JEMBATAN BAJA
1. PENDAHULUAN
Panduan ini mencakup tata cara pemeriksaan detail kondisi jembatan baja secara umum, yang
digunakan untuk memperoleh data administrasi, data teknis, dan data kondisi jembatan.
Pemeriksaan detail kondisi jembatan baja dilaksanakan berdasarkan Pedoman Pemeriksaan
jembatan. Cakupan jenis jembatan baja yaitu jembatan gelagar baja, gelajar baja komposit,
rangka baja dan gorong-gorong baja dengan bentang lebih dari 6 meter.
Panduan pelaksanaan pemeriksaan visual detail kondisi jembatan baja ini dilakukan untuk
mengetahui kondisi jembatan secara visual dengan mengisi formulir pemeriksaan detail
kondisi jembatan.
Nomor jembatan pada umumnya terdiri atas 16 (Enam belas) karakter angka/huruf atau
kombinasi angka dan huruf untuk setiap jembatan. Contoh dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Pada ruas-ruas jalan tertentu nomor jembatan mempunyai nomor tambahan (suffix). Nomor
tambahan ini dipakai bilamana ruas jalan yang telah dibagi dalam Sistem Manajemen Jalan
Antarkota atau Interurban Road Management System (IRMS), sehingga jumlah lalu-Iintas dapat
dihitung dengan lebih teliti untuk setiap bagian atau sub link.
A - Dua angka menunjukkan no. Provinsi sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaaan Umum
dan Perumahan Rakyat nomor: 290/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut
Statusnya sebagai Jalan Nasional.
B - Tiga angka menunjukkan nomor ruas jalan sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaaan
Umum dan Perumahan Rakyat nomor: 290/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan
Menurut Statusnya sebagai Jalan Nasional.
C - Dua angka menunjukkan nomor ruas suffix sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaaan
Umum dan Perumahan Rakyat nomor: 290/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan
Menurut Statusnya sebagai Jalan Nasional.
1
Di dalam manajemen jalan (IRMS) terdapat suffix pada jalan antar kota dan dalam kota.
Untuk suffix antar kota dimulai dengan angka 1 dan untuk dalam kota dimulai dengan
angka 11. Penggunaan angka “1” dan “K” bukan persyaratan untuk mengidentifikasikan
bahwa hal tersebut adalah antar kota atau kota. Di dalam SIMAJI (BMS) digunakan angka
01,02 dan seterusnya untuk antar kota dan 11, 12 .. dan selanjutnya untuk dalam kota. Jika
tidak ada ruas suffix, maka di dalam IRMS ditulis angka “00”
Laporan pemeriksaan harus menggunakan nomor tambahan ruas jalan yang sesuai dengan
ketentuan. Nomor tambahan ruas jalan sudah disediakan pada penomoran jembatan dalam
database.
Setiap bagian ruas jalan mempunyai titik awal dan titik akhir kilometer. Km (kilometer) lokasi
jembatan harus dicatat dengan betul sesuai dengan nomor tambahan ruas jalan.
Bagian ruas jalan dalam daerah perkotaan memiliki dua karakter sebagai nomor tambahan
ruas jalan misalnya 11K, 12K dan seterusnya. Ada kalanya ruas jalan di dalam RAMS (Road
Asset Management System) tidak terletak pada ruas jalan tersebut. Ruas jalan tersebut
mungkin berupa jalan pintas atau jalan cabang dari ruas jalan utama, seperti terlihat pada
Gambar.
No. Provinsi 24
Ruas 026 12 K
2
2.1.1. Jembatan tambahan/jembatan yang belum tercatat sebelumnya
Jembatan tambahan yang belum tercatat diberi nomor tambahan sesuai dengan ketentuan
berikut :
• Nomor tambahan ini merupakan perbandingan jarak antara jembatan tambahan dan
sebelumnya dengan jarak jembatan sebelum dan sesudahnya yang telah tercatat.
• Nomor tambahan memiliki nilai nomor bulat antara 1 sampai 9 untuk jembatan yang
berurutan. Jembatan-jembatan di atas sungai satu, sungai dua, jalan kereta api dan jalan
besar seperti yang terlihat pada Gambar 2-3 telah tercatat dalam data base. Oleh karena
itu, jembatan tersebut telah memiliki nomor yang berurut (dari 001 sampai 004).
• Jembatan sungai tambahan (seperti tertera pada Gambar 2-3) berada di antara Sungai dua
dan kereta api belum tercatat dalam data base, sehingga jembatan sungai tambahan diberi
nomor tambahan 4. Karena jarak antara sungai tambahan dengan sungai dua adalah empat
per sepuluh dari jarak antara sungai dua dan jembatan jalan kereta api.
Kab/Kota
an
Kereta api
Sungai
no.1101 tambah
akhir ruas
i satu
012
dua
Sunga
Sungai
awal ruas
Jalan besar
012 an
Jal Lintasan
Jalan
4 Km
10 Km
Sistem penomoran untuk kelima jembatan pada ruas jalan nasional nomor 012 dalam contoh
ini dapat dilihat pada gambar 2-4 berikut.
3
Gambar 2-4 Penggunaan nomor tambahan untuk penomoran jembatan tambahan
Jembatan yang digandakan diberi tanda dengan suatu akhiran berupa huruf abjad secara
berurutan.
Akhiran A - digunakan untuk jembatan di jalur paling kiri dari km (kilometer) kecil
lokasi jembatan
JBT 22.016.00.002.0B
Duplikasi
JBT 22.016.00.003.00
Jalan lama
JBT 22.016.00.001.00
JBT 22.016.00.002.0A
Gambar 2-5 - Penggunaan nomor tambahan huruf untuk penomoran jembatan yang
digandakan
4
2.1.3. Lintasan atas
Jembatan jalan raya yang melintas di atas jalur kereta api dicatat seperti biasa. Jembatan jalan
raya yang melintas di atas jalan (fly-over) dicatat pada ruas jalan yang berada di atas jalan.
Jembatan kereta api yang melintas di atas jalan biasanya merupakan tanggung jawab PT. Kereta
Api Indonesia (Persero), tidak dicatat ke dalam database. Bila terdapat keraguan mengenai
tanggung jawab akan suatu jembatan termasuk lintas atas kereta api, pemeriksa jembatan
harus berkonsultasi dengan penanggung jawab Sistem Informasi Manajemen Jembatan
(SIMAJI)
Kota asal merupakan jarak dari lokasi jembatan pada suatu ruas jalan. Setiap kota asal
mempunyai kode huruf berjumlah tiga, misalnya JKT untuk Jakarta dan BDG untuk Bandung
dengan satuan ukuran kilometer.
Pada setiap awal pemeriksaan dimulai dari km (kilometer) kecil, yaitu jarak terdekat lokasi
jembatan dari kota asal. Jembatan diperiksa secara berurutan sepanjang ruas jalan tersebut
untuk menghindari pencatatan ganda. Angka odometer pada km (kilometer) kecil dari kota asal
dicatat untuk menentukan lokasi jembatan.
Bila jembatan akan ditambahkan pada database, maka jarak dari kota asal dapat dihitung
dengan acuan dari jembatan atau patok kilometer yang sudah ada.
Selain dengan odometer, lokasi jembatan juga ditentukan dengan menggunakan sistem
koordinat yang biasa digunakan pada alat Global Positioning System (GPS) atau smartphone
dengan GPS (contoh Samsung atau iPhone).
