Anda di halaman 1dari 75

PANDUAN PEMERIKSAAN DETAIL KONDISI

JEMBATAN BAJA
1. PENDAHULUAN
Panduan ini mencakup tata cara pemeriksaan detail kondisi jembatan baja secara umum, yang
digunakan untuk memperoleh data administrasi, data teknis, dan data kondisi jembatan.
Pemeriksaan detail kondisi jembatan baja dilaksanakan berdasarkan Pedoman Pemeriksaan
jembatan. Cakupan jenis jembatan baja yaitu jembatan gelagar baja, gelajar baja komposit,
rangka baja dan gorong-gorong baja dengan bentang lebih dari 6 meter.

Panduan pelaksanaan pemeriksaan visual detail kondisi jembatan baja ini dilakukan untuk
mengetahui kondisi jembatan secara visual dengan mengisi formulir pemeriksaan detail
kondisi jembatan.

2. PENOMORAN DAN URUTAN PEMERIKSAAN


2.1. Sistem penomoran jembatan
Nomor jembatan

Nomor jembatan pada umumnya terdiri atas 16 (Enam belas) karakter angka/huruf atau
kombinasi angka dan huruf untuk setiap jembatan. Contoh dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Pada ruas-ruas jalan tertentu nomor jembatan mempunyai nomor tambahan (suffix). Nomor
tambahan ini dipakai bilamana ruas jalan yang telah dibagi dalam Sistem Manajemen Jalan
Antarkota atau Interurban Road Management System (IRMS), sehingga jumlah lalu-Iintas dapat
dihitung dengan lebih teliti untuk setiap bagian atau sub link.

Gambar 2-1 Nomor Jembatan


Nomor jembatan menunjukkan urutan posisi jembatan sepanjang ruas jalan.

A - Dua angka menunjukkan no. Provinsi sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaaan Umum
dan Perumahan Rakyat nomor: 290/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut
Statusnya sebagai Jalan Nasional.
B - Tiga angka menunjukkan nomor ruas jalan sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaaan
Umum dan Perumahan Rakyat nomor: 290/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan
Menurut Statusnya sebagai Jalan Nasional.
C - Dua angka menunjukkan nomor ruas suffix sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaaan
Umum dan Perumahan Rakyat nomor: 290/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan
Menurut Statusnya sebagai Jalan Nasional.

1
Di dalam manajemen jalan (IRMS) terdapat suffix pada jalan antar kota dan dalam kota.
Untuk suffix antar kota dimulai dengan angka 1 dan untuk dalam kota dimulai dengan
angka 11. Penggunaan angka “1” dan “K” bukan persyaratan untuk mengidentifikasikan
bahwa hal tersebut adalah antar kota atau kota. Di dalam SIMAJI (BMS) digunakan angka
01,02 dan seterusnya untuk antar kota dan 11, 12 .. dan selanjutnya untuk dalam kota. Jika
tidak ada ruas suffix, maka di dalam IRMS ditulis angka “00”

D - Tiga angka menunjukkan nomor urut jembatan


E - Satu angka menunjukkan nomor tambahan dalam urutan nomor jembatan
F - Satu huruf menunjukkan nomor tambahan untuk penggandaan

Nomor tambahan ruas Jalan (link suffix)

Laporan pemeriksaan harus menggunakan nomor tambahan ruas jalan yang sesuai dengan
ketentuan. Nomor tambahan ruas jalan sudah disediakan pada penomoran jembatan dalam
database.

Setiap bagian ruas jalan mempunyai titik awal dan titik akhir kilometer. Km (kilometer) lokasi
jembatan harus dicatat dengan betul sesuai dengan nomor tambahan ruas jalan.

Bagian ruas jalan dalam daerah perkotaan memiliki dua karakter sebagai nomor tambahan
ruas jalan misalnya 11K, 12K dan seterusnya. Ada kalanya ruas jalan di dalam RAMS (Road
Asset Management System) tidak terletak pada ruas jalan tersebut. Ruas jalan tersebut
mungkin berupa jalan pintas atau jalan cabang dari ruas jalan utama, seperti terlihat pada
Gambar.

No. Provinsi 24

No. Ruas jalan 026

Ruas 026 12 K

Gambar 2-2 Penggunaan nomor tambahan ruas jalan

2
2.1.1. Jembatan tambahan/jembatan yang belum tercatat sebelumnya
Jembatan tambahan yang belum tercatat diberi nomor tambahan sesuai dengan ketentuan
berikut :

• Nomor tambahan ini merupakan perbandingan jarak antara jembatan tambahan dan
sebelumnya dengan jarak jembatan sebelum dan sesudahnya yang telah tercatat.
• Nomor tambahan memiliki nilai nomor bulat antara 1 sampai 9 untuk jembatan yang
berurutan. Jembatan-jembatan di atas sungai satu, sungai dua, jalan kereta api dan jalan
besar seperti yang terlihat pada Gambar 2-3 telah tercatat dalam data base. Oleh karena
itu, jembatan tersebut telah memiliki nomor yang berurut (dari 001 sampai 004).
• Jembatan sungai tambahan (seperti tertera pada Gambar 2-3) berada di antara Sungai dua
dan kereta api belum tercatat dalam data base, sehingga jembatan sungai tambahan diberi
nomor tambahan 4. Karena jarak antara sungai tambahan dengan sungai dua adalah empat
per sepuluh dari jarak antara sungai dua dan jembatan jalan kereta api.

Kab/Kota
an

Kereta api
Sungai
no.1101 tambah
akhir ruas
i satu

012
dua
Sunga

Sungai

awal ruas

Jalan besar
012 an
Jal Lintasan
Jalan

4 Km
10 Km

Gambar 2-3 Penomoran jembatan

Sistem penomoran untuk kelima jembatan pada ruas jalan nasional nomor 012 dalam contoh
ini dapat dilihat pada gambar 2-4 berikut.

3
Gambar 2-4 Penggunaan nomor tambahan untuk penomoran jembatan tambahan

2.1.2. Jembatan ganda


Bila suatu jalan digandakan, sehingga badan jalan menjadi ganda, maka dibangun jembatan
yang terpisah pada setiap badan jalan di atas sungai atau jalur kereta api. Sebagai contoh dapat
dilihat pada Gambar 2-4.

Jembatan yang digandakan diberi tanda dengan suatu akhiran berupa huruf abjad secara
berurutan.

Akhiran A - digunakan untuk jembatan di jalur paling kiri dari km (kilometer) kecil
lokasi jembatan

Akhiran B - digunakan untuk jembatan di jalur sebelah kanan

JBT 22.016.00.002.0B
Duplikasi
JBT 22.016.00.003.00

Jalan lama
JBT 22.016.00.001.00
JBT 22.016.00.002.0A

Gambar 2-5 - Penggunaan nomor tambahan huruf untuk penomoran jembatan yang
digandakan

4
2.1.3. Lintasan atas
Jembatan jalan raya yang melintas di atas jalur kereta api dicatat seperti biasa. Jembatan jalan
raya yang melintas di atas jalan (fly-over) dicatat pada ruas jalan yang berada di atas jalan.

Jembatan kereta api yang melintas di atas jalan biasanya merupakan tanggung jawab PT. Kereta
Api Indonesia (Persero), tidak dicatat ke dalam database. Bila terdapat keraguan mengenai
tanggung jawab akan suatu jembatan termasuk lintas atas kereta api, pemeriksa jembatan
harus berkonsultasi dengan penanggung jawab Sistem Informasi Manajemen Jembatan
(SIMAJI)

2.2. Lokasi jembatan

Kota asal merupakan jarak dari lokasi jembatan pada suatu ruas jalan. Setiap kota asal
mempunyai kode huruf berjumlah tiga, misalnya JKT untuk Jakarta dan BDG untuk Bandung
dengan satuan ukuran kilometer.

Pada setiap awal pemeriksaan dimulai dari km (kilometer) kecil, yaitu jarak terdekat lokasi
jembatan dari kota asal. Jembatan diperiksa secara berurutan sepanjang ruas jalan tersebut
untuk menghindari pencatatan ganda. Angka odometer pada km (kilometer) kecil dari kota asal
dicatat untuk menentukan lokasi jembatan.

Bila jembatan akan ditambahkan pada database, maka jarak dari kota asal dapat dihitung
dengan acuan dari jembatan atau patok kilometer yang sudah ada.

Selain dengan odometer, lokasi jembatan juga ditentukan dengan menggunakan sistem
koordinat yang biasa digunakan pada alat Global Positioning System (GPS) atau smartphone
dengan GPS (contoh Samsung atau iPhone).

Koordinat Lintang dan Bujur lokasi jembatan biasanya ditandai (marking) dalam format
xxx.xxxx. Jembatan yang mempunyai panjang total kurang dari atau sama dengan 20 meter,
maka koordinatnya ditandai pada posisi tengah bentang. Sedangkan jembatan yang mempunyai
panjang total lebih dari 20 meter, maka koordinatnya ditandai pada posisi masing-masing ujung
kepala jembatan.

2.3. Penomoran komponen dan elemen utama jembatan

Untuk mencatat kondisi komponen dan elemen utama suatu jembatan atau mencatat
lokasi setiap elemen utama atau elemen yang rusak/cacat, mutlak diperlukan suatu sistem
penomoran pada komponen dan elemen utama atau elemen jembatan.

2.3.2. Penomoran Elemen Utama Jembatan


Elemen utama digunakan untuk menentukan lokasi elemen utama dan elemen yang
cacat.

Sebagai contoh kepala jembatan, pilar, dan bentang jembatan diberi kode huruf-angka
misalnya, A1 untuk kepala jembatan 1, P1 untuk pilar 1, dan B2 untuk bentang 2.

Komponen-komponen utama diberi nomor secara berurutan dimulai dari komponen


yang terdekat km (kilometer) kecil, seperti dapat dilihat pada Gambar 2-6.

5
KE KM KECIL
KE KM BESAR
B1 B2 B3

A1 P1 P2 A2

Gambar 2-6 Penomoran komponen utama

2.3.3. Lokasi komponen dan elemen utama


Pencatatan lokasi komponen dan elemen utama digunakan hanya untuk menandai
komponen dan elemen utama atau elemen yang rusak sesuai dengan ketentuan.

Secara individual elemen seperti gelagar, kolom, dan bagian dari sistem rangka seperti
batang tepi atas, batang tepi bawah dan batang diagonal diberi nomor secara
memanjang, melintang, dan vertikal.

Elemen ini diberi nomor lokasi sesuai dengan sumbu X, Y, dan Z seperti yang terlihat
pada Gambar 2-7.

Gambar 2-7 Penomoran lokasi komponen dan elemen

Contoh pencatatan lokasi komponen dalam arah memanjang seperti terlihat pada
Gambar 2-8 diberi nomor secara urut, dimulai dari komponen yang terdekat
dengan kepala jembatan 1 (A1)

6
Gambar 2-8 Penomoran lokasi komponen arah memanjang

Komponen dalam arah melintang diberi nomor dari kiri ke kanan seperti terlihat pada Gambar 2-9.

Gelagar ke-1 B2
T.Pancang ke-1 A1
Kolom ke-1 P2
T.Pancang ke-2 A1
T.Pancang ke-3 A1
Kolom ke-2 P2
T.Pancang ke-4 A1
A1 P1 Gelagar ke-4 B2 P2 A2
KE KM KECIL KE KM BESAR

Gambar 2-9 Penomoran komponen arah melintang

Penomoran elemen dalam arah vertikal hanya berlaku pada bagian-bagian dari suatu
komponen atau elemen secara individual, misalnya dalam suatu struktur elemen utama
rangka baja seperti terlihat pada Gambar 2-10.

Hubungan B3.X5.Y2.Z2

KE KM KECIL Hubungan B3.X4.Y2.Z3 KE KM BESAR

BENTANG .3

Gambar 2-10 Penomoran komponen atau elemen arah verti kal

7
2.4. Urutan pemeriksaan

Secara umum pemeriksaan harus diawali dari sebelah kiri kepala jembatan 1 (A1), seperti
terlihat pada Gambar 2-11.

Sungai
Awal Akhir
Dari KM.kecil Ke KM. Besar
Oprit Oprit

Sungai
Gambar 2-11 Urutan pemeriksaan

Urutan pemeriksaan ini berlaku untuk jembatan yang berbentang tunggal atau lebih,
bentang awal dan bentang akhir harus diperiksa sebelum bentang tengah.

