for the expansion Number of networks from the
of network and main & cooperation with work partners
additional benefits (Service point offices)
Number of PPOB
Effective inspection system Member compliance rate
Expand the e-business initiative Average of members using a
use digital service feature
Labor Security National Brand Equity
Movement
Effective good governance & Good Governance Index

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 85
risk management Maturity Level Risk
Value creation investment Number of subsidiaries
managed

Perspective Strategic Objectives KPI (Key Performance


Indicator)
Learning & Growth To become a strategic partner Ratio of strategic job
Perspective Human readiness
Capital Excellent as HC Operation Employee Satisfaction Index
Learning & Growth To become a “learning Corporate University &
Perspective organization” Culture Learning
Organization Build leadership at each level Employee Leadership Index
Capital
Learning & Growth “IT as the backbone of IT readiness level
Perspective Operational & Service
Information Capital Excellence”

Scorecards organisasional ini kemudian These organizational scorecards are


diturunkan ke tingkat Direktorat, dibagikan forwarded to the Directorate level and
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta distributed according to main duties and
terkendali oleh masing-masing Direktorat functions and controlled by each Directorate.
tersebut. Jadi, tidak seluruh scorecards Thus, not all scorecards are direct
tersebut menjadi tanggung jawab langsung dari responsibilities of the President Director.
Direktur Utama, setiap anggota Direksi memiliki Each Director is liable for a certain
tanggung jawab atas pencapaian scorecards scorecards performance. The following is the
tertentu. Berikut ditampilkan Indikator Kinerja Key Performance Indicators, which are the
Utama yang menjadi tanggung jawab langsung direct responsibility of the President Director
dari Direktur Utama, yang secara implisit and implicitly show the most significant
menunjukkan hal-hal paling penting dalam issues in measuring the labor security
mengukur kinerja penyelenggaraan jaminan program performance in Indonesia.
sosial ketenagakerjaan di Indonesia.

86 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
Indikator Kinerja Utama Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan
Key Performance Indicators of the President Director of BPJS
Ketenagakerjaan

No. Strategic Objective KPI Definition


Total Contribution An indicator to measure total
1 Maximal
Revenue contribution revenue
Contribution from
An indicator to measure total active
2 Members Active TK
members
Optimal Investment Total Investment An indicator to measure unrealized
3
Fund Revenues investment revenue
Customer Satisfaction An indicator to measure external
4 Best Service
Index customer satisfaction
An indicator to measure
members/public perception on the
5 Strong Brand Brand Equity Index
brand equity of BPJS
Ketenagakerjaan’s programs
An indicator to measure organization’s
Human Capital
6 Capable Team readiness in fulfilling HR qualification at
Readiness Index
strategic positions

D. KESIMPULAN D. CONCLUSION

Saat ini, hampir seluruh negara di dunia Currently, almost all countries in the world
mengakui bahwa jaminan sosial memiliki posisi acknowledge that the social security has a
yang krusial baik dari segi ekonomi, sosial, crucial position, whether it is economics,
maupun politik. Dengan posisi tersebut, maka social, or political position. Due to such
pelaksanaan program jaminan sosial perlu positions, the social security program needs
dimonitor dan diukur keberhasilannya agar to be monitored and the success should be
dapat disusun kebijakan publik yang tepat measured. Thus, suitable public policies may
guna meningkatkan kinerja penyelenggaraan be drafted in order to improve the social
jaminan sosial. security program performance.

Dalam tulisan ini, disebutkan beberapa This paper discusses some agencies which
penyelenggara yang mengedepankan kualitas prioritize on the service quality and social
pelayanan serta efisiensi operasional security program operating efficiency.
pelaksanaan program jaminan sosial. Beberapa Several measurement methods and
metode pengukuran dan pengelolaan kinerja performance management are also
juga disinggung yaitu mengenai benchmarking discussed, i.e. benchmarking and balanced

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 87
dan implementasi konsep balanced scorecards. scorecards concept. In general, a section
Secara umum, pada suatu bagian disajikan presents various accomplishment
berbagai ukuran keberhasilan dari benchmarks applied by the social security
penyelenggara jaminan sosial di Australia agencies in Australia (FaCS) and Malaysia
(FaCS) dan Malaysia (EPF). Pada bagian akhir, (EPF). Final section specifically presents a
secara khusus disajikan gambaran mengenai description on the strategic process of a
proses strategis salah satu penyelenggara social security agency in Indonesia, BPJS
jaminan sosial di Indonesia, yaitu BPJS Ketenagakerjaan. This section also
Ketenagakerjaan. Bagian ini juga menampilkan discusses organizational level scorecards
scorecards tingkat organisasional serta and key performance indicators of the
indikator kinerja utama dari Direktur Utama President Director of BPJS Ketenagakerjaan
BPJS Ketenagakerjaan yang secara implisist which implicitly show significant issues in
menunjukkan hal-hal paling penting dalam measuring the labor security program’s
mengukur kinerja penyelenggaraan jaminan performance in Indonesia.
sosial ketenagakerjaan di Indonesia.

Artikel ini memberikan gambaran umum This article provides a general description on
tentang pentingnya pengukuran kinerja serta the importance of performance measurement
ukuran-ukuran yang dianggap penting sebagai and indicators considered significant as
indikator keberhasilan penyelenggaraan indicators of the social security program’s
jaminan sosial di beberapa negara dan secara success in several countries and specifically
khusus di Indonesia. Namun, tulisan ini belum in Indonesia. However, this paper has not
memberikan suatu bukti empiris hubungan provided an empirical evidence on the
antara keberhasilan penyelenggaraan jaminan relationship between the social security
sosial di suatu negara dengan peningkatan program success in a country and state’s
kesejahteraan negara, baik pada level welfare improvement, whether it is at the
individual, kelompok masyarakat, kelompok individual, community group, or business
bisnis, maupun peningkatan kondisi ekonomi, group level, or economic, social, and political
sosial, dan politik di tingkat negara. Dengan condition improvement at the state level.
demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Therefore, a further research is necessary to
tentang korelasi tersebut. study such correlation.

88 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
DAFTAR PUSTAKA / BIBLIOGRAPHY

Dasuki, Mohamed Zabidi. 2001. Tools for Measuring Social Security Performance
in Malaysia. – Social Security Documentation No.26 Towards More Effective
Social Security in Asia and The Pasific. International Social Security
Association.

Kaplan, Robert. & Norton, David. 1992. The Balanced Scorecard: Measures that
Drive Performance. Harvard Business Review, January-February 1992.

Kertonegoro, Sentanoe. 1999. Asuransi Sosial. Yayasan Tenaga Kerja Indonesia,


Jakarta.

Kientzler, Francois. 2001. Measuring Performance in Social Security: Towards a


Comprehensive Management Approach. – Social Security Documentation
No.26 Towards More Effective Social Security in Asia and The Pasific.
International Social Security Association.

Ogborn, Keith. 2001. Tools for Measuring Social Security Performance in


Australia. – Social Security Documentation No.26 Towards More Effective
Social Security in Asia and The Pasific. International Social Security
Association.

OECD. 1997. In Search of Results: Performance Management Practices. Paris.

OECD. 2009. “Interpreting OECD Social Indicators”, in Society at a Glance 2009:


OECD Social Indicators, OECD Publishing.

Rys, Vladimir. 2011. Reinventing Social Security Worldwide: Back to Essentials.


The Policy Press, Bristol.

Sekaran, U. & Bougie, R. 2013. Research Methods for Business: A Skill-building


Approach. West Sussex, United Kingdom, John Wiley & Sons Ltd.

Stamboel, Iwan M. 1985. The Relationship Between Astek Protection and


Productivity o Readings in Social Security. The Social Insurance System
“Astek” Research and Development Bureau.

Thephasdin, Padungsak. 2001. Tools for Measuring Social Security Performance


in Thailand. – Social Security Documentation No.26 Towards More Effective
Social Security in Asia and The Pasific. International Social Security
Association.

United Nations. 1948. Universal Declaration of Human Rights.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 89
ƵƌƌŝĐƵůƵŵsŝƚĂĞ

Name : Bimo Arianto, S, MSc, Ak, CA, CAPM, CSEP


Place/ Date of Birth : Jakarta, 31st January 1981

tŽƌŬdžƉĞƌŝĞŶĐĞ

2004 – 2006 Public Accountant & Auditor PKF International


2006 – 2007 Public Accountant & Auditor RSM AAJ Associates
2007 – 2012 Financial Verificator PT Jamsostek (Persero)
2012 – 2014 Internal Auditor PT Jamsostek (Persero)
2014 – now Strategic Planning Junior Manager BPJS Ketenagakerjaan

ĚƵĐĂƚŝŽŶ

Diponegoro University, Semarang 1999 - 2004 Bachelor Degree in Economics


City, University of London 2013 - 2014 MSc in Project Management, Finance and Risk

WƌŽĨĞƐƐŝŽŶĂůƌĞĚĞŶƚŝĂůƐ

Registered Accountant The Ministry of Finance, Republic of Indonesia


Chartered Accountant Institute of Indonesian Accountants
Certified Associate in Project Management Project Managemen Institute
Certified Strategy Execution Professional GML Performance & QPR International

90 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


Perilaku Menabung untuk Hari Tua Behaviour of Saving for Old Age
bagi Pekerja di Indonesia dan di For Workers in Indonesia and the
Inggris United Kingdom

Eldest Augustin1 Eldest Augustin1

ABSTRAK ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk This study aims to know factors which
mengetahui faktor-faktor yang affect the behaviour of saving for old
mempengaruhi perilaku menabung age for workers in Indonesia and the
untuk hari tua bagi para pekerja di United Kingdom. This research is a
Indonesia dan di Inggris. Penelitian ini cross-sectional study involving 143
merupakan cross-sectional study yang participants from Indonesia and 51
melibatkan 143 peserta dari Indonesia participants from the United Kingdom. A
dan 51 peserta dari Inggris. Analisa regression analysis using an Ordinary
regresi dengan menggunakan metode Least Square (OLS) method shows that
Ordinary Least Square (OLS) demographic and psychological
menunjukkan bahwa variabel variables consisting of goal clarity and
demografis dan variabel psikologis yang financial literacy emerge as significant
terdiri atas goal clarity dan literasi factors. These factors determine the
keuangan muncul sebagai faktor workers’ behaviour tendency to save
penting. Faktor ini menentukan more for their old age. The Zimbardo
kecenderungan perilaku para pekerja Time Perspective Inventory (ZTPI), past
untuk lebih banyak menabung untuk positive time perspective (TP), and
keperluan di hari tuanya. Berdasarkan present hedonistic also emerge as
Zimbardo Time Perspective Inventory significant factors which determine
(ZTPI), past positive time perspective Indonesian workers’ tendency to save
(TP) dan present hedonistic juga for old age. Meanwhile, only past
muncul sebagai faktor penting yang positive TP emerges as a decisive
menentukan kecenderungan untuk factor for the Britain workers’ tendency
menabung untuk hari tua bagi para to save for old age. This study also


1
Penata Utama Kemitraan Strategis Jaminan Sosial, Divisi Perencanaan Strategis, Karyawan BPJS Ketenagakerjaan

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 91


pekerja di Indonesia, sedangkan bagi discusses the practical implications on


para pekerja di Inggris, hanya past how to increase the willingness to save
positive TP yang muncul sebagai faktor for old age based on the increased goal
penentu kecenderungan untuk clarity (clarity) and financial literacy.
menabung untuk hari tua. Penelitian ini
juga membahas implikasi praktis
bagaimana meningkatkan kemauan
menabung untuk hari tua berdasarkan
peningkatan goal clarity (kejelasan
tujuan) dan literasi keuangan.

