Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi

Pielonefritis adalah inflamasi pelvis dan parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Penyebabnya mungkin infeksi aktif di ginjal atau bekas dari infeksi sebelumnya. Dua jenis utama
pienolefritis adalah akut dan kronis. Mereka pada dasarnya berbeda dalam gambar klinis dan efek jangka
panjang mereka. (M.Black & Hawks, 2014, p. 292)

Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada piala (pielum) ginjal, tubulus, dan jaringan interstisil dari salah
satu atau kedua ginjal. Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterovesikal, dimana katup
ureterovesikal yang tidak kompeten menyebabkan urine mengalir balik (refluks) ke dalam ereter.
Obstruksi saluran perkemihan meningktkan kerentanan ginjal terhadap infeksi. Pielonefritis dapat
berlangsung secara akut atau kronis. (Suharyanto & Madjid, 2013, p. 118)

Dari definisi diatas pielonefritis adalah infeksi yang disebabkan adanya bakteri yang masuk pada ginjal
melalui ureter. Pielonefritis dibagi menjadi dua adalah pielonefritis akut dan kronis.

2. Etiologi

Pielonefritis adalah bakteri. Bakteri bisa mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal.
Meskipun ginjal menerima 20-25% curah jantung, bakteri jarang yang mencapai ginjal melalui darah
(hematogen). Kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%. (Suharyanto & Madjid, 2013, p. 118)

Kadang kala sebuah infeksi mungkin menjadi penyakit primer, seperti yang terjadi dengan berkurangnya
resistansi inang (misalnya kalkulus, keganasan, hidrinefrosis, atau trauma). Kebanyakan infeksi ginjal,
bagaimanapun juga, adalah perluasan dari proses infeksi yang berada dimana saja, khususnya kandung
kemih.
Bakteri menyebar ke ginjal terutama dengan ke atas dari ureter ke ginjal. Sirkulasi darah dan limfatik juga
bisa menjadi jalan bagi bakteri. Refluks ureter, yang memungkinkan urine yang terinfeksi kembali ke
ureter, dan obstruksi, yang menyebabkan urine kembali ke ureter dan memungkinkan bakteri
berkembangbiak, adalah penyebab umum infeksi saluran kemih yang naik dari ureter ke ginjal.
Escherichia coli adalah organism bakteri yang paling umum yang menyebabkan pielonefritis.

Deteksi dini dan pengobatan yang sesuai akan infeksi saluran kemih bagian bawah sangat mengurangi
kejadian pielonefritis.

Setelah infeksi, pemeliharaan kesehatan termasuk pendidikan tentang pentingnya menyelesaikan


pengobatan antibiotic. Kultur lanjutan penting pada pielonefritis kambuh untuk memastikan bahwa
infeksi telah dimusnahkan. Tindakan pemulihan kesehatan bergantung pada luasnya kerusakan ginjal dan
penyebab penyakit. Jika obstruksi mempercepat infeksi, penyebab obstruksi harus diobati. (M.Black &
Hawks, 2014, p. 293)

3. Tanda dan gejala

Pielonefritis dapat dimanifestasikan sebagai demam tinggi sampai menggigil, nyeri daerah costovertebral
menjalar keperut, malaise. Selain tanda dan gejala tersebut, biasanya di dahului keluhan urgency dan
frekuensi, disuria, rasa nafas seperti terbakar waktu berkemih, urin tampak kering dan berbau
menyengat. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 59)

4. Patofisiologi

Secara khas infeksi menyeba melalui kandung kemih kedalam ureter, kemudian ke ginjal, seperti terjadi
pada refluk vesikoureter. Refluks vesikoureter dapat juga terjadi karena vesikoureter. Refluksvesikoureter
dapat terjadi karena kelemahan konginetal pada tempat pertemuan (junction) ureter dan kandung
kemih. Bakteri yang mengalir balik kejaringan internal bisa menimbulkan koloni infeksi dalam tempo 24
hingga 48 jam. Infeksi dapat pula terjadi karena instrumentasi (seperti tindakan kateterisasi, sistokopi,
atau bedah urologi), karena infeksi hematogen (seperti pada septicemia atau endokarditis), atau
mungkin juga karena infeksi limfatik. Pielonefritis ini juga terjadi karena ketidakmampuan mengosongkan
kandung kemih (misalnya pada pasien neurogenic bladder), statis urine, atau obstruksi urine akibat
tumor, striktur, atau hipertropia prostat benigna.