3. PEMERIKSAAN DETAIL DAN ELEMEN JEMBATAN BAJA

3.1. Urutan Pemeriksaan


Urutan pemeriksaan jembatan adalah sebagai berikut:

• pastikan lokasi jembatan dan catat data administrasi pada halaman 1 dari laporan
pemeriksaan detail, isi nama jembatan, lokasi, kabupaten/kota, dan seterusnya.
• periksa laporan data inventarisasi jembatan, catat ketepatan atau ketidak tepatannya
pada halaman 1 dari formulir pemeriksaan. Lakukan koreksi pada laporan data bila
perlu.
• periksalah jembatan sesuai dengan prosedur pemeriksaan jembatan pada 4.5
• periksa secara sistematis jembatan yang bersangkutan dari fondasi sampai dengan
lantai kemudian catat elemen-elemen dan eub elemen beserta kerusakannya, lokasi
elemen atau sub elemen yang rusak dan nilai kondisinya, pada halaman 2 & 3 dari
formulir pemeriksaan.
• Tentukan nilai kondisi elemen atau sub elemen pada tingkat yang lebih tinggi sesuai
dengan keperluan, dan catat pada halaman 3 dalam formulir pemeriksaan detail.
• apabila diperlukan suatu pemeriksaan khusus atau tindakan darurat, catat pada
halaman 1 dalam formulir pemeriksaan detail dan sebutkan alasannya.
• apabila ada data lain yang diperlukan, catat pada halaman gambar dan foto dalam
formulir pemeriksaan detail.
Pemeriksa harus memotret dan membuat sketsa gambar untuk lebih memperjelas laporan.

8
3.2. Sistem pemeriksaan detail

3.2.2. Umum
Dasar dari sistem pemeriksaan detail adalah penilaian kondisi komponen dan elemen
menurut tingkat kerusakannya.

Pemeriksaan Detail bertujuan untuk mengevaluasi kondisi jembatan secara menyeluruh,


dari level terendah (Level 5) yaitu elemen kecil secara individual sampai level tertinggi (
Level 1) yaitu jembatan itu sendiri.

Dalam upaya menyederhanakan prosedur pemeriksaan, hanya elemen yang mengalami


kerusakan saja yang dicatat.

Setiap elemen yang memiliki kerusakan akan dinilai kondisinya berdasarkan nilai:

• struktur (S),
• kerusakannya (R),
• kuantitas (volume) (K),
• fungsi (F),
• pengaruh (P).

Sesudah melakukan penilaian kondisi elemen pada level 5 dan 4, maka baru kemudian
meninilai kondisi untuk elemen pada level yang lebih tinggi dalam hierarki, dengan
menggunakan program dalam software yang sudah disiapkan. Penilaiannya dilakukan
dengan cara mengevaluasi sejauh mana kerusakan dalam elemen pada level yang lebih
rendah mempengaruhi elemen-elemen pada level yang lebih tinggi berikutnya.

Nilai kondisi untuk elemen level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu ditentukan
dengan menggunakan software dan bukan oleh pemeriksa di lapangan. Program
software ini menggunakan nilai kondisi pada Level 3 untuk mendapatkan suatu Nilai
Kondisi jembatan pada Level 1 dan untuk menentukan strategi penanganan jembatan
secara keseluruhan.

3.2.3. Hierarki dan kode elemen


Jembatan terdiri atas komponen, elemen utama dan elemen yang saling berkaitan satu
dengan yang lainnya. Oleh karena itu, elemen-elemen jembatan dibagi dalam beberapa
level hierarki dalam prosedur pemeriksaan jembatan.

Jembatan memiliki lima level dalam sistem hierarkinya, adalah sebagai berikut :

- Level 1 adalah jembatan secara keseluruhan, dan mempunyai kode elemen 1.000 -
jembatan.
- Level 2 terdiri dari komponen struktur utama jembatan dan jalan pendekat/tanah
timbunan dan aliran sungai, yaitu :

2.100 Jalan pendekat / tanah timbunan,

2.200 Aliran sungai,

2.300 Bangunan bawah,

9
2.400 Bangunan atas.

- Level 3 adalah elemen utama yang merupakan bagian dari komponen struktur
jembatan, yaitu sebagai berikut :

3.210 Aliran sungai

3.220 Bangunan pengaman

3.230 Tanah timbunan

3.310 Fondasi

dan seterusnya

- Level 4 adalah elemen yang merupakan bagian dari elemen utama jembatan.
Contohnya bangunan pengaman dengan kode 3.220 ( level 3 ), terbagi dalam
beberapa elemen yaitu:
4.221 Krib/pengarah arus sungai

4.222 Pengendali dasar sungai (Bottom controller)

4.223 Talud

4.224 Turap

dan seterusnya

Elemen pada level 4 adalah semua jenis elemen jembatan secara keseluruhan, jadi
elemen 4.224 adalah semua elemen turap pada lokasi jembatan.

- Level 5 adalah sub elemen jembatan yang merupakan bagian dari level 4 tetapi
mempunyai lokasi tertentu pada jembatan. Setiap sub elemen "level 5" mempunyai
kode yang sama dengan kelompok pada level 4 tetapi mempunyai lokasi yang khusus
untuk membedakannya dari sub elemen lain dalam kelompok yang sama. Sebagai
contoh, sub elemen Turap (kode 4.224) pada A1 berarti turap yang letaknya di kepala
jembatan 1.

Keseluruhan hierarki elemen jembatan dapat dilihat pada Tabel 3-1.

10
Tabel 3-1 Hierarki elemenJambatan Baja

KODE ELEMEN JEMBATAN BAJA


KODE LEVEL 1 KODE LEVEL 2 KODE LEVEL 3 (ELEMEN UTAMA) KODE LEVEL 4 (ELEMEN)
(KOMPONEN)
(ELEMEN UTAMA) 4.111 (ELEMEN)
Tanah timbunan

Jalan 4.112 Drainase tanah timbunan


Pendekat
(KOMPONEN) 4.113 Lapisan perkerasan
2.100 3.110 Tanah Timbunan
/Tanah
4.114 Pelat Injak
1.000 Jembatan timbunan
4.115 Tanah bertulang
4.116 Tiang pengaman
4.117 Pagar pengaman
2.200 Aliran Sungai 3.210 Aliran Sungai 4.211 Tebing Sungai

4.212 Aliran Air Utama

4.213 Daerah Genangan Banjir

3.220 Bangunan Pengaman 4.221 Krib/Pengarah Arus Sungai

Pengendali Dasar Sungai


4.222
(Bottom Controller) / groundsill

4.223 Talud

4.224 Turap

4.225 Fender

4.226 Dinding Penahan Tanah

4.227 Pengamanan dasar sungai

2.300 Bangunan 3.310 Fondasi 4.311 Tiang Pancang

Bawah 4.312 Fondasi Sumuran

4.313 Fondasi Langsung

4.314 Angkur

4.315 Fondasi Balok Pelengkung

4.316 Tiang Bor

3.320 Kepala Jembatan / 4.321 Balok Pondasi

Pilar 4.322 Pilar Dinding/Kolom

4.323 Dinding Kepala Jembatan

4.324 Tembok Sayap

4.325 Balok Kepala

Balok Penahan Gempa/Stoper


4.326
Lateral

4.327 Penunjang/Pengaku

4.328 Penunjang Sementara

4.329 Drainase Dinding

4.330 Tembok Kepala

4.331 Balok Tiang

11
KODE ELEMEN JEMBATAN BAJA
KODE LEVEL 1 KODE LEVEL 2 KODE LEVEL 3 (ELEMEN UTAMA) KODE LEVEL 4 (ELEMEN)
(KOMPONEN)
2.400 Bangunan 3.410 (ELEMEN
Sistem UTAMA)
Gelagar 4.411 Gelagar
(ELEMEN)

Atas 4.412 Gelagar Melintang


(KOMPONEN)
4.413 Diafragma

4.414 Sambungan Gelagar

4.415 Perkuatan Ikatan Angin

4.416 Pelat Pengaku (Stiffener)

4.417 Pelat Penguat (Cover Plate)

4.418 Diafragma Baja Horizontal

4.419 Diafragma Baja Diagonal

4.420 Sambungan Diafragma

2.400 Bangunan 3.450 Rangka 4.461 Batang tepi atas

Atas
4.462 Batang tepi bawah
(Lanjutan)

4.463 Batang Diagonal

4.464 Batang Vertikal (RBB, RBR)

4.465 lkatan Angin Atas

4.466 Ikatan Angin Bawah

4.467 Diafragma Rangka

4.468 Gelagar Melintang

4.469 Sambungan / Pelat Buhul /

Pelat Pengisi

4.470 Baut

4.471 Batang Tengah (CH)

4.472 Batang Diagonal Kecil (CH)

4.473 Batang Penahan Gempa

4.474 Portal Ujung

4.475 Pelat Kopel Batang Diagonal

4.476 Pelat Kopel Batang Atas

4.477 Pelat Kopel Batang Tengah

4.478 Pelat Kopel Batang Bawah

4.479 Pelat Kopel Batang Vertikal

4.480 Ikatan Angin Melintang

2.500 Sistem Lantai 3.510 Sistem Lantai 4.511 Gelagar Memanjang Lantai

4.513 Pelat baja bergelombang

4.514 Balok Tepi

4.516 Trotoar / Kerb

12
KODE ELEMEN JEMBATAN BAJA
KODE LEVEL 1 KODE LEVEL 2 KODE LEVEL 3 (ELEMEN UTAMA) KODE LEVEL 4 (ELEMEN)
(KOMPONEN)
(ELEMEN UTAMA) 4.517 Pipa Cucuran
(ELEMEN)

4.518 Drainase Lantai


(KOMPONEN)
4.519 Lapis Permukaan

4.520 Pelat Beton Acuan Lantai

3.600 Sambungan / Siar muai 4.601 Sambungan/siar muai Baja

Sambungan/siar muai Baja


4.602
Profil

4.603 Sambungan/siar muai Karet

4.604 Sambungan/siar muai Aspal

4.605 Sambungan/siar muai lain

2.400 Bangunan 3.610 Perletakan 4.611 Landasan Baja

Atas
4.612 Landasan Karet
(Lanjutan)

4.614 Bantalan Mortar/Pelat Dasar

4.615 Baut Pengikat (Angkur Gempa)

4.616 Karet Penahan Gempa

2.600 Perlengkapan 3.620 Sandaran 4.621 Tiang Sandaran

4.622 Sandaran Horizontal

4.623 Penunjang Sandaran

3.700 Perlengkapan 4.701 Batas-batas ukuran

4.711 Rambu-rambu dan tanda tanda

4.712 Marka Jalan

4.713 Papan Nama

4.715 Parapet / Tambok Sedada

4.721 Lampu Penerangan

4.722 Tiang Lampu

4.723 Kabel Listrik

4.731 Utilitas

3.2.3.1. Kode 3.110 - Tanah Timbunan (Level 3)

Yang termasuk dalam tanah timbunan adalah timbunan jalan pendekat, drainase timbunan, lapisan
perkerasan, pelat injak, dan tanah bertulang.
Timbunan jalan pendekat dapat juga mengalami gangguan yang dapat berakibat tidak nyamannya
pemakai jalan atau tertutupnya jembatan. Beberapa masalah dapat ditimbulkan oleh :

13
• pusaran air,
• longsor,
• drainase yang buruk pada jalan pendekat jembatan,
• penurunan/settlement.

Aliran

Abutmen
Gerusan
Sungai
Tepi Sungai
Pusaran

Gambar 3-1 - Contoh pengaruh pusaran air

Longsor dapat terjadi jika tumit timbunan hilang karena tergerus.Hal ini dapat mengakibatkan
runtuhnya kepala jembatan. Tanda awal terjadinya kelongsoran ini biasanya dengan ditemukan
penurunan pada jalan pendekat. Hal ini dapat terjadi sampai 25 meter di belakang kepala jembatan.

Penurunan

Tiang Pancang Patah


Daerah yang Rusak

Gambar 3-2 – Longsor

Kode 4.212 - Drainase timbunan (Level 4)


Drainase timbunan, yang termasuk dalam drainase ini adalah :

• saluran tepi di sepanjang timbunan bagian atas atau bawah, dan


• saluran air ke samping dari dasar jalan pendekat.

Kode 4.213 - Lapisan perkerasan (Level 4)


Lapisan perkerasan adalah struktur perkerasan jalan yang berada pada jalan pendekat.
Kode 4.214 - Pelat injak (Level 4)
Pelat injak adalah konstruksi beton bertulang yang berada di bawah permukaan jalan di belakang
kepala jembatan guna menyebarkan beban roda ke tanah timbunan.
Kode 4.215 - Tanah bertulang (Level 4)
Tanah bertulang adalah suatu struktur dinding penahan tanah yang menggunakan dinding/panel
beton dengan strip baja yang berfungsi sebagai angkur.