Koordinat Lintang dan Bujur lokasi jembatan biasanya ditandai (marking) dalam format
xxx.xxxx. Jembatan yang mempunyai panjang total kurang dari atau sama dengan 20 meter,
maka koordinatnya ditandai pada posisi tengah bentang. Sedangkan jembatan yang mempunyai
panjang total lebih dari 20 meter, maka koordinatnya ditandai pada posisi masing-masing ujung
kepala jembatan.
Untuk mencatat kondisi komponen dan elemen utama suatu jembatan atau mencatat
lokasi setiap elemen utama atau elemen yang rusak/cacat, mutlak diperlukan suatu sistem
penomoran pada komponen dan elemen utama atau elemen jembatan.
Sebagai contoh kepala jembatan, pilar, dan bentang jembatan diberi kode huruf-angka
misalnya, A1 untuk kepala jembatan 1, P1 untuk pilar 1, dan B2 untuk bentang 2.
5
KE KM KECIL
KE KM BESAR
B1 B2 B3
A1 P1 P2 A2
Secara individual elemen seperti gelagar, kolom, dan bagian dari sistem rangka seperti
batang tepi atas, batang tepi bawah dan batang diagonal diberi nomor secara
memanjang, melintang, dan vertikal.
Elemen ini diberi nomor lokasi sesuai dengan sumbu X, Y, dan Z seperti yang terlihat
pada Gambar 2-7.
Contoh pencatatan lokasi komponen dalam arah memanjang seperti terlihat pada
Gambar 2-8 diberi nomor secara urut, dimulai dari komponen yang terdekat
dengan kepala jembatan 1 (A1)
6
Gambar 2-8 Penomoran lokasi komponen arah memanjang
Komponen dalam arah melintang diberi nomor dari kiri ke kanan seperti terlihat pada Gambar 2-9.
Gelagar ke-1 B2
T.Pancang ke-1 A1
Kolom ke-1 P2
T.Pancang ke-2 A1
T.Pancang ke-3 A1
Kolom ke-2 P2
T.Pancang ke-4 A1
A1 P1 Gelagar ke-4 B2 P2 A2
KE KM KECIL KE KM BESAR
Penomoran elemen dalam arah vertikal hanya berlaku pada bagian-bagian dari suatu
komponen atau elemen secara individual, misalnya dalam suatu struktur elemen utama
rangka baja seperti terlihat pada Gambar 2-10.
Hubungan B3.X5.Y2.Z2
BENTANG .3
7
2.4. Urutan pemeriksaan
Secara umum pemeriksaan harus diawali dari sebelah kiri kepala jembatan 1 (A1), seperti
terlihat pada Gambar 2-11.
Sungai
Awal Akhir
Dari KM.kecil Ke KM. Besar
Oprit Oprit
Sungai
Gambar 2-11 Urutan pemeriksaan
Urutan pemeriksaan ini berlaku untuk jembatan yang berbentang tunggal atau lebih,
bentang awal dan bentang akhir harus diperiksa sebelum bentang tengah.
• pastikan lokasi jembatan dan catat data administrasi pada halaman 1 dari laporan
pemeriksaan detail, isi nama jembatan, lokasi, kabupaten/kota, dan seterusnya.
• periksa laporan data inventarisasi jembatan, catat ketepatan atau ketidak tepatannya
pada halaman 1 dari formulir pemeriksaan. Lakukan koreksi pada laporan data bila
perlu.
• periksalah jembatan sesuai dengan prosedur pemeriksaan jembatan pada 4.5
• periksa secara sistematis jembatan yang bersangkutan dari fondasi sampai dengan
lantai kemudian catat elemen-elemen dan eub elemen beserta kerusakannya, lokasi
elemen atau sub elemen yang rusak dan nilai kondisinya, pada halaman 2 & 3 dari
formulir pemeriksaan.
• Tentukan nilai kondisi elemen atau sub elemen pada tingkat yang lebih tinggi sesuai
dengan keperluan, dan catat pada halaman 3 dalam formulir pemeriksaan detail.
• apabila diperlukan suatu pemeriksaan khusus atau tindakan darurat, catat pada
halaman 1 dalam formulir pemeriksaan detail dan sebutkan alasannya.
• apabila ada data lain yang diperlukan, catat pada halaman gambar dan foto dalam
formulir pemeriksaan detail.
Pemeriksa harus memotret dan membuat sketsa gambar untuk lebih memperjelas laporan.
8
3.2. Sistem pemeriksaan detail
3.2.2. Umum
Dasar dari sistem pemeriksaan detail adalah penilaian kondisi komponen dan elemen
menurut tingkat kerusakannya.
Setiap elemen yang memiliki kerusakan akan dinilai kondisinya berdasarkan nilai:
• struktur (S),
• kerusakannya (R),
• kuantitas (volume) (K),
• fungsi (F),
• pengaruh (P).
Sesudah melakukan penilaian kondisi elemen pada level 5 dan 4, maka baru kemudian
meninilai kondisi untuk elemen pada level yang lebih tinggi dalam hierarki, dengan
menggunakan program dalam software yang sudah disiapkan. Penilaiannya dilakukan
dengan cara mengevaluasi sejauh mana kerusakan dalam elemen pada level yang lebih
rendah mempengaruhi elemen-elemen pada level yang lebih tinggi berikutnya.
Nilai kondisi untuk elemen level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu ditentukan
dengan menggunakan software dan bukan oleh pemeriksa di lapangan. Program
software ini menggunakan nilai kondisi pada Level 3 untuk mendapatkan suatu Nilai
Kondisi jembatan pada Level 1 dan untuk menentukan strategi penanganan jembatan
secara keseluruhan.
Jembatan memiliki lima level dalam sistem hierarkinya, adalah sebagai berikut :
- Level 1 adalah jembatan secara keseluruhan, dan mempunyai kode elemen 1.000 -
jembatan.
- Level 2 terdiri dari komponen struktur utama jembatan dan jalan pendekat/tanah
timbunan dan aliran sungai, yaitu :
9
2.400 Bangunan atas.
- Level 3 adalah elemen utama yang merupakan bagian dari komponen struktur
jembatan, yaitu sebagai berikut :
3.310 Fondasi
dan seterusnya
- Level 4 adalah elemen yang merupakan bagian dari elemen utama jembatan.
Contohnya bangunan pengaman dengan kode 3.220 ( level 3 ), terbagi dalam
beberapa elemen yaitu:
4.221 Krib/pengarah arus sungai
4.223 Talud
4.224 Turap
dan seterusnya
Elemen pada level 4 adalah semua jenis elemen jembatan secara keseluruhan, jadi
elemen 4.224 adalah semua elemen turap pada lokasi jembatan.
- Level 5 adalah sub elemen jembatan yang merupakan bagian dari level 4 tetapi
mempunyai lokasi tertentu pada jembatan. Setiap sub elemen "level 5" mempunyai
kode yang sama dengan kelompok pada level 4 tetapi mempunyai lokasi yang khusus
untuk membedakannya dari sub elemen lain dalam kelompok yang sama. Sebagai
contoh, sub elemen Turap (kode 4.224) pada A1 berarti turap yang letaknya di kepala
jembatan 1.
