BAB II Pielonefritis Indri
BAB II Pielonefritis Indri
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Pielonefritis adalah inflamasi pelvis dan parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Penyebabnya mungkin infeksi aktif di ginjal atau bekas dari infeksi sebelumnya. Dua jenis utama
pienolefritis adalah akut dan kronis. Mereka pada dasarnya berbeda dalam gambar klinis dan efek jangka
panjang mereka. (M.Black & Hawks, 2014, p. 292)
Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada piala (pielum) ginjal, tubulus, dan jaringan interstisil dari salah
satu atau kedua ginjal. Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterovesikal, dimana katup
ureterovesikal yang tidak kompeten menyebabkan urine mengalir balik (refluks) ke dalam ereter.
Obstruksi saluran perkemihan meningktkan kerentanan ginjal terhadap infeksi. Pielonefritis dapat
berlangsung secara akut atau kronis. (Suharyanto & Madjid, 2013, p. 118)
Dari definisi diatas pielonefritis adalah infeksi yang disebabkan adanya bakteri yang masuk pada ginjal
melalui ureter. Pielonefritis dibagi menjadi dua adalah pielonefritis akut dan kronis.
2. Etiologi
Pielonefritis adalah bakteri. Bakteri bisa mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal.
Meskipun ginjal menerima 20-25% curah jantung, bakteri jarang yang mencapai ginjal melalui darah
(hematogen). Kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%. (Suharyanto & Madjid, 2013, p. 118)
Kadang kala sebuah infeksi mungkin menjadi penyakit primer, seperti yang terjadi dengan berkurangnya
resistansi inang (misalnya kalkulus, keganasan, hidrinefrosis, atau trauma). Kebanyakan infeksi ginjal,
bagaimanapun juga, adalah perluasan dari proses infeksi yang berada dimana saja, khususnya kandung
kemih.
Bakteri menyebar ke ginjal terutama dengan ke atas dari ureter ke ginjal. Sirkulasi darah dan limfatik juga
bisa menjadi jalan bagi bakteri. Refluks ureter, yang memungkinkan urine yang terinfeksi kembali ke
ureter, dan obstruksi, yang menyebabkan urine kembali ke ureter dan memungkinkan bakteri
berkembangbiak, adalah penyebab umum infeksi saluran kemih yang naik dari ureter ke ginjal.
Escherichia coli adalah organism bakteri yang paling umum yang menyebabkan pielonefritis.
Deteksi dini dan pengobatan yang sesuai akan infeksi saluran kemih bagian bawah sangat mengurangi
kejadian pielonefritis.
Pielonefritis dapat dimanifestasikan sebagai demam tinggi sampai menggigil, nyeri daerah costovertebral
menjalar keperut, malaise. Selain tanda dan gejala tersebut, biasanya di dahului keluhan urgency dan
frekuensi, disuria, rasa nafas seperti terbakar waktu berkemih, urin tampak kering dan berbau
menyengat. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 59)
4. Patofisiologi
Secara khas infeksi menyeba melalui kandung kemih kedalam ureter, kemudian ke ginjal, seperti terjadi
pada refluk vesikoureter. Refluks vesikoureter dapat juga terjadi karena vesikoureter. Refluksvesikoureter
dapat terjadi karena kelemahan konginetal pada tempat pertemuan (junction) ureter dan kandung
kemih. Bakteri yang mengalir balik kejaringan internal bisa menimbulkan koloni infeksi dalam tempo 24
hingga 48 jam. Infeksi dapat pula terjadi karena instrumentasi (seperti tindakan kateterisasi, sistokopi,
atau bedah urologi), karena infeksi hematogen (seperti pada septicemia atau endokarditis), atau
mungkin juga karena infeksi limfatik. Pielonefritis ini juga terjadi karena ketidakmampuan mengosongkan
kandung kemih (misalnya pada pasien neurogenic bladder), statis urine, atau obstruksi urine akibat
tumor, striktur, atau hipertropia prostat benigna.