14
Panel beton digunakan sebagai dinding penahan dan membuat penampilan yang menarik.

3.110
Tanah Timbunan

4.213.- Lapis
Perkerasan
4.214 Pelat
Injak

4.211 –
4.211
tanah
timbunan

4.212 4.215
4.212 Drainase 4.215 – Tanah
tanah timbunan bertulang

Gambar 3-3 – Elemen Tanah Timbunan

Kode 4.216 – Tiang pengaman (pada jalan pendekat) (Level 4)


Tiang pengaman ini adalah bagian dari sistem pagar pengaman (guard rail) di jalan pendekat. Tiang
pengaman ini pada umumnya terbuat dari baja.
Kode 4.217 – Pagar pengaman (pada jalan pendekat) (Level 4)
Pagar pengaman (guard rail) umumnya terbuat dari bahan baja, dan sering mengalami kerusakan.

15
4.216 – Tiang
Pengaman

4.217 – Pagar
pengaman

Gambar 3-4 – Pagar pengaman


3.2.3.2. Kode 2.200- Daerah aliran sungai timbunan (Level 2)

Daerah aliran sungai dan tanah timbunan yang termasuk dalam kelompok besar elemen level 3
adalah :

• Kode 3.210 (Aliran sungai),


• Kode 3.220 (Bangunan pengaman),

Kode 3.210 - Aliran sungai (Level 3)

Gambar 3-5 – 3.210 Aliran sungai

16
Aliran sungai yang termasuk dalam level 4/5 elemen adalah :
Kode 4.211 - Tebing sungai (Level 4)

Tebing sungai dapat meliputi dinding penahan tanah, tebing alam, atau buatan.
Kode 4.212 - Aliran air utama (Level 4)
Penggerusan, erosi dan pengikisan dasar sungai biasanya disebabkan oleh tidak cukup besarnya
palung sungai, pola aliran yang berubah atau banyaknya kotoran yang tertimbun. Hal ini menyebabkan
bertambah besarnya kecepatan aliran air sungai atau berubahnya lokasi aliran sungai.
Sisa-sisa bangunan lama (seperti pilar) dapat mengakibatkan pusaran air serta menghambat aliran
dan tertahannya sampah.
Kode 4.213 - Daerah genangan banjir (Level 4)

Daerah genangan banjir adalah daerah yang akan digenangi oleh air banjir pada waktu sungai tidak
mampu menampung air, atau air meluap melalui tanggul sungai.
Sebuah jembatan atau timbunan jalan pendekat jembatan dapat berpengaruh terhadap daerah
genangan banjir jika hal tersebut menghalangi aliran.

Gambar 3-6 – Elemen pada Daerah Aliran Sungai


Kode 3.220 - Bangunan pengaman (Level 3)

Pengaman gerusan (scouring) merupakan bagian yang penting dalam suatu jembatan.
Kegagalan/keruntuhan bangunan pengaman dapat menyebabkan runtuhnya jembatan.
Bangunan pengaman yang tercakup dalam elemen level 4/5 adalah :
Kode 4.221 - Krib/pengarah arus sungai (Level 4)

Krib adalah bangunan menyilang / sejajar arah aliran yang ditujukan guna melindungi tebing sungai,
secara tidak langsung untuk membentuk alur sungai dan mengarahkan arus atau alirannya. Jenis krib
ada 2 (dua) jenis yaitu krib rapat air dan krib lolos air. Krib rapat air terbuat dari bronjong, timbunan
batu kali, sedangkan yang lolos air terbuat dari tiang pancang kayu atau beton bertulang.

17
Gambar 3-7 – Krib (Bangunan Pengarah Aliran Sungai)
Kode 4.222 - Bottom controller/groundsill (Level 4)

Bottom controller /groundsill adalah konstruksi untuk menaikkan dasar sungai yang mengalami
degradasi atau penurunan dasar sungai yang dapat diakibatkan oleh adanya penggalian material
atau galian C dan secara alamiah.
Konstruksi Bottom Controller ini dapat dibuat dengan menggunakan bahan bronjong atau matras
sampai suatu elevasi tertentu sesuai dengan elevasi yang diharapkan.
Bronjong (bangunan semi permanen) yang digunakan dapat ditumpuk-tumpuk satu diatas yang
lainnya untuk membangun dinding. Jika hal tersebut tidak dilaksanakan dengan baik dan sesuai
dengan spesifikasi, akan timbul masalah seperti penggembungan atau terguling.

18
Gambar 3-8 - Bottom controller dengan bahan bronjong

Kode 4.223 - Talud (Level 4)

Talud adalah konstruksi untuk mengamankan tebing sungai dan timbunan, konstruksi talud sering
mengalami penurunan yang menyebabkan retak dan runtuh.

Gambar 3-9 - Talud


Kode 4.224 - Turap (Level 4)

Turap adalah jenis konstruksi yang sering digunakan sebagai dinding penahan tanah.
Turap yang digunakan sebagai dinding penahan tanah dapat menggunakan bahan kayu, beton atau
baja.Turap baja adalah suatu konstruksi yang dapat berupa tiang pancang khusus (sheet pile) yang
digunakan sebagai penahan tanah. Jenis turap baja yang banyak digunakan adalah jenis baja dengan
bentuk tiang pancang khusus yang dapat saling mengikat.

19
Gambar 3-10- Turap baja yang saling mengikat (sheet pile)

Kode 4.225 - Fender (Level 4)

Fender digunakan pada sekeliling pilar guna melindungi pilar dari tumbukan kapal atau
sampah/kotoran. Fender dapat berupa suatu sistem tiang yang dipasang baik pada bagian hulu pilar
maupun mengelilingi pilar.

Gambar 3-11 - Fender


Kode 4.226 - Dinding penahan tanah (Level 4)

Pada aliran sungai banyak yang menggunakan dinding penahan tanah dari pasangan batu di
sepanjang tebing sungai sebagai pengaman terhadap gerusan (scouring).

20
Gambar 3-12.- Dinding penahan tanah

Kode 4.227 - Pengamanan dasar sungai (Level 4)


Pengaman dasar sungai ini diperlukan apabila dasar sungai mengalami degradasi atau terjadinya
gerusan pada daerah pilar. Apabila terjadi degradasi dasar sungai,akan dibuat suatu bangunan
pengatur, yang berfungsi menaikkan kembali dasar sungai yaitu dengan membangun suatu check dam
yang disebut controller pada daerah sebelah hilir jembatan. Bila terjadi gerusan setempat pada daerah
pilar, akan dibangun juga suatu bangunan pengaman yang berupa bronjong yang disusun sedemikian
rupa untuk menghindari terjadinya gerusan setempat yang berkelanjutan.

Gambar 3-13 – Pengaman Dasar Sungai

3.2.3.3. Kode 2.300 - Bangunan bawah (Level 2)

Bangunan bawah adalah komponen jembatan yang terdiri dari fondasi, kepala jembatan, dan pilar.

21
Kode 3.310 - Fondasi (Level 3)
Yang termasuk fondasi pada level 4/5, yaitu :

Gambar 3-14 – Elemen Fondasi


Kode 4.311 - Tiang pancang (Level 4)
Tiang pancang dapat berupa tiang pancang baja, beton, pipa baja, atau tiang pancang kayu, baik
berbentuk bundar maupun persegi.

Gambar 3-15 - berbagai jenis tiang pancang

22
Kode 4.312 - Fondasi sumuran /caisson (Level 4)
Terdapat banyak fondasi sumuran. Pada umumnya penggalian fondasi sumuran ini dilakukan oleh
tenaga manusia. Fondasi sumuran ikut turun sejalan dengan penggalian. Diameter fondasi sumuran
berkisar antara 250 cm sampai 450 cm.
Biasanya terdapat dua fondasi sumuran untuk setiap kepala jembatan atau pilar.

Beton mutu 20 MPa

Beton sikop mutu 15 MPa MPa

Beton kedap air mutu 25 MPa

Gambar 3-16.- Fondasi sumuran

Kode 4.313 – Fondasi langsung (Level 4)


Fondasi langsung umumnya digunakan apabila lapisan tanah pendukung mempunyai kualitas yang
cukup baik, misalnya lapisan batuan. Fondasi langsung ini meneruskan beban jembatan ke tanah
dasar fondasi secara merata. Oleh sebab itu, seluruh bidang kontak fondasi dengan permukaan
tanah dasar harus terpelihara dan tidak terkena erosi.

23
Gambar 3-17 – Fondasi langsung

Kode 4.316 – Tiang Bor (Level 4)


Tiang bor dilaksanakan dengan membuat lubang dengan cara mengebor dan mengisinya dengan
beton bertulang. Tiang bor biasanya mempunyai diameter 40 sampai 150 cm.
Tiang bor ini mencakup juga tiang desak (displacement pile) seperti Franki piles.

Gambar 3-18Tiang bor

24
Kode 3.320 - Kepala jembatan/Pilar (Level 3)
Kepala jembatan dan pilar merupakan kelompok elemen yang besar dari suatu jembatan yang
berfungsi meneruskan beban dari bangunan atas ke fondasi.
Yang termasuk level 4/5 untuk kepala jembatan dan pilar adalah :

Gambar 3-19– Elemen Kepala jembatan/pilar


Kode 4.321 – Balok fondasi (Level 4)
Balok fondasi ini adalah elemen yang mengikat tiang-tiang fondasi pada/sekitar permukaan air atau
permukaan tanah.
Kode 4.322 - Dinding atau Kolom pilar (Level 4)
Kolom atau dinding pada pilar berfungsi untuk meneruskan beban ke kepala tiang. Tinggi kolom dan
dinding dapat mencapai 40 meter pada jembatan yang tinggi. Kolom atau dinding dapat berupa
konstruksi pasangan batu, beton, kayu, atau baja.
Kode 4.323 - Dinding kepala jembatan (Level 4)
Dinding kepala jembatan digunakan untuk menahan tanah isian/timbunan. Selain itu, dinding
penahan tanah digunakan juga untuk pencegah penggerusan. Dinding kepala jembatan dapat dibuat
dari pasangan batu dan beton.
Kode 4.324 - Tembok sayap
Tembok sayap sama dengan dinding kepala jembatan, berfungsi untuk menahan tanah
isian/timbunan pada bagian sisi kepala jembatan

25
Gambar 3-20- Elemen Kepala Jembatan

Kode 4.325 - Balok kepala (Level 4)


Balok kepala adalah komponen bagian atas dari bangunan bawah jembatan yang berfungsi untuk
meneruskan beban bangunan atas jembatan ke kolom atau dinding bangunan bawah jembatan.
Balok kepala dapat dibuat dari beton, baja, atau kayu.

Gambar 3-21– Elemen Kepala Jembatan

26
Kode 4.326 - Balok penahan gempa (Level 4)
Balok penahan gempa berfungsi untuk menahan gaya gempa arah lateral.
Kode 4.327- Penunjang / Pengaku (Level 4)
Sistem pengaku umumnya dipakai pada konstruksi kayu atau baja. Akan tetapi ada beberapa
jembatan beton yang menggunakan sistem pengaku dari beton bertulang.

Pengaku kayu atau baja Pengaku beton bertulang


Pengaku beton

Gambar3-22 – Pengaku Bangunan Bawah (pilar)

Kode 4.328 - Penunjang sementara (Level 4)


Penunjang sementara ini kadang-kadang digunakan untuk memperkuat jembatan yang berada
dalam kondisi jelek. Penunjang sementara ini dipertimbangkan sebagai bagian dari jembatan, yang
memerlukan pemeriksaan seperti elemen lainnya.

Penunjang Sementara

Gambar 3-23– Penunjang Sementara

27
Gambar 3-24- Penunjang sementara

Kode 4.329 - Drainase dinding (suling-suling) (Level 4)


Drainase dinding atau suling-suling digunakan pada kepala jembatan atau dinding penahan tanah
untuk mengurangi tekanan air dalam tanah di belakang dinding.
Kode 4.330 – Tembok kepala (Level 4)
Tembok kepala adalah bagian elemen pada kepala jembatan atau pilar yang berfungsi sebagai
penahan gaya longitudinal bangunan atas jembatan.
Kode 4.331 – Balok tiang (Level 4)
Balok Tiang adalah komponen bagian atas dari kumpulan tiang pancang yang berbentuk balok untuk
menyatukan bagian atas tiang pancang dan dapat berupa bagian dari bangunan bawah jembatan.

Gambar 3-25– Balok Tiang pada pilar

28
3.2.3.4. Kode 2.400 - Bangunan atas (Level 2)

Bangunan atas adalah komponen utama jembatan yang membentang antara pilar dan kepala
jembatan. Bangunan atas ini meliputi lantai jembatan dan semua komponen diatas landasan, yang
termasuk komponen utama dalam level 3 adalah :

• 3.410 Sistem gelagar,


• 3.450 Rangka,
• 2.500 Sistem lantai,
• 3.600 Siar muai,
• 3.610 Landasan/perletakan,
• 3.620 Sandaran,
• 3.700 Perlengkapan.

Kode 4.414 – Sambungan gelagar (Level 4)


Sambungan gelagar adalah sambungan yang berada pada gelagar utama, gelagar melintang atau
diafragma.
Sambungan gelagar ini dapat berupa sambungan las atau sambungan baut.

