Anda di halaman 1dari 178

1 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.

com
PROLOG
SEPUCAT cahaya bulan, Mayra seolah melayang-layang melintasi
halaman berumput. Rambutnya yang berwarna tembaga dan panjang
melambai-lambai oleh kencangnya tiupan angin malam. Pakaian
tidur sutranya yang putih berkilauan dalam sinar lembut, berkibaran
tanpa bunyi. Dengan mata terpejam rapat, Mayra berjalan tanpa
hambatan, bagaikan roh halus, kaki telanjangnya berada di atas
rerumputan tinggi.

Paduan suara katak pohon mulai terdengar, tetapi keributan itu tidak
mengusik tidurnya. Sekejap kemudian nyanyian itu tiba-tiba berhenti
seperti ketika mulai. Sekarang satu-satunya suara yang terdengar
hanyalah napasnya, berat dan tak teratur, satu-satunya tanda bahwa
ia masih hidup, berujud, dan bukan hantu. Ia telah sampai di pagar
rendah di sudut halaman, lalu membalikkan badan seakan ada radar
yang mengendalikannya dari dalam.

Sebuah mobil berbelok dan melaju dengan cepat. Si pengemudi yang


mengantuk bahkan tidak melihatnya. Tersembunyi di balik bayangan
malam yang bergerak perlahan, Mayra melayang-layang sepanjang
pagar. Dengan rambut panjangnya yang berombak, kulitnya yang
putih pucat, pakaian tidurnya yang berkilauan dan menggembung di
sekeliling tubuhnya, ia tampak seperti sosok dalam lukisan, salah
satu potret besar era Victoria yang tergantung di museum.

Ketika akhirnya matanya terbuka, ia tidak tahu di mana dirinya


berada. Mula-mula ia menunduk dan melihat kakinya basah oleh

2 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


embun musim panas yang tebal. Walaupun udara malam itu hangat,
ia menggigil kedinginan.

Aku cuma memakai baju tidur, ia baru menyadari. Dan kemudian:


aku ada di luar. Tapi di luar mana?

Aku sedang mimpi aneh. Rumah itu tiba-tiba muncul di depannya,


seolah juga dapat melayang-layang melintasi rumput. Aku ada di
halaman rumahku. Hanya dengan baju tidur.

Segumpal awan hitam menghalangi bulan purnama. Bayangan di


sekitar Mayra sekonyong-konyong memudar dan berpindah. Mayra
menyadari bahwa rasa dingin yang menghinggapinya bukan karena
udara, melainkan akibat ketakutan.

Ia memandangi rumahnya. Kelihatan sangat lain, begitu besar dan


asing. Jendela-jendelanya gelap. Tak seorang pun yang terjaga di
sana. Tak seorang pun tahu Mayra ada di luar, berdiri di antara
rumput yang dingin dan basah.

Bagaimana caraku keluar ke sini? Aku terjaga atau tidur?

Apa yang sedang terjadi pada diriku?

3 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


1
Seminggu sebelumnya

SAMBIL menguap Mrs. Barnes meletakkan piring berisi telur orak-


arik di meja di depan Mayra. “Ya ampun. Aku lebih capek waktu
bangun daripada waktu mau tidur.” Ia mengenakan seragam perawat
putih. Mayra melihat jahitan kelim stoking ibunya terlepas.

Mayra menunduk mengamati onggokan kuning lembek di piringnya


dan mengernyit. “Kenapa pagi-pagi aku sudah harus makan telur
orak-arik?”

“Kayak muntah,” kata Kim, adik Mayra, dengan kepolosan anak


sepuluh tahun.

“Jangan omong begitu di meja makan,” tegur Mrs. Barnes sambil


menguap lagi. “Biarpun benar.”

“Tapi memang mirip,” protes Kim. “Kenapa aku tak boleh omong
begitu?” Kim mengenakan celana pendek merah dan T-shirt putih
polos, siap-siap berangkat ke camp.

“Kau butuh sarapan besar,” Mrs. Barnes berkata kepada Mayra, tidak
menghiraukan putrinya yang lebih kecil. “Kau akan mulai kerja hari
ini. Kau perlu banyak tenaga.”

“Sedikit kolesterol sebagai sumber tenaga. Terima kasih, Suster


Nancy,” kata Mayra enggan, mengaduk-aduk sarapannya dengan
garpu.

4 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Suster Nancy. Suster Nancy,” ulang Kim. Panggilan itu terasa lucu
baginya. Memang punya ibu perawat ada kejelekannya, pikir Mayra.
Salah satunya adalah ia dipaksa menelan semua makanan sehat.

Mrs. Barnes meneguk kopi. “Oh, aduh. Aku tidak lihat.” Setitik noda
kopi tepercik ke seragam putihnya. Ia buru-buru ke bak cuci piring
untuk menghilangkannya.

Mayra menuangkan kira-kira sekilo garam ke atas telur, dan rasanya


jadi lumayan. “Rasanya tak percaya aku akan kerja hari ini,” gerutu-
nya. “Liburan musim panas!”

“Liburan musim panas. Liburan musim panas,” Kim menirukan,


mulutnya penuh cornflake.

“Jangan tirukan aku lagi,” bentak Mayra. Kim membalas dengan


menganga lebar-lebar, memperlihatkan gumpalan cereal lumat
dalam mulutnya.

“Aku sama sekali tidak percaya kau mendapatkan pekerjaan itu,”


Mrs. Barnes berkata, sambil kembali ke meja dengan noda basah
besar pada bagian dada seragamnya.

“Hei terima kasih untuk mosi tidak percayanya!” kata Mayra tertawa.

“Bukan. Bukan itu yang kumaksud. Aku tak pernah mengira Mrs.
Cottler mau memilihmu—karena aku.” Dengan hati-hati sekali Mrs.
Barnes meneguk kopinya kembali, sambil memegangi pisin di bawah
cangkir. “Aku merawatnya ketika dia di rumah sakit beberapa waktu
lalu. Ooh... betapa cerewetnya dia.”