Bakteri tersebut naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra. Floramoral
fekal seperti Eschericia coli, streptococcus fecalis, pseudomonas aeruginosa, dan staphilococus aureus
adalah bakteri yang paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut. E. colli menyebabkan sekitar
85% infeksi. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 59
5. pathway
Refluk
vesikoureter
Instrumentasi
Hygiene kurang
Demam
Berlanjut
Inflamasi ginjal
Nyeri
Inflamasi
Ureumcreatinin meningkat
HT
Oedem
Urgency
Disuria
Integritas kulit
Pielonefritis Akut
Pielonefritis akut berhubungan dengan perkembangan abses ginjal, abses perinefrik, emfisematosus
pilonefritis, dan pielonefritis kronis, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal. Pielonefritis akut biasanya
singkat. Namun biasanya berulang, baik sebagai kambuhan dari infeksi sebelumnya yang tidak tuntas
atau sebagai infeksi baru; 20% dari kekambuhan terjadi dalam 2 minggu setelah penyelesaian terapi.
Klien harus diobati dengan memadai untuk mencegah perkembangan pielonefritis kronis. Infeksinya
mungkin juga berkembang menjadi bakteremia dan urosepsis.
Pielonefritis Kronis
Pienolefritis kronis mungkin terjadi setelah obstruksi kronis dengan gangguan kronis. Penyakit ini akan
berkembang perlahan dan biasanya berhubungan dengan serangan akut berulang, meskipun klien
mungkin memiliki riwayat pielonefritis akut. (M.Black & Hawks, 2014, p. 294)
Komplikasi
Penyakit ginjal stadium akhir (secara perlahan mulai hilangnya progesifitas nefron akibat inflamasi kronis
dan jaringan parut).
Terbentuknya batu ginjal (akibat infeksi kronis disertai organism pengurai urea yang mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal). (Suharyanto & Madjid, 2013, p. 124)
Identitas
Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insiden infeksi saluran kemih
Yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini di karenakan posisi anatomis dari uretra wanita serta
secara anatomis uretra wanita lebih pendek. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 63)
Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri punggung dibawah dan disuria. (Prabowo & Pranata, 2014,
hal. 63)
Pasien mengalami nyeri punggung dibawah dan disuria. (Suharyanto & Madjid, 2013)
Masuknya bakteri ke kandung kemih sehingga menyebabkan infeksi. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 63)
Pada Pielonefritis kronis, kemungkinan merupakan keberlanjutan dari pielonefritis akut. (Prabowo &
Pranata, 2014, hal. 63)
ISK bukanlah penyakit yang bisa di turunkan melalui genetik. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 63)
Riwayat Pengobatan
Pengunaan antibiotik, antikolinergik, dan atispasmodic. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 63)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Tanda-tanda vital
Suhu: meningkat dampak dari proses inflamasi. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 63)
Body system
System pernafasan
Pada pasien pielonefritis biasanya terjadi sesak nafas akibat ketidakseimbangan suplai oksigen sesuai
kebutuhan, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau Crakles). (Prabowo & Pranata, 2014, p. 66)
System kardiovaskuler.
Pasien dengan pielonefritis untuk selalu mengontrol tekan darah. Karena kesrusakan ginjal dapat
menyebabkan hipertensi dan selanjutnya akan mengakibatkan kerusakan ginjal lebih lanjut. (M.Black &
Hawks, 2014, p. 294)
System persarafan
Ditemukannya nyeri panggul dan pada sisi yang terkena (nyeri pada area sudut konstovertebral (CVA)),
sakit kepala, nyeri otot. Pada pasien peilonefritris nyeri umumnya menyebar ke bawah ureter atau
menuju epigastrium dan dapat juga terjadi nyeri pada perut jika infeksi parah dengan mengelupasnya
papilla ginjal (M.Black & Hawks, 2014, p. 294)
System perkemihan
Pada pasien pielonefritis terjadi inflamasi kandung kemih dan mukosa uretra mempengaruhi fungsi
normal dan pola berkemih. Dan menyebabkan frekuensi, urgensi, dan rasa terbakar pada saat berkemih,
serta nokturia. Urin juga sedikit berdarah, warna keruh, dan berbau busuk. (LeMon, burken, & Bauldoff,
2016, p. 990)
System pencernaan
Pasien dengan pielonefritis biasanya mengalami muntah, diare sehingga menyebabkan pasien
kekurangan nutrisi dan kehilangan cairan dalam tubuh, dan mengalami anoreksia atau tidak nafsu makan
(LeMon, burken, & Bauldoff, 2016, p. 985)
System integument
Diagnosis ini biasanya digunakan pada pasien yang tidak menunjukkan tanda-tanda, tetapi juga dapat
beresiko terjadi gangguan pada permukaan kulit atau kerusakan pada lapisan kulit, jika tidak dilakukan
pencegahan. (Wilkinson, Diagnosa Keperawatan, 2016, p. 400)
System musculoskeletal
Ditemukannya nyeri pada area costovertebral hingga menjalar ke perut. (Prabowo & Pranata, 2014, hal.