Gambar 3-26 – Gelagar Baja dan Sambungan gelagar


Kode 4.415 – Perkuatan ikatan angin (Level 4)
Perkuatan ikatan angin ini berfungsi untuk mengurangi goyangan ke samping pada jembatan,
dengan cara mengikat gelagar menjadi satu dan kaku.

29
Ikatan angin
Tampak Samping

Tampak Atas

Gambar 3-27– Perkuatan pada gelagar

Gambar 3-28– Diafragma gelagar baja dan sambungan


Kode 3.450 - Jembatan rangka (Level 3)
Terdapat bermacam-macam jembatan rangka, yang berasal dari sumber-sumber yang berlainan
seperti dari Inggris, Belanda, Australia, dan Austria. Jembatan rangka mempunyai beberapa macam
tipe.
Pada gambar 3-29 terlihat beberapa tipe jembatan, yaitu sebagai berikut :

30
(a) tipe lantai di bawah dengan ikatan angin atas (Through Type),
(b) tipe lantai di bawah tanpa ikatan angin atas (pony Truss type ),
(c) tipe lantai di atas (Deck Type), dan
(d) tipe lantai di tengah (Half Through Type).

Gambar 3-29 - Tipe jembatan rangka

Ada bermacam-macam bagian jembatan rangka, termasuk diantaranya batang memanjang atas dan
bawah, batang pengaku, dan batang rangka.Gambar …. menunjukkan berbagai bagian jembatan
rangka secara umum pada level 4/5. Walaupun demikian, seorang pemeriksa akan menemukan
kesulitan untuk mengklasifikasikan atau menerangkannya. Jika hal ini terjadi, pemeriksa harus
membuat sketsa dari rangka tersebut dan menggaris bawahi persoalannya dalam laporan.

Gambar 3-30- Bagian-bagian jembatan rangka

31
Jembatan rangka Acrow/Bailey adalah salah satu tipe khusus dari jembatan rangka yang sifatnya
darurat. Jembatan ini biasanya dipakai sebagai jembatan sementara. Ada panduan khusus yang
menjelaskan bagian-bagian dari jembatan ini. Gambar 55 memperlihatkan bagian-bagian utamanya.

Gambar 3-31- Bagian-bagian jembatan bailey

Kode 4.451 - Panel rangka (Level 4)


Pada umumnya panel rangka adalah salah satu dari jembatan Acrow/Bailey atau transpanel
Australia.

Gambar 3-32– Panel Rangka Jembatan Bailey

32
Gambar 3-33– Elemen-elemen Jembatan Bailey

Kode 4.452 - Gelagar penguat (Level 4)


Gelagar penguat digunakan pada jembatan jenis Acrow/Bailey untuk meningkatkan kemampuan
daya dukung jembatan.
Kode 4.453 - Rangka pengaku (Level 4)
Rangka pengaku digunakan jika lebih dari satu Acrow/Bailey digunakan pada setiap sisi dari jalur
kendaraan.Pengaku mengikat panel-panel menjadi satu.
Kode 4.454 - Raker penyokong (Level 4)
Raker atau penyokong ini adalah bagian dari jembatan Bailey yang digunakan untuk menyokong atau
memperkuat/memperkaku panel rangka jembatan Bailey.
Kode 4.555 - Pin paried/surclip (Level 4)
Pin dan surclip didapatkan pada semua jembatan rangka Acrow/Bailey dan transpanel Australia.

Gambar 3-34- Jenis pen panel dan surclip

33
Kode 4.456 – Clamp (Level 4)
Clamp adalah alat pengencang pada jembatan bailey.
Kode 4.457 – Angkur prategang eksternal (Level 4)
Angkur prategang eksternal adalah bagian pengikat ujung kabel prategang yang berfungsi sebagai
perkuatan pada jembatan yang diperkuat. Perkuatan dengan system prategang eksternal ini dapat
dilaksanakan pada jembatan rangka, gelagar beton pratekan, gelagar beton bertulang atau beton
komposit.
Kode 4.458 – Kabel prategang eksternal (Level 4)
Kabel prategang eksternal adalah kabel yang digunakan untuk perkuatan eksternal jembatan.

Gambar 3-35 - Kabel Prategang Eksternal


Kode 4.459 – Sadel prategang eksternal (Level 4)
Sadel prategang eksternal adalah dudukan yang menjadi satu dengan deviator untuk mengarahkan
kabel prategang eksternal dalam sistem perkuatan jembatan.

Gambar 3-36 – Sadel Prategang Eksternal

34
Gambar 3-37 – Elemen-elemen Jembatan Rangka
Kode 4.461 - Batang tepi atas (Level 4)
Batang tepi atas adalah struktur utama pada sistem rangka yang berada pada bagian atas dan
merupakan kesatuan dengan batang-batang lainnya.
Kode 4.462 - Batang tepi bawah (Level 4)
Batang tepi bawah adalah struktur utama pada sistem rangka yang berada pada bagian bawah dan
merupakan kesatuan dengan batang-batang lainnya.
Kode 4.463 - Batang diagonal (Level 4)
Batang diagonal adalah struktur utama pada sistem rangka yang posisinya diagonal dan merupakan
kesatuan dengan batang-batang lainnya.
Kode 4.464 - Batang vertikal (Level 4)
Batang vertikal adalah struktur utama pada sistem rangka yang posisinya tegak dan merupakan
kesatuan dengan batang-batang lainnya.
Kode 4.465 - Ikatan angin atas (Level 4)
Ikatan angin atas merupakan suatu pengaku atau penguat pada sistem rangka yang berada pada
bagian atas. Pada umumnya mengikatkan antar batang tepi atas yang menyilang letaknya.
Kode 4.466 - Ikatan angin bawah (Level 4)
Ikatan angin bawah merupakan suatu pengaku atau penguat pada sistem rangka yang berada pada
bagian bawah. Pada umumnya mengikatkan antar batang tepi bawah yang menyilang letaknya.
Kode 4.467- Diafragma Rangka (Level 4)
Diafragma pada sistem rangka ini terletak pada bagian sambungan titik buhul, dan merupakan
pengikat atau pengaku sistem buhul.

35
Gambar 3-38– Elemen Ujung Rangka Baja

Kode 4.468 - Gelagar melintang (Level 4)


Gelagar melintang terdapat pada setiap jembatan rangka dan pada beberapa jembatan kayu yang
mempunyai lantai kendaraan dengan balok arah rnemanjang. Gelagar melintang ini berfungsi
meneruskan beban pada gelagar utama atau rangka. Gelagar melintang pada jembatan Bailey sering
disebut dengan istilah transom.

Gambar 3-39– Bagian Jembatan Rangka

Kode 4.469 – Sambungan/pelat buhul/pelat pengisi (Level 4)


Sambungan meliputi paku keling, pelat buhul dan pelat pengisi

36
Di las

Pelat Buhul

Baut atau Paku Keling

Gambar 3-40 - Pelat buhul dan sambungan lainnya

Gambar 3-41– Sambungan Baut pada Pelat Buhul


Kode 4.470 – Baut (Level 4)
Baut adalah sambungan yang mengikatkan bagian-bagian sambungan. Masalah yang terjadi pada
baut adalah hilang atau longgar.
Kode 4.471 - Batang tengah (Level 4)
Batang tengah pada umumnya terdapat pada sistem rangka callender hamilton yang terletak pada
bagian tengah batang diagonal.
Kode 4.472 - Batang diagonal kecil (Level 4)
Batang diagonal kecil pada umumnya terdapat pada Jembatan Callender Hamilton.

Gambar 3-42- Batang tengah dan batang diagonal kecil Jembatan CH

37
Gambar 3-43– Elemen pada Jembatan Callender Hamilton

Gambar 3-44– Elemen pada Jembatan Rangka Baja Belanda


Kode 4.473 – Batang penahan gempa (Level 4)
Batang penahan gempa adalah bagian elemen baja yang menahan gempa dan berupa batang yang
berada di antara 2 balok penahan gempa.
Kode 4.474 – Portal ujung (Level 4)
Portal ujung merupakan bagian elemen yang berada pada bagian ujung ikatan angin atas pada
jembatan rangka dan berfungsi sebagai pengaku ujung rangka.
Kode 4.475 – Pelat kopel batang diagonal (Level 4)
Pelat kopel batang diagonal berfungsi sebagai elemen yang menyatukan dua bagian elemen batang
diagonal pada jembatan rangka.
Kode 4.476 – Pelat kopel batang atas (Level 4)
Pelat kopel batang atas berfungsi sebagai elemen yang menyatukan dua bagian elemen batang atas
pada jembatan rangka.

38
Kode 4.477 – Pelat kopel batang tengah (Level 4)
Pelat kopel batang tengah berfungsi sebagai elemen yang menyatukan dua bagian elemen batang
tengah pada jembatan rangka.
Kode 4.478 – Pelat kopel batang bawah (Level 4)
Pelat kopel batang bawah berfungsi sebagai elemen yang menyatukan dua bagian elemen batang
bawah pada jembatan rangka.
Kode 4.479 – Pelat kopel batang vertical (Level 4)
Pelat kopel batang vertikal berfungsi sebagai elemen yang menyatukan dua bagian elemen batang
vertikal pada jembatan rangka.
Kode 4.480 – Ikatan angin melintang (Level 4)
Ikatan angin melintang terdapat pada ikatan angin dan letaknya melintang antara batang tepi atas.
Kode 4.501 - Gelagar memanjang lantai (Level 4)
Balok memanjang di bawah lantai umumnya dijumpai pada jembatan rangka baja. Balok-balok ini
digunakan untuk memperkecil bentangan pelat lantai apabila jarak antar gelagar melintang terlalu
besar.

4.512 – Pelat Lantai

4.511 – Gelagar memanjang Lantai

Gambar 3-45- Gelagar memanjang di bawah lantai

Kode 4.512 – Pelat lantai (Level 4)


Pelat lantai adalah struktur utama jembatan yang menahan beban lalu lintas secara langsung.
Pelat lantai terdiri atas :
• pelat beton yang terbentang antara gelagar atau balok melintang,
• pelat baja.

39
Lantai yang ditopang gelagar

Baja Tulangan

Lantai yang ditopang gelagar memanjang

Gambar 3-46- Pelat Lantai Beton


4.512 – Pelat Lantai Beton

Gambar 3-47 - Lantai

Kode 4.513 - Pelat baja gelombang (Level 4)


Pelat baja gelombang menjadi makin populer dan digunakan pada jembatan-jembatan. Pelat baja
gelombang ini bermanfaat untuk memberi kekuatan tambahan pada lantai dan/atau sebagai acuan
yang kuat bagi lantai beton.
4.512 – Pelat lantai
4.511 – Gelagar memanjang lantai

4.513 – Pelat baja gelombang

Gambar 3-48 - Bagian lantai dengan pelat baja gelombang

Kode 4.504 - Balok tepi (Level 4)


Balok tepi adalah struktur balok yang terletak pada tepi lantai memanjang jembatan, dan dapat
berfungsi untuk menambah kekakuan sistem lantai.

40
Beberapa jembatan dengan lantai beton mengurangi jumlah gelagar dengan menambah besar
ukuran kerb menjadi balok tepi. Hal ini terdapat juga pada jembatan rangka Callendar Hamilton tipe
lantai bawah atau jenis jembatan rangka baja lainnya.

Balok tepi 4.514

Gambar 3-49- Balok tepi

Kode 4.505 - Jalur roda kendaraan (Level 4)


Jalur roda kendaraan adalah suatu bagian lantai jembatan dengan lantai kayu yang berfungsi sebagai
pengarah lajur kendaraan di atas jembatan.
Jalur roda kendaraan berupa :

• lapisan aspal diatas lantai jembatan, dan


• lantai kayu untuk jalur roda

4.512 – Pelat Lantai

4.515 – Jalur roda kendaraan (lantai


kayu)

Gambar 3-50 - Lantai jembatan kayu

Kode 4.506 - Trotoar/ Kerb (Level 4)


Trotoar adalah lokasi pada sistem lantai yang merupakan tempat pejalan kaki. Sedangkan kerb
adalah bagian sistem lantai yang berada pada sisi kiri/kanan jembatan yang berfungsi sebagai batas
lantai kendaraan.