5 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Masa?” Kim bertanya, lalu tertawa tergelak.

“Mrs. Cottler terus-terusan mengeluh tentang rumah sakit—atau


tentang aku. Kayaknya semua yang kukerjakan salah di matanya.
Bahkan dia memanggil pengawasku dan mengadu bahwa aku tidak
becus jadi perawat dan mencoba membunuhnya. Bayangkan!”

Mayra tidak dapat membayangkannya. Ia tahu betapa giat dan serius


ibunya bekerja di rumah sakit. Sejak orangtuanya bercerai dan ayah-
nya meninggalkan mereka, pekerjaan sebagai perawat menjadi hal
paling penting dalam hidup ibunya--selain Mayra dan Kim, tentunya.

“Jadi waktu mendengar kau melamar pekerjaan pada Mrs. Cottler,


aku tak menduga kau akan diterima,” ibu Mayra meneruskan
perkataannya sambil menyesap kopi. “Mungkin dia tidak tahu kau
anakku.”

Mayra menjatuhkan garpu. Mendadak ulu hatinya terasa sakit.


“Maksud Mom dia itu penyihir tua yang mengerikan? Kenapa Mom
membiarkan aku mengambil pekerjaan ini?”

“Aku yakin dia akan baik sekali padamu,” kata ibunya cepatcepat,
menyadari bahwa seharusnya ia tidak bercerita tentang Mrs. Cottler
yang pernah dirawatnya di rumah sakit. “Kau bilang dia sangat baik
waktu mewawancaraimu.”

“Ya. Dia sangat ramah,” kata Mayra.

“Dan bayarannya sangat besar.” Mrs. Barnes membawa cangkir


kosong ke bak cuci dan mencucinya. “Maksudku, lima dolar sejam
hanya untuk membenahi tempat tidur, menyiapkan makan siang, dan

6 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


membacakan buku pada sore hari? Ayolah, Mayra—kau benar-benar
beruntung.”

“Barangkali,” kata Mayra, ia memutuskan menyerah, tak sanggup


menghabiskan sarapannya. Lalu dengan satu tegukan besar ia meng-
habiskan jus jeruknya.

“Jangan main tebak dalam hal ini. Kita benar-benar dapat meman-
faatkan uang itu, tahu. Ayahmu, di mana pun dia berada, tidak
membantu kita sepeser pun.” Mrs. Barnes mengernyit, membuatnya
tampak lebih tua daripada umur sebenarnya, 39 tahun.

“Kenapa aku tak boleh kerja?” Kim bertanya. Mangkuknya di-


kelilingi kubangan susu di meja. Mayra selalu rapi dan hati-hati.
Sebaliknya, Kim bertolak belakang dengan Mayra dalam segala hal.

“Kau sudah punya pekerjaan,” Mayra menggoda. “Menjadi gadis


kecil yang manis.”

“Kau bodoh,” balas Kim.

Dari jalan terdengar bunyi klakson. “Itu bus piknikmu,” Mrs. Barnes
berteriak, lalu berlari ke pintu depan untuk memberi isyarat kepada
pengemudi bus bahwa Kim akan segera keluar. “Tasmu sudah siap,
kan? Tak ada yang ketinggalan?”

“Ya Mom,” sahut Kim sambil menyambar tas kanvasnya dan menuju
pintu.

“Bagaimana dengan sepatumu? Kau kan perlu pakai sepatu?” Mrs.


Barnes bertanya sambil menunjuk ke kakinya. Kim nyaris berangkat
dengan kaki telanjang.

7 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Beberapa menit kemudian Kim sudah berangkat dengan membawa
tas—dan bersepatu. Mrs. Barnes kembali ke dapur, Mayra sedang
mencuci piring dan gelas, memanfaatkan kesempatan saat ibunya
tidak ada untuk membuang sisa sarapannya ke dalam tempat sampah.

“Aku akan segera berangkat ke rumah sakit,” Mrs. Barnes berkata


sambil merapikan stoking putihnya “Kau siap dengan pekerjaanmu?”

“Tidak, sesudah apa yang Mom katakan!” Mayra menjawab, sambil


mengeringkan tangan. “Mrs. Cottler mungkin akan memperlakukan-
ku seperti budak. Dia akan merantaiku dan memaksaku menyikat
perapiannya dengan sikat gigi!”

“Kau dan imajinasimu,” ibunya berkata sambil mendesah. “Seharus-


nya tadi aku tidak menceritakannya padamu. Aku lupa kau suka
berkhayal, suka melebih-lebihkan, membuat segala sesuatu lebih
buruk dari yang sebenarnya.”

“Mom pikir aku begitu?” Mayra bertanya, merasa agak tersinggung.

Mrs. Barnes mencium kening Mayra sebagai jawabannya, meraih


tasnya, dan berjalan ke pintu depan. “Kau mau ikut sekalian?”

“Tak usah. Trims. Aku mau jalan. Untuk membakar telur tadi.”

“Mrs. Cottler tinggal di Fear Street, kan? Kau memang berani sekali
pagi ini.”

“Yeah, dia tinggal di dekat danau. Tapi aku tak keberatan ke Fear
Street pada siang hari,” kata Mayra. “Maksudku, memangnya apa
yang akan terjadi?”

8 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


2
“OH! Kalungku!”

Hazel, kucing hitam Mrs. Cottler, menyambar kalung manikmanik


Mayra, talinya putus dan manik-manik itu bertebaran dilantai dapur.

“Ada apa, Mayra?” tanya Mrs. Cottler dari ruang makan.

“Oh, bukan apa-apa, hanya kalung saya,” jawab Mayra, sambil mem-
bungkuk untuk memunguti manik-maniknya. Karena takut melihat
Mayra membungkuk dan merangkak-rangkak, kucing itu segera lari
keluar kamar. Oh, manik-manikku sayang, keluh Mayra dalam hati.

