Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KAJIAN DRAINASE JALAN LAYANG PASUPATI


BANDUNG

Disusun oleh:
Agus Setiawan Solihin,ST.
Edwin Hidayat, ST., MT., M.Sc.
Indra Andika Prananda, S.ST.

u BALAI LITBANG SISTEM DAN TEKNIK LALU LINTAS


Februari 2019

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


tan)
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN
JEMBATAN
Jln. A.H. Nasution 264 P.O BOX 2 Bandung 40294 Telp (022)7802251 Fax. (022)7802726 Email:
pusjatan@pusjatan.pu.go.id
MAKALAH
KAJIAN DRAINASE JALAN LAYANG PASUPATI
Disusun oleh:
Agus Setiawan Solihin
Edwin Hidayat
Indra Andika Prananda

Abstrak
Faktor-faktor penyebab kerusakan jalan di Indonesia secara umum adalah peningkatan
beban volume lalu lintas, sifat material konstruksi perkerasan yang kurang baik, iklim,
kondisi tanah yang tidak stabil, perencanaan lapis perkerasan yang sangat tipis, proses
pelaksanaan pekerjaan yang kurang sesuai dengan spesifikasi serta sistem drainase yang
tidak baik. Besaran kerusakan struktur konstruksi jalan akibat dari sistem drainase jalan
adalah berkisar 25% s.d 44%, disamping akibat tidak memenuhi standar dan kelebihan
muatan. Dalam makalah ini disampikan hasil kajian drainase jalan layang Bandung Jawa
Barat, dengan metode survai lapangan dengan mengacu Permen PU Nomor 13 Tahun
2011 dan Pedoman Pd T.14.2005B. Hasil kajian menunjukan bahwa sistem drainase
eksisting permukaan jalan layang Pasopati Bandung mampu mengalirkan air hujan
dengan intensitas hujan 175 mm/jam dan mengakibatkan banjir. Secara umum kondisi
tersebut dapat disampaikan sebagai berikut: (1) Kondisi saluran tidak terpelihara (2)
Genangan atau banjir sesaat (curah hujan tinggi) (3) Penanganan sistem drainase jalan,
perlu melibatkan instasi terkait dan masyarakat. (4) Lokasi kejadian banjir pada jalan
layang terjadi setelah area tikungan, sehingga harus mempertimbangkan kebutuhan
kemiringan jalan menurut persyaratan alinyemen horizontal jalan. Kemiringan perkerasan
jalan harus dimulai dari sisi luar tikungan dan menurun/ melandai ke arah dalam tikungan.
(5) Perlu disiapkan program kajian detail terkait kebutuhan sistem drainase jalur pantura
Jawa yang memperhatikan kawasan. (6) saluran drainase yang ada mengalami
penyumbatan akibat sampah dan pasir, sehingga air hujan tidak dapat tersalurkan dengan
baik melalui pipa drainase serta adanya cekungan. Perlu pemeliharaan rutin/ berkala pada
deckdrain agar berfungsi menyalurkan air limpasan dari permukaan jalan. Untuk
memudahkan pemeliharaan saluran, cleanout dipastikan harus berfungsi dengan baik
(Lampiran 1). Jarak antar deckdrain eksisting sudah memenuhi persyaratan, bila berfungsi
dengan baik tidak perlu penambahan inlet.

Kata kunci: Drainase permukaan jalan, Inlet, Inspeksi drainase, Jalan Layang Pasopati,
outlet, checkdrain.

1. Pendahuluan
Berdasarkan lembar disposisi Kapusjatan nomor PR 0211-La/16 tentang Analisis
Drainase Jalan Layang Pasupati diminta untuk melakukan kajian dari sisi sistem saluran
drainase jalan.

2. Tujuan
Melakukan kajian penyebab banjir genangan di jalan layang Pasupati-Bandung.

3. Metodologi
a. Melakukan studi literatur terutama pada laporan analisa drainase jalan layang Pasupati
yang dilakukan oleh Pusat Litbang SDA terutama pada pemodelan dengan
menggunakan program SWMM;
b. Melakukan kajian literatur pedoman perencanaan drainase jembatan;
c. Melakukan survei lapangan di lokasi banjir genangan di jalan layang Pasupati untuk
mengukur daerah luasan genangan, menghitung beda tinggi / cekungan terjadinya
banjir genangan, mengukur dimensi inlet dan jarak inlet saluran drainase ekisting, serta
ukuran pipa;
d. Pengumpulan data sekunder terutama untuk perhitungan intensitas curah hujan;
e. Melakukan analisis intensitas curah hujan dengan sekenario 10 tahun;
f. Menghitung kemampuan saluran drainase eksisting dalam mengalirkan aliran hujan
pada daerah cekungan genangan banjir dengan skema intensitas hujan 10 tahun.

