Anda di halaman 1dari 92

MODUL I

PRAKTIKUM THAHARAH

A. Kompetensi

Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan


melakukan thaharah.
Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mendemonstrasikan tata cara wudhu.
2. Mendemontrasikan tata cara tayamum
3. Menjelaskan urutan tata cara mandi wajib

B. Strategi Pembelajaran

1. Belajar dan Latihan Mandiri


2. Belajar dengan melihat video.

C. Prasyarat

Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar tentang konsep ibadah,
dan teori tentang thaharah.
Sebelum berlatih, mahasiswa harus:
1. mempelajari kembali prosedur praktikum tentang thaharah.
2. mempelajari kembali prosedur praktikum tentang wudhu, tayamum dan
mandi wajib

D. Teori

1. Wudhu
Syarat yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang hendak melakukan shalat ialah
bersuci (thoharoh) dari hadast dan najis, baik tempat, badan, dan pikiran. Hadast
dibagi menjadi dua, kecil dan besar. Hadast kecil dapat dihilangkan dengan wudlu,
sedangkan hadast besar hanya dapat dihilangkan dengan mandi janabah. Baik
wudlu maupun mandi janabah, bila ada keterpaksaan, dapat diganti dengan
tayamum.

Dasar Hukum
‫س ُحوا‬ َ ‫ام‬ْ ‫ق َو‬ ِ ِ‫سلُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأ َ ْي ِد َي ُك ْم ِإ َلى ا ْل َم َراف‬ ِ ‫ص ََل ِة َفا ْغ‬ َّ ‫َيا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإذَا قُ ْمت ُ ْم ِإ َلى ال‬
َ ‫علَ ٰى‬
‫سفَ ٍر‬ َ ‫ط َّه ُروا ۚ َو ِإن كُنت ُم َّم ْرض َٰى أ َ ْو‬ َّ ‫س ُك ْم َوأ َ ْر ُجلَ ُك ْم ِإلَى ا ْل َك ْع َبي ِْن ۚ َو ِإن كُنت ُ ْم ُجنُبًا فَا‬ ِ ‫ِب ُر ُءو‬
‫س ُحوا‬ َ ‫ام‬ْ َ‫ط ِيِّبًا ف‬ َ ‫ص ِعيدًا‬ َ ‫سا َء فَلَ ْم ت َ ِج ُدوا َما ًء فَت َ َي َّم ُموا‬ َ ِّ‫ست ُ ُم ال ِن‬ْ ‫أ َ ْو َجا َء أ َ َح ٌد ِ ِّمنكُم ِ ِّمنَ ا ْلغَا ِئ ِط أ َ ْو ََل َم‬
ٰ
ُ‫علَ ْيكُم ِ ِّم ْن َح َرجٍ َولَ ِكن يُ ِري ُد ِليُ َط ِ ِّه َر ُك ْم َو ِليُ ِت َّم ِن ْع َمتَه‬ َ ‫َّللاُ ِليَجْ عَ َل‬َّ ‫ِب ُو ُجو ِه ُك ْم َوأ َ ْيدِيكُم ِ ِّم ْنهُ ۚ َما يُ ِري ُد‬
]٥:٦[ َ‫شك ُُرون‬ ْ َ ‫علَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم ت‬
َ

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu

1
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh
air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur.

Syarat syahnya shalat diantaranya adalah suci dari hadast besar dan kecil.
Mensucikan diri dari hadast kecil dapat dilakukan dengan berwudlu dengan air
bersih dan suci, tidak mengandung kotoran yang dapat menimbulkan penyakit.
Menghilangkan hadast kecil dapat juga dilakukan dengan tayamum apabila tidak
ada air, karena sakit atau dalam keadaan darurat,
Adapun tatacara berwudlu adalah sebagai berikut ;

1) Berniat, dalam hati


2) mengucapkan
“bismillahirrahmannirrahim”
2) Membasuh telapak tangan tiga kali sambil
membersihkan sela jari-jari tangan

3) Berkumur sambil menghisap air ke dalam


hidung tiga kali. Gunakan telapak tangan
kanan dalam memasukkan air ke
mulut/hidung, dengan tangan kiri ketika
menyemburkan

4) Membasuh muka tiga kali sambil


membersihkan kotoran yang ada di sudut mata
dan jenggot (jika berjenggot). Adalah suatu
kebaikan apabila dapat melebihkan bagian
muka yang dibasuh.

5) Membasuh kedua tangan sampai siku-


siku. Mulailah tangan kanan tiga kali
kemudian tangan kiri tiga kali

2
6) Mengusap kepala dengan air tiga kali, mulai dari ubun-ubun dari tengkuk ke
ubun-ubun dengan menjalankan kedua telapak tangan ujung muka kepala
(kening) hingga tengkuk dan di kembalikan lagi pada permulaan, kemudian
langsung (tanpa mengambil air baru lagi) mengusap kedua telinga luarnya
dengan dua ibu jari dan dalamnya dengan telunjuk hanya sekali usapan saja,

8) Membasuh kedua kaki minimal sampai mata


kaki. Mulailah dengan membasuh kaki
kanan tiga kali kemudian kaki kiri tiga kali.
Usahakan sela-sela jari kaki juga
dibersihkan, demikian juga kuku jari-jari
kaki

9) Berdo’a/ membaca:
ْ َ ‫ش ِر ْيكَ لَهُ َوا‬
َّ‫ش َه ُداَن‬ َ َ‫ش َه ُد ا َ ْن َلَّاِلَهَ اَِلَّهللاُ َوحْ َد ُه َل‬
ْ َ‫ا‬
‫س ْولُه‬ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ َ ‫ُم َح َّمدًا‬
Asyhadu anal ilaha illallah. Wahdahu la
syarikalah. Waasyhadu anna Muhammadan
abduhu warasuluh
10. Tertib

Catatan:
1. Bedakan dalam berwudhu antara kekumur (mulut), mengisap dan
menyemburkan air (hidung), mengusap (kepala) dan membasuh (telapak
tangan, muka, tangan sampai kesiku serta kaki sampai mata kaki); bukan
semuanya membasuh dan tidak asal basah.
2. Membasuh selain terkena air, anggota wudhu digosok dengan tangan.
3. Tambahan do`a setelah wudhu seperti Allahummaj`alni minattawwabin dst
(HR. Tirmidzi), oleh sebagian ahli haditz didha`ikan status haditsnya.
Muhammadiyah dalam ibadah mahdzah hanya menggunakan hadits sahih
(maqbulah).

2. Tayamum

3
Tayamum adalah cara bersuci dalam keadaan darurat karena adanya halangan
untuk berwudlu atau mandi yang disebabkan karena 1) tidak mendapatkan air, 2)
sakit, berhalangan memakai air atau 3) dikhawatirkan terkena madlarat bila
terkena air. Tayamum dapat menggantikan wudlu dalam keadaan tertentu. Adapun
TATA CARA tayamum adalah sebagai berikut :

1) Berniat dalam hati,


2) lalu membaca basmalah
(bismillahirrahmannirrahim)
3) Meletakkan kedua telapak tangan kepada benda
atau tempat yang berdebu bersih
4) Kedua telapak tangan tersebut ditiup atau
ditapukkan (jika debu terlalu banyak), kemudian
diusapkan ke muka sekali usapan, lalu

5) Kedua telapak tangan, tangan kiri mengusap punggung telapak tangan


kanan, dan sebaliknya tangan kanan mengusap punggung telapak tangan
kiri sekali usapan.
6) Tertib

Catatan :
1) Wudlu atau tayamum menjadi batal apabila : ada sesuatu yang keluar dari
dua jalan (persunatan dan dubur), bersentuhan dengan lain jenis (setubuh),
menyentuh kemaluan, tidur nyenyak dengan posisi miring.
2) Yang membatalkan wudhu juga membatalkan tayamum
3) Sebagaimana wudhu, sekali tayamum juga dapat untuk beberapa kali shalat,
selama masih udzur menggunakan air
4) Tidak ditemukan hadits, setelah bertayamum membaca do`a sebagaimana
do`a setelah wudhu.
5) Bertayamum dengan menepukkan tangan dua kali, dan mengusap tangan
sampai siku berdasarkan hadits mauquf (dha`if). Adapun mengqiaskan
dengan wudhu, menurut Ibnu Thayyari tidak dapat dibenarkan.

3. Mandi Wajib

4
Mandi wajib disebut juga mandi janabah, yang wajib dikerjakan oleh seseorang
yang berhadas besar karena sebab-sebab tertentu seperti keluar mani, haid, nifas
dan sebagainya. Mandi wajib adalah mandi dengan menggunakan air suci dan
bersih(air mutlak) yang mensucikan dengan mengalirkan air tersebut ke seluruh
tubuh mulai
dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Tujuan mandi wajib adalah untuk menghilangkan hadas besar yang harus
dihilangkan sebelum melakukan ibadah sholat dan thawaf.

Dasar Hukum

‫يض ۚ َو ََل ت َ ْق َربُوهُنَّ َحت َّ ٰى‬ َ ِِّ‫يض ۚ قُ ْل ُه َو أَذًى فَا ْعت َ ِزلُوا الن‬
ِ ‫سا َء فِي ا ْل َم ِح‬ ِ ‫سأَلُونَكَ ع َِن ا ْل َم ِح‬ ْ َ‫َوي‬
‫ب‬ُّ ‫ب الت َّ َّوابِينَ َويُ ِح‬ َّ َّ‫َّللاُ ۚ إِن‬
ُّ ‫َّللاَ يُ ِح‬ َ ُ ْ َ َ َ َ
َّ ‫يَ ْط ُه ْرنَ ۚ ف ِإذا تَط َّه ْرنَ فأتُوهُنَّ ِم ْن َحيْث أ َم َر ُك ُم‬
]٢:٢٢٢[ َ‫ه ِرين‬ ِّ ِ ‫ا ْل ُمت َ َط‬
Artinya:“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah:"Haidh itu
adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu haidh;dan janganlah kamu mendekati mereka,sebelum mereka
suci. apabila mereka telah suci,maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”(QS. Al
.Baqoroh:222)

‫َار ٰى َحت َّ ٰى ت َ ْعلَ ُموا َما تَقُولُونَ َو ََل ُجنُبًا إِ ََّل‬ ُ ‫ص ََلةَ َوأَنت ُ ْم‬
َ ‫سك‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ََل ت َ ْق َربُوا ال‬
‫سفَ ٍر أ َ ْو َجا َء أ َ َح ٌد ِ ِّمنكُم ِ ِّمنَ ا ْلغَائِ ِط‬ َ ‫سلُوا ۚ َوإِن كُنتُم َّم ْرض َٰى أ َ ْو‬
َ ‫علَ ٰى‬ ِ َ ‫سبِي ٍل َحت َّ ٰى ت َ ْغت‬ َ ‫عَابِ ِري‬
َّ‫ن‬ َ
َّ ِ‫س ُحوا بِ ُو ُجو ِه ُك ْم َوأ ْيدِي ُك ْم ۚ إ‬
َ‫َّللا‬ َ ‫ام‬َ َ
ْ ‫ص ِعيدًا طيِِّبًا ف‬ َ َ َ
َ ‫سا َء فل ْم ت ِجدُوا َما ًء فتيَ َّم ُموا‬ َ َ ِّ
َ ِ‫ست ُ ُم الن‬ْ ‫أ َ ْو ََل َم‬
[ ً ُ ‫غف‬
‫ورا‬ َ ‫عفُ ًّوا‬ َ َ‫كَان‬٤:٤٣]
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu shalat,sedang kamu
dalam keadaan mabuk,sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,(jangan
pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub,terkecuali sekedar
berlalu saja,hingga kamu mandi.”(QS. An Nisa’:43)

Dari Aisyah RA,“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya


tentang seorang laki-laki yang mendapatkan dirinya basah sementara dia
tidak ingat telah mimpi,beliau menjawab,“Dia wajib mandi”. Dan beliau juga
ditanya tentang seorang laki-laki yang bermimpi tetapi tidak mendapatkan
dirinya basah,beliau menjawab:“Dia tidak wajib mandi”.”(HR. Abu Daud).

Penyebab mandi wajib/ mandi junub:


a) Mengeluarkan air mani baik disengaja maupun tidak sengaja
b) Melakukan hubungan seks / hubungan intim / bersetubuh. Bagi suami/istri
wajib mandi alasannya karena pori-pori terbuka,maka diwajibkan mandi
c) Selesai haid / menstruasi
d) Melahirkan(wiladah) dan pasca melahirkan(nifas).
e) Meninggal dunia yang bukan mati syahid.
f) Ketika orang kafir masuk Islam.

Adapun tata cara mandi wajib adalah sebagai berikut :

5
1. Mulailah dengan niat dan membaca basmalah
2. Membasuh kedua tangan dengan ikhlas niat karena Allah
3. Membasuh kemaluan dengan tangan kiri
4. Berwudhu seperti wudhunya mau shalat
5. Mengambil air dan masukkan jari-jari pada pangkal rambut (boleh dengan
wangi-wangian), dan memulai pada sisi yg kanan
6. Tuangkan air ke atas kepala tiga kali, lalu ratakanlah atas badanmu semuanya,
serta di gosok
7. Membasuh kedua kaki dengan mendahulukan yang kanan, dan jangan
berlebih-lebihan dalam menggunakan air, (HR. Bukhari). Tidak ditemukan
hadits, setelah mandi wajib juga membaca do`a sebagaimana do`a setelah
wudhu.

Hikmah mandi wajib


Mandi merupakan salah satu cara bersuci dalam rangkaian ibadah yang secara
umum mengandung hikmah bagi manusia sebagaimana dijelaskan dalam Al-
Qur'an surat Al-Maidah ayat 6 yaitu:

‫س ُحوا‬ َ ‫ق َوا ْم‬ ِ ِ‫سلُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأ َ ْي ِديَ ُك ْم ِإ َلى ا ْل َم َراف‬ ِ ‫ص ََل ِة َفا ْغ‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإذَا قُ ْمت ُ ْم ِإ َلى ال‬
‫سفَ ٍر‬ َ ‫علَ ٰى‬ َ ‫ط َّه ُروا ۚ َو ِإن كُنتُم َّم ْرض َٰى أ َ ْو‬ َّ ‫س ُك ْم َوأ َ ْر ُجلَ ُك ْم ِإلَى ا ْل َك ْعبَي ِْن ۚ َو ِإن كُنت ُ ْم ُجنُبًا فَا‬ ِ ‫ِب ُر ُءو‬
‫س ُحوا‬ َ ‫ام‬ْ َ‫ص ِعيدًا َط ِيِّبًا ف‬ َ ‫سا َء فَلَ ْم ت َ ِج ُدوا َما ًء فَت َيَ َّم ُموا‬ َ ِِّ‫ست ُ ُم الن‬ْ ‫أ َ ْو َجا َء أ َ َح ٌد ِ ِّمنكُم ِ ِّمنَ ا ْلغَائِ ِط أ َ ْو ََل َم‬
ٰ
‫علَ ْي ُكم ِ ِّم ْن َح َرجٍ َولَ ِكن يُ ِري ُد ِليُ َط ِ ِّه َر ُك ْم َو ِليُتِ َّم‬ َ ‫َّللاُ ِليَجْ َع َل‬َّ ‫ِب ُو ُجو ِه ُك ْم َوأ َ ْيدِيكُم ِ ِّم ْنهُ ۚ َما يُ ِري ُد‬
]٥:٦[ َ‫شك ُُرون‬ ْ َ ‫علَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم ت‬
َ ُ‫نِ ْع َمتَه‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur.

Adapun hikmahnya yaitu:


a) Dapat menetralisasi pengaruh kejiwaan yang ditimbulkan akibat pergaulan
seksual.
b) Dapat memulihkan kekuatan dan kesegaran,dan membersihkan kotoran.
c) Menambah kekhusyuan dalam beribadah
d) Dapat memulihkan kesadaran,kesegaran dan ketenangan pikiran.

E. Prosedur Kerja
1. Persiapan Tindakan, Alat dan Bahan
a. Menentukan tempat praktik wudhu, tayamum dan mandi wajib
b. Menggunakan kamar mandi, tempat wudhu, gayung sebagai alat demonstarasi.

2. Tahap Kerja
Wudhu
6
NO KEGIATAN
1 Berniat di dalam hati
2 Mengucapkan basmalah
3 Membasuh kedua tangan
4 Berkumur dan
5 Menghirup air ke dalam hidung
6 Mencuci muka
7 Membasuh kedua tangan
8 Membasuh kepala dan telinga
9 Mencuci kaki
10 Mengakhiri dengan membaca doa
11 Tertib

Tayamum

NO KEGIATAN
1 Membaca niat didalam hati
2 Mengucapkan basmalah
3 Meletakkan kedua telapak tangan kepada benda atau tempat yang berdebu
bersih
4 Kedua telapak tangan tersebut ditiup atau ditapukkan (jika debu terlalu
banyak), kemudian diusapkan ke muka sekali usapan.
5 Kedua telapak tangan, tangan kiri mengusap punggung telapak tangan kanan,
dan sebaliknya tangan kanan mengusap punggung telapak tangan kiri sekali
usapan
6 Berdoa
7 tertib

Mandi

NO KEGIATAN
1 Berniat dalam hati
2 Mengucapkan basmalah
3 Membasuh kedua tangan
4 Membasuh kemaluan dengan tangan kiri
5 Membasuh tangan kiri dengan sabun atau disikat
6 Berwudhu seperti wudhunya mau shalat
7 Mengambil air dan masukkan jari-jari pada pangkal rambut (boleh dengan
wangi-wangian), dan memulai pada sisi yg kanan
8 Menuangkan air ke atas kepala tiga kali,
9 lalu meratakan air keseluruh badan dan mengutamakan bagian badan sebelah
kanan
10 Membasuh kedua kaki dengan mendahulukan yang kanan,
11 dan jangan berlebih-lebihan dalam menggunakan air
12 Tertib

7
F. Daftar Penilaian Prosedur Kerja (Isi sesuai dengan prosedur kerja)

Tabel 1.1
Daftar Penilaian Prosedur Kerja Wudhu

Perlu
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
Latihan
1. Berniat di dalam hati
2. Mengucapkan basmalah
3. Membasuh kedua tangan
4. Berkumur dan
5. Menghirup air ke dalam hidung
6. Mencuci muka
7. Membasuh kedua tangan
8. Membasuh kepala dan telinga
9. Mencuci kaki
10. Mengakhiri dengan membaca doa
11. Tertib

Tabel 1.2
Daftar Penilaian Prosedur Kerja Tayamum

Perlu
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
Latihan
1. Membaca niat didalam hati
2. Mengucapkan basmalah
3. Meletakkan kedua telapak tangan
kepada benda atau tempat yang
berdebu bersih
4. Kedua telapak tangan tersebut ditiup
atau ditapukkan (jika debu terlalu
banyak), kemudian diusapkan ke
muka sekali usapan.
5. Kedua telapak tangan, tangan kiri
mengusap punggung telapak tangan
kanan, dan sebaliknya tangan kanan
mengusap punggung telapak tangan
kiri sekali usapan
6. Berdoa
7. tertib

Tabel 1.3
Daftar Penilaian Prosedur Kerja Mandi Wajib
8
Perlu
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
Latihan
1. Berniat dalam hati
2. Mengucapkan basmalah
3. Membasuh kedua tangan
4. Membasuh kemaluan dengan tangan
kiri
5. Membasuh tangan kiri dengan sabun
atau disikat
6. Berwudhu seperti wudhunya mau
shalat
7. Mengambil air dan masukkan jari-
jari pada pangkal rambut (boleh
dengan wangi-wangian), dan
memulai pada sisi yg kanan
8. Menuangkan air ke atas kepala tiga
kali,
9. lalu meratakan air keseluruh badan
dan mengutamakan bagian badan
sebelah kanan
10. Membasuh kedua kaki dengan
mendahulukan yang kanan,
11. dan jangan berlebih-lebihan dalam
menggunakan air
12. Tertib

G. Evaluasi

Mahasiswa dinyatakan kompeten jika mampu melakukan seluruh prosedur kerja dalam
panduan praktikum

H. Daftar Referensi

1. Al-qur`an al-Kariem
2. PP. Muhammadiyah: Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah
3. Hasbi Ash-Ashiddieqy: Pedoman Shalat
4. TA. Latief Rousydi: Kaifiyat Shalat Rasulullah
5. -----: Shalat-Shalat Sunat Rasulullah (Jilid 1-2)
6. -----: Ruh Shalat dan Hikmahnya
7. Nashiruddin Al-Albani: Sifat Shalat Rasulullah (buku dan CD)
8. Zainal Masduki: Tuntunan Shalat Rasulullah
9. Muhammad Thalib: Cara ShalatRasulullah
10. Sahminan Zaini: Faedah Shalat bagi Orang Beriman

MODUL II

9
PRAKTIKUM BACAAN SHALAT WAJIB

A. Kompetensi

Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan


melakukan mandi besar.

Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menyebutkan definisi shalat wajib dengan tepat.
2. Menyebutkan urutan shalat wajib dengan tepat.
3. Mendemonstrasikan tindakan shalat wajib.

B. Strategi Pembelajaran

1. Belajar dan Latihan Mandiri


2. Belajar dengan melihat video.

C. Prasyarat

Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar tentang konsep ibadah,
dan teori tentang thaharah.
Sebelum berlatih, mahasiswa harus:
1. mempelajari kembali prosedur praktikum tentang konsep shalat.
2. mempelajari kembali prosedur praktikum tentang shalat wajib.

D. Teori

Menurut bahasa shalat berati do`a. Sedangkan secara istilah shalat adalah ibadah
dengan menghadapkan hati kepada Allah yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan
diakhiri dengan salam yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan dengan
syarat, rukun tertentu dengan khusyu` dan ikhlash (hati) karena Allah SWT.
Jika dihayati secara seksama, yang dimaksud shalat merupakan do’a adalah,
1) seluruh bacaan shalat mengandung do’a, mulai dari do’a iftitah, Al-Fatihah,
surat yang dibaca kadang mengandung do’a, do’a ruku’, i’tidal, sujud, duduk
diantara dua sujud, tasyahud, dan salam.
2) do’a dalam shalat tidak saja untuk diri sendiri, tetapi banyak yang di do’akan,
antara lain: Nabi Muhammad, Nabi Ibrahim, dan sesama orang shalih.

Makna shalat adalah penghambaan diri kepada Allah secara totalitas, yang
diwujudkan dengan ucapan, gerakan dan ketundukan hati. Sedangkan Hakekat
shalat adalah tawajjuh/munajat/audiensi kepada Allah `azza wa jalla.

Prinsip prinsip ibadah shalat


Shalat sebagai salah satu ibadah mahdzah yang sangat sakral dalam hablun
minallah, wajib ditunaikan dengan berpegang prinsip prinsip berikut:

10
1. Ibadah yang telah digariskan tatacaranya oleh Rasulullah (bacaan, gerakan,
waktu, pakaian, tempat, cara dan kondisi hatinya); seperti Rasul katakan
"Shalluu kamaa ra`aitumuunii ushallii".
2. Dahulukan buang air, angin, makan (malam) jika sudah tersedia dari pada
shalat,
3. Usahakan dengan maksimal (mujahadah) shalat fardhu dengan berjamaah di
masjid di awal waktu,
4. Kita boleh membaca bacaan beberapa fersi, sepanjang ada riwayat yang shahih
dari Rasul, dengan berpedoman pada teks aslinya,
5. Maksudnya adalah teks bacaan pendek tidak boleh ditambah, bacaan panjang
tidak boleh disingkat, atau diacak menurut seleranya sendiri,
6. Shalat tidak dapat ditinggalkan walaupun dalam kondisi apapun, kecuali ada
udzur syar`i (bagi wanita),
7. Ketika sedang sakit, shalat ditunaikan dengan duduk, atau berbaring miring,
tengkurep bahkan dengan isyarat sesuai dengan kondisi dan kemampuan,
8. Jika sedang safar (bepergian) shalat dapat dilakukan dengan jama’ dan qashar,
dengan prinsip shalat waktu pertama dikerjakan dahulu, baru shalat yang kedua;
bukan sebaliknya.
9. Secara prinsip tidak ada perbedaan tatacara shalat laki-laki dan perempuan;
kecuali ada udzur,

Kaifiyat (tatacara) shalat


“Rasulullah berpesan kepada umatnya “Shalatlah kamu sebagaimana engkau
melihat aku shalat”. (Muttafaq `alaih). Tentu secara langsung kita belum pernah
melihat Rasul Shalat, akan tetapi kita sesungguhnya dapat melihat Rasul shalat
secara tidak langsung, yaitu membaca dan mempelajari hadits hadits fi`li (perbuatan)
yang berkaitan dengan shalatnya Rasul.
Berkaitan dengan hal apa kita mesti mencontoh Rasul shalat? Berdasarkan hadits
hadits maqbulah, sekurang kurangnya kita berusaha mencontoh shalat Rasul dari
segi
1. Waktu; ditunaikan pada awal waktu, inilah seutama utama amal, (HR. Bukhari)
2. Bacaan; bacaan shalat dari takbir hingga salam telah ditentukan oleh
Rasulullah, yang panjang tidak boleh dipotong, yang pendek tidak boleh
ditambah, dan tidak boleh diacak menurut selera. Harus berdasarkan teks asli
dari Rasul, (HR. Bukhari Muslim)
3. Gerakan; semua gerakan shalat dari awal (posisi tegak takbiratul ihram) sampai
akhir (duduk tasyahud dan salam), juga harus sesuai dengan contoh Rasul(HR.
Bukhari Muslim). Kecuali bagi yang ada / telah udzur; karena sakit, sangat tua
dan lain sebagainya
4. Tempat; dari segi tempat Rasul selalu menunaikan shalat fardhu di masjid (QS.
At taubah:18) dengan berjama`ah, meskipun kondisi sedang sakit parah dan
ketika safar, (HR. Jama`ah)
5. Hati; hati dikondisikan untuk khusyu` (QS. Almu`minun: 1-2) dan ikhlas (QS.
Albayyinah: 5). Khusyu` dan ikhlas merupakan ruh (jiwa) nya shalat; jika
diibaratkan gerakan dan bacaannya adalah fisik/casingnya shalat .

Tertib urutan shalat:

11
No Nama Kegiatan Bacaan

1. Bacaan
Ikrom
Takbiratul ‫اهلل اكبر‬
2. Membaca do’a iftitah, ِ ‫عدْتَ بَ ْينَ اْلـ َمش ِْر‬
‫ق‬ َ َ‫اَللَّ ُه َّم بَا ِع ْدبَ ْينِى َوبَ ْينَ َخ َطاي‬
َ ‫اى َك َما بَا‬
antara lain : ُ َ‫ب اَْلَ ْبي‬
َ‫ض ِمن‬ ُ ‫ اَللَّ ُه َّم نَقِّـِــنِى ِمنَ اْل َخ َطايَا َك َمايُنَقَّى الث َّ ْو‬,‫ب‬ِ ‫َواْلـ َم ْغ ِر‬
‫اء َوالث َّ ْلجِ َوا ْلـبَ َر ِد‬
ِ ‫اى بِا ْلـ َم‬
َ َ‫س ْل َخ َطاي‬ ِ ‫ اَللَّ ُه َّم ا ْغ‬,‫ال َّدنَ ِس‬
Artinya; Ya Allah antaraku dan antara segala
kesalahanku, sebagaimana Kau telah jauhkan antara
Timur dan Barat, Ya Allah bersihkanlah aku dari
kesalahan sebagaimana bersihkannya pakaian putih
dari kotoran, Ya Allah cucilah segala kesalahanku
dengan air salju dan air hujan beku.