10
Tabel 3-1 Hierarki elemenJambatan Baja
4.223 Talud
4.224 Turap
4.225 Fender
4.314 Angkur
4.327 Penunjang/Pengaku
11
KODE ELEMEN JEMBATAN BAJA
KODE LEVEL 1 KODE LEVEL 2 KODE LEVEL 3 (ELEMEN UTAMA) KODE LEVEL 4 (ELEMEN)
(KOMPONEN)
2.400 Bangunan 3.410 (ELEMEN
Sistem UTAMA)
Gelagar 4.411 Gelagar
(ELEMEN)
Atas
4.462 Batang tepi bawah
(Lanjutan)
Pelat Pengisi
4.470 Baut
2.500 Sistem Lantai 3.510 Sistem Lantai 4.511 Gelagar Memanjang Lantai
12
KODE ELEMEN JEMBATAN BAJA
KODE LEVEL 1 KODE LEVEL 2 KODE LEVEL 3 (ELEMEN UTAMA) KODE LEVEL 4 (ELEMEN)
(KOMPONEN)
(ELEMEN UTAMA) 4.517 Pipa Cucuran
(ELEMEN)
Atas
4.612 Landasan Karet
(Lanjutan)
4.731 Utilitas
Yang termasuk dalam tanah timbunan adalah timbunan jalan pendekat, drainase timbunan, lapisan
perkerasan, pelat injak, dan tanah bertulang.
Timbunan jalan pendekat dapat juga mengalami gangguan yang dapat berakibat tidak nyamannya
pemakai jalan atau tertutupnya jembatan. Beberapa masalah dapat ditimbulkan oleh :
13
• pusaran air,
• longsor,
• drainase yang buruk pada jalan pendekat jembatan,
• penurunan/settlement.
Aliran
Abutmen
Gerusan
Sungai
Tepi Sungai
Pusaran
Longsor dapat terjadi jika tumit timbunan hilang karena tergerus.Hal ini dapat mengakibatkan
runtuhnya kepala jembatan. Tanda awal terjadinya kelongsoran ini biasanya dengan ditemukan
penurunan pada jalan pendekat. Hal ini dapat terjadi sampai 25 meter di belakang kepala jembatan.
Penurunan
14
Panel beton digunakan sebagai dinding penahan dan membuat penampilan yang menarik.
3.110
Tanah Timbunan
4.213.- Lapis
Perkerasan
4.214 Pelat
Injak
4.211 –
4.211
tanah
timbunan
4.212 4.215
4.212 Drainase 4.215 – Tanah
tanah timbunan bertulang
15
4.216 – Tiang
Pengaman
4.217 – Pagar
pengaman
Daerah aliran sungai dan tanah timbunan yang termasuk dalam kelompok besar elemen level 3
adalah :
16
Aliran sungai yang termasuk dalam level 4/5 elemen adalah :
Kode 4.211 - Tebing sungai (Level 4)
Tebing sungai dapat meliputi dinding penahan tanah, tebing alam, atau buatan.
Kode 4.212 - Aliran air utama (Level 4)
Penggerusan, erosi dan pengikisan dasar sungai biasanya disebabkan oleh tidak cukup besarnya
palung sungai, pola aliran yang berubah atau banyaknya kotoran yang tertimbun. Hal ini menyebabkan
bertambah besarnya kecepatan aliran air sungai atau berubahnya lokasi aliran sungai.
Sisa-sisa bangunan lama (seperti pilar) dapat mengakibatkan pusaran air serta menghambat aliran
dan tertahannya sampah.
Kode 4.213 - Daerah genangan banjir (Level 4)
Daerah genangan banjir adalah daerah yang akan digenangi oleh air banjir pada waktu sungai tidak
mampu menampung air, atau air meluap melalui tanggul sungai.
Sebuah jembatan atau timbunan jalan pendekat jembatan dapat berpengaruh terhadap daerah
genangan banjir jika hal tersebut menghalangi aliran.
Pengaman gerusan (scouring) merupakan bagian yang penting dalam suatu jembatan.
Kegagalan/keruntuhan bangunan pengaman dapat menyebabkan runtuhnya jembatan.
Bangunan pengaman yang tercakup dalam elemen level 4/5 adalah :
Kode 4.221 - Krib/pengarah arus sungai (Level 4)
Krib adalah bangunan menyilang / sejajar arah aliran yang ditujukan guna melindungi tebing sungai,
secara tidak langsung untuk membentuk alur sungai dan mengarahkan arus atau alirannya. Jenis krib
ada 2 (dua) jenis yaitu krib rapat air dan krib lolos air. Krib rapat air terbuat dari bronjong, timbunan
batu kali, sedangkan yang lolos air terbuat dari tiang pancang kayu atau beton bertulang.
17
Gambar 3-7 – Krib (Bangunan Pengarah Aliran Sungai)
Kode 4.222 - Bottom controller/groundsill (Level 4)
Bottom controller /groundsill adalah konstruksi untuk menaikkan dasar sungai yang mengalami
degradasi atau penurunan dasar sungai yang dapat diakibatkan oleh adanya penggalian material
atau galian C dan secara alamiah.
Konstruksi Bottom Controller ini dapat dibuat dengan menggunakan bahan bronjong atau matras
sampai suatu elevasi tertentu sesuai dengan elevasi yang diharapkan.
Bronjong (bangunan semi permanen) yang digunakan dapat ditumpuk-tumpuk satu diatas yang
lainnya untuk membangun dinding. Jika hal tersebut tidak dilaksanakan dengan baik dan sesuai
dengan spesifikasi, akan timbul masalah seperti penggembungan atau terguling.
18
Gambar 3-8 - Bottom controller dengan bahan bronjong
Talud adalah konstruksi untuk mengamankan tebing sungai dan timbunan, konstruksi talud sering
mengalami penurunan yang menyebabkan retak dan runtuh.
Turap adalah jenis konstruksi yang sering digunakan sebagai dinding penahan tanah.
Turap yang digunakan sebagai dinding penahan tanah dapat menggunakan bahan kayu, beton atau
baja.Turap baja adalah suatu konstruksi yang dapat berupa tiang pancang khusus (sheet pile) yang
digunakan sebagai penahan tanah. Jenis turap baja yang banyak digunakan adalah jenis baja dengan
bentuk tiang pancang khusus yang dapat saling mengikat.
19
Gambar 3-10- Turap baja yang saling mengikat (sheet pile)
Fender digunakan pada sekeliling pilar guna melindungi pilar dari tumbukan kapal atau
sampah/kotoran. Fender dapat berupa suatu sistem tiang yang dipasang baik pada bagian hulu pilar
maupun mengelilingi pilar.
Pada aliran sungai banyak yang menggunakan dinding penahan tanah dari pasangan batu di
sepanjang tebing sungai sebagai pengaman terhadap gerusan (scouring).
20
Gambar 3-12.- Dinding penahan tanah
Bangunan bawah adalah komponen jembatan yang terdiri dari fondasi, kepala jembatan, dan pilar.
21
Kode 3.310 - Fondasi (Level 3)
Yang termasuk fondasi pada level 4/5, yaitu :
22
Kode 4.312 - Fondasi sumuran /caisson (Level 4)
Terdapat banyak fondasi sumuran. Pada umumnya penggalian fondasi sumuran ini dilakukan oleh
tenaga manusia. Fondasi sumuran ikut turun sejalan dengan penggalian. Diameter fondasi sumuran
berkisar antara 250 cm sampai 450 cm.