4. Hasil Survei Primer


Survei primer dilakukan pada hari selasa tanggal 30 januari 2018. Hasil perhitungan kondisi
eksisting adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Daerah Cekungan Banjir

Kondisi eksisting lebar lajur dan bahu jalan per arah adalah 14 meter. Berdasarkan video saat
kejadian banjir bulan November 2017 dan hasil diskusi dengan warga sekitar, lokasi yang
mengalami banjir terletak pada ruas jalan menuju Pasteur, samping kanan akses keluar
menuju Cihampelas. Geometrik jalan yang sedikit menanjak serta berada pada tikungan,
limpasan air hujan menuju pada lokasi pada cekungan. Sementara itu, untuk beda tinggi dari
puncak ke ceruk ± 0.4 - 0.5 meter. Volume tersebut diambil dengan asumsi ramp masuk dan
ramp keluar jalan Cihampelas dan jalan Taman sari diabaikan karena dianggap mengalir
secara gravitasi.
Gambar 2. Daerah Rawan Banjir
Sementara itu, kondisi eksisting inlet drainase secara visual 90% tertutup oleh sampah atau
pasir seperti terlihat pada (Gambar 2 & 3). Inlet pada median serta lokasi samping kiri jalan
tidak berfungsi dengan baik, sehingga air menggenang pada cekungan jalan sebagai berikut:

Gambar 3. Kondisi inlet saluran arah Gasibu

Gambar 4. Kondisi inlet saluran arah Pasteur

Spesifikasi teknis inlet drainase atau deckdrain mempunyai jenis yang tipikal yaitu lebar 20 cm
dan panjang 35 cm dengan penutup jenis jeruji batang paralel. Diameter pipa adalah 12 cm
dengan jarak antar inlet drainase adalah 5.5 meter dan 6 meter.
5. Analisis Perhitungan Drainase Jalan Layang Pasupati
Perhitungan mengacu pada Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat Nomor 23/SE/M/2015 Tentang Pedoman Perancangan Drainase Jembatan.
Untuk memastikan drainase efektif dari dek jembatan, ditentukan bahwa kemiringan
melintang dek jembatan minimum adalah 2% dan kemiringan memanjang minimum
adalah 0,5%, dengan kemiringan saluran tepi minimum 1%. Tindakan pemeliharaan
jembatan harus mempertahankan nilai-nilai tersebut selama ada pengerjaan permukaan.
Saluran tepi rentan tersumbat oleh kotoran, terutama jika kemiringan tidak mencukupi.
Saluran harus dibersihkan secara teratur untuk menghindari tumpukan puing dan
tumbuhnya tanaman pada tumpukan puing yang dapat memperburuk masalah banjir
pada dek dan membuat beton menjadi lembap.

5.1 Perhitungan curah hujan 10 tahun


Langkah awal dalam perhitungan perencanaan drainase jalan adalah penentuan
intensitas curah hujan dengan periode ulang tertentu. Jalan layang Pasupati adalah jalan
nasional yang masuk pada kategori jalan arteri primer, sehingga periode ulang hujan
menggunakan skenario 10 tahun. Dalam Pedoman Perencanaan Drainase Jembatan
nomer 23/SE/M/2015 penentuan intensitas curah hujan menggunakan kurva IDF
(Intensity-Duration Frecuency) dengan data curah hujan di lokasi jalan/jembatan tersebut
berada. Kurva IDF pada kajian ini menggunakan kurva dari (Yudianto & Roy, 2009) yang
menggunakan data dari BMG Kota Bandung. Kurva IDF Kota Bandung dapat dilihat pada
Gambar 5.