Atau boleh juga doa yang lain secara lengkap:


‫س ِل ًما‬ ْ ‫ض َحنِ ْيفًا ُم‬ َ ‫ت َواأل َ ْر‬ ِ ‫س َم َوا‬ َّ ‫َو َجهْتُ َو َج ِه َي ِللَّ ِذى فَ َط َرال‬
ِ‫اي َو َم َماتِى ِ َّّلِل‬ َ ‫س ِكى َو َمحْ َي‬ ُ ُ‫ص ََلتِى َون‬ َ َّ‫امنَ اْلمــُش ِْر ِك ْينَ اِن‬ ِ َ‫َو َمااَن‬
‫س ِل ِم ْينَ ا َللَّ ُه َّم‬ ْ ‫ب اْل َعالَ ِم ْينَ ََلش َِر ْيكَ لَهُ َو ِبذَ ِلكَ ا ُ ِم ْرتُ َوا َنَا ِمنَ اْلمـُـ‬ ِّ ‫َر‬
‫ع ْبدُكَ َظلَ ْمتُ نَ ْفسِى‬ َ ‫ا َ ْنتَ ا ْل َم ِلكُ ََلاِلَهَ ا ََِّلا َ ْنتَ ا َ ْنتَ َر ِبِّي َواَنَا‬
َ‫ب ا ََِّلا َ ْنت‬ َ ‫َوا ْعت َ َر ْفتُ ِبذَ ْنبِى فَا ْغ ِف ْر ِلى ذُنُو ِبى َج ِم ْيعًا ََل َي ْغ ِغ ُرالذُّنُ ْو‬
‫عنَّى‬ َ ‫ف‬ ْ ‫س ِن َهااِ ََّلا َ ْنتَ َواَص ِْر‬ َ ْ‫ق َلَيَ ْهدِى َِلَح‬ ِ ‫سنَ اْأل َ ْخ ََل‬ َ ْ‫ِنى ِألَح‬ ِ ‫َوا ْهد‬
‫س ْع َد ْيكَ َوا ْلغَي ُْر‬ َ ‫سيِّـِــئ َــ َهاا ََِّلا َ ْنتَ لَ َب ْيكَ َو‬ َ ‫عنِّ ِى‬ َ ‫ف‬ ُ ‫س ِر‬ ْ ‫سيِّـِــئ َ َه َاَل َي‬ َ
‫ي‬ َ ‫ل‬‫ا‬‫ع‬ َ ‫ت‬ ‫و‬
َ‫ِ َ ْ َ َ تَ َ َ ْت‬ ْ
‫ك‬ ‫ار‬ ‫ب‬َ ‫ت‬ َ‫ك‬ ‫ي‬ َ ‫ل‬ِ ‫ا‬‫و‬ َ‫ك‬ ‫ب‬ ‫ا‬َ ‫ن‬َ ‫ا‬ َ‫ك‬‫ي‬ْ ََ ‫ل‬ِ ‫ا‬ ‫ْس‬ ‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫َّر‬
ُّ ‫ش‬ ‫ال‬ ‫و‬ َ‫ك‬
َ ْ َ ْ ِ ‫ُك‬
‫ي‬ ‫د‬
َ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ُ ‫ه‬ ُّ ‫ل‬
َ‫ب اِلَ ْيك‬ُ ‫ست َ ْغ ِف ُركَ َواَت ُ ْو‬ ْ َ‫ا‬
3. Membaca Ta’awudz ‫رجي ِْم‬ ِ َّ‫ان ال‬ ِ ‫ش ْي َط‬ َّ ‫اَع ُْو ذُبِاهللِ ِمنَ ال‬
4. Membaca alfatihah, ‫الرحْ َٰم ِن ه‬
‫الر ِح ِيم‬ ‫ِبس ِْم ه‬
‫َّللاِ ه‬
sedangkan terjemah Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah
cukup dihayati dalam lagi Maha Penyayang.
hati seiring bacaan
]١:٢[ ‫ب ْالعال ِمين‬ ِ ِّ ‫ْالح ْمد ُ ِ هّلِلِ ر‬
Alfatihah)
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
]١:٣[ ‫الر ِح ِيم‬ ‫الرحْ َٰم ِن ه‬ ‫ه‬
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
]١:٤[ ‫ِّين‬
ِ ‫ما ِل ِك ي ْو ِم ال ِد‬
Yang menguasai di Hari Pembalasan.
]١:٥[ ُ‫ِإيهاك ن ْعبُد ُ و ِإيهاك ن ْست ِعين‬
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah kami meminta pertolongan.
]١:٦[ ‫الصراط ْال ُمسْت ِقيم‬ ِّ ِ ‫ا ْهدِنا‬
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
]١:٧[ ‫ضا ِ ِّلين‬ ِ ‫صراط الهذِين أ ْنع ْمت عل ْي ِه ْم غي ِْر ْالم ْغضُو‬
‫ب عل ْي ِه ْم وَل ال ه‬ ِ
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

12
5. Ruku’ : ِ ‫سبْحا نك الله ُه هم ربهنا وبِح ْمدِك الهل ُه هم ا ْغ ِف ْر لي‬ ُ
Artinya ; Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan
memuji kepada Engkau ya Allah, aku memohon ampun.
6. i’tidal dan membaca doa: ْ ‫س ِمع هللاُ ِلم ْن ح ِمدهُ ربهناو لك‬
ُ ‫اللح ْمد‬
Artinya : Allah Maha mendengar bagi siapa saja yang
memujiNya, Ya Tuhan kami, dan (hanya) untukMu lah
(segala) pujian.
7. Bacaan sujud ِ ‫سبْحا نك الله ُه هم ربهنا و ِبح ْمدِك الهل ُه هم ا ْغ ِف ْر لي‬ ُ
Artinya ; Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan
memuji kepada Engkau ya Allah, aku memohon ampun.
8. Doa duduk diantara dua ‫ار ُز ْقنِى‬
ْ ‫ارح ْمنِى واجْ بُرنِى وا ْه ِدنِى و‬ ْ ‫الله ُه هم ا ْغ ِف ْر ِلى و‬
sujud Artinya : Ya Allah ampunilah aku belas kasihanilah aku
cukupilah aku tunjukilah aku dan berilah rezki
kepadaku.
9. Bacaan Tasyahud secara sempurna:
ِ‫ي ورحْ مةُهللا‬ُّ ‫ السهل ُم عليْك ايُّهاالنه ِبــ‬, ُ‫طــيِّــــبات‬ ‫صلواتُ وال ه‬ ‫الت ه ِحيهاتُ ِ هّلِلِ وال ه‬
‫ه‬ ْ ْ
ُ‫ اشهدُ ان َلاِله اَِلهللا‬,‫صا ِل ِح ْين‬ ‫السهل ُم عليْنا وعلى ِعبا ِدهللاِ ال ه‬,ُ‫وبركاتُه‬
.ُ‫س ْولُه‬
ُ ‫وا ْشهدُا هن ُمح همدًاع ْبدُهُ ور‬

Artinya : “Segala kehormatan, kebahagiaan dan


kebagusan adalah kepunyaan Allah, Semoga
keselamatan bagi Engkau, ya Nabi Muhammad,
beserta rahmat dan kebahagiaan Allah. Mudah-
mudahan keselamatan juga bagi kita sekalian dan
hamba-hamba Allah yang baik-baik. Aku bersaksi
bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi
bahwa Muhammad itu hamba Allah dan utusan-Nya”.

‫اله ُه هم ص ِل على ُمح هم ٍد وعلى ا ِل ُمح هم ٍد كما صلهيْت على اِبْرا ِهيْم وا ِل اِبْرا ِهيْم‬
‫ار ْك على ُمح هم ٍد وا ِل ُمح هم ٍد كمابار ْكت على اِبْرا ِهيْم وا ِل اِبْرا ِهيْم اِنهك‬ ِ ‫وب‬
ٌ‫ح ِم ْيد ٌم ِج ْيد‬

Artinya : “Ya Allah, limpahkanlah kemurahan-Mu


kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Kau
telah limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya,
berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana
Kau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya.
Sesungguhnya Engkau yang Maha Terpuji dan Maha
Mulia”.
10. Doa Sbelum salam ‫ب ْالقب ِْر و ِم ْن‬
ِ ‫الله ُه هم اِنِّي ِ اع ُْوذ ُ ِبك ِم ْن عذا ِبجهنهم و ِم ْن عذا‬
‫ت و ِم ْن شـــ ِّ ِـر فِتْن ِة ْالم ِسيْحِ الده هجا ِل‬
ِ ‫فِتْن ِة ْالمحْ ياو ْالمما‬

Artinya : “Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari


siksa jahannam dan siksa kubur, begitu juga dari fitnah
hidup dan mati, serta dari jahatnya fitnah dajjal
(pengembara yang dusta)”.
11. Salam ُ‫السهل ُم عل ْي ُكم ورحْ مةُهللاِ وبركاتُه‬
E. Prosedur Kerja
1. Persiapan Tindakan, Alat dan Bahan
13
a. Menentukan tempat shalat
b. Menggunakan baju yang layak, bagi perempuan memakai mukena
c. Menghadap ke arah kiblat seaya menundukkan pandangan kearah tempat sujud.

2. Tahap KerjaBacaan Shalat Wajib


a. Niat dalam hati
b. Takbirratul Ikhram
c. Membaca doa iftitah
d. Membaca Al-Fatihah
e. Membaca surat pendek
f. Ruku’ dengan tuma’nina dan membaca doa
g. I’tidal dan membaca doa
h. Sujud dengan tuma’nina dan membaca doa
i. Duduk antara dua sujud dan membaca doa
j. Membaca tasyahud akhir
k. Membaca doa sebelum salam
l. Salam

F. Daftar Penilaian Prosedur Kerja (Isi sesuai dengan prosedur kerja)

Tabel 2.1
Daftar Penilaian Prosedur Bacaan Shalat Wajib

Perlu
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
Latihan
1. Takbirratul Ikhram:
‫اهلل اكبر‬
2. Do’a iftitah, antara lain :
َ‫عدْتَ بَ ْين‬ َ ‫اى َك َما بَا‬ َ َ‫اَللَّ ُه َّم بَا ِع ْدبَ ْينِى َوبَ ْينَ َخ َطاي‬
‫ اَللَّ ُه َّم نَقِّـِــنِى ِمنَ اْل َخ َطايَا‬,‫ب‬ ِ ‫ق َواْلـ َم ْغ ِر‬ ِ ‫اْلـ َمش ِْر‬
‫ اَللَّ ُه َّم‬,‫ض ِمنَ ال َّدنَ ِس‬ ُ َ‫ب اَْلَ ْبي‬ ُ ‫َك َمايُنَقَّى الث َّ ْو‬
‫اء َوالث َّ ْلجِ َوا ْلـ َب َر ِد‬ ِ ‫اى ِبا ْلـ َم‬ َ ‫س ْل َخ َطا َي‬ ِ ‫ا ْغ‬
Doa yang lain secara lengkap:
‫ض‬ َ ‫ت َواأل َ ْر‬ ِ ‫س َم َوا‬ َّ ‫َو َجهْتُ َو َج ِه َي ِللَّذِى فَ َط َرال‬
‫ص ََل ِتى‬ َ َّ‫ش ِر ِك ْينَ اِن‬ ْ ُ ‫امنَ اْلمــ‬ ِ َ‫س ِل ًما َو َمااَن‬ ْ ‫َح ِن ْيفًا ُم‬
َ‫ب اْل َعالَ ِم ْين‬ ِّ ‫اي َو َم َما ِتى ِ َّّلِلِ َر‬ َ ‫س ِكى َو َمحْ َي‬ ُ ُ‫َون‬
َ‫س ِل ِم ْين‬ ْ ‫ََلش َِر ْيكَ لَهُ َو ِبذَ ِلكَ ا ُ ِم ْرتُ َوا َنَا ِمنَ اْلمـ ُـ‬
‫اَللَّ ُه َّم ا َ ْنتَ ا ْل َم ِلكُ ََلاِلَهَ اِ ََّلا َ ْنتَ ا َ ْنتَ َربِِّي َواَنَا‬
‫ع ْبدُكَ َظلَ ْمتُ نَ ْفسِى َوا ْعت َ َر ْفتُ بِذَ ْنبِى فَا ْغ ِف ْر ِلى‬ َ
ْ
ِ ‫ب اَِلانتَ َواهد‬
‫ِنى‬ ْ َ َّ ُ ُّ
َ ‫ذُنوبِى َج ِم ْيعًا َليَغ ِغ ُرالذن ْو‬
ْ َ ُ
َ‫سنِ َهاا ََِّلا َ ْنت‬ َ ْ‫ق َلَيَ ْهدِى َِلَح‬ ِ ‫سنَ اْأل َ ْخ ََل‬ َ ْ‫ِألَح‬
‫عنِّ ِى‬ َ ‫ف‬ ُ ‫س ِر‬ ْ َ‫سيِّـِــئ َ َه َاَلي‬ َ ‫عنَّى‬ َ ‫ف‬ْ ‫َواَص ِْر‬
‫س ْع َد ْيكَ َوا ْلغَي ُْر ُكلُّهُ فِ ْي‬ َ ‫سيِّـِــئ َــ َهاا ََِّلا َ ْنتَ لَبَ ْيكَ َو‬ َ
َ‫ار ْكت‬ َ َ
َ َ‫ْس اِل ْيكَ انا بِكَ َواِل ْيكَ تب‬ َ َ َ َ
َ ‫يَ َد ْيكَ َو الش َُّّر لي‬
َ
َ‫ب اِل ْيك‬ ُ ‫ست َ ْغ ِف ُركَ َوات ُ ْو‬
َ ْ َ ‫َوتَعَالَيْتَ ا‬
14
‫‪3. Membaca Ta’awudz‬‬
‫ان الَّ ِ‬
‫رجي ِْم‬ ‫ط ِ‬ ‫ع ْو ذُبِاهللِ ِمنَ ال َّ‬
‫ش ْي َ‬ ‫اَ ُ‬
‫‪4. Membaca alfatihah,‬‬
‫الرحْ َٰم ِن ه‬
‫الر ِح ِيم‬ ‫َّللاِ ه‬ ‫ِبس ِْم ه‬
‫ب العال ِمين‬‫ْ‬ ‫ْالح ْمدُ ِ هّلِلِ ر ِّ ِ‬
‫الر ِح ِيم‬‫الرحْ َٰم ِن ه‬ ‫ه‬
‫ِّين‬
‫ما ِل ِك ي ْو ِم ال ِد ِ‬
‫ِإيهاك ن ْعبُدُ وإِيهاك نسْت ِع ُ‬
‫ين‬
‫الصراط ْال ُمسْت ِقيم‬ ‫ا ْهدِنا ِ ِّ‬
‫ب‬
‫ضو ِ‬ ‫ْ‬
‫صراط الهذِين أ ْنع ْمت عل ْي ِه ْم غ ْي ِر الم ْغ ُ‬ ‫ِ‬
‫عل ْي ِه ْم وَل الضها ِلِّين‬
‫‪5. Ruku’ :‬‬
‫سبْحا نك الله ُه هم ربهنا و ِبح ْمدِك الهل ُه هم‬ ‫ُ‬
‫ا ْغ ِف ْر لي ِ‬
‫‪6.‬‬ ‫‪i’tidal dan membaca doa:‬‬
‫س ِمع هللاُ ِلم ْن ح ِمدهُ ربهناو لك ْ‬
‫اللح ْمد ُ‬
‫‪7.‬‬ ‫‪sujud, antara lain:‬‬
‫سبْحا نك الله ُه هم ربهنا وبِح ْمدِك الهل ُه هم ا ْغ ِف ْر لي ِ‬ ‫ُ‬
‫‪8.‬‬ ‫)‪berdo’a (duduk di antara 2 sujud‬‬
‫ارح ْمنِى واجْ بُرنِى وا ْه ِدنِى وا ْر ُز ْقنِى‬ ‫الله ُه هم ا ْغ ِف ْر ِلى و ْ‬
‫‪9.‬‬ ‫‪do’a tasyahud awwal dan salawat secara‬‬
‫‪sempurna:‬‬
‫صلواتُ و ه‬
‫الطــيِّــــباتُ ‪,‬‬ ‫الت ه ِحيهاتُ ِ هّلِلِ وال ه‬
‫ي ورحْ مةُهللاِ‬ ‫سل ُم عليْك ايُّهاالنهبِــ ُّ‬ ‫ال ه‬
‫ِعبا ِدهللاِ‬ ‫سل ُم عليْنا وعلى‬ ‫وبركاتُهُ‪,‬ال ه‬
‫ه‬
‫صا ِل ِحيْن‪ ,‬ا ْشهدُ ا ْن َلاِله اَِلهللاُ وا ْشهدُا هن‬ ‫ال ه‬
‫ُ‬
‫س ْولهُ‪.‬‬
‫ُمح همدًاع ْبدُهُ ور ُ‬

‫اله ُه هم ص ِل على ُمح هم ٍد وعلى ا ِل ُمح هم ٍد كما‬


‫ار ْك على‬ ‫صلهيْت على اِبْرا ِهيْم وا ِل اِبْرا ِهيْم وب ِ‬
‫ُمح هم ٍد وا ِل ُمح هم ٍد كمابار ْكت على اِبْرا ِهيْم وا ِل‬
‫اِبْرا ِهيْم اِنهك ح ِم ْيدٌم ِج ْيدٌ‬
‫‪10. baca do’a tasyahud akhir:‬‬
‫ع ْوذُبِك ِم ْن عذابِجهنهم و ِم ْن عذا ِ‬
‫ب‬ ‫الله ُه هم اِنِّي ِ ا ُ‬
‫ْالقب ِْر و ِم ْن فِتْن ِة ْالمحْ ياو ْالمما ِ‬
‫ت و ِم ْن شـــ ِّ ِـر‬
‫فِتْن ِة ْالم ِسيْحِ الده هجا ِل‬
‫‪11. salam :‬‬
‫السهل ُم عل ْي ُكم ورحْ مةُهللاِ وبركاتُهُ‬

‫‪G. Evaluasi‬‬

‫‪Mahasiswa dinyatakan kompeten jika mampu melakukan seluruh prosedur kerja dalam‬‬
‫‪panduan praktikum‬‬

‫‪H. Daftar Referensi‬‬


‫‪15‬‬
1. Al-qur`an al-Kariem
2. PP. Muhammadiyah: Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah
3. Hasbi Ash-Ashiddieqy: Pedoman Shalat
4. TA. Latief Rousydi: Kaifiyat Shalat Rasulullah
5. -----: Shalat-Shalat Sunat Rasulullah (Jilid 1-2)
6. -----: Ruh Shalat dan Hikmahnya
7. Nashiruddin Al-Albani: Sifat Shalat Rasulullah (buku dan CD)
8. Zainal Masduki: Tuntunan Shalat Rasulullah
9. Muhammad Thalib: Cara ShalatRasulullah
10. Sahminan Zaini: Faedah Shalat bagi Orang Beriman

MODUL III
PRAKTIKUM GERAKAN SHALAT WAJIB

A. Kompetensi
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan
melakukan gerakan shalat yang benar.

Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menyebutkan urutan gerakan shalat wajib dengan tepat.
2. Mendemonstrasikan gerakan shalat wajib.

B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar dengan melihat video.

C. Prasyarat
Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar tentang konsep ibadah, dan
teori tentang thaharah.
Sebelum berlatih, mahasiswa harus:
1. mempelajari kembali prosedur praktikum tentang konsep shalat.
2. mempelajari kembali prosedur praktikum tentang shalat wajib.

D. Teori
Menurut bahasa shalat berati do`a. Sedangkan secara istilah shalat adalah ibadah
dengan menghadapkan hati kepada Allah yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan
diakhiri dengan salam yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan dengan syarat,
rukun tertentu dengan khusyu` dan ikhlash (hati) karena Allah SWT.

Jika dihayati secara seksama, yang dimaksud shalat merupakan do’a adalah,
1) seluruh bacaan shalat mengandung do’a, mulai dari do’a iftitah, Al-Fatihah, surat
yang dibaca kadang mengandung do’a, do’a ruku’, i’tidal, sujud, duduk diantara
dua sujud, tasyahud, dan salam.
2) do’a dalam shalat tidak saja untuk diri sendiri, tetapi banyak yang di do’akan,
antara lain: Nabi Muhammad, Nabi Ibrahim, dan sesama orang shalih.

16
Makna shalat adalah penghambaan diri kepada Allah secara totalitas, yang
diwujudkan dengan ucapan, gerakan dan ketundukan hati. Sedangkan Hakekat shalat
adalah tawajjuh/munajat/audiensi kepada Allah `azza wa jalla.

Prinsip prinsip ibadah shalat


Shalat sebagai salah satu ibadah mahdzah yang sangat sakral dalam hablun minallah,
wajib ditunaikan dengan berpegang prinsip prinsip berikut:
1) Ibadah yang telah digariskan tatacaranya oleh Rasulullah (bacaan, gerakan,
waktu, pakaian, tempat, cara dan kondisi hatinya); seperti Rasul katakan
"Shalluu kamaa ra`aitumuunii ushallii".
2) Dahulukan buang air, angin, makan (malam) jika sudah tersedia dari pada shalat,
3) Usahakan dengan maksimal (mujahadah) shalat fardhu dengan berjamaah di
masjid di awal waktu,
4) Kita boleh membaca bacaan beberapa fersi, sepanjang ada riwayat yang shahih
dari Rasul, dengan berpedoman pada teks aslinya,
5) Maksudnya adalah teks bacaan pendek tidak boleh ditambah, bacaan panjang
tidak boleh disingkat, atau diacak menurut seleranya sendiri,
6) Shalat tidak dapat ditinggalkan walaupun dalam kondisi apapun, kecuali ada
udzur syar`i (bagi wanita),
7) Ketika sedang sakit, shalat ditunaikan dengan duduk, atau berbaring miring,
tengkurep bahkan dengan isyarat sesuai dengan kondisi dan kemampuan,
8) Jika sedang safar (bepergian) shalat dapat dilakukan dengan jama’ dan qashar,
dengan prinsip shalat waktu pertama dikerjakan dahulu, baru shalat yang kedua;
bukan sebaliknya.
9) Secara prinsip tidak ada perbedaan tatacara shalat laki-laki dan perempuan;
kecuali ada udzur,

Kaifiyat (tatacara) shalat


“Rasulullah berpesan kepada umatnya “Shalatlah kamu sebagaimana engkau melihat
aku shalat”. (Muttafaq `alaih). Tentu secara langsung kita belum pernah melihat Rasul
Shalat, akan tetapi kita sesungguhnya dapat melihat Rasul shalat secara tidak langsung,
yaitu membaca dan mempelajari hadits hadits fi`li (perbuatan) yang berkaitan dengan
shalatnya Rasul.
Berkaitan dengan hal apa kita mesti mencontoh Rasul shalat? Berdasarkan hadits hadits
maqbulah, sekurang kurangnya kita berusaha mencontoh shalat Rasul dari segi

Waktu; ditunaikan pada awal waktu, inilah seutama utama amal, (HR. Bukhari)
Bacaan; bacaan shalat dari takbir hingga salam telah ditentukan oleh Rasulullah, yang
panjang tidak boleh dipotong, yang pendek tidak boleh ditambah, dan tidak boleh diacak
menurut selera. Harus berdasarkan teks asli dari Rasul, (HR. Bukhari Muslim)

Gerakan; semua gerakan shalat dari awal (posisi tegak takbiratul ihram) sampai akhir
(duduk tasyahud dan salam), juga harus sesuai dengan contoh Rasul(HR. Bukhari
Muslim). Kecuali bagi yang ada / telah udzur; karena sakit, sangat tua dan lain
sebagainya

Tempat; dari segi tempat Rasul selalu menunaikan shalat fardhu di masjid (QS.At
taubah:18) dengan berjama`ah, meskipun kondisi sedang sakit parah dan ketika
safar,(HR. Jama`ah)

17
Hati; hati dikondisikan untuk khusyu` (QS. Almu`minun: 1-2) dan ikhlas (QS.
Albayyinah: 5). Khusyu` dan ikhlas merupakan ruh (jiwa) nya shalat; jika diibaratkan
gerakan dan bacaannya adalah fisik/casingnya shalat .

Tertib urutan shalat:

No Nama Kegiatan Gambar


1. TAKBIRRATUL IKHRAM: Membaca takbir
seraya mengangkat kedua tanganmu sejurus
dengan bahu dan sejajarkan ibu jarimu pada daun
telingamu.
‫اهلل اكبر‬

2. SEDEKAP : Meletakkan tangan kananmu pada


punggung telapak tangan kirimu di atas dada

3. TAKBIRRATUL IKHRAM: Membaca takbir


seraya mengangkat kedua tanganmu sejurus
dengan bahu dan sejajarkan ibu jarimu pada daun
telingamu.
‫اهلل اكبر‬
4. Ruku’ : Mengangkat tangan seperti takbir petama,
lalu ruku’lah dengan bertakbir seraya emratakan
punggungmu dengan lehermu, memegang dua
lutut dengan dua belah tanganmu. Lalu bacalah
do’a ketika ruku`, antara lain:

18
5. Kemudian mengangkat kepala untuk i’tidal posisi
badan berdiri lurus

6. Lalu sujudlah dengan bertakbir, letakkan kedua


lutut dan jari kaki di atas tanah, lalu kedua tangan
kemudian hidung dan dahi, kemudian
menghadapkan jari kaki kea rah kiblat.

7. Lalu angkatlah kepalamu dengan takbir dan


duduklah dengan

8. Lalu sujudlah untuk kedua kalinya dengan


bertakbir dan membaca do’a seperti sujud
pertama, kemudian angkatlah kepalaamu dengan
bertakbir. Dan duduklah sebentar lalu berdiri
untuk rakaat kedua dengan menekankan tangan ke
tanah.

9. Dan kerjakanlah raka’at kedua ini sebagaimana


dalam raka’at pertama, tetapi tidak lagi membaca
do’a iftitah. Berdiri ke raka`at kedua dan ke empat
tidak mengangkat kedua tangan.

10. Setelah selesai dari sujud kedua kalinya, maka


duduklah di atas kaki kirimu dan tumpukkan kaki
kananmu serta letakkanlah kedua tanganmu di
atas kedua lututmu. Julurkan jari-jari tangan
kirimu, sedang tangan kananmu menggenggam
jari kelingking, jari manis dan jari tengah, serta
mengacungkan jari telunjukkmu dan sentuhkan
ibu jarimu pada jari tengah. Lalu membaca do’a
19
tasyahud awwal dan salawat secara sempurna.

11. Kemudian berdirilah untuk raka’at berikutnya


dengan bertakbir sembari mengangkat tangan,
seperti pada rakaa’at pertama tetapi tanpa do’a
iftitah dan surat. Apabila sholat dilaksanakan tiga
rokaat (Magrib) atau empat rokaat (zuhur, ashar
dan isya’). Apabila hanya dua rokaat (subuh)
langsung Tasyahud akhir.
12. Adapun duduk dalam rakaat akhir (tasyahud
akhir) caranya memajukan kaki kiri, sedang kaki
kanan bertumpu dan duduk bertumpu pada pantat,
dan bacalah tasyahud, salawat kemudian baca do’a
tasyahud akhir
13. Kemudian bersalamlah dengan berpaling ke kanan
dan ke kiri sampai terlihat pipimu oleh orang di
belakangmu dengan membaca salam:
14. Catatan:
 Sunnah Rasul setelah salam mengucapkan
istighfar 3x (bukan bertahmid), lalu
membaca wirid, dzikir yang dituntunkan
 Tidak ditemukan dasar kebiasaan Nabi,
setelah salam kemudian saling berjabat
tangan satu jama`ah dengan lainnya.

E. Prosedur Kerja
1. Persiapan Tindakan, Alat dan Bahan
a. Menentukan tempat shalat
b. Menggunakan baju yang layak, bagi perempuan memakai mukena
c. Menghadap ke arah kiblat seaya menundukkan pandangan kearah tempat sujud.

2. Tahap Kerja Shalat Wajib


a. Niat dalam hati
b. Takbirratul Ikhram
c. Sedekap
d. Membaca doa iftitah
e. Membaca Al-Fatihah
f. Membaca surat pendek
g. Ruku’ dengan tuma’nina dan membaca doa
h. I’tidal dan membaca doa
i. Sujud dengan tuma’nina dan membaca doa
j. Duduk antara dua sujud dan membaca doa
k. Duduk rakaat terakhir
l. Membaca tasyahud akhir
m. Membaca doa sebelum salam
n. salam

F. Daftar Penilaian Prosedur Kerja (Isi sesuai dengan prosedur kerja)


20
Tabel 3.1
Daftar Penilaian Prosedur Gerakan Shalat

Perlu
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
Latihan
1. Takbirratul Ikhram: Membaca takbir seraya
mengangkat kedua tanganmu sejurus
dengan bahu dan sejajarkan ibu jarimu pada
daun telingamu.
2. Sedekap : Meletakkan tangan kananmu
pada punggung telapak tangan kirimu di
atas dada
3. Ruku’ : Mengangkat tangan seperti takbir
petama, lalu ruku’lah dengan bertakbir
seraya emratakan punggungmu dengan
lehermu, memegang dua lutut dengan dua
belah tanganmu.
4. I’tidal Kemudian mengangkat kepala
5. Sujud. Lalu sujudlah dengan bertakbir,
letakkan kedua lutut dan jari kaki di atas
tanah, lalu kedua tangan kemudian hidung
dan dahi, kemudian menghadapkan jari kaki
kea rah kiblat.
6. Dudu Antara Dua Sujud : Lalu angkatlah
kepalamu dengan takbir dan duduklah
dengan tenang
7. Lalu sujudlah untuk kedua kalinya dengan
bertakbir dan membaca do’a seperti sujud
pertama, kemudian angkatlah kepalaamu
dengan bertakbir. Dan duduklah sebentar
lalu berdiri untuk rakaat kedua dengan
menekankan tangan ke tanah.
8. Duduk Tasyahut awwal:
Setelah selesai dari sujud kedua kalinya,
maka duduklah di atas kaki kirimu dan
tumpukkan kaki kananmu serta letakkanlah
kedua tanganmu di atas kedua lututmu.
Julurkan jari-jari tangan kirimu, sedang
tangan kananmu menggenggam jari
kelingking, jari manis dan jari tengah, serta
mengacungkan jari telunjukkmu dan
sentuhkan ibu jarimu pada jari tengah.
9. Kemudian berdirilah untuk raka’at
berikutnya dengan bertakbir sembari
mengangkat tangan,
10. Adapun duduk dalam rakaat akhir (tasyahud
akhir) caranya memajukan kaki kiri, sedang
kaki kanan bertumpu dan duduk bertumpu
21
pada pantat, dan bacalah tasyahud, salawat
11. Salam

Tanggal,.......................
Dosen/Fasilitator

(......................................)
G. Evaluasi
Mahasiswa dinyatakan kompeten jika mampu melakukan seluruh prosedur kerja
dalam panduan praktikum

H. Daftar Referensi
Al-qur`an al-Kariem
PP. Muhammadiyah: Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah
Hasbi Ash-Ashiddieqy: Pedoman Shalat
TA. Latief Rousydi: Kaifiyat Shalat Rasulullah
-----: Shalat-Shalat Sunat Rasulullah (Jilid 1-2)
-----: Ruh Shalat dan Hikmahnya
-----: Nashiruddin Al-Albani: Sifat Shalat Rasulullah (buku dan CD)
Zainal Masduki: Tuntunan Shalat Rasulullah
Muhammad Thalib: Cara ShalatRasulullah
Sahminan Zaini: Faedah Shalat bagi Orang Beriman

22
MODUL IV
PRAKTIKUM SHALAT JAMAAH DAN JUMAT

A. Kompetensi

Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan


melakukan shalat jamaah dan jum’ah.
Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menyebutkan definisi shalat jamaah dan shalat Jumat dengan tepat.
2. Menyebutkan urutan shalat jamaah dan shalat Jumat dengan tepat.
3. Mendemonstrasikan tindakan shalat jamaah dan shalat Jumat.

B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar dengan melihat video.

C. Prasyarat

Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar tentang konsep shalat
jamaah dan jum’ah

D. Teori

Shalat Jamaah
Shalat jama`ah adalah Shalat yang dikerjakan oleh 2 orang/lebih, satu bertindak
sebagai imam dan yang lain sebagai makmum, dg dilaksanakan sesuai dengan
contoh Rasul. Shalat fardhu pada dasarnya dilaksanakan dengan berjama`ah di
masjid atau mushalla pada awal waktu.