41
Pemeriksa harus memeriksa elemen-elemen ini untuk meyakinkan bahwa para pejalan kaki tidak
berada dalam keadaan bahaya yang disebabkan oleh papan lantai yang hilang, permukaan yang
kasar dll. Juga harus diperiksa bahwa tidak ada halangan diatas trotoar sehingga para pejalan kaki
tidak perlu berjalan di dalam jalur lalu lintas.
Kode 4.507 - Pipa cucuran (Level 4)
Pipa cucuran adalah bagian dari sistem drainase yang berupa pipa di sepanjang lantai untuk
mengalirkan air dari lantai jembatan sehingga air buangan tidak mengenai elemen yang lainnya.
Kode 4.508 – Drainase lantai (Level 4)
Drainase lantai adalah bagian dari sistem lantai untuk mengalirkan air ke pipa cucuran. Drainase
yang baik pada lantai sangat penting artinya bagi jembatan, karena akan menjamin :

• tidak akan ada genangan air diatas lantai jembatan yang dapat mengakibatkan kecelakaan,
dan
• tidak secara langsung air mengenai bagian dari struktur, seperti jalan pendekat yang
dapat rusak akibat air atau gelagar yang berada di bawahnya.
4.516 – Trotoir / kerb 4.514 – Balok tepi

4.519 – Lapis permukaan

4.517 – Pipa cucuran

Gambar 3-51– Trotoar, Belok Tepi dan Pipa Cucuran

4.518 – Drainase lantai 4.519 – Lapis permukaan


4.519 lapis
permukaan 4.518 – Drainase lantai

4.518 – Drainase lantai

Gambar 3-52 - Drainase Lantai, Lapis Permukaan

Kode 4.509 – Lapis permukaan (Level 4)


Lapis permukaan adalah bagian sistem lantai yang merupakan lapisan aspal atau lapisan aus pada
lantai kendaraan. Lapis permukaan ini berfungsi untuk memberi kenyamanan bagi pengguna jalan.

42
Kode 3.600 - Siar muai (Level 3)
Siar muai dibuat untuk mengakomodasi gerakan bangunan atas, rotasi, arah memanjang maupun
arah melintang sebagai akibat beban hidup serta gerakan muai dan susut akibat perubahan
temperatur.

Gambar 3-53– Sambungan Siar Muai

Fungsi siar muai adalah :

• mengakomodasi gerakan jembatan akibat dari perubahan temperatur, rangkak, penyusutan


elastis, susut, perubahan bentuk perletakan, penurunan, dan beban lalulintas, tanpa
menimbulkan tegangan-tegangan sambungan tersebut atau pada bagian lain dari jembatan;
• dapat menahan gerakan akibat beban lalu lintas;
• mencegah masuknya benda keras kedalam celah sambungan;
• harus dibuat dari material yang awet/bahan tahan lama;
• mudah diperiksa dan dipelihara, bagian-bagian yang dapat aus harus mudah diganti;
• memberikan kenyamanan pada setiap pengguna jalan;
• tidak menimbulkan bunyi yang keras atau getaran pada saat dilewati kendaraan;
• harus diberi sarana anti gelincir/slip pada permukaannya, jika lebar sambungan dalam arah
memanjang cukup besar;
• harus kedap air, untuk menghindarkan tertampungnya air, tanah, pasir dan kotoran (hanya
untuk siar muai tertutup).

Pemeriksa jembatan harus memeriksa siar muai jembatan untuk meyakinkan bahwa sambungan
tersebut masih berfungsi. Beberapa masalah hanya akan ditemukan dengan memeriksa bagian kolong
lantai jembatan, sedangkan sambungan yang longgar dapat diketahui dari bunyi yang berderak.
Jenis-jenis Siar muai :
Siar muai terbuka - Siar muai terbuka dibuat untuk menampung gerakan bangunan atas dalam arah
memanjang dan juga untuk menyambung sebagian celah agar lalu lintas dapat lewat dengan lancar.
Siar muai tertutup - Siar muai tertutup terdiri atas pengaturan beberapa material untuk
menyambung celah sambungan dengan sempurna dan menampung gerakan bangunan atas dalam
arah memanjang. Desain siar muai jenis ini dapat dilengkapi dengan atau tanpa bahan kedap air.

43
penahan air dari karet

Lantai Baja siku Lantai


Abutment Abutment

Siar muai terbuka Siar muai tertutup

Gambar 3-54– Sambungan siar muai terbuka dan tertutup

Terdapat 4 elemen level 4/5 yang termasuk dalam siar muai


Kode4.601 – Sambungan/Siar muai baja (Level 4)
Siar muai baja adalah siar muai yang terbuat dari bahan baja dengan desain dan fungsi sesuai dengan
jenis bangunan atas. Siar muai dapat bergerak memanjang, siar muai baja dengan desain khusus
biasanya digunakan untuk besar celah yang cukup lebar. Siar muai tersebut harus dapat
mengakomodasi pergerakan dalam arah memanjang, melintang dan rotasi tanpa menyebabkan
berkurangnya kenyamanan pengguna jalan.

Gambar 3-55 – Sambungan Siar Muai Baja


Kode 4.603 – Sambungan/Siar muai karet (Level 4)
Siar muai karet adalah jenis siar muai tertutup, dimana celah antara lantai kendaraan ditutup
dengan jenis karet dengan desain tertentu dan dapat menahan pergerakan jembatan sesuai dengan
jenisnya.

Gambar 3-56 – Sambungan Siar Muai Karet

44
9.3.4.9.4 Kode 4.604 – Sambungan/Siar muai aspal (Level 4)
Siar muai jenis aspal atau dikenal dengan nama asphaltic plug merupakan jenis siar muai yang
tertutup, karena celah antar lantai kendaraan tertutup dengan jenis aspal khusus yang dapat
menahan pergerakan beban lalu lintas. Jenis siar muai ini merupakan salah satu jenis siar muai yang
mempunyai kenyamanan yang baik untuk pengguna jalan.

Gambar 3-57– Sambungan Siar Muai Aspal


9.3.4.10 Kode 3.610 - Perletakan (Level 3)
Landasan adalah elemen jembatan yang meneruskan beban dari bangunan atas ke bangunan bawah
jembatan.
Landasan harus mampu menahan :

• tekanan yang tinggi,


• susut dan muai akibat perubahan temperatur,
• pengaruh akibat rotasi gelagar/rangka jembatan, dan
• pengaruh getaran akibat beban hidup.
Umumnya salah satu ujung gelagar adalah landasan tetap (sendi) dan ujung lainnya adalah landasan
yang bebas bergerak dalam arah memanjang (rol). Akan tetapi, pada landasan karet kedua ujungnya
dapat bergerak ke segala arah dalam batas tertentu.
Landasan yang paling sederhana adalah landasan dengan balok atau gelagar yang langsung
bertumpu pada balok kepala bangunan bawah. Landasan tetap dapat terbuat dari kayu, baja, atau
beton.
Landasan bergerak biasanya terbuat dari baja atau karet neoprene.
Ada landasan yang lebih handal, yaitu landasan pot yang berlapiskan teflon.
kerusakan pada landasan menyebabkan landasan tidak berfungsi seperti rencana.
Oleh karena itu, landasan harus :

• bersih dan drainasenya baik;


• berpelumas yang cukup;
• tersedia tempat yang cukup untuk bergerak;
• terletak pada posisinya dengan baik dan tidak bergeser;
• tidak berubah bentuk secara berlebihan yang dapat mengakibatkan pecah/rusak (landasan
elastomer);
• bidang geser tidak rusak atau berlubang akibat korosi;

45
• duduk dengan baik, dengan baut pengikat yang cukup bebas agar dapat bergerak;
• tempat kedudukannya tidak rusak; dan
• bagian logamnya tidak retak atau melengkung.

Kode 4.611 - Landasan baja (Level 4)


Landasan yang sederhana adalah seringkali berupa pelat geser. Landasan baja dapat merupakan
landasan rol atau sendi.Selain itu landasan baja dapat juga berupa landasan rokers (bergoyang).

Gambar 3-58- Tipe landasan baja

Kode 4.612 - Landasan karet (Level 4)


Landasan karet adalah jenis landasan karet dengan bahan karet alam atau karet sintetis. Tebal
landasan ini lebih dari 30 mm dan di dalamnya terdapat pelat-pelat baja tipis sebagai perkuatannya.
Tipe landasan ini mempunyai kelebihan dibandingkan landasan baja karena dapat menampung
gerakan, baik melintang, memanjang, maupun rotasi.

46
Gambar 3-59 – Landasan Karet

Plat baja

Gambar 3-60- Landasan karet laminasi

Kode 4.614 - Bantalan mortar / pelat dasar (Level 4)


Beberapa landasan harus diletakkan pada bantalan mortar khusus. Mortar khusus ini berfungsi
untuk meratakan atau membuat elevasi menjadi rata sehingga beban dapat terdistribusi dengan
merata.

Gambar 3-61 - Posisi landasan dan Angkur Gempa

47
Kode 4.615 - Baut pengikat/angkur gempa (Level 4)
Baut yang mengikat struktur bangunan atas (gelagar baja atau rangka) dengan bangunan bawah
(pilar atau kepala jembatan) untuk menahan gaya angkat akibat gaya gempa pada bangunan atas
jembatan.

Gambar 3-62- Baut Pengikat/Angkur Gempa

Baut Pengikat

Gambar 3-63Landasan dengan baut pengikat

Kode 4.616 – Karet penahan gempa (Level 4)

Karet penahan gempa pada umumnya terdapat pada jembatan rangka atau jembatan gelagar baja.
Penahan gempa ini merupakan elemen yang wajib dipasang dan mempunyai fungsi untuk menahan
gerakan akibat gaya gempa.

48
Gambar 3-64 – Penahan Gempa

Gambar 3-65– Balok Penahan Gempa dan Karet Penahan Gempa

Kode 3.620 - Sandaran (Level 3)


Yang termasuk dalam elemen level 4/5 ini adalah semua bentuk pembatas dan sandaran.

Gambar 3-66- Sandaran

49
Kode 4.621 - Tiang sandaran (Level 4)
Tiang sandaran adalah bagian dari sandaran yang tegak dan dapat terbuat dari bahan baja atau
beton.

Gambar 3-67- Sandaran


Kode 4.622 – Sandaran horizontal (Level 4)
Adalah elemen sandaran yang letaknya horizontal dan terletak di antara tiang sandaran. Bahan
sandaran horizontal ini pada umumnya terbuat dari baja.
Kode 4.624 – Tembok sandaran (Level 4)
Tembok sandaran merupakan bagian dari sandaran dan seringkali terdapat pada sandaran pada
jalan dalam kota atau jalan tol.

Gambar 3-68- Tipikal elemen sandaran

50
Kode 3.700 – Perlengkapan (Level 3)

Perlengkapan jembatan bukan merupakan bagian struktur jembatan. Meskipun demikian,


perlengkapan jembatan memberikan petunjuk dan rasa aman terhadap pengguna jalan yang melewati
jembatan tersebut.

Gambar 3-69 - Perlengkapan


Kode 4.701 – Batas-batas ukuran (Level 4)
Banyak jembatan yang mempunyai tanda-tanda batas ukuran tinggi atau lebar. Hal ini berguna
untuk pengaturan kendaraan.

Pembatas Lebar

6 Ton

Gambar 3-70– Batas beban dan lebar

Kode 4.711 – Rambu(Level 4)


Rambu ini memberikan informasi mengenai kecepatan kendaraan, berat kendaraan atau batasan
dimensi.

51
Kode 4.712 - Marka jalan (Level 4)
Marka jalan merupakan petunjuk bagi para pemakai jalan mengenai jalur dan lajur kendaraan,
larangan menyalip, dan tempat penyeberangan.
Kode 4.713 - Papan nama (Level 4)
Setiap jembatan harus mempunyai papan nama yang menunjukkan atau menyatakan nama dan
nomor jembatan serta informasi lain.
Kode 4.715 - Parapet/tembok sedada (Level 4)
Parapet merupakan bagian jembatan yang berfungsi untuk mengarahkan kendaraan sebelum masuk
ke jembatan. Pada elemen ini pada umumnya diletakkan papan nama jembatan.
9.3.4.12.7 Kode 4.721 - Lampu penerangan (Level 4)
Penerangan seringkali diperlukan pada daerah jembatan yang berada dalam daerah perkotaan.

Gambar 3-71 - Tiang Lampu, Median

Kode 4.722 - Tiang lampu (Level 4)


Tiang lampu yang merupakan bagian dari sistem penerangan. Elemen ini seringkali juga mengalami
kerusakan dan dapat membahayakan pengguna jalan.
Kode 4.723 - Kabel listrik (Level 4)
Kabel listrik yang merupakan bagian dari system penerangan atau tidak, tetap merupakan bagian
yang seringkali terdapat di atas jembatan yang dapat mengganggu pengguna jalan.
Kode 4.731 – Utilitas (Level 4)
Banyak struktur jembatan yang melayani utilitas. Yang termasuk dalam utilitas adalah pipa gas, air,
listrik, minyak bumi, telepon, pembuangan air limbah, dan lain-lain.
Kerusakan pada utilitas dapat mempengaruhi jembatan oleh karena itu, laporan kerusakan utilitas
diperlukan.

52
3.2.3. Kode kerusakan
Kode kerusakan diidentifikasi dengan 3 karakter angka. Kerusakan pada umumnya
berkaitan dengan bahan atau elemen.

