Jaringan jalan adalah penghubung pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam
pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hirarki. Perencanaan sistem jaringan jalan sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan dan memudahkan pergerakan dan distribusi orang dan barang dalam
suatu wilayah. Adapun sistem jaringan jalan yang akan direncanakan pada wilayah perencanaan terdiri
dari:
Adapun jaringan jalan tol di Kawasan Bantul Barat direncanakan dengan mengacu pada PP
Nomor 15 Tahun 2005 yang disempurnakan dengan PP Nomor 17 Tahun 2021, yakni dengan memenuhi
ketentuan teknis berikut:
a. tidak ada persimpangan sebidang dengan ruas jalan lain atau dengan prasarana transportasi lainnya;
b. jumlah jalan masuk dan jalan keluar ke dan dari jalan tol dibatasi secara efisien dan semua jalan
masuk dan jalan keluar harus terkendali secara penuh;
c. jarak antarsimpang susun, paling rendah 5 (lima) kilometer untuk jalan tol luar perkotaan dan paling
rendah 2 (dua) kilometer untuk jalan tol dalam perkotaan;
d. jumlah lajur sekurang-kurangnya dua lajur per arah;
e. menggunakan pemisah tengah atau median; dan
f. lebar bahu jalan sebelah luar harus dapat dipergunakan sebagai jalur lalu-lintas sementara dalam
keadaan darurat;
g. Pada Jalan Tol perkotaan dan antarkota harus tersedia tempat istirahat dan pelayanan untuk
kepentingan Pengguna Jalan Tol;
h. Tempat istirahat dan pelayanan disediakan paling sedikit 1 (satu) untuk setiap jarak 50 (lima puluh)
kilometer pada setiap jurusan.
Secara lebih detail dalam Standar Konstruksi dan Bangunan No. 007/BM/2009 disebutkan bahwa
jalan bebas hambatan untuk jalan tol merupakan lintas alternatif dari ruas jalan umum yang ada dan
mempunyai fungsi arteri primer atau kolektor primer, dengan rincian bagian jalan sebagai berikut:
a. Ruang manfaat jalan
Ruang manfaat jalan bebas hambatan untuk jalan tol:
- lebar ruang bebas diukur di antara 2 (dua) garis vertikal batas bahu jalan;
- tinggi ruang bebas minimal 5 (lima) meter di atas permukaan jalur lalu lintas tertinggi;
- kedalaman ruang bebas minimal 1,50 meter di bawah permukaan jalur lalu lintas
- terendah.
b. Ruang milik jalan
Ruang milik jalan bebas hambatan untuk jalan tol:
- lebar dan tinggi ruang bebas ruang milik jalan minimal sama dengan lebar dan tinggi ruang
bebas ruang manfaat jalan.
- lahan ruang milik jalan harus dipersiapkan untuk dapat menampung minimal 2 x 3 lajur lalu
lintas terpisah dengan lebar ruang milik jalan minimal 40 meter di daerah antarkota dan 30 meter
di daerah perkotaan;
- lahan pada ruang milik jalan diberi patok tanda batas sekurang:kurangnya satu patok setiap jarak
100 meter dan satu patok pada setiap sudut serta diberi pagar pengaman untuk setiap sisi.
- Pada kondisi jalan tol layang, perlu diperhatikan ruang milik jalan di bawah jalan tol.
c. Ruang pengawasan jalan
Ruang pengawasan jalan merupakan ruang pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi
jalan. Batas ruang pengawasan jalan bebas hambatan untuk jalan tol adalah 40 meter untuk daerah
perkotaan dan 75 meter untuk daerah antarkota, diukur dari as jalan tol (tidak berlaku jika jalan tol
berdempetan dengan jalan umum).
Jalan Tol
Antarkota Perkotaan
Tinggi 5 5
Lawang/
Ruwasja Antarkota Perkotaan
Terowongan
Lebar* 75 75 40 100**
Gambar.. Tipikal Rumaja, Rumija, dan Ruwasja jalan bebas hambatan untuk jalan tol
Sumber: Standar Konstruksi dan Bangunan No. 007/BM/2009
Gambar.. Tipikal potongan melintang jalan bebas hambatan untuk jalan tol di atas tanah (at grade)
Sumber: Standar Konstruksi dan Bangunan No. 007/BM/2009
Gambar.. Tipikal potongan melintang jalan bebas hambatan untuk jalan tol layang (elevated)
Sumber: Standar Konstruksi dan Bangunan No. 007/BM/2009
Rencana jaringan jalan tol di Kawasan Bantul Barat ini diperkirakan akan melalui 34 bangunan
eksisting yang berupa permukiman dan perdagangan dan jasa, dengan rincian 33 rumah dan 1 warung.