Hukum shalat berjama'ah


Sebagian besar ahli tafsir mengambil dasar wajibnya shalat berjama`ah
berdasarkan ayat tersebut, (Ibnu Katsir). Shalat berjama'ah itu adalah wajib bagi
tiap-tiap mukmin, tidak ada keringanan untuk meninggalkannya terkecuali ada
udzur (yang dibenarkan dalam agama). Hadits-hadits yang merupakan dalil
tentang hukum ini sangat banyak, di antaranya:

23
"Dari Abu Hurairah radhiallaahu anhu , ia berkata,Telah datang kepada Nabi
shallallaahu alaihi wasallam seorang lelaki buta, kemudian ia berkata, 'Wahai
Rasulullah, aku tidak punya orang yang bisa menuntunku ke masjid, lalu dia
mohon kepada Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam agar diberi keringanan
dan cukup shalat di rumahnya.' Maka Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam
memberikan keringanan kepadanya. Ketika dia berpaling untuk pulang, beliau
memanggilnya, seraya berkata, 'Apakah engkau mendengar suara adzan
(panggilan) shalat?', ia menjawab, 'Ya.' Beliau bersabda, 'Maka hendaklah kau
penuhi (panggilah itu)'." (HR. Muslim)

"Dari Abu Hurairah radhiallaahu anhu ia berkata: 'Rasulullah shallallaahu alaihi


wasallam bersabda, 'Shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat
Isya' dan shalat Subuh. Seandainya mereka itu mengetahui pahala kedua shalat
tersebut, pasti mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Aku
pernah berniat memerintahkan shalat agar didirikan kemudian akan
kuperintahkan salah seorang untuk mengimami shalat, lalu aku bersama beberapa
orang sambil membawa beberapa ikat kayu bakar mendatangi orang-orang yang
tidak hadir dalam shalat berjama'ah, dan aku akan bakar rumah-rumah mereka
itu'." (Muttafaq 'alaih)

"Dari Abu Darda' radhiallaahu anhu, ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah


shallallaahu alaihi wasallam bersabda, 'Tidaklah berkumpul tiga orang, baik di
suatu desa maupun di dusun, kemudian di sana tidak dilaksanakan shalat
berjama'ah, terkecuali syaitan telah menguasai mereka. Maka hendaklah kamu
senan-tiasa bersama jama'ah (golongan yang banyak), karena sesungguhnya
serigala hanya akan memangsa domba yang jauh terpisah (dari rombongannya)'."
(HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasai dan lainnya, hadits hasan )

24
"Dari Ibnu Abbas , bahwasanya Nabi shallallaahu alaihi wasallam bersabda,
'Barangsiapa mendengar panggilan adzan namun tidak mendatanginya, maka
tidak ada shalat baginya, ter-kecuali karena udzur (yang dibenarkan dalam
agama)'." (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan lainnya, hadits shahih)

Keutamaan shalat berjama'ah


Shalat berjama'ah mempunyai keutamaan dan pahala yang sangat besar, banyak
sekali hadits-hadits yang menerangkan hal tersebut di antaranya adalah:

"Dari Ibnu Umar radhiallaahu anhuma , bahwasanya Rasulullah shallallaahu


alaihi wasallam bersabda, 'Shalat berjama'ah dua puluh tujuh kali lebih utama
daripada shalat sendirian." (Muttafaq 'alaih)

"Dari Abu Hurairah radhiallaahu anhu, ia berkata,'Bersabda Rasulullah


shallallaahu alaihi wasallam, 'Shalat seseorang dengan berjama'ah lebih besar
pahalanya sebanyak 25 atau 27 derajat daripada shalat di rumahnya atau di pasar
(maksudnya shalat sendi-rian). Hal itu dikarenakan apabila salah seorang di
antara kamu telah berwudhu dengan baik kemudian pergi ke masjid, tidak ada
yang menggerakkan untuk itu kecuali karena dia ingin shalat, maka tidak satu
langkah pun yang dilangkahkannya kecuali dengannya dinaikkan satu derajat
baginya dan dihapuskan satu kesalahan darinya sampai dia memasuki masjid. Dan
apabila dia masuk masjid, maka ia terhitung shalat selama shalat menjadi
penyebab baginya untuk tetap berada di dalam masjid itu, dan malaikat pun
mengu-capkan shalawat kepada salah seorang dari kamu selama dia duduk di
tempat shalatnya. Para malaikat berkata, 'Ya Allah, berilah rahmat kepadanya,

25
ampunilah dia dan terimalah taubatnya.' Selama ia tidak berbuat hal yang
mengganggu dan tetap berada dalam keadaan suci'." (Muttafaq 'alaih)

"Dari Ibnu Abbas radhiallaahu anhuma , ia berkata, 'Aku pernah bermalam di


rumah bibiku, Maimunah (salah satu istri Nabi shallallaahu alaihi wasallam),
kemudian Nabi shallallaahu alaihi wasallam bangun untuk shalat malam, maka
aku pun ikut bangun untuk shalat bersamanya, aku berdiri di samping kiri beliau,
lalu beliau menarik kepalaku dan menempatkanku di samping kanannya'."
(Muttafaq 'alaih)

"Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiallaahu anhu, 'Bahwasanya seorang laki-laki


masuk masjid sedangkan Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam sudah shalat
bersama para sahabatnya, maka beliau pun bersabda, 'Siapa yang mau
bersedekah untuk orang ini, dan menemaninya shalat.' Lalu berdirilah salah
seorang dari mereka kemudian dia shalat bersamanya'." (HR. Abu Daud dan At-
Tirmidzi, hadits shahih)

"Dari Ubay bin Ka'ab radhiallaahu anhu, ia berkata, 'Rasulullah shallallaahu


alaihi wasallam bersabda, Shalat seseorang bersama orang lain (berdua) lebih
besar pahalanya dan lebih mensucikan daripada shalat sendirian, dan shalat
seseorang ditemani oleh dua orang lain (bertiga) lebih besar pahalanya dan lebih
menyucikan daripada shalat dengan ditemani satu orang (berdua), dan semakin
banyak (jumlah jama'ah) semakin disukai oleh Allah Ta'ala'." (HR. Ahmad, Abu
Daud dan An-Nasai, hadits hasan)

Dasar perintah shalat berjama`ah


1. Allah memerintahkan org beriman untuk mendirikan shalat, (QS.2:43)
2. Bila bersama org lain hendaklah shalat itu ditunaikan dg berjama`ah, (QS.
4:102)
3. Rasulullah ingin membakar rumah org yg tdk ikut jama`ah shalat subuh &
isya`di masjid, (HR. Bukhari)
4. Bila ada 3 org tdk mau shalat berjama`ah, maka ketiganya dikuasai syetan,
(HR. Ahmad, Nasa`i)

Kedudukan dan keutamaan shalat berjama`ah


1. Pemakmur masjid merupakan tanda keimanan seseorang, QS.9:18
2. Terpaut hati dengan masjid, kelak akan dilindungi Allah secara khusus, HR.
Muslim

26
3. Aktif Jama`ah Isya` & subuh di masjid, terbebas dari ciri kemunafikan,
HR.Bukhari-Muslim
4. Rasul tetap shalat jama`ah disaat perang, HR.Muslim
5. Rasul tetap shalat berjama`ah meski sakit berat, HR. Bukhari
6. Keinginan Rasul membakar rumah-rumah bagi orang yang tidak menghadiri
jama`ah, HR. Bukhari
7. Kewajiban shalat jama`ah utamanya bagi laki-laki, orang perempuan tetap
mendapat keutamaan 27 derajad, HR. Bukhari.
8. Bila waktu shalat fardhu tiba hendaklah menyerukan adzan, (HR. Bukhari)
9. Rasulullah tdk mengizinkan para suami melarang istrinya ikut jama`ah di
masjid, (HR. Bukhari), meskipun malam hari, (HR. Bukhari)
10. Pada masa nabi wanita ikut shalat berjama`ah di masjid, (HR. Bukhari)

Subhanallah, Nabi tdk memberi keringanan untuk tdk


hadir berjama`ah di masjid jika mendengar adzan. Hal
ini diteladani oleh salah seorang sahabat `pendekar
shalat jama`ah`, Ibnu Umi Maktum. Dia istiqamah
shalat berjama`ah, meskipun kekurangan fisik
dialaminya. Dalam banyak riwayat shahih disebutkan
bahwa, dia: matanya buta, tdk ada seorangpun
penuntun, rumahnya jauh dari masjid, antara rumah &
masjid banyak pepohonan,banyak binatang buas di
jalan, Banyak dabbah (binatang kecil yg membahayakan) di jalan,Jalan ke masjid banyak
sumur, usianya sudah sangat tua/renta, (HR. Muslim & jama`ah ahli hadits).

Hukum shalat jum'at

27
Shalat Jum'at wajib bagi kaum lelaki, yaitu sebanyak dua rakaat. Adapun dalil
tentangnya adalah sebagai berikut:

1. Firman Allah Subhanahu waTa'ala: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila


kamu diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jum'at, maka ber-segeralah
mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, dan itu lebih baik bagi kamu jika
kamu mengetahui." (Al-Jumu'ah: 9)

2. Sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:

"Hendaklah orang-orang itu berhenti dari meninggalkan shalat Jum'at atau kalau tidak,
Allah akan menutup hati mereka kemudian mereka akan menjadi orang yang lalai." (HR.
Muslim)

3. Sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:

"Sungguh aku berniat menyuruh seseorang (menjadi imam) shalat bersama-sama yang
lain, kemudian aku akan membakar rumah orang-orang yang meninggalkan shalat
Jum'at." (HR. Muslim)

4. Sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:

"Shalat Jum'at itu wajib bagi tiap-tiap muslim, dilaksana-kan secara berjama'ah
terkecuali empat golongan, yaitu hamba sahaya, perempuan, anak kecil dan orang yang
sakit." (HR. Abu Daud dan Al-Hakim, hadits shahih)

5. Ijma' para ulama. Para ulama telah sepakat bahwa shalat Jum'at itu wajib
hukumnya.

Keutamaan hari jum'at

Hari Jum'at adalah hari yang penuh keberkahan, mempunyai kedudukan yang
agung dan merupakan hari yang paling utama. Rasulullah shallallaahu alaihi
wasallam bersabda:"Sebaik-baik hari adalah hari Jum'at, pada hari itulah
diciptakan Nabi Adam, dan pada hari itu dia diturunkan ke bumi, pada hari itu
pula diterima taubatnya, pada hari itu pula beliau diwafatkan, dan pada hari itu
pula terjadi Kiamat ... Pada hari itu ada saat yang kalau seorang muslim
menemuinya kemudian shalat dan memohon segala keperluannya kepada Allah,
niscaya akan dikabulkan." (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan lainnya,
hadits shahih)
28
Hal hal yang disunnahkan, serta beberapa adab hari jum'at

1. Mandi, berpakaian yang rapi, memakai wangi-wangian dan bersiwak. Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:

"Mandi hari Jum'at itu wajib bagi tiap muslim yang telah baligh." (Muttafaq 'alaih)
Sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:

"Mandi, memakai siwak, mengusapkan parfum sebisa-nya pada hari Jum'at dianjurkan
pada setiap laki-laki yang telah baligh." (Muttafaq 'alaih)

Dan sabda beliau shallallaahu alaihi wasallam yang lain:

"Apa yang menghalangi salah seorang di antara kamu jika dia mempunyai kesempatan
untuk memakai dua pakaian (baju dan sarung) selain pakaian kerjanya pada hari Jum'at."
(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah, shahih)

Juga sabda beliau shallallaahu alaihi wasallam tentang hari Jum'at:

"Hak setiap muslim adalah siwak, mandi Jum'at dan memakai minyak wangi dari rumah
jika ada." (HR. Al-Bazzar, shahih)

2. Lebih awal pergi ke masjid untuk shalat Jum'at, yaitu beberapa saat
sebelumnya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi
wasallam:

"Barangsiapa yang mandi pada hari Jum'at seperti mandi jinabat, kemudian dia pergi ke
masjid pada saat pertama, maka seakan-akan dia berkurban dengan se-ekor unta dan
siapa yang berangkat pada saat kedua, maka seakan-akan ia berkurban dengan seekor
sapi, dan siapa yang pergi pada saat ketiga, maka seakan-akan dia berkurban dengan
seekor domba yang mempunyai tanduk, dan siapa yang berangkat pada saat keempat,
29
maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor ayam, dan siapa yang berangkat pada
saat kelima, maka seolah-olah dia berkurban dengan sebutir telur, dan apabila imam
telah datang, maka malaikat ikut hadir mende-ngarkan khutbah." (Muttafaq 'alaih)

3. Melakukan shalat-shalat sunnah di masjid sebelum shalat Jum'at selama imam


belum datang. Apabila imam telah datang, maka berhenti dari itu kecuali shalat
tahiyyatul masjid tetap boleh dikerjakan meskipun imam sedang berkhutbah
tetapi hendaknya dipercepat. Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda:

"Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum'at dan bersuci sebisa mungkin, kemudian dia
memakai wangi-wangian atau memakai minyak wangi, lalu pergi ke masjid dan (di sana)
tidak memisahkan antara dua orang (yang duduk berjajar), kemudian dia shalat yang
disunnahkan baginya, dan dia diam apabila imam telah berkhutbah, terkecuali akan
diampuni dosa-dosanya antara Jum'at (itu) dan Jum'at berikutnya selama dia tidak
berbuat dosa besar." (HR. Al-Bukhari)

4. Makruh melangkahi pundak-pundak orang yang sedang duduk dan memisahkan


(menggeser) mereka. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi
wasallam, ketika beliau melihat seseorang yang melangkahi pundak orang-
orang:

"Duduklah, sesungguhnya kamu telah mengganggu orang lain, lagi pula kamu datang
terlambat." (HR. Ahmad, Abu Daud dan An-Nasai, hadits shahih)

Dan juga berdasarkan hadits sebelumnya yang bunyi-nya:

"... Dan tidak memisahkan antara dua orang... niscaya akan diampuni segala dosanya
dari Jum'at (itu) ke Jum'at berikutnya."

5. Berhenti dari segala pembicaraan dan perbuatan sia-sia --seperti memain-


mainkan kerikil-- apabila imam telah datang. Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:

30
"Apabila kamu berkata kepada temanmu 'diamlah', ketika imam sedang berkhutbah pada
hari Jum'at, maka sesungguhnya kamu telah berbuat sia-sia." (Muttafaq 'alaih)

6. Diharamkan transaksi jual beli ketika adzan sudah mulai berkumandang. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada
hari Jum'at, maka segeralah mengingat Allah dan tinggalkan jual beli." (Al-Jumu'ah: 9)

7. Hendaklah memperbanyak membaca shalawat serta salam kepada Rasulullah


shallallaahu alaihi wasallam pada malam Jum'at dan siang harinya. Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:

"Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada hari Jum'at, sesungguhnya tidak


seorang pun yang membaca shalawat kepadaku pada hari Jum'at kecuali diperlihatkan
kepadaku shalawatnya itu." (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)

Sabda beliau yang lain:

"Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada hari Jum'at dan malam Jum'at, maka
barangsiapa bersha-lawat kepadaku sekali, niscaya Allah akan bershalawat kepadanya
sepuluh kali." (HR. Al-Baihaqi, hadits hasan)

8. Disunnahkan membaca surat Al-Kahfi. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah


shallallaahu alaihi wasallam:

"Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum'at, maka dia akan mendapat cahaya
yang terang di antara kedua Jum'at itu." (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi, hadits shahih)

9. Bersungguh-sungguh dalam berdo'a untuk men-dapatkan waktu yang mustajab


(dikabulkannya do'a). Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shallallaahu alaihi
wasallam:

31
"Sesungguhnya pada hari Jum'at ada saat yang apabila seorang hamba muslim
mendapatinya sedang dia dalam keadaan shalat dan memohon kebaikan kepada Allah
niscaya Allah akan mengabulkannya." (HR. Muslim)

Dan saat istijabah itu ialah pada akhir waktu hari Jum'at. Ini berdasarkan hadits
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:

"Hari Jum'at terdiri dari dua belas waktu, di antaranya ada waktu dimana tidak seorang
hamba muslim pun yang meminta kepada Allah suatu permintaan terkecuali akan
diberikan kepadanya, maka hendaklah kalian mencarinya pada waktu terakhir yaitu
setelah Ashar." (HR. Abu Daud, An-Nasai dan Al-Hakim, hadits shahih)

Syarat syarat kewajiban shalat jum'at

Shalat Jum'at diwajibkan atas setiap muslim, laki-laki yang merdeka, sudah
mukallaf, sehat badan serta muqim (bukan dalam keadaan musafir). Ini berdasarkan
hadits Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:

"Shalat Jum'at itu wajib atas setiap muslim, dilaksana-kan secara berjama'ah terkecuali
empat golongan, yaitu hamba sahaya, perempuan, anak kecil dan orang sakit." (HR. Abu
Daud dan Al-Hakim, hadits shahih)

Adapun bagi orang yang musafir, maka tidak wajib melaksanakan shalat Jum'at,
sebab Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam pernah melakukan perjalanan untuk
menunaikan haji, dan ber-tempur, namun tidak pernah diriwayatkan bahwa beliau
melaksanakan shalat Jum'at.
Dan dalam sebuah atsar disebutkan, bahwa Amirul Mukminin Umar Ibnul Khattab
radhiallaahu anhu melihat seseorang yang terlihat akan melakukan perjalanan,
kemudian beliau mendengar ucapannya, 'Seandainya hari ini bukan hari Jum'at,
niscaya aku akan bepergian.' Maka Khalifah Umar berkata, 'Silakan Anda pergi,
sesungguhnya shalat Jum'at itu tidak menghalangimu dari bepergian.'

Syarat sahnya shalat jum'at

Untuk sahnya shalat Jum'at itu ada beberapa syarat, yaitu sebagai berikut:

1. Dilaksanakan di suatu perkampungan atau kota, karena di zaman Rasulullah r


tidak pernah dilaksanakan terkecuali di perkampungan atau di kota. Dan beliau
32
shallallaahu alaihi wasallam tidak pernah menyuruh penduduk dusun (orang
peda-laman) untuk melaksanakannya. Dan tidak pernah disebut-kan bahwa
ketika bepergian beliau melaksanakan shalat Jum'at.

2. Meliputi dua khutbah. Ini berdasarkan pada per-buatan Rasulullah shallallaahu


alaihi wasallam dan kebiasaan beliau (dalam melak-sanakannya). Juga
dikarenakan khutbah merupakan salah satu manfaat yang sangat besar dari
pelaksanaan shalat Jum'at. Karena ia mengandung dzikir kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala, peringatan terhadap kaum muslimin serta nasehat bagi
mereka.

E. Prosedur Kerja
Shalat Berjamaah
1. Persiapan Tindakan, Alat dan Bahan
a. Menentukan tempat shalat
b. Menggunakan baju yang layak, bagi perempuan memakai mukena
c. Menghadap ke arah kiblat seraya menundukkan pandangan ke arah tempat sujud.

2. Tahap Kerja Shalat Jamaah


a. Setelah iqamah, segera berdiri menyusun shaf/ barisan; atas komando imam
b. Secara umum shaf jama`ah lurus dan rapat, bahu sejajar dengan bahu, kaki bertemu
kaki jama`ah lain
c. Makmum bertakbir setelah imam bertakbir dg sempurna; makmum ruku`, sujud dst
setelah imam melakukan secara sempurna, (HR. Abu Daud)
d. Imam jangan terlalu memanjangkan bacaannya, (HR.Bukhari)
e. Makmum agar memperhatikan bacaan imam jika shalat jahr, dan tdk membaca
selain al-fatihah (HR.Bukhari)
f. Imam membaca sir pada shalat dzuhur & ashar, (HR.Bukhari)
g. Imam membaca al-fatihah & surat secara jahr pada subuh, maghrub & isya`,
(HR.Bukhari)
h. Membaca basmalah jahr atau sir, (HR. Muslim)
i. Imam & makmum serentak membaca AMIEN dg nyaring/ kuat, (HR. Bukhari)
j. Imam mengeraskan takbir intikhal/pindah gerakan, (HR.Bukhari)
k. Imam tdk memberi peluang kesempatan makmum mbarengi/mendahului gerakan
imam dg memanjang kan takbir intikhal, (maslahat)
l. Selesai shalat imam menghadap ke arah makmum atau ke kanan, (HR. Bukhari)
m. Selesai shalat hendaknya duduk dulu sejenak (HR.Bukhari) untuk istighfar,
wirid/dzikir.
n. Diperintahkan bersutrah/batas tempat shalat (sujud) dengan tembok/tiang dsb, dan
larangan keras lewat di depan org yg sedang shalat, (HR.Bukhari)

Shalat Jumuah
1. Persiapan Tindakan, Alat dan Bahan
a. Menentukan tempat shalat
b. Menggunakan baju yang layak, bagi perempuan memakai mukena
c. Menghadap ke arah kiblat seraya menundukkan pandangan ke arah tempat sujud.
2. Tahap Kerja Shalat Jumat
a. Khatib naik ke atas mimbar setelah tergelincirnya matahari (waktu dzuhur),
kemudian memberi salam dan duduk.
b. Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan dzuhur.
33
c. Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah yang dimulai
dengan hamdalah dan pujian kepada Allah SWT serta membaca shalawat kepada
Rasulullah SAW.
d. Kemudian memberikan nasehat kepada para jama’ah, mengingatkan mereka
dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan larangan Allah SWT dan
RasulNya, mendorong mereka untuk berbuat kebajikan serta menakut-nakuti
mereka dari berbuat keburukan, dan mengingatkan mereka dengan janji-janji
kebaikan serta ancaman-ancaman Allah Subhannahu wa Ta’ala. Kemudian duduk
sebentar
e. Khutbah kedua: Khatib memulai khutbahnya yang kedua dengan hamdalah dan
pujian kepadaNya. Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan yang
sama dengan khutbah pertama sampai selesai
f. Khatib kemudian turun dari mimbar.
g. Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamat untuk melaksanakan shalat.
h. Kemudian memimpin shalat berjama’ah dua rakaat dengan mengeraskan bacaan.

F. Daftar Penilaian Prosedur Kerja (Isi sesuai dengan prosedur kerja)

Tabel 4.1
Daftar Penilaian Prosedur Tata Cara Shalat Jama’ah

Perlu
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
Latihan
1. Setelah iqamah, segera berdiri menyusun
shaf/ barisan; atas komando imam
2. Secara umum shaf jama`ah lurus dan
rapat, bahu sejajar dengan bahu, kaki
bertemu kaki jama`ah lain
3. Makmum bertakbir setelah imam bertakbir
dg sempurna; makmum ruku`, sujud dst
setelah imam melakukan secara sempurna
4. Imam & makmum serentak membaca
’amin’ dg nyaring/ kuat
5. Imam mengeraskan takbir intikhal/pindah
gerakan
6. Imam tdk memberi peluang kesempatan
makmum mbarengi/mendahului gerakan
imam dg memanjang kan takbir intikhal,
(maslahat)
7. Selesai shalat imam menghadap ke arah
makmum atau ke kanan
8. Selesai shalat hendaknya duduk dulu
sejenak (HR.Bukhari) untuk istighfar,
wirid/dzikir.

Tabel 4.2.

34
Daftar Penilaian Prosedur Kerja Shalat Jumuah

Perlu
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
Latihan
1. Muadzin mengumandangkan adzan
sebagaimana halnya adzan dzuhur
2. Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk
melaksanakan khutbah yang dimulai
dengan hamdalah dan pujian kepada Allah
SWT serta membaca shalawat kepada
Rasulullah SAW.
3. Kemudian memberikan nasehat kepada
para jama’ah, mengingatkan mereka
dengan suara yang lantang,
menyampaikan perintah dan larangan
Allah SWT dan RasulNya, mendorong
mereka untuk berbuat kebajikan serta
menakut-nakuti mereka dari berbuat
keburukan, dan mengingatkan mereka
dengan janji-janji kebaikan serta ancaman-
ancaman Allah Subhannahu wa Ta’ala.
Kemudian duduk sebentar
4. Khutbah kedua: Khatib memulai
khutbahnya yang kedua dengan hamdalah
dan pujian kepadaNya. Kemudian
melanjutkan khutbahnya dengan
pelaksanaan yang sama dengan khutbah
pertama sampai selesai
5. Khatib kemudian turun dari mimbar.
6. Selanjutnya muadzin melaksanakan
iqamat untuk melaksanakan shalat.
7. Kemudian memimpin shalat berjama’ah
dua rakaat dengan mengeraskan bacaan.
8. Selesai shalat hendaknya duduk dulu
sejenak untuk istighfar, wirid/dzikir.

Tanggal,...........................
Dosen/Fasilitator

(... )

G. Evaluasi
Mahasiswa dinyatakan kompeten jika mampu melakukan seluruh prosedur kerja
dalam panduan praktikum

H. Daftar Referensi
Tim Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (2009). Himpunan Putusan Tarjih
Muhammadiyah. Jogjakarta: Suara Muhammadiyah.

35
MODUL V
PRAKTIKUM SHALAT DIBERBAGAI KEADAAN

A. Kompetensi

Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan


melakukan Shalat diberbagai keadaan (Jama’ Qoshar, Sakit dan Perang).

Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menyebutkan definisi shalat diberbagai keadaan (Jama’ Qoshar, Sakit dan Perang)
dengan tepat.
2. Menyebutkan tatacara shalat diberbagai keadaan (Jama’ Qoshar, Sakit dan Perang)
dengan tepat.
3. Mendemonstrasikan tata cara shalat diberbagai keadaan (Jama’ Qoshar, Sakit dan
Perang).

B. Strategi Pembelajaran

1. Belajar dan Latihan Mandiri


2. Belajar dengan melihat video.

C. Prasyarat

Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar tentang konsep ibadah, dan
teori tentang shalat diberbagai keadaan (Jama’, Qoshar, Sakit dan Perang).

D. Teori
1. Shalat Jama’ dan Qoishar
1) Dasar hukum : QS. An-nisa`: 101,

“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa kamu men-
qashar[343] shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”

36
Menurut Pendapat jumhur arti qashar di sini Ialah: shalat yang empat rakaat
dijadikan dua rakaat. Mengqashar di sini ada kalanya dengan mengurangi jumlah
rakaat dari 4 menjadi 2, Yaitu di waktu bepergian dalam Keadaan aman dan ada
kalanya dengan meringankan rukun-rukun dari yang 2 rakaat itu, Yaitu di waktu
dalam perjalanan dalam Keadaan khauf. dan ada kalanya lagi meringankan rukun-
rukun yang 4 rakaat dalam Keadaan khauf di waktu hadhar. (HR. Ahmad & Ahli
hadits.) Selama musafir Rasulullah, Abu Bakar, Umar tdk mencukupkan shalat,
maksudnya mengqasharnya, (Mutafaq `alaih)

Bagi orang yang sedang dalam perjalanan, mendapat Ruhshoh (keringanan):


a. Mengqashar (meringkas) shalat yg 4 raka`at (dzuhur, ashar & isya`) menjadi
dua raka`at
b. Menjamakkan shalat; yaitu mengumpulkan dua shalat dlm satu waktu, dg
pasangan tetap
c. Pasangan dimaksud adalah: dzuhur dg ashar dan maghrib dg isya`

2) Keadaan yang dapat menjama’kan shalat


a) Mejama` dalam safar, (HR. A. Daud, Ahmad)
b) Menjama` diwaktu hujan, (HR. Bukhari)
c) Menjama` karena sakit atau udzur, (Fiqh Sunnah, II, h. 230)
d) Menjama` karena ada kepentingan, hal ini asalkan tidak dijadikan
kebiasaan, (Syarah Muslim). Hal ini pernah dilakukan oleh Nabi di
Madinah, (HR. Muslim)
e) Menjama` di Arafah & Muzdalifah, (HR. Muslim)

3) Jarak boleh mengqashar shalat


a. Dari Yahya bin Yazid, katanya “saya bertanya kpd Anas bin malik tentang
mengqashar shalat. Anas menjawab: “adalah Rasulullah SAW apabila ia
keluar sejauh 3 mil atau 3 farsakh ia shalat 2 raka`at, (HR. Ahmad,
Muslim, Abu daud & Bihaqy)
b. Dari Abu Said Al-Khudri: “Apabila Rasulullah SAW bepergian sejauh satu
farsakh, maka beliau mengqashar shalat”.
c. 1 farsakh = 3 mil, 1 farsakh = 5541 m; sedangkan 1 mil = 1748 m. (Fiqh
Sunnah, II h.216)

4) Contoh Rasulullah saat menjama’kan shalat


a. Jika berangkat sudah tergelincir matahari, rasul menjama` taqdim (dzuhur
dg asar), shalat terlebih dahulu
b. Jika sebaliknya, (berangkat sebelum tergelincir matahari), maka menjama`
ta`khir, dzuhur dikerjakan pd waktu ashar.
c. Demikian juga shalat maghrib, jika beliau berangkat sesudah matahari
terbenam, menjama` taqdim (shalat terlebih dahulu). Jika sebaliknya,
Rasulullah berangkat sebelum matahari terbenam, maka Rasul menjama`
ta`khir, (HR. Abu Daud, Tirmidzi & Ahmad)

5) Cara shalat jama` qashar


a. Jika kita menjama` dzuhur dengan ashar (taqdim/ta`khir): setelah adzan,
iqamah, lakukan shalat dzuhur 4 rakaat, setelah salam iqamah, lalu shalat
ashar 4 rakaat.

37
b. Demikian juga Jika kita menjama’ maghrib dengan isya` setelah azan,
iqamah lakukan shalat maghrib 3 rakaat lalu iqamah dan shalat isya’ 4
rakaat.
c. Antara shalat pertama dan kedua tidak diselingi kegiatan apapun, kecuali
iqamah
d. Waktu pelaksanaan shalat tidak mempengaruhi urutan shalat, artinya waktu
I (dzuhur dan maghrib) tetap dikerjakan terlebih dahulu, meskipun jamak
qashar ta`khir (dilaksanakan pada waktu kedua)

6) Beberapa prinsip
a. Tidak ada shalat sunat baik qabliyah/ba`diyah diantara dua shalat di atas
b. Shalat waktu pertama (dzuhur/maghrib) dikerjakan terlebih dahu, baru
mengerjakan shalat yg kedua, (ashar/isya`) baik jama`/qashar taqdim
maupun ta`khir
c. Tidak ada perbedaan dalam pelaksanaan antara jama` taqdim dan ta`khir
d. Shalat subuh berdiri sendiri (tdk dpt dijama`/qasharkan
e. Jika musafir mengimami orang muqim, maka ia tetap shalat jama`/qashar.
Setelah salam makmum yg muqim menyempurnakan shalatnya 4 raka`at,
(HR. Abu Daud)
f. Sebaliknya jika si musafir menjadi makmum, sedangkan imamnya org
muqim, maka musafir wajib ikut imam, shalatnya sempurna 4 raka`at, (HR.
Muslim)

2. Shalat dikala Sakit


Orang yang sakit tetap wajib mengerjakan shalat pada waktunya dan
melaksanakannya menurut kemampuannya, sebagaimana yang diperintahkan Allah
Subhanahu wa Ta'ala dalam firman_Nya: "Maka bertakwalah kamu kepada Allah
menurut kesanggupanmu" [at-Taghâbun/ 64:16]. Dan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam dalam hadits Imran Bin Husain Radhiyallahu 'anhu:

‫ستَ ِط ْع َفقَا ِعدًا فَ ِإ ْن لَ ْم‬


ْ َ ‫ص ِ ِّل َقا ِئ ًما َف ِإ ْن لَ ْم ت‬
َ ‫سلَّ َم ع َْن الص َََّل ِة فَقَا َل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫سأ َ ْلتُ النَّ ِب َّي‬
َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ َ‫ير ف‬
ُ ‫س‬ ِ ‫كَانَتْ ِبي َب َوا‬
‫ست َ ِط ْع فَعَ َلى َج ْنب‬
ْ َ‫ت‬
"Pernah penyakit wasir menimpaku, lalu aku bertanya kepada Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam tentang cara shalatnya. Maka beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab: Shalatlah dengan berdiri, apabila tak mampu, maka duduklah dan bila
tak mampu juga maka berbaringlah” [HR al-Bukhari no. 1117].

Sesuai dengan hadits Imran Bin Husain Radhiyallahu 'anhu diatas maka dapat
dijabarkan tentang tata cara shalat bagi orang yang sakit. Tata caranya yaitu:
a. Diwajibkan bagi orang yang sakit untuk shalat dengan berdiri apabila mampu
dan tak khawatir sakitnya bertambah parah, karena berdiri dalam shalat wajib
merupakan rukun shalat.
b. Orang sakit yang mampu berdiri namun tidak mampu ruku' atau sujud , dia
tetap wajib berdiri. Dia harus shalat dengan berdiri dan melakukan rukuk
dengan menundukkan badannya.
c. Orang sakit yang tidak mampu berdiri, maka dia melakukan shalatnya dengan
duduk, berdasarkan hadits Imrân bin Hushain dan ijma para ulama.