Bakteri tersebut naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra. Floramoral
fekal seperti Eschericia coli, streptococcus fecalis, pseudomonas aeruginosa, dan staphilococus aureus
adalah bakteri yang paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut. E. colli menyebabkan sekitar
85% infeksi. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 59

Ketidakmampuan mengosongkan kandungkemih

5. pathway

Refluk

vesikoureter

Instrumentasi

Melekat dimukosa uretra dengan perantara fimbrae

E-Coli masuk eretra

Hygiene kurang

Bakteri naik ke ginjal melalui ureter

Demam

Berlanjut

Inflamasi ginjal

Pembesaran korteks dan medulla

Nyeri

Multiplikasi pada uretra

Inflamasi

Fibrosis dan scaring


Peningkatan perniabilitas kapiler

Penurunan fungsi ginjal

Ureumcreatinin meningkat

HT

Oedem

Penurunan fungsi sfinkter

Urgency

Disuria

Integritas kulit

(Prabowo & Pranata, 2014, hal. 61)


Klasifikasi

Klasifikasi pielonefritris dibagi menjadi 2 macam yaitu:

Pielonefritis Akut

Pielonefritis akut berhubungan dengan perkembangan abses ginjal, abses perinefrik, emfisematosus
pilonefritis, dan pielonefritis kronis, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal. Pielonefritis akut biasanya
singkat. Namun biasanya berulang, baik sebagai kambuhan dari infeksi sebelumnya yang tidak tuntas
atau sebagai infeksi baru; 20% dari kekambuhan terjadi dalam 2 minggu setelah penyelesaian terapi.
Klien harus diobati dengan memadai untuk mencegah perkembangan pielonefritis kronis. Infeksinya
mungkin juga berkembang menjadi bakteremia dan urosepsis.

Pielonefritis Kronis

Pienolefritis kronis mungkin terjadi setelah obstruksi kronis dengan gangguan kronis. Penyakit ini akan
berkembang perlahan dan biasanya berhubungan dengan serangan akut berulang, meskipun klien
mungkin memiliki riwayat pielonefritis akut. (M.Black & Hawks, 2014, p. 294)

Komplikasi

Penyakit ginjal stadium akhir (secara perlahan mulai hilangnya progesifitas nefron akibat inflamasi kronis
dan jaringan parut).

Hipertensi (meningkatnya tekanan darah)

Terbentuknya batu ginjal (akibat infeksi kronis disertai organism pengurai urea yang mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal). (Suharyanto & Madjid, 2013, p. 124)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian

Identitas

Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insiden infeksi saluran kemih

Yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini di karenakan posisi anatomis dari uretra wanita serta
secara anatomis uretra wanita lebih pendek. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 63)

Status kesehatan saat ini

Keluhan Utama

Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri punggung dibawah dan disuria. (Prabowo & Pranata, 2014,
hal. 63)

Alasan Masuk Rumah Sakit

Pasien mengalami nyeri punggung dibawah dan disuria. (Suharyanto & Madjid, 2013)

Riwayat Penyakit Sekarang

Masuknya bakteri ke kandung kemih sehingga menyebabkan infeksi. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 63)

Riwayat kesehatan terdahulu

Riwayat Penyakit Sebelumnya

Pada Pielonefritis kronis, kemungkinan merupakan keberlanjutan dari pielonefritis akut. (Prabowo &
Pranata, 2014, hal. 63)

Riwayat Penyakit Keluarga

ISK bukanlah penyakit yang bisa di turunkan melalui genetik. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 63)

Riwayat Pengobatan

Pengunaan antibiotik, antikolinergik, dan atispasmodic. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 63)
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

Kesadaran pada pasien pielonefritis biasanya compos mentis.