Biasanya terdapat dua fondasi sumuran untuk setiap kepala jembatan atau pilar.
23
Gambar 3-17 – Fondasi langsung
24
Kode 3.320 - Kepala jembatan/Pilar (Level 3)
Kepala jembatan dan pilar merupakan kelompok elemen yang besar dari suatu jembatan yang
berfungsi meneruskan beban dari bangunan atas ke fondasi.
Yang termasuk level 4/5 untuk kepala jembatan dan pilar adalah :
25
Gambar 3-20- Elemen Kepala Jembatan
26
Kode 4.326 - Balok penahan gempa (Level 4)
Balok penahan gempa berfungsi untuk menahan gaya gempa arah lateral.
Kode 4.327- Penunjang / Pengaku (Level 4)
Sistem pengaku umumnya dipakai pada konstruksi kayu atau baja. Akan tetapi ada beberapa
jembatan beton yang menggunakan sistem pengaku dari beton bertulang.
Penunjang Sementara
27
Gambar 3-24- Penunjang sementara
28
3.2.3.4. Kode 2.400 - Bangunan atas (Level 2)
Bangunan atas adalah komponen utama jembatan yang membentang antara pilar dan kepala
jembatan. Bangunan atas ini meliputi lantai jembatan dan semua komponen diatas landasan, yang
termasuk komponen utama dalam level 3 adalah :
29
Ikatan angin
Tampak Samping
Tampak Atas
30
(a) tipe lantai di bawah dengan ikatan angin atas (Through Type),
(b) tipe lantai di bawah tanpa ikatan angin atas (pony Truss type ),
(c) tipe lantai di atas (Deck Type), dan
(d) tipe lantai di tengah (Half Through Type).
Ada bermacam-macam bagian jembatan rangka, termasuk diantaranya batang memanjang atas dan
bawah, batang pengaku, dan batang rangka.Gambar …. menunjukkan berbagai bagian jembatan
rangka secara umum pada level 4/5. Walaupun demikian, seorang pemeriksa akan menemukan
kesulitan untuk mengklasifikasikan atau menerangkannya. Jika hal ini terjadi, pemeriksa harus
membuat sketsa dari rangka tersebut dan menggaris bawahi persoalannya dalam laporan.
31
Jembatan rangka Acrow/Bailey adalah salah satu tipe khusus dari jembatan rangka yang sifatnya
darurat. Jembatan ini biasanya dipakai sebagai jembatan sementara. Ada panduan khusus yang
menjelaskan bagian-bagian dari jembatan ini. Gambar 55 memperlihatkan bagian-bagian utamanya.
32
Gambar 3-33– Elemen-elemen Jembatan Bailey
33
Kode 4.456 – Clamp (Level 4)
Clamp adalah alat pengencang pada jembatan bailey.
Kode 4.457 – Angkur prategang eksternal (Level 4)
Angkur prategang eksternal adalah bagian pengikat ujung kabel prategang yang berfungsi sebagai
perkuatan pada jembatan yang diperkuat. Perkuatan dengan system prategang eksternal ini dapat
dilaksanakan pada jembatan rangka, gelagar beton pratekan, gelagar beton bertulang atau beton
komposit.
Kode 4.458 – Kabel prategang eksternal (Level 4)
Kabel prategang eksternal adalah kabel yang digunakan untuk perkuatan eksternal jembatan.
34
Gambar 3-37 – Elemen-elemen Jembatan Rangka
Kode 4.461 - Batang tepi atas (Level 4)
Batang tepi atas adalah struktur utama pada sistem rangka yang berada pada bagian atas dan
merupakan kesatuan dengan batang-batang lainnya.
Kode 4.462 - Batang tepi bawah (Level 4)
Batang tepi bawah adalah struktur utama pada sistem rangka yang berada pada bagian bawah dan
merupakan kesatuan dengan batang-batang lainnya.
Kode 4.463 - Batang diagonal (Level 4)
Batang diagonal adalah struktur utama pada sistem rangka yang posisinya diagonal dan merupakan
kesatuan dengan batang-batang lainnya.
Kode 4.464 - Batang vertikal (Level 4)
Batang vertikal adalah struktur utama pada sistem rangka yang posisinya tegak dan merupakan
kesatuan dengan batang-batang lainnya.
Kode 4.465 - Ikatan angin atas (Level 4)
Ikatan angin atas merupakan suatu pengaku atau penguat pada sistem rangka yang berada pada
bagian atas. Pada umumnya mengikatkan antar batang tepi atas yang menyilang letaknya.
Kode 4.466 - Ikatan angin bawah (Level 4)
Ikatan angin bawah merupakan suatu pengaku atau penguat pada sistem rangka yang berada pada
bagian bawah. Pada umumnya mengikatkan antar batang tepi bawah yang menyilang letaknya.
Kode 4.467- Diafragma Rangka (Level 4)
Diafragma pada sistem rangka ini terletak pada bagian sambungan titik buhul, dan merupakan
pengikat atau pengaku sistem buhul.
35
Gambar 3-38– Elemen Ujung Rangka Baja
36
Di las
Pelat Buhul
37
Gambar 3-43– Elemen pada Jembatan Callender Hamilton
38
Kode 4.477 – Pelat kopel batang tengah (Level 4)
Pelat kopel batang tengah berfungsi sebagai elemen yang menyatukan dua bagian elemen batang
tengah pada jembatan rangka.
Kode 4.478 – Pelat kopel batang bawah (Level 4)
Pelat kopel batang bawah berfungsi sebagai elemen yang menyatukan dua bagian elemen batang
bawah pada jembatan rangka.
Kode 4.479 – Pelat kopel batang vertical (Level 4)
Pelat kopel batang vertikal berfungsi sebagai elemen yang menyatukan dua bagian elemen batang
vertikal pada jembatan rangka.
Kode 4.480 – Ikatan angin melintang (Level 4)
Ikatan angin melintang terdapat pada ikatan angin dan letaknya melintang antara batang tepi atas.
Kode 4.501 - Gelagar memanjang lantai (Level 4)
Balok memanjang di bawah lantai umumnya dijumpai pada jembatan rangka baja. Balok-balok ini
digunakan untuk memperkecil bentangan pelat lantai apabila jarak antar gelagar melintang terlalu
besar.
39
Lantai yang ditopang gelagar
Baja Tulangan
40
Beberapa jembatan dengan lantai beton mengurangi jumlah gelagar dengan menambah besar
ukuran kerb menjadi balok tepi. Hal ini terdapat juga pada jembatan rangka Callendar Hamilton tipe
lantai bawah atau jenis jembatan rangka baja lainnya.
41
Pemeriksa harus memeriksa elemen-elemen ini untuk meyakinkan bahwa para pejalan kaki tidak
berada dalam keadaan bahaya yang disebabkan oleh papan lantai yang hilang, permukaan yang
kasar dll. Juga harus diperiksa bahwa tidak ada halangan diatas trotoar sehingga para pejalan kaki
tidak perlu berjalan di dalam jalur lalu lintas.
Kode 4.507 - Pipa cucuran (Level 4)
Pipa cucuran adalah bagian dari sistem drainase yang berupa pipa di sepanjang lantai untuk
mengalirkan air dari lantai jembatan sehingga air buangan tidak mengenai elemen yang lainnya.