Rencana jalan tol yang berada pada sisi utara kawasan Bantul Barat ini akan membelah habis utara
Kalurahan Argosari dan Kalurahan Argorejo Kapanewon Sedayu. Sesuai dengan kriteria teknis di atas,
keberadaan jalan tol yang memiliki konstruksi bebas hambatan akan memicu munculnya batas (edge) di
kawasan yang bersifat memisahkan (isolated) area utara dengan selatan kawasan yang dilalui jalan. Hal
ini akan berdampak pada terbatas hingga tertutupnya akses pergerakan masyarakat utara ke selatan dan
sebaliknya, secara khusus di dalam kawasan permukiman mengingat lokasi rencana jalan tol turut
membelah kawasan permukiman. Lebih lanjut, hal ini juga menimbulkan potensi kesenjangan bagi area
yang masih minim sarana dan prasarana ataupun area yang sebelumnya masih bergantung pada sarana
pelayanan umum skala kota yang terletak di area lain. Inilah yang kemudian menjadi salah satu perhatian
utama perencanaan Kawasan Bantul Barat dalam mempersiapkan kawasan menghadapi rencana
pembangunan jalan tol sehingga tidak memberikan dampak buruk baik bagi kawasan maupun
masyarakat.
Tidak hanya kawasan permukiman dan perdagangan, rencana jalan tol juga akan melewati lahan
pertanian dan perkebunan. Sesuai standar teknisnya, diperlukan lahan yang luas dalam perencanaan jalan
tol untuk mengakomodasi tidak hanya badan jalan tetapi juga rumaja, rumija dan ruwasjanya sehingga
keberadaan jalan tol akan berdampak signifikan bagi luasnya alihfungsi lahan pertanian dan perkebunan
di Kawasan Bantul Barat. Hal ini kemudian akan diakomodasi dalam pola ruang kawasan agar tercipta
keseimbangan dan terkendalinya perubahan lahan sekitar.
Meskipun begitu, dampak negatif di atas berpotensi tidak terjadi apabila konstruksi jalan tol
dibangun melayang (elevated).
Gambar.. Sebaran Bangunan Terdampak Rencana Jalan Tol
Sumber: Analisis Penyusun, 2023
Adapun secara rinci, arahan perencanaan jaringan arteri primer di Kawasan Bantul Barat selama
20 tahun ke depan adalah:
● Rencana pembangunan ruas jaringan primer Jalan Imogiri-Sentolo (Sedayu-Sentolo) (JOR) di Blok
A4 dan A5
● Peningkatan Jalan Kolektor Primer menjadi Jalan Arteri Primer Ruas Jalan Sedayu-Pandak di Blok
A4, B1, B4, B5 dan C1
● Pemeliharaan jaringan Jalan Arteri Primer Ruas Jalan Gamping-Wates di Blok A1 dan A2
● Pemeliharaan jaringan Jalan Arteri Primer Ruas Jalan Imogiri-Sentolo (Sedayu-Sentolo) (JOR) di
Blok A4 dan A5
● Pemeliharaan jaringan Jalan Arteri Primer Ruas Sedayu-Pandak di Blok A4, B1, B4, B5 dan C1
● Penyediaan sarana pelengkap jaringan Jalan Arteri Primer di Blok A1, A2, A4, A5, B1, B4, B5 dan
C1
● Pengembangan ruang parkir terpadu di SWP A
● Audit dan inspeksi keselamatan LLAJ di jalan umum di Blok A1, A2, A4, A5, B1, B4, B5 dan C1
Secara rinci, arahan perencanaan jaringan kolektor primer di Kawasan Bantul Barat selama 20
tahun ke depan adalah:
● Peningkatan Jaringan Jalan Lokal Sekunder menjadi Jalan Kolektor Primer (KP-4) 4 Ruas Jalan
Bambanglipuro – Caturharjo di Blok C3 dan C4
● Peningkatan Jaringan Jalan Lokal Sekunder menjadi Jalan Kolektor Primer 4 Ruas Jalan Caturharjo -
Puron di Blok C3 dan C4
● Peningkatan Jaringan Jalan Lokal Sekunder menjadi Jalan Kolektor Primer 4 Ruas Jalan Ganjuran -
Patalan di Blok D1 dan D2