Walker-cowok barunya, memberinya kalung itu pada malam sebelum


pemuda itu berangkat berlibur dengan keluarganya. Manik-manik
itu terbuat dari kaca, berwarna biru pucat seperti batu opal. Mayra
telah berjanji pada Walker untuk selalu memakai kalung manik-
manik itu dan mengingatnya setiap kali melihat benda itu. Tapi
sekarang...

“Oh. Kalungmu berantakan.” Mrs. Cottler muncul di pintu. “Bisa ku


bantu?”

“Tidak usah. Sepertinya saya berhasil mengumpulkan semuanya.”


Mayra bangkit berdiri, tangannya tertangkup, penuh berisi manik.

“Biar aku yang menguntainya lagi.” Mrs. Cottler menyandarkan


tongkat, lalu mengulurkan tangan, yang di luar dugaan ternyata
halus dan sama sekali tidak seperti tangan orang tua. Dengan kulit

9 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


halus putih, bibir merah tua, serta rambut hitam legam, Mrs. Cottler
kelihatan jauh lebih muda daripada umur sebenarnya. Hanya
tongkatnya yang menunjukkan umurnya. Ia tampak berseri-seri dan
segar mengenakan rok panjang berbunga-bunga dan blus kuning
mentega.

“Tidak usah. Tak apa-apa. Sungguh,” protes Mayra.

“Ayolah, Mayra. Aku suka mengerjakannya. Aku senang menguntai


manik-manik. Ayo, berikan padaku. Kegiatan ini bagus untuk tangan
tuaku.”

Dengan enggan Mayra menyerahkan manik-maniknya kepada Mrs.


Cottler. Wanita tua itu tersenyum senang dan membawa manik-
manik itu ke ruang makan. “Ambillah sup lagi, ayo kita selesaikan
makan siang bersama-sama,” ajaknya.

Rabu sore ini merupakan hari ketiga Mayra bekerja di rumah Mrs.
Cottler. Mayra lega, karena ternyata mereka berdua bisa cocok.
Kadang-kadang Mrs. Cottler murung, dan suka mengulangi per-
kataannya sendiri. Namun ia sering memuji Mayra, mengatakan
gadis itu cantik, rambutnya yang merah dan panjang tampak indah
apalagi saat terkena sinar matahari, dan ia menyukai buku yang di-
pilihkan Mayra untuk dibacakan—bahkan memuji makan siang
sederhana yang disiapkan Mayra.

“Ah, cuma sup mi ayam kaleng dan sandwich ham-keju,” Mayra


memprotes, tersipu malu menerima segudang pujian dari Mrs.
Cottler.

10 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Justru yang sederhanalah yang baik. Kau setuju, kan?” kata wanita
tua itu sambil melemparkan senyum hangat.

Barangkali inilah pekerjaan yang paling mudah, pikir Mayra sambil


melemparkan pandangan ke danau melalui jendela dapur. Danau itu
dikelilingi hutan Fear Street yang lebat dan hijau. Siapa itu yang
sedang berenang di sana? Ia mengecilkan mata supaya bisa melihat
lebih jelas. Tidak. Tak ada seorang pun di danau itu. Cuma khayalan-
nya. Ia memang sering membayangkan yang tidak-tidak!

Sesudah makan, biasanya Mrs. Cottler akan tidur siang sebentar di


sofa ruang tamu, sedangkan Mayra mencuci piring. Mrs. Cottler
tidak pernah tidur lebih dari sejam, tapi Mayra masih sempat nonton
TV, melamunkan Walter, dan berkeliaran di rumah itu. Rumah itu
anehnya dilengkapi perabotan modern—kursi dan sofa dari bahan
kulit hitam serta krom, meja tamu dari kaca.

Dindingnya dipenuhi deretan rak buku dari lantai sampai langit-


langit. Mrs. Cottler sangat suka membaca. Sekarang ia sudah tua,
matanya terlalu letih untuk membaca, jadi ia lebih suka dibacakan
orang lain.

Yang menakjubkan Mayra di rumah itu adalah koleksi perhiasan


kecil yang aneh-aneh. Benda-benda itu memenuhi meja tulis, meja
pajang, dan bendul jendela; diatur dalam kotak pajang kaca khusus,
dan diletakkan di samping buku-buku di rak buku. Mayra menemu-
kan vas warna-warni dan ukiran antik, porselen berbentuk sosok
aneh, peles antik berisi kulit kerang, bulu, atau bubuk berwarna,

11 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


ukiran kucing dan burung dari kayu atau batu, sepasang sarung
tangan putih kecil yang sudah kuning, kacamata tanpa bingkai dan
berlensa tunggal, bunga kering yang sudah pudar, kaki ayam
keramik, beberapa ukiran bulan sabit, burung hantu putih yang
diawetkan.

Mayra mencoba menebak mengapa Mrs. Cottler menyimpan semua


barang ini. Namun susah menemukan alasan mengapa orang
meletakkan tikus kecil yang diawetkan di atas piano di dekat topeng
babi dari bubur kertas dan patung perunggu berbentuk anak laki-laki
berlengan satu.

“Koleksi yang luar biasa!” kata Mayra kepada Mrs. Cottler pada hari
pertamanya di rumah itu.

Wanita tua itu menggeleng-gelengkan kepala dan tertawa kecil.


“Cuma rongsokan,” katanya. “Hanya koleksi perempuan tua yang
suka mengumpulkan debu.” Ketika Mayra mencoba bertanya lebih
banyak tentang hal itu, Mrs. Cottler mengalihkan pembicaraan
dengan berkata, “Sekarang waktunya jalan-jalan.”