Contoh kerusakan yang berkaitan dengan bahan adalah :

• kerontokan pada beton, (Kode 201)


• karat pada baja, (Kode 302)
Contoh kerusakan yang berkaitan dengan elemen adalah :

• gerusan pada aliran sungai, (Kode 503)


• gerusan dalam timbunan tanah, (Kode 521)
• pergerakan dalam kepala jembatan. (Kode 551)

Tabel 3-2 Bahan dan jenis kerusakannya

Kode kerusakan Bahan dan Kerusakan

Pasangan Batu Bata


101 Pelapukan dan retak
102 Penggembungan atau perubahan bentuk
103 Pecah atau hilangnya bahan

Beton
201 Cacat pada beton termasuk terkelupas, gompal, keropos,
berongga, berpori dan kualitas beton yang jelek
202 Retak
203 Korosi pada tulangan baja
204 Kotor, berlumut, penuaan atau pelapukan beton
205 Pecah atau hilangnya bahan
206 Lendutan

Baja
301 Penurunan mutu cat
302 Korosi
303 Perubahan bentuk
304 Retak
305 Komponen yang rusak atau hilang
306 Elemen yang salah
308 Sambungan yang longgar

53
3.2.4. Sistem penilaian elemen
Sistem penilaian elemen untuk elemen yang rusak terdiri atas lima pertanyaan
mengenai kerusakan yang ada.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:

Struktur - ditinjau dari struktur apakah kerusakan berbahaya atau tidak

Kerusakan - apakah tingkat kerusakan parah atau tidak?

Kuantitas (Volume) - apakah jumlah kerusakan lebih atau sama dengan 30% dari
luas/volume/panjang? Selain hal tersebut perlu dihitung juga
volume kerusakan yang sesungguhnya.

Fungsi - apakah elemen masih berfungsi atau tidak?

Pengaruh - apakah kerusakan mempunyai pengaruh terhadap elemen


lain?

Nilai sebesar 1 atau 0 diberikan pada elemen sesuai dengan setiap kerusakan yang ada,
menurut kriteria yang diperlihatkan pada tabel 3-2

Tabel 3-2 Kriteria penentuan nilai kondisi

Sistem Penilaian Kriteria Nilai


Struktur Berbahaya 1
(S) Tidak berbahaya 0
Kerusakan Parah 1
(R) Tidak parah 0
Kuantitas ≥ 30% 1
(K) < 30% 0
Fungsi Elemen tidak berfungsi 1
(F) Elemen berfungsi 0
Mempengaruhi elemen lain atau pengguna 1
Pengaruh
jalan, lalu lintas
Tidak mempengaruhi elemen lain atau 0
(P)
pengguna jalan , lalu lintas
NILAI KONDISI (NK) NK = S + R + K + F + P 0-5

Dalam menggunakan sistem ini, nilai kondisi diberikan pada sub elemen level 5 dan
elemen level 4. Bila penilaian awal suatu sub elemen (individual) diberikan pada level 5,
kelompok elemen yang mirip dinilai pada level yang lebih tinggi, yaitu elemen level 4,
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sama mengenai kelompok elemen
secara keseluruhan.

3.3. Prosedur pemeriksaan detail

3.3.3. Gambaran secara keseluruhan


Dalam upaya memperoleh gambaran secara keseluruhan dari jembatan, pemeriksa harus
berjalan di sekeliling bagian atas dan di bawah jembatan serta mengamati bentuk umum,

54
kondisi secara keseluruhan, dan kinerja dalam keadaan lalu lintas penuh. Dalam melakukan
pengawasan ini, setidak-tidaknya jembatan harus dilewati satu kendaraan berat.

Selama pemeriksaan awal harus dicatat sub elemen dan elemen jembatan yang rusak, elemen
yang penampilan dan kondisinya berbeda dari bagian elemen lainnya atau elemen-elemen
struktur dengan level hierarki yang sama. Hal ini akan membantu pemeriksa untuk
merencanakan pemeriksaan secara keseluruhan dan menentukan tingkat dimulainya
penilaian elemen.

Hal ini dapat dilakukan dengan mudah dengan jalan mengacu pada daftar hierarki elemen
utama pada Level 3 yang terdapat dalam formulir pemeriksaan detail, memilih komponen
yang relevan terhadap jembatan yang sedang diperiksa dan mengamati elemen utama dari
setiap kelompok Level 3, yaitu pada elemen Level 4, untuk menentukan apakah elemen
tersebut pada kondisi yang mirip. Jika belum mengenali hierarki jembatan, pemeriksa harus
mengacu pada daftar elemen level 4 itu sendiri untuk melaksanakan kegiatannya.

Bila semua elemen pada level 4 dari suatu elemen utama level 3 berada dalam kondisi yang
sama dengan kerusakan yang sama atau tidak ada kerusakan, elemen utama level 3 yang
bersangkutan dapat dinilai tanpa perlu mencatat kerusakan yang berada pada elemen dari
level yang lebih rendah.

Bila elemen utama dari Level 3 berada dalam kondisi yang berbeda atau memiliki cacat yang
berbeda, kerusakan tersebut harus dicatat untuk elemen utama yang bersangkutan dan
penilaian dilaksanakan pada Level 4 atau Level 5.

3.3.4. Elemen yang rusak


Jembatan harus diperiksa secara sistematis dan setiap sub elemen dan elemen yang rusak
harus dicatat pada halaman 2 dari formulir laporan pemeriksaan detail, sesuai dengan
kode elemen dan kode kerusakan. Bila perlu, uraian mengenai sub elemen dan elemen
kerusakan dicatat.

Contoh elemen yang rusak dapat dilihat dalam Tabel .

Bila ada lebih dari satu kerusakan yang serius dalam elemen yang sama, setiap kerusakan
harus dicatat.

Bila suatu pemeriksaan detail dilaksanakan sesudah rehabilitasi atau perbaikan besar,
semua elemen rusak yang dicatat sebelumnya harus diperiksa ulang untuk memastikan
bahwa pekerjaan yang dilakukan sudah efektif, dan suatu penilaian baru mengenai kondisi
harus dilakukan.
Tabel 3-3 Contoh kerusakan elemen

Elemen level 4 Kerusakan Sub elemen Level 5

Uraian Uraian Lokasi Kondisi


Kode Kode
(pilihan) (pilihan) A/P/B X Y Z S R K F P NK

4.462 BATANG TEPI BAWAH 302 KARAT

4.461 BATANG TEPI ATAS 302 KARAT

55
4.463 BATANG DIAGONAL 302 KARAT

PERUBAHAN
4.612 PERLETAKAN 712
BENTUK

3.210 ALIRAN SUNGAI 503 PENGIKISAN

3.3.5. Lokasi sub elemen dan elemen yang rusak


Lokasi sub elemen dan elemen yang rusak ditentukan sesuai dengan Sistem Penomoran
Elemen,dengan contoh penggunaannya dapat dilihat dalam Tabel 3-4.

Lokasi sub elemen yang cacat/rusak hanya dicatat untuk sub elemen yang berada pada
penilaian Level 5.

Secara khusus tabel tersebut menampilkan penggunaan lokasi untuk mencatat elemen utama,
yaitu 3.320 Kepala Jembatan dan 3.450 Rangka, yang memiliki kerusakan yang berdampak
pada elemen secara keseluruhan, tetapi tidak pada elemen yang mirip. Elemen-elemen ini
dicatat pada Level 5 dengan menggunakan kode dan lokasi elemen.

Sebagai perbandingan, elemen utama 3.210 Aliran Sungai dan 4.502 elemen Lantai
permukaan kendaraan lokasinya tidak dicatat. Ini berarti bahwa seluruh elemen terpengaruh
oleh kerusakan tersebut.

Elemen 4.612 Perletakan dicatat dengan lokasi A1 saja. Ini berarti bahwa semua perletakan
pada A1 kondisinya rusak.
Tabel 3-4 Contoh lokasi elemen yang rusak

Elemen Kerusakan Lokasi

Kode Uraian Uraian


Kode
(pilihan) (pilihan) A/P/B X Y Z

4.46 Bentang 5, Semua batang tepi


BATANG TEPI BAWAH 302 KARAT B5 1
2 bawah, batang kiri.

4.46 Bentang 5, Batang tepi atas


BATANG TEPI ATAS 302 KARAT B5 1 1
1 pertama, batang kiri

4.46 Bentang 5, Batang diagonal ke


BATANG DIAGONAL 302 KARAT B5 7 1
3 7, batang kiri

4.46
BATANG DIAGONAL 305 ELEMEN HILANG B5 7 1 Diagonal ke 7, batang kiri
3

4.62
SANDARAN HORIZONTAL 302 KARAT B5 1 1 Bentang 5, kiri, atas
2

4.61
PERLETAKAN 605 PERUBAHAN BENTUK A1 Abutmen 1, semua perletakan
2

56
3.21
ALIRAN SUNGAI 503 PENGIKISAN Aliran sungai seluruhnya
0

4.50
LAPIS PERMUKAAN 723 BERGELOMBANG Lapis permukaan seluruhnya
9

3.3.6. Pemberian nilai kondisi

Sesudah elemen yang rusak dan bentuk kerusakan selesai dicatat, Nilai Kondisi dinilai
menggunakan sistem penilaian elemen yang telah diuraikan dalam pasal 6.2.4.
Penilaian pada Level 5

Contoh:

Dalam Tabel 3-4, elemen 4.462 memiliki kerusakan 302 hanya pada batang tepi bawah,
batang ini terletak pada rangka kiri di B5.

Kerusakan ini (karat) bersifat merusak dan telah menjalar lebih dari 10% potongan
melintang batangnya. Oleh karena itu, nilai struktur dan nilai kerusakan S dan R masing-
masing adalah 1.

Korosi telah meluas ke seluruh elemen secara keseluruhan. Oleh karena itu,nilai
kuantitasnya K adalah 1.

Batang masih tetap berfungsi, oleh karena itu nilai Fungsi adalah 0.

Batang yang berkarat tidak mempengaruhi kinerja elemen lainnya. Oleh karena itu, nilai
pengaruh adalah 0. Jadi, nilai kondisi elemen ini pada Level 5 adalah 3, seperti yang
terlihat dalam kolom yang berjudul "Level 5" dalam Tabel 6-4.

Penilaian pada Level 4

Sesudah suatu sub elemen dinilai pada Level 5, nilai kondisi dari kelompok semua elemen
yang mirip dinilai dan dicatat pada Level 4.

Contoh : Elemen 4.462 - tidak ada pengaratan pada batang tepi bawah lainnya di bentang
manapun di jembatan. Dengan demikian, Nilai Kuantitas adalah 0 (kurang dari 30% dari
semua batang tepi bawah dari jembatan).

Nilai Struktur dan Nilai Kerusakan S dan R tetap 1 karena kerusakan bersifat mer usak dan
telah menjalar ke lebih dari 10% dari potongan melintang dari batang tepi bawah RB di
B5. Jelas bahwa Nilai Fungsi dan Pengaruh tetap 0.

Nilai Kondisi pada level 4 dari Elemen 4.462 (semua batang tepi bawah jembatan) adalah
2, seperti yang terlihat dalam kolom yang berjudul "Level 4".

Dengan cara yang sama, Elemen 4.461, 4.462 dan 4.463 dinilai. Pertama-tama penilaian
dilakukan pada level 5 dan kemudian pada level 4, seperti yang terlihat dalam Tabel 6-4.

Bila ada lebih dari satu kerusakan dalam elemen yang sama, yang memiliki gabungan nilai
struktur, kerusakan dan perkembangan digunakan untuk menilai nilai kondisi elemen. Bila
kerusakan memiliki angka yang sama untuk ketiga nilai tersebut, maka apabila salah satu
kerusakan mempengaruhi elemen-elemen lainnya atau arus lalu lintas (artinya, nilai

57
pengaruh = 1, kerusakan tersebut digunakan untuk menentukan nilai kondisi dari elemen
yang bersangkutan).

Contoh: Kerusakan 302 dalam elemen 4.463 digunakan untuk menentukan nilai kondisi.
dari semua batang diagonal, karena angka untuk nilai struktur, kerusakan dan
perkembangan adalah 3 untuk kerusakan 302 dan hanya 2 untuk kerusakan 303.