Kata kunci: menabung untuk hari tua, Keywords: saving for old age,
pensiun, time perspective, goal retirement, time perspective, goal
clarity, literasi keuangan, demografis, clarity, financial literacy,
masa tua. demographic, old age.

92 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


A. PENDAHULUAN A. INTRODUCTION
1. Latar belakang 1. Background

Saat ini penuaan penduduk atau Nowadays, the population aging is a


population aging merupakan masalah common problem in many countries,
yang banyak terjadi di negara-negara including Indonesia, which is the third
termasuk Indonesia yang merupakan most populous country in the world.
negara dengan jumlah penduduk Indonesia can be categorized as a
terbanyak ketiga di dunia. Indonesia developing country with a highly
dapat dikategorikan sebagai negara promising economic development and
berkembang dengan perkembangan continuously increasing GDP. However,
ekonomi yang sangat menjanjikan such positive macro-economic growth is
dengan GDP yang selalu meningkat. not followed by the increase of micro-
Namun perkembangan positif ekonomi economic growth. Therefore, social
makro tersebut tidak diikuti dengan laju inequality is quite high in Indonesia
peningkatan ekonomi mikro sehingga (World Bank, 2014).
ketimpangan sosial cukup tinggi di
Indonesia (World Bank, 2014).

Hal ini berarti bahwa terdapat potensi This means that there is a potential
masalah kesejahteraan di Indonesia. welfare problem in Indonesia. This
Potensi masalah kesejahteraan ini juga potential welfare problem is also
semakin diperburuk dengan hasil exacerbated by the results of population
proyeksi kependudukan bahwa 30% projections, i.e. 30% of Indonesians will
masyarakat Indonesia akan memasuki enter the retirement age of 55 years old
masa pensiun, 55 tahun, di tahun 2050. in 2050. Many Indonesian elderlies
Banyak dari penduduk usia lanjut would be vulnerable to fall into poverty
Indonesia akan rentan jatuh dalam in old age (Arifianto, 2004). Based on
kemiskinan di masa tuanya (Arifianto, this thought, the study related to the
2004). Berdasarkan hal tersebut, Indonesian workers’ behaviour of
penelitian terkait perilaku menabung saving for old will be very interesting.
untuk hari tua bagi para pekerja di
Indonesia menjadi sangat menarik.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 93


Sebagai perbandingan terhadap In comparison to the saving behaviour


perilaku menabung bagi para pekerja di of Indonesian workers, studies on the
Indonesia, penyelidikan terhadap Britain workers’ behaviour of saving for
perilaku menabung untuk hari tua bagi old age will also be very interesting. A
para pekerja di Inggris juga akan literature study showed that people in
menjadi sangat menarik. Studi pustaka developed countries would tend to save
menunjukkan bahwa masyarakat di more as a preparation for their old age
negara maju akan cenderung untuk compared to people in developing
menabung lebih banyak sebagai countries (Edwards, 1996; Loayza,
persiapan di masa tua dibandingkan Schmidt-Hebbel, and Servén, 2000;
dengan masyarakat di negara Ozcan & Ozcan, 2004). The Britain
berkembang (Edwards, 1996; Loayza, workers’ behaviour to save for old age
Schmidt-Hebbel, & Servén, 2000; is highly possible to become a
Ozcan & Ozcan, 2004). Dengan perilaku reference for Indonesians in order to
menabung untuk hari tua bagi para save more as one of the means to
pekerja di Inggris sangat dimungkinkan prepare for their retirement finance.
akan menjadi referensi bagi masyarakat
di Indonesia untuk menabung lebih
banyak sebagai salah satu cara untuk
mempersiapkan keuangan di hari tua.

2. Studi pustaka 2. Literature review


a. Delay discounting a. Delay discounting

Perilaku menabung untuk hari tua The behaviour of saving for old age has
memiliki banyak keterkaitan dengan a lot of relevance to the intertemporal
fenomena intertemporal choices bahwa choices phenomenon, which says that
orang akan lebih memilih untuk people would prefer to give priority to
mengutamakan kebutuhan saat ini recent needs than future demands. In
dibandingkan dengan kebutuhan di addition, people will tend to choose
waktu yang akan datang. Selain itu, smaller-sooner reward rather than the
orang akan lebih memilih smaller- larger-later reward. Thus, small things
sooner reward penghargaan yang lebih which can be enjoyed now are much

94 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


kecil dan cepat dibandingkan dengan more important than big things which
larger-later reward penghargaan yang can be enjoyed in the future. Most
lebih besar kemudian. Jadi hal-hal kecil people are willing to sacrifice the future
yang dapat langsung dinikmati saat ini interests in order to enjoy current needs
jauh lebih penting daripada hal-hal or referred to as the delay discounting
besar yang dapat dinikmati dikemudian phenomenon.
hari. Kebanyakan orang bersedia untuk
mengorbankan kepentingan di masa
depan demi mendapatkan kepentingan
saat ini atau disebut dengan fenomena
delay discounting.

Delay discounting ini mengakibatkan This delay discounting causes


kecenderungan individu untuk lebih individuals’ tendency to focus more on
fokus pada kehidupan saat ini the present life rather than the future.
dibandingkan dengan kehidupan di The perception held is that the today’s
masa depan. Persepsi yang dimiliki life value is far greater than the future
adalah bahwa nilai kehidupan saat ini life value. This phenomenon makes
jauh lebih besar daripada nilai most people have a low awareness to
kehidupan di masa depan. Fenomena save for their old age and prefer to
inilah yang membuat kebanyakan spend most of their incomes for current
individu memiliki kepedulian yang needs.
rendah untuk menabung untuk
keperluan masa tuanya dan lebih
memilih untuk membelanjakan sebagian
besar penghasilannya untuk kebutuhan
saat ini.

b. Save More Tomorrow (SMarTTM) b. Save More Tomorrow (SMarTTM)

Selain delay discounting, perilaku In addition to a delay discounting, the


menabung hari tua juga dipengaruhi old age savings behaviour is also
oleh beberapa anomali perilaku seperti influenced by some anomalous

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 95


self-control (Pengendalian diri), behaviours, such as self-control,


procrastination (Penundaan) dan loss procrastination, and loss aversion
aversion(Keengganan) (Thaler, 2004). (Thaler, 2004). People who have a self-
Orang yang memiliki masalah self- control problem will find a great
control terhadap dirinya sendiri akan hindrance to reduce their current needs
sangat sulit untuk mengurangi and have a lower motivation to save for
kebutuhan saat ini dan memiliki old age. The difficulty to save for old
kemauan rendah untuk menabung age will also be experienced by
untuk hari tua. Kesulitan untuk procrastinators who always delay a
menabung untuk masa tua juga akan contribution increase for their retirement
dialami oleh procrastinator yang selalu savings or even always defer to start
menunda peningkatan kontribusi iuran saving for their retirement.
untuk tabungan hari tua atau bahkan
selalu menunda untuk mulai menabung
untuk hari tua.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa A research showed that 30%


30% dari partisipan berniat untuk participants intended to increase the
meningkatkan tingkat kontribusi iuran contribution rate of old-age security in
jaminan pensiun dalam beberapa bulan the coming months. However, in the
mendatang namun pada akhirnya end, almost 90% participants did not
hampir 90% dari partisipan tidak juga increase their contribution in four
meningkatkan kontribusi iuran dalam months since the research (Choi,
empat bulan sejak dilaksanakannya Laibson, Madrian, & Metrick, 2004). In
penelitian tersebut (Choi, Laibson, terms of loss aversion, barriers to
Madrian, & Metrick, 2004). Dari sisi loss saving for old age are an implicative
aversion, hambatan untuk menabung assumption that the contributions paid
untuk masa tua merupakan implikasi for the retirement savings is considered
dari anggapan bahwa membayarkan as a reduction of the current income. As
kontribusi iuran untuk tabungan masa a result, people are likely to refuse to
tua dinilai sebagai sebuah penurunan participate in the retirement savings
dari nominal penghasilan saat ini. programme or increase contributions to
Sebagai akibatnya, orang akan the retirement savings because they do

96 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


cenderung untuk menolak berpartisipasi not want to lose their current income.
dalam program menabung untuk hari
tua atau untuk meningkatkan kontribusi
iuran tabungan hari tua karena mereka
tidak menginginkan kehilangan dari
penghasilan saat ini.