Gambar 5. Kurva IDF Kota Bandung


Sumber: (Yudianto & Roy, 2009)

Intensitas curah hujan diambil dengan asumsi periode 5 menit, secara berturut-turut
untuk periode ulang 10 tahun 175 mm/jam. Setelah didapatkan intensitas curah hujan
selanjutnya menghitung waktu konsentrasi limpasan (t0) permukaan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Selanjutnya dihitung waktu konsentrasi aliran selokan (tg) dengan persamaan,

Dengan demikian didapat waktu konsentrasi:

5.2 Menghitung debit air (Q)


5.3 Menghitung kecepatan aliran selokan

5.4 Menghitung efisiensi inlet


5.5 Menghitung jarak antar inlet

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan jarak inlet eksisting sekitar 5,5 – 6 meter.
Dengan jarak antar deckdrain tersebut seharusnya sudah mampu mengalirkan air
limpasan hujan pada badan jalan. Kondisi pada deckdrain yang tertutup sampah,
tanaman liar dan pasir akan menghambat aliran air yang masuk pada saluran.

6. Kesimpulan dan Rekomendasi


a. Hasil perhitungan kondisi eksisting saluran drainase menggunakan Pedoman
Perencanaan Drainase Jembatan Nomor 23/SE/M/2015 adalah saluran drainase
eksisting mampu mengalirkan air hujan dengan intensitas hujan 175 mm/jam.
b. Lokasi kejadian banjir pada jalan layang terjadi setelah area tikungan, sehingga harus
mempertimbangkan kebutuhan kemiringan jalan menurut persyaratan alinyemen
horizontal jalan. Kemiringan perkerasan jalan harus dimulai dari sisi luar tikungan dan
menurun/ melandai ke arah dalam tikungan.
c. Kondisi eksisting pada Jalan Layang Pasupati yang terjadi banjir pada bulan
November 2017 diduga disebabkan karena saluran drainase yang ada mengalami
penyumbatan akibat sampah dan pasir, sehingga air hujan tidak dapat tersalurkan
dengan baik melalui pipa drainase serta adanya cekungan. Perlu pemeliharaan rutin/
berkala pada deckdrain agar berfungsi menyalurkan air limpasan dari permukaan
jalan. Untuk memudahkan pemeliharaan saluran, cleanout dipastikan harus berfungsi
dengan baik (Lampiran 1). Jarak antar deckdrain eksisting sudah memenuhi
persyaratan, bila berfungsi dengan baik tidak perlu penambahan inlet.
Lampiran 1. Cleanout Drainase Jembatan
Lampiran 2. Kondisi Eksisiting Drainase Jalan Layang Pasupati

Perbaikan saluran yang telah dilakukan Inlet Tambahan Lokasi Genangan (φ3”)

Inlet tambahan dari badan jalan arah Gasibu Superelevasi arah Pasteur

Kondisi inlet yang tertutup sampah kondisi outlet dari pipa saluran pilar
7. REFERENSI

1) Undang-undang Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
2) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
3) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
5) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang.
6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12 Tahun 2009 tentang Dokumen Penyediaan Dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau di Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan.
7) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13 Tahun 2011 tentang tata cara pemeliharaan dan
penilikan jalan.
8) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan
dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan.
9) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 Tahun 2012 tentang Dokumen Penanaman
Pohon pada Sistem Jaringan Jalan
10) Peraturan Menteri Pekerjaaum Umum Nomor 12 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem
Drainase Perkotaan.
11) Surat Edaran No 05/SE/M/2014 tentang Tata cara pelaksanaan inventarisasi barang milik
negara kementerian pekerjaan umum.
12) Petunjuk Desain Drainase permukaan jalan, No 008/T/BNKT/1990, Direktorat Jenderal Bina
Marga, Direktorat Pembinaan jalan Kota.
13) Pedoman Teknis Nomor 14 Tahun 2005 tentang Inspeksi dan Pemeliharaan Drainase Jalan,
Departemen Pekerjaan Umum.
14) Pedoman Teknis Nomor 02 Tahun 2006 tentang Perencanaan Sistem Drainase Jalan.
15) Standar Nasional Indonesia, no 19-17020-2012 tentang Persyaratan umum pengoperasian
berbagai lembaga inspeksi.
16) Pedoman Perancangan drainase jalan perkotaan, No 05/BM/2013, Kementrian Pekerjaan
Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga.
17) Pd T-16-2004-B tentang survei inventarisasi geometri jalan perkotaan.
18) Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 23/SE/M/2018,
Pedoman Perancangan Drainase Jembatan

Anda mungkin juga menyukai