Tabel 3-5 Contoh pemberian nilai kondisi pada level 5 dan level 4

Elemen Kerusakan Level 5 Level 4


Lokasi
Uraian Uraian Kondisi Kondisi
Kode Kode
(pilihan) (pilihan) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK

4.462 BATANG TEPI BAWAH 302 KARAT B5 1 1 1 1 0 0 3 1 1 0 0 0 2

4.461 BATANG TEPI ATAS 302 KARAT B5 1 1 1 1 0 0 3 1 1 0 0 0 2

4.463 BATANG DIAGONAL 302 KARAT B5 8 1 1 1 1 0 0 3 1 1 0 0 0 2

4.463 303 PERUBAHAN B5 8 1 1 0 1 0 0 2


BATANG DIAGONAL
BENTUK

4.622 SANDARAN 302 KARAT B5 1 1 1 1 0 0 0 2 1 1 0 0 0 2

4.612 PERLETAKAN 605 PERUBAHAN A1 1 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3


BENTUK

605 PERUBAHAN A1 1 1 1 1 0 0 3
BENTUK

3.210 ALIRAN SUNGAI 503 PENGIKISAN 1 1 1 0 1 4

4.509 LAPIS PERMUKAAN 723 BERGELOMBANG 1 1 1 0 1 4

Penilaian pada Level 3 (akan dihitung dengan menggunakan software)

Penilaian elemen dinilai pada hanya sampai Level 4, nilai kondisi dinilai pada Level 3 tidak
dihitung tetapi boleh dicatat pada halaman 3 dari laporan pemeriksaan. Pemeriksaan di
lapangan hanya dilakukan untuk level 5 atau level 4 saja, karena dengan adanya sof tware
computer tablet, atau tidak, penilaian kondisi untuk level 3, 2 dan 1 akan menggunakan
software yang sudah di mutakhirkan.

Contoh:,

Dalam contoh pada Tabel 6-4 tidak ada kerusakan pada rangka jembatan, kecuali pada
rangka di B5. Rangka di B5 merupakan bagian dari elemen 3.450 - Rangka. Maka untuk
penilaian kondisi level 3 tidak perlu dilaksanakan, karena nilai kondisi level 5 dan level 4
langsung dimasukkan dalam software.

Semua elemen yang rusak dalam rangka ini harus dipertimbangkan dalam menghas ilkan
nilai kondisi untuk elemen 3.450 pada Level 3, yaitu sub Elemen 4.461, 4.462, dan 4.463.

58
3.3.7. Data lain
Data lain juga harus dicatat berdasarkan setiap elemen yang rusak pada halaman 3 dari
formulir pemeriksaan seperti yang terlihat dalam Tabel 3-6.

Pada kolom volume kerusakan elemen harus ditulis jumlah volume kerusakan yang
terjadi pada elemen level 5 atau level 4. Untuk dapat dihitung nilai kondisi yang lebih
akurat pada level yang lebih tinggi, maka volume total elemen pada level 4 harus
dituliskan pada kolom yang telah disediakan.

Tabel 3-3 Data lain

Volume Kerusakan Elemen (Jumlah), Volume Total Elemen dan Satuan (Unit)

Volume kerusakan mengacu pada petunjuk penilaian kerusakan dalam lampiran C.

Masukkan jumlah kerusakan yang ada dan unit ukuran satuan (lihat pada buku petunjuk
peniaian kerusakan lampiran C).

Informasi ini selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung nilai kondisi elemen
sesungguhnya dengan memperhitungkan volume kerusakan yang ada di bandingkan
dengan volume kerusakan elemen pada level yang lebih tinggi. Selain itu akan digunakan
juga dalam memperkirakan biaya perbaikan/ penggantian elemen.

Tindakan Darurat

Bila pemeriksa menganggap bahwa suatu kerusakan besar menuntut tindakan darurat ,
hal tersebut harus dicatat dalam kotak yang berkaitan dengan elemen dan kerusakan,
dan kemudian dipindahkan ke bagian "TINDAKAN DARURAT" pada halaman 1 dari
formulir, tempat alasan untuk tindakan darurat dicatat.

59
Pemeriksaan Khusus

Bila pemeriksa menganggap bahwa suatu elemen rusak, menuntut suatu pemeriksaan
khusus, hal tersebut harus dicatat dalam kotak, dan kemudian dipindahkan ke bagian
"PEMERIKSAAN KHUSUS" pada halaman 1 dari formulir, tempat alasan untuk pemeriksaan
khusus dicatat.

3.3.8. Catatan kecil dan sketsa


Catatan kecil dan sketsa harus dibuat oleh pemeriksa pada halaman lain dari formulir
pemeriksaan agar sifat, luas,dan lokasi kerusakan atau elemen yang rusak lebih jelas.

4. JENIS-JENIS KERUSAKAN ELEMEN JEMBATAN BAJA


4.2. Kerusakan pada baja
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai jenis-jenis kerusakan yang dapat menyerang baja
dan bagian-bagian dimana kerusakan tersebut dapat terjadi.

Baja banyak digunakan sebagai konstruksi jembatan karena kekuatannya dan tahan lama
apabila dipelihara secara baik. Kebanyakan jembatan yang dibangun sejak pertengahan tahun
1970 terbuat dari konstruksi baja yang berupa rangka baja maupun gelagar baja dengan lantai
beton. Sebelum masa itu, banyak jembatan baja yang dibangun biasanya tanpa sistem lapisan
penutup yang cukup memadai.

60
Terdapat 5. (lima) permasalahan utama pada jembatan-jembatan baja yang memerlukan
pemeriksaan yaitu :

• Penurunan mutu dari cat dan galvanisasi


• Karat
• Kerusakan pada bagian-bagian baja
• Ikatan/sambungan yang longgar
• Keretakan

Gambar 4-1 Bagian-bagian yang menunjukkan kerusakan awal pada baja

4.3. Kerusakan 301 - Penurunan mutu dari cat dan/atau galvanis


Baja akan berkarat apabila tidak dilindungi terhadap udara dan air. Baja dilindungi dengan cat
atau galvanis. Galvanis adalah suatu lapisan tipis seng yang dilekatkan pada permukaan baja
melalui suatu proses yang khusus. Logam yang digalvanis akan berwarna abu-abu atau warna
perak. Dengan galvanis logam akan terlindungi untuk jangka waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan cat.

Lapisan pelindung permukaan dapat rusak akibat waktu / umur atau lecet akibat suatu
gesekan. Kerusakan lapisan pelindung permukaan yang disebabkan oleh tumbukan kendaraan
dapat juga terjadi dan perlu dilaporkan. Penurunan mutu sistem pelindung permukaan pada
umumnya terjadi pada sisi yang tajam dari struktur baja dimana pelindung permukaannya
pada umumnya tipis, dan khususnya untuk komponen yang dicat.

Penurunan mutu pada awalnya cepat terlihat dengan timbulnya gelembung pada permukaan.
Ini menandakan bahwa karat mulai timbul di bawah lapisan pelindung. Juga harus dicari tanda
karat yang kecil pada permukaan cat yang mana dapat dengan cepat mengarah kepada
penurunan mutu lebih lanjut. Penurunan mutu dari galvanis terjadi dengan berkaratnya
lapisan galvanis (zinc). Bercak-bercak putih pada permukaan galvanis menunjukkan bahwa
proses karat sedang terjadi.

4.4. Kerusakan 302 – Karat


Apabila sistem pelindung rusak dan udara serta uap air berhubungan dengan permukaan baja,
maka mulai terjadi karat pada bagian tersebut. Karat adalah proses kimia satu arah yang

61
terjadi pada baja. Hal ini dapat terlihat apabila permukaan berwarna coklat karat. Apabila
tidak segera ditangani maka karat dapat menjalar dan memakan ke bagian dalam baja dan
terjadilah lekukan. Lekukan ini merupakan penggerusan akibat karat pada permukaan baja
dan apabila proses karat ini tidak dihentikan maka keadaan dapat menjadi sangat buruk dan
baja akan menjadi serpihan-serpihan. Maka akan terlihat bahwa baja akan terpecah-pecah
menjadi lapisan-lapisan tipis yang mudah terkelupas. Jenis karat ini memerlukan penanganan
dengan segera karena akibatnya sangat berbahaya.

4 Kondisi Awal Sesuai Standar Identifikasi Kerusakan Permukaan Baja Berdasarkan


ISO 8501-1 : A,B,C,D

A, Permukaan baja tertutup secara C. Permukaan baja pada daerah


menyeluruh dan berdebu karat yang berdebu karat sudah
tetapi hanya sebagian kecil, berkarat dan dapat dibuang
mungkin adanya karat dengan scraping, tetapi sudah
mulai kelihatan secara visual titik
yang kearah dalam baja

B. Permukaan baja sudah mulai D. Permukaan baja pada bagian


berkarat dan bagian yang seperti yang berdebu karat sudah
berdebu karat mulai menyerpih berkarat dan secara umum sudah
nyata terlihat secara visual

Gambar 4-2 – Kondisi Karat pada Permukaan Baja

Baja jika berkarat akan mengembang. Jika karat terjadi diantara dua pelat baja, gerakan mengembang
akibat karat dapat merenggangkan kelekatan antara kedua buah pelat tersebut. Ini mengakibatkan
beban tambahan pada paku keling, baut atau las dan dapat mengakibatkan kegagalan/kerusakan pada
sambungan atau titik buhul.

Tempat-tempat yang harus diperiksa untuk karat yaitu :

• Sudut-sudut
• Tumpukan sampah, kotoran, tanah dan lain-lain dapat mengumpulkan dan menjebak
kelembaban
• Pada daerah yang diberi pelumas (gemuk/stempet) seperti pada perletakan geser, rocker atau
perletakan rol
• Pada kabel dan kabel-kabel angkur pada jembatan gantung
• Sambungan

62
Gambar 4-3 Sambungan berlapis yang mengembang karena karat

Contoh daerah-daerah yang umumnya harus diperiksa pada gelagar dan jembatan rangka dapat
dilihat pada gambar 4-4 dan gambar 4-5.

Gambar 4-4 Tempat-tempat yang umumnya terjadi karat pada jembatan rangka

Gambar 4-5 Titik-titik yang umumnya terjadi karat pada jembatan gelagar baja

4.5. Kerusakan 303 - Perubahan bentuk pada komponen


Tumbukan yang diakibatkan oleh kendaraan atau beban kendaraan atau sampah/kotoran di
sungai dapat mengakibatkan kerusakan dan pembengkokan pada komponen jembatan baja.

63
Komponen jembatan baja dapat mengalami kerusakan pada waktu pengangkutan dan
penanganan. Kerusakan tersebut dapat berbentuk perubahan bentuk komponen setempat
atau perubahan bentuk komponen secara keseluruhan.

Struktur dapat menjadi lemah karena bengkok atau retak yang diakibatkan oleh benturan dan
jenis kerusakan ini memerlukan pemeriksaan seksama oleh seorang ahli.

Ada beberapa kerusakan yang tidak mempengaruhi kekuatan struktur tetapi mungkin dapat
mengakibatkan mudah berkarat, yaitu apabila lapis pelindung rusak atau apabila kerusakan
mengakibatkan tergenangnya air. Jenis kerusakan ini perlu dicatat dalam laporan.

Perubahan bentuk secara keseluruhan harus ditangani sesuai dengan kepentingannya


terkecuali jika terjadi pada komponen jembatan yang non-struktural seperti sandaran atau
rambu-rambu. Perubahan bentuk setempat dapat juga merupakan sesuatu yang berbahaya
jika pengaruhnya luas.

Gambar 4-6 Perubahan bentuk setempat

Gambar 4-7 Perubahan bentuk secara keseluruhan akibat tumbukan

Pemeriksa harus membuat suatu gambar sketsa dari komponen yang rusak tersebut, dan
menunjukkan bagian mana dari jembatan yang rusak dan mengukur besarnya perubahan
bentuk yang terjadi.

Kadang kala, kecelakaan dapat terjadi pula pada atau di kolong jembatan. Kadang-kadang api
yang sangat panas terjadi karena kecelakaan tersebut. Jika baja mengalami panas maka baja

64
akan berubah bentuk. Baut mutu tinggi mudah sekali rusak dibandingkan jenis sambungan
lain.

Kerusakan ini mengakibatkan terjadinya lendutan dan melepuhnya elemen jika pelat buhul
bengkok dan terlepas karena panas.

Gambar 4-8 Kebakaran yang menyebabkan keruntuhan pada konstruksi baja

4.6. Kerusakan 304 – Retak


Retak pada komponen baja dapat terjadi karena suatu benturan akibat kecelakaan (tumbukan
kendaraan dan lain-lain) atau adanya beban berulang. Jika hal ini terjadi karena beban
berulang maka hal ini merupakan suatu kelelahan pada logam (fatik)..

Retak dapat terjadi pada pada komponen itu sendiri atau pada sambungan seperti pada las.

Segala jenis retak pada struktur baja atau pada las biasanya merupakan hal yang berbahaya,
karena itu jika ditemukan retakan, maka perlu dimintakan suatu pemeriksaan secara khusus.
Foto serta ukuran-ukuran jika mungkin dilampirkan bersama permintaan tersebut sehingga
ahli tersebut dapat melakukan penelitian pendahuluan. Mungkin diperlukan suatu tindakan
pencegahan darurat. Gambar 4-9, 4-10 dan 4-11 memperlihatkan tempat-tempat dimana
biasanya terjadi keretakan.