Sebagai solusi dari anomali-anomali As a solution of such behaviour


perilaku tersebut, pemerintah Amerika anomalies, the government of the
Serikat melaksanakan program “Save United States of America implements
More Tomorrow” atau disebut dengan the "Save More Tomorrow" programme
(SMarTTM). Prinsip dasar dari program or called as (SMarTTM). The basic
SMarTTM adalah mengajak setiap principle of the SMarTTM programme is
individu untuk menabung lebih banyak to encourage individuals to save more
di masa yang akan datang dan bukan in the future and not to save more
untuk menabung lebih banyak saat ini. today. Each individual committed at the
Setiap individu akan berkomitmen di outset to increase contributions to their
awal untuk meningkatkan kontribusi retirement savings gets a rise in
iuran tabungan hari tua setiap mereka monthly earnings, so the contribution
mendapatkan kenaikan penghasilan paid on the SMarTTM programme is not
bulanan sehingga kontribusi iuran yang directly deducted from their current
dibayarkan pada program SMarT TM tidak income. It will be withheld if they get a
langsung dipotong dari penghasilan monthly income raise. The increase in
mereka saat ini melainkan akan contributions to the retirement savings
dipotong dari penghasilan mereka will continue automatically until the
apabila mereka mengalami kenaikan contribution reaches its maximum as
penghasilan bulanan. Kenaikan required.
kontribusi iuran tabungan hari tua akan
terus dilakukan secara otomatis hingga
kontribusi iuran tersebut mencapai titik
maksimum sesuai dengan yang
dipersyaratkan.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 97


Kenaikan kontribusi iuran yang This automatic contribution increase is


dilakukan secara otomatis ini an application of the anomalous
merupakan aplikasi dari anomali behaviour which is referred to as status
perilaku yang disebut dengan status quo quo bias, where the individual will have
bias dimana orang tersebut akan involuntarily inertia. Thus, s/he will
mengalami inertia sehingga tanpa sadar always unconsciously increase the
akan selalu mengalami peningkatan contribution up to the maximum extent
kontribusi iuran hingga batas maksimum required. In addition to a preliminary
yang dipersyaratkan tanpa disadari. agreement mechanism for the
Selain mekanisme kesepakatan di awal contribution increase at the monthly
untuk peningkatan kontribusi pada saat income raise to avoid the perception of
menerima kenaikan penghasilan a monthly income loss, any individual
bulanan untuk mencegah persepsi who has joined the SMarTTM
bahwa terjadinya kehilangan dari programme will also receive a salary
penghasilan bulanan, setiap individu raise receipt. Such receipt states that
yang telah bergabung di program the contribution for the retirement
SMarTTM juga akan menerima slip savings has been deducted from the
kenaikan gaji dimana pada slip gaji monthly income raise. It aims to avoid
tersebut nominal iuran untuk tabungan the perception of each individual’s
hari tua telah dikurangi dari nominal income loss.
kenaikan penghasilan bulanan. Hal ini
bertujuan untuk mencegah persepsi
terjadinya kehilangan dari penghasilan
yang diterima oleh tiap individu.

c. Faktor penentu yang c. Determinants which influence the


mempengaruhi perilaku behaviour of saving for old age
menabung untuk hari tua

Perspektif lain yang mempengaruhi Another perspective which affects the


perilaku menabung untuk hari tua dapat behaviour of saving for old age can be
dikategorikan menjadi variabel categorized into following variables,
demografis, variabel kebijakan namely demographic, government

98 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


pemerintah, dan variabel lainnya policy, and other variables (Ozcan,


(Ozcan, Gunay, & Ertac, 2003). Oleh Gunay, & Ertac, 2003).Therefore, this
karena itu, Penelitian ini akan menggali research will explore further about the
lebih lanjut bagaimana pengaruh influence of the demographic variable,
variabel demografis yang terdiri dari which consists of age, income, sex,
usia, pendapatan, jenis kelamin, education, state and psychological
pendidikan, negara dan variabel variable, which consists of time
psikologi yang terdiri dari time perspective, goal clarity and financial
perspective, goal clarity dan literasi literacy, towards the behaviour of
keuangan terhadap perilaku menabung saving for old age.
untuk hari tua.

Variabel demografis Demographic variables

Beberapa studi pustaka telah Some literature studies have proven the
membuktikan pentingnya pengaruh significance of the demographic factors
faktor-faktor demografis seperti usia, influence, such as age, sex, income
jenis kelamin, pendapatan dan and education on several human
pendidikan pada beberapa perilaku behaviours in taking some decisions in
manusia dalam mengambil keputusan- his life (Jacobs-Lawson & Hershey,
keputusan dalam hidupnya (Jacobs- 2005; Petkoska & Earl, 2009).
Lawson & Hershey, 2005; Petkoska & Demographic factors can affect the
Earl, 2009). Faktor-faktor demografis ini perception, knowledge and motivation
dapat mempengaruhi persepsi, of each individual (Stawski & Hershey,
pengetahuan dan motivasi tiap-tiap 2007). Then, such demographic factors
individu (Stawski & Hershey, 2007). can be used as an important factor in
Maka faktor-faktor demografis tersebut determining the behaviour of saving for
dapat digunakan sebagai faktor penting old age, since it is closely related to the
dalam menentukan perilaku menabung financial perception and motivation of
untuk hari tua karena terkait erat each individual.
dengan persepsi keuangan dan motivasi
keuangan tiap-tiap individu.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 99


Penelitian terdahulu menunjukkan Past research has shown that the age
bahwa usia tiap individu akan sangat of each individual would significantly
menentukan perilaku menabung untuk affect the behaviour of saving for old
hari tua (Bassett, Fleming, & Rodrigues, age (Bassett, Fleming, & Rodrigues,
1998; Glass & Kilpatrick, 1998). 1998; Glass & Kilpatrick, 1998). This
Penelitian ini menunjukkan bahwa study showed that along with the
dengan bertambahnya usia maka increasing age, people would save
seseorang akan menabung lebih more for their retirement. The reason is
banyak untuk hari tuanya. Hal ini because the retirement age is getting
dikarenakan usia pensiun yang sudah closer and they have minimal revenue
semakin dekat akan dicapai dan mereka targets which must be achieved in their
memiliki target pendapatan minimal old age.
yang harus dapat dicapai di masa
tuanya.

Selain usia, pendidikan juga menjadi In addition to age, education is also one
salah satu faktor yang menentukan of the factors which determines the
perilaku menabung untuk hari tua yaitu behaviour of saving for old age. People
bahwa orang yang memiliki tingkat who have higher levels of education are
pendidikan lebih tinggi akan cenderung likely to save more for their old age
untuk menabung lebih banyak untuk compared to those with lower levels of
masa tuanya jika dibandingkan dengan education (Devaney & Su 1997; Yuh &
orang dengan tingkat pendidikan lebih Olson, 1997).
rendah (Devaney & Su, 1997; Yuh &
Olson, 1997).

Lebih jauh, penelitian lain menunjukan Furthermore, other research showed


bahwa tingkat pendapatan memiliki that the level of income influenced the
pengaruh terhadap perilaku menabung behaviour of saving for old age (Grable
untuk hari tua (Grable & Lytton, 1997; and Lytton, 1997; Bassett et al., 1998;
Bassett et al., 1998; Mitchell & Moore, Mitchell & Moore, 1998). While, this
1998). Sedangkan penelitian ini study indicated that the contribution for
menunjukkan bahwa kontribusi iuran the retirement saving would increase

100 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


untuk tabungan hari tua akan semakin along with the increased income
meningkat seiring dengan meningkatnya (Modigliani, 1986; Collins, 1991).
pendapatan (Modigliani, 1986; Collins,
1991).

Faktor demografis lain yang turut Other influencing demographic factor is


berpengaruh adalah jenis kelamin. sex. There are a number of studies
Terdapat sejumlah penelitian yang showed that women were saving more
menunjukkan bahwa perempuan lebih for the retirement compared to me
banyak menabung untuk hari tua jika (Behling, Kilty & Foster, 1983). On the
dibandingkan dengan laki-laki (Behling, contrary, some studies have shown that
Kilty, & Foster, 1983). Namun men tended to save more for old age
sebaliknya, beberapa penelitian yang compared to women (Hurd and Wise,
menunjukkan bahwa laki-laki cenderung 1989; Quick & Moen, 1998).
menabung lebih banyak untuk hari tua
jika dibandingkan dengan perempuan
(Hurd & Wise, 1989; Quick & Moen,
1998).

Berdasarkan hal-hal di atas maka Based on the above explanations, this


penelitian ini akan menggali pengaruh study will discuss further about the
faktor-faktor demografis tersebut pada influence of demographic factors to the
perilaku menabung untuk hari tua bagi behaviour of saving for retirement
para pekerja di Indonesia dan di Inggris. regarding workers in Indonesia and the
Penelitian ini juga akan melihat apakah United Kingdom. This study will also
pengaruh dari faktor-faktor demografis look at whether the influence of
tersebut akan sama di kedua negara demographic factors will be the same in
dimaksud. the two countries.

Variabel goal clarity Goal clarity variable

Penelitian terdahulu menunjukkan Past research showed that goal clarity


bahwa goal clarity berperan penting had an important role in the behaviour

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 101


dalam mempengaruhi perilaku of savings for old age (Beach, 1993;


menabung untuk hari tua (Beach, 1993; Beach, 1998; Hershey, Mowen, &
Beach, 1998; Hershey, Mowen, & Jacobs-Lawson, 2003). The goal clarity
Jacobs-Lawson, 2003). Goal clarity is defined as values which may provide
didefinisikan sebagai nilai-nilai yang a very strong direction and coherency in
dapat memberikan arahan yang sangat each individual to take decisions in his
kuat dan koherensi dalam tiap individu life (Winell, 1987, p. 271). An individual
untuk mengambil keputusan dalam who has specific goal clarity will be
hidupnya (Winell, 1987, p.271). more likely to be successful in an
Seseorang yang memiliki goal clarity attempt to achieve his objectives rather
yang spesifik akan lebih cenderung than an individual who has unspecific
lebih berhasil dalam usaha untuk goal clarity.
mencapai tujuannya dibandingkan
dengan seseorang dengan goal clarity
yang tidak spesifik.

Hal ini dikarenakan goal clarity yang The specific goal clarity will significantly
spesifik akan sangat membantu help an individual to improve his
seseorang dalam meningkatkan rincian detailed targets. In terms of savings for
target yang akan dicapainya. Dalam old age, an individual who has more
proses menabung untuk hari tua, detailed goal clarity in the old age will
seseorang dengan goal clarity yang tend to be more active in planning his
lebih jelas di hari tua akan cenderung retirement savings than an individual
lebih aktif dalam perencanaan tabunga who does not have any detailed goal
hari tua dibandingkan dengan clarity (Stawski & Hershey, 2007).
seseorang yang memiliki goal clarity
yang kurang jelas (Stawski & Hershey,
2007).

Variabel time perspective (perspektif Time perspective variable


waktu)

Variabel psikologis lainnya Other psychological variable which

102 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


berpengaruh terhadap perilaku affects the behaviour of saving for


menabung untuk hari tua adalah time retirement is time perspective (TP).
perspective (TP). Zimbardo and Boyd Zimbardo and Boyd (1999) asserted
(1999) menegaskan bahwa that an individual’s perspective
kecenderungan perspektif seseorang tendency on time, whether the
terhadap waktu yaitu baik untuk saat ini, perspective is aimed for current, future,
saat mendatang atau yang telah lalu, or past time, would highly affect such
sangat berpengaruh pada perilaku individual’s behaviour, including the
individu termasuk di dalamnya proses process of encoding, storing, recalling
encoding (mengkode), storing past events or shaping hopes, goalds,
(menyimpan), recalling(mengingat) and imaginary scenario to be achieved
kejadian-kejadian yang telah lalu (p. 1271).
maupun dalam membentuk harapan,
tujuan dan skenario imajiner yang akan
dicapai (p. 1271).