Kode 4.508 – Drainase lantai (Level 4)
Drainase lantai adalah bagian dari sistem lantai untuk mengalirkan air ke pipa cucuran. Drainase
yang baik pada lantai sangat penting artinya bagi jembatan, karena akan menjamin :
• tidak akan ada genangan air diatas lantai jembatan yang dapat mengakibatkan kecelakaan,
dan
• tidak secara langsung air mengenai bagian dari struktur, seperti jalan pendekat yang
dapat rusak akibat air atau gelagar yang berada di bawahnya.
4.516 – Trotoir / kerb 4.514 – Balok tepi
42
Kode 3.600 - Siar muai (Level 3)
Siar muai dibuat untuk mengakomodasi gerakan bangunan atas, rotasi, arah memanjang maupun
arah melintang sebagai akibat beban hidup serta gerakan muai dan susut akibat perubahan
temperatur.
Pemeriksa jembatan harus memeriksa siar muai jembatan untuk meyakinkan bahwa sambungan
tersebut masih berfungsi. Beberapa masalah hanya akan ditemukan dengan memeriksa bagian kolong
lantai jembatan, sedangkan sambungan yang longgar dapat diketahui dari bunyi yang berderak.
Jenis-jenis Siar muai :
Siar muai terbuka - Siar muai terbuka dibuat untuk menampung gerakan bangunan atas dalam arah
memanjang dan juga untuk menyambung sebagian celah agar lalu lintas dapat lewat dengan lancar.
Siar muai tertutup - Siar muai tertutup terdiri atas pengaturan beberapa material untuk
menyambung celah sambungan dengan sempurna dan menampung gerakan bangunan atas dalam
arah memanjang. Desain siar muai jenis ini dapat dilengkapi dengan atau tanpa bahan kedap air.
43
penahan air dari karet
44
9.3.4.9.4 Kode 4.604 – Sambungan/Siar muai aspal (Level 4)
Siar muai jenis aspal atau dikenal dengan nama asphaltic plug merupakan jenis siar muai yang
tertutup, karena celah antar lantai kendaraan tertutup dengan jenis aspal khusus yang dapat
menahan pergerakan beban lalu lintas. Jenis siar muai ini merupakan salah satu jenis siar muai yang
mempunyai kenyamanan yang baik untuk pengguna jalan.
45
• duduk dengan baik, dengan baut pengikat yang cukup bebas agar dapat bergerak;
• tempat kedudukannya tidak rusak; dan
• bagian logamnya tidak retak atau melengkung.
46
Gambar 3-59 – Landasan Karet
Plat baja
47
Kode 4.615 - Baut pengikat/angkur gempa (Level 4)
Baut yang mengikat struktur bangunan atas (gelagar baja atau rangka) dengan bangunan bawah
(pilar atau kepala jembatan) untuk menahan gaya angkat akibat gaya gempa pada bangunan atas
jembatan.
Baut Pengikat
Karet penahan gempa pada umumnya terdapat pada jembatan rangka atau jembatan gelagar baja.
Penahan gempa ini merupakan elemen yang wajib dipasang dan mempunyai fungsi untuk menahan
gerakan akibat gaya gempa.
48
Gambar 3-64 – Penahan Gempa
49
Kode 4.621 - Tiang sandaran (Level 4)
Tiang sandaran adalah bagian dari sandaran yang tegak dan dapat terbuat dari bahan baja atau
beton.
50
Kode 3.700 – Perlengkapan (Level 3)
Pembatas Lebar
6 Ton
51
Kode 4.712 - Marka jalan (Level 4)
Marka jalan merupakan petunjuk bagi para pemakai jalan mengenai jalur dan lajur kendaraan,
larangan menyalip, dan tempat penyeberangan.
Kode 4.713 - Papan nama (Level 4)
Setiap jembatan harus mempunyai papan nama yang menunjukkan atau menyatakan nama dan
nomor jembatan serta informasi lain.
Kode 4.715 - Parapet/tembok sedada (Level 4)
Parapet merupakan bagian jembatan yang berfungsi untuk mengarahkan kendaraan sebelum masuk
ke jembatan. Pada elemen ini pada umumnya diletakkan papan nama jembatan.
9.3.4.12.7 Kode 4.721 - Lampu penerangan (Level 4)
Penerangan seringkali diperlukan pada daerah jembatan yang berada dalam daerah perkotaan.
52
3.2.3. Kode kerusakan
Kode kerusakan diidentifikasi dengan 3 karakter angka. Kerusakan pada umumnya
berkaitan dengan bahan atau elemen.
Beton
201 Cacat pada beton termasuk terkelupas, gompal, keropos,
berongga, berpori dan kualitas beton yang jelek
202 Retak
203 Korosi pada tulangan baja
204 Kotor, berlumut, penuaan atau pelapukan beton
205 Pecah atau hilangnya bahan
206 Lendutan
Baja
301 Penurunan mutu cat
302 Korosi
303 Perubahan bentuk
304 Retak
305 Komponen yang rusak atau hilang
306 Elemen yang salah
308 Sambungan yang longgar
53
3.2.4. Sistem penilaian elemen
Sistem penilaian elemen untuk elemen yang rusak terdiri atas lima pertanyaan
mengenai kerusakan yang ada.
Kuantitas (Volume) - apakah jumlah kerusakan lebih atau sama dengan 30% dari
luas/volume/panjang? Selain hal tersebut perlu dihitung juga
volume kerusakan yang sesungguhnya.
Nilai sebesar 1 atau 0 diberikan pada elemen sesuai dengan setiap kerusakan yang ada,
menurut kriteria yang diperlihatkan pada tabel 3-2
Dalam menggunakan sistem ini, nilai kondisi diberikan pada sub elemen level 5 dan
elemen level 4. Bila penilaian awal suatu sub elemen (individual) diberikan pada level 5,
kelompok elemen yang mirip dinilai pada level yang lebih tinggi, yaitu elemen level 4,
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sama mengenai kelompok elemen
secara keseluruhan.
54
kondisi secara keseluruhan, dan kinerja dalam keadaan lalu lintas penuh. Dalam melakukan
pengawasan ini, setidak-tidaknya jembatan harus dilewati satu kendaraan berat.
Selama pemeriksaan awal harus dicatat sub elemen dan elemen jembatan yang rusak, elemen
yang penampilan dan kondisinya berbeda dari bagian elemen lainnya atau elemen-elemen
struktur dengan level hierarki yang sama. Hal ini akan membantu pemeriksa untuk
merencanakan pemeriksaan secara keseluruhan dan menentukan tingkat dimulainya
penilaian elemen.
Hal ini dapat dilakukan dengan mudah dengan jalan mengacu pada daftar hierarki elemen
utama pada Level 3 yang terdapat dalam formulir pemeriksaan detail, memilih komponen
yang relevan terhadap jembatan yang sedang diperiksa dan mengamati elemen utama dari
setiap kelompok Level 3, yaitu pada elemen Level 4, untuk menentukan apakah elemen
tersebut pada kondisi yang mirip. Jika belum mengenali hierarki jembatan, pemeriksa harus
mengacu pada daftar elemen level 4 itu sendiri untuk melaksanakan kegiatannya.
Bila semua elemen pada level 4 dari suatu elemen utama level 3 berada dalam kondisi yang
sama dengan kerusakan yang sama atau tidak ada kerusakan, elemen utama level 3 yang
bersangkutan dapat dinilai tanpa perlu mencatat kerusakan yang berada pada elemen dari
level yang lebih rendah.