38
d. Orang sakit yang khawatir akan bertambah parah sakitnya atau memperlambat
kesembuhannya atau sangat susah berdiri, diperbolehkan shalat dengan duduk
e. Orang sakit yang tidak mampu melakukan shalat berdiri dan duduk, cara
melakukannya adalah dengan berbaring, boleh dengan miring ke kanan atau ke
kiri, dengan menghadapkan wajahnya ke arah kiblat.
f. Orang sakit yang tidak mampu berbaring, boleh melakukan shalat dengan
terlentang dan menghadapkan kakinya ke arah kiblat, karena hal ini lebih dekat
kepada cara berdiri. Misalnya bila kiblatnya arah barat maka letak kepalanya di
sebelah timur & kakinya di arah barat.
g. Apabila tidak mampu menghadap kiblat dan tidak ada yang mengarahkan atau
membantu mengarahkannya, maka hendaklan dia shalat sesuai keadaannya
tersebut,
h. Orang sakit yang tidak mampu shalat dengan terlentang maka shalatnya sesuai
keadaannya dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Maka
bertakwalah kamu kepada Allah Azza wa Jalla menurut kesanggupanmu" [at-
Taghâbun/ 64:16]
i. Orang yang sakit dan tidak mampu melakukan shalat dengan semua gerakan di
atas (Dia tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya dan tidak mampu juga
dengan matanya), hendaknya dia melakukan shalat dengan hatinya. Shalat tetap
diwajibkan selama akal seorang masih sehat.
j. 10. Apabila shalat orang yang sakit mampu melakukan perbuatan yang
sebelumnya tidak mampu, baik keadaan berdiri, ruku' atau sujud, maka dia
wajib melaksanakan shalatnya dengan kemampuan yang ada dan
menyempurnakan yang tersisa. Dia tidak perlu mengulang yang telah lalu,
karena yang telah lalu dari shalat tersebut telah sah.
k. Apabila yang orang sakit tidak mampu melakukan sujud di atas tanah,
hendaknya dia cukup menundukkan kepalanya dan tidak mengambil sesuatu
sebagai alas sujud. Hal ini didasarkan hadîts Jâbir Radhiyallahu 'anhu yang
berbunyi:

‫ فَأ َ َخذَ ع ُْودًا‬،‫سادَة فَأ َ َخذَ َها فَ َر َمى ِب َها‬ َ ‫علَى ِو‬
َ ‫ص ِلِّي‬َ ُ‫س ْو َل هللا عَا َد َم ِر ْيضًا فَ َرآهُ ي‬ ُ ‫أ َ َّن َر‬
‫ست َ َط ْعتَ َوإِلَّ فَأ َ ْو ِم إِ ْي َما ًء‬ ِ ‫علَى األ َ ْر‬
ْ ‫ض إِ ِن ا‬ َ :‫ قَا َل‬،‫علَ ْي ِه فَأ َ َخذَهُ فَ َر َمى ِب ِه‬
َ ‫ص ِ ِّل‬ َ ‫ص ِلِّي‬
َ ُ‫ِلي‬
َ َ‫س ُج ْودَكَ أ َ ْخف‬
َ‫ض ِم ْن ُرك ُْو ِعك‬ ُ ‫اجعَ ْل‬
ْ ‫َو‬
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjenguk orang sakit, beliau
melihatnya sedang mengerjakan shalat di atas (beralaskan) bantal, beliau pun
mengambil dan melemparnya, kemudian mengambil kayu untuk dijadikan alas
shalatnya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Shalatlah di atas
tanah apabila engkau mampu dan bila tidak maka dengan isyarat dengan
menunduk (al-Imâ`) dan jadikan sujudmu lebih rendah dari ruku'mu".

39
3. Shalat Khauf
Pengertian shalat khauf
Melaksanakan shalat yang di fardhukan (diwajibkan) yang dilakukan pada saat-saat
genting atau kondisi yang mengkhawatirkan dengan cara tertentu

Hukum shalat khauf


Shalat khauf disyariatkan dalam setiap peperangan yang dibolehkan, seperti
memerangi orang-orang kafir, pemberontak, dan para perampok atau penyamun
sebagaimana firman Allah yang artinya, “Dan apabila kamu bepergian di muka
bumi, maka tidaklah mengapa kamu menqasar shalat(mu), jika kamu takut diserang
orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu musuh yang nyata bagimu.”
(QS. An-Nisaa’ : 101)

40
Syarat-syarat shalat khauf

 Hendaknya musuh yang diperangi adalah musuh yang halal (dibolehkan) untuk
diperangi, seperti orang kafir harbi, pemberontak, dan para perampok atau yang
lainnya.
 Dikhawatirkan penyerangan mereka terhadap kaum muslimin dilakukan pada
waktu-waktu shalat.

Tata cara shalat khauf

Ada beberapa cara shalat khauf, diantaranya adalah cara yang diajarkan oleh
rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits riwayat Sahl bin Abu Hatsmah
Al-Anshari radhiallahu ‘anhu, yang mirip dengan tata cara yang disebutkan dalam Al-
Qur’an surat An-Nisaa’ ayat 102. Yang di dalamnya hati-hati dalam shalat dan
waspada dalam perang, di dalamnya juga siaga terhadap musuh. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam telah melakukan shalat khauf dengan cara ini pada
peperangan Dzatur Riqa’.

Adapun tata caranya sebagaimana dalam riwayat Sahl bin Hatsmah, “Bahwa
sekelompok pasukan membentuk shaf untuk berjama’ah bersama rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan sekelompok pasukan lagi menghadap musuh, lalu
beliau shalat bersama pasukan yang bersamanya satu rokaat, kemudian beliau tetap
berdiri dan pasukan tersebut pun menyelesaikan shalat mereka sendiri-sendiri,
kemudian mereka bergegas menuju menghadap musuh. Lalu kelompok (yang
awalnya menghadap musuh) datang bergabung dengan shalat rasulullah, maka
rasulullah shalat bersama mereka satu rekaat yang tersisa kemudian beliau tetap
duduk, lalu pasukan tersebut menyempurnakan shalat masing-masing, kemudian
rasulullah salam bersama mereka”. (HR Muslim no. 841)

Foto dari unduh geogle

E. Prosedur Kerja
1. Persiapan Tindakan, Alat dan Bahan

41
a. Menentukan tempat shalat
b. Menggunakan baju yang layak, bagi perempuan memakai mukena
c. Menghadap ke arah kiblat seaya menundukkan pandangan kearah tempat
sujud.
2. Tahap Kerja
Shalat Jama’
a. Membaca basmalah
b. Iqamah
c. Melakukan shalat yang pertama (zhuhur 4 rakaat atau magrib 3 rakaat)
d. Salam
e. Berdiri kembali untuk shalat yang kedua
f. Iqamah
g. Melakuan shalat yang kedua ‘Ashar 4 rakaat atau Isya’ 4 rakaat
h. Salam

Shalat Qosar
a. Niat dalam Hati
b. Membaca basmalah
c. Iqamah
d. Melakukan shalat yang pertama (zhuhur 2 rakaat atau magrib 3 rakaat)
e. Salam
f. Berdiri kembali untuk shalat yang kedua
g. Iqamah
h. Melakuan shalat yang kedua ‘Ashar 2 rakaat atau Isya’ 2 rakaat
i. Salam

Shalat saat sakit


1. Tata cara shalat dengan cara duduk
 Cara mengerjakan ruku’ adalah dengan cara cukup menggerakan kepala ke
muka kan kepala lebih
 Cara sujud adalah dengan cara menggerakan kepala lebih lebih ditundukan
dari gerakan ruku’
2. Tata cara shalat dengan berbaring
 Melakukan gerakan shalat dengan seluruh tubuh menghadap kiblat. Gerakan
ruku’ dan sujud sesuai dengan kemampuan orang yang sedang sakit.

Shalat Khauf
1. Terdiri dari dua kelompok
2. Kelompok pertama membentuk satu shaf melakukan shalat berjamaah
3. Kelompok yang lain berjaga-jaga
4. Imam melakukan shalat satu rakaat
5. Makmum menyelesaikan satu rekaat berikutnya sendiri-sendiri dan salam
6. Kemudian bergantian untuk kelompok pertama berjaga-jaga
7. Kelompok kedua melakukan shalat berjamaah
8. Imam tetap berdiri menunggu kelompok yang kedua
9. Imam dan makmum melakukan shalat berjamaah satu rekaat
10. Imam tetap duduk menunggu jamaah menyelesaikan satu rekaat berikutnya
11. Imam dan makmum menyelsaikan shalat jamaah dan salam

F. Daftar Penilaian Prosedur Kerja (Isi sesuai dengan prosedur kerja)


42
Tabel 5.1
Daftar Penilaian Prosedur Shalat Jama’

Perlu
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
Latihan
1. Niat dalam Hati
2. Membaca basmalah
3. Iqamah
4. Melakukan bacaan dan gerakan shalat yang
pertama (zhuhur 4 rakaat atau magrib 3
rakaat)
5. Salam
6. Berdiri kembali untuk shalat yang kedua
7. Iqamah
8. Melakuan shalat yang kedua ‘Ashar 4 rakaat
atau Isya’ 4 rakaat
9. Salam

Tabel 5.2
Daftar Penilaian Prosedur Shalat Qoshar

Perlu
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
Latihan
1. Niat dalam Hati
2. Membaca basmalah
3. Iqamah
4. Melakukan bacaan dan gerakan shalat yang
pertama (zhuhur 4 rakaat atau magrib 3
rakaat)
5. Salam
6. Berdiri kembali untuk shalat yang kedua
7. Iqamah
8. Melakuan shalat yang kedua ‘Ashar 4 rakaat
atau Isya’ 4 rakaat
9. Salam

Tabel 5.3
Daftar Penilaian Prosedur Shalat Saat Sakit

Perlu
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
Latihan
1. Niat dalam Hati
2. Membaca basmalah
43
3. Shalat dalam keadaan duduk, baring
4. Takbir dan bersedekap
5. Membaca doa iftitah, Al-Fatihah dan surat
pendek
6. Ruku’ dengan menggerakan kepala sedikit
7. ‘Itidal dan membaca doanya
8. Sujud dengan menggerakan kepala lebih
rendah dari posisi ruku
9. Membaca doa duduk diantara dua sujud
10. Membaca tahiyat dan shalawat nabi
11. Salam

Tabel 5.2
Daftar Penilaian Prosedur Shalat Khauf

Perlu
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
Latihan
1. Jamaah dibagi dua kelompok : Kelompok
pertama melakukan shalat jamaah dan
kelompok kedua berjaga-jaga
2. Niat dalam Hati
3. Iqamah
4. Imam dan makmum (kelompok pertama)
melakukan shalat jamaah satu rakaat
5. Imam tetap berdiri
6. Makmum menyelesaikan shalat jamaah
masing-masing dan salam
7. Kelompok pertama menyelesaikan shalat dan
berjaga-jaga
8. Kelompok kedua melakukan shalat
berjamaah bersama imam
9. Imam duduk tahyat akhir
10. Makmum berdiri menyelesaikan rakaat
kedua
11. Imam dan makmum menyelesaikan shalat
secara bersama dan salam

G. Evaluasi
Mahasiswa dinyatakan kompeten jika mampu melakukan seluruh prosedur kerja dalam
panduan praktikum

H. Daftar Referensi
11. Al-qur`an al-Kariem
12. PP. Muhammadiyah: Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah
13. Hasbi Ash-Ashiddieqy: Pedoman Shalat
14. TA. Latief Rousydi: Kaifiyat Shalat Rasulullah
15. -----: Shalat-Shalat Sunat Rasulullah (Jilid 1-2)
44
16. -----: Ruh Shalat dan Hikmahnya
17. Nashiruddin Al-Albani: Sifat Shalat Rasulullah (buku dan CD)
18. Zainal Masduki: Tuntunan Shalat Rasulullah
19. Muhammad Thalib: Cara ShalatRasulullah
20. Sahminan Zaini: Faedah Shalat bagi Orang Beriman
MODUL VI
PRAKTIKUM SHALAT SUNNAT

A. Kompetensi

Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memahami dan


melakukan tata cara shalat sunat (Dhuha, Tahajut, Istisqo, Kusuf dan Khusuf)

Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menyebutkan definisi shalat sunat Dhuhah, Qiyamul Lail, Kusuf, Khusuf dan
Istisqo dengan tepat.
2. Menyebutkan urutan shalat sunat Dhuhah, Qiyamul Lail, Kusuf, Khusuf dan
Istisqo dengan tepat.
3. Mendemonstrasikan tindakan shalat sunat Dhuhah, Qiyamul Lail, Kusuf,
Khusuf dan Istisqo..

B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar dengan melihat video.

C. Prasyarat

Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar tentang konsep shalat
sunat (Dhuha, Tahajut, Istisqo, Kusuf dan Khusuf).

D. Teori

Shalat Sunnat
Shalat sunnat atau Tathawwu’ atau sering disebut juga dengan Nafilah yang berarti
apa yang dikerjakan oleh seorang muslim atas dasar keinginan pribadi terhadap
hal-hal yang tidak diwajibkan dia kerjakan.
Keytamaan shalat sunat adalah
• Menyempurnakan shalat wajib dan menampal kekurangannya (HR. Abu
Daud, Ibnu Majah & Ahmad)
• Mengangkat derajad dan menghapus kesalahan (HR. Muslim)
• Penyebab utama masuknya syurga (HR. Muslim)
• Amalan sunnah dzahir yang paling utama setelah jihad dan Ilmu (HR. Ibnu
Majah, Ahmad, Ibnu Majah)
• Shalat sunnah di rumah dapat mendatangkan berkah/kebaikan (HR. Muslim)
• Bukti kecintaan sejati seorang hamba kepada Allah dan akan mendatangkan
kecintaan Allah pada hamba (HR. Bukhari)
45
• Bukti syukur hamba kepada Allah (HR. Bukhari & Muslim)
Macam-macam shalat sunat
• Rawatib: Shalat sunat yg mengiringi shalat fardhu (Qabliyah & Ba`diyah)
1. Muakkadah
Sangat dikuatkan untuk dikerjakan, Rasulullah tidak pernah
meninggalkan tatkala muqim, berjumlah 10/12 rakaat
a) 2 rk sebelum subuh dan mengkodzonya bila tertinggal (HR.
Bukhari, Muslim,Ahmad),
b) 2/4 rk sebelum dzuhur dan
c) 2 rk sesudahnya, atau 2-4 rk ba`da jum`ah,
d) 2 rk sesudah mahrib serta
e) 2 rk sesudah isya
2. Gairu Muakkadah
tidak dituntut kuat untuk dikerjakan, Rasulullah terkadang mengerjakan,
dan kadang kala meninggalkan Berjumlah 16 rakaat; yaitu
a) 4 rk sebelum dzuhur
b) 4 rk sesudahnya,
c) 2 atau 4 rk sebelum ashar,
d) 2 rk sebelum maghrib, (HR. Bukhari)
e) 2 rk sebelum isya` (HR. Jama`ah)

• Ghairu Rawatib: shalat sunnah selain yang mengiringi shalat fardhu


1. Dhuha: dikerjakan setelah matahari naik sepenggalahan s.d sebelum
tergelincir, 2 s.d. 12 rk. Yang diwasiatkan Rasul 2 rk, yang dikerjakan
Rasul 4 kadang 8 rk, dan yang disabdakan rasul 12 rk. (HR. jama`ah)
2. Qiyam al-lail (Tahajjud-witir): dikerjakan setelah isya` s.d terbit fajar:
8 + 3 rk = 11 rk, atau witir 5 rk= 13 rk (Bukhari, Muslim),
Mengkodzonya di siang hari 12 rk bila udzur mengerjakan malamnya,
(HR. Muslim)
3. Iftitah; shalat 2 rakaat sebagai pendahuluan shalat sunat malam (HR.
Ahmad, Muslim, Abu Daud dari Abu Hurairah).
4. Tahiyatul masjid: shalat 2 rk sebelum duduk di masjid (HR. jama`ah)
5. Bainal adzanain: shalat 2 rk antara adzan dan iqamah (HR. Jama`ah)
6. Thuhur (syukril wudhu`): shalat 2 rk setelah wudhu(Muttafaq `alaih)
7. Intidhar: salat 2 rk sampai tak terbatas (sekuasanya) menunggu
masuknya waktu jum`ah (HR. Muslim)
8. Safar: shalat 2 rk ketika akan bepergian dan 2 rakaat apabila telah
sampai tujuan, (Muttafaq `alaih)
9. Istikharah:shalat 2 rk mohon pilihan terbaik menurut Allah
(HR.Bukhari)
10. Istisqa`: shalat mohon hujan (HR. Jama`ah)
11. Iedain : (Idul Fitri dan Adha): (Muttafaq `alaih)
12. Kusuf: shalat 2 rk gerhana matahari (HR. Bukhari, Muslim)

46
13. Khusuf: shalat 2 rk gerhana bulan (HR. Bukhari, Muslim). Dalam satu
rakaat terdiri dari 2 ruku’ dan 2 sujud
14. Mutlaq: shalat sunat yang tidak terikat dengan waktu dan sesuatu
peristiwa, dapat dikerjakan pada sembarang waktu (kecuali waktu
terlarang shalat), cukup dengan niat shalat saja, (Fiqh Sunnah, II/11).
15. Ba`da thawaf: shalat 2 rk setelah thawaf, utamanya dilakukan dibelakang
maqam ibrahim, (HR. Ahmad, Muslim & Nasa`I).

Pada dasarnya cara pelaksanaan shalat sunat dan fardhu sama, kecuali beberapa shalat
sunat yang disebut khusus,

Shalat sunat ada yang dicontohkan rasul dikerjakan munfarid (sendirian) dan utamanya
dikerjakan di rumah,serta ada yang dicontohkan berjama`ah di masjid dan lapangan,

Shalat sunat dapat dikerjakan dengan duduk, meskipun kuasa berdiri, namun pahalanya
separo dari yang berdiri (HR. Jama`ah),

Rasulullah tidak pernah mengerjakan sunat rawatib ketika safar (bepergian), akan tetapi
tidak pernah meninggalkan shalat sunat witir dan shalat sunat fajar, (Zadul Ma`ad)

Dalam praktik ibadah shalat sunnat yang dipraktikan adalah shalat sunnat Dhuha,
Istisqo’, khusuf dan khusuf

1. Shalat Sunat Dhuha


Dikerjakan setelah matahari naik sepenggalahan s.d sebelum tergelincir, yang
lebih baik shalat sunat Dhuha dikerjakan setelah matahari terik. (hadits Zaidbin
Arqam ra)

Jumlah rakaat dalam shalat Dhuha tidak ada batasan jumlah rakaatnya, sebab Nabi
saw. Telah mewasiatkan Dua rakaat shalat dhuha 2 s.d. 12 rk. Yang diwasiatkan
Rasul 2 rakaat, yang dikerjakan Rasul 4 kadang 8 rakaat, dan yang disabdakan
Rasul 12 rakaat. (HR. jama`ah)

Tata cara shalat sunat Dhuha adalah dua rakaat dan ditutup dengan salam.

2. Shalat Sunat Istisqo’


Istisqo secara bahasa adalah meminta turun hujan. Secara istilah yaitu meminta
kepada Allah SWT agar menurunkan hujan dengan cara tertentu ketika dibutuhkan
hamba-Nya.

Hukum shalat Istisqo adalah sunnah muakkadah bagi yang terkena musibah
kelangkaan air untuk minum dan kebutuhan lainnya. Dan dianjurkan bagi kaum
muslimin lainnya yang masih mendapatkan air, sebagai bentuk ukhuwah dan
tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.

47
Dalil Shalat Istisqo
Allah SWT berfirman dalam surat Nuh ayat 10 - 12
ً َّ‫غف‬
(‫ارا‬ ْ ‫فَقُ ْلتُ ا‬10(‫ارا‬
َ َ‫ست َ ْغ ِف ُروا َربَّ ُك ْم ِإنَّهُ كَان‬ ً ‫علَ ْي ُك ْم ِمد َْر‬ َ ‫س َما َء‬ ِ ‫)يُ ْر‬11 ‫) َويُ ْم ِد ْد ُك ْم ِبأ َ ْم َوا ٍل‬
َّ ‫س ِل ال‬
(‫ارا‬ً ‫ت َويَجْ عَ ْل لَ ُك ْم أ َ ْن َه‬ٍ ‫ َوبَنِينَ َويَجْ عَ ْل لَ ُك ْم َجنَّا‬12)
Maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, –
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun–,niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai” (QS. Nuh: 10-12)

Hadits Rasulullah SAW:

,‫ ُمتَبَ ِذِّ ًل‬,‫اضعًا‬ ِ ‫ي صلى هللا عليه وسلم ُمت ََو‬ ُّ ِ‫ ) خ ََر َج اَلنَّب‬:‫ع ْن ُه َما قَا َل‬ َ ُ‫َللَا‬ َّ َ ‫ي‬
َ ‫ض‬ ِ ‫َّاس َر‬ ٍ ‫عب‬ َ ‫ع ِن اب ِْن‬ َ
ْ ُ ْ ِّ
( ‫ لَ ْم يَ ْخطبْ ُخطبَت َ ُك ْم َه ِذ ِه‬,‫ص ِلي فِي اَل ِعي ِد‬ َ ُ‫ َك َما ي‬,‫صلى َر ْك َعتَي ِْن‬َّ َ َ‫ ف‬,‫عا‬ ً ‫ض ِ ِّر‬َ َ ‫ ُمت‬,‫س ًل‬
ِّ ِ ‫ ُمت ََر‬,‫شعًا‬ ِّ ِ ‫ُمت َ َخ‬
َ‫ َواب ُْن ِحبَّان‬,َ‫ع َوانَة‬ َ
َ ‫ َوأبُو‬,‫ي‬ ُّ ‫ص َّح َحهُ اَلتِ ِّ ْر ِم ِذ‬َ ‫ َو‬,‫سة‬ ُ ْ
َ ‫َر َواهُ اَلخ َْم‬

Ibnu Abbas Radhiyallaahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam


keluar dengan rendah diri, berpakaian sederhana, khusyu’, tenang, berdoa kepada
Allah, lalu beliau shalat dua rakaat seperti pada shalat hari raya, beliau tidak
berkhutbah seperti pada shalat hari raya, beliau tidak berkhutbah seperti
khutbahmu ini. Riwayat Imam Lima dan dinilai shahih oleh Tirmidzi, Abu Awanah,
dan Ibnu Hibban.

‫صلَّى‬ َ ِ‫َللَا‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ب َكانَ ِو َجاهَ ْال ِم ْن َب ِر َو َر‬ ٍ ‫عن أَن َِس بْنَ َمالِكٍ َي ْذ ُك ُر أ َ َّن َر ُج ًل دَ َخ َل َي ْو َم ْال ُج ُم َع ِة ِم ْن َبا‬
َّ ‫سو َل‬
ِ‫َللَا‬ ُ ‫سلَّ َم قَائِ ًما فَقَا َل يَا َر‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫َللَا‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫َللَا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ب فَا ْست َ ْقبَ َل َر‬ ُ ‫ط‬ُ ‫سلَّ َم قَائِ ٌم يَ ْخ‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫َللَا‬َّ
‫سلَّ َم يَدَ ْي ِه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫َللَا‬َّ ‫صلَّى‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َللَا‬ ُ ‫َللَاَ يُ ِغيثُنَا قَا َل فَ َرفَ َع َر‬ َّ ‫ع‬ ُ ‫سبُ ُل فَا ْد‬ ُّ ‫ت ال‬ ْ َ‫طع‬َ َ‫ت ْال َم َوا ِشي َوا ْنق‬ ْ ‫َهلَ َك‬
َ‫ب َول‬ ٍ ‫س َحا‬ َ ‫اء ِم ْن‬ ِ ‫س َم‬َّ ‫َللَاِ َما ن ََرى فِي ال‬ َّ ‫َس َولَ َو‬ ُ ‫فَقَا َل اللَّ ُه َّم ا ْس ِقنَا اللَّ ُه َّم ا ْس ِقنَا اللَّ ُه َّم ا ْس ِقنَا قَا َل أَن‬
‫س َحابَةٌ ِمثْ ُل الت ُّ ْر ِس‬ َ ‫ت ِم ْن َو َرائِ ِه‬ ْ َ‫طلَع‬ َ َ‫ت َولَ دَ ٍار قَا َل ف‬ ٍ ‫س ْلعٍ ِم ْن بَ ْي‬ َ َ‫ش ْيئًا َو َما بَ ْينَنَا َوبَيْن‬ َ َ‫عةً َول‬ َ َ‫قَز‬
َ‫س ِستًّا ث ُ َّم دَ َخ َل َر ُج ٌل ِم ْن ذَلِك‬ َّ ‫َللَاِ َما َرأ َ ْينَا ال‬
َ ‫ش ْم‬ َّ ‫ت قَا َل َو‬ ْ ‫ط َر‬ َ ‫ت ث ُ َّم أ َ ْم‬ ْ ‫س َما َء ا ْنتَش ََر‬ َّ ‫ت ال‬ ْ ‫ط‬ َ ‫س‬ َّ ‫فَلَ َّما ت ََو‬
‫ب فَا ْست َ ْقبَلَهُ قَائِ ًما فَقَا َل يَا‬ ُ ‫ط‬ ُ ‫سلَّ َم قَائِ ٌم يَ ْخ‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫َللَا‬َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫َللَا‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ب فِي ْال ُج ُمعَ ِة ْال ُم ْقبِلَ ِة َو َر‬ ِ ‫ْالبَا‬
‫علَ ْي ِه‬َ ُ‫َللَا‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫َللَا‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َللَاَ ي ُْم ِس ْك َها قَا َل فَ َرفَ َع َر‬َّ ‫ع‬ ُ ‫سبُ ُل فَا ْد‬ ُّ ‫ت ال‬ ْ َ‫طع‬ َ َ‫ت ْاْل َ ْم َوا ُل َوا ْنق‬ ْ ‫َللَاِ َهلَ َك‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫َر‬
َ
‫ب َواْل ْو ِديَ ِة‬ْ ِ ‫الظ َرا‬ ِّ ْ ْ
ِ ‫على اْل َك ِام َوال ِجبَا ِل َواْل َج ِام َو‬ ْ َ َّ
َ ‫عل ْينَا الل ُه َّم‬ َ َ َ َّ َ ُ
َ ‫سل َم يَدَ ْي ِه ث َّم قا َل الل ُه َّم َح َوال ْينَا َول‬ َّ َ ‫َو‬
( ‫ت الش َج ِر ) البخاري‬ َّ ِ ِ‫َو َمنَاب‬
Dari Anas bin Malik RA menyebutkan bahwa ada seorang lelaki pada hari Jum’at
masuk dari pintu menuju mimbar. Sedang Rasulullah SAW berkhutbah. Dia
menemui rasul SAW sambil berdiri dan berkata: wahai Rasulullah SAW telah
musnah binatang ternak dan sumber mata air sudah tidak mengalir. Mohonlah
pada Allah agar menurunkan air untuk kami. Berkata Anas: Maka Rasulullah SAW
mengangkat kedua tangan ke langit dan berdoa: Ya Allah turunkan bagi kami
hujan 3x. Berkata Anas RA Demi Allah pada saat kami tidak melihat di langit
mendung, gumpalan awan atau apapun. Dan sebelumnya di antara rumah kami
dan gunung tidak ada penghalang untuk melihatnya”. Berkata Anas RA, “Maka
muncullah di belakangnya mendung seperti lingkaran. Dan ketika sampai di
tengah, menyebar dan turunlah hujan.” Anas RA berkata: “Maka kami tidak
melihat matahari selama enam hari”. Kemudian muncul lagi lelaki tersebut dari
48
arah pintu yang sama pada Jum’at sesudahnya dan Rasul SAW sedang khutbah.
Dia menghadap Rasul saw sambil berdiri dan berkata: “Wahai Rasulullah SAW
harta-harta hancur dan sungai-sungai penuh, berdoalah kepada Allah agar
menghentikannya. Maka Rasulullah SAW mengangkat tangan dan berdoa Ya
Allah berilah hujan sekeliling kami bukan adzab bagi kami, jatuh pada tanah,
gunung-gunung, pegunungan, bukit-bukit, danau- danau dan tempat tumbuh
pepohonan” (HR. Bukhari)

Macam-Macam Istisqa
Istisqo memiliki tiga macam, yaitu:
1. Istisqo yang paling ringan, yaitu doa tanpa shalat dan tidak juga setelah
shalat di masjid atau selain masjid, sendiri atau jamaah. Dan sebaiknya
dilakukan oleh orang-orang yang shalih.
2. Istisqo pertengahan, yaitu doa setelah shalat Jum’at atau shalat lainnya,
ketika khutbah Jum’at atau khutbah yang lain.
3. Istisqo yang paling utama adalah Istisqo dengan di dahului shalat dua rakaat
dan dua khutbah. Dilakukan oleh muslim, baik musafir atau muqim,
penduduk kampung atau kota.

Waktu Istisqa
Jika hanya doa, maka dapat dilakukan kapan saja, dan lebih baik jika dilakukan
saat khutbah Jum’at. Jika doa dan shalat maka dapat dilakukan kapan saja, tetapi
jangan dilakukan pada waktu yang dimakruhkan shalat. Waktu yang utama adalah
pada waktu Dhuha sampai Zhuhur sebagaimana shalat Id.

Tempat Shalat Istisqa


Shalat Istisqo dapat dilakukan di masjid atau di luar masjid

Adab sebelum shalat Istisqa


1. Memperbanyak istighfar dan taubat di hari-hari sebelumnya
2. Menghindari perbuatan zhalim dan mengembalikan hak-hak orang yang
terzhalimi
3. Didahului dengan berpuasa tiga hari
4. Hari pelaksanaan dianjurkan puasa.
5. Memperbanyak sedekah.
6. Sebelum pelaksanaan, disunnahkan melakukan thaharah seperti, mandi,
bersiwak, menjauhkan perhiasan dan wangi-wangian, memakai baju yang
sederhana.
7. Berangkat ke tempat dalam keadaan tawadhu, khusyu’, berharap pada
Allah.