Berdasarkan Zimbardo and Boyd According to Zimbardo and Boyd


(1999), terdapat lima tipe (1999), there are five types of individual
kecenderungan individu terhadap waktu tendency towards time, i.e. future,
yaitu future (masa depan), present present hedonistic, present fatalistic,
hedonistic (kekinian hedonis), present past positive, and negative past. An
fatalistic (kekinian fatal), past positive individual with a future TP tendency will
(masa lalu positif) dan past negative focus more on his future goals, while
(masa lalu negative). Seseorang someone with a present TP tendency,
dengan kecenderungan future TP akan whether it is present fatalistic or present
lebih fokus terhadap tujuan di masa hedonistic, will focus more on any
depan sedangkan seseorang dengan current events and excitements.
kecenderungan present TP baik itu Furthermore, an individual with a past
berupa present fatalistic dan present TP tendency will focus more on any
hedonistic lebih fokus pada segala past events and all decisions taken in
sesuatu yang terjadi saat ini dan pada his life will constantly be influenced by
kegembiraan saat ini. Seseorang past experiences.
dengan kecenderungan past TP akan

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 103


lebih fokus kepada segala sesuatu yang


telah terjadi dan semua keputusan yang
diambil dalam hidupnya selalu
dipengaruhi oleh pengalaman masa
lalu.

Positive TP akan cenderung untuk Positive TP will tend to emphasize on


menekankan pada memori yang the pleasant memory, while negative
menyenangkan sedangkan negative TP TP tend to emphasize on the
akan cenderung untuk menekankan unpleasant memory. Past research has
pada memori yang tidak shown that future TP, present
menyenangkan. Penelitian terdahulu hedonistic TP, and past negative TP
menunjukkan bahwa future TP, present are positive predictors in influencing a
hedonistic TP, past negative TP person to make financial planning for
merupakan prediktor positif dalam his retirement (Earl, Bednall, &
mempengaruhi seseorang untuk Muratore, 2015). In addition, there are
membuat perencanaan keuangan di also studies which show that positive
masa pensiunnya (Earl, Bednall, & TP is also a positive predictor in the
Muratore, 2015). Selain itu, terdapat financial planning for retirement
juga penelitian yang menunjukkan (Petkoska & Earl, 2009).
bahwa positive TP juga berperan
sebagai prediktor positive dalam
membuat perencanaan keuangan di
masa pensiun (Petkoska & Earl, 2009).

Variabel literasi keuangan Financial literacy variable

Literasi keuangan didefinisikan sebagai Financial literacy is defined as an ability


sebuah kemampuan untuk mengambil to take decisions related to an effective
keputusan terkait manajemen keuangan financial management (Schagen, 2007,
secara efektif (Schagen, 2007, p.1). p. 1). Financial literacy is also defined
Literasi keuangan juga didefinisikan as a person's ability to know basic
sebagai kemampuan seseorang dalam concepts of investments and savings

104 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


mengetahui konsep-konsep dasar (Lusardi and Mitchell, 2007c, p. 36).


dalam berinvestasi dan menabung Basic concepts related to financial
(Lusardi and Mitchell, 2007c, p.36). management will help an individual to
Konsep-konsep dasar terkait make a financial planning, such as
manajemen keuangan inilah yang akan financial planning for old age.
sangat membantu seseorang dalam
membuat perencanaan keuangan
seperti perencanaan keuangan untuk
hari tua.

Penelitian terdahulu menunjukkan Past research has shown that financial


bahwa literasi keuangan merupakan literacy is a positive predictor of
prediktor positif dalam perencanaan financial planning for retirement
keuangan di hari tua (Behrman, Mitchell, (Behrman, Mitchell, Soo, & Bravo,
Soo, & Bravo, 2012; Klapper, Lusardi, & 2012; Klapper, Lusardi, & van
van Oudheusden, 2014; Lusardi & Oudheusden, 2014; Lusardi and
Mitchell, 2008). Seseorang yang Mitchell, 2008). A person who has
memiliki literasi keuangan lebih tinggi higher financial literacy will tend to have
akan cenderung memiliki perencanaan better financial planning for his
keuangan yang lebih baik untuk masa retirement rather than an individual,
tuanya jika dibandingkan dengan orang which has lower financial literacy.
dengan literasi keuangan lebih rendah.

Hipotesa Hypothesis

Penelitian ini memiliki beberapa This study has several hypotheses, i.e.
hipotesa yaitu variabel demografis demographic variable (such as gender,
seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, age, education, income and time
pendapatan dan time perspective akan perspective) will influence the
berpengaruh terhadap perilaku individu individual’s behaviour to save for
untuk menabung untuk hari tua. retirement. The next hypothesis is an
Hipotesa selanjutnya adalah seseorang individual with goal clarity to live in an
dengan goal clarity kehidupan di masa old age and higher financial literacy will

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 105


tua dan literasi keuangan yang yang tend to better prepare for financial
lebih tinggi akan cenderung planning in the old age rather than
mempersiapkan perencanaan keuangan individuals who have lower goal clarity
di masa tua secara lebih baik to live in an old age and financial
dibandingkan dengan orang yang literacy.
memiliki goal clarity kehidupan di masa
tua dan literasi keuangan yang lebih
rendah.

B. METODOLOGI B. METHODOLOGY

Penelitian ini dilaksanakan di dua This research was conducted in two


negara yaitu di Indonesia dan di Inggris countries, namely Indonesia and the
dimana rekrutmen peserta penelitian United Kingdom where research
dilakukan melalui sosial media participants were recruited through
(Facebook, Twitter, and Reddit) atau social media (Facebook, Twitter, and
melalui undangan via email. Para Reddit) or invitation via email. The
peserta berpartisipasi dengan cara participants took part in the research by
menyelesaikan sebuah survei online completing an online survey where
dimana link survei online dimaksud such online survey link was distributed
didistribusikan secara acak kepada randomly to people who live both in
orang-orang yang berdomisili baik di Indonesia and the United Kingdom. The
Indonesia dan di Inggris. Partisipasi participation in this research was
dalam penelitian ini bersifat sukarela voluntary and all answers given would
dan semua jawaban yang diberikan be recorded as anonymous data.
akan direkam sebagai data anonim. Online survey in this research was
Survei online dalam penelitian ini dibuat created by Qualtrics software.
dengan menggunakan software
Qualtrics.

106 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


Tabel 1 Sampel karakteristik responden di Indonesia dan di Inggris


Table 1 Samples of respondents’ characteristics in Indonesia and the United
Kingdom

Variabel N % populasi N % populasi


Variable N % population N %population
Jenis kelamin :
Sex:
Laki-laki 143 48% 51 56.86%
Male
Perempuan 143 52% 51 43.14%
Female
Status pernikahan :
Marital status:
Belum menikah 143 35.67% 51 11.76%
Single
Menikah 143 62.24% 51 52.94%
Married
Cerai 143 2% 51 3.92%
Divorced
Partner, tidak hidup bersama 143 0% 51 11.76%
Partner, not living together
Partner, hidup bersama 143 0% 51 19.61%
Partner, living together
Status pekerjaan :
Employment status:
Pekerja penuh waktu 143 90.9% 51 80.39%
Full time
Pekerja paruh waktu 143 1.39% 51 15.69%
Part time
Pekerja informal 143 6.29% 51 1.96%
Informal
Tidak bekerja 143 0.69% 51 1.96%
Unemployed
Mahasiswa 143 0.69% 51 0%
Student
Lingkungan pekerjaan :
Work entity:
Pemerintahan 143 52.45% 51 3.92%
Government
Organisasi non-profit 143 2.79% 51 3.92%
Non-profit organization
Swasta 143 9.16% 51 64.7%
Private
Lainnya 143 5.59% 51 27.45%
Other

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 107


Parameter Parameter

Parameter yang digunakan dalam The parameter used in predicting the


memprediksi perilaku menabung untuk behaviour of saving for old age is the
hari tua adalah persentase besarnya percentage of contributions for
kontribusi iuran tabungan hari tua retirement savings against survey
terhadap pendapatan bulanan yang participants’ monthly income. For goal
diterima oleh peserta survei. Untuk clarity, these parameters were predicted
goal clarity, parameter ini diprediksi by five questions regarding the extent to
dengan menggunakan lima buah which an individual is looking for
pertanyaan terkait sejauh mana information about his retirement life,
seseorang mencari informasi akan thinking of the life quality in old age,
kehidupan di masa tua, berpikir akan having a financial goal to be prepared in
kualitas hidup di masa tua, memiliki old age and a clear vision on life after
target keuangan yang harus disiapkan retirement, and discussing financial
di masa tua, memiliki visi yang jelas planning for the retirement with persons
kehidupan yang akan dijalani di masa close to them, such as husband/wife
tua, dan berdiskusi tentang and friends (Stawski & Hershey, 2007).
perencanaan keuangan di hari tua Cronbach's alpha for goal clarity of
dengan orang-orang terdekat seperti Indonesian participants is .90, while
suami/istri dan teman (Stawski & participants in the United Kingdom is
Hershey, 2007). Cronbach’s alpha .89.
untuk goal clarity partisipan di Indonesia
adalah .90 sedangkan untuk partisipan
di Inggris adalah .89.

Terkait dengan literasi keuangan, setiap Related to the financial literacy, each
peserta diminta untuk memilih jawaban participant was asked to choose
dari beberapa pertanyaan terkait answers from a few questions related to
konsep berhitung dasar, bunga basic math concepts, compound
majemuk, inflasi dan diversifikasi risiko interest, inflation and risk diversification
(Klapper et al., 2014). Terkait dengan (Klapper et al., 2014). Related to the
time perspective, parameter ini akan time perspective, these parameters will

108 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


diprediksi berdasarkan 15 buah be predicted based on 15 questions by


pertanyaan dengan merujuk pada referring to the Zimbardo Time
Zimbardo Time Perspective Inventory Perspective Inventory (ZTPI-short)
(ZTPI-short) dimana untuk masing- where each type of perspective on time
masing tipe perspektif terhadap waktu will be predicted based on 3 questions
akan diprediksi berdasarkan 3 buah (Kostal, Klicperova, Lukavska, &
pertanyaan (Kostal, Klicperova, Lukavsky, 2015). Cronbach's alpha for
Lukavska, & Lukavsky, 2015). the time perspective in Indonesia for
Cronbach’s alpha untuk time past positive TP, past negative TP,
perspective di Indonesia untuk past present fatalistic TP, present hedonistic
positive TP, past negative TP, present TP, future TP are respectively .53, .72,
fatalistic TP, present hedonistic TP, .33, .34, .61 and .79, .74, while the
future TP secara berturut-turut adalah value of Cronbach’s alpha for the United
.53, .72, .33, .34, .61 dan .79, .74, .59, Kingdom participants is .59, .50, .68.
.50, .68 untuk peserta di Inggris.