Bila elemen utama dari Level 3 berada dalam kondisi yang berbeda atau memiliki cacat yang
berbeda, kerusakan tersebut harus dicatat untuk elemen utama yang bersangkutan dan
penilaian dilaksanakan pada Level 4 atau Level 5.
Bila ada lebih dari satu kerusakan yang serius dalam elemen yang sama, setiap kerusakan
harus dicatat.
Bila suatu pemeriksaan detail dilaksanakan sesudah rehabilitasi atau perbaikan besar,
semua elemen rusak yang dicatat sebelumnya harus diperiksa ulang untuk memastikan
bahwa pekerjaan yang dilakukan sudah efektif, dan suatu penilaian baru mengenai kondisi
harus dilakukan.
Tabel 3-3 Contoh kerusakan elemen
55
4.463 BATANG DIAGONAL 302 KARAT
PERUBAHAN
4.612 PERLETAKAN 712
BENTUK
Lokasi sub elemen yang cacat/rusak hanya dicatat untuk sub elemen yang berada pada
penilaian Level 5.
Secara khusus tabel tersebut menampilkan penggunaan lokasi untuk mencatat elemen utama,
yaitu 3.320 Kepala Jembatan dan 3.450 Rangka, yang memiliki kerusakan yang berdampak
pada elemen secara keseluruhan, tetapi tidak pada elemen yang mirip. Elemen-elemen ini
dicatat pada Level 5 dengan menggunakan kode dan lokasi elemen.
Sebagai perbandingan, elemen utama 3.210 Aliran Sungai dan 4.502 elemen Lantai
permukaan kendaraan lokasinya tidak dicatat. Ini berarti bahwa seluruh elemen terpengaruh
oleh kerusakan tersebut.
Elemen 4.612 Perletakan dicatat dengan lokasi A1 saja. Ini berarti bahwa semua perletakan
pada A1 kondisinya rusak.
Tabel 3-4 Contoh lokasi elemen yang rusak
4.46
BATANG DIAGONAL 305 ELEMEN HILANG B5 7 1 Diagonal ke 7, batang kiri
3
4.62
SANDARAN HORIZONTAL 302 KARAT B5 1 1 Bentang 5, kiri, atas
2
4.61
PERLETAKAN 605 PERUBAHAN BENTUK A1 Abutmen 1, semua perletakan
2
56
3.21
ALIRAN SUNGAI 503 PENGIKISAN Aliran sungai seluruhnya
0
4.50
LAPIS PERMUKAAN 723 BERGELOMBANG Lapis permukaan seluruhnya
9
Sesudah elemen yang rusak dan bentuk kerusakan selesai dicatat, Nilai Kondisi dinilai
menggunakan sistem penilaian elemen yang telah diuraikan dalam pasal 6.2.4.
Penilaian pada Level 5
Contoh:
Dalam Tabel 3-4, elemen 4.462 memiliki kerusakan 302 hanya pada batang tepi bawah,
batang ini terletak pada rangka kiri di B5.
Kerusakan ini (karat) bersifat merusak dan telah menjalar lebih dari 10% potongan
melintang batangnya. Oleh karena itu, nilai struktur dan nilai kerusakan S dan R masing-
masing adalah 1.
Korosi telah meluas ke seluruh elemen secara keseluruhan. Oleh karena itu,nilai
kuantitasnya K adalah 1.
Batang masih tetap berfungsi, oleh karena itu nilai Fungsi adalah 0.
Batang yang berkarat tidak mempengaruhi kinerja elemen lainnya. Oleh karena itu, nilai
pengaruh adalah 0. Jadi, nilai kondisi elemen ini pada Level 5 adalah 3, seperti yang
terlihat dalam kolom yang berjudul "Level 5" dalam Tabel 6-4.
Sesudah suatu sub elemen dinilai pada Level 5, nilai kondisi dari kelompok semua elemen
yang mirip dinilai dan dicatat pada Level 4.
Contoh : Elemen 4.462 - tidak ada pengaratan pada batang tepi bawah lainnya di bentang
manapun di jembatan. Dengan demikian, Nilai Kuantitas adalah 0 (kurang dari 30% dari
semua batang tepi bawah dari jembatan).
Nilai Struktur dan Nilai Kerusakan S dan R tetap 1 karena kerusakan bersifat mer usak dan
telah menjalar ke lebih dari 10% dari potongan melintang dari batang tepi bawah RB di
B5. Jelas bahwa Nilai Fungsi dan Pengaruh tetap 0.
Nilai Kondisi pada level 4 dari Elemen 4.462 (semua batang tepi bawah jembatan) adalah
2, seperti yang terlihat dalam kolom yang berjudul "Level 4".
Dengan cara yang sama, Elemen 4.461, 4.462 dan 4.463 dinilai. Pertama-tama penilaian
dilakukan pada level 5 dan kemudian pada level 4, seperti yang terlihat dalam Tabel 6-4.
Bila ada lebih dari satu kerusakan dalam elemen yang sama, yang memiliki gabungan nilai
struktur, kerusakan dan perkembangan digunakan untuk menilai nilai kondisi elemen. Bila
kerusakan memiliki angka yang sama untuk ketiga nilai tersebut, maka apabila salah satu
kerusakan mempengaruhi elemen-elemen lainnya atau arus lalu lintas (artinya, nilai
57
pengaruh = 1, kerusakan tersebut digunakan untuk menentukan nilai kondisi dari elemen
yang bersangkutan).
Contoh: Kerusakan 302 dalam elemen 4.463 digunakan untuk menentukan nilai kondisi.
dari semua batang diagonal, karena angka untuk nilai struktur, kerusakan dan
perkembangan adalah 3 untuk kerusakan 302 dan hanya 2 untuk kerusakan 303.
Tabel 3-5 Contoh pemberian nilai kondisi pada level 5 dan level 4
605 PERUBAHAN A1 1 1 1 1 0 0 3
BENTUK
Penilaian elemen dinilai pada hanya sampai Level 4, nilai kondisi dinilai pada Level 3 tidak
dihitung tetapi boleh dicatat pada halaman 3 dari laporan pemeriksaan. Pemeriksaan di
lapangan hanya dilakukan untuk level 5 atau level 4 saja, karena dengan adanya sof tware
computer tablet, atau tidak, penilaian kondisi untuk level 3, 2 dan 1 akan menggunakan
software yang sudah di mutakhirkan.
Contoh:,
Dalam contoh pada Tabel 6-4 tidak ada kerusakan pada rangka jembatan, kecuali pada
rangka di B5. Rangka di B5 merupakan bagian dari elemen 3.450 - Rangka. Maka untuk
penilaian kondisi level 3 tidak perlu dilaksanakan, karena nilai kondisi level 5 dan level 4
langsung dimasukkan dalam software.
Semua elemen yang rusak dalam rangka ini harus dipertimbangkan dalam menghas ilkan
nilai kondisi untuk elemen 3.450 pada Level 3, yaitu sub Elemen 4.461, 4.462, dan 4.463.
58
3.3.7. Data lain
Data lain juga harus dicatat berdasarkan setiap elemen yang rusak pada halaman 3 dari
formulir pemeriksaan seperti yang terlihat dalam Tabel 3-6.