49
Doa Istisqo :

َ‫ اَللَّ ُه َّم أ َ ْنت‬,ُ‫َللَاُ يَ ْف َع ُل َما ي ُِريد‬


َّ َ ‫ َل ِإلَهَ ِإ َّل‬,‫ِّين‬
ِ ‫ َما ِل ِك يَ ْو ِم اَل ِد‬,‫لر ِح ِيم‬ َّ َ ‫لرحْ َم ِن ا‬ َّ َ ‫ ا‬, َ‫ب ا َ ْل َعالَ ِمين‬
ِ ِّ ‫ا َ ْل َح ْمدُ ِ ََّلِلِ َر‬
ً ‫ َواجْ َع ْل َما أ َ ْنزَ ْلتَ قُ َّوة ً َو َب َل‬,‫ْث‬
‫غا‬ َ ‫علَ ْينَا ْالغَي‬
َ ‫ أ َ ْن ِز ْل‬,‫ي َونَحْ ُن ا َ ْلفُقَ َرا ُء‬ ُّ ِ‫ أ َ ْنتَ ا َ ْلغَن‬, َ‫ َل ِإلَهَ ِإ َّل أ َ ْنت‬,ُ‫َللَا‬ َّ َ
ٍ ‫ِإلَى ِح‬
‫ين‬

ً ‫طبَقا‬ َ ً‫غدَقا ً ُم َج ِلِّل‬


َ ً ‫س ِّحا ً عا ِّما‬ َ ً ‫غيْثا ً ُم ِغيثا ً َهنِيئا ً َم ِريئا‬ َ ‫ اللَّ ُه َّم ا ْس ِقنا‬,‫اللَّ ُه َّم ا ْس ِقنَا اللَّ ُه َّم ا ْس ِقنَا اللَّ ُه َّم ا ْس ِقنَا‬
،ً‫غفِّارا‬ َ َ‫اْلو ِديَ ِة؛ اللَّ ُه َّم إنَّا نَ ْست َ ْغ ِف ُركَ إِنَّكَ ُك ْنت‬
ْ ‫ون‬ ِ ‫ط‬ ُ ُ‫ َوب‬،‫ش َج ِر‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ِ‫ب َو َمناب‬ ِ ‫الظ َرا‬ِّ ِ ‫دَائِماً؛ اللَّ ُه َّم على‬
‫إن بِال ِعبا ِد والبِل ِد‬ َّ ‫ اللهم‬. َ‫ْث َول تَجْ عَ ْلنا ِمنَ القَانِ ِطين‬ َ ‫علَيْنا ِمد َْراراً؛ اللَّ ُه َّم ا ْس ِقنا الغَي‬ َ ‫سما َء‬ َّ ‫فأرس ِل ال‬ ْ
،‫ع‬ َّ ‫ت لنا‬
َ ‫الز ْر‬ َ َّ
ْ ِ‫ الل ُه َّم أ ْنب‬.‫والبهائم والخلق من الألواء والجهد والضنك ما ل نشكوه إل إليك‬
‫عنَّا‬َ ‫ارفَ ْع‬ َّ
ْ ‫ض؛ الل ُه َّم‬ ِ ‫اْلر‬ ْ ‫ت‬ ِ ‫ت لَنا ِم ْن بَ َركا‬ ْ ِ‫ وأ ْنب‬،‫ماء‬ ِ ‫س‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ‫ َوا ْس ِقنا ِم ْن بَ َركا‬،‫ع‬ َ ‫َوأد َِّر لَنا الض َّْر‬
َ ُ‫لء ما ل يَ ْك ِشفُه‬
َ‫غي ُْرك‬ ِ َ‫عنَّا ِمنَ الب‬ َ ‫ِف‬ ْ ‫ وا ْكش‬،‫ي‬ َ ‫ع والعُ ْر‬ َ ‫ال َج ْهدَ َوال ُجو‬

َ
‫ وقد‬،‫ اللهم أنت أمرتنا بدعائك ووعدتنا إجابتك‬.‫الغيث وانصرنا على اْلعداء‬ ‫اللهم اسقنا‬
،‫ وإجابتك في سقيانا‬،‫ اللهم امنن علينا بمغفرة ما قارفنا‬،‫دعوناك كما أمرتنا فأجبنا كما وعدتنا‬
‫وسعة رزقنا‬.

Segala puji bagi Allah Rabbul ‘alamin yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang merajai hari pembalasan, tidak ada Tuhan selain Allah yang
melakukan apa yang Ia kehendaki, ya Allah Engkaulah Allah tidak ada Tuhan
selain Engkau, Engkau Mahakaya dan kami orang-orang fakir, turunkanlah pada
kami hujan, dan jadikan apa yang Engkau turunkan sebagai kekuatan dan bekal
hingga suatu batas yang lama.

Ya Allah, turunkan bagi kami hujan 3x, Ya Allah, turunkan bagi kami hujan yang
menyuburkan, menyejahterakan, bermanfaat, mengalir dari atas ke bawah merata,
dan terus-menerus kebaikannya bagi negeri dan penghuninya. Ya Allah pada
pegunungan, sawah ladang dan danau-danau. Ya Allah kami beristighfar kepada-
Mu, sesungguhnya Engkau penerima ampun, turunkan kepada hujan dari langit
yang terus menerus memberikan kebaikan. Ya Allah turunkanlah hujan dan jangan
jadikan kami termasuk orang-orang yang putus asa. Ya Allah negeri dan
penduduknya mengalami kesulitan, kesengsaraan, kesempitan dan kami tidak
mengadu kecuali kepada-Mu. Ya Allah tumbuhkanlah bagi kami tanaman,
suburkanlah susu-sus ternak kami, turunkanlah hujan dari keberkahan langit dan
tumbuhkanlah tanaman dari keberkahan bumi. Ya Allah angkatlah dari kami
kesusahan, kelaparan, dan terbukanya aurat, singkapkan dari kami musibah dan
tidak ada yang dapat menyingkapkannya kecuali Engkau

Ya Allah turunkanlah hujan dan tolonglah kami atas musuh. Ya Allah Engkau telah
memerintahkan kami untuk berdoa, dan berjanji untuk mengabulkan. Dan kami
telah berdoa sebagaimana engkau perintahkan, maka kabulkanlah sebagaimana
Engkau telah janjikan. Ya Allah berikanlah anugerah ampunan-Mu atas kesalahan
kami, dan kabulkan hujan untuk kami dan kelapangan rezeki.

Doa Ketika Hujan Telah Turun

50
َ ُ‫اللِّ ُه َّم اجْ عَله‬
ْ َ‫ ُم ِط ْرنَا ِبف‬:‫ويقولون‬.‫ اللهم حوالينا ول علينا‬.ً ‫صيِِّ َبا ً َهنِيئا ً نافعا‬
‫ض ِل هللاِ َو َرحْ َمتِ ِه‬

Ya Allah jadikan hujan yang menyejahterakan dan bermanfaat. Ya Allah turunkan


di sekeliling kami bukan adzab bagi kami. Dan jamaah mengucapkan:” Hujan
turun dengan karunia dan rahmat Allah.

3. Shalat Sunnat kusuf dan khusuf

Sebagaimana kita mengetahui bahwa gerhana matahari dan bulan merupakan


fenomena alam yang tidak seperti biasanya, maka Allah Ta’ala mensyariatkan atas
kita melalui lisan Nabi-Nya Shallallahu Alaihi Wasallam untuk melaksanakan
shalat gerhana. Pada gerhana matahari biasanya disebut dengan shalat kusuf,
sedangkan pada gerhana bulan dengan shalat khusuf. Namun terkadang kedua
nama tersebut memiliki arti yang sama. Artinya kusuf bisa digunakan untuk
gerhana matahari dan bulan, begitu juga khusuf.

Tidak ada perselisihan di antara ulama, shalat gerhana dikerjakan dua rakaat. Dan
pendapat yang masyhur dari pelaksanaannya adalah pada setiap rakaatnya dua kali
berdiri, dua kali bacaan, dua kali ruku', dan dua kali sujud. Ini adalah pendapat
Imam Malik, Imam al-Syafi'i, dan Imam Ahmad rahimahumullah. Argument
mereka sebagai berikut:

Dari Abu Bakrah radhiallahu anhu dia berkata:

‫سلَّ َم َي ُج ُّر‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َللَا‬ َ ‫ي‬ ُّ ِ‫ام النَّب‬
َ َ‫س فَق‬ ُ ‫ش ْم‬ َّ ‫ت ال‬ْ َ‫سف‬ َ ‫سلَّ َم فَا ْن َك‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َللَا‬ َ ِ‫َللَا‬ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫ُكنَّا ِع ْندَ َر‬
‫علَ ْي ِه‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َللَا‬ َ ‫س فَقَا َل‬ ُ ‫ش ْم‬ َّ ‫ت ال‬ ْ َ‫صلَّى بِنَا َر ْك َعتَي ِْن َحتَّى ا ْن َجل‬ َ َ‫ِردَا َءهُ َحتَّى دَ َخ َل ْال َمس ِْجدَ فَدَخ َْلنَا ف‬
‫َف َما‬ َ ‫عوا َحتَّى يُ ْكش‬ ُ ‫صلُّوا َوا ْد‬ َ َ‫ت أ َ َح ٍد فَإِذَا َرأ َ ْيت ُ ُمو ُه َما ف‬ِ ‫ان ِل َم ْو‬ ِ َ‫س َو ْالقَ َم َر َل يَ ْن َك ِسف‬ َّ ‫سلَّ َم إِ َّن ال‬
َ ‫ش ْم‬ َ ‫َو‬
‫ِب ُك ْم‬
“Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu
terjadi gerhana matahari. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dan
berjalan cepat sambil menyeret selendangnya hingga masuk ke dalam masjid,
maka kamipun ikut masuk ke dalam masjid. Beliau lalu mengimami kami shalat
dua rakaat hingga matahari kembali nampak bersinar. Setelah itu beliau
bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana
disebabkan karena matinya seseorang. Jika kalian melihat gerhana keduanya,
maka dirikanlah shalat dan berdoalah hingga selesai gerhana yang terjadi pada
kalian.” (HR. Al-Bukhari no. 1040)
Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:

َّ ‫سو ُل‬
ِ‫َللَا‬ ُ ‫صلَّى َر‬ َ َ‫سلَّ َم ف‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َللَاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫َللَا‬ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫س فِي َع ْه ِد َر‬ ُ ‫ش ْم‬ َّ ‫ت ال‬ْ َ‫سف‬
َ ‫َخ‬
‫ع ث ُ َّم‬َ ‫الر ُكو‬
ُّ ‫طا َل‬ َ َ ‫ام ث ُ َّم َر َك َع فَأ‬َ َ‫طا َل ْال ِقي‬َ َ ‫ام فَأ‬ َ َ‫اس فَق‬ ِ َّ‫سلَّ َم ِبالن‬
َ ‫َللَاُ َعلَ ْي ِه َو‬َّ ‫صلَّى‬َ
َ‫ع َوهُ َو دُون‬ َ ‫الر ُكو‬ ُّ ‫طا َل‬ َ ُ َ ْ ْ
َ ‫ام َو ُه َو د ُونَ ال ِق َي ِام اْل َّو ِل ث َّم َر َك َع فَأ‬ ْ
َ ‫طا َل ال ِق َي‬ َ
َ ‫ام فَأ‬َ َ‫ق‬
‫الر ْك َع ِة الثَّا ِن َي ِة ِمثْ َل َما‬
َّ ‫س ُجودَ ث ُ َّم فَ َع َل ِفي‬ ُّ ‫طا َل ال‬ َ َ ‫س َجدَ فَأ‬ َ ‫الر ُكوعِ ْاْل َ َّو ِل ث ُ َّم‬ ُّ
َّ َ‫اس فَ َح ِمد‬
َ‫َللَا‬ َ َّ‫ب الن‬ َ ‫ط‬ َ ‫س فَ َخ‬ ُ ‫ش ْم‬ َّ ‫ت ال‬ ْ َ‫ف َوقَ ْد ا ْن َجل‬ َ ‫ص َر‬ ُ
َ ‫فَعَ َل فِي ْاْلولَى ث ُ َّم ا ْن‬
‫ت‬ِ ‫ان ِل َم ْو‬ ِ َ‫َللَاِ َل يَ ْخ ِسف‬ َّ ‫ت‬ ِ ‫ان ِم ْن آيَا‬ ِ َ ‫س َو ْالقَ َم َر آيَت‬ َ ‫ش ْم‬ َّ ‫َوأَثْنَى َعلَ ْي ِه ث ُ َّم قَا َل إِ َّن ال‬
51
‫صدَّقُوا ث ُ َّم قَا َل‬َ َ ‫صلُّوا َوت‬ َ ‫َللَاَ َو َك ِبِّ ُروا َو‬ َّ ‫عوا‬ ُ ‫أ َ َح ٍد َو َل ِل َح َياتِ ِه فَإِذَا َرأ َ ْيت ُ ْم ذَ ِل َك فَا ْد‬
‫ي أ َ َمتُهُ َيا‬
َ ‫ع ْبدُهُ أ َ ْو ت َ ْز ِن‬
َ ‫ي‬ َ ‫َللَاِ أ َ ْن َي ْز ِن‬
َّ ‫َللَاِ َما ِم ْن أ َ َح ٍد أ َ ْغ َي ُر ِم ْن‬َّ ‫َيا أ ُ َّمةَ ُم َح َّم ٍد َو‬
ً ِ‫يل َولبَ َك ْيت ُ ْم َكث‬
‫يرا‬ ً ‫ض ِح ْكت ُ ْم قَ ِل‬َ َ‫َللَاِ لَ ْو ت َ ْعلَ ُمونَ َما أ َ ْعلَ ُم ل‬َّ ‫أ ُ َّمةَ ُم َح َّم ٍد َو‬
“Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu mendirikan shalat bersama
orang banyak. Beliau berdiri dalam shalatnya dengan memanjangkan lama
berdirinya, kemudian ruku’ dengan memanjangkan ruku’nya, kemudian berdiri
dengan memanjangkan lama berdirinya, namun tidak selama yang pertama.
Kemudian beliau ruku’ dan memanjangkan lama ruku’nya, namun tidak selama
rukuknya yang pertama. Kemudian beliau sujud dengan memanjangkan lama
sujudnya, beliau kemudian mengerjakan rakaat kedua seperti apa yang beliau
kerjakan pada rakaat yang pertama. Saat beliau selesai melaksanakan shalat,
matahari telah nampak kembali. Kemudian beliau menyampaikan khutbah kepada
orang banyak, beliau memulai khutbahnya dengan memuji Allah dan
mengangungkan-Nya, lalu bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah
dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak terjadi gerhana disebabkan
karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka
banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat dan bersedekahlah.”
Kemudian beliau meneruskan sabdanya: “Wahai ummat Muhammad! Demi Allah,
tidak ada yang melebihi kecemburuan Allah kecuali saat Dia melihat hamba laki-
laki atau hamba perempuan-Nya berzina. Wahai ummat Muhammad! Demi Allah,
seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit
tertawa dan lebih banyak menangis.” (HR. Al-Bukhari no. 1044 dan Muslim no.
1499)
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata:
َ ‫سلَّ َم نُود‬
‫ِي إِ َّن‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َللَاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫س َعلَى َع ْه ِد َر‬
َّ ‫سو ِل‬
َ ِ‫َللَا‬ َّ ‫ت ال‬
ُ ‫ش ْم‬ َ ‫لَ َّما َك‬
ْ َ‫سف‬
ٌ‫ام َعة‬ ِ ‫ص َلة َ َج‬
َّ ‫ال‬
“Ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, maka diserukan: “Ashshalaatul jaami’ah (shalat secara berjamaah).”
(HR. Al Bukhari no. 1045)
Penjelasan ringkas:
Gerhana matahari (kusuf) dan bulan (khusuf) termasuk dari tanda-tanda kekuasaan
Allah yang dengannya Dia mempertakuti para hamba-Nya. Karenanya Ar-Rasul
alaihishshalatu wassalam telah mensyariatkan untuk mengerjakan shalat ketika
salah satu dari kedua tanda ini terjadi.

Ada beberapa perkara yang butuh dijelaskan dalam permasalahan ini:


a. Hukum shalat gerhana
Pendapat yang paling kuat dalam masalah ini adalah pendapat Abu Awanah dan
sebuah riwayat dari Abu Hanifah yang menyatakan wajibnya shalat gerhana.
Hal ini berdasarkan perintah yang terdapat dalam hadits Abu Bakrah di atas dan
semisal dengannya hadits Al-Mughirah, Aisyah, Ibnu Umar, dan Ibnu Abbas,
yang semuanya menyebutkan adanya perintah Nabi shallallahu alaihi wasallam
untuk mengerjakan shalat ketika terjadi gerhana.
Ini adalah pendapat yang dikuatkan oleh Asy-Syaukani, Shiddiq Hasan Khan,
Al-Albani, dan Ibnu Al-Utsaimin rahimahumullah. Dan Asy-Syaikh Ibnu Al-

52
Utsaimin menyatakan, “Jika kita mengatakan hukumnya wajib, maka yang
nampak wajibnya adalah wajib kifayah.”.

b. Tidak ada azan dan iqamah sebelumnya, yang ada hanyalah seruan untuk shalat
berjamaah. Hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin Amr di atas.

c. Hadits-hadits yang datang dalam masalah ini menerangkan pelaksanaan shalat


gerhana ini disunnahkan untuk dikerjakan secara berjamaah.

d. Boleh bagi wanita untuk menghadiri shalat gerhana di masjid berdasarkan


amalan Aisyah radhiallahu anha yang tersebut dalam riwayat Al-Bukhari no.
1053 dan Muslim no. 905. Jika dikhawatirkan akan terjadi fitnah, maka
hendaknya para wanita mengerjakan shalat gerhana ini sendiri-sendiri di rumah
mereka berdasarkan keumuman perintah mengerjakan shalat gerhana.

e. Disunnahkan untuk dikerjakan di masjid berdasarkan hadits Abu Bakrah di atas


dan selainnya.

f. Waktu pelaksanaannya dimulai sejak mulainya gerhana dan akhirnya hingga


matahari/bulan itu tampak kembali secara sempurna. Karenanya shalat yang
dikerjakan di antara kedua waktu ini sudah dinamakan sebagai shalat gerhana,
walaupun selesainya tidak bertepatan dengan selesainya gerhana.

g. Disunnahkan adanya khutbah setelah shalat gerhana berdasarkan hadits Abu


Bakrah dan Aisyah radhiallahu anhuma di atas.

h. Kaifiat shalat gerhana baik kusuf maupun khusuf sama seperti shalat 2 rakaat
lainnya, kecuali:
1. Bacaan surah, ruku’, dan sujudnya sangat lama berdasarkan hadits Aisyah
di atas.
2. Setiap rakaat terdiri dari 2 kali ruku’, sehingga 2 rakaat terdiri dari 4 kali
ruku’ dan 4 kali sujud. Rinciannya digambarkan dalam hadits Aisyah di
atas.

Disunnahkan bagi imam untuk menjahrkan bacaan pada shalat gerhana


sebagaimana pada shalat id. Ini merupakan pendapat Malik, Ahmad, Ishaq, Abu
Yusuf dari Al-Hanafiah dan selainnya. Aisyah radhiallahu anha berkata, “Nabi
shallallahu alaihi wasallam menjahrkan bacaan dalam shalat khusuf.” (HR. Al-
Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)

E. Prosedur Kerja
1. Persiapan Tindakan, Alat dan Bahan
a. Menentukan tempat shalat
b. Menggunakan baju yang layak, bagi perempuan memakai mukena
c. Menghadap ke arah kiblat seraya menundukkan pandangan ke arah tempat sujud.

2. Tahap Kerja
Shalat Sunat Dhuha
a. Shalat dua rakaat, sebagaimana sunat lainnya
53
b. Rakaat pertama disunnahkan membaca surat Asy-Syam
c. Rakaat kedua surat Adh-Dhuha

Shalat Istisqo’
a. Shalat dua rakaat, sebagaimana shalat ‘Ied, rakaat pertama takbir tujuh kali dan
kedua lima kali. Ibnu Abbas berkata:” lakukan pada Istisqo seperti pada waktu
‘Ied”.
b. Rakaat pertama disunnahkan membaca surat Al-A’la dan rakaat kedua surat Al-
Ghasiyah
c. Setelah shalat, diteruskan dengan khutbah dua kali.
d. Berdoa menghadap kiblat dan mengangkat dua tangan.
e. Dianjurkan doa Istisqa dibacakan oleh Ahli Bait dan orang shalih
f. Bertawasul dengan amal shalih
g. Khusus untuk kaum lelaki disunnahkan memindahkan dan membalikkan selendang
atau sorbannya.
h. Dianjurkan imam keluar bersama masyarakat.
i. Dianjurkan membawa binatang ternak.

Shalat Sunat Kusuf dan Khusuf


 Takbiratul Ihram.  Duduk di antara dua sujud.
 Membaca surat Al Fatihah dan  Sujud kedua.
surat lainnya. Disunnahkan  Duduk Tahiyah akhir.
surat yang panjang.  Salam.
 Ruku'. Disunnahkan waktu
ruku' lama, seperti waktu F. Daftar Penilaian Prosedur Kerja
berdiri. Tabel 6.1
 Berdiri lagi kemudian Daftar Penilaian Prosedur Kerja
membaca Al Fatihah dan surat Shalat Sunat Dhuha
lainnya. Disunnahkan lebih
pendek daripada sebelumnya.
No Kegiatan
 Ruku' lagi. Disunnahkan
waktunya lebih pendek dari 1. Niat dalam Hati
ruku pertama. 2. Takbiratul Ihram dan bersedekap
 I'tidal. 3. Membaca doa Iftitah
 Sujud. 4. membaca Al-Fatihah
 Duduk di antara dua sujud. 5. Rakaat pertama membaca surat Asy-Syam
 Sujud kedua 6. Kemudian ruku’ dan membaca doa ruku’
 Berdiri lagi (rakaat kedua), 7. I’tidal dan doa I’tidal
membaca surat Al Fatihah dan 8. Sujud dan membaca doa sujud
lainnya 9. Duduk diantara dua sujud dan membaca
 Ruku'. Disunnahkan waktu ruku' doa duduk diantara dua sujud
lama, seperti waktu berdiri. 10. Sujud kembali dan membaca doa sujud
 Berdiri lagi kemudian membaca Al 11. Berdiri untuk rekaat ke dua
Fatihah dan surat lainnya. 12. Membaca al-fatihah
 Ruku' lagi. Disunnahkan waktu 13. Membaca surat pendek Adh-Dhuha
ruku' lebih pendek dari ruku' 14. Kemudian ruku’ dan membaca doa ruku’
pertama. 15. I’tidal dan doa I’tidal
 I'tidal. 16. Sujud dan membaca doa sujud
 Sujud. 17. Duduk diantara dua sujud dan membaca
54
doa duduk diantara dua sujud 6. Ruku' dan membaca tasbih ruku'
18. Sujud kembali dan membaca doa sujud 7. I'tidal (berdiri tegak kembali)
19. Duduk tahiyat 8. Sujud dan membaca tasbih sujud
20. Membaca doa tahiyat 9. Ruku' dan membaca tasbih ruku'
21. Salam 10. I'tidal (berdiri tegak kembali),
11. Sujud dan membaca tasbih sujud
Tabel 6.1 12. Duduk antara dua sujud
Daftar Penilaian Prosedur Kerja 13. Sujud kedua. Kemudian berdiri
Shalat Sunat Istisqa’ untuk raka'at yang kedua. Pada
raka'at kedua dikerjakan seperti
raka'at yangPerlupertama tadi, mulai
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
dari urutanLatihannomor 4, dan
22. Niat dalam Hati seterusnya
23. Takbiratul Ihram dan bersedekap 14. Duduk Attahiyyat dengan
24. Takbir tujuh kali membaca tasyahhud dan shalawat
25. membaca Al-Fatihah 15. Salam
26. Rakaat pertama disunnahkan membaca
surat Al-A’la
27. Kemudian ruku’
28. I’tidal
29. sujud
30. Duduk diantara dua sujud
31. Sujud kembali
32. Rakaat ke dua dengan lima takbir
33. Membaca al- Fatihah
34. dan surat Al-Ghasiyah
35. sama dengan rakaat pertama
36. Setelah shalat, diteruskan dengan khutbah
dua kali.
37. Berdoa menghadap kiblat dan mengangkat
dua tangan.
38. Bertawasul dengan amal shalih.
39. Khusus untuk kaum lelaki disunnahkan
memindahkan dan membalikkan selendang
atau sorbannya.

Tabel 6.3
Daftar Penilaian Prosedur Kerja Shalat
Kusuf dan Khusuf

Perlu
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
Latihan
1. Takbiratul Ihram
2. Membaca doa iftitah,
3. Membaca ta'awwudz
4. Membaca Al-Fatihah
5. Membaca Surat/Ayat Al-Qur'an,

55
.
.
D
o
s
e
n
/
F
a
s
i
l
i
t
a
G. Evaluasi t
Mahasiswaodinyatakan kompeten jika
mampu melakukan
r seluruh prosedur
kerja dalam panduan praktikum

H. Daftar Referensi
Tim Majelis ( Tarjih Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
. (2009). Himpunan
Putusan . Tarjih Muhammadiyah.
Jogjakarta: .Suara Muhammadiyah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
56
pernah berdoa termasuk
kesombongan yang mengantar
pelakunya masuk neraka. Hal ini
dijelaskan Allah dalam firmanNya,

“Dan Tuhan-mu berfirman,


‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Ku-perkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari
menyembah-Ku[berdoa kepada-Ku]
akan masuk neraka Jahannam
dalam keadaan hina dina.’” (QS.
Ghafir: 60).
MODUL VII
PRAKTIKUM TATA CARA Doa adalah sesuatu yang paling
ZIKIR DAN DOA mulia disisi Allah, sebagaimana
dijelaskan Rasulullah dalam sabda
A. Kompetensi beliau,
‫علَى هللاِ_ع ََّز‬َ ‫س ش َْي ٌء أَك َْر َم‬
َ ‫لَ ْي‬
Setelah menyelesaikan praktikum ini
mahasiswa harus mampu melafazkan ِ ‫َو َج َّل_ ِم َن ال ُّدع‬
‫َاء‬
Tata cara dalam berzikir dan berdoa. “Tidak ada yang lebih mulia atas
Allah dari doa.” (HR. Bukhari dalam
Kompetensi Khusus Al-Adab Al-Mufrad dan dinilai hasan
Setelah mengikuti praktikum ini oleh Syeikh Al-Albani dalam Shahih
mahasiswa diharapkan mampu: Al-Adab Al-Mufrad, 549).
1. Menyebutkan definisi zikir dan Doa menjadi sebab menolak
doa dengan tepat. kemurkaan Allah sebagaimana
2. Menyebutkan urutan tata cara sabda Rasulullah,
dalam berzikir dan berdoa
dengan tepat.
3. Mendemonstrasikan melafazkan
‫علَ ْي ِه‬ َ ‫سأ َ ِل هللاَ يَ ْغ‬
َ ‫ض ْب‬ ْ َ‫َم ْن ل َم ْي‬
Tata cara dalam berzikir dan “Siapa yang tidak meminta kepada
berdoa. Allah niscaya Allah murka
kepadanya.” (HR. Ahmad dan At-
Tirmizi dan dinilai hasan oleh
B. Strategi Pembelajaran
Syeikh Al-Albani dalam Shahih Al-
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar dengan melihat video. Adab Al-Mufrad, 512).

Jelaslah doa seorang hamba


C. Prasyarat termasuk kewajiban terpenting,
karena menjauhkan sesuatu yang
Sebelum berlatih mahasiswa harus
menjadikan Allah murka adalah
menguasai ilmu dasar tentang konsep
wajib tanpa khilaf. (lihat Tuhfah
dan teori tentang zikir dan doa.
Adz-Dzaakirin, hal. 31).
D. Teori
Doa adalah ibadah penting yang
diperintahkan Allah. Dan tidak
57
Doa menjadi sebab digagalkan bala ditunaikan kebutuhannya dengan
(bencana) sebelum terjadi, keutamaan dan rahmat Allah. Sebab
sebagaimana sabda Rasulullah, dibukanya pintu-pintu rahmat
‫َوَلَ يَ ُر ُّد ا ْلقَد ََر إَِلَّ ال ُّدعَا ُء‬ adalah tanda dikabulkannya doa.
“Tidak ada yang bisa menolak takdir
kecuali doa.” (HR. Ahmad dan dinilai Doa menjadi sifat hamba Allah yang
hasan oleh Syeikh Al-Albani dalam bertakwa, seperti dijelaskan Allah
Shahih Al-Jaami’, 7687). dalam firman-Nya,

Bahwasanya berdoa itu termasuk “Sesungguhnya mereka adalah


takdir Allah. Terkadang Allah akan orang-orang yang selalu bersegera
menetapkan suatu takdir untuk dalam (mengerjakan) perbuatan-
hambanya dengan syarat ketika dia perbuatan yang baik dan mereka
tidak berdoa. Namun jika dia berdoa kepada Kami dengan harap
berdoa, maka Allah menghapus dan cemas dan mereka adalah
takdir tersebut untuknya. (lihat orang-orang yang khusyu’ kepada
Tuhfah Adz-Dzaakirin hal. 31). kami.” (QS Al-Anbiya’: 90).