Metodologi analisis Analytical methodology

Metodologi analisis yang digunakan The analytical methodology applied in


dalam penelitian ini adalah regresi this research is Ordinary Least Square
Ordinary Least Square (OLS) (OLS) regression as the dependent
dikarenakan variabel dependen yang variable is a continuous and linear
digunakan merupakan variabel kontinu variable. An independent t-test is also
dan linear. Independent t-test juga applied in this study for studying
digunakan dalam penelitian ini untuk whether there are any differences
menyelidiki apakah terdapat perbedaan between workers in Indonesia and the
antara pekerja di Indonesia dan di United Kingdom in terms of concerns on
Inggris dalam hal kekhawatiran akan the adequacy of income in old age, the
kecukupan pendapatan di hari tua, extent to which each individual is
sejauh mana tiap individu terinformasi informed about a savings scheme for
akan skema tabungan untuk hari tua old age and responsibility to have
dan tanggung jawab untuk memiliki sufficient income in the old age. All data
kecukupan pendapatan di hari tua. in this study are statistically processed

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 109


Seluruh pengolahan statistik atas data by the R programme.


dalam penelitian ini menggunakan
program R.

C. HASIL C. RESULTS

Statistik deskriptif Descriptive statistics

Hasil statistik deskriptif untuk responden The descriptive statistical results for
di Indonesia dan di Inggris dapat dilihat respondents in Indonesia and the
pada tabel-tabel di bawah ini : United Kingdom can be seen in the
tables below:

Tabel 2. Statistik deskriptif pekerja di Indonesia


Table 2. Descriptive statistics of Indonesian workers
Variabel N Mean St. Dev. Min Max
Variables
Usia 143 33.3 5.763 21 51
Age
Pendidikan 143 1.3 0.556 0 3
Education
Pendapatan 143 4.9 1.650 0 9
Income
Jenis kelamin 143 1.5 0.501 1 2
Sex
Goal clarity 143 27.8 5.355 5 35
Literasi keuangan 143 2.9 1.303 0 5
Financial literacy
Past Positive TP 143 3.7 0.551 2.3 5
Present Fatalistic TP 143 2.6 0.642 1 4.7
Present Hedonistic TP 143 3.6 0.547 1 5
Future TP 143 3.9 0.585 1.7 5
Kontribusi untuk tabungan hari tua 143 10.9 7.601 0 31
Contributions for retirement savings

110 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


Tabel 3. Statistik deskriptif pekerja di Inggris


Table 3. Descriptive Statistics of Britain workers
Variabel N Mean St. Dev. Min Max
Variable N Mean St. Dev. Min Max
Usia 51 38 11.364 19 63
Age
Pendidikan 51 2.2 1.101 0 4
Education
Pendapatan 51 4.8 1.924 0 9
Income
Jenis kelamin 51 1.4 0.500 1 2
Sex
Goal clarity 51 20.9 7.747 5 31
Literasi keuangan 51 3.8 1.579 0 5
Financial literacy
Past Positive TP 51 3.6 0.772 1.7 5
Past Negative TP 51 3.1 0.911 1 5
Present Fatalistic TP 51 2.2 0.797 1 4.3
Present Hedonistic TP 51 3.4 0.650 1.7 4.7
Future TP 51 3.7 0.714 1.7 4.7
Kontribusi untuk tabungan hari tua 51 8.2 6.671 0 26
Contributions for retirement savings

Analisa regresi Regression analysis

Tabel 4 menunjukkan hasil analisa Table 4 shows the results of an OLS


regresi OLS untuk memprediksi perilaku regression analysis to predict the
menabung untuk hari tua bagi para behaviour of saving for retirement for
pekerja di Indonesia dan di Inggris workers in Indonesia and the United
dengan menggunakan persentase Kingdom by using a percentage of
kontribusi iuran untuk tabungan hari tua contribution to retirement as the
sebagai dependent variable. Hasil dependent variable. Regression results
regresi menunjukkan bahwa terdapat indicate that there is a significant
asosiasi positif yang signifikan antara positive association between
kontribusi iuran untuk hari tua dan usia FRQWULEXWLRQVIRUROGDJHDQGDJH ȕ 
ȕ   p < .01; Tabel 4, kolom 1). 154, p < .01; Table 4, column 1). The
Semakin meningkatnya usia berkolerasi age increase is correlated to the

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 111


dengan meningkatnya iuran untuk increasing contribution for retirement


tabungan hari tua. Terdapat pula savings. There is also a significant and
asosiasi positif dan signifikan antara positive association between
kontribusi untuk tabungan hari tua dan contributions to retirement savings and
WLQJNDW SHQGLGLNDQ ȕ   p < .01; HGXFDWLRQ OHYHOV ȕ   S  
Tabel 4, kolom1). Table 4, column 1).

Tingkat pendidikan yang semakin tinggi A higher educational level correlates to


berkolerasi dengan meningkatnya the increasing contributions for
kontribusi iuran untuk tabungan hari tua. retirement savings. Furthermore, the
Selanjutnya, asosiasi antara kontribusi association between contributions for
untuk tabungan hari tua dengan tingkat retirement savings and income levels is
pendapatan juga positif dan signifikan DOVRSRVLWLYHDQGVLJQLILFDQW ȕ 
ȕ   p < .01; Tabel 4, kolom1). p< .01; Table 4, column 1). The higher
Semakin tinggi jumlah pendapatan the income, the higher the contributions
maka akan semakin tinggi pula paid for retirement savings. The
kontribusi yang dibayarkan untuk association between contributions for
tabungan hari tua. Asosiasi antara retirement savings and sex is also
kontribusi iuran untuk tabungan hari tua SRVLWLYH DQG VLJQLILFDQW ȕ   S 
dan jenis kelamin juga positif dan .001; Table 4, column 1).
VLJQLILNDQ ȕ p < .001; Tabel 4,
kolom1).

Oleh karena variabel perempuan dalam Therefore, women variable in this study
penelitian ini merupakan dummy is a dummy variable. The OLS shows
variable, OLS menunjukkan bahwa that women save more for their old age
perempuan menabung lebih banyak than men. Thus, this result fully
untuk hari tua dibandingkan dengan supports the hypothesis that all
laki-laki. Dengan demikian, hasil ini demographic variables act as significant
mendukung penuh hipotesis bahwa predictor in this study. For this model,
semua variabel demografis berperan the demographic variable describes
sebagai prediktor signifikan dalam 15.6% of the total variance.
penelitian ini. Untuk model ini, variabel

112 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


demografis menjelaskan 15,6% dari


total varians.

Selanjutnya, goal clarity ditambahkan di Moreover, the goal clarity is added in


model 2 dan literasi keuangan model 2 and financial literacy is added
ditambahkan di model 3. Sesuai dengan to model 3. In accordance with
ekspektasi di awal penelitian, terdapat expectations at the beginning of the
asosiasi positif dan signifikan antara study, there is a positive and significant
kontribusi iuran untuk tabungan hari tua association between contributions to
dan goal clarity ȕ   p < .001; UHWLUHPHQW VDYLQJV DQG JRDO FODULW\ ȕ 
Tabel 4, kolom2) serta antara kontribusi 0.293, p < .001; Table 4, column 2) and
iuran untuk tabungan hari tua dan contributions for retirement savings and
literaVL NHXDQJDQ ȕ   p < .01; ILQDQFLDO OLWHUDF\ ȕ   S  
Tabel 4, kolom3). Table 4, column 3).

Semakin tinggi tingkat goal clarity dan The higher the goal clarity and financial
literasi keuangan seorang pekerja maka literacy level of a worker, his
akan semakin meningkat pula kontribusi contribution for retirement savings will
iuran untuk tabungan hari tuanya. also increase. Thus, these results
Dengan demikian hasil ini mendukung support the hypothesis at the beginning
hipotesis diawal penelitian yang of the study which states that a person
menyatakan bahwa seseorang dengan with goal clarity to live in an old age and
goal clarity kehidupan di masa tua dan higher financial literacy will tend to
literasi keuangan yang yang lebih tinggi better prepare for his financial planning
akan cenderung mempersiapkan for his old age rather than an individual
perencanaan keuangan di masa tua who has lower goal clarity to live in an
secara lebih baik dibandingkan dengan old age and financial literacy.
orang yang memiliki goal clarity
kehidupan di masa tua dan literasi
keuangan yang lebih rendah.

Variabel demografis dan variabel goal Demographic and goal clarity variables
clarity dapat menerangkan 20,6% dari can explain 20.6% of the total variance

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 113


total varians di model 2 (Tabel 4, kolom in model 2 (Table 4, column 2) whereas


2) sedangkan variabel demografis, goal demographic, goal clarity and financial
clarity dan literasi keuangan dapat literacy variables can explain 22.4% of
menjelaskan 22,4% dari total varians di total variance in model 3 (Table 4,
model 3 (Tabel 4, kolom 3). column 3). Adding the goal clarity
Menambahkan variabel goal clarity variable in model 2 will significantly
dalam model 2 meningkatkan F-ratio increase F-ratio (F (1,183) = 7.9 3, p <
secara signifikan (F(1,183) = 7.93, p < .001). Then, adding the financial literacy
.001). Selanjutnya, menambahkan variable in model 3 also significantly
variabel literasi keuangan di model 3 increase the F -ratio when it is
juga secara signifikan meningkatkan F- compared to model 2 (F (1,182) = 7.50,
ratio jika dibandingkan dengan model 2 p < .001).
(F(1,182) = 7.50, p < .001).