Pada kolom volume kerusakan elemen harus ditulis jumlah volume kerusakan yang
terjadi pada elemen level 5 atau level 4. Untuk dapat dihitung nilai kondisi yang lebih
akurat pada level yang lebih tinggi, maka volume total elemen pada level 4 harus
dituliskan pada kolom yang telah disediakan.
Volume Kerusakan Elemen (Jumlah), Volume Total Elemen dan Satuan (Unit)
Masukkan jumlah kerusakan yang ada dan unit ukuran satuan (lihat pada buku petunjuk
peniaian kerusakan lampiran C).
Informasi ini selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung nilai kondisi elemen
sesungguhnya dengan memperhitungkan volume kerusakan yang ada di bandingkan
dengan volume kerusakan elemen pada level yang lebih tinggi. Selain itu akan digunakan
juga dalam memperkirakan biaya perbaikan/ penggantian elemen.
Tindakan Darurat
Bila pemeriksa menganggap bahwa suatu kerusakan besar menuntut tindakan darurat ,
hal tersebut harus dicatat dalam kotak yang berkaitan dengan elemen dan kerusakan,
dan kemudian dipindahkan ke bagian "TINDAKAN DARURAT" pada halaman 1 dari
formulir, tempat alasan untuk tindakan darurat dicatat.
59
Pemeriksaan Khusus
Bila pemeriksa menganggap bahwa suatu elemen rusak, menuntut suatu pemeriksaan
khusus, hal tersebut harus dicatat dalam kotak, dan kemudian dipindahkan ke bagian
"PEMERIKSAAN KHUSUS" pada halaman 1 dari formulir, tempat alasan untuk pemeriksaan
khusus dicatat.
Baja banyak digunakan sebagai konstruksi jembatan karena kekuatannya dan tahan lama
apabila dipelihara secara baik. Kebanyakan jembatan yang dibangun sejak pertengahan tahun
1970 terbuat dari konstruksi baja yang berupa rangka baja maupun gelagar baja dengan lantai
beton. Sebelum masa itu, banyak jembatan baja yang dibangun biasanya tanpa sistem lapisan
penutup yang cukup memadai.
60
Terdapat 5. (lima) permasalahan utama pada jembatan-jembatan baja yang memerlukan
pemeriksaan yaitu :
Lapisan pelindung permukaan dapat rusak akibat waktu / umur atau lecet akibat suatu
gesekan. Kerusakan lapisan pelindung permukaan yang disebabkan oleh tumbukan kendaraan
dapat juga terjadi dan perlu dilaporkan. Penurunan mutu sistem pelindung permukaan pada
umumnya terjadi pada sisi yang tajam dari struktur baja dimana pelindung permukaannya
pada umumnya tipis, dan khususnya untuk komponen yang dicat.
Penurunan mutu pada awalnya cepat terlihat dengan timbulnya gelembung pada permukaan.
Ini menandakan bahwa karat mulai timbul di bawah lapisan pelindung. Juga harus dicari tanda
karat yang kecil pada permukaan cat yang mana dapat dengan cepat mengarah kepada
penurunan mutu lebih lanjut. Penurunan mutu dari galvanis terjadi dengan berkaratnya
lapisan galvanis (zinc). Bercak-bercak putih pada permukaan galvanis menunjukkan bahwa
proses karat sedang terjadi.
61
terjadi pada baja. Hal ini dapat terlihat apabila permukaan berwarna coklat karat. Apabila
tidak segera ditangani maka karat dapat menjalar dan memakan ke bagian dalam baja dan
terjadilah lekukan. Lekukan ini merupakan penggerusan akibat karat pada permukaan baja
dan apabila proses karat ini tidak dihentikan maka keadaan dapat menjadi sangat buruk dan
baja akan menjadi serpihan-serpihan. Maka akan terlihat bahwa baja akan terpecah-pecah
menjadi lapisan-lapisan tipis yang mudah terkelupas. Jenis karat ini memerlukan penanganan
dengan segera karena akibatnya sangat berbahaya.
Baja jika berkarat akan mengembang. Jika karat terjadi diantara dua pelat baja, gerakan mengembang
akibat karat dapat merenggangkan kelekatan antara kedua buah pelat tersebut. Ini mengakibatkan
beban tambahan pada paku keling, baut atau las dan dapat mengakibatkan kegagalan/kerusakan pada
sambungan atau titik buhul.
• Sudut-sudut
• Tumpukan sampah, kotoran, tanah dan lain-lain dapat mengumpulkan dan menjebak
kelembaban
• Pada daerah yang diberi pelumas (gemuk/stempet) seperti pada perletakan geser, rocker atau
perletakan rol
• Pada kabel dan kabel-kabel angkur pada jembatan gantung
• Sambungan
62
Gambar 4-3 Sambungan berlapis yang mengembang karena karat
Contoh daerah-daerah yang umumnya harus diperiksa pada gelagar dan jembatan rangka dapat
dilihat pada gambar 4-4 dan gambar 4-5.
Gambar 4-4 Tempat-tempat yang umumnya terjadi karat pada jembatan rangka
Gambar 4-5 Titik-titik yang umumnya terjadi karat pada jembatan gelagar baja
63
Komponen jembatan baja dapat mengalami kerusakan pada waktu pengangkutan dan
penanganan. Kerusakan tersebut dapat berbentuk perubahan bentuk komponen setempat
atau perubahan bentuk komponen secara keseluruhan.
Struktur dapat menjadi lemah karena bengkok atau retak yang diakibatkan oleh benturan dan
jenis kerusakan ini memerlukan pemeriksaan seksama oleh seorang ahli.
Ada beberapa kerusakan yang tidak mempengaruhi kekuatan struktur tetapi mungkin dapat
mengakibatkan mudah berkarat, yaitu apabila lapis pelindung rusak atau apabila kerusakan
mengakibatkan tergenangnya air. Jenis kerusakan ini perlu dicatat dalam laporan.
Pemeriksa harus membuat suatu gambar sketsa dari komponen yang rusak tersebut, dan
menunjukkan bagian mana dari jembatan yang rusak dan mengukur besarnya perubahan
bentuk yang terjadi.
Kadang kala, kecelakaan dapat terjadi pula pada atau di kolong jembatan. Kadang-kadang api
yang sangat panas terjadi karena kecelakaan tersebut. Jika baja mengalami panas maka baja
64
akan berubah bentuk. Baut mutu tinggi mudah sekali rusak dibandingkan jenis sambungan
lain.
Kerusakan ini mengakibatkan terjadinya lendutan dan melepuhnya elemen jika pelat buhul
bengkok dan terlepas karena panas.
Retak dapat terjadi pada pada komponen itu sendiri atau pada sambungan seperti pada las.
Segala jenis retak pada struktur baja atau pada las biasanya merupakan hal yang berbahaya,
karena itu jika ditemukan retakan, maka perlu dimintakan suatu pemeriksaan secara khusus.
Foto serta ukuran-ukuran jika mungkin dilampirkan bersama permintaan tersebut sehingga
ahli tersebut dapat melakukan penelitian pendahuluan. Mungkin diperlukan suatu tindakan
pencegahan darurat. Gambar 4-9, 4-10 dan 4-11 memperlihatkan tempat-tempat dimana
biasanya terjadi keretakan.