● Peningkatan Jaringan Jalan Lokal Sekunder menjadi Jalan Kolektor Primer 4 Ruas Jalan Jambean -
Sambikerep di Blok B1, B3, B4 dan B6
● Peningkatan Jaringan Jalan Lokal Sekunder menjadi Jalan Kolektor Primer 4 Ruas Jalan Jombok -
Triharjo di Blok C2 dan C3
● Peningkatan Jaringan Jalan Lokal Sekunder menjadi Jalan Kolektor Primer 4 Ruas Jalan Kentolan-
Krebet di Blok B3 dan B6
● Peningkatan Jaringan Jalan Lokal Sekunder menjadi Jalan Kolektor Primer 4 Ruas Jalan Krebet-
Jojoran di Blok B3 dan B6
● Peningkatan Jaringan Jalan Lokal Sekunder menjadi Jalan Kolektor Primer 4 Ruas Jalan Kuwiran –
Pajangan di Blok B3, B4 dan B6
● Peningkatan Jaringan Jalan Lokal Sekunder menjadi Jalan Kolektor Primer 4 Ruas Jalan Pedes-
Metes di Blok A1 dan A4
● Peningkatan Jaringan Jalan Lokal Sekunder menjadi Jalan Kolektor Primer 4 Ruas Jalan Sindon -
Bibis di Blok B3 dan B6
● Peningkatan Jaringan Jalan Lokal Sekunder menjadi Jalan Kolektor Primer 4 Ruas Jalan Triwidadi-
Metes di Blok A4 dan B1
● Pemeliharaan jaringan Jalan Kolektor Primer Bakulan-Prangtritis di Blok D2
● Pemeliharaan jaringan Jalan Kolektor Primer 4 Ruas Jalan Bambanglipuro – Caturharjo di Blok C3
dan C4
● Pemeliharaan jaringan Jalan Kolektor Primer Bantul-Srandakan di Blok C1, Blok C2, Blok C3, Blok
C4
● Pemeliharaan Jaringan jalan Kolektor Primer Klangon – Tempel di Blok A2
● Pemeliharaan jaringan Jalan Kolektor Primer di Blok A1, A2, A4, A5, B1, B3, B4, B5, B6, C1, C2,
C3, C4, D1, dan D2
● Penyediaan sarana pelengkap jalan jaringan Jalan Kolektor Primer di Blok A1, A2, A4, A5, B1, B3,
B4, B5, B6, C1, C2, C3, C4, D1, dan D2
● Penyediaan ZoSS di sepanjang jaringan jalan Kolektor Primer di Blok A2, A1, A5, A4, B1, B3, B4,
B5, C2, C3, C4, D1, dan D2.
Penampang rencana jaringan jalan kolektor primer di Kawasan Bantul Barat divisualisasikan
sebagai berikut.
Gambar.. Kondisi Ideal Minimal Penampang Tipikal Jalan Kolektor Primer
Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan No. 18 Tahun 2004
● Lebar badan jalan lokal primer tidak kurang dari 6 meter dengan pelebaran di beberapa titik yang
diperbolehkan sesuai dengan ketersediaan lahan dan karakteristik kegiatan setempat;
● Kendaraan angkutan barang berat dan kendaraan angkutan antar kota antar provinsi tidak diizinkan
melalui jalan ini;
● Jalan masuk dan bukaan diperbolehkan sepanjang jalan lokal primer;
● Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini;
Secara rinci, arahan perencanaan jaringan lokal primer di Kawasan Bantul Barat selama 20 tahun
ke depan adalah:
● Peningkatan Jaringan Jalan Lingkungan Primer menjadi Jaringan Jalan Lokal Primer Ruas Jalan
Butuh – Nanggul di Blok B1 dan B6
● Peningkatan Jaringan Jalan Lingkungan Primer menjadi Jalan Lokal Primer Ruas Jalan Guo -Butuh
di Blok B1 dan B6
● Peningkatan Jaringan Jalan Lingkungan Primer menjadi Jalan Lokal Primer Ruas Jalan Tegallayang-
Bandung di Blok C4
● Peningkatan Jaringan Jalan Lingkungan Primer menjadi Jalan Lokal Primer di ruas jalan barudi B1,
B6, C3 dan C4
● Pemeliharaan jaringan Jalan Lokal Primer di Blok B1, B6 dan C4
● Penyediaan sarana pelengkap jalan jaringan Jalan Lokal Primer di Blok A1, A2, A4, A5, B1, B3, B4,
B5, B6, C1, C2, C3, C4, D1, dan D2
Adapun penampang jalan lokal sekunder yang direncanakan di Kawasan Bantul Barat adalah
sebagai berikut.