63)
System endokrin
Pada pasien penderita Pielonefritis tidak mengalami ganguan pada sistem endokrin. (Ariani, 2016)
System reproduksi
Pada pasien wanita aktivitas seksual meningkatkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena akibat
masuknya bakteri ke dalam kandung kemih melalui uretra saat selama berhubungan intim. (LeMon,
burken, & Bauldoff, 2016, p. 983)
System penginderaan
Pada wajah pasien biasanya biasanya terlihat tampak kacau, gerak mata berpencar atau pada satu focus
meringis, dan mata kurang bercahaya. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 64)
System imun
Pasien pielonefritis biasanya tidak mengalami gangguan pada system imun, karena pielonefritis
disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui ureter dan tidak berkaitan dengan system imun pada tubuh
manusia. (M.Black & Hawks, 2014, p. 293)
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri pinggang dan perut, suara usus melemah seperti pada ileus
paralitik. Pada pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis disertai peningkatan lajur endapan
darah, urinalisis terdapat piuria, bakteriuria dan hematuria. Pada pielonefritis akut yang mengenai kedua
sisi ginjal terjadi penurunan faal ginjal, dan pada kultur terdapat bakteri uria.
Pada pemeriksaan foto polos perut menunjukkan adanya kekaburan dari bayangan otot psoas dan
mungkin terdapat bayangan radio opak dari batu saluran kemih. Pada IVU terdapat bayangan ginjal
membesar dan terdapat keterlambatan pada fase nefrogram.
Laboratorium
Pada pemeriksaan darah dapat menunjukkan adanya leukositosis disertai dengan peningkatan endap
darah, urinalisis terdapat piuria, bakteriuria, dan hematuria. Pada pielonefritis akut yang mengenai pada
kedua sisi ginjal akan mengakibatkan terjadinya penurunan faal ginjal. Hasil kultur urine terdapat
bakteriuria dan tes sensitivitas dilakukan untuk menentukan organisme penyebab sehingga dapat
ditemukan agens antimikroba yang tepat.
Radiologi
Pemeriksaan foto polos pada abdomen menunjukkan adanya kekaburan dari bayangan otot polos dan
mungkin terdapat juga adanya bayangan radio opak dan batu saluran kemih. Pada PIV terdapat bayangan
ginjal membesar dan terdapat keterlambatan pada fase nefrogram. Perlu dibuat diagnose banding
dengan inflamasi pada organ disekitar ginjal antara lain : pankreatitis, apendisitis, kolesistitis,
diverkulititis, pneumonitis, dan inflamasi pada organ pelvis. Dan rontgen juga bisa membantu
menemukan adanya batu ginjal, kelainan structural atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya.
Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG juga dapat dilakukan untuk mengetahui lokasi obstruksi di trakus urinarius,
menghilangkan obstruksi adalah penting untuk menyelamatkan ginjal dari kerusakan.
BUN/Kreatin
Biopsy ginjal
Mungkin dilakukan secara endiskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histolik
Penatalaksanaan
Pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakterinya dan memerlukan terapi antimikrobis yang intensif.
Terapi parenteral diberikan selama 24-28 jam sampai pasien afrebil. Pada waktu tersebut, agen oral
dspst diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan efektif apabila ditangani hanya dengan
agen oral. Untuk mencegah perkembangbiakannya bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis
akut biasanya lebih lama dari pada sistesis.
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang muncul
sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien
dipertahankan untuk terus dibawah penanganan antimikrobial sampai adanya bukti infeksi tidak terjadi,
seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadar keratininserum
dan hitung darah pasien dipantau durasinya pada terapi jangka panjang. (Prabowo & Pranata, 2014, p.
62)
Dalam penanganan infeksi saluaran kemih bagian bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika
yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkanisasi urin :
Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika tunggal; seperti
ampisilin 3 gram, trimetoprim 200 mg
Bila infeksi menetap disertai dengan kelainan urinalisis (lekosuria) diperlukan terapi konvensional selama
5-10 hari
Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala hilang dan tanpa
lekosuria.
Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi faktor resiko
Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal (tmisal trimetoprim 200mg)
Syndrome uretra akut (SUA). Pasien dengan syndrome uretra akut dengan hitumg kuman 10³-105.
Memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan tetrasiklin.
Infeksi disebebkan MO anaerobic diperlukan antimikroba yang serasi, misal golongan kuinolon.
Sedangkan untuk pasien dengan pielonefritis akut. Pada umumnya pasien memerlukan rawat inap untuk
memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam. The Infectious Disease
Society of America menganjurkan satu dari tiga alternative terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama
48-72 jam sebelum diketahui MO sebagai penyebabnya :
Fluorokuinolon
Sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida. (Aru, Setiyohadi, & dkk, 2010, p.
1013)
Diagnosa keperawatan
Definisi
Faktor resiko
diare
muntah
disfungsi ginjal
gagal ginjal
anoreksia nervosa
diabetes mellitus
penyakit chron
gastroenteritis
pancreatitis
cedera kepala
kanker
trauma multiple
luka bakar
anemia sabit.
Definisi
Penyebab
Efek tindakan medis dan diagnostic (mis. Operasi ginjal, operasi saluran kemih, anastesi, dan obat-
obatan)
Hambatan lingkungan
Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. Anomaly saluran kemih congenital)
Nokturia
Mengompol
Enuresis
Objektif
Hiperglikemi
Trauma
Kanker
Neuropati diabetikum
Nuropati alkoholik
Stroke
Parkinson
Skeloris multiple
Definisi
Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial.
(SDKI, 2016, p. 166)
Penyebab
Gejala penyakit
Kurangnya privasi
Objektif : gelisah
Mengeluh kedinginan/kepanasan
Merasa gatal
Mengeluh mual
Mengeluh lelah
Objektif :
Tampak merintih/menangis
Iritabilitas
Penyakit kronis
Keganasan
Distress psikologis
Kehamilan
Hipertermia
Definisi
Penyebab
Dehidrasi
Respon trauma
Aktivitas berlebihan
Penggunaan incubator
Objektif :
Kulit merah
Kujang
Takikardi
Takupnea
Proses infeksi
Hipertiroid
Stroke
Dehidrasi
Trauma
Prematuritas
Intervensi
Tujuan :
Kelebihan volume cairan dapat dikurangi, yang dibuktikan oleh keseimbangan cairan, keparahan
overload cairan minimal, dan indicator fungsi ginjal yang adekuat
Keseimbangan cairan tidak akan terganggu (kelebihan) yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang ringan atau tidak ada gangguan):
Keseimbangan cairan tidak akan terganggu (kelebihan) yang dibuktikan oleh indicator berikut (sebutkan
1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
Keseimbangan cairan : keseimbangan air dalam kompartemen Israel dan ekstrasel tubuh
Keparahan overload cairan : tingkat keparahan kelebihan cairan di dalam kompartemen intrasel dan
ekstrasel tubuh
Fungsi ginjal : filtrasi darah dan eliminasi produk sampah metabolic melalui pembentukan urine.
Intervensi NIC
Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sakral dan periorbital pada skala 1+ sampai 4+
Kaji komplikasi pulmonal atau kerdiovaskular yang diindikasikan dengan peningkatan tanda gawat napas,
peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah, bunyi jantung tidak normal, atau suara napas
tidak normal
Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi dan integritas kulit
Kaji efek pengobatan (mis, steroid, diuretic, dan litium) pada edema
Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan (mis, peningkatan berat jalan urine,
peningkatan BUN, penurunanhematokrit, dan peningkatan kadar osmolaritas urine)
Patau indikasi kelebihan atau retensi cairan (mis, crackle, peningkatan CVP atau tekanan baji kapiler
paru, edema distensi vena leher dan asites), sesuai dengan keperluan.
Anjarkan pasien tentang apa penyebab dan cara mekatasi edem, yaitu seperti : pembatasan diet, dan
penggunaan dosis dan efek samping obat yang diprogramkan
Manajemen cairan (NIC) : anjurkan pasien untuk berpuasa yang sesuai dengan kebutuhan
Aktivitas kolaboratif
Konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan primer mengenai penggunaan stoking antiemboli
atau balutan ace
Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan kandungan protein yang adekuat dan
pembatasan natrium
Konsultasikan ke dokterjika tanda dan gejala kelebihan cairan menetap atau memburuk
Aktivitas lain
Manajemen cairan (NIC) : distribusikan asupan cairan selama 24 jam, jika perlu.