65
Gambar 4-9 Tempat yang biasanya terjadi retak pada gelagar baja dengan pelat penguat (cover
plate)
Gambar 4-10 Retak yang mungkin terjadi pada diafragma yang sebagian flensnya dibuang
Gambar 4-11 Jembatan Bailey dengan bagian-bagian yang biasanya mengalami retak
66
4.7. Kerusakan 305 - Komponen yang rusak atau hilang
Kesalahan dalam konstruksi, kecelakaan atau pengrusakan dapat dimasukkan dalam
komponen yang rusak atau hilang.
Komponen yang hilang biasanya dapat diketahui dengan adanya tempat sambungan tanpa
ada komponen yang disambung.
Ikatan dengan baut dapat dikencangkan dengan tegangan tinggi dan penuh atau jika
memakai baut biasa hanya dikencangkan secukupnya. Baut mutu tinggi dapat memikul
beban atau gesekan, tapi dalam segala hal bautnya harus diberi tegangan penuh.
Baut mutu tinggi dapat dikenali dari tanda pada kepalanya seperti terlihat pada gambar 4-
14. Paku keling dan baut dapat menjadi longgar sedangkan las dapat retak.
Longgar atau rusaknya paku keling atau baut mutu tinggi dapat mudah diketahui dengan
menempatkan sebuah jari pada satu sisi dari kepala baut/paku keling sehingga jari tersebut
menyentuh baik pelat baja maupun kepala baut/paku keling tersebut, dan memukul sisi lain
dari kepala baut/paku keling dengan palu secara perlahan-tahan. Jika paku keling atau baut
tersebut longgar maka dapat dirasakan. Jika longgar, bagian yang tidak baik tersebut harus
diberi tanda dengan spidol yang tahan air atau cat warna kuning.
Pada umumnya sambungan yang longgar atau rusak akan ditemukan pada komponen dekat
tempat pembebanan
67
Gambar 4-15 Pemeriksaan kekencangan paku keling
Beton keropos dapat terjadi akibat campuran yang jelek tetapi lebih umum diakibatkan karena
cara penanganan yang jelek, seperti kurangnya pemadatan, hilangnya cairan beton yang
disebabkan acuan yang bocor atau terlalu rapatnya baja tulangan.
Pemeriksa harus mencatat daerah di mana terdapat beton keropos tersebut, ambil foto dan
buatlah gambar sketsanya .
68
5.1.1. Rembesan atau bocoran pada lantai beton
Rembesan air atau bocoran dalam beton dapat terjadi jika pada lantai beton tersebut sudah
terjadi kerusakan. Kerusakan-kerusakan ini mengakibatkan air dapat merembes masuk
kedalam komponen.
Rembesan dapat dikenali dengan adanya tanda warna pada permukaan beton. Kadang-
kadang tanda warna tersebut adalah :
• Terbuka dan melebar ketika beban lalu-lintas lewat di atasnya, lebih sering terjadi di
daerah pelat lantai dan gelagar jembatan
• Terus berkembang seiring dengan berlangsungnya pergerakan dan penurunan, lebih
sering terjadi pada bangunan bawah.
• Daerah tarik
Daerah yang kritis yang perlu ditinjau adalah bagian yang menahan tarik. Sebagai
contoh pada bagian balok kepala pilar atau pada bagian tengah daripada gelagar
seperti yang terlihat pada Gambar 5-2
69
Gambar 5-2 Retak tarik akibat momen lentur
Retak struktural biasanya dapat diraba dan bukan dilihat. Untuk ini ada cara yang terbaik
yaitu dengan meletakkan telapak tangan pada permukaan retakan pada saat lalu-lintas
berat lewat diatasnya. Perbedaan pergerakan akan terasa oleh tangan kita.
Retak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur keretakan seperti pada gambar 5-4
atau selama pemeriksaan khusus menggunakan kaca pembesar.
70
Bilamana retak terlihat bertambah, detail keretakan harus diberi tanda pada permukaan
beton dengan menggunakan spidol yang tahan air untuk menggambarkan :
• Iokasi retak
• Lebar retak
• Tanggal pengukuran
Gambar keretakan harus dibuat untuk memperlihatkan pola retak. Selain itu juga perlu
dibuat foto pada daerah terjadinya retak.
71
5.2.2. Retak akibat karat
Retak dapat juga terjadi akibat terjadinya karat pada tulangan baja di bawah permukaan.
Karena karat tersebut mengembang, itu akan mengangkat permukaan dan mengakibatkan
retak. Jika keretakan tersebut tidak diperiksa, maka akan terjadi kerontokan pada beton.
Seorang pemeriksa harus menyelidiki setiap bukaan yang buruk pada beton yang diperkirakan
sebagai akibat karat. Hal ini dapat dilakukan dengan memukul dengan palu sebagian kecil
permukaan beton sehingga terlihat tulangannya. Setiap tulangan yang terbuka/terlihat harus
dicatat supaya dapat ditutup secepatnya.
Apabila baja mulai berkarat ia akan menggembung maka beton juga akan mulai retak. Hal ini
memungkinkan udara dan air masuk ke dalam beton sehingga proses tersebut akan berjalan
bertambah cepat.
Karat dapat terjadi dimana saja pada struktur beton bertulang atau beton pratekan.. Daerah
yang perlu pemeriksaan khusus ialah :
Bilamana dijumpai karat, penting sekali bagi pemeriksa untuk menentukan berapa banyak
karat yang sudah terjadi pada baja.
Selimut beton minimum yang umum ialah 30 mm. Jika selimut beton tidak cukup tebal dan
menimbulkan masalah karat, hal ini harus dicatat oleh pemeriksa - Alat penentu tebal selimut
beton dapat dipakai untuk mengukur ketebalan selimut beton tersebut.
72
5.4. Kerusakan 204 - Kerusakan komponen karena aus dan pelapukan
Beton dapat aus dan lapuk. Hal tersebut terjadi karena :
• Lalu lintas
• Pengikisan oleh air atau bahan yang larut dalam air
• Proses kimiawi
Lalu lintas
Lalu lintas pada umumnya hanya menyebabkan keausan pada permukaan lantai. Kecuali
beton sangat buruk mutunya, keausan pada permukaan lantai merupakan hal yang tidak
umum.
Pengikisan (Abrasi)
Abrasi dapat terjadi pada kolom pilar atau tiang pancang yang berada di bawah muka air
normal. Hal ini biasanya terjadi jika aliran sungai membawa pasir atau batuan kecil. Apabila
keausan cukup nyata tetapi kadarnya tidak dapat diukur, maka harus disarankan pemeriksaan
secara khusus.
Jika terdapat bahan kimia terlarut dalam air sungai, maka hal ini dapat merusak beton.
sehingga beton akan menjadi lunak dan rapuh, atau hilangnya bahan yang halus dan
meninggalkan agregat yang kasar.
Apabila kerusakan akibat proses kimiawi benar-benar terjadi, maka harus disarankan adanya
pemeriksaan jembatan secara khusus.
73
Daerah yang paling dekat dengan lalu lintas merupakan tempat dimana sering mengalami
kerusakan ini. Kerusakan akibat tabrakan - contohnya mobil menabrak tiang sandaran dan
kerusakan yang disebabkan oleh balok kayu yang mengapung dan menerjang pilar
74
6. FORMULIR PEMERIKSAAN DETAIL KONDISI JEMBATAN BAJA
75