Gambar.. Kondisi Ideal Minimal Penampang Tipikal Jalan Lokal Sekunder
Sumber: Pedoman Konstruksi dan Bangunan No. 18 Tahun 2004
Arahan jaringan jalan lingkungan primer dikembangkan di seluruh wilayah perencanaan. Secara
rinci arahan perencanaan jaringan jalan lingkungan primer di Kawasan Bantul Barat 20 tahun mendatang
adalah:
● Pemeliharaan jaringan Jalan Lingkungan Primer dan
Adapun standar teknis jalur rel kereta api ini secara lebih jelas digambarkan sebagai berikut.
a) b)
Keterangan:
Batas I : untuk jembatan dengan kecepatan sampai 60 km/jam
Batas II : untuk ‘Viaduk’dan terowongan dengan kecepatan sampai 60 km/jam untuk
jembatan tanpa pembatasan kecepatan
Batas III : untuk ‘Viaduk’ baru dan bangunan lama kecuali terowongan dan jembatan
Batas IV : untuk lintas kereta listrik
Gambar.. Ruang Bebas Lebar Rel a) 1067 mm dan b) 1435 mm Pada Bagian Lurus
Sumber: Permen No. 60 Tahun 2012
Gambar.. Ruang Bebas Lebar Rel 1067 mm Pada Jalur Lurus Untuk Jalur Ganda
Sumber: Permen No. 60 Tahun 2012
Dilihat dari penampangnya secara melintang, maka jalur rel kereta api direncanakan seperti berikut.
a)
b)
Gambar.. Penampang Melintang Jalan Rel Lebar 1435 mm a) Pada Bagian Lurus, b) Pada
Lengkungan
Sumber: Permen No. 60 Tahun 2012
a)
b)
Gambar.. Penampang Melintang Jalan Rel Lebar 1067 mm a) Pada Bagian Lurus, b) Pada
Lengkungan
Sumber: Permen No. 60 Tahun 2012
Adapun secara rinci, perencanaan jaringan jalur kereta api di Kawasan Bantul Barat diarahkan
sebagai berikut.
● pengembangan jaringan dan layanan kereta api antar kota berupa jalur ganda lintas selatan
(Cirebon-Prupuk-Purwokerto-Kroya-Kutoarjo-Solo-Madiun-Surabaya) melewati Blok A2 dan A3
● pengembangan jaringan dan layanan kereta api bandara (kota menuju bandara) Kulon Progo
(Yogyakarta) melewati Blok A2 dan A3
● peningkatan kapasitas jaringan kereta api melalui pembangunan elektrifikasi jalur kereta api
Kutoarjo-Yogyakarta-Solo melewati Blok A2 dan A3
● Pengembangan angkutan massal perkotaan berbasis rel
B. PERON
Peron merupakan tempat yang digunakan untuk aktivitas naik turun penumpang kereta api.
Berdasarkan jenisnya terbagi atas peron tinggi, sedang dan rendah, dengan sistem penempatan di tepi
jalur (side platform) atau di antara dua jalur (island platform). Secara teknis, kriteria peron kereta api
meliputi:
a. Tinggi peron
1. Peron tinggi, tinggi peron 1000 mm, diukur dari kepala rel;
2. Peron sedang, tinggi peron 430 mm, diukur dari kepala rel; dan
3. Peron rendah, tinggi peron 180 mm, diukur dari kepala reI.
b. Jarak tepi peron ke as jalan reI
1. Peron tinggi, 1600 mm (untuk jalan rel lurus) dan 1650 mm (untuk jalan rel lengkungan);
2. Peron sedang, 1350 mm; dan
3. Peron rendah, 1200 mm.
c. Panjang peron sesuai dengan rangkaian terpanjang kereta api penumpang yang beroperasi.