Setiap sore mereka berjalan-jalan sebentar di tepi danau. Sebelah


tangan Mrs. Cottler berpegangan pada tongkat untuk menopang
badannya, kadang-kadang tangannya yang lain berpegangan pada
lengan Mayra. Berjalan-jalan menempuh jarak panjang di tanah
berawa jelas sulit bagi wanita tua itu. Namun ia memaksakan diri
selalu melakukannya setiap sore.

Entah mengapa Mayra paling tidak menyukai tugas ini.

12 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Ia tahu Mrs. Cottler sebaiknya menghirup udara danau yang segar
dan sejuk, terkena sinar cerah matahari, dan mendapat kesempatan
keluar dari rumah tua yang berantakan itu. Tapi jalan-jalan di situ
tiap hari membuat Mayra merasa tidak enak, tegang, gelisah. Dan
ketika memandangi air danau yang hijau-kebiruan, Mayra
merinding, walau pun hari sangat panas.

Ketika ia memapah Mrs. Cottler berjalan melewati segerumbul lebat


rumput liar menuju tepi danau, wanita tua itu menatap ke kejauhan.
“Mrs. Cottler... Anda kenapa?”

Mrs. Cottler tampaknya tidak mendengar pertanyaan Mayra, masih


asyik memandangi danau yang berkilauan. “Aku kehilangan Vincent
di sini,” katanya lirih.

“Vincent?”

“Putraku. Dia baru berumur tiga tahun. Seharusnya dia tidak boleh
jauh-jauh dariku. Dia tidak bisa berenang.” Ia memalingkan wajah-
nya dari Mayra dan mendesah. “Kadang-kadang aku merasa melihat-
nya di sini. Meskipun peristiwa itu sudah lama terjadi, aku masih
sering teringat padanya.” Ia memegang lengan Mayra lebih kencang.

“Kapan terjadinya?” tanya Mayra. Mrs. Cottler tidak menjawab. Ia


masih tetap diam beberapa lama, dan kemudian akhirnya berbalik
kembali menuju rumah.

“Ayo kita masuk. Sekarang waktunya membaca.” Mrs. Cottler ingin


Mayra pertama-tama membacakan buku berjudul Nicholas Nickleby
karya Charles Dickens. Buku itu sangat tebal. Mayra yakin akan
13 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
menghabiskan seluruh musim panas untuk mem-bacanya. Ia sendiri
sudah dipaksa membaca Great Expectation di sekolah. Lumayan,
pikirnya, namun bukan pilihannya. Ia terkejut ketika ternyata bisa
menikmati Nicholas Nickleby. Buku itu sebenar-nya lucu sekali.

Selama Mayra membacakannya, Mrs. Cottler duduk tegak di sofa


kulit hitam, sambil mengelus-elus Hazel, yang tetap betah berada di
sampingnya seolah-olah ikut mendengarkan Mayra. Kadangkadang
Mrs. Cottler memejamkan mata. Mayra tidak yakin apakah ia hanya
mengistirahatkan matanya atau sudah tertidur, tetapi Mayra tetap
membaca.

Rumah itu sungguh-sungguh sunyi. Satu-satunya suara berasal dari


dengkur lembut si kucing hitam, suara Mayra, dan detik jarum jam
perunggu di rak di atas perapian.

“Mayra, aku agak kedinginan.” Suara Mrs. Cottler mengejutkan


Mayra. Dipikirnya wanita tua itu sudah tertidur. “Maukah kau lari ke
atas dan mengambilkan sweterku di dalam lemari pakaian?”

“Ya, tentu saja,” jawab Mayra, sambil menutup buku dan segera
berdiri.

“Belakangan ini aku susah naik-turun tangga,” kata Mrs. Cottler. Ia


telah mengatakan hal yang sama tiga-empat kali sepanjang sore itu.
“Kakiku. Kondisiku masih baik kecuali kaki tua ini.”

Ya, kondisimu benar-benar baik, batin Mayra ketika bergegas ke


atas. Kulitnya mengagumkan. Mukanya sehalus mukaku. Bagaimana
cara merawatnya?
14 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
Mayra melewati lorong gelap menuju kamar Mrs. Cottler di ujung.
Ia melihat berkeliling. Kertas dinding kamar itu berwarna biru gelap
dengan bintang-bintang putih kecil yang seolah berkelap-kelip. Ada
dua lemari pakaian di seberang tempat tidur berukuran besar, ber-
dampingan menempel pada dinding.

Sweter itu ada di lemari yang mana? Mayra memilih lemari sebelah
kanan dan menarik laci paling atas. Wow! Aneh. Laci itu penuh lilin
hitam, berlusin-lusin lilin hitam panjang. Mayra mengambil
sebatang. Ia membauinya, terkejut men-cium aromanya yang masam.
Baunya tua dan apak. Lilin itu terasa halus dan padat di tangan
Mayra. Sumbunya juga hitam. Lilin aneh, pikir Mayra, sambil
mengambil satu lagi. Kenapa Mrs. Cottler punya lilin hitam? Dan
kenapa dia menyembunyikannya dalam laci lemari pakaian?

Tiba-tiba ada suara keras di belakang Mayra, kedua lilin itu terjatuh
dari tangan. Jantung Mayra berdegup kencang, ia menoleh dan
melihat Hazel, sang kucing hitam, sedang memandanginya dengan
mata hijau bersinar.

“Oke, oke, Hazel. Tidak perlu bikin ribut. Aku segera ke bawah.”

Mayra mengembalikan lilin-lilin hitam itu ke dalam laci, dan


menemukan sweter yang ia cari di laci di bawahnya, lalu ia bergegas
turun untuk memberikannya kepada Mrs. Cottler. Sejenak ia merasa
mata kucing itu seolah menegurnya karena telah mencari di tempat
yang tidak seharusnya, mata itu menuduhnya, memperingatkannya...

15 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


3
MAYRA berpamitan pada Mrs. Cottler dan melangkah keluar, lalu
menutup pintu depan yang berat. Ia menghirup udara luar yang
segar dan mendongak ke langit. Awan gelap menyelubungi matahari.