Tanda-tanda vital

TD: meningkat yang merupakan dampak dari edema

Nadi: normal atau meningkat

Respirasi: normal atau meningkat

Suhu: meningkat dampak dari proses inflamasi. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 63)

Body system

System pernafasan

Pada pasien pielonefritis biasanya terjadi sesak nafas akibat ketidakseimbangan suplai oksigen sesuai
kebutuhan, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau Crakles). (Prabowo & Pranata, 2014, p. 66)

System kardiovaskuler.

Pasien dengan pielonefritis untuk selalu mengontrol tekan darah. Karena kesrusakan ginjal dapat
menyebabkan hipertensi dan selanjutnya akan mengakibatkan kerusakan ginjal lebih lanjut. (M.Black &
Hawks, 2014, p. 294)

System persarafan

Ditemukannya nyeri panggul dan pada sisi yang terkena (nyeri pada area sudut konstovertebral (CVA)),
sakit kepala, nyeri otot. Pada pasien peilonefritris nyeri umumnya menyebar ke bawah ureter atau
menuju epigastrium dan dapat juga terjadi nyeri pada perut jika infeksi parah dengan mengelupasnya
papilla ginjal (M.Black & Hawks, 2014, p. 294)
System perkemihan

Pada pasien pielonefritis terjadi inflamasi kandung kemih dan mukosa uretra mempengaruhi fungsi
normal dan pola berkemih. Dan menyebabkan frekuensi, urgensi, dan rasa terbakar pada saat berkemih,
serta nokturia. Urin juga sedikit berdarah, warna keruh, dan berbau busuk. (LeMon, burken, & Bauldoff,
2016, p. 990)

System pencernaan

Pasien dengan pielonefritis biasanya mengalami muntah, diare sehingga menyebabkan pasien
kekurangan nutrisi dan kehilangan cairan dalam tubuh, dan mengalami anoreksia atau tidak nafsu makan
(LeMon, burken, & Bauldoff, 2016, p. 985)

System integument

Integritas kulit : kulit beresiko terhadap kerusakan

Diagnosis ini biasanya digunakan pada pasien yang tidak menunjukkan tanda-tanda, tetapi juga dapat
beresiko terjadi gangguan pada permukaan kulit atau kerusakan pada lapisan kulit, jika tidak dilakukan
pencegahan. (Wilkinson, Diagnosa Keperawatan, 2016, p. 400)

System musculoskeletal

Ditemukannya nyeri pada area costovertebral hingga menjalar ke perut. (Prabowo & Pranata, 2014, hal.
63)

System endokrin

Pada pasien penderita Pielonefritis tidak mengalami ganguan pada sistem endokrin. (Ariani, 2016)

System reproduksi

Pada pasien wanita aktivitas seksual meningkatkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena akibat
masuknya bakteri ke dalam kandung kemih melalui uretra saat selama berhubungan intim. (LeMon,
burken, & Bauldoff, 2016, p. 983)
System penginderaan

Pada wajah pasien biasanya biasanya terlihat tampak kacau, gerak mata berpencar atau pada satu focus
meringis, dan mata kurang bercahaya. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 64)

System imun

Pasien pielonefritis biasanya tidak mengalami gangguan pada system imun, karena pielonefritis
disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui ureter dan tidak berkaitan dengan system imun pada tubuh
manusia. (M.Black & Hawks, 2014, p. 293)

Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri pinggang dan perut, suara usus melemah seperti pada ileus
paralitik. Pada pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis disertai peningkatan lajur endapan
darah, urinalisis terdapat piuria, bakteriuria dan hematuria. Pada pielonefritis akut yang mengenai kedua
sisi ginjal terjadi penurunan faal ginjal, dan pada kultur terdapat bakteri uria.

Pada pemeriksaan foto polos perut menunjukkan adanya kekaburan dari bayangan otot psoas dan
mungkin terdapat bayangan radio opak dari batu saluran kemih. Pada IVU terdapat bayangan ginjal
membesar dan terdapat keterlambatan pada fase nefrogram.