65
Gambar 4-9 Tempat yang biasanya terjadi retak pada gelagar baja dengan pelat penguat (cover
plate)

Gambar 4-10 Retak yang mungkin terjadi pada diafragma yang sebagian flensnya dibuang

Gambar 4-11 Jembatan Bailey dengan bagian-bagian yang biasanya mengalami retak

66
4.7. Kerusakan 305 - Komponen yang rusak atau hilang
Kesalahan dalam konstruksi, kecelakaan atau pengrusakan dapat dimasukkan dalam
komponen yang rusak atau hilang.

Komponen yang hilang biasanya dapat diketahui dengan adanya tempat sambungan tanpa
ada komponen yang disambung.

4.8. Kerusakan 306 - Elemen yang salah


Kesalahan pemasangan komponen lebih sulit untuk ditentukan tanpa suatu pengalaman yang
cukup luas. Pada umumnya pemeriksa jembatan tidak akan memeriksa hal ini. Meskipun
demikian kesalahan pemasangan atau hilangnya komponen jembatan merupakan suatu hal
yang berbahaya dan harus dicatat untuk diambil tindakan secepatnya. Referensi terhadap
gambar rencana/panduan pemasangan harus dibuat jika ada keragu- raguan.

4.9. Kerusakan 308 - Sambungan yang longgar


Sambungan pada konstruksi baja biasanya ada tiga macam : dengan baut, dengan paku
keling dan dengan las.

Ikatan dengan baut dapat dikencangkan dengan tegangan tinggi dan penuh atau jika
memakai baut biasa hanya dikencangkan secukupnya. Baut mutu tinggi dapat memikul
beban atau gesekan, tapi dalam segala hal bautnya harus diberi tegangan penuh.

Baut mutu tinggi dapat dikenali dari tanda pada kepalanya seperti terlihat pada gambar 4-
14. Paku keling dan baut dapat menjadi longgar sedangkan las dapat retak.

Gambar 8-34 Paku keling, baut dan las

Longgar atau rusaknya paku keling atau baut mutu tinggi dapat mudah diketahui dengan
menempatkan sebuah jari pada satu sisi dari kepala baut/paku keling sehingga jari tersebut
menyentuh baik pelat baja maupun kepala baut/paku keling tersebut, dan memukul sisi lain
dari kepala baut/paku keling dengan palu secara perlahan-tahan. Jika paku keling atau baut
tersebut longgar maka dapat dirasakan. Jika longgar, bagian yang tidak baik tersebut harus
diberi tanda dengan spidol yang tahan air atau cat warna kuning.

Pada umumnya sambungan yang longgar atau rusak akan ditemukan pada komponen dekat
tempat pembebanan

67
Gambar 4-15 Pemeriksaan kekencangan paku keling

5. KERUSAKAN PADA LANTAI BETON


5.1. Kerusakan 201 - Kerusakan-kerusakan pada lantai beton
Yang termasuk dalam kerusakan beton dengan kode 201 adalah kerontokan, beton yang
berongga, keropos dan mutu beton yang jelek.

5.1.1. Beton keropos (honeycombing)


Beton yang keropos akan terjadi akibat agregat halus tidak mengisi rongga-rongga antara
agregat yang besar. Akibatnya beton kehilangan ketahanannya seperti adanya udara dan uap
air yang merembes masuk dalam beton dan mengakibatkan karat pada baja tulangan.
Demikian juga beton akan menjadi lemah.

Beton keropos dapat terjadi akibat campuran yang jelek tetapi lebih umum diakibatkan karena
cara penanganan yang jelek, seperti kurangnya pemadatan, hilangnya cairan beton yang
disebabkan acuan yang bocor atau terlalu rapatnya baja tulangan.

Pemeriksa harus mencatat daerah di mana terdapat beton keropos tersebut, ambil foto dan
buatlah gambar sketsanya .

Gambar 5-1 Beton yang keropos

68
5.1.1. Rembesan atau bocoran pada lantai beton
Rembesan air atau bocoran dalam beton dapat terjadi jika pada lantai beton tersebut sudah
terjadi kerusakan. Kerusakan-kerusakan ini mengakibatkan air dapat merembes masuk
kedalam komponen.

Rembesan dapat dikenali dengan adanya tanda warna pada permukaan beton. Kadang-
kadang tanda warna tersebut adalah :

• Warna hijau karena ditumbuhi lumut


• Warna putih berkerak atau bahkan membentuk stalaktit berwarna putih, ini
menandakan bahwa terdapat larutan kapur dari semen yang merembes keluar
(atau terbuang)
• Adanya daerah yang basah secara terus menerus.
Rembesan dan pengaliran kelembaban melalui komponen jembatan dapat terjadi di sebelah
mana saja. Tetapi hal ini lebih sering terjadi pada daerah lantai jembatan dan pada daerah
sambungan siar muai.

5.1.2. Mutu beton yang jelek


Kerusakan ini merupakan kerusakan dimana beton mempunyai kekuatan yang rendah. Jenis
kerusakan ini sulit bagi pemeriksa untuk menentukan dan diperlukan alat yang khusus.
Dengan alasan apapun, jika timbul keragu-raguan mengenai mutu beton tanpa nampak
adanya kerusakan yang lain, hal ini harus diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan secara
khusus.

5.2. Kerusakan 202 – Retak


5.2.1. Retak struktural
Retak struktural adalah retak yang paling berbahaya diakibatkan oleh beban yang melebihi
beban rencana atau kekuatan potongan.

Suatu retak struktural adalah :

• Terbuka dan melebar ketika beban lalu-lintas lewat di atasnya, lebih sering terjadi di
daerah pelat lantai dan gelagar jembatan
• Terus berkembang seiring dengan berlangsungnya pergerakan dan penurunan, lebih
sering terjadi pada bangunan bawah.

Daerah yang perlu diperiksa untuk retak struktural adalah :

• Daerah tarik
Daerah yang kritis yang perlu ditinjau adalah bagian yang menahan tarik. Sebagai
contoh pada bagian balok kepala pilar atau pada bagian tengah daripada gelagar
seperti yang terlihat pada Gambar 5-2

69
Gambar 5-2 Retak tarik akibat momen lentur

• Retak akibat gaya lintang


Retak ini biasanya terjadi dekat daerah perletakan. Untuk ini daerah dekat perletakan
gelagar dan daerah dekat kepala kolom harus diperhatikan.

Retak struktural biasanya dapat diraba dan bukan dilihat. Untuk ini ada cara yang terbaik
yaitu dengan meletakkan telapak tangan pada permukaan retakan pada saat lalu-lintas
berat lewat diatasnya. Perbedaan pergerakan akan terasa oleh tangan kita.

Gambar 5-3 - Pemeriksaan retak struktural

Pengukuran dan pencatatan retak


Apabila retak ditemukan maka pemeriksa harus mencatatnya untuk perbaikan dan
memantaunya mengenai apakah retak tersebut berkembang.

Retak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur keretakan seperti pada gambar 5-4
atau selama pemeriksaan khusus menggunakan kaca pembesar.



Gambar 5-4 - Alat pengukur lebar retak

70
Bilamana retak terlihat bertambah, detail keretakan harus diberi tanda pada permukaan
beton dengan menggunakan spidol yang tahan air untuk menggambarkan :

• Iokasi retak
• Lebar retak
• Tanggal pengukuran
Gambar keretakan harus dibuat untuk memperlihatkan pola retak. Selain itu juga perlu
dibuat foto pada daerah terjadinya retak.

Gambar 5-5 – Retak yang berkembang

5.2.1. Retak akibat penurunan fondasi


Apabila fondasi mengalami penurunan atau bergerak, terjadi banyak gaya-gaya tambahan
dalam struktur beton. Retak akibat gaya-gaya tersebut tidak mempunyai pola yang pasti.
Apabila terjadi penurunan maka ada baiknya untuk memeriksa pada sekitar bagian atas dan
bawah kolom penyokongnya dan pada bagian tengah kepala pilar untuk kemungkinan
terjadinya retakan.

Gambar 5-6 - Retak akibat penurunan pada fondasi

71
5.2.2. Retak akibat karat
Retak dapat juga terjadi akibat terjadinya karat pada tulangan baja di bawah permukaan.
Karena karat tersebut mengembang, itu akan mengangkat permukaan dan mengakibatkan
retak. Jika keretakan tersebut tidak diperiksa, maka akan terjadi kerontokan pada beton.

Seorang pemeriksa harus menyelidiki setiap bukaan yang buruk pada beton yang diperkirakan
sebagai akibat karat. Hal ini dapat dilakukan dengan memukul dengan palu sebagian kecil
permukaan beton sehingga terlihat tulangannya. Setiap tulangan yang terbuka/terlihat harus
dicatat supaya dapat ditutup secepatnya.

5.3. Kerusakan 203 - Karat pada baja tulangan


Baja tulangan yang berkarat merupakan masalah yang paling besar dalam struktur beton. Baja
akan berkarat jika tidak dilindungi terhadap air dan udara. Dalam beton bertulang dan beton
pratekan, beton berguna sebagai pelindung baja tulangan tersebut. Jika terjadi retak atau
lubang pada beton maka pelindungan terhadap baja dengan sendirinya akan hilang.

Apabila baja mulai berkarat ia akan menggembung maka beton juga akan mulai retak. Hal ini
memungkinkan udara dan air masuk ke dalam beton sehingga proses tersebut akan berjalan
bertambah cepat.

Karat akan terjadi dengan lebih cepat jika :

• Dalam lingkungan berair asin


• Adanya kerusakan pada beton
• Tidak cukupnya selimut beton

Karat dapat terjadi dimana saja pada struktur beton bertulang atau beton pratekan.. Daerah
yang perlu pemeriksaan khusus ialah :

• Dekat daerah batas air


• Di bawah lantai dan balok
• Di bawah kepala pilar
• Di bawah permukaan yang menggembung atau berongga (drumminess)

Karat dapat dikenali dengan :

• Baja tulangan yang terbuka dan berkarat


• Terlihat warna karat pada permukaan beton. Penentuan ini harus hati-hati jangan sampai
salah dengan adanya agregat kasar yang berwarna karat

Bilamana dijumpai karat, penting sekali bagi pemeriksa untuk menentukan berapa banyak
karat yang sudah terjadi pada baja.

Selimut beton minimum yang umum ialah 30 mm. Jika selimut beton tidak cukup tebal dan
menimbulkan masalah karat, hal ini harus dicatat oleh pemeriksa - Alat penentu tebal selimut
beton dapat dipakai untuk mengukur ketebalan selimut beton tersebut.

72
5.4. Kerusakan 204 - Kerusakan komponen karena aus dan pelapukan
Beton dapat aus dan lapuk. Hal tersebut terjadi karena :

• Lalu lintas
• Pengikisan oleh air atau bahan yang larut dalam air
• Proses kimiawi

Lalu lintas

Lalu lintas pada umumnya hanya menyebabkan keausan pada permukaan lantai. Kecuali
beton sangat buruk mutunya, keausan pada permukaan lantai merupakan hal yang tidak
umum.

Pengikisan (Abrasi)

Abrasi dapat terjadi pada kolom pilar atau tiang pancang yang berada di bawah muka air
normal. Hal ini biasanya terjadi jika aliran sungai membawa pasir atau batuan kecil. Apabila
keausan cukup nyata tetapi kadarnya tidak dapat diukur, maka harus disarankan pemeriksaan
secara khusus.

Terjadi Proses Kimiawi

Jika terdapat bahan kimia terlarut dalam air sungai, maka hal ini dapat merusak beton.
sehingga beton akan menjadi lunak dan rapuh, atau hilangnya bahan yang halus dan
meninggalkan agregat yang kasar.

Apabila kerusakan akibat proses kimiawi benar-benar terjadi, maka harus disarankan adanya
pemeriksaan jembatan secara khusus.

Gambar 5-7 - Kerusakan akibat proses kimiawi pada beton

5.5. Kerusakan 205 - Pecah atau hilangnya sebagian dari beton


Komponen beton dapat pecah karena ditabrak tanpa atau sampai baja tulangan terlihat.
Kerusakan ini bukanlah kerontokan akibat berkaratnya baja tulangan tetapi karena adanya
gaya luar. Jika sebagian beton hancur atau hilang tetapi tidak memperlihatkan adanya
kerusakan pada baja tulangan hal ini merupakan kerusakan 205.

73
Daerah yang paling dekat dengan lalu lintas merupakan tempat dimana sering mengalami
kerusakan ini. Kerusakan akibat tabrakan - contohnya mobil menabrak tiang sandaran dan
kerusakan yang disebabkan oleh balok kayu yang mengapung dan menerjang pilar

5.6. Kerusakan 206 – Lendutan


Lendutan dapat terjadi karena perubahan bentuk dari cetakan pada saat pelaksanaan.

74
6. FORMULIR PEMERIKSAAN DETAIL KONDISI JEMBATAN BAJA

75

Anda mungkin juga menyukai