Doa menjadi sebab dihilangkan Doa menjadi sebab ke-istiqamah-an


bencana setelah terjadinya, dan kemenangan atas musuh.
sebagaimana dijelaskan Rasulullah Seperti dalam doa Thalut dan
dalam sabdanya, tentaranya ketika berhadapan
‫َاء‬
ِ ‫اب ال ُّدع‬ ُ َ‫َم ْن فُتِ َح لَهُ ِم ْن ُك ْم ب‬ dengan Jalut dan tentaranya yang
jauh lebih besar dan lengkap,
‫ َو َما‬،‫الر ْح َم ِة‬َّ ‫اب‬ ُ ‫فُ ِت َحتْ لَهُ أ َ ْب َو‬
َّ ‫ش ْيئ ًا يُ ْع َطى أ َ َح‬
‫ب ِإلَ ْي ِه‬ َ ُ‫س ِئ َل هللا‬ ُ “Ya Tuhan Kami, tuangkanlah
kesabaran atas diri Kami, dan
‫ إِ َّن ال ُّدعَا َء‬,َ‫سأ َ َل ا ْلعَافِيَة‬ ْ َ‫ِم ْن أ َ ْن ي‬ kokohkanlah pendirian Kami dan
‫يَ ْنفَ ُع ِم َّما نَ َز َل َو ِم َّما لَ ْم يَ ْن ِزلْ؛‬ tolonglah Kami terhadap orang-
orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 250).
ِ ‫فَعَلَ ْي ُك ْم ِعبَا َد هللاِ باِل ُّدع‬
‫َاء‬
“Siapa yang dimudahkan berdoa Dan hasilnya adalah tentara Thalut
maka dibukakan baginya pintu- berhasil mengalahkan tentara Jalut
pintu rahmat. Allah tidak ditanya dengan izin Allah dan (dalam
sesuatu yang diberi lebih Dia sukai peperangan itu) Daud membunuh
dari permintaan sehat (afiyah), Jalut.
Lafadz Zikir dan Do’a
karena doa bermanfaat pada
musibah yang telah terjadi dan yang
belum terjadi. Maka wajib bagi ‫ أسْت ْغ ِف ُر ه‬، ‫َّللا‬
‫َّللا‬ ‫ أسْت ْغ ِف ُر ه‬، ‫َّللا‬
‫أسْت ْغ ِف ُر ه‬
kalian -wahai hamba Allah- untuk “Aku mohon ampunan kepada Allah,
berdoa.” (HR At-Tirmizi dan dinilai Aku mohon ampunan kepada Allah,
hasan oleh Syeikh Al-Albani dalam Aku mohon ampunan kepada Allah”.
Shahih Al-Jaami’, 3409).
‫سل ُم‬ ‫الله ُه هم أ ْنت ال ه‬
‫سل ُم و ِم ْنك ال ه‬
Dan sudah sepantasnya, seorang
hamba apabila mendapatkan rasa ِ ْ ‫تبار ْكت يا ذا ْالجل ِل و‬
‫اْل ْكر ِام‬
suka dan semangat untuk segera “Ya Allah, Engkau lah Yang Maha
memperbanyak doa. Karena itu, Damai, dan dari-Mu jua (datang)
akan dikabulkan dan akan kedamaian; Maha Banyak berkah-Mu
58
wahai Tuhan Pemilik keagungan dan ُ (x33)، ‫ال َْح ْمد َُ اللهه‬
ِ‫سبْحان هللا‬
kemuliaan”.
(x33)، ‫( هللاُ أ ْكب ُر‬x33)
ُ‫ له‬- ُ‫َّللاُ و ْحدهُ َل ش ِريك له‬ ‫َل ِإله ِإَله ه‬ “Maha suci Allah (33 kali), segala puji
ٍ‫ْال ُم ْلكُ ولهُ ْالح ْمد ُ و ُهو على ُك ِِّل ش ْيء‬
bagi Allah (33 kali), Allah Maha Besar
(33 kali).
‫ َل ِإله‬- ِ‫اّلِل‬‫ َلح ْول وَل قُ هوة ِإَله ِب ه‬-‫ِير‬ ٌ ‫قد‬
ُ‫َّللاُ وَل ن ْعبُد ُ إِ هَل ِإيهاهُ ولهُ ال ِنِّ ْعمةُ وله‬
‫إِ هَل ه‬
‫ َل ِإله ِإ هَل‬- ‫ض ُل ولهُ الثهنا ُء ْالحس ُن‬ ْ ‫ْالف‬ ‫َل ِإله ِإَله ه‬
ُ‫َّللاُ و ْحدهُ َل ش ِريك لهُ له‬
‫صين لهُ الدِِّين ول ْو ك ِره‬ ِ ‫َّللاُ ُم ْخ ِل‬
‫ه‬ ٍ‫ْال ُم ْلكُ ولهُ ْالح ْمد ُ و ُهو على ُك ِِّل ش ْيء‬
‫ْالكافِ ُرون‬ ‫ِير‬
ٌ ‫قد‬
“Tiada Tuhan selain Allah semata, “Tiada Tuhan selain Allah semata,
tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang
memiliki segala kekuasaan, dan Dia memiliki segala kekuasaan dan Dia
pula yang memiliki segala pujian, pula yang memiliki segala pujian, dan
dan Dia Maha Kuasa atas segala Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”
sesuatu. Tiada daya dan tiada
kekuatan melainkan hanya Allah. ‫ ِمن اْلب ُْخ ِل‬- ‫عوذ ُ ِبك‬ ُ ‫الله ُه هم ِإ ِنِّي أ‬
‫ أ ْن‬- ‫عوذ ُ ِبك‬ ُ ‫ع ْوذُ ِبك ِم ْن ْال ُجب ِْن وأ‬
Dialah yang memiliki nikmat dan Dia
pula yang memiliki segala
ُ ‫وا‬
keutamaan, dan Dia yang memiliki ‫عوذ ُ بِك ِم ْن‬ ُ ‫ وأ‬-‫أُرده إِلى أ ْرذ ِل ْالعُ ُم ِر‬
segala pujian yang indah. Tiada ِ ‫عوذ ُ ِبك ِم ْن عذا‬
‫ب‬ ُ ‫ وأ‬- ‫فِتْن ِة الدُّ ْنيا‬
Tuhan selain Allah dengan ‫ْالقب ِْر‬
mengikhlaskan agama kepada-Nya, “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu
walaupun orang-orang kafir dari sifat bakhil, aku berlindung
membenci”. kepada-Mudari sifat pengecut, aku
berlindung kepada-Mu dari usia
ُ‫َّللاُ وحْ دهُ َل ش ِريك لهُ لهُ ْال ُم ْلك‬
‫َل إِله إَِلهَ ه‬ pikun, aku berlindung kepada-Mu
ٌ ‫ولهُ ْالح ْمدُ و ُهو على ُك ِِّل ش ْيءٍ قد‬
‫ِير الله ُه هم َل‬ dari fitnah dunia, dan aku berlindung
‫مانِع ِلما أعْطيْت وَل ُم ْع ِطي ِلما من ْعت وَل‬ kepada-Mu dari siksa kubur”.
ُّ‫ي ْنف ُع ذا ْالج ِدِّ ِم ْنك ْالجد‬ ُ ‫الله ُه هم أ ِع ِنِّي على ِذ ْك ِرك و‬
‫ش ْك ِرك‬
‫و ُحس ِْن ِعبادتِك‬
“Tiada Tuhan selain Allah semata, “Ya Allah tolonglah aku dalam
tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang mengingat kepada-Mu, dalam
memiliki segala kekuasaan dan Dia bersyukur kepada-Mu, dan
pula yang memiliki segala pujian, dan melakukan ibadah yang baik kepada-
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Mu”.
Ya Allah, tidak ada satupun yang
menghalangi apa saja yang Engkau
ُ ‫ربِّ ِ قِنِي عذابك ي ْوم تبْع‬
‫ث أ ْو تجْ م ُع ِعبادك‬
berikan, dan tidak ada satupun yang
dapat memberi apa saja yang Engkau “Tuhan kami lindungilah kami dari
halangi. Dan kekayaan itu tidak adzabmu, pada hari Engkau
berguna bagi pemiliknya (untuk bangkitkan atau Engkau kumpulkan
menyelamatkan diri) dari (siksa)Mu”. hamba-hambaMu”.

E. Prosedur Kerja

59
1. Persiapan Tindakan, Alat dan
Bahan
6. 33x .…ِ‫ْال َح ْمدُ ِ ََّلِل‬ S

a. Menentukan tempat shalat 7. 33x ..…‫هللاُ أ َ ْكبَر‬ A


b. Menggunakan baju yang 8. ُ‫َّللاُ و ْحدهُ َل ش ِريك لهُ لهُ ْال ُم ْلك‬
‫َل ِإله ِإَله ه‬ “
layak, bagi perempuan
ٌ ‫ولهُ ْالح ْمد ُ و ُهو على ُك ِِّل ش ْيءٍ قد‬
s
memakai mukena ‫ِير‬ s
c. Menghadap ke arah kiblat m
seraya menundukkan K
pandangan ke arah tempat
sujud.
Lapazd Doa setelah shalat
2. Tahap Kerja
No Bacaan
Lapazd Zikir setelah shalat
1. Membaca taauz dan basmalah
No Bacaan Artinya
2. Membaca hamdalah
3. Membaca shalawat terhadap nabi
1. ‫ أسْت ْغ ِف ُر ه‬، ‫َّللا‬
‫َّللا‬ ‫ أسْت ْغ ِف ُر ه‬، ‫َّللا‬
‫أسْت ْغ ِف ُر ه‬ “Aku mohon ampunan kepada Allah, Aku
mohon‫ل‬
4. ِ ‫ُخ‬ ْ ‫ ِمنَ اْلب‬-kepada
ampunan ‫وذُ بِ َك‬Allah,ُ َ ‫نِي أ‬Aku
‫ع‬ ‫اللَّ ُه َّم ِإ‬ “
َ ُ ‫ أ َ ْن أ‬- ‫ َك‬kepada
‫عوذُ ِب‬ ‫ع ْوذُ ِب َك ِم ْن ْال ُجب ِْن‬
ُ َ ‫ َوأ‬Allah”. s
mohon‫ر َّد‬ ampunan ُ َ ‫َوا‬ M
2. ‫سل ُم تبار ْكت يا‬
‫سل ُم و ِم ْنك ال ه‬ ‫الله ُه هم أ ْنت ال ه‬ ‫ ِفتْنَ ِة‬Engkau
“Ya Allah, ‫ ِب َك ِم ْن‬lahُ‫عوذ‬ َ ‫ َوأ‬-‫ر‬Maha
ُ Yang ِ ‫ ِل ْالعُ ُم‬Damai, ‫ِإلَى أ َ ْر َذ‬ k
ِ ْ ‫ذا ْالجل ِل و‬
‫اْل ْكر ِام‬ َ‫ب ْالق‬ ُ‫عوذ‬ ُ َ ‫ َوأ‬Tuhan
dan dari-Mu juaَ (datang) kedamaian;
‫ْر‬ ِ ‫ب‬
Maha Banyak berkah-Mu ِ ‫ بِ َك ِم ْن َعذا‬wahai - ‫ال ُّد ْنيَا‬ b
d
Pemilik keagungan dan kemuliaan”.
k
3. ُ‫ لهُ ْال ُم ْلك‬- ُ‫َّللاُ و ْحدهُ َل ش ِريك له‬ ‫َل إِله إَِله ه‬ “Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada
ٌ ‫ولهُ ْالح ْمد ُ و ُهو على ُك ِِّل ش ْيءٍ قد‬
sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki
-‫ِير‬ segala‫ْن‬
5. ‫ ْك ِر َك َو ُحس‬dan
ِ kekuasaan, ُ ‫ َو‬Dia
‫ش‬ ‫ى ِذ ْك‬yang
‫ ِر َك‬pula َ‫عل‬َ ‫اللَّ ُه َّم أ َ ِعنِي‬ “
‫َّللاُ وَل‬‫ َل ِإله ِإ هَل ه‬- ِ‫اّلِل‬ ‫َلح ْول وَل قُ هوة ِإَله ِب ه‬ memiliki‫تِ َك‬segala‫ ِع َبا َد‬pujian, dan Dia Maha
k
d
ُ‫ض ُل وله‬ ْ ‫ن ْعبُد ُ إِ هَل ِإيهاهُ ولهُ ال ِنِّ ْعمةُ ولهُ ْالف‬ Kuasa atas segala sesuatu. Tiada daya M
ُ‫صين له‬ ‫ َل ِإله ِإ هَل ه‬- ‫الثهنا ُء ْالحس ُن‬
ِ ‫َّللاُ ُم ْخ ِل‬ dan
6. tiada ‫أ َ ْو ت َجْ َم ُع ِع‬melainkan
َ‫بَادَك‬kekuatan ‫ث‬ ُ َ‫كَ يَ ْو َم ت َ ْبع‬hanya
َ‫ع َذاب‬ َ ‫ب قِنِي‬ ِ ‫َر‬ “
‫الدِِّين ول ْو ك ِره ْالكافِ ُرون‬ Allah. Dialah yang memiliki nikmat dan
Dia pula yang memiliki segala
a
a
keutamaan, dan Dia yang memiliki h
segala
7. pujian yang indah. Tiada Tuhan "
selain Allah dengan mengikhlaskan h
agama kepada-Nya, walaupun orang- te
orang kafir membenci”. E
4. ُ‫َّللاُ وحْ دهُ َل ش ِريك لهُ لهُ ْال ُم ْلكُ وله‬
‫َل ِإله ِإَلهَ ه‬ “Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada y
‫ِير الله ُه هم َل مانِع ِلما‬ٌ ‫ْالح ْمدُ و ُهو على ُك ِِّل ش ْيءٍ قد‬ sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki b
segala kekuasaan dan Dia pula yang
ِّ‫أعْطيْت وَل ُم ْع ِطي ِلما من ْعت وَل ي ْنف ُع ذا ْالج ِد‬ memiliki segala pujian, dan Dia Maha Kuasa
k
p
ُّ‫ِم ْنك ْالجد‬ atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada s
satupun yang menghalangi apa saja yang k
Engkau berikan, dan tidak ada satupun yang k
dapat memberi apa saja yang Engkau to
halangi. Dan kekayaan itu tidak berguna k
bagi pemiliknya (untuk menyelamatkan diri)
dari (siksa)Mu”.
5. 33x ..…ِ‫س ْب َحانَ هللا‬
ُ Maha Suci Allah

60
‫َّللاُ وحْ دهُ َل ش ِريك لهُ لهُ ْال ُم ْلكُ ولهُ ْالح ْمدُ‬
‫إِله إَِلهَ ه‬
‫‪8.‬‬
‫ِير الله ُه هم َل مانِع ِلما أعْطيْت‬
‫‪Ya Tuhan Kami, beri ampunlah‬‬ ‫ُ ِّ‪aku dan‬‬
‫و ُهو على ك ِل ش ْيءٍ‬
‫‪orang-‬قد ٌ‬
‫‪4. ibu bapaku‬‬
‫‪kedua‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪sekalian‬‬
‫‪pada‬ك ْالجدُّ‬
‫‪orang mukmin‬‬ ‫‪ terjadinya‬ذا ْال‬
‫‪hari‬ج ِدِّ ِم ْن‬ ‫‪ْ hisab‬عت وَل ي ْنف ُع‬
‫وَل ُم ْع ِطي ِلما من‬
‫‪(hari kiamat)".‬‬
‫‪5.‬‬ ‫‪33x‬‬ ‫ْب َحانَ هللاِ…‪..‬‬
‫‪9.‬‬ ‫‪6.Rabb‬‬
‫‪"Ya‬‬ ‫‪Kami, beri‬‬ ‫…‪33xampunlah Kami.‬‬ ‫ْال َح ْمدُ ِ َّ‬
‫َلِلِ‪dan‬‬
‫َ ْ ‪Kami yang telah‬‬
‫‪saudara-saudara‬‬
‫‪7.‬‬
‫‪beriman lebih dulu dari Kami, dan‬‬
‫‪33x‬‬ ‫هللاُ أك َبر…‪..‬‬
‫‪janganlah‬‬
‫‪8.‬‬
‫‪ِ membiarkan‬ريك لهُ لهُ ْال ُم ْل‬
‫‪Engkau‬كُ ولهُ‬ ‫َل ِإله ِإَله ه‬
‫َّللاُ و ْحدهُ َل ش‬
‫‪kedengkian dalam‬‬ ‫ِير‬
‫‪ hati‬قد ٌ‬ ‫‪Kami‬ش ْيءٍ‬ ‫ْالح ْمد ُ و ُهو ع‬
‫‪terhadap‬لى ُك ِِّل‬
‫‪orang-orang yang beriman; Ya Rabb‬‬
‫‪Kami, Sesungguhnya‬‬ ‫‪Tabel 7.2Engkau Maha‬‬
‫‪Penyantun‬‬ ‫‪lagi‬‬ ‫‪Maha‬‬
‫‪Daftar Penilaian‬‬ ‫"‪Penyayang.‬‬
‫‪Prosedur doa‬‬
‫‪setelah shalat‬‬

‫‪No‬‬ ‫‪Kegiatan‬‬

‫‪Membaca Ta’awudz‬‬
‫ان الَّ ِ‬ ‫ْو ذُبِاهللِ ِمنَ ال َّ‬
‫‪1.‬‬
‫رجي ِْم‬ ‫ط ِ‬‫ش ْي َ‬
‫‪Membaca basmalah,‬‬
‫‪2.‬‬ ‫الرحْ َٰم ِن ه‬
‫الر ِح ِيم‬ ‫ِم ه‬
‫َّللاِ ه‬
‫‪Membaca hamdalah‬‬
‫‪3.‬‬
‫ب ْالعال ِمين‬
‫حمدُ ِ هّلِلِ ر ِّ ِ‬
‫ْ‬
‫‪F.‬‬ ‫‪Daftar Penilaian Prosedur Kerja‬‬ ‫‪4.‬‬ ‫‪Membaca shalawat terhadap nabi‬‬
‫‪Tabel 7.1‬‬ ‫ع ْوذُ ِب َك‬‫عوذُ ِب َك ‪ِ -‬منَ اْلب ُْخ ِل َوا َ ُ‬ ‫اللَّ ُه َّم ِإ ِني أ َ ُ‬
‫‪Daftar Penilaian Prosedur zikir‬‬
‫‪5.‬‬
‫عوذُ ِب َك ‪ -‬أ َ ْن أ ُ َر َّد ِإلَى أ َ ْر َذ ِل‬ ‫ِم ْن ْال ُجب ِْن َوأ َ ُ‬
‫‪setelah shalat‬‬ ‫عوذُ بِ َك‬ ‫عوذُ ِب َك ِم ْن ِفتْ َن ِة ال ُّد ْنيَا ‪َ -‬وأ َ ُ‬ ‫عُ ُم ِر‪َ -‬وأ َ ُ‬
‫ب ْالقَب ِْر‬ ‫ع َذا ِ‬ ‫ِم ْن َ‬
‫ُه َّم أ َ ِعنِي َ‬
‫‪Perlu‬‬
‫‪No‬‬ ‫‪Kegiatan‬‬
‫‪6.‬‬
‫‪Ya Tidak‬‬ ‫ش ْك ِر‬
‫‪َ Latihan‬ك َو ُحس ِْن‬ ‫‪ْ Catatan‬ك ِر َك َو ُ‬
‫علَى ِذ‬
‫بَا َدتِ َك‬
‫‪1.‬‬ ‫َّللا ‪ ،‬أسْت ْغ ِف ُر ه‬
‫َّللا‬ ‫َّللا ‪ ،‬أسْت ْغ ِف ُر ه‬ ‫‪ 7.‬أسْت ْغ ِف ُر ه‬ ‫بِّ ِ قِنِي عذابك ي ْوم تبْع ُ‬
‫ث أ ْو تجْ م ُع ِعبادك‬
‫‪2.‬‬
‫سل ُم تبار ْكت يا ذا‬ ‫سل ُم و ِم ْنك ال ه‬ ‫الله ُه هم أ ْنت ال ه‬
‫ْالجل ِل و ْ ِ‬
‫اْل ْكر ِام‬
‫َّللاُ و ْحدهُ َل ش ِريك لهُ ‪ -‬لهُ ْال ُم ْلكُ ولهُ‬ ‫َل ِإله ِإَله ه‬
‫ِير‪َ -‬لح ْول وَل‬ ‫‪ْ 8.‬الح ْمد ُ و ُهو على ُك ِِّل ش ْيءٍ قد ٌ‬
‫‪3.‬‬
‫َّللاُ وَل ن ْعبُدُ ِإ هَل ِإيهاهُ‬
‫اّلِلِ ‪َ -‬ل ِإله ِإ هَل ه‬ ‫قُ هوة ِإَله ِب ه‬
‫ض ُل ولهُ الثهنا ُء ْالحس ُن ‪َ -‬ل‬ ‫ولهُ ال ِنِّ ْعمةُ ولهُ ْالف ْ‬
‫صين لهُ الدِِّين ول ْو ك ِره‬ ‫إِله إِ هَل ه‬
‫َّللاُ ُم ْخ ِل ِ‬
‫ْالكافِ ُرون‬
‫‪61‬‬
Setelah mengikuti praktikum ini
mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menyebutkan definisi Haji dan
Umrah dengan tepat.
2. Menyebutkan urutan Haji dan
Umrah dengan tepat.
3. Mendemonstrasikan memakai
9. Ihram, membaca doa ihram,
talbiah dan masuk masjidil

B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar dengan melihat
video.

10. C. Prasyarat

Sebelum berlatih mahasiswa harus


menguasai ilmu dasar tentang konsep
dan teori tentang Haji dan Umrah
(memakai Ihram, membaca doa
ihram, talbiah dan masuk masjidil).
G. Evaluasi
Mahasiswa dinyatakan kompeten jika D. Teori
mampu melakukan seluruh prosedur 1. Makna dan pengertian Haji dan
kerja dalam panduan praktikum Umroh
Arti Ethimologis (secara
H. Daftar Referensi Bahasa) : Melakukan perjalanan
Tim Majelis Tarjih Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. (2009). Himpunan Arti Terminologis (secara
Putusan Tarjih Muhammadiyah. Agama): Melakukan Perjalanan
Jogjakarta: Suara Muhammadiyah. ke Baitullah untuk
melaksanakan rangkaian ritual
keagamaan, dengan waktu,
tempat dan persyaratan yg telah
MODUL VIII ditentukan, sesuai dengan
PRAKTIKUM HAJI DAN tuntunan
UMROH I Rasulullah SAW.

2. Dasar Hukum
A. Kompetensi Pelaksanaan HAJI adalah
amalan ibadah wajib bagi umat
Setelah menyelesaikan praktikum ini islam, yang memiliki Dasar
mahasiswa harus mampu memahami Hukum sangat kuat,
dan melakukan Haji dan Umrah sebagaimana disebutkan dalam
(memakai Ihram, membaca doa Ayat-ayat Al Qur’an, dengan
ihram, talbiah dan masuk masjidil) tuntunan pelaksanaanya adalah
Hadist dan Sunnah Rosulullah
Kompetensi Khusus

62
SAW. Diantaranya QS. Ali Mina,Menjauhi larangan Ihrom
Imran ayat : 97 dan Thawaf Wada’

padanya terdapat tanda-tanda 6. Sunnah Haji adalah amalan


yang nyata, (di antaranya) dalam Haji yang bila dikerjakan
maqam Ibrahim[215]; akan Menambah Pahala dan bila
Barangsiapa memasukinya ditinggalkan tidak apa-apa.
(Baitullah itu) menjadi amanlah Sunnah-sunnah Haji ; Mandi /
dia; mengerjakan haji adalah bersuci, Sholat sunnah Ihrom,
kewajiban manusia terhadap Membaca Talbiyah, Thawaf
Allah, Yaitu (bagi) orang yang Qudum , bermalam di Mina
sanggup Mengadakan pada hari-hari Tarwiyyah
perjalanan ke Baitullah[216].
Barangsiapa mengingkari 7. Tata cara memakai pakaian
(kewajiban haji), Maka Ihrom Pria
Sesungguhnya Allah Maha a. Pakaian ihram Pria terdiri
Kaya (tidak memerlukan dari 2 helai kain tidak
sesuatu) dari semesta alam. berjahit
b. Tidak boleh dilapisi
3. Syarat haji adalah : Islam, apapun, termasuk pakaian
Dewasa (baligh), Berakal dalam,
(Aqli), Merdeka/Bebas (Bukan c. Alas kaki tidak boleh
Budak), Mampu (Istitho’ah) menutup Jari kaki, Tumit
dan Mata kaki
4. Rukun Haji adalah : adalah d. Kepala tidak boleh tertutup
amalan ibadah yang harus dengan apapun
dilaksanakan dalam menunaikan
ibadah Haji dan umroh, dan bila 8. Tata cara memakai pakaian
ada yang ditinggalkan, maka Ihrom Wanita
ibadah Haji dan umroh tersebut a. Pakaian ihram wanita
tidak sah. Rukun haji dan menutupi seluruh bagian
Umrah yaitu Ihrom, Wukuf, tubuh kecuali wajah dan
Thawaf Ifadah, S a’i, Tahallul telapak tangan
dan Tertib b. Kaki seluruhnya tertutup
dan tidak tampak warna
5. Wajib Haji adalah amalan kulit
yang dilakukan pada c. Pakaian tidak membentuk
pelaksanaan ibadah Haji, dan lekuk tubuh
bila tidak dilaksanakan kerena
terlupa, terlewatkan atau alasan 9. Doa Ihrom
lain yang sangat darurat, maka Allahumma inni uharrimu
Jama’ah yang bersangkutan Nafsii min kulli maa harromta
harus membayar denda (dam) ‘alal muhrimi farhamni yaa
dengan memotong hewan ternak arhamarrahimiina
yang telah ditentukan, misalnya Artinya : Ya Allah
: Kambing atau Onta. Wajib sesungguhnya aku
Haji meliputi ; Niat dari Miqot, mengharamkan kepada orang
Mabit di Muzdalifah, Melontar yang berihram karena itu
Jumroh, Mabit di rahmatilah aku ya Allah yang
Maha Pemberi Rahmat.
63
10. Tata Cara Berihrom
a. Mandi sunnah Ihrom dan 12. Masuk masjid haram berdo`a,
berwudhu` ( di maktab al. Allaahummaftahlii abwaaba
Madinah (I), atau di rahmatik.
Jakarta/Jedah (II)
b. Berpakaian Ihrom (Laki-
laki: 2 kain putih tak E. Prosedur Kerja
berjahit, Perempuan: 1. Persiapan Tindakan, Alat dan
menutupi seluruh tubuh Bahan
kecuali muka dan telapak a. Menentukan tempat Haji dan
tangan Umroh
c. Memakai wangi wangian ( b. Miniature ka’bah
Laki-laki) c. Menggunakan kain ihrom
d. Shalat sunat 2 raka`at, (di untuk laki-laki
Bir Ali: Madinah (I); atau d. Bagi perempuan memakai
di Jakarta/Jedah, (II) mukena
e. Niat Haji:
Labbaikallaahumma 2. Tahap Kerja
Hajjan, atau Nawaitu a. tata cara Ihram
Hajjan wa Ahrom tu bihi b. doa Ihram
lillahita’ala diikuti Talbiah c. bacaan talbbiah
s.d Masjidil haram: d. doa masuk masjidil Harom
f. Niat Umroh:
Labbaikallaahumma
`Umrohtan, atau Nawaitu F. Daftar Penilaian Prosedur Kerja
‘Umrotan wa ahrom tu (Isi sesuai dengan prosedur kerja)
biha lillahi ta’ala diikuti
Talbiah s.d Masjidil haram Tabel 8.1
Daftar Penilaian Prosedur Tata
Cara Haji dan Umroh I
No Kegiatan
1. Niat Haji
11. Membaca Talbiah Labbaikallaahumma Hajjan, atau Na
Hajjan wa Ahrom tu bihi lillahita’ala
2. Niat Umroh
Labbaikallaahumma `Umrohtan, atau Na
‘Umrotan wa ahrom tu biha lillahi ta’ala
Artinya : 3. Tata cara memakai pakaian Ihrom Pria
Aku datang memenuhi a. Pakaian ihram Pria terdiri dari 2 helai
panggilan-Mu ya Allah, aku tidak berjahit
datang memenuhi panggilan- b. Tidak boleh dilapisi apapun, term
Mu, aku datang memenuhi pakaian dalam,
panggilan-Mu. Tidak ada c. Alas kaki tidak boleh menutup Jari
sekutu bagi-Mu. Tumit dan Mata kaki
Sesungguhnya segala puji dan d. Kepala tidak boleh tertutup dengan apap
nikmat untu-Mu semata-mata. 4. Tata cara memakai pakaian Ihrom Wanita
Segenap kerajaan untuk-Mu. a. Pakaian ihram wanita menutupi seluruh b
Tidak ada sekutu bagi-Mu tubuh kecuali wajah dan telapak tangan

64
b. Kaki seluruhnya tertutup dan tidak tampak
warna kulit
c. Pakaian tidak membentuk lekuk tubuh
5. Membaca Talbiah

6. Masuk masjid haram berdo`a, al.


Allaahummaftahlii abwaaba rahmatik. MODUL IX
PRAKTIKUM HAJI DAN
G. Evaluasi UMROH II
Mahasiswa dinyatakan kompeten jika
mampu melakukan seluruh prosedur
kerja dalam panduan praktikum A. Kompetensi

H. Daftar Referensi Setelah menyelesaikan praktikum ini


21. Al-qur`an al-Kariem mahasiswa harus mampu memahami
22. PP. Muhammadiyah: Himpunan dan melakukan Haji dan Umroh II (
Putusan Tarjih Muhammadiyah Tata Cara memakai Ihrom, Thawaf,
23. Hasbi Ash-Ashiddieqy: Pedoman Sa’i, Wukuf, Mabit di Muzdalifah
Shalat dan Mina, serta Melontar Jumroh.
24. TA. Latief Rousydi: Kaifiyat Kompetensi Khusus
Shalat Rasulullah Setelah mengikuti praktikum ini
25. -----: Shalat-Shalat Sunat mahasiswa diharapkan mampu:
Rasulullah (Jilid 1-2) 1. Menyebutkan definisi pakaian
26. -----: Ruh Shalat dan Hikmahnya Ihrom, Thawaf, Sa’i, Wukuf,
27. Nashiruddin Al-Albani: Sifat Mabit di Muzdalifah dan Mina,
Shalat Rasulullah (buku dan CD) serta Melontar Jumroh dengan
28. Zainal Masduki: Tuntunan tepat.
Shalat Rasulullah 2. Menyebutkan urutan Tata Cara
29. Muhammad Thalib: Cara memakai Ihrom, Thawaf, Sa’i,
ShalatRasulullah Wukuf, Mabit di Muzdalifah
30. Sahminan Zaini: Faedah Shalat dan Mina, serta Melontar
bagi Orang Beriman Jumroh dengan tepat.
3. Mendemonstrasikan tindakan
Tata Cara memakai Ihrom,
Thawaf, Sa’i, Wukuf, Mabit di
Muzdalifah dan Mina, serta
Melontar Jumroh.

B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar dengan melihat video.