Di model terakhir, variabel time In the final model, the time perspective
perspective ditambahkan dan terdiri dari variable is added and consists of past
past positive TP, past negative TP, positive TP, past negative TP, present
present fatalistic TP, present hedonistic fatalistic TP, present hedonistic TP, and
TP and future TP. Bertolak belakang future TP. Contrary to expectations at
dengan ekspektasi di awal penelitian ini, the beginning of this study, none of five
tidak ada satupun dari tipe-tipe time time perspective types emerges as
perspective muncul sebagai prediktor VLJQLILFDQWSUHGLFWRUVLQWKLVPRGHO ȕ -
yang signifikan dalam model ini ȕ  - QVȕ QVȕ QV
1.413, nsȕ ns; ȕ ns; ȕ   QV ȕ   QV 7DEOH 
ȕ   ns; ȕ   ns; Tabel 4, column 4).
kolom4).

Dengan demikian hipotesis di awal Thus, the hypothesis at the beginning of


penelitian yang menyatakan bahwa time this study, which states that the time
perspectives akan berpengaruh perspectives will influence the
terhadap perilaku menabung untuk hari behaviour of saving for old age, is not
tua tidak terbukti kecuali present proven except for the present fatalistic
fatalistic TP. Bagaimanapun juga, TP. However, all predictive variables in

114 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


seluruh variabel prediktor di model ini this model can account for 24.3% of
dapat menjelaskan 24,3% dari total total variance (Table 4 , column 4) and
varians (Tabel 4, kolom 4) dan adding a time perspective variable in
menambahkan variabel time model 4 also increases the F-ratio
perspective di model 4 juga significantly (F (5.177 ) = 4.731, p <
meningkatkan F-ratio secara signifikan .001).
(F(5,177) = 4.731, p < .001).

Selanjutnya, penelitian ini juga Furthermore, this study also shows that
menunjukkan bahwa terdapat asosiasi there is a significant and positive
positif yang signifikan antara kontribusi association between contributions to
XQWXNWDEXQJDQKDULWXDGDQQHJDUD ȕ  UHWLUHPHQW VDYLQJV DQG VWDWH ȕ  -
-3.026, p < .01; Tabel 4, kolom1). Oleh 3.026, p < .01; Table 4, column 1). As
karena Inggris merupakan dummy the United Kingdom is a dummy
variable, maka dapat dikatakan bahwa variable, it can be said that the workers
para pekerja di Inggris memiliki in the United Kingdom have a lower
kontribusi yang lebih rendah contribution compared to workers in
dibandingkan dengan para pekerja di Indonesia. It is contradictory to the initial
Indonesia. Hal ini bertolak belakang hypothesis which states that workers in
dengan hipotesis di awal yang the United Kingdom save more for their
menyatakan bahwa pekerja di Inggris old age.
menabung lebih banyak untuk hari
tuanya.

Tabel 4 OLS regresi untuk kontribusi Table 4 OLS regression for


iuran untuk tabungan untuk hari tua bagi contributions of retirement savings of
responden di Indonesia dan di Inggris Indonesian and Britain workers

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 115


Tabel 4. Kontribusi untuk tabungan hari tua


Table 4. Contributions for retirement savings

Literasi
Demografis Goal clarity keuangan Time
Demographic Financial Perspective
literacy
(1) (2) (3) (4)
** *
Usia 0.154 0.087 0.078 0.138
Age (0.069) (0.070) (0.069) (0.076)
** *** *** ***
Pendidikan 1.795 2.075 2.049 2.039
Education (0.780) (0.763) (0.757) (0.762)
** * *
Pendapatan 0.679 0.551 0.459 0.533
Income (0.302) (0.296) (0.297) (0.305)
Perempuan 3.223*** 2.725*** 2.634*** 2.800***
Female (1.024) (1.006) (0.998) (1.012)
**
Inggris -3.026 -0.791 -1.366 -1.291
United Kingdom (1.210) (1.346) (1.364) (1.389)
Goal clarity 0.293*** 0.309*** 0.316***
(0.086) (0.086) (0.092)
keuangan 0.746** 0.732
*

Financial literacy (0.367) (0.386)


Past positive TP -1.413
(0.936)
Past negative TP 0.517
(0.726)
Present fatalistic TP -0.005
(0.788)
Present hedonistic
1.353
TP
(1.004)
Future TP 0.339
(0.897)
Constant -1.550 -6.972** -8.769
***
-14.082
**

(2.808) (3.159) (3.254) (6.065)

Observations 190 190 190 190


R2 0.156 0.206 0.224 0.243
2
Adjusted R 0.133 0.180 0.194 0.192
Residual Std. Error 6.969 (df = 184) 6.776 (df = 183) 6.718 (df = 182) 6.729 (df = 177)
6.791*** (df = 5; 7.504*** (df = 7; 4.731*** (df = 12;
F Statistic 7.928*** (df = 6; 183)
184) 182) 177)
* ** ***
Note: p < .05, p < .01, p < .001

116 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


Sebagaimana terlihat pada tabel 4, As shown in Table 4, the independent t-


independent t-test menunjukkan bahwa test shows that the average of workers
rata-rata pekerja di Indonesia secara in Indonesia is significantly more
signifikan lebih khawatir tentang worried about their income in old age
penghasilan di masa tua (M= 5.671) jika (M = 5.671) rather than workers in the
dibandingkan dengan pekerja di Inggris United Kingdom (M = 4.431), t (87.3) =
(M= 4.431), t(87.3) = 2.871, p < .05. 2.871, p < .05. Then, this research
Selanjutnya, penelitian ini menunjukkan shows that there is no difference
bahwa tidak terdapat perbedaan between workers in Indonesia and the
anatara pekerja di Indonesia dan di United Kingdom related to the opinion
Inggris terkait dengan opini bahwa on who the party to be responsible for
siapakah yang harus bertanggung the adequacy of income in old age is,
jawab terhadap kecukupan penghasilan i.e. t (107.87) = 1,216, p > .05.
di masa tua t(107.87) = 1.216, p > .05.

Responden di kedua negara setuju Respondents in both countries agree


bahwa tanggung jawab terhadap that the responsibility for the adequacy
kecukupan pendapatan di masa tua of income in old age is more on the
lebih menjadi tanggung jawab masing- individuals rather than the government.
masing individu daripada menjadi Related to the extent that the
tanggung jawab pemerintah. Terkait respondents are informed about the
dengan seberapa jauh para responden retirement savings programme, an
terinformasi dengan program menabung independent t-test shows that the
untuk hari tua, independent t-test respondents in the UK are on average
menunjukkan bahwa secara rata-rata, better informed about the retirement
responden di Inggris lebih terinformasi savings scheme (M = 2.490) rather than
tentang skema tabungan hari tua (M= respondents in Indonesia (M = 2.385).
2.490) dibandingkan dengan responden However, the difference is not
di Indonesia (M= 2.385). Namun significant t (84.77) = -0.725, p > .05.
perbedaan tersebut tidak signifikan
t(84.77) = -0.725, p > .05.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 117


D. PEMBAHASAN D. DISCUSSION

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk The purpose of this research is to study
menyelidiki faktor-faktor yang factors which determine the Indonesian
menentukan perilaku pekerja untuk and Britain workers’ behaviour to save
lebih banyak menabung untuk hari tua more for a smooth retirement period.
baik bagi para pekerja di Inggris The factors used in this study consist of
maupun di Indonesia. Faktor-faktor demographic variables, i.e. age,
yang digunakan dalam penelitian ini education, income, sex and
terdiri dari variabel demografis yang psychological variable, i.e. goal clarity,
terdiri dari usia, pendidikan, financial literacy, and time perspective.
pendapatan, jenis kelamin dan variabel
psikologis yang terdiri atas goal clarity,
literasi keuangan dan time perspective.

Untuk responden di kedua negara, For respondents in two countries,


Indonesia dan Inggris, penelitian ini Indonesia and the United Kingdom, this
menunjukkan bahwa semakin study shows that the increasing age is
bertambahnya usia diasosiasikan related to a higher contribution to
dengan kontribusi iuran yang lebih tinggi retirement savings. This means that this
untuk tabungan hari tua yang artinya study has confirmed the findings of
penelitian ini telah mengkonfirmasi previous studies (Bassett et al., 1998;
temuan dari penelitian sebelumnya Glass & Kilpatrick, 1998). This study
(Bassett et al., 1998; Glass & Kilpatrick, also shows that workers with a higher
1998). Penelitian ini juga menunjukkan education level are associated with the
bahwa pekerja dengan tingkat higher contributions level of retirement
pendidikan yang lebih tinggi savings (Devaney & Su, 1997; Yuh &
diasosiasikan dengan tingkat kontribusi Olson, 1997).
iuran untuk tabungan hari tua yang lebih
tinggi (Devaney & Su, 1997; Yuh &
Olson, 1997).

Sejalan dengan ekspektasi awal, tingkat In line with initial expectations, the

118 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


pendapatan juga muncul sebagai income level also emerges as a


prediktor signifikan dalam persentase significant predictor of the percentage
iuran yang dikontribusikan dalam of contributions to retirement savings,
tabungan hari tua dimana semakin where the income raise is associated
meningkatnya pendapatan with a higher percentage of
diasosiasikan dengan persentase iuran contributions to retirement savings
yang lebih tinggi untuk tabungan hari (Modigliani, 1986; Collins, 1991). In
tua (Modigliani, 1986; Collins, 1991). terms of sex, this research suggests
Terkait dengan jenis kelamin, penelitian that women save more for old age than
ini menunjukkan bahwa perempuan men. It confirms previous researches,
menabung lebih banyak untuk hari which state that women save more than
tuanya dibandingkan dengan laki-laki men (Behling, Kilty, & Foster, 1983).
yang mengkonfirmasi penelitian Thus, demographic variables, which
sebelumnya yaitu perempuan consist of age, education, income and
menabung lebih banyak daripada laki- sex, emerge as significant predictors of
laki (Behling, Kilty, & Foster, 1983). behaviour to save for retirement related
Dengan demikian variabel demografis to respondents in Indonesia and the
terdiri dari usia, pendidikan, pendapatan United Kingdom.
dan jenis kelamin muncul sebagai
prediktor signifikan dalam perilaku
menabung untuk hari tua bagi para
responden di Indonesia dan di Inggris.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa This study also shows that there is a
terdapat asosiasi positif yang signifikan significant positive association between
antara goal clarity dan kontribusi untuk goal clarity and contributions to
tabungan hari tua. Hal ini sesuai dengan retirement savings. This is consistent
temuan pada penelitian sebelumnya with the findings of previous research
yang menyatakan bahwa pekerja which states that workers with higher
dengan goal clarity yang lebih tinggi goal clarity will contribute more to
akan berkontribusi lebih banyak untuk retirement savings (Stawski & Hershey,
tabungan hari tua (Stawski & Hershey, 2007). Furthermore, this study also
2007). Selanjutnya, penelitian ini juga shows that financial literacy has a

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 119


menunjukkan bahwa literasi keuangan positive association with the


memiliki asosiasi positif dengan jumlah contributions to retirement savings,
kontribusi iuran untuk tabungan hari tua where such findings confirm previous
dimana temuan tersebut research findings that workers with
mengkonfirmasi temuan penelitian higher financial literacy save more for
sebelumnya yaitu pekerja dengan old age (Behrman et al., 2012; Klapper
literasi keuangan yang lebih tinggi et al., 2014; Lusardi and Mitchell,
menabung lebih banyak untuk hari tua 2008). In terms of the time perspective,
(Behrman et al., 2012; Klapper et al., this research does not show any
2014; Lusardi & Mitchell, 2008). Terkait association between all types of time
dengan time perspective, peneitian ini perspective and the behaviour of saving
tidak menunjukkan adanya asosiasi for old age.
antara semua jenis time perspective
dengan perilaku menabung untuk hari
tua.