Tujuan :
Menunjukkan eliminasi urine yang dibuktikan oleh indicator berikut (sebutkan 1-5: selalu, sering, kadanf-
kadang, jarang, atautidak mengalami gangguan):
Pola eliminasi
Mengenali urgensi
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
Pantau elimnasi urine, meliputi frekuensi konsistensi, bau, volume, dan warna jika perlu,
Instruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat haluaran urine, bila diperlukan
Instruksikan pasien untuk berespon segera terhadap kebutuhan eliminasi, jika perlu
Ajarkan pasien untuk minum 200 ml cairan pada saat makan, di antara waktu makan, dan diawal petang
Aktivitas kolaboratif
Manajemen eliminasi urine (NIC): rujuk ke dokter jika terdapat tanda dan gejala infeksi saluran kemih
Tujuan :
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak
pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu):
Menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator berikut (sebutkan 1-5: sangat berat, berat,
sedang, ringan, atau tidak ada):
Gelisah
Kepuasan klien : Manajemen nyeri : tingkat presepsi positif tentang perawat pasien untuk meredakan
nyeri
Tingka kenyamanan : tingkat presepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologi
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
Guanaka laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi pengkajian
Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0 = tidak ana nyeri atau
ketidaknyamanan, 10 = nyeri berat)
Gunakan bagan alir nyeri utuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan
efeksampingnya
Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien
Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai dengan umur dan tingkat perkembangan
pasien
Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mamapu
berkomunikasi efektif
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur
Aktivitas kolaboratif
Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (mis, setiap 4 jam selama 36 jam)
atau PCA
Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat’laporlan kepada dokter jika
tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman
nyeri pasien masa lalu
Aktivitas lain
Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri dan efek samping yeri
Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif di masa lalu, seperti distraksi, relaksasi
atau kompres hangat/dingin
Hadir di dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan aktivitas lain untuk membantu
relaksasi, meliputi tindakan sebagai berikut :
Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitasnya, bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan
melakukan pengalihan melalui televise, rasio, tape, dan interaksi dengan pengunjung
Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respons pasien terhadap ketidaknyamanan
(mis, suhu ruangan, pencahayaan, dan kegaduhan)
Tujuan :
Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktikan oleh indicator gangguan sebagai berikut
(sebutkan 1-5: gangguan ektrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
hipertermia
dehidrasi
mengantuk
pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang di buktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5:
gangguan ekstrem,berat, sedang, ringan atau tidak ada gangguan) :
frekuensi pernapasan
Termoregulasi : keseimbangan antara produksi panas, peningkatan panas, dan kehilangan panas
Termoregulasi : bayi baru lahir : keseimbangan antara reproduksi panas, peningkatan panas dan
kehilangan panas selama 28 hari pertama kehidupan
Tanada-tanda vital : nilai suhu, denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah dalam rentang
normal.
Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu lingkungan
Untuk pascabedah
Dapatkan riwayat hipertensi maligna, kematian akibat anastesi, atau demam pascabedah pasa individu
atau keluarga
Pantau tanda hipertermia maligna (mis, demam, takipnea, aritmia, perubahan tekanan darah, bercak
pad akulit, kekakuan dan berkeringat banyak)
Ajarkan pasien/keluarga dalammengukur suhu untuk mencegah dan mengalami secara dini hipertermia
(mis, stroke bahang dan keletihan akibat panas)
Regulasi suhu (NIC) : ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang diperlukan,
jika diperlukan
Aktivitas kolaboratif
Berikan obat antipiretik, jika perlu gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi
gangguan suhu tubuh, jika diperlukan
Aktivitas lain
Melepas pakaian pasien yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja
Gunakan waslap dingin (atau kantong es yang dibalut dengan kain) di aksila, kening, tengkuk, dan lipat
paha
Anjurkan asupan cairan oral, minimalnya 2 liter sehari, dengan tambahan cairan selama aktivitas yang
berlebihan atau aktivtas sedang dalam cuaca panas