C. Prasyarat

Sebelum berlatih mahasiswa harus


menguasai ilmu dasar tentang konsep

65
ibadah, dan teori tentang Haji dan
Umroh II ( Tata Cara memakai (berlaku larangan Ihrom)
Ihrom, Thawaf, Sa’i, Wukuf, Mabit di • Jama’ah :
Muzdalifah dan Mina, serta Melontar Musafir, sholat Fardhu di-Jamak
Jumroh) Qashar
• Amalan :
D. Teori Khutbah, shalat, dzikir dan berdo’a
1. Tata Cara Thawaf
 Thawaf berarti ; 4. Mabit di Muzdalifah, berarti
“KELILING”, mengitari bermalam atau berhenti sejenak
Ka’bah sebanyak 7  Mabit dilakukan pada
putaran tanggal 10 Dzulhijjah
 Dalam keadaan Wudhu (lewat tengah malam)
 Putaran arah ke kiri dan  Melaksanakan shalat
Ka’bah berada di sebelah maghrib dan isya’(jama’
kiri dan Qoshar)
 Dari Sudut Hajar Aswad  Melaksankan shalat
ke Sudut Hajar Aswad shubuh
dihitung satu putaran  Memperbanyak talbiah,
 Tak ada bacaan yang zikir dan doa
wajib selama Thawaf  Mengumpulkan 7 batu
kerikil
2. Tata Cara Sa’i
 “Berjalan” dari Bukit 5. Mabit di Mina
Shafa ke Bukit Marwah  Bermalam di mina
(dihitung 1) dan kembali selama 2 malam tanggal
ke Bukit Shafa 11 dan 12 Dzulhijjah
 Boleh batal Wudhu  Melaksanakan shalat
 Tidak ada bacaan yang wajib berjamaah
wajib  Memperbanyak zikir dan
 Di-sunnah-kan bagi pria doa
berlari-lari kecil diantara
2 pilar hijau 6. Melontar Jumroh.
 7 hitungan, mulai dari  Mengumpulkan batu di
Shafa berakhir di Marwah Muzdalifah dan Mina
 Melakukan Tahallul  Tanggal 10 melempar 7
(memotong rambut) dan batu (Jumrotul Aqobah)
berdo’a setelah Sa’i  Melontar 7 batu untuk
Jumratul Ula
3. Wukuf  Melontar 7 batu untuk
• Makna Wukuf : Jumratul Wustho
berdiam diri di Padang Arafah  Melontar 7 batu untuk
• Hari Wukuf : Jumratul ‘Aqobah
tanggal 09 Dzulhijjah
• Waktu Wukuf : E. Prosedur Kerja
Mulai tergelincir Matahari hingga 1. Persiapan Tindakan, Alat dan
terbenam Bahan
• Pakaian : ber- a. Menentukan tempat Haji
Ihrom setelah niat Haji dari Miqot dan Umroh
b. Miniature ka’bah
66
c. Menggunakan kain ihrom Daftar Penilaian Prosedur Tata
untuk laki-laki Cara Thawaf
d. Bagi perempuan
memakai mukena
No Kegiatan Y
2. Tahap Kerja 1. Masuk masjid haram berdo`a, al.
a. Tata Cara memakai Allaahummaftahlii abwaaba
Ihrom, rahmatik
b. Thawaf, 2. Menuju bidang hajar aswad (lampu
c. Sa’i, hijau), mulai Thawaf, menghadap ke
d. Wukuf, hajar aswad dg mengangkat tangan
e. Mabit di Muzdalifah dan kemudian dikecup, lalu mengucapkan
Mina, Bismillaahi wallaahu Akbar;
f. Melontar Jumroh, 3. dilanjutkan membaca: Allahumma
iimaanan bika wa tashdiqon
F. Daftar Penilaian Prosedur Kerja bikitaabika wa wafaa -an bi `ahdika
(Isi sesuai dengan prosedur kerja) wattiba`an lisunnati nabiyyika
Muhammad SAW
Tabel 2.1 4. Bacaan berikutnya
Daftar Penilaian Prosedur Tata “ Subhaanallah wal hamdulillah
Cara Memakai Kain Ihram walaa ilaaha illallah, wallaahu
Akbar, walaahaula walaaquwwata
Perlu`aliyyil `adzim, (HR.
illaabillahil
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
Latihan
Ibnu Majah)
Tata Cara ihram untuk laki-laki 5. Jama`ah laki-laki disunnahkan
1. Satu kain untuk bagian bawah berlari kecil (ramal) pada 3
2. Tutup aurat mulai dari atas pusar putaran pertama
hingga bagian bawah lutut 6. Ketika sampai sudut rukun Yamani,
3. Lipat seperti melipat kain sarung mengusap/isyarat mengangkat tangan,
4. Tidak melewati mata kaki lalu membaca: Rabbanaa Aatina
5. Tidak menggunakan pakaian dalam fiddunya hasanah wafil akhirati
6. Satu kain untuk diselempangkan hasanah wakina azabannar
agar menutup pundak kanan dan kiri 7. Setiap putaran thawaf; kecuali
7. Kaitkan antara ujung satu tempat- tempat diatas; sebaiknya
dengan sisi dengan dengan sisi memperbanyak do`a sesuai yang
yang lainnya dihajatkan dengan bahasa apapun
8. Saat thawaf bagian pundak kanan 8. Selesai 7 putaran, sebaiknya berdo`a
terbuka di multazam (antara hajar aswad dan
Tata Cara ihram untuk Wanita pintu ka`bah),
9. Kain bagian bawah harus menutup ke 9. Shalat sunat thawaf 2 raka`at di
sampai Tumit belakang/bidang Maqam Ibrahim,
10. Harus menggunakan kaos kaki dan berdo`a
11. Bagian atas lengan baju harus 10. Minum air zam-zam dg berdiri dan
panjang sampai pergelangan tangan menghadap ka`bah, dengan membaca
12. Menggunakan kerudung menutup do`a :
sampai ke dada “Allaahumma Innii as`aluka `ilman
naafi`an, wa rizqan waasi`an, wa
Tabel 2.1 syifaa`an min kulli daa in”.
11.
67
Daftar Penilaian Prosedur Tata
Tabel 2.1 Cara Melempar Jumroh
Daftar Penilaian Prosedur Tata
No Kegiatan Y
Cara Sa’i
5. Mengumpulkan batu di
Perludan Mina
Muzdalifah
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
6. Latihan
Tanggal 10 melempar 7 batu
1. Menuju bukit Shafa (Jumrotul Aqobah)
2. Setiap mendekat bukit shafa membaca: 7. Melontar 7 batu untuk Jumratul
“Innassafa walmarwata min
sya`aairillah
Ula
8. Melontar 7 batu untuk Jumratul
3. Ketika akan memulai membaca:
“Abda`u bimaa abdaAllah”. Wustho
4. Ketika berada dibukit shafa dan 9. Melontar 7 batu untuk Jumratul
Marwa, menghadap kiblat sambil ‘Aqobah
membaca:
“ Laa ilaaha illallah wahdahuu laa
syariikalah lahulmulku walahulhamdu, G. Evaluasi
biyadihilkhairu, wahuwa `alaakulli Mahasiswa dinyatakan kompeten jika
syain qodiir”, mampu melakukan seluruh prosedur
5. Ketika berada diantara pilar lampu kerja dalam panduan praktikum
hijau disunahkan mempercepat
(lari kecil) baik ke-dari Shafa- H. Daftar Referensi
Marwa 31. Al-qur`an al-Kariem
6. Sa`I berakhir di bukit marwa, setelah 7 32. PP. Muhammadiyah: Himpunan
lintasan, dan berdo`a Putusan Tarjih Muhammadiyah
33. Hasbi Ash-Ashiddieqy: Pedoman
Shalat
34. TA. Latief Rousydi: Kaifiyat
Shalat Rasulullah
35. -----: Shalat-Shalat Sunat
Rasulullah (Jilid 1-2)
36. -----: Ruh Shalat dan Hikmahnya
Tabel 2.1 37. Nashiruddin Al-Albani: Sifat
Daftar Penilaian Prosedur Tata Shalat Rasulullah (buku dan CD)
Cara Wukuf 38. Zainal Masduki: Tuntunan
Shalat Rasulullah
39. Muhammad Thalib: Cara
Perlu
No Kegiatan Ya Tidak
ShalatRasulullah Catatan
Latihan
1. Dimulai dengan mendengarkan 40. Sahminan Zaini: Faedah Shalat
Khutbah bagi Orang Beriman
2. Dilanjutkan dengan shalat jama’
Takdim
3. Wukuf dilaksanakan dengan jama’ah MODUL X
atau sendirian PRAKTIKUM TATA CARA
4. Memperbanyak istighfar, zikir, dan DALAM MENGHADAPI DAN
doa sesuai sunnah Rasulullah SETELAH SAKARATUL MAUT
Tabel 2.1
A. Kompetensi
68
baik amalnya. Dan Dia
Setelah menyelesaikan praktikum ini Maha Perkasa lagi
mahasiswa harus mampu memahami MahaPengampun.” (SQ.
dan melakukan tata cara dalam Al;-Mulk :2)
menghadapi dan setelah sakaratul  Tidaklah menimpa
maut. seorang muslim
kelelahan, sakit,
Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini kekhawatiran,kesedihan,
mahasiswa diharapkan mampu: gangguan dan duka,
1. Menyebutkan definisi keadaan sampai pun duri yang
sakaratul maut dengan tepat. mengenai dirinya,kecuali
2. Menyebutkan tata cara dalam Allah akan menghapus
menghadapi dan setelah dengannya dosa-
sakaratul maut dengan tepat. dosanya.” (Muttafaqun
3. Mendemonstrasikan tindakan alaih)
tata cara dalam menghadapi dan  Ia harus mempunyai
setelah sakaratul maut. perasaan takut serta
harapan, yaitu takut akan
B. Strategi Pembelajaran siksaan Allah karena
1. Belajar dan Latihan Mandiri
adanya dosa-dosa yang
2. Belajar dengan melihat video.
telah ia lakukan, serta
harapan akan rahmat
C. Prasyarat
Allah
Sebelum berlatih mahasiswa harus  Bagaimana parahnya
menguasai ilmu dasar tentang konsep penyakitnya, ia tidak
dan teori tentang tata cara dalam boleh mengangan-angan
menghadapi dan setelah sakaratul kematian, kalaupun
maut. terpaksa/ sudah kritis,
maka hendaknya ia
D. Teori berdoa :
 “Allahumma ahyinii
1. Sikap seorang muslim tatkala maakanatil-hayaatu
sakit khairan lii wa tawaffaniy
 Wajib menerima qadha idzaakanatil-wafaatu
(ketentuan) Allah, khairan lii”
bersabar menghadapi  "Artinya : Ya Allah
ujian/cobaan penyakit, hidupkanlah akau jika
serta berbaik sangka kehidupan lebih baik
kepada Allah, semua itu bagiku,matikanlah aku
baik baginya. ‫هالذِي‬ jika kematian lebih baik
ْ ْ
‫خلق الم ْوت والحياة ِلي ْبلُو ُك ْم أيُّ ُك ْم‬ bagiku
‫أحْ سنُ عم ًل‬  Bagaimana parahnya
“Dia Yang menjadikan penyakitnya, ia tidak
mati dan hidup, supaya boleh mengangan-angan
menguji kamu, siapa kematian, kalaupun
diantara kamu yang lebih terpaksa/ sudah kritis,
69
maka hendaknya ia berbaik sangka kepada
berdoa : Allah.” (HR: Muslim).
 “Allahumma ahyinii  Berperasaan antara takut
maakanatil-hayaatu dan penuh harap, takut
khairan lii wa tawaffaniy pada siksa Allah dan
idzaakanatil-wafaatu berharap pada keluasan
khairan lii” rahmatNya, Rasulullah
 "Artinya : Ya Allah bersabda, yang artinya:
hidupkanlah akau jika “Tidaklah menyatu (rasa
kehidupan lebih baik takut dan harapan)
bagiku,matikanlah aku dalam hati seorang
jika kematian lebih baik hamba pada saat seperti
bagiku" ini (sakit) kecuali Allah
 Apabila dirinya mengabulkan
mempunyai kewajiban harapannya dan
(seperti hutang, memberikan kepadanya
pinjaman, dll),atau rasa aman dari apa yang
amanah yang belum dia ditakutkannya.” (HR:At-
tunaikan, atau kezaliman Tirmidzi dengan sanad
terhadap hak oranglain hasan
yang dia lakukan,  Hendaknya berprasangka
hendaknya dia bersegera baik kepada Allah
menyelesaikannya Subhannahu wa Ta’ala,
denganyang bahwa Allah akan
bersangkutan, bila mengasihinya dan tidak
memungkinkan. menyiksanya. Rasulullah
 Disyariatkan segera shallAllahu ‘alaihi
menulis wasiat dengan wasallam bersabda, yang
saksi dua orang lelaki artinya: “Jangan sekali-
muslim yang adil. Bila kali salah seorang di
tidak didapatkan karena antara kalian mati
safar, boleh dengan saksi kecuali dalam keadaan
dua orang ahli kitab yang berbaik sangka kepada
adil Allah.” (HR: Muslim).
 Hendaknya berprasangka  Berperasaan antara takut
baik kepada Allah dan penuh harap, takut
Subhannahu wa Ta’ala, pada siksa Allah dan
bahwa Allah akan berharap pada keluasan
mengasihinya dan tidak rahmatNya, Rasulullah
menyiksanya. Rasulullah bersabda, yang artinya:
shallAllahu ‘alaihi “Tidaklah menyatu (rasa
wasallam bersabda, yang takut dan harapan)
artinya: “Jangan sekali- dalam hati seorang
kali salah seorang di hamba pada saat seperti
antara kalian mati ini (sakit) kecuali Allah
kecuali dalam keadaan mengabulkan
70
harapannya dan tersebut sebijaksana
memberikan kepadanya mungkin
rasa aman dari apa yang  Lakukan persiapan
ditakutkannya.” (HR:At- sakaratul maut
Tirmidzi dengan sanad (hadapkan arah kiblat,
hasan sedekapkan, berwasiat,
 Senantiasa berhusnudzan,
memperbanyak do`a berma`afan)
sambil menyentuh di  Untuk menuntun
bagian yg sakit, dg lafadz kalimah thayyibah
antara lain: sebaiknya ditawarkan
“Bismillaah 3x, A`udzu kepada keluarga
billaah wa qudratihii min pasien. Jika keluarga si
syarri ma ajidu wa sakit berkenan, maka
ukhaadziru 7x”, (HR. hendaklah dilakukan
Muslim)  Ucapkan inna lillah…
Artinya “Dengan nama jika telah meninggal,
Allah, aku berlindung kumpulkan keluarga
kepada Allah dan pasien, sampaikan
kekuasaan-Nya, dari apa- ucapan belasungkawa,
apa yang aku dapatkan sabarkan & memohon
dan aku khawatirkan ma`af
(penyakit)”  Tawarkan kpd
 Hendaknya disertai keluarga pasien
dengan memperbanyak : apakah
1. Taubat dengan Almarhum/mah mau
memperbanyak istighfar dimandikan di sini
2. Shalat malam (rumah sakit) atau
3. Dzikrullah langsung mau dibawa
4. Membaca Al-Qur’an ke rumah duka
5. Berdo’a di berbagai  Jika keluarga minta
kesempatan jenazah untuk
6. Bertasbih dan bertahlil dimandikan, segera
7. Zakat, infak & lakukan sampai
shadaqah (jika mampu) pengkafanan
8. Sabar, tetap bersyukur,
yakin, dan ikhlas… 3. Tanda-tanda menunjukan
kematian seseorang
2. Pelayanan Islami yang  Matanya terbelalak
berkaitan dengan kematian dan
 Jika pasien sudah ada pandangannyahampa
tanda-tanda sakaratul (H.R.Muslim Ahmad)
maut, sebaiknya  Hidungnya
keluarga pasien mengempes
dikumpulkan didiberi  Rahang bawahnya
tahu tentang hal melemah seiring
71
dengan melemahnya  Peluh membasahi
seluruh tubuh dahinya (H.R.Ahmad
 Jasadnya dingin dan dan Al Fasawi)
kaku  Wafat pada hari
 Betis kanan dan jumat/malam jumat
kirinya bertautan (H.R.Ahmad dan Al
(Q.S.Al.Qiyamah ; 29) Fasawi)
 Wafat pada saat
4. Kematian yang baik beramal shaleh
 Mati pada saat  Dipuji oleh kaum
hamil/keguguran muslim
(H.R.Ahmad)  Wajahnya terlihat
 Mati sebab penyakit cerah ceria dan
perut (H.R. An nasai) bahagia karena kabar
 Mati sebab kebakaran gembira yang telah
(H.R.Malik) didengarnya dari
 Mati sebab malaikat maut.
tenggelam/kejatuhan  senyum yang berseri-
reruntuhan seri diwajahnya
(H.R.Malik)
 Mati saat berjaga-jaga 6. Tanda-tanda su’ul Khatimah
dimedan perang (H.R.  Saat ditimpa sakit dia
Muslim) marah sehingga tidak
 Mati sebab ridha terhadap takdir
pertahankan hak,harta Allah
dari penjahat  Menjelang maut dia
(H.R.Muslim) mengucapkan kata-
 Mati sebab pendarahan kata yang tidak patut
bagi wanita sehingga terputus
(H.R.Malik,Abu Daus) ucapan kalimat tauhid
 Mati sebab  Pada saat dimandikan
mempertahankan jiwa kulitnya berubah
dan agama (H.R.Abu menjadi hitam,tangan
Daud, Nasai, Ahmad) kanannya tergenggam,
 Mati sakit TBC tangan yang lain
(H.R.Imam At memegang
Thabrani) kemaluannya dan
 Mati syahid di medan sebagian dari
perang, (HR. Bukhari) kemaluannya keluar
bau busuk
5. Tanda-tanda husnul khatimah  Sewaktu diturunkan
 Ucapan terakhirnya kedalam kubur kepala
adalah syahadat mayat berubah dari
(H.R.Abu Daud dan Al arah kiblat
Hakim)  Ada tanda keajaiban
(cela) lain
72
 Mati dalam 5) Perbanyak membaca dan
maksiat/melalaikan menghayati kalimah :
Allah “Innalillahi wa inna ilaihi
raji’un” bagi keluarga
E. Prosedur Kerja 6) Menganjurkan bagi
1. Persiapan Tindakan, Alat dan keluarga untuk berdoa dan
Bahan bersabar
a. Menentukan tempat 7) Segera mempersiapkan
b. Menggunakan Boneka, tempat untuk memandikan
tidur, selimut, bantal jenazah
F. Daftar Penilaian Prosedur Kerja
2. Tahap Kerja (Isi sesuai dengan prosedur kerja)
a. Sakaratul maut Tabel 10.1
1) memeriksa tanda-tanda Daftar Penilaian Prosedur Tatacara
kematiannya Dalam Menghadapi Sakaratul Maut
2) memanggil keluarga
terdekat No Kegiatan
3) Meminta keluarga untuk
bersabar terhadap taqdir 1. memeriksa tanda-tanda kematiannya
Allah 2. memanggil keluarga terdekat
4) Meghadapkan pasien ke 3. Meminta keluarga untuk bersabar
arah Kiblat terhadap taqdir Allah
5) Mensedekapkan pasien 4. Meghadapkan pasien ke arah Kiblat
6) Menanyakan kepada 5. Mensedekapkan pasien
keluarga apakah pasien 6. Menanyakan kepada keluarga apakah pasien
mempunyai wasiat mempunyai wasiat
7) Dianjurkan untuk 7. Dianjurkan untuk berhusnudzan kepada Allah
berhusnudzan kepada 8. Mentalqin dengan mengucapkan: “La ilaha
Allah illallah”.
8) Mentalqin dengan
mengucapkan: “La ilaha Tabel 10.2
illallah”. Daftar Penilaian Prosedur Tatacara
Dalam Menghadapi Setelah
b. Setelah Sakaratul Maut Sakaratul Maut
1) Menutup mata jenazah
apabila masih dalam No Kegiatan
kondisi terbuka
2) Menutup mulut jenazah 1. Menutup mata jenazah apabila masih dalam
apabila masih dalam kondisi terbuka
2. Menutup mulut jenazah apabila masih dalam
kondisi terbuka
kondisi terbuka
3) Menyelimuti seluruh Menyelimuti seluruh badan jenazah sampai
3.
badan jenazah sampai kepala agar tidak terbuka auratnya
kepala agar tidak terbuka 4. Mengingatkan keluarga bila jenazah
auratnya mempunyai hutang untuk segera
4) Mengingatkan keluarga membayarkan hutangnya (jika ada)
bila jenazah mempunyai 5. Perbanyak membaca dan menghayati kalimah
hutang untuk segera : “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un” bagi
membayarkan hutangnya keluarga
(jika ada) 6. Menganjurkan bagi keluarga untuk berdoa
dan bersabar
73
7. Segera mempersiapkan untuk memandikan
jenazah C. Prasyarat
G. Evaluasi
Mahasiswa dinyatakan kompeten jika Sebelum berlatih mahasiswa harus
mampu melakukan seluruh prosedur menguasai ilmu dasar tentang konsep
kerja dalam panduan praktikum dan teori tentang memandikan
H. Daftar Referensi jenazah.
41. Al-qur`an al-Kariem
42. PP. Muhammadiyah: Himpunan D. Teori
Putusan Tarjih Muhammadiyah 1. Syarat wajib memandi
43. Hasbi Ash-Ashiddieqy: Pedoman
jenazah
Shalat
44. TA. Latief Rousydi: Kaifiyat
 Mayat Orang Islam
Shalat Rasulullah  Didapati Tubuhnya
45. -----: Shalat-Shalat Sunat Walaupun Sedikit
Rasulullah (Jilid 1-2)  Bukan Mati Syahid
46. -----: Ruh Shalat dan Hikmahnya
47. Nashiruddin Al-Albani: Sifat 2. Orang-orang yang boleh
Shalat Rasulullah (buku dan CD) memandikan jenazah
48. Zainal Masduki: Tuntunan  Orang yang
Shalat Rasulullah memandikan dapat
49. Muhammad Thalib: Cara menjaga amanah
ShalatRasulullah  Dari lingkunagan
50. Sahminan Zaini: Faedah Shalat
keluarga dekat
bagi Orang Beriman
 Jenazah laki-laki
MODUL XI dimandikan oleh laki-
PRAKTIKUM TATA CARA laki kecuali istrinya
MEMANDIKAN JENAZAH
(HR. Ibnu Maja)
 Jenazah perempuan
A. Kompetensi dimandikan oleh
perempuan kecuali
Setelah menyelesaikan praktikum ini
suaminya (HR. Ibnu
mahasiswa harus mampu memahami
Maja)
dan melakukan Tata cara
memandikan jenazah.  Wanita boleh
memndikan anak yang
Kompetensi Khusus masih kecil
Setelah mengikuti praktikum ini
mahasiswa diharapkan mampu: 3. Tata cara memandikan
1. Menyebutkan definisi shalat jenazah
wajib dengan tepat. a) Perlengkapan untuk
2. Menyebutkan urutan shalat memandikan jenazah
wajib dengan tepat. b) Tempat yang tertutup dan
3. Mendemonstrasikan tindakan diberi tabir
shalat wajib.
c) Jenazah diletakan ditempat
yang lebih tinggi
B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri
2. Belajar dengan melihat video.
74
d) Membuka baju jenazah
dengan cara mengunting
pakaiannya
e) Menutup aurat jenazah
dengan kain basahan
f) Mengurut perut mayat
dengan pelahan untuk
mengeluarkan kotoran
g) Memulai membasuh
anggota wudhu dan
anggota badan bagian
kanan
h) Menyiram tubuh mayat
secara rata, 3,5,7 atau
lebih; diantaranya
dicampur dengan air
sabun, terakhir dengan air
bidadara/kapur
barus/wangian
i) Dibolehkan juga
membersihkan gigi
jenazah dengan siwak atau
sikat gigi.
j) Diperbolehkan memotong
kuku jenazah bila kuku
kaki dan tangannya
panjang E. Prosedur Kerja
k) Membasuh bagian 1. Persiapan Tindakan, Alat dan
belakang jenazah baik Bahan
sebelah kanan maupun kiri a. Menentukan tempat
dengan air bersih dan air memandikan jenazah,
sabun b. Menggunakan air, ember,
l) Terakhir dengan air gayung, tabir, kain,
bidadara/kapur handuk, sisir, sikat gigi,
barus/wangian katenbat, potongkuku,
m) Dianjurkan juga menyisir sabun, kapur barus, kain
rambut jenazah lapis tangan.
n) Terakhir keringkan dengan 2. Tahap Kerja memandikan
handuk, dan bila mayat jenazah
perempuan rambutnya a. Jenazah diletakkan di
dikepang tiga, tempat yang lebih tinggi
b. Dimandikan di tempat
o) Jenazah diselimuti dengan tertutup/ diberi tabir
kain panjang
c. Dimandikan menutup
dengan kain basahan
d. Aurat mayat ditutup
dengan kain basahan.

75
e. Jenazah perempuan dari 8. sikat gigi,
atas dada sampai bawah 9. pemotong kuku,
lutut 10. handuk,
f. Jenazah laki-laki dari atas 11. kain panjang,
pusat sampai bawah lutut 12. gunting,
g. Menghilangkan najis 13. kain lapis tangan
terutama pada dua tempat
sambil menekan perut Tabel 11.1
secara perlahan dan hati- Daftar Penilaian Prosedur Tata
hati untuk mengeluarkan Cara Memandikan Jenazah
kotoran dalam perutnya,
tangan kiri sebaiknya
menggunakan sarung No Kegiatan
tangan 1. Tempat yang tertutup dan diberi tabir
h. Memulai mbasuh anggota 2. Jenazah diletakan ditempat yang lebih tinggi
wudzu dan anggota badan 3. Membuka baju jenazah dengan cara
bagian kanan mengunting pakaiannya
i. Menyiram tubuh mayat 4. Menutup aurat jenazah dengan kain basahan
secara rata, 3,5,7 atau 5. Mengurut perut mayat dengan pelahan untuk
lebih; diantaranya mengeluarkan kotoran
dicampur dengan air 6. Memulai membasuh anggota wudhu dan
sabun, terakhir dengan air anggota badan bagian kanan
bidadara/kapur 7. Menyiram tubuh mayat secara rata, 3,5,7 atau
barus/wangian lebih; diantaranya dicampur dengan air sabun
j. Terakhir keringkan dg terakhir dengan air bidadara/kapu
handuk, dan bila mayat barus/wangian
perempuan rambutnya 8. Dibolehkan juga membersihkan gigi jenazah
dengan siwak atau sikat gigi.
dikepang tiga, lalu
9. Diperbolehkan memotong kuku jenazah bila
k. diselimuti dengan kain
kuku kaki dan tangannya panjang
panjang dan langsung Membasuh bagian belakang jenazah baik
10.
l. diletakkan di atas kafan sebelah kanan maupun kiri dengan air bersih
yang sudah disiapkan dan air sabun
11. Terakhir dengan air bidadara/kapu
F. Daftar Penilaian Prosedur Kerja barus/wangian
(Isi sesuai dengan prosedur kerja) 12. Dianjurkan juga menyisir rambut jenazah
13. Terakhir keringkan dengan handuk, dan bila
Tabel 11.1 mayat perempuan rambutnya dikepang tiga,
Daftar Penilaian Prosedur Persiapan 14. Jenazah diselimuti dengan kain panjang
Memandikan Jenazah 15. Jenazah dipersiapkan untuk dikafani

G. Evaluasi Perlu
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
Latihan kompeten jika
Mahasiswa dinyatakan
1. Tempat Air (ember) mampu melakukan seluruh prosedur
2. Air bersih kerja dalam panduan praktikum
3. Air Sabun
4. Air kapur barus H. Daftar Referensi
5. Air wewangian 1. Al-qur`an al-Kariem
6. caton bat, 2. PP. Muhammadiyah: Himpunan
7. sisir, Putusan Tarjih Muhammadiyah
3. Ash-shalah: ibnu thayyari
76
4. Sunnah rasulullah dlm
penyelenggaraan jenazah: t.a. B. Strategi Pembelajaran
Latief rousydy 1. Belajar dan Latihan Mandiri
5. Hpt: pp. Muhammadiyah 2. Belajar dengan melihat video.
6. Minhajul muslim: al-jazairi
7. Fiqh sunnah: sayyid sabiq C. Prasyarat
8. Dll
Sebelum berlatih mahasiswa harus
menguasai ilmu dasar tentang konsep
dan teori tentang tata cara mengafani
jenazah.

D. Teori
1. Hal-hal yang harus dipersiapkan
untuk mengkafani jenazah
a. Kain kafan hendaklah
Bagus, bersih dan
menutupi seluruh badan
(HR. Ibnu Majjah dari
Abu Qotadah)
b. Hendaklah kain kafan
berwarna putih (HR.
Ahmad dan Abu Daud dari
Ibnu Abbas)
c. Hendaklah diberi wangi-
wangian

2. Kain kafan untuk jenazah laki-


MODUL XII laki
PRAKTIKUM BACAAN TATA a. Terdiri dari 3 kain kafan
CARA MENGKAFANI b. Cawet bila diperlukan
JENAZAH
3. Kain kafan untuk perempuan
A. Kompetensi a. 2 lembar kain kafan
b. I lembar kerudung
Setelah menyelesaikan praktikum ini c. 1 lembar baju
mahasiswa harus mampu memahami d. 1 lembar izar/kain
dan melakukan Tata cara mengafani sarung
jenazah.
4. Tata cara mengkafani Jenazah
Kompetensi Khusus
Laki-Laki
Setelah mengikuti praktikum ini
a. Paling bawah: tikar (jika
mahasiswa diharapkan mampu:
ada)
1. Menyebutkan definisi shalat
b. Tali kafan, dapat 5 utas:
wajib dengan tepat.
ujung kepala, diatas dada,
2. Menyebutkan urutan shalat
perut, kaki & ujung kaki
wajib dengan tepat.
3. Mendemonstrasikan tindakan
shalat wajib.
77
c. Kain lapis ke 3, kain 3) Kain lapis ke 3, kain
terluar (yang terluar (yang
dijahit/disambung) dijahit/disambung)
d. Kain lapis 2&1, dpt 4) Kain lapis 2&1, dpt
disusun sedikit ditumpuk disusun sedikit
e. Setelah diikat (tali lepas, ditumpuk
disebelah kiri) diselubungi 5) Setelah diikat (tali
kain bersih lepas, disebelah kiri)
diselubungi kain bersih
5. Tata cara mengkafani jenazah
perempuan
a. Paling bawah: tikar (jika
ada)
b. Tali kafan, dapat 5 utas:
ujung kepala, diatas dada,
perut, kaki & ujung kaki
c. Kain lapis ke 3, kain
terluar (yang
dijahit/disambung)
d. Kain lapis 2 (selembar/dpt
2 lembar lihat sikon)
disusun agak ditumpuk
e. Lapis ke 3 izar (kain
sarung), lapis ke 4 baju,
lapis ke 5 jilbab
f. Baju jika memungkinkan
dpt dijahit Setelah diikat b. Jenazah perempuan
(tali lepas di sebelah kiri) 1) Paling bawah: tikar
diselubungi kain bersih (jika ada)
2) Tali kafan, dapat 5 utas:
ujung kepala, diatas
E. Prosedur Kerja
dada, perut, kaki &
1. Persiapan Tindakan, Alat dan
ujung kaki
Bahan
3) Kain lapis ke 3, kain
a. Menentukan tempat untuk
terluar (yang
mengkafani jenazah
dijahit/disambung)
b. Menyediakan tikar, kain
4) Kain lapis 2
kafan, kapas dan wangi-
(selembar/dpt 2 lembar
wangian
lihat sikon) disusun
agak ditumpuk
2. Tahap Kerja Tata cara
5) Lapis ke 3 izar (kain
mengkafani jenazah
sarung), lapis ke 4 baju,
a. Jenazah Laki-laki
lapis ke 5 jilbab
1) Paling bawah: tikar
6) Baju jika
(jika ada)
memungkinkan dpt
2) Tali kafan, dapat 5 utas:
dijahit Setelah diikat
ujung kepala, diatas
(tali lepas di sebelah
dada, perut, kaki &
kiri) diselubungi kain
ujung kaki
bersih

78
2. Tali kafan, dapat 5 utas: ujung kepala,
di atas dada, perut, kaki & ujung kaki
3. Kain lapis ke 3, kain terluar (yang
dijahit/disambung)
4. Kain lapis 2dan 1, dpt disusun sedikit
ditumpuk
5. Setelah diikat (tali lepas, disebelah kiri)
diselubungi kain bersih