Foto polos abdomen dapat dilakukan dalam 5 posisi yaitu :

Laboratorium

Pada pemeriksaan darah dapat menunjukkan adanya leukositosis disertai dengan peningkatan endap
darah, urinalisis terdapat piuria, bakteriuria, dan hematuria. Pada pielonefritis akut yang mengenai pada
kedua sisi ginjal akan mengakibatkan terjadinya penurunan faal ginjal. Hasil kultur urine terdapat
bakteriuria dan tes sensitivitas dilakukan untuk menentukan organisme penyebab sehingga dapat
ditemukan agens antimikroba yang tepat.
Radiologi

Pemeriksaan foto polos pada abdomen menunjukkan adanya kekaburan dari bayangan otot polos dan
mungkin terdapat juga adanya bayangan radio opak dan batu saluran kemih. Pada PIV terdapat bayangan
ginjal membesar dan terdapat keterlambatan pada fase nefrogram. Perlu dibuat diagnose banding
dengan inflamasi pada organ disekitar ginjal antara lain : pankreatitis, apendisitis, kolesistitis,
diverkulititis, pneumonitis, dan inflamasi pada organ pelvis. Dan rontgen juga bisa membantu
menemukan adanya batu ginjal, kelainan structural atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya.

Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan USG juga dapat dilakukan untuk mengetahui lokasi obstruksi di trakus urinarius,
menghilangkan obstruksi adalah penting untuk menyelamatkan ginjal dari kerusakan.

BUN/Kreatin

Meningkat diatas normal (rasio normal 10:1 sampai dengan 20:1)

Biopsy ginjal

Mungkin dilakukan secara endiskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histolik

(Prabowo & Pranata, 2014, p. 61)

Penatalaksanaan

Pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakterinya dan memerlukan terapi antimikrobis yang intensif.
Terapi parenteral diberikan selama 24-28 jam sampai pasien afrebil. Pada waktu tersebut, agen oral
dspst diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan efektif apabila ditangani hanya dengan
agen oral. Untuk mencegah perkembangbiakannya bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis
akut biasanya lebih lama dari pada sistesis.
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang muncul
sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien
dipertahankan untuk terus dibawah penanganan antimikrobial sampai adanya bukti infeksi tidak terjadi,
seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadar keratininserum
dan hitung darah pasien dipantau durasinya pada terapi jangka panjang. (Prabowo & Pranata, 2014, p.
62)

Dalam penanganan infeksi saluaran kemih bagian bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika
yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkanisasi urin :

Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika tunggal; seperti
ampisilin 3 gram, trimetoprim 200 mg

Bila infeksi menetap disertai dengan kelainan urinalisis (lekosuria) diperlukan terapi konvensional selama
5-10 hari

Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala hilang dan tanpa
lekosuria.

Reinfeksi berulang (frequent re-infection)

Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi faktor resiko

Tanpa faktor predisposisi

Asupan cairan banyak

Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal (tmisal trimetoprim 200mg)

Terapi mikroba jangka lama sampai 6 bulan

Syndrome uretra akut (SUA). Pasien dengan syndrome uretra akut dengan hitumg kuman 10³-105.
Memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan tetrasiklin.
Infeksi disebebkan MO anaerobic diperlukan antimikroba yang serasi, misal golongan kuinolon.

Sedangkan untuk pasien dengan pielonefritis akut. Pada umumnya pasien memerlukan rawat inap untuk
memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam. The Infectious Disease
Society of America menganjurkan satu dari tiga alternative terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama
48-72 jam sebelum diketahui MO sebagai penyebabnya :
Fluorokuinolon

Amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin

Sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida. (Aru, Setiyohadi, & dkk, 2010, p.
1013)

Diagnosa keperawatan

Kelebihan volume cairan

Definisi

Beresiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit. (SDKI, 2016, p. 88)

Faktor resiko

ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi dan intoksikasi air)

kelebihan volume cairan

gangguan mekanisme regulasi (mis. Diabetes)

efek samping prosedur (mis. Pembedahan)

diare

muntah

disfungsi ginjal

disfungsi regulasi endokrin

kondisi klinis terkait

gagal ginjal

anoreksia nervosa

diabetes mellitus

penyakit chron
gastroenteritis

pancreatitis

cedera kepala

kanker

trauma multiple

luka bakar

anemia sabit.