Lebih baik aku cepat-cepat pulang sebelum hujan, pikirnya.

Ia menghidupkan Walkman, mencari saluran Q-100, stasiun radio


yang menyiarkan musik terbaik, dan mulai menuruni tangga batu
menuju jalan. Mayra masih teringat pada kucing hitam itu, caranya
mengeong keras ketika melihat Mayra memegang lilin hitam,
caranya memandang.

Stop, Mayra. Hentikan, ia memarahi diri sendiri. Jangan biarkan


khayalanmu mengembara ke mana-mana lagi. Mayra berjalan cepat,
membiarkan musik berdentam-dentam di telinga, menyapu semua
khayalannya.

“Pikirkan saja berapa uang yang akan kauterima di akhir liburan


nanti,” katanya kepada diri sendiri. “Bayangkan kau dapat membeli
pakaian baru sebelum masuk sekolah tanpa merasa bersalah lagi.”

Mayra melangkah mengikuti irama musik, tidak memikirkan apa-apa


lagi, mulai merasa enak, entakan drum synthesized mengiringi
langkahnya.

Tiba-tiba wajah ayahnya melintas di benak Mayra. Sudah sejak


kapan ia tidak bertemu ayahnya? Lebih dari setahun. Mayra ingin
tahu apakah ayahnya sudah berubah, apakah kini berbeda. Mengapa
16 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
Mayra tidak pernah mendengar kabar darinya? “Karena dia tak mau
tahu,” kata Mayra pada diri sendiri. “Karena dia tidak memedulikan
kami sama sekali. Itulah sebabnya dia pergi.”

Mayra menegur dirinya sendiri lagi karena uring-uringan. Ia ber-


usaha memikirkan hal-hal yang menyenangkan. Walker. Ia sangat
merindukan cowok barunya. Walker pergi selama dua minggu. Dua
minggu penuh. Mayra mengenang malam menjelang kepergian
Walker. Ia memeluk Mayra, agak lama....

Mayra kembali menikmati musik, menaikkan volumenya. Semakin


keras musik itu, semakin kecil kesempatan masalah memasuki
pikirannya. “Ikuti arus,” katanya keras-keras. “Ikuti. Ikuti arus saja.”

Mayra baru saja akan berbelok ke Fear Street ketika tiba-tiba ada
tangan yang menggamit bahunya.

“Oh!” Mayra tersentak, lalu melepaskan headphone dan berbalik.

“Link! Aduh, kau bikin aku kaget setengah mati!”

Link cengar-cengir. “Sudah sepanjang setengah blok kau kupanggil-


panggil.”

“Oh. Pasti radioku kekerasan.” Mayra mematikan Walkman “Kenapa


kau di sini, Link?”

Mata hitam Link memandang Mayra dengan tatapan menggoda. Di-


sibakkannya rambutnya yang hitam. Link memakai jeans buntung
yang sudah belel dan T-shirt biru tanpa lengan. Meskipun musim
panas baru mulai, kulitnya sudah kecokelatan. Oke, oke. Dia memang

17 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


kece, batin Mayra. Masalahnya, dia sangat menyadari hal itu. “Aku...
aku ingin ngomong denganmu, Mayra.”

“Sebaiknya tak usah, Link. Aku tak ingin bicara denganmu.” Mayra
berbalik dan mulai melangkah. Ia tidak percaya pada sikap dinginnya
sendiri... tapi, apa lagi yang dapat dilakukannya terhadap cowok satu
ini? Ia dan Link sudah putus sebulan lalu, dan sekarang Link di sini,
masih membuntutinya terus seperti anak anjing yang memelas. “Kita
kan sudah membicarakan hal-hal yang harus dibicarakan,” Mayra
menambahkan tanpa menoleh.

Link mengejar Mayra dan meraih lengannya. “Bukan begitu. Ada


yang masih belum kubicarakan.”

“Tulis saja lewat surat,” bentak Mayra. Wow, bahkan Mayra sendiri
kaget dengan bentakannya!

Ia menarik lengannya dari pegangan Link. “Lepaskan, Link. Sori.


Aku tak bermaksud jahat padamu. Tapi semuanya sudah berlalu. Aku
sekarang dengan Walker. Kau tak boleh menggangguku lagi.”

“Tapi, Mayra...” Link melontarkan pandangan penuh permohonan,


yang biasanya selalu berhasil meluluhkan hati Mayra. Tapi sekarang
membuatnya kelihatan konyol. Kenapa dulu aku begitu sayang pada-
nya? tanya Mayra dalam hati. Dia sangat... kekanak-kanakan. “Kalau
kita duduk dan bicara sebentar, aku yakin kita pasti dapat melurus-
kan semuanya.” Link berlari menghadang langkah Mayra.

Dia sangat mirip adiknya, Stephanie, pikir Mayra tiba-tiba. Mereka


bisa jadi anak kembar. Keduanya sama-sama kece dan berkulit
18 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
kecokelatan, sama-sama energik. Ngomong cepat, bergerak cepat,
selalu ngebut, selalu kelihatan menggebu-gebu dalam segala hal.
“Tak ada yang perlu diluruskan. Lupakan saja,” kata Mayra, suara-
nya terdengar sekesal perasaannya. Sejak mereka putus, Link meng-
hujaninya dengan dering telepon, mengikutinya ke mana saja.
“Dengar, Link, aku sudah kerja seharian. Aku capek dan pengin
pulang sebelum hujan turun.”

“Tapi kau dan aku—itu lebih penting daripada hujan,” bantah Link.
Ia masih di depan Mayra sambil berjalan mundur.

Sombong sekali, batin Mayra. Ia seharusnya pacaran dengan dirinya


sendiri! “Tak ada lagi kau dan aku. Sudah kukatakan—aku sekarang
dengan Walker.”

“Dia kuper.”