d. Lebar peron dihitung berdasarkan jumlah penumpang dengan menggunakan formula sebagai
berikut:
2
0 ,64 m /orang x V x LF
b=
l
Keterangan:
b = lebar peron (m)
V = Jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam satu tahun (orang)
LF = Load Factor (80%)
l = Panjang peron sesuai dengan rangkaian terpanjang kereta api penumpang yang
beroperasi (meter)
Standar teknis tersebut di atas menjadi acuan perencanaan stasiun kereta api Kawasan Bantul Barat
yang diarahkan untuk:
● Revitalisasi Stasiun Angkutan Barang Rewulu di Blok A2
Adapun teknis perencanaan tersebut mengacu pada Permen No. 102 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan terminal barang. Dalam peraturan ini dijabarkan bahwa terminal barang untuk umum
harus memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan dengan dilengkapi oleh fasilitas utama dan
fasilitas penunjang. Fasilitas utama yang dimaksud meliputi:
a. jalur keberangkatan;
b. jalur kedatangan;
c. tempat parkir kendaraan;
d. fasilitas pengelolaan kualitas lingkungan hidup;
e. perlengkapan jalan;
f. media informasi;
g. kantor penyelenggara terminal;
h. loket;
i. fasilitas dan tempat bongkar muat barang;
j. fasilitas penyimpanan barang;
k. fasilitas pergudangan;
l. fasilitas pengepakan barang; dan/atau
m. fasilitas penimbangan.
Selain fasilitas di atas, terminal barang juga wajib dilengkapi dengan sistem informasi yang
digunakan sebagai piranti pengendalian operasional terminal serta pengelolaan data dan informasi
pelayanan terminal yang terintegrasi dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Hal ini bertujuan
agar segala aktivitas terminal barang dapat dipantau secara online dan realtime.
Secara khusus dalam hal pemeliharaan terminal barang, kegiatan pemeliharaan mencakup
fasilitas utama, fasilitas penunjang dan daerah pengawasan terminal yang dilakukan oleh penyelenggara
terminal.
4.2.11. Jembatan
Perencanaan jembatan di Kawasan Bantul Barat mengacu pada Permen PUPR Nomor 5 Tahun
2023. Peraturan tersebut berisi standar teknis bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai jalur lalu
lintas berupa jembatan. Adapun standar tersebut meliputi:
a. panjang bentang kurang dari 100 m;
b. jembatan pelengkung dengan bentang kurang dari 60 m;
c. jembatan dengan total panjang kurang dari 3.000 m;
d. jembatan dengan ketinggian pilar kurang dari 40 m;
e. harus memiliki sistem drainase, ruang penempatan utilitas, fasilitas pemeliharaan, trotoar
(minimal 0,5 m), dan pagar pengaman;
f. lebar badan Jalan pada jembatan sama dengan lebar badan Jalan pada ruas Jalan yang
dihubungkannya;
g. kelandaian maksimum 5%, kemiringan minimal 2%;
h. ruang bebas vertikal minimal untuk air:
- 0,5 m; untuk aliran yang dapat dikontrol/saluran irigasi (dihitung dari bearing jembatan)
- 1,0 m; untuk aliran yang tidak membawa hanyutan (dihitung dari bearing jembatan)
- 1,5; untuk aliran yang membawa hanyutan (dihitung dari bearing jembatan)
- Menyesuaikan kebutuhan kapal yang melintas di bawah jembatan
i. ruang pengawasan jalan pada daerah aliran sungai minimal 100 m arah hulu dan hilir
Dalam hal ini perencanaan jembatan di Kawasan Bantul Barat diarahkan untuk memaksimalkan
pemeliharaan jembatan di seluruh WP agar sesuai dengan kondisi standar yang telah diatur sehingga
memadai dan dapat dimanfaatkan dengan optimal.
4.2.12. Halte
Dalam mendukung keterjangkauan transportasi publik bus hingga ke lingkup terkecil,
Kawasan Bantul Barat dalam perencanaan sistem transportasinya juga melakukan perencanaan
sarana halte sebagai tempat perhentian kendaraan dan naik-turunnya penumpang. Arahan
perencanaan halte tersebut adalah sebagai berikut.
● Penyediaan Halte di sekitar Pusat Kegiatan pendidikan Tinggi di Blok B6
● Revitalisasi Halte Eksisting di Blok C2 dan D2
● Pengembangan Jalur Trayek Angkutan Umum melewati Ruas Jalan Palbapang – Samas dan Ruas
Jalan Bantul – Srandakan
Adapun kriteria teknis perencanaan halte di Kawasan Bantul Barat mengacu pada Keputusan
Dirjen Perhubungan Darat No. 271/HK.105/DRJD/96, yang berisi:
a. Jarak halte
Zona Tata Guna Lahan Lokasi Jarak Tempat Henti (m)
Secara spasial, rencana jaringan transportasi di wilayah perencanaan dapat dilihat dalam gambar
berikut ini.
Gambar 4-3. Peta Rencana Jaringan Transportasi Kawasan Bantul Barat
Sumber: Rencana, 2023