Hasil lain adalah bahwa responden di Other result is that the respondents in
Indonesia membayarkan kontribusi Indonesia pay higher contributions for
iuran untuk tabungan hari tua lebih retirement savings than respondents in
tinggi dibandingkan dengan responden the United Kingdom. This result is
di Inggris. Hasil ini bertolak belakang contradictory to the findings of previous
dengan temuan penelitian terdahulu studies which suggest that people living
yang menyatakan bahwa orang-orang in developed countries save more for
yang tinggal di negara maju menabung retirement than people living in
lebih banyak untuk pensiun developing countries (Edwards, 1996;
dibandingkan dengan orang-orang yang Loayza, Schmidt-Hebbel, and Servén,
tinggal di negara berkembang 2000; Ozcan & Ozcan, 2004).
(Edwards, 1996; Loayza, Schmidt-
Hebbel, & Servén, 2000; Ozcan &
Ozcan, 2004).

Salah satu penjelasan atas temuan ini One of the explanations for this finding
adalah perbedaan usia pensiun di is the difference of retirement age in

120 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


kedua negara yaitu 55 tahun di both countries, namely 55 years old in


Indonesia dan 65 tahun di Inggris. Indonesia and 65 years old in the
Pekerja di Indonesia yang memiliki usia United Kingdom. Indonesian workers
pensiun lebih dini daripada pekerja di who have an earlier retirement age
Inggris dimungkinkan terpacu untuk rather than their counterparts in the
berkontribusi lebih banyak untuk United Kingdom may be more
tabungan masa tuanya dan pekerja di motivated to contribute more in their
Inggris terpacu untuk berkontribusi lebih retirement savings and workers in the
sedikit untuk tabungan masa tuanya United Kingdom are motivated to give
karena usia pensiun yang jauh lebih less contributions for their retirement
panjang daripada pekerja di Indonesia. savings as they have a longer
retirement age than workers in
Indonesia.

Penjelasan lain yang dapat digunakan Other explanation which may prevail on
terhadap temuan di penelitian ini juga the findings of this research is also
dapat didasarkan pada hasil penelitian based on this research result, i.e.
ini sendiri yaitu pekerja di Indonesia Indonesian workers are more anxious
lebih khawatir akan kecukupan on the adequacy of income in their
pendapatan di hari tua jika retirement than workers in the United
dibandingkan dengan pekerja di Inggris Kingdom. Therefore, workers in
sehingga sebagai dampaknya pekerja di Indonesia save more for their
Indonesia menabung lebih banyak retirement. Furthermore, this research
untuk masa tuanya. Lebih jauh lagi, finds several individuals who have not
pada penelitian ini ditemukan bahwa had their retirement savings. The
masih terdapat beberapa orang yang majority cause of this phenomenon is
belum memiliki tabungan hari tua yang they plan to save more in the future.
mayoritas penyebabnya adalah bahwa This reason is also in line with previous
mereka merencanakan untuk studies, which state that procrastinator
menabung lebih banyak di masa is a barrier to retirement savings
depan. Alasan ini tentu saja sesuai (Thaler, 2004).
dengan penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa procrastinator

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 121


menjadi penghambat dalam menabung


untuk hari tua (Thaler, 2004).

Pada penelitian ini dapat disimpulkan In this study, it can be concluded that
bahwa variabel demografis yang terdiri the demographic variables consisting of
dari usia, pendidikan, pendapatan, jenis age, education, income, sex and
kelamin dan variabel psikologis yang psychological variables consisting of
terdiri dari goal clarity dan literasi goal clarity and financial literacy
keuangan muncul sebagai prediktor emerge as positive and significant
positif dan signifikan dalam memprediksi predictors in predicting the behaviour of
perilaku menabung untuk hari tua. saving for old age. An individual will
Seseorang akan menabung lebih save more for retirement savings along
banyak untuk tabungan hari tua sejalan with the increase of age, educational
dengan bertambahnya usia, levels, incomes, goal clarity and
meningkatnya tingkat pendidikan, financial literacy. However, despite of
meningkatnya penghasilan, all these predictors, it can be said that
meningkatnya goal clarity dan the clear purpose to live in old age
meningkatnya literasi keuangan. becomes the strongest factor for
Namun, terlepas dari semua prediktor predicting the behaviour of saving for
tersebut, dapat dikatakan bahwa retirement.
kejelasan tujuan akan kehidupan di hari
tua menjadi faktor terkuat untuk
memprediksi perilaku menabung untuk
hari tua.

E. KESIMPULAN E. CONCLUSION

Implikasi dari penelitian ini menunjukkan The implication of this study clearly
dengan jelas bahwa goal clarity shows that the individual’s goal clarity
seseorang akan kehidupannya di masa to live in old age is a highly significant
tua menjadi faktor yang sangat penting factor to influence such individual to
untuk mempengaruhinya untuk save more for his old age. Public and
menabung lebih banyak untuk masa private institutions engaged in the

122 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


tuanya. Institusi pemerintah maupun retirement savings or pension sector


swasta yang bergerak di bidang jasa can hold trainings to assist in improving
tabungan hari tua ataupun pensiun people’s goal clarity for their life in old
dapat melakukan pelatihan untuk age.
membantu meningkatkan goal clarity
kehidupan seseorang di masa tuanya.

Desain pelatihan tersebut dapat Such training design can be intervened


diintervensi dengan mengingatkan tiap by reminding each participant on
peserta akan tujuan spesifik yang ingin specific purposes to be accomplished in
mereka capai di masa tuanya seperti her/his old age, such as financial
target kebebasan finansial di masa tua, freedom in old age, enjoying their
menikmati masa tua dengan berlibur retirement by taking a holiday with their
bersama keluarga, menikmati masa tua family, enjoying facilities on healthcare,
dengan mendapat kemudahan apabila etc.
membutuhkan pelayanan kesahatan
dan lainnya.

Tujuan spesifik yang ingin dicapai di These specific purposes to be


masa tua inilah yang akan membantu accomplished in the old age will assist
menciptakan gambaran rinci terhadap in creating a detailed view on the
kehidupan masa tua seperti apa yang retirement life to be enjoyed. Thus, they
akan dijalani sehigga dapat memberikan can encourage high motivation to
motivasi tinggi untuk mencapai target accomplish such specific target
yang spesifik tadi (Petkoska & Earl, (Petkoska & Earl, 2009).
2009).

Selain itu, pelatihan yang diberikan tadi In addition, the training provided may
dapat juga dilengkapi dengan also be equipped with financial
pendidikan keuangan untuk education to improve financial literacy.
meningkatkan literasi keuangan Thus, it is expected to affect an
sehingga diharapkan dapat individual for saving more for her/his
mempengaruhi sesorang untuk retirement.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 123


menabung lebih banyak untuk masa


pensiunnya.

DAFTAR PUSTAKA / BIBLIOGRAPHY

Arifianto, A. (2004). Public Policy Towards the Elderly in Indonesia: Current Policy
and Future Directions. SSRN Electronic Journal, 1–29.
http://doi.org/10.2139/ssrn.659882
Bassett, W. F., Fleming, M. J., & Rodrigues, A. P. (1998). How workers use 401(k)
plans: the participation, contribution, and withdrawal decisions. National Tax
Journal, 51(2), 263–269.

Behrman, J. R., Mitchell, O. S., Soo, C. K., & Bravo, D. (2012). How Financial
Literacy Affects Household Wealth Accumulation, 102(3).
Choi, Laibson, D., Madrian, B. C., & Metrick, A. (2004). For Better or for Worse:
Default Effects and 401(k) Savings Behavior. Perspectives on the Economics
of Aging (Vol. 401). http://doi.org/10.1108/09513570310482345
Collins, S. M. (1991). Saving Behavior in Ten Developing Countries. National
Saving and Economic Performance, (January), 349–376. Retrieved from
http://www.nber.org/books/bern91-2
Earl, J. K., Bednall, T. C., & Muratore, a. M. (2015). A matter of time: Why some
people plan for retirement and others do not. Work, Aging and Retirement,
1(2), 181–189. http://doi.org/10.1093/workar/wau005
Edwards, S. (1996). Why are Latin America’s savings rates so low? An
international comparative analysis. Journal of Development Economics, 51(1),
5–44.
Ginn, J., & Arber, S. (2001). Pension prospects of minority ethnic groups:
Inequalities by gender and ethnicity. British Journal of Sociology, 52(3), 519–
539. http://doi.org/10.1080/00071310120071160
Glass, J. C., & Kilpatrick, B. B. (1998). Gender comparisons of baby boomers and
financial preparation for retirement. Educational Gerontology.

Hershey, D. A., Mowen, J. C., & Jacobs-Lawson, J. M. (2003). An experimental


comparison of retirement planning intervention seminars. Educational
Gerontology, 29(4), 339–359.