Gangguan eliminasi urine

Definisi

Disfungsi urine. (SDKI, 2016, p. 96)

Penyebab

Penurunan kapasitas kadung kemih

Iritasi kandung kemih

Penurunan kemampuan menyadari tanda – tanda gangguan kandung kemih

Efek tindakan medis dan diagnostic (mis. Operasi ginjal, operasi saluran kemih, anastesi, dan obat-
obatan)

Kelemahan oto pelvis

Ketidaknyamanan mengakses toilet (mis. Imobilitasi)

Hambatan lingkungan

Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi

Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. Anomaly saluran kemih congenital)

Imaturitas (pada anak usia < 5 tahun)

Gejala dan tanda mayor


Subjektif

Desakan berkemih (urgensi)

Urine menetes (dribbling

Sering buang air kecil

Nokturia

Mengompol

Enuresis

Objektif

Distensi kandung kemih

Berkemih tidak tuntas (hesitancy)

Volume residu urin meningkat

Gejala dan tanda minor

Subjektif : (tidak ditemukan kelainan)

Objektif : (tidak ditemukan kelainan)

Kondisi klinis terkait

Infeksi ginjal dan saluran kemih

Hiperglikemi

Trauma

Kanker

Cedera/tumor/infeksi medulla spinalis

Neuropati diabetikum
Nuropati alkoholik

Stroke

Parkinson

Skeloris multiple

Obat alpha adrenergic

Ganguan rasa nyaman nyeri

Definisi

Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial.
(SDKI, 2016, p. 166)

Penyebab

Gejala penyakit

Kurang pengendalian situasional/lingkungan

Ketidakadekuatan sumber daya (mis. Dukungan finansial, sosial dan pengetahuan )

Kurangnya privasi

Gangguan stimulus lingkungan

Efek samping terapi (mis. Medikasi, radiasi, kemoterapi)

Gangguan adaptasi kehamilan.

Gejala dan tanda mayor

Subjektif : Mengubah tidak nyaman

Objektif : gelisah

Gejala dan tanda minor


Subjektif :

Mengeluh sulit tidur

Tidak mampu rileks

Mengeluh kedinginan/kepanasan

Merasa gatal

Mengeluh mual

Mengeluh lelah

Objektif :

Menunjukkan gejala distress

Tampak merintih/menangis

Pola eliminasi berubah

Postur tubuh berubah

Iritabilitas

Kondisi klinis terkait

Penyakit kronis

Keganasan

Distress psikologis

Kehamilan

Hipertermia
Definisi

Tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh. (SDKI, 2016, p. 284)

Penyebab

Dehidrasi

Terpapaar lingkungan panas

Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)

Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

Peningkatan laju metabolism

Respon trauma

Aktivitas berlebihan

Penggunaan incubator

Gejala dan tanda mayor

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif : suhu tubuh diatas nilai normal

Gejala dan tanda minor

Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif :

Kulit merah

Kujang

Takikardi
Takupnea

Kulit terasa hangat

Kondisi klinis terkait

Proses infeksi

Hipertiroid

Stroke

Dehidrasi

Trauma

Prematuritas

Intervensi

Kelebihan volume cairan. (Wilkinson, Diagnosa Keperawatan, 2016, pp. 180-182)

Tujuan :

Kelebihan volume cairan dapat dikurangi, yang dibuktikan oleh keseimbangan cairan, keparahan
overload cairan minimal, dan indicator fungsi ginjal yang adekuat

Keseimbangan cairan tidak akan terganggu (kelebihan) yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang ringan atau tidak ada gangguan):

Keseimbangan asupan dan haluaran dalam 24jam

Berat badan stabil

Berat jenis urine dalam batas normal

Keseimbangan cairan tidak akan terganggu (kelebihan) yang dibuktikan oleh indicator berikut (sebutkan
1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):

Suara napas tambahan

Asites, distensi vena leher, dan edema parifer

Kriteria hasil NOC

Keseimbangan cairan : keseimbangan air dalam kompartemen Israel dan ekstrasel tubuh
Keparahan overload cairan : tingkat keparahan kelebihan cairan di dalam kompartemen intrasel dan
ekstrasel tubuh

Fungsi ginjal : filtrasi darah dan eliminasi produk sampah metabolic melalui pembentukan urine.