“Apa? Hei, kau sendiri yang kuper. Jangan mulai bertingkah seperti
anak kecil. Sekarang menyingkirlah! Aku mau pulang.”

Dengan patuh Link menghentikan langkahnya dan memberi jalan.


Mayra bergegas melewati Link. “Tapi, Mayra, kalau kau mau
memberiku kesempatan...!” teriak Link.

“Semoga hidupmu menyenangkan!” seru Mayra, dan ia mulai berlari.

“Kau akan menyesal!” teriak Link, lebih terdengar sedih daripada


marah. “Kau akan menyesal, Mayra!”

Ketika Mayra menengok ke belakang, Link sudah pergi.

19 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


4
“NAH, diam, Hazel,” kata Mrs. Cottler sambil membungkuk ke
kucingnya. “Mayra akan membacakan buat kita” Ia tersenyum waktu
kucing itu dengan patuh meloncat ke sofa di sampingnya. “Mulailah,
Mayra. Aku benar-benar menyukai buku ini, terutama karena cara
membacamu yang enak sekali didengar.”

“Terima kasih, Mrs. Cottler.” Mayra membuka buku itu dan mulai
membalik-balik halamannya hingga menemukan bab empat. Sebelum
ia sempat mulai, terdengar ketukan kencang di pintu.

“Siapa ya itu?” tanya Mrs. Cottler. Dengan bertopang pada tongkat-


nya ia berusaha berdiri. Ketukan itu terdengar lagi, sedikit lebih
keras. “Sabar, sabar. Kami datang.”

Mayra sampai di pintu lebih dulu dan membukanya. Seorang pria


botak, setengah baya dan berwajah merah, memandangnya dengan
mimik marah. Walaupun hari sedang panas oleh matahari sore,
orang itu mengenakan setelan wol abu-abu tua. Dengan memakai
saputangan yang sudah basah laki-laki itu mengelap keningnya yang
lebar. Mayra melihat orang itu memegang buah persik.

“Di mana Mrs. Cottler?” orang itu langsung bertanya tanpa basibasi.

“Ya, ya, ini saya,” kata Mrs. Cottler dari belakang Mayra. “Apakah
Anda lagi, Mr. Clean?”

“Kleeg—bukan Clean!” sahut orang itu marah. Wajahnya makin


memerah.
20 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
“Apa maksud kedatangan Anda kali ini, Mr. Clean?” tanya Mrs.
Cottler, ia muncul di sebelah Mayra di pintu.

Mr. Kleeg memutar matanya dan mengangkat buah persik itu.


“Menurut Anda apa?” tanyanya dengan nada tidak menyenangkan.

“Oh, jangan mengenai buah persik lagi. Kan sudah saya katakan saya
tidak bisa berbuat apa-apa dalam hal ini.”

Mayra mundur selangkah. Mr. Clean atau Kleeg, atau siapa pun dia,
semakin kelihatan tidak senang.

“Anda harus berbuat sesuatu!” katanya. “Saya sudah memintanya


enam kali. Saya takkan minta lagi. Buah-buah persik Anda ber-
jatuhan memenuhi halaman belakang saya.”

“Yah, nikmatilah,” kata Mrs. Cottler dengan keras. “Mayra, tutup


pintunya.”

“Saya tak bisa memangkas rumput! Tak bisa berjalan di halaman


gara-gara persik Anda!” teriak tetangga itu.

“Saya tak bisa menyuruh persik-persik itu tetap diam di pohon,” balas
Mrs Cottler. Mayra melihat matanya bersinar-sinar. Dia benar-benar
menikmati keributan ini, kata Mayra dalam hati.

Mr. Kleeg berbalik dan menuruni teras depan. “Akan ku tebang


pohon itu. Itu yang akan segera kulakukan.” Ia melempar persik itu
dengan marah. Buah itu membentur bingkai pintu kasa.

“Hati-hati, Mr. Clean” Mrs. Cottler memperingatkan dengan lembut.

21 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Jangan begitu. Jangan terlalu emosi dalam cuaca sepanas ini. Nanti
Anda celaka.”

Mr. Kleeg memaki-maki dan berteriak-teriak dalam perjalanan


kembali ke rumahnya.

“Oh, orang itu cerewet sekali” Mrs Cottler menggerutu, lebih dituju-
kan pada diri sendiri daripada pada Mayra. “Amat sangat cerewet.” Ia
berpaling ke Mayra dan tersenyum. “Tolong tutup pintunya.”

Mayra mulai menutup pintu, kemudian berhenti. “Oh, lihat. Sapu


tangannya jatuh,” katanya. Ia membuka pintu kasa, membungkuk,
dan memungut benda itu dari lantai teras. “Apakah sebaiknya saya
kejar dia dan saya kembalikan ini padanya?”

Mata Mrs. Cottler bersinar-sinar dan bibirnya yang gelap mem-


bentuk senyum senang. “Jangan. Jangan, Sayang. Tak usah kau
kembalikan padanya. Berikan saja padaku.” Ia meraih saputangan
lembap itu dari tangan Mayra dan memasukkannya ke kantong rok.
Lalu ia kembali ke sofa. “Kalau menginginkannya, dia bisa datang
kemari. Sekarang bacalah bab yang tadi.”

Mayra mulai membacakan lagi, namun pikirannya tak di tempat. Ia


membayangkan Walker. Dia akan kembali dari liburan pada hari
Sabtu. Ia ingin tahu apakah Walker juga memikirkannya pada saat
ini. Ia mencoba mengirimkan sinyal batin kepada Walker sambil me-
neruskan membaca huruf-huruf kecil itu. Ia membayangkan sosok
Walker—rambut pendeknya yang pirang, matanya yang biru,
senyumnya yang malu-malu.