9. JENAZAH PEREMPUAN:
1. Paling bawah: tikar (jika ada)
2. Tali kafan, dapat 5 utas: ujung kepala,
diatas dada, perut, kaki & ujung kaki
3. Kain lapis ke 3, kain terluar (yang
dijahit/disambung)
4. Kain lapis 2 (selembar/dpt 2 lembar
lihat sikon) disusun agak ditumpuk
5. Lapis ke 3 izar (kain sarung),
6. lapis ke 4 baju,
7. lapis ke 5 jilbab
10. Diikat sebanyak 5 ikatan (disebelah kiri)
F. Daftar Penilaian Prosedur Kerja selanjutnya siap dishalatkan
(Isi sesuai dengan prosedur kerja) 11. Selanjutnya menyiapkan untuk
penyelenggaraan shalat jenazah
Tabel 12.1
Daftar Penilaian Prosedur G. Evaluasi
Mahasiswa dinyatakan kompeten jika
Perlu
No Kegiatan Ya mampu
Tidak melakukan seluruh prosedur
Catatan
Latihan
kerja dalam panduan praktikum
1. Menyiapkan perlengkapan mengkafani
jenazah berupa H. Daftar Referensi
- kain kafan, 1. Al-qur`an al-Kariem
- kapas 2. PP. Muhammadiyah: Himpunan
- tali kafan Putusan Tarjih Muhammadiyah
- tikar 3. Ash-shalah: ibnu thayyari
- wangi-wangian (jika ada) 4. Sunnah rasulullah dlm
2. Kain kafan laki-laki trdiri dari tiga lapis penyelenggaraan jenazah: t.a.
kain panjang dan cawet.
Latief rousydy
3. Kain kafan perempuan terdiri dari lima
lapis yaitu dua kain panjang, izar, baju, 5. Hpt: pp. Muhammadiyah
kerudung (jilbab) dan cawet 6. Minhajul muslim: al-jazairi
4. (Jika ada) dapat dilapisi tikar terlebih 7. Fiqh sunnah: sayyid sabiq
dahulu, sebelum disusun kain kafan 8. Dll
5. Angkat jenazah di atas bentangan
kain kafan dan aurat jenazah tetap
tertutup
6. Lalu ditutup dengan kapas bagian-bagian
yang telah ditentukan
7. Jenazah diselimuti dengan kain kafan
dari paling atas sampai yang paling
bawah
8. JENAZAH LAKI-LAKI:
1. Paling bawah: tikar (jika ada)
79
terlebih dahulu), suci pakaian
dan tempat, serta menghadap
kiblat.
3. Rukun shalat jenazah :
MODUL XIII 1) Niat
2) Berdiri bagi yang kuasa
PRAKTIKUM TATA CARA
3) Empat kali takbir
SHALAT JENAZAH 4) Salam
4. Posisi imam ketika
A. Kompetensi menyolatkan jenazah
dengan berjama’ah
Setelah menyelesaikan praktikum ini
1) Apabila jenazah laki-
mahasiswa harus mampu memahami
dan melakukan tata cara shalat laki imam berdiri
jenazah. setentang dengan
kepala
Kompetensi Khusus 2) Jika mayat perempuan
Setelah mengikuti praktikum ini imam berdiri setentang
mahasiswa diharapkan mampu: dengan perut/pusat
1. Menyebutkan definisi shalat 5. Dipimpin atau diimami oleh
jenazah dengan tepat. keluarga terdekat
2. Menyebutkan rukun shalat 6. Pelaksanaan sholat jenazah
jenazah dengan tepat. 1) Dishalat dengan
3. Mendemonstrasikan tata cara berjamaah dan Shaf
shalat jenazah.
disusun ganjil menjadi
satu, tiga, lima, dst
B. Strategi Pembelajaran
1. Belajar dan Latihan Mandiri 2) Dilakukan dengan
2. Belajar dengan melihat video. berdiri (jika kuasa)
3) Terdiri dari 4 kali
C. Prasyarat takbir, dengan bacaan
sir
Sebelum berlatih mahasiswa harus 4) Tidak disyari`atkan ada
menguasai ilmu dasar tentang konsep adzan/iqamat
dan teori tentang tata cara shalat sebelumnya
jenazah 5) Dapat sekaligus
dishalati beberapa
D. Teori jenazah
1. Menyolatkan jenazah dengan 6) Jenazah dapat
empat takbir termasuk takbir dishalatkan di:
ratul ikhram, tanpa rukuk dan masjid/surau/rumah dan
sujud dan diakhiri dengan di kuburan
salam. 7) Mati syahid (terbunuh
2. syarat menyalatkan jenazah melawan kaum kuffar)
sama dengan syarat sholat tidak dishalatkan
lainnya, seperti menutup 8) Rasulullah tdk
aurat, suci dari hadast kecil mensyalatkan:
dan besar (berwhuduk
80
o orang yang
bunuh diri,
o orang yang ada
hutang,
o orang kafir.
9) Orang yang ada hutang
diserahkan shahabat
10) Hindari menshalatkan
dan mengubur jenazah
pada waktu matahari:
a. terbit,
b. berada di titik
kulminasi dan
c. terbenam
11) Bacaan/do`a dalam
shalat semestinya
sesuai dengan
riwayat/contoh
Rasulullah (tdk
b. Setelah membaca
mengganti dhamir &
shalawat kepada
tidak
nabi Muhammad
menambah/mengurangi
Saw
) Takbir pertama
(takbiratulikhram), lalu
12) Tata cara shalat jenazah ‫علَى ُم َح َّمد‬ َ ‫ص ِل‬ َ ‫اَلَّ ُه َّم‬
a. Takbir pertama ‫علَى ا َ ِل ُم َح َّمد َك َما‬ َ ‫َو‬
membaca surat َ
‫صليْتَ على اِب َْرا ِه ْي َم‬ َّ َ
Al-Fatihah ْ‫َوا َ ِل اِب َْرا ِه ْي َم َوبَ ِارك‬
‫علَى ُم َح َّمد َوا َ ِل ُم َح َّمد‬ َ
‫على‬ َ َ َ‫ار ْكت‬
َ َ‫َك َماب‬
َ
‫اِب َْرا ِه ْي َم َوا ِل اِب َْرا ِه ْي َم‬
‫اِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِجيْد‬

c. Takbir kedua,
membaca doa
atas mayat
Allaahummaghfi
rlahuu
warhamhu wa
`aafihii wa`fu
`anhu, wa akrim
nuzulahuu wa
wassi`
madkhalahuu
waghsilhu bimaa
in wats tsalji, wa
81
naqqihii minal f. Takbir ketiga,
khataayaa membaca doa dan
kamaa salam
yunaqqats Aallahummaghfi
tsaubul abyadzu r lihayyinaa wa
minaddanas. Wa Mayyitinaa wa
abdilhu daaran syaahidinaa
khairan min waghaa ibinaa
daarihii, wa wa sha Ghirinaa
ahlan khairan wakabirinaa wa
min ahlihi, wa dzakarinaa wa
zaujan khairan untsaanaa
min zaujihi Allahumma man
waqihii fitnatal ahyaitahuu
qabri wa minnaa fa
adzaabah akhyiihi `alal
islam, wa
d. Untuk jenazah mantawaitahuu
anak-anak, minnaa
membaca doa fatawaffahuu
Allahummaj`alh `alal iimaan
u lanaa salafan,
wa farathan wa Assalamu
ajran alaikum
warahmatullahi
e. Takbir ketiga, wabarakatuh
membaca doa
Aallahummaghf E. Prosedur Kerja
ir lihayyinaa wa 1. Persiapan Tindakan, Alat dan
Mayyitinaa wa Bahan
syaahidinaa a. Menentukan tempat shalat
jenazah
waghaa ibinaa
b. Menggunakan baju yang
wa sha Ghirinaa
layak, bagi perempuan
wakabirinaa wa memakai mukena
dzakarinaa wa c. Menghadap ke arah kiblat
untsaanaa seaya menundukkan
Allahumma pandangan kearah tempat
man ahyaitahuu sujud.
minnaa fa
akhyiihi `alal 2. Tahap Kerja Bacaan Shalat
islam, wa Jenazah
mantawaitahuu a. Shalat dilakukan secara
minnaa berjamaah
fatawaffahuu b. Apabila jenazah laki-laki
`alal iimaan imam berdiri setentang
dengan kepala
82
c. Jika mayat perempuan
imam berdiri setentang
dengan perut/pusat
d. Shaf dibuat ganjil
e. Terdiri dari 4 kali takbir,
dengan bacaan sir
f. salam

F. Daftar Penilaian Prosedur Kerja


(Isi sesuai dengan prosedur kerja)

Tabel 13.1
Daftar Penilaian Prosedur Persiapan
Shalat Jenazah
Perlu
No Kegiatan Ya Tidak Catatan
Latihan
1. Rukun shalat jenazah :
1. Niat
2. Berdiri bagi yang kuasa 4. Shalawat atas nabi
3. Empat kali takbir
4. Salam
‫اله ُه هم ص ِل على ُمح هم ٍد وعلى ا ِل‬
2. Dishalat dengan berjamaah ‫ُمح هم ٍد كما صلهيْت على اِبْرا ِهيْم وا ِل‬
3. Dilakukan dengan berdiri (jika kuasa) ‫ار ْك على ُمح هم ٍد وا ِل‬ ِ ‫اِبْرا ِهيْم وب‬
4. Terdiri dari 4 kali takbir, dengan bacaan
sir ‫ُمح هم ٍد كمابار ْكت على اِبْرا ِهيْم وا ِل‬
5. Apabila jenazah laki-laki imam berdiri ‫اِبْرا ِهيْم اِنهك ح ِم ْيدٌم ِجيْد‬
setentang dengan kepala
5. Takbir ke dua dan bersedekap
6. Jika mayat perempuan imam berdiri
6. Membaca doa :
setentang dengan perut/pusat
7. Tidak disyari`atkan ada adzan/iqamat Allaahummaghfirlahuu warhamhu
sebelumnya wa `aafihii wa`fu `anhu, wa akrim
8. Jenazah dapat dishalatkan di: nuzulahuu wa wassi` madkhalahuu
masjid/surau/rumah dan di kuburan waghsilhu bimaa in wats tsalji, wa
naqqihii minal khataayaa kamaa
Tabel 13.1 yunaqqats tsaubul abyadzu
Daftar Penilaian Prosedur Tata minaddanas. Wa abdilhu daaran
Cara Shalat Jenazah khairan min daarihii, wa ahlan
khairan min ahlihi, wa zaujan
khairan Perlu
No Kegiatan Ya Tidak min zaujihi waqihii
Catatan fitnatal
Latihan
qabri wa adzaabah
1. Niat dalam hati
2. Takbir pertama dan bersedekap
Untuk jenazah anak-anak, membaca
3. Membaca surat Al-Fatihah
doa
Allahummaj`alhu lanaa salafan, wa
farathan wa ajran
7. Takbir ketiga dan bersedekap
8. Membaca doa
Aallahummaghfir lihayyinaa wa
83
Mayyitinaa wa syaahidinaa waghaa PRAKTIKUM TATA CARA
ibinaa wa sha Ghirinaa wakabirinaa MEMAKAMKAN, TAKZIAH
wa dzakarinaa wa untsaanaa DAN ZIARAH KUBUR
Allahumma man ahyaitahuu minnaa
fa akhyiihi `alal islam, wa A. Kompetensi
mantawaitahuu minnaa
fatawaffahuu `alal iimaan Setelah menyelesaikan praktikum ini
9. Takbir keempat dan bersedekap mahasiswa harus mampu memahami
10. Membaca doa dan melakukan tata cara
Aallahummaghfir lihayyinaa wa memakamkan, takziah dan ziarah
Mayyitinaa wa syaahidinaa waghaa kubur.
ibinaa wa sha Ghirinaa wakabirinaa
wa dzakarinaa wa untsaanaa Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini
Allahumma man ahyaitahuu minnaa
mahasiswa diharapkan mampu:
fa akhyiihi `alal islam, wa
1. Menyebutkan definisi
mantawaitahuu minnaa memakamkan, takziah dan
fatawaffahuu `alal iimaan ziarah kubur dengan tepat.
11. Salam 2. Menyebutkan urutan tata cara
Assalamu alaikum warahmatullahi memakamkan, takziah dan
wabarakatuh ziarah kubur dengan tepat.
3. Mendemonstrasikan tata cara
memakamkan, takziah dan
ziarah kubur.
G. Evaluasi
Mahasiswa dinyatakan kompeten jika B. Strategi Pembelajaran
mampu melakukan seluruh prosedur 1. Belajar dan Latihan Mandiri
kerja dalam panduan praktikum 2. Belajar dengan melihat video.

H. Daftar Referensi C. Prasyarat


1. Al-qur`an al-Kariem
2. PP. Muhammadiyah: Himpunan Sebelum berlatih mahasiswa harus
Putusan Tarjih Muhammadiyah menguasai ilmu dasar tentang konsep
3. Ash-shalah: ibnu thayyari dan teori tata cara memakamkan,
4. Sunnah rasulullah dlm takziah dan ziarah kubur.
penyelenggaraan jenazah: t.a.
Latief rousydy
D. Teori
5. Hpt: pp. Muhammadiyah
a. Memakamkan Jennazah
6. Minhajul muslim: al-jazairi
7. Fiqh sunnah: sayyid sabiq a) Menyiapkan kuburan
8. Dll dan disunatkan
mendalamkan kuburan
serta diberi lahad
b) Diusung ke kubur
dengan posisi searah
kaki
MODUL XIV
c) Pengantar jenazah dapat
berjalan disemua posisi,
kecuali yang
84
berkendaraan
(dibelakang jenazah)
d) Tidak duduk sebelum
jenazah diletakkan
e) Wanita makruh ikut
mengantar jenazah ke
kubur
f) Disunnahkan melepas
alas kaki dan berdo`a
ketika masuk
pekarangan kubur
g) Memasukkan jenazah ke
kubur searah kaki
(kepala dahulu),
h) Turun ke liang lahat yg
malamnya tdk
bercampur dg istri
i) (Membuka tali), &
menghadapkan ke kiblat
j) Berdo`a ketika
menyambut/meletakkan
jenazah di kubur:
"Bismillaahi wa `alaa
millati rasuulillaah",
k) (Tempelkan pipi ke
tanah) hadapkan kiblat,
miring kanan
l) Setelah ditutup papan,
mencurahkan tanah tiga
kali diatasnya,
m) Membentangkan kain
pelindung ketika
memasukkan mayat
wanita ke kubur,
n) Ganjal mayat dg kepalan
tanah
o) Menyiram air dan
meletakkan tanda (batu
kerikil/nisan) di atasnya
dan
p) Mendo`akan mayat
setelah dikubur.

85
sebelum jenazah
dimakamkan, agar dapat
membantu mengurus
jenazah, paling tidak
mensalatkan,
mengantarkan jenazah
ke makam.

Nabi Muhammad
S.A.W, bersabda:
Artinya: “Dari Abu
Hurairah r.a, Rasulullah
SAW bersabda,
‘Barangsiapa yang
(takziah) hingga
disalatkan, maka dia
mendapat pahala satu
qirat, dan barang siapa
yang menghadirinya
sampai dikuburkan,
maka baginya mendapat
pahala dua qirat.’ Ketika
Rasulullah SAW ditanya
sahabat apakah dua qirat
b. Tata cara Takziah
itu? Beliau manjawab,
a. Pengertian takziah
‘Laksana dua bukit
Takziah Secara bahasa,
besar.’” (HR. Bukhari
takziah berarti
dan Muslim)
memuliakan. Secara
istilah takziah adalah
c. Adab Takziah
berkunjung kepada
1. Takziah hendaknya
keluarga yang
didasari dengan
meninggal dunia yang
niat ikhlas karena
bertujuan untuk
Allah SWT.
menghibur,
2. Berpakaian yang
menyabaarkan, dan
sopan dan menutup
mendoakan agar jenazah
aurat
mendapat ampunan.
3. Bersikap dan
bertingkah laku
b. Hukum Takziah
yang baik
Hukumnya sunah,
4. Berdoa agar
bahkan menjadi wajib,
jenazah diampuni
apabila jenazah muslim
dosanya dan
tidak ada yang
dirahmati oleh
mengurusnya. Takziah
Allah SWT. Cara
sebaiknya dilakukan
mendoakan jenazah
86
yang paling baik hubungan
ialah dengan jalan silaturrahmi yang
menyalatkannya lebih erat antara
5. Hendaknya keluarga yang
memberi nasehat mengalami
kepada keluarga musibah kematian
jenazah agar dengan orang yang
bersabar, bertakziah.
bertawakkal dan 2. Dengan takziah
menjaga iman. diharapkan
6. Hendaknya ikut keluarga yang
menyalati jenazah mengalami
dan ikut musibah kematian
mengantarkan ke dapat terhibur
pemakaman sampai dengan tujuan
selesai. dapat mengurangi
7. Memberikan beban kesedihan
bantuan seperlunya dari keluarga yang
8. Mengingatkan ditinggalkan.
keluarga jenazah 3. Dengan takziah,
tentang hutang orang muslim yang
jenazah bertakziah dapat
mendoakan kepada
d. Waktu untuk Ta’ziah jenazah agar dosa-
Takziah tidak memiliki dosanya semasa
hari dan waktu yang hidup diampuni
khusus, namun oleh Allah swt
disyari’atkan dari sejak serta amal
kematian seseorang, kebaikannya dapat
baik sebelum shalat atau diterima oleh
sesudahnya, sebelum Allah.
dikuburkan atau 4. Orang yang
setelahnya, dan bertakziah dengan
mensegerakannya lebih ikhlas insyallah
baik, pada saat musibah akan mendapat
tersebut terasa berat. pahala dari Allah
Dan dibolehkan juga swt.
setelah tiga hari dari
kematian si mayit c. Tata Cara Ziarah Kubur
karena tidak ada dalil a. Hendaknya mengingat
yang membatasinya tujuan utama berziarah
dengan waktu tertentu. Imam Ash Shan’ani
rahimahullah berkata :
e. Hikmah Takziah “Semua hadits di atas
1. Takziah dapat menunjukkan akan
disyari’atkannya ziarah
menciptakan
87
kubur dan menjelaskan “Salam keselamatan atas
hikmah dari ziarah kubur, penghuni rumah-rumah
yakni untuk mengambil (kuburan) dan kaum
pelajaran seperti di dalam mu’minin dan muslimin,
hadits Ibnu Mas’ud (yang mudah-mudahan Allah
artinya) : “Karena di merahmati orang-orang
dalam ziarah terdapat yang terdahulu dari kita
pelajaran dan peringatan dan orang-orang yang
terhadap akhirat dan belakangan, dan kami
membuat zuhud terhadap Insya Allah akan menyusul
dunia”. Jika tujuan ini kalian, kami memohon
tidak tercapai, kepada Allah keselamatan
maka ziarah tersebut bagi kami dan bagi
bukanlah ziarah yang kalian”
diinginkan secara syari’at” d. Tidak memakai sandal
ketika memasuki
b. Tidak boleh melakukan pekuburan
safar untuk berziarah Dari shahabat Basyir bin
Hal ini berdasarkan sabda Khashashiyah
Nabi shallallahu ‘alaihi radhiyallahu ‘anhu :
wa sallam, “Ketika Rasulullah
‫الرحَا ُل إِ َّل إِلَى ثََلَثَ ِة‬
ِّ ِ ‫ش ُّد‬َ ُ ‫لَ ت‬ shallallahu ‘alaihi wa
‫س ِج ِد‬
ْ ‫ َو َم‬،‫س ِج ِد الح ََر ِام‬ ْ ‫ ال َم‬:‫اج َد‬ ِ ‫س‬ َ ‫َم‬ sallam sedang berjalan,
َّ
،‫سل َم‬ َ
َ ‫عل ْي ِه َو‬ َ ُ‫صلى هللا‬ َّ َ ‫سو ِل‬ ُ ‫الر‬َّ tiba-tiba beliau melihat
‫س ِج ِد األَ ْقصَى‬ ْ ‫َو َم‬ seseorang sedang berjalan
“Janganlah melakukan diantara kuburan dengan
perjalanan jauh (dalam memakai sandal. Lalu
rangka ibadah, ed) kecuali Rasulullah bersabda,
ke tiga masjid : Masjidil ‫ق‬ِ ‫ ويْحك أ ْل‬،‫س ْبتِيهتي ِْن‬
ِّ ِ ‫احب ال‬
ِ ‫يا ص‬
Haram, Masjid Rasul ‫الر ُج ُل فل هما عرف‬‫ِس ْبتِيهتيْك» فنظر ه‬
shallallahu ‘alaihi wa ‫َّللاِ صلهى هللاُ عل ْي ِه وسلهم‬ ‫سول ه‬ُ ‫ر‬
sallam (Masjid Nabawi), ‫خلع ُهما فرمى ِب ِهما‬
dan Masjidil Aqsha” “Wahai pemakai sandal,
celakalah engkau!
c. Mengucapkan salam Lepaskan sandalmu!”
ketika masuk kompleks Lalu orang tersebut
pekuburan melihat (orang yang
“Dari Buraidah meneriakinya). Tatkala ia
radhiyallahu ‘anhu, mengenali (kalau orang itu
dahulu Rasulullah adalah) Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengajarkan sallam, ia melepas kedua
mereka (para shahabat) sandalnya dan
jika mereka keluar menuju melemparnya”
pekuburan agar e. Tidak duduk di atas
mengucapkan : kuburan dan
‫ار ِمن‬ ِ ‫السهل ُم عل ْي ُك ْم أ ْهل ال ِدِّي‬ menginjaknya
ُ‫ْال ُمؤْ ِمنِيْن و ْال ُم ْس ِل ِميْن و ِإنها ِإ ْن شاء هللا‬ Dari Abu Hurairah
‫لل ِحقُ ْون نسْأ ُل هللا لنا ول ُك ُم ْالعا ِفية‬ radhiyallahu ‘anhu, beliau
berkata : Rasulullah
88
shallallahu ‘alaihi wa h. Tidak mengucapkan al
sallam bersabda, hujr
Telah lewat keterangan
ٍ‫َل ْن يجْ ِلس أحدُ ُك ْم على ج ْمرة‬ dari Imam An Nawawi
،ِ‫ فت ْخلُص إِلى ِج ْل ِده‬،ُ‫فتُحْ ِرق ثِيابه‬ rahimahullah bahwa al
‫خي ٌْر لهُ ِم ْن أ ْن يجْ ِلس على قب ٍْر‬ hujr adalah ucapan yang
bathil. Syaikh Al Albani
“Sungguh jika salah rahimahullah mengatakan
seorang dari kalian duduk : “Tidaklah samar lagi
di atas bara api sehingga bahwa apa yang orang-
membakar bajunya dan orang awam lakukan
menembus kulitnya, itu ketika berziarah semisal
lebih baik daripada duduk berdo’a pada mayit,
di atas kubur” beristighotsah kepadanya,
dan meminta sesuatu
f. Mendo’akan mayit jika dia kepada Allah dengan
seorang muslim perantaranya, adalah
Adapun jika mayit adalah termasuk al hujr yang
orang kafir, maka tidak paling berat dan ucapan
boleh mendo’akannya. bathil yang paling besar.
Maka wajib bagi para
g. Boleh mengangkat tangan ulama untuk menjelaskan
ketika mendo’akan mayit kepada mereka tentang
tetapi tidak boleh hukum Allah dalam hal
menghadap kuburnya itu. Dan memahamkan
ketika mendo’akannya mereka tentang ziarah
(yang dituntunkan adalah yang disyari’atkan dan
menghadap kiblat) tujuan syar’i dari ziarah
Hal ini berdasarkan hadits tersebut”
‘Aisyah radhiyallahu
‘anha ketika beliau i. Diperbolehkan menangis
mengutus Barirah untuk tetapi tidak boleh meratapi
membuntuti Nabi yang mayit
pergi ke Baqi’ Al Menangis yang wajar
Gharqad. Lalu Nabi diperbolehkan
shallallahu ‘alaihi wa sebagaimana Nabi
sallam berhenti di dekat shallallahu ‘alaihi wa
Baqi’, lalu mengangkat sallam menangis ketika
tangan beliau untuk menziarahi kubur ibu
mendo’akan mereka. Dan beliau sehingga membuat
ketika berdo’a, hendaknya orang-orang disekitar
tidak menghadap kubur beliau ikut menangis.
karena Nabi shallallahu Tetapi jika sampai tingkat
‘alaihi wa sallam meratapi mayit, menangis
melarang shalat dengan histeris, menampar
menghadap kuburan. pipi, merobek kerah, maka
Sedangkan do’a adalah hal ini diharamkan.
intisari sholat.

89
E. Prosedur Kerja 2. Berpakaian yang sopan dan men
1. Persiapan Tindakan, Alat dan 3. Bersikap dan bertingkah laku ya
Bahan 4. Berdoa agar jenazah diampuni d
a. Menentukan tempat SWT. Cara mendoakan jenazah
praktik Memakamkan,
menyalatkannya
ta’ziah dan ziarah
5. Hendaknya memberi nasehat kep
b. Menggunakan
perlengkapan bertawakkal dan menjaga iman.
penyelenggaran jenazah : 6. Hendaknya ikut menyalati jenaz
Boneka yang sdh dikafani, pemakaman sampai selesai.
Keranda jenazah, 7. Memberikan bantuan seperlunya
TikarKain, Kepalan tanah 8. Mengingatkan keluarga jenazah
2. Tahap Kerja Tata Cara Ziarah Kubur
Tata Cara Memakamkan
Jenazah
NO KEG
1. Hendaknya mengingat tujuan utam
NO KEGIATAN2. Tidak boleh melakukan safar untuk
1. 3.
Menyiapkan kuburan dan disunatkan mendalamkan Mengucapkan kuburan serta salam ketika masuk
diberi lahad ‫ة‬ ‫ي‬‫ف‬
ِ ‫ا‬ ‫ع‬‫ل‬ْ ‫ا‬ ‫م‬
ُ ُ
‫ك‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫ل‬ ‫هللا‬ ‫ِإ ْن شاء هللاُ لل ِحقُ ْون نسْأ ُل‬
2. 4.
Diusung ke kubur dengan posisi searah kaki Tidak memakai sandal ketika mem
3. 5. posisi,
Pengantar jenazah dapat berjalan disemua Tidak kecuali duduk yang di atas kuburan dan m
berkendaraan (dibelakang jenazah) 6. Mendo’akan mayit jika dia seorang
4. Tidak duduk sebelum jenazah diletakkan7. Boleh mengangkat tangan ketika m
menghadap kuburnya ketika mendo
5. Wanita makruh ikut mengantar jenazah ke kubur menghadap kiblat)
6. Disunnahkan melepas alas kaki dan berdo`a
8. ketika
Tidak masuk mengucapkan al hujr
pekarangan kubur 9. Diperbolehkan menangis tetapi tida
7. Memasukkan jenazah ke kubur searah kaki (kepala dahulu),
8. Turun ke liang lahat yg malamnya tdk bercampur
F. Daftar dg istri
Penilaian Prosedur Kerja
9. (Membuka tali), & menghadapkan(Isi ke kiblat
sesuai dengan prosedur kerja)
10. Berdo`a ketika menyambut/meletakkan jenazah di kubur:
"Bismillaahi wa `alaa millati rasuulillaah", Tabel 14.1
11. (Tempelkan pipi ke tanah) hadapkanDaftar
kiblat,Penilaian Prosedur Tata
miring kanan
12. Cara Memakamkan
Setelah ditutup papan, mencurahkan tanah tiga kali diatasnya,Jenazah
13. Membentangkan kain pelindung ketika memasukkan mayat wanita
ke kubur, No Kegiatan Y
14. Ganjal mayat dg kepalan tanah 1. Menyiapkan kuburan dan
15. Menyiram air dan meletakkan tanda (batu kerikil/nisan)
disunatkan di atasnyakuburan
mendalamkan
dan serta diberi lahad
16. Mendo`akan mayat setelah dikubur 2. Diusung ke kubur dengan posisi
searah kaki
Tata Cara Takziah 3. Pengantar jenazah dapat berjalan
disemua posisi, kecuali yang
NO KEGIATAN berkendaraan (dibelakang jenazah)
4. Tidak duduk sebelum jenazah
1. Takziah hendaknya didasari dengan niatdiletakkan
ikhlas karena Allah SWT.
90
5. Wanita makruh ikut mengantar menyalatkannya
jenazah ke kubur 5. Hendaknya memberi nasehat
6. Disunnahkan melepas alas kaki kepada keluarga jenazah agar
dan berdo`a ketika masuk bersabar, bertawakkal dan menjaga
pekarangan kubur iman.
7. Memasukkan jenazah ke kubur 6. Hendaknya ikut menyalati jenazah
searah kaki (kepala dahulu), dan ikut mengantarkan ke
8. Turun ke liang lahat yg malamnya pemakaman sampai selesai.
tdk bercampur dg istri 7. Memberikan bantuan seperlunya
9. (Membuka tali), & menghadapkan 8. Mengingatkan keluarga jenazah
ke kiblat tentang hutang jenazah
10. Berdo`a ketika
menyambut/meletakkan jenazah di Tabel 14.3
kubur: "Bismillaahi wa `alaa Daftar Penilaian Prosedur Tata
millati rasuulillaah", Cara Ziarah Kubur
11. (Tempelkan pipi ke tanah)
hadapkan kiblat, miring kanan No Kegiatan Y
12. Setelah ditutup papan, 1. Hendaknya mengingat tujuan utama
mencurahkan tanah tiga kali berziarah
diatasnya, 2. Tidak boleh melakukan safar untuk
13. Membentangkan kain pelindung berziarah
ketika memasukkan mayat wanita 3. Mengucapkan salam ketika masuk
ke kubur, kompleks pekuburan
14. Ganjal mayat dg kepalan tanah ‫ار ِمن ْال ُمؤْ ِمنِيْن و ْال ُم ْس ِل ِميْن‬
ِ ‫السهل ُم عل ْي ُك ْم أ ْهل ال ِدِّي‬
15. Menyiram air dan meletakkan ‫و ِإنها ِإ ْن شاء هللاُ لل ِحقُ ْون نسْأ ُل هللا لنا ول ُك ُم ْالعا ِفية‬
tanda (batu kerikil/nisan) di 4. Tidak memakai sandal ketika
atasnya dan memasuki pekuburan
16. Mendo`akan mayat setelah dikubur 5. Tidak duduk di atas kuburan dan
menginjaknya
6. Mendo’akan mayit jika dia seorang
Tabel 14.2
muslim
Daftar Penilaian Prosedur Tata
Cara Takziah 7. Boleh mengangkat tangan ketika
mendo’akan mayit tetapi tidak boleh
menghadap Perlukuburnya ketika
No Kegiatan Ya mendo’akannya
Tidak
Latihan (yang dituntunkan
Catatan
adalah menghadap kiblat)
1. Takziah hendaknya didasari
8. Tidak mengucapkan al hujr
dengan niat ikhlas karena Allah
9. Diperbolehkan menangis tetapi tidak
SWT. boleh meratapi mayit
2. Berpakaian yang sopan dan
menutup aurat G. Evaluasi
3. Bersikap dan bertingkah laku yang Mahasiswa dinyatakan kompeten jika
baik mampu melakukan seluruh prosedur
4. Berdoa agar jenazah diampuni kerja dalam panduan praktikum
dosanya dan dirahmati oleh Allah
SWT. Cara mendoakan jenazah H. Daftar Referensi
yang paling baik ialah dengan jalan 1. Al-qur`an al-Kariem
91
2. PP. Muhammadiyah: Himpunan
Putusan Tarjih Muhammadiyah
3. Ash-shalah: ibnu thayyari
4. Sunnah rasulullah dlm
penyelenggaraan jenazah: t.a.
Latief rousydy
5. Hpt: pp. Muhammadiyah
6. Minhajul muslim: al-jazairi
7. Fiqh sunnah: sayyid sabiq
8. Dll

92

Anda mungkin juga menyukai