Intervensi NIC

Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sakral dan periorbital pada skala 1+ sampai 4+

Kaji komplikasi pulmonal atau kerdiovaskular yang diindikasikan dengan peningkatan tanda gawat napas,
peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah, bunyi jantung tidak normal, atau suara napas
tidak normal

Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi dan integritas kulit

Kaji efek pengobatan (mis, steroid, diuretic, dan litium) pada edema

Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstremitas

Manajemen cairan (NIC) :

Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya

Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat

Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan (mis, peningkatan berat jalan urine,
peningkatan BUN, penurunanhematokrit, dan peningkatan kadar osmolaritas urine)

Patau indikasi kelebihan atau retensi cairan (mis, crackle, peningkatan CVP atau tekanan baji kapiler
paru, edema distensi vena leher dan asites), sesuai dengan keperluan.

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Anjarkan pasien tentang apa penyebab dan cara mekatasi edem, yaitu seperti : pembatasan diet, dan
penggunaan dosis dan efek samping obat yang diprogramkan

Manajemen cairan (NIC) : anjurkan pasien untuk berpuasa yang sesuai dengan kebutuhan

Aktivitas kolaboratif

Lakukan dialysis, jika diindikasikan

Konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan primer mengenai penggunaan stoking antiemboli
atau balutan ace
Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan kandungan protein yang adekuat dan
pembatasan natrium

Manajemen cairan (NIC) :

Konsultasikan ke dokterjika tanda dan gejala kelebihan cairan menetap atau memburuk

Aktivitas lain

Ubh posisi setiap

Tinggikan untk emingkatkan aliran balik vena

Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan pasien

Manajemen cairan (NIC) : distribusikan asupan cairan selama 24 jam, jika perlu.

Gangguan eliminasi urine(Wilkinson, Diagnosa Keperawatan, 2016, pp. 457-458)

Tujuan :

Menunjukkan eliminasi urine yang dibuktikan oleh indicator berikut (sebutkan 1-5: selalu, sering, kadanf-
kadang, jarang, atautidak mengalami gangguan):

Pola eliminasi

Mengosongkan kandung kemih sepenuhnya

Mengenali urgensi

Kriteria hasil NOC

Eliminasi urine : pengumpulan dan pengeluaran urine

Intervensi NIC

Aktivitas keperawatan
Pengkajian

Manajemen eliminasi urine (NIC):

Pantau elimnasi urine, meliputi frekuensi konsistensi, bau, volume, dan warna jika perlu,

Kumpulkan specimen unrine porsi tengah untuk urinalisis, jika perlu

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Manajemen eliminasi urine (NIC)

Anjarkan pasien tentang tanda dan gejala infek saluran kemih

Instruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat haluaran urine, bila diperlukan

Instruksikan pasien untuk berespon segera terhadap kebutuhan eliminasi, jika perlu

Ajarkan pasien untuk minum 200 ml cairan pada saat makan, di antara waktu makan, dan diawal petang

Aktivitas kolaboratif

Manajemen eliminasi urine (NIC): rujuk ke dokter jika terdapat tanda dan gejala infeksi saluran kemih

Gangguan rasa aman nyaman nyeri. (Wilkinson, 2016, p. 296)

Tujuan :

Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak
pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu):

Mengenali awitan nyeri


Menggunakan tindakan pencegahan

Melaporkan nyeri dapat dikendalikan

Menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator berikut (sebutkan 1-5: sangat berat, berat,
sedang, ringan, atau tidak ada):

Ekpresi nyeri pada wajah

Gelisah atau ketegangan otot

Durasi rpisode nyeri

Merintih dan menangis

Gelisah

Kriteria hasil NOC

Kepuasan klien : Manajemen nyeri : tingkat presepsi positif tentang perawat pasien untuk meredakan
nyeri

Tingka kenyamanan : tingkat presepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologi

Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri

Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan.

Intervensi NIC

Aktivitas keperawatan

Pengkajian

Guanaka laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi pengkajian

Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0 = tidak ana nyeri atau
ketidaknyamanan, 10 = nyeri berat)

Gunakan bagan alir nyeri utuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan
efeksampingnya

Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien
Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai dengan umur dan tingkat perkembangan
pasien

Manajemenen nyeri (NIC) :

Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya

Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mamapu
berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Manajemen nyeri (NIC) :

Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, antisipasi
ketidaknyamanan akibat prosedur

Aktivitas kolaboratif

Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (mis, setiap 4 jam selama 36 jam)
atau PCA

Manajemen nyeri (NIC) :

Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat’laporlan kepada dokter jika
tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman
nyeri pasien masa lalu

Aktivitas lain

Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri dan efek samping yeri

Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif di masa lalu, seperti distraksi, relaksasi
atau kompres hangat/dingin

Hadir di dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan aktivitas lain untuk membantu
relaksasi, meliputi tindakan sebagai berikut :

Lakukan peruabahan posisi, masase punggujng dan relaksasi


Berikan perawatan dengan tidak terburu-buru dengan sikap yang mendukung

Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitasnya, bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan
melakukan pengalihan melalui televise, rasio, tape, dan interaksi dengan pengunjung

Manajemen nyeri (NIC) :

Libatkan keluarga dalam modalitas peredaan nyeri, jika memungkinkan

Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respons pasien terhadap ketidaknyamanan
(mis, suhu ruangan, pencahayaan, dan kegaduhan)

Hipertermia (Wilkinson, 2016, p. 216)

Tujuan :

Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktikan oleh indicator gangguan sebagai berikut
(sebutkan 1-5: gangguan ektrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):

peningkatan suhu kulit

hipertermia

dehidrasi

mengantuk

pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang di buktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5:
gangguan ekstrem,berat, sedang, ringan atau tidak ada gangguan) :

berkeringat saat panas

denyut nadi radialis

frekuensi pernapasan

Kriteria hasil NOC :

Termoregulasi : keseimbangan antara produksi panas, peningkatan panas, dan kehilangan panas
Termoregulasi : bayi baru lahir : keseimbangan antara reproduksi panas, peningkatan panas dan
kehilangan panas selama 28 hari pertama kehidupan

Tanada-tanda vital : nilai suhu, denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah dalam rentang
normal.

Intervensi NIC

Aktivitas Keperawatan

Pengkajian

Pantau aktivitas kejang

Pantau hidrasi (mis, turgor kulit, kelembapan membrane mukosa)

Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan freskuensi pernafasan

Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu lingkungan

Untuk pascabedah

Dapatkan riwayat hipertensi maligna, kematian akibat anastesi, atau demam pascabedah pasa individu
atau keluarga

Pantau tanda hipertermia maligna (mis, demam, takipnea, aritmia, perubahan tekanan darah, bercak
pad akulit, kekakuan dan berkeringat banyak)

Regulasi suhu (NIC) :

Pantau suhu minimal setiap dua jam sesuai dengan kebutuhan

Pasang alat panatu suhu inti tubuh kontinu, jika perlu

Pantau warna kulit dan suhu

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Ajarkan pasien/keluarga dalammengukur suhu untuk mencegah dan mengalami secara dini hipertermia
(mis, stroke bahang dan keletihan akibat panas)

Regulasi suhu (NIC) : ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang diperlukan,
jika diperlukan
Aktivitas kolaboratif

Regulasi suhu (NIC) :

Berikan obat antipiretik, jika perlu gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi
gangguan suhu tubuh, jika diperlukan

Aktivitas lain

Melepas pakaian pasien yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja

Gunakan waslap dingin (atau kantong es yang dibalut dengan kain) di aksila, kening, tengkuk, dan lipat
paha

Anjurkan asupan cairan oral, minimalnya 2 liter sehari, dengan tambahan cairan selama aktivitas yang
berlebihan atau aktivtas sedang dalam cuaca panas

Gunakan kapas yang berputar di ruangan pasien

Gunakan selimut pendingin

Untuk hipertemia maligna :

Lakukan perawatan kedaruratan sesuai dengan protocol

Sediakan peralatan kedaruratan di area operasi sesuai dengan protocol.

Anda mungkin juga menyukai