22 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Aku memikirkanmu, Walker. Aku sedang memikirkanmu. Apakah
kau pun sedang memikirkanku? Dia pasti bangga akan aku, pikirnya.
Walker sangat serius dalam hal sihir. Ia ingin menjadi ahli sihir
profesional. Ia menekuni telepati batin dan kekuatan psikis. Mayra
tidak pernah ambil pusing dengan segala hal itu. Tapi selama
beberapa minggu mereka berpacaran, Walker telah banyak meng-
ajarinya. Dia akan senang kalau tahu aku mencoba berkomunikasi
dengannya melalui cara ini, pikirnya.

Tiba-tiba ia menyadari bahwa MrsCottler sedang berbicara padanya.


“Apa? Maaf,” Mayra berkata. “Saya begitu asyik dengan buku ini.
Saya tak mendengar perkataan Anda.”

“Tidak apa-apa. Caramu membaca sangat bagus,” tukas Mrs. Cottler


sambil membelai-belai Hazel. “Aku senang kau juga menikmatinya.”
Ia bangkit dari duduknya. “Tapi aku letih sore ini. Kukira karena
udara panas. Maukah kau menolongku naik ke kamarku?”

“Tentu,” sahut Mayra, lalu ia meletakkan buku dan buru-buru


memapah wanita tua itu.

“Kau dapat pulang lebih awal. Aku mau tidur.”

Mayra menolong Mrs. Cottler menaiki tangga dan menyusuri lorong


menuju kamar tidurnya. Ia berpamitan, lalu kembali ke lantai bawah,
memikirkan Walker lagi, ingin tahu apakah pemuda itu sudah me-
nerima pesan batinnya. Ia mengembalikan buku ke rak dan, ketika
siap meninggalkan tempat itu, ia melihat tongkat Mrs. Cottler ter-
geletak di depan sofa.

23 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Lebih baik kuberikan dulu ini padanya,” Mayra berkata sendiri. Ia
hampir sampai di puncak tangga dengan membawa tongkat itu
ketika Hazel muncul di atasnya. Mata kuning kehijauan hewan itu
berkilat-kilat. Punggungnya melengkung, dan kucing itu mendesis.

“Hazel, kau kenapa?” Mayra memarahinya. “Kenapa kau masih tetap


begitu? Ini kan cuma aku” Mayra naik beberapa langkah lagi. Kucing
itu memandanginya, punggungnya masih tetap melengkung. “Betapa
cepatnya kau lupa,” kata Mayra. “Kita berteman, kan?”

Kucing itu kembali mendesisdesis garang. Seolah-olah dia melarang-


ku ke atas, batin Mayra. Tetapi kemudian Mayra menyadari ke-
konyolan pikirannya. Cuma karena kucing ini hitam, lalu kau mulai
membayangkan dia berbeda dari kucing-kucing lainnya, Mayra
memarahi diri sendiri. Mungkin dia sedang meng-gertak kutu, atau
tikus, atau sesuatu yang lain. Mayra bergegas melewati Hazel, yang
terus memandanginya, terkejut karena ternyata Mayra tidak takut.
Mayra membawa tongkat itu ke kamar tidur Mrs. Cottler.

Pintunya setengah terbuka. Ruangan itu gelap, hanya ada seberkas


kecil sinar yang berasal dari jendela. Mrs. Cottler duduk kaku di
tempat tidurnya, tubuhnya menghadap dinding. Kelihatannya mata-
nya terpejam. Mayra ragu-ragu di pintu masuk. “Mrs. Cottler?”
panggilnya pelan. Wanita tua itu tidak menjawab. Mayra melihat
Mrs.Cottler memegang saputangan putih Mr. Kleeg. “Mrs. Cottler?”
Masih tidak ada jawaban. Apakah dia sedang kesurupan atau sejenis
itu? Mayra bertanya-tanya. Sedang apa dia?

24 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Mayra maju selangkah ke dalam kamar.

Mendadak Hazel meng-gosokkan tubuh ke kakinya. Ia terkejut.


Kamar itu terasa dingin, lebih dingin daripada di lorong. Mrs.
Cottler tidak bergerak.

Lebih baik aku keluar dari sini, kata Mayra dalam hati. Ia
menyandarkan tongkat itu ke dinding dan berlari ke lantai bawah
tanpa menoleh.

25 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


5
“MAYRA, kau kira dia penyihir?”

“Well, dia punya kucing hitam. Dan rumahnya penuh benda aneh,
kaki binatang, serta rongsokan. Lacinya di kamar penuh lilin hitam.
Waktu itu dia sedang kesurupan di kamarnya—paling tidak, mirip
kesurupan—sambil memegangi saputangan tetangganya. Menurut-
mu itu apa?”

“Menurutku, jelas kau berkhayal!”

Mayra menelepon Donna Cash, sahabatnya, sambil menyisir rambut


di kamarnya. Hari itu Jumat pagi, beberapa menit sebelum ia
berangkat kerja.

“Harus ada penjelasan logisnya,” kata Donna.

“Tentu ada penjelasan logisnya, Donna. Mrs. Cottler itu penyihir!”

“Well,” Donna berbicara sambil berpikir, “aku sungguh-sungguh


tidak percaya. Kenapa tidak kau tanyai saja dia?”

“Bagaimana caranya? 'Anda penyihir ya, Mrs. Cottler?' Itu masalah


pribadi, kan, Donna?”

“Kukira ya.”

“Apalagi seharusnya aku tidak boleh tahu tentang lilin hitam itu atau
pun yang lain. Mungkin dia akan marah kalau tahu aku melihatnya
sedang kerasukan.”

26 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Mungkin ya.”

“Mrs. Cottler selalu baik padaku,” sambung Mayra. “Rasanya sulit


percaya...”

“Sebaiknya kau jangan bikin dia marah,” saran Donna.

“Yeah. Mungkin kau benar.”

“Hei...aku cuma bercanda. Ayo, Mayra, sadarlah. Kau tidak sungguh-


sungguh percaya ada yang bisa mengguna-guna orang, kan?”

“Aku baru ingat akan sesuatu yang pernah dikatakan Stephanie, adik
Link, pada kami.” Sisir Mayra terjatuh, namun ia tidak berusaha
mengambilnya. “Kau ingat dia selalu meminjam buku aneh tentang
ilmu gaib dari perpustakaan?”

“Yeah. Stephanie memang pernah tergila-gila pada hal itu. Sebelum


dia menemukan cowok yang ditaksirnya!” Donna tertawa. Ia seorang
gadis mungil, dan terpendek di kelas, tapi tawanya paling kencang.

“Yah, kami pernah ke rumah Stephanie suatu hari dan...”

“Dan kau pasti ketemu Link—ya, kan?”

“Sebentar, Donna! Waktu itu Stephanie membacakan buku tentang


ilmu klenik. Di buku itu disebutkan bahwa untuk menenung diperlu-
kan pakaian, atau barang lain, milik calon korban. Aku ingat betapa
senangnya Mrs. Cottler ketika tahu saputangan orang malang itu
ketinggalan. Dipeganginya saputangan itu erat-erat, matanya ter-
pejam, dan...”

27 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Whoa! Pelan-pelan, Mayra,” Donna memotongnya.

Kemudian Mayra mendengar Donna berseru pada ibunya, “Akan


segera kututup teleponnya! Sebentar lagi!”

“Aku harus menutupnya juga,” kata Mayra, sambil melirik jam.

“Well, kau kayaknya serius dengan soal guna-guna ini,” kata Donna.
“Semuanya cuma bohong, Mayra. Sebenarnya masalahmu adalah kau
terlalu sering bersama Walker.”

“Sekarang apa maksudmu?” bentak Mayra. Ia tidak bermaksud


terdengar begitu marah.

“Bukan apa-apa. Aku cuma mau mengatakan, Walker terlalu percaya


pada segala hal yang berbau sihir dan mistik, dan sekarang kau ikut-
ikutan.”

“Kau tak suka Walker, ya?” tuduh Mayra.

“Aku tidak berkata begitu. Walker baik. Dia cuma aneh, itu saja.”

“Kau menganggapnya aneh karena dia tertarik pada sesuatu,” kata


Mayra. Ia sendiri terkejut mengapa ia begitu marah. “Dia memang
tidak seperti cowok-cowok lain di sekolah yang cuma senang pesta
dan keributan, dia punya ambisi,dia punya minat serius pada sesuatu”

“Dia juga sangat kece.” Donna berusaha tak terdengar terlalu serius.

“Sori,” kata Mayra cepat-cepat. “Aku tak bermaksud menyalahkan-


mu. Barangkali aku cuma bingung dengan tingkah Mrs. Cottler, dan

28 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


gelisah menunggu pertemuanku dengan Walker hari Minggu nanti
setelah dua pekan berpisah.”

“Yeah, kedengarannya kau bersemangat sekali. Tapi tak apaapa kok.”

“Well, aku tahu anak-anak di sekolah menganggap Walker aneh


karena dia tertarik pada ilmu gaib. Dan karena dia pemalu. Tapi aku
tak ingin sahabatku juga menganggapnya aneh.”

“Tidak,” kata Donna. “Maksudku, sebenarnya aku belum mengenal-


nya dengan baik. Ya, ya! Akan kututup teleponnya! Hei, omong-
omong, pernahkah kaubertemu Stephanie sejak kauputus dari Link?”

“Tidak. Sebenarnya tidak juga. Pernah satu kali, seingatku. Begitu


sekolah libur, dia mulai kerja juga. Dia jadi asisten di pusat penitipan
anak-anak prasekolah, atau tempat semacam itu.”

“Tapi malam hari dia ada di rumah, kan? Sebetulnya dia kan bisa
meneleponmu.”

“Donna, jangan bikin masalah.”

“Apa gunanya teman?”

“Kau pikir Stephanie marah padaku gara-gara aku putus dari


kakaknya?”

“Aku tak tahu.”

“Well, terima kasih atas pendapatmu. Aku jadi harus mencemaskan


satu hal lagi. Aku harus pergi sekarang.”

“Aku juga. Salam mesra untuk Walker hari Minggu nanti.”

29 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Donna, cari cowok sendiri. Cari kegiatan. Cari sesuatu.”

“Stop!”

Kedua gadis itu tertawa dan menutup telepon masing-masing.

Menyenangkan sekali persahabatan kami, pikir Mayra. Kami bisa


saling mengutarakan pendapat tentang satu sama lain, dan tahu hal
itu tidak akan menyakiti hati masing-masing. Bagaimanapun, ia
berharap seandainya Donna tak mengingatkannya pada Stephanie.
Hubungan Stephanie dan Link sangat dekat. Sangat berbeda. Mereka
tidak pernah bertengkar atau bersaing seperti kakak-beradik lainnya.
Meskipun Stephanie dan Link hampir seumur, Stephanie sangat
bangga akan kakaknya itu, bahkan memujanya.

Mungkin Donna benar, katanya dalam hati sambil mematut-matut


diri di depan cermin, mengencangkan simpul tali bahu gaun musim
panasnya yang berwarna hijau-putih, lalu turun ke lantai bawah.
Mungkin Stephanie marah padaku karena aku mencampakkan kakak-
nya. Itulah sebabnya dia tidak menelepon selama liburan ini.

Yah, pikirnya sedih, aku rupanya kehilangan cowok dan sahabat....

®LoveReads

Mayra melihat ambulans itu ketika ia baru saja berbelok memasuki


Fear Street.

“Oh, tidak! Mrs. Cottler!” jeritnya, dan ia mulai berlari melintasi


halaman tetangga menuju rumah itu.
30 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
Namun ketika makin dekat, ia baru menyadari bahwa ambulans itu
tidak diparkir di depan rumah Mrs. Cottler. Kendaraan itu diparkir
di depan rumah di dekatnya. