Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Teori Peluang merupakan suatu materi pada matematika yang sangat besar
perannya bagi kehidupan manusia. Contohnya saja pada asal mula terciptannya
teori peluang disebabkan karena ketidakpuasan manusia terhadap hasil perjudian
yang pada akhirnya para penjudi meminta para ilmuwan atau ahli matematika
untuk membuat siasat atau strategi agar memperbesar peluang kemenangan
mereka, hingga akhirnya terciptalah teori peluang. Akibat pengembangan awal
teori peluang ini juga berkembang kebidang yang lain misalnya pada peramalan
cuaca, politik dan bisnis serta penelitian ilmiah.
Meskipun teori peluang sangat besar perannya bagi kehidupan manusia
namun masih banyak orang yang belum begitu paham apa itu teori peluang dan
apa-apa saja bagian yang ada pada teori peluang yang nantinya bias dimanfaatkan
dikehidupan kita.
Oleh karena itu pada makalah ini kami akan membahas materi tentang
peluang suatu kejadian beserta beberapa bagian yang ada pada teori peluang, yaitu
gabungan dua kejadian, isiran dua kejadian, dan komplemen suatu kejadian.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah:
1. Apa itu ruang sampel dan kejadian?
2. Apa itu gabungan dan irisan dua kejadian?
3. Apa itu komplemen suatu kejadian?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
1. Apa itu ruang sampel dan kejadian?
2. Apa itu gabungan dan irisan dua kejadian?
3. Apa itu komplemen suatu kejadian?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ruang Sampel dan Kejadian
2.1.1 Pengertian Ruang Sampel dan Kejadian

1
Menurut Ronald E. Walpole (1989, 2) himpunan semua hasil yang
mungkin dari suatu percobaan statistika disebut ruang terok dan dinyatakan
dengan lambing T. Dan menurut Ronald E. Walpole (1989, 2) suatu kejadian
adalah himpunan bagian dari ruang terok/ruang sampel.
Berdasarkan definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa ruang sampel
adalah himpunan dari semua hasil yang mungkin terjadi pada suatu
kejadian/percobaan.
Ruang sampel dinotasikan dengan S. Jika sekeping uang logam dilempar
ke atas sambil diputar, akan muncul muka angka (A) atau muka gambar (G). Pada
pelemparan tersebut, A dan G dinamakan titik sampel, sedangkan {A, G}
dinamakan ruang sampel. Jika sebuah dadu ditos, titik sampelnya adalah mata
dadu 1, 2, 3, 4, 5, dan 6, sedangkan ruang sampelnya adalah {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Pengentosan atau pelemparan (satu kali atau beberapa kali) uang logam atau dadu
disebut sebagai kejadian/percobaan.

2.1.2. Menentukan Banyaknya Anggota Ruang Sampel dan Suatu Kejadian


Misalkan ada himpunan A, maka banyaknya anggota himpunan A ditulis
dengan simbol : n(A), sehingga banyaknya anggota ruang sampel (S) disimbolkan
dengan n(S).
Khusus kejadian pelemparan koin (uang logam) dan dadu, banyaknya
anggota ruang sampel bisa dihitung dengan rumus berikut :

1. Ruang sampel pelemparan k koin : n(S) =

2. Ruang sampel pelemparan d dadu : n(S) =

3. Ruang sampel pelemparan k koin dan d dadu : n(S)= ×

Contoh 1.1:
Pada percobaan melempar dua buah mata uang logam (koin) yang berisi angka
(A) dan gambar (G) sebanyak satu kali. Tentukan ruang sampel percobaan
tersebut.

Jawab:
a. Dengan Diagram Pohon

2
Kejadian yang mungkin:
AA : Muncul sisi angka pada kedua koin
AG : Muncul sisi angka pada koin 1 dan sisi gambar pada koin 2
GG : Muncul sisi gambar pada kedua koin
b. Dengan Tabel

Ruang sampel = {(A,A), (A,G), (G,A), (G,G)}.


Contoh 1.2:
pelemparan 3 buah koin,
perhatikan diagram berikut ini.

Dari diagram, ruang sampelnya : S = {AAA, AAG, AGA, AGG, AGG, GAA,
GAG, GGA, GGG}.

Banyak anggota ruang sampelnya : n(S) = 8.

3
dengan rumus, ada 3 koin sehingga n(S) = =8

Contoh 1.3:
pelemparan 2 koin dan 1 dadu.
Perhatikan tabel hasil pelemparan berikut ini,

Banyak anggota ruang sampelnya : n(S)=24.

dengan rumus, ada 2 koin dan 1 dadu sehingga n(S)= × = 4×6 =24

2.2. Gabungan dan Irisan Dua Kejadian


2.2.1. Gabungan Dua Kejadian
Menurut Ronald E. Walpole (1989, 9) Gabungan dua kejadian A dan B

dinyatakan dengan lambang yang artinya kejadian yang mengandung

semua unsur yang termasuk A atau B atau keduanya. Unsur-unsur dapat

didefinsikan menurut kaidah: =

Perhatikan diagram Venn berikut:


S
A B
2
5 6
1
4 3

Gambar 2.1
Diagram venn 1
Dari gambar A di atas, A= {1, 2, 4, 5} dan B = {1, 2, 3, 6} maka {1, 2, 3, 4,

5, 6}.

4
Contoh 2.1:
1. Misalkan P kejadian bahwa seorang karyawan yang dipilih secara acak pada
suatu perusahaan pengeboran minyak adalah perokok. Misalkan Q kejadian

bahwa karyawan yang terpilih peminum alkohol. Maka kejadian

merupakan himpunan semua karyawan yang perokok atau peminum atau


kedua-duanya.
2. Bila dan , maka

Jika A dan B dua kejadian sembarang, maka

Contoh 2.2:
Sebuah kantong berisi 30 bola pimpong bernomor dari 1 sampai 30. Sebuah bola
diambil dari dalam kantong secara acak (random). Tentukanlah nomor bola yang
diambil itu merupakan kelipatan 5 atau 6.
Penyelesaian:

P(A) = Peluang nomor kelipatan 5 adalah:

P(B) = Peluang nomor kelipatan 6 adalah :

P(AB) = P(A B) = Peluang nomor kelipatan 6 dan 5 adalah:

Maka:

Jadi .

5
2.2.2. Irisan Dua Kejadian
Menurut Ronald E. Walpole (1989, 8) Irisan dua kejadian A dan B

dinyatakan dengan lambang ialah kejadian yang unsurnya termasuk dalam

A dan B.

Kejadian A dan B saling meniadakan atau terpisah bila yakni

bila A dan B tidak memiliki unsur persekutuan.


Hubungan antara kejadian dan ruang sampel padanannya dapat
digambarkan dengan diagram Venn. Dalam suatu diagram venn misalkan ruang
sampel digambarkan sebagai empat persegi panjang dan kejadian dinyatakan
sebagai lingkaran di dalamnya, seperti pada gambar berikut:
S
A 2 B
7 6
1
4 3

5
C

Gambar 2.2
Diagram venn 2

Berdasarkan gambar diatas, kejadian dinyatakan berdasarkan berbagai daerah


diantarannya:

a. daerah 1 dan 2

b. daerah 1 dan 3

c. daerah 1, 2, 3, 4, 5 dan 7

d. daerah 4 dan 7

e. daerah 1

f. daerah 4, 1 dan 3

Contoh 2.3:
Misalkan R kejadian bahwa seseorang yang dipilih secara acak selagi makan di
suatu warung dekat kampus adalah seorang mahasiswa dan S menyatakan

6
kejadian bahwa seseorang yang terpilih tinggal di asrama. Kejadian

menyatakan himpunan semua mahasiswa yang makan di warung tersebut dan


tinggal di asrama.

Jika A dan B dua kejadian saling bebas, maka P(A dan B) =

atau

Contoh 2.4:
Pada pelantunan sebuah dadu sebanyak dua kali, tentukan kemungkinan
munculnya Gambar dua kali?
Jawab:
Pada lantunan pertama kemungkinan muncul gambar , atau P(G) = 1/2 , dan Pada
lantunan kedua kemungkinan muncul gambar , atau P(G) = 1/2 , sehingga
P(muncul Gambar dua kali) = 1/2 . 1/2 = 1/4 .
2.3. Komplemen Suatu Kejadian
2.3.1. Pengertian Komplemen Suatu Kejadian
Menurut Ronald E. Walpole (1992, 77) komplemen suatu kejadian A
relatif terhadap S adalah semua anggota S yang bukan anggota A. kita

lambangkan A ini dengan

Menurut Raymond H. Myers (1989, 7) komplemen suatu kejadian A


terhadap T ialah himpunan semua unsur T yang tidak masuk A. komplemen A

dinyatakan dengan lambang .

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa


komplemen suatu kejadian A terhadap S adalah semua anggota S selain anggota A

yang kita lambangkan dengan .

Anggota dapat didefinisikan dalam kaidah =

Pada diagram venn dibawah ini akan digmabrakan bagaimana bentuk atau
ilustrasi dari komplemen suatu kejadian A.
S

A 7
Gambar 3.1
Komplemen kejadian A

Dari gambar di atas dapat kita ketahui bahwa S adalah semesta dan A (warna

putih) adalah kejadian A relatif terhadap S sehingga diwakili oleh daerah yang

berwarna biru.
Contoh 3.1:
Misalkan A adalah kejadian terambilnya kartu hitam dari seperangkat kartu bridge

dan S adalah ruang kejadian yang berupa seluruh kartu tesebut. Maka adalah

kejadian terambilnya kartu bukan hitam. Yang artinya juga terambil kartu merah.
Contoh 3.2:
Jika R adalah ruang contoh. Dimana R = {buku, rokok, uang logam, peta,

perang}. Jika A = {buku, peta} maka {rokok, uang logam, perang}.

Contoh 3.3:
Bila diketahui S ={1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, A = {2, 4, 7, 9}, B = {1, 3, 5, 7, 9},
C = {2, 3, 4, 5}, D = {1, 6, 7}. Daftarkan semua anggota berikut:

a. A , B

b.

c.

Penyelesaian:

a. A = {1,3,5,6,8}

B = {2, 4, 6, 8}

= {1, 6, 7, 8, 9}

= {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}

b. ={1,3,5, 6, 8, 7,9}

8
c. = {2, 3, 4, 5, 6, 8}
2.3.2. Sifat-Sifat Komplemen Suatu Kejadian
Adapun sifat-sifat pada komplemen suatu kejadian adalah berikut:

1.
Bukti:
Misalkan x ∈ , berarti x sekaligus berada dalam A dan tidak dalam A

maka hal ini tidak dapat dipenuhi oleh anggota manapun dari semestanya.

Sehingga .

2.
Bukti:
Akan dibuktikan jika dan maka

Misalkan: x ∈

Maka x ∈ atau x ∈

Karena S adalah semesta maka A ∈ S dan ∈ S, sehingga x ∈ S.

Jadi


Misalkan x ∈ S
Maka x ∈ A atau x ∈ , sehingga x ∈ .

Jadi

Karena dan maka

3. S’ =
Bukti:
S adalah himpunan semua elemen yang dibicarakan sedangkan hanya elemen-
elemen dalam semesta S-lah yang dibicarakan, maka dalam pembicaraan ini

S’ = .

4.
Bukti:

9
Himpunan terdiri atas semua elemen yang tidak berada dalam . Sehingga

syarat keanggotaannya dipenuhi oleh semua elemen dari semestanya. Jadi

5. (A ) = A
Bukti:
Akan dibuktikan jika (A ) ⊆ A dan A ⊆ (A ) maka (A ) = A

 (A ) ⊆ A

Misalkan: x∈ (A )

maka x , yaitu x bukan anggota yang di luar A.

sehingga x ∈ A, jadi (A ) ⊆ A.

 A ⊆ (A )
Misalkan: x∈ A
maka x , artinya tidak benar bahwa x tidak dalam A

sehingga x∈ (A ) , jadi A ⊆ (A )

Karena (A ) ⊆ A dan A ⊆ (A ) maka (A ) = A

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ruang sampel adalah himpunan dari semua hasil yang mungkin terjadi
pada suatu kejadian/percobaan. Dan suatu kejadian adalah himpunan bagian dari
ruang terok/ruang sampel.

Gabungan dua kejadian A dan B dinyatakan dengan lambang yang

artinya kejadian yang mengandung semua unsur yang termasuk A atau B atau

keduanya. Irisan dua kejadian A dan B dinyatakan dengan lambang ialah

kejadian yang unsurnya termasuk dalam A dan B.

10
komplemen suatu kejadian A terhadap S adalah semua anggota S selain

anggota A yang kita lambangkan dengan . Anggota dapat didefinisikan

dalam kaidah =

3.2. SARAN
Adapun yang menjadi saran dari pemakalah disini, Sebaiknya kita harus
memahami dan mengerti tentang peluang beseta bagian-bagian pada peluang
sehingga kita dapat dengan mudah menciptakan peluang yang baik dikehidupan
kita kelak, amin.
Dan juga dalam makalah ini penulis memiliki harapan agar pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun apabila terdapat kesalahan baik
dalam penulisan maupun penyampaian isi makalah.

DAFTAR PUSTAKA
Myers, Raymond. H dan Walpole, Ronald. E. 1989. Ilmu Peluang dan Statistik
Untuk Insinyur dan Ilmuwan. Bandung: ITB Bandung
Walpole, Ronald. E. 1992. Pengantar Statistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

11

Anda mungkin juga menyukai