+XUG0' :LVH'$  7KH:HDOWKDQG3RYHUW\RI:LGRZVௗ$VVHWV


Before and After the Husband ’ s Death. The Economics of Aging, 151 – 175.
http://doi.org/10.3386/w2325

124 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


Jacobs-Lawson, J., & Hershey, D. (2005). Influence of future time perspective,


financial knowledge, and financial risk tolerance on retirement saving
behaviors. Financial Services Review, 14(August), 331–344. Retrieved from
http://scholar.google.com/scholar?hl=en&btnG=Search&q=intitle:Influence+of
+future+time+perspective,+financial+knowledge,+and+financial+risk+toleranc
e+on+retirement+saving+behaviors#0
Klapper, L., Lusardi, A., & van Oudheusden, P. (2014). Financial Literacy Around
the World: Insights from the standard & poor’s ratings services global financial
literact survey. Journal of Pension Economics and Finance.
http://doi.org/10.1017/S1474747211000448
Kostal, J., Klicperova, M., Lukavska, K., & Lukavsky, J. (2015). Short version of
the Zimbardo Time Perspective Inventory ( ZTPI – short ) with and without the
Future-Negative scale , verified on nationally representative samples. Time &
Society, 0(0), 1–24. http://doi.org/10.1177/0961463X15577254
Loayza, N., Schmidt-Hebbel, K., & Servén, L. (2000). What Drives Private Saving
Across the World? Review of Economics and Statistics, 82(2), 165–181.
Lusardi, A., & Mitchell, O. S. (2008). 3ODQQLQJDQG)LQDQFLDO/LWHUDF\࣯+RZ'R
:RPHQ)DUH࣯" National Bureau of Economic Research.
Mitchell, O. S., & Moore, J. F. (1998). Can Americans Afford to Retire? New
Evidence on Retirement Saving Adequacy. The Journal of Risk and
InsuranceThe Journal of Risk and Insurance, 65(3), 371–400. Retrieved from
http://www.jstor.org/sTabel/253656
Modigliani, F. (1986). Life cycle, individual thrift, and the wealth of nations.
American Economic Review.
Ozcan, K. M., Gunay, A., & Ertac, S. (2003). Determinants of private savings
behaviour in Turkey. Applied Economics, 35(12), 1405–1416. Retrieved from
http://dx.doi.org/10.1080/0003684032000100373
Petkoska, J., & Earl, J. K. (2009). Understanding the influence of demographic and
psychological variables on retirement planning. Psychology and Aging, 24(1),
245–251. http://doi.org/10.1037/a0014096
Quick, H. E., & Moen, P. (1998). Gender, employment and retirement quality: A life
course approach to the differential experiences of men and women. Journal of
Occupational Health Psychology, 3(1), 44–64. http://doi.org/10.1037/1076-
8998.3.1.44
Ross, M., Wang, Q., Ross, M., & Wang, Q. (2010). Why We Remember and What
:H5HPHPEHUௗ&XOWXUHDQG$XWRELRJUDSKLFDO0HPRU\5(4), 401–409.
Stawski, R. S., & Hershey, D. A. (2007). Goal Clarity and Financial Planning
Activities as Determinants of Retirement Savings Contributions. The
International Journal of Aging and Human Development, 64(1), 13–32.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 125


TaylorǦCarter, M. A., Cook, K., & Weinberg, C. (1997). Planning and Expectations
of the Retirement Experience. Educational Gerontology, 23(3), 273–288.
http://doi.org/10.1080/0360127970230306
Thaler, R. H. (2004). Save More Tomorrow TMௗ: Using Behavioral Economics to
Increase Employee Saving Author ( s ): Richard H . Thaler and Shlomo
%HQDUW]L6RXUFHௗ-RXUQDORI3ROLWLFDO(FRQRP\9RO1R6Papers in
+RQRURI6KHUZLQ5RVHQௗ$6XSSOHPHQWWR9ROXPHJournal of Political
Economy, 112(February 2004).
Winell, M. (1987). Personal goals: The key to self-direction in adulthood. In M. E.
Ford & D. H. Ford (Eds.), Humans as self-constructing living systems: Putting
the framework to work (pp. 261–287). Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum.

Wood, A., Downer, K., Lees, B., & Toberman, A. (2012). Household financial
decision making: Qualitative research with couples. Department for Work and
Pensions, Research R.
World Bank. (2014). Reducing inequality in Indonesia.
Zimbardo, P. G., & Boyd, J. N. (1999). Putting time in perspective: A valid, reliable
individual-differences metric. Journal of Personality and Social Psychology.
http://doi.org/10.1037//0022-3514.77.6.1271

126 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ
Eldest Augustin is Junior Manager of Strategic Partnership for Social Security, which
is part of Strategic Planning Divission in BPJS Ketenagakerjaan. She is responsible
for initiating & collaborating strategic partnership with international & national
institutions including technical cooperation under affiliated organization e.g.
International Social Security Association (ISSA), Asian Workers Compensatoin
Forum (AWCF), International Labour Organization (ILO), etc. All of activities are
needed to leverage the organization capacity as on international megatrend
reference. She holds Master of Science in Behavioural Economics from City
University of London and Bachelor Degree of Chemical Engineering from University
of Lampung.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Eldest Augustin adalah Penata Utama Kemitraan Strategis Jaminan Sosial, Divisi
Perencanaan Strategis. Dalam kesehariannya, Eldest bertanggung jawab untuk
melakukan inisiasi & kolaborasi kemitraan strategis dengan berbagai institusi
internasional dan nasional termasuk didalamnya melakukan pengembangan
kerjasama teknis bersama organisasi yang terafiliasi dalam asosiasi seperti
International Social Security Association (ISSA), Asian Workers Compensatoin
Forum (AWCF), International Labour Organization (ILO), dan lain-lain. Semua
kegiatan tersebut bertujuan untuk melakukan peningkatan kapasitas organisasi yang
mengacu pada megatrend internasional jaminan sosial. Eldest meraih gelar Master
of Science di bidang Behavioral Economics dari City University of London dan
Sarjana Teknik Kimia dari Universitas Lampung.

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 127
128 :ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ


.(7(178$13(18/,6$1 
.HWHQWXDQ8PXP
 $UWLNHO\DQJGLSXEOLNDVLNDQ-XUQDO,QVWLWXW%3-6.HWHQDJDNHUMDDQEHUXSDKDVLO
SHQHOLWLDQ GDQ QRQ SHQHOLWLDQ LOPLDKSRSXOHU  EDLN GDUL LQWHUQDO PDXSXQ
HNVWHUQDO %3-6 .HWHQDJDNHUMDDQ \DQJ PHPLOLNL UHOHYDQVL MDPLQDQ VRVLDO
NHWHQDJDNHUMDDQSHQJHPEDQJDQVXPEHUGD\DPDQXVLDHNRQRPLNHXDQJDQ
GDQNHELMDNDQSXEOLN
 1DVNDK \DQJ GLNLULP PHUXSDNDQ NDU\D DVOL EHOXP SHUQDK GDQ DWDX DNDQ
GLWHUELWNDQPHGLDGLSXEOLNDVLODLQQ\D
 $UWLNHO GLNHWLN GDODP EDKDVD ,QGRQHVLD GDQ DWDX EDKDVD ,QJJULV GHQJDQ
XNXUDQ NHUWDV NXDUWR GHQJDQ MXPODK PLQLPDO  KDODPDQ GDQ PDNVLPDO 
KDODPDQGDODPEHQWXNhardcopy DWDXsoftcopy. 
 $UWLNHOGLNHWLNGDODPEHQWXNMicrosoft WordGHQJDQXNXUDQNHUWDV$GHQJDQ
PHQJJXQDNDQWLSHKXUXITimes New RomanXNXUDQfontGDQVSDVL
 5HGDNVLEHUKDNPHQ\XQWLQJVHWLDSQDVNDK\DQJPDVXN

.HWHQWXDQ3HQXOLVDQ1DVNDK
8UXWDQQDVNDKPHQJLNXWLIRUPDWVHEDJDLEHULNXW
 -XGXO -XGXO WLGDN PHOHELKL  NDWD GDODP EDKDVD ,QGRQHVLD GDQ GDODP
EDKDVD,QJJULVWLGDNPHOHELKLNDWD
 'DWD3HQXOLVGLWXOLVOHQJNDSWDQSDJHODUGLFDQWXPNDQQDPD
 $EVWUDN GLEXDW GDODP EDKDVD ,QGRQHVLD GDQ ,QJJULV WHUGLUL SDOLQJ EDQ\DN
NDWDEHULVLWXMXDQPHWRGHGDQKDVLOSHQHOLWLDQ
200
 .DWD .XQFL PHPXDW NRQVHS \DQJ WHUNDQGXQJ GDODP DUWLNHO GLWXOLV GDODP
EDKDVD ,QGRQHVLD GDQ EDKDVD ,QJJULV WHUGLUL GDUL  ±  NDWD GLWXOLV GL EDZDK
DEVWUDN
 3HQGDKXOXDQ EHULVL ODWDU EHODNDQJ SHUXPXVDQ PDVDODK NHUDQJND WHRULWLV
GDQWXMXDQSHQHOLWLDQ\DQJGLEXDWVHFDUDULQJNDV
 0HWRGRORJL PHPXDW VHFDUD ULQFL GDQ MHODV PHQJHQDL ORNDVL GDQ ZDNWX
SHQHOLWLDQVXPEHUGDWDVHUWDEDJDLPDQDPHWRGHDQDOLVLVGDWDQ\D
 3HPEDKDVDQ %DJLDQ LQL PHPXDW GDWD DQDOLVLV GDWD GDQ LQWHUSUHWDVL
WHUKDGDSKDVLO
 6LPSXODQGLWXOLVGDODPEHQWXNHVVD\\DQJPHPXDWKDVLOGDULSHQHOLWLDQ
 'DIWDU 3XVWDNDPHQXOLVNDQ VHOXUXK SXVWDND \DQJ GLJXQDNDQ GDODP
SHQXOLVDQ

3HQJLULPDQ1DVNDK
1DVNDK GDSDWdikirim
Naskah dapat GLNLULP PHODOXL
melalui HPDLO
email  MXUQDO#ESMVNHWHQDJDNHUMDDQJRLG DWDX YLD
:yulianti@bpjsketenagakerjaan.go.id,
SRV NH 5HGDNVL 3HODNVDQD -XUQDO ,QVWLWXWatau
syamsumarlin@bpjsketenagakerjaan.go.id %3-6
via.HWHQDJDNHUMDDQ GHQJDQ DODPDW
/HDUQLQJ
pos ke Redaksi Pelaksana Jurnal Institut BPJS 3XVDW
2IILFH %3-6 .HWHQDJDNHUMDDQ .DQWRU -O -HQGUDOdengan
Ketenagakerjaan *DWRW 6XEURWR
alamat
1R-DNDUWD6HODWDQ7HOS)D[
/HDUQLQJ2ႈFH%3-6.HWHQDJDNHUMDDQ.DQWRU3XVDW-O-HQGUDO*DWRW6XEURWR1R
79 Jakarta Selatan 12930. Telp :021 520 7797 Fax 021 5260443

:ƵƌŶĂů/ŶƐƟƚƵƚW:^<ĞƚĞŶĂŐĂŬĞƌũĂĂŶdĂŚƵŶϮϬϭϳsŽůƵŵĞϮ 129

Anda mungkin juga menyukai