Tessa Sitorini
Education Background > SMA 3 Bandung > Medical Faculty Padjadjaran University (Class of 96) ,eCornell
2010 Working Experiences: Jamsostek Clinic, PT Indorama, PT East West Seed, RS Asri, PT Meiji
Indonesia, PT IDS Marketing Indonesia (Li & Fung Group)
FOLLOW
Pemandangan orang membuang sampah dan kotoran ke sungai mungkin masih jadi pemandangan
sehari-hari di beberapa kota di Indonesia. Sungai yang kotor dan bau karena bercampur berbagai limbah
manusia sudah dianggap biasa. Demikian juga kondisi kanal-kanal di Amsterdam pada abad ke-19,
sumber sejarah dari catatan seorang pelancong Jerman yang berkunjung ke Amsterdam tahun 1838
bahkan mengatakan Amsterdam sebagai "the most unhealthy place in the world." Pada saat itu
masyarakat masih terbiasa membuang limbah rumah tangga dan kotoran manusia ke dalam sungai,
hingga dikatakan oleh turis lain, "Amsterdam kota yang indah, tapi baunya bisa tercium dari jarak jauh."
Letak sebagian besar kota yang ada di bawah laut menjadikan kota ini juga sering disambangi banjir,
suasana kota yang kumuh dan becek adalah keseharian pemandangan Amsterdam saat itu. TIdak heran
terjadi wabah kolera yang menelan banyak nyawa dari tahun 1832 hingga 1866.
Lalu apa yang dilakukan penduduk kota Amsterdam hingga mereka bisa menyulap kota yang bau dan
kumuh menjadi salah satu obyek wisata terkenal dunia dengan air kanal yang bersih dan 'water
management' wahid sehingga kota Amsterdam dijadikan contoh memiliki air terbaik se-Eropa. Kuncinya
ada pada perencanaan kota yang presisi, pelaksanaan yang baik dan partisipasi masyarakat yang aktif.
Adalah sang walikota Amsterdam di tahun 1684 bernama Joannes Hude yang taktis melihat akar
permasalahan tata kota terletak di kebutuhan kota Amsterdam untuk membangun bendungan yang
dapat melindungi kota dari serangan banjir saat Laut Utara (North Sea) mengalami pasang laut. Selain itu
berbagai konstruksi di kota mulai dibangun seperti kincir angin (windmill/windmollen) Belanda yang
terkenal- ditempatkan di titik-titik tertentu untuk mengeluarkan kelebihan air dari kanal. Pada saat yang
bersamaan masyarakat juga mulai diberikan pendidikan untuk tidak membuang sampah di sungai
melalui jasa seorang dokter bernama Sarphati yang mempunyai kepedulian yang tinggi di bidang
kesehatan masyarakat. Pemerintah pun menyediakan sistem pembuangan limbah rumah tangga sendiri,
dimulai dengan sistem yang sangat sederhana, yaitu dengan menyediakan beberapa ember untuk rumah
dan diangkut ke tempat pembuangan limbah setiap pagi. Jalan panjang menata sungai di Amsterdam
mulai memperlihatkan hasil di awal abad ke-20, bersamaan dengan makin fokusnya pemerintah Belanda
menata negeri sendiri dan melepaskan negara-negara jajahan. Water management di negeri Belanda
merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Orang bisa minum dari keran air yang sama digunakan
untuk mencuci piring dan baju. Rasa air yang segar dan sama sekali tidak mengandung chlor karena air
sungai sudah demikian tersaring dan bersih. Kanal-kanal kumuh di Amsterdam pun kini berubah menjadi
kanal yang bersih, bahkan orang dan ikan bisa berenang di sana. Kalau Amsterdam bisa menyulap sungai
kumuh dan bau menjadi obyek wisata terkenal dunia, tentu Indonesia juga bisa!
Video Pilihan
TERPOPULER
Terbukti Upah Minimum dan Pesangon Dihapus, Outsourcing dan Kerja Kontrak Seumur Hidup dalam
Omnibus Law
NILAI TERTINGGI
Cerita Guru yang Dikejar Menggunakan Parang dan Tombak oleh Orang Tua Murid
FEATURE ARTICLE
TERBARU
HEADLINE
Para Leluhur Akan Marah bila Kita Meninggalkan Kearifan Budaya Lokal
[Populer dalam Sepekan] Bagaimana Status WNI Eks-ISIS? | Keberhasilan "Parasite" | Bahaya Sexting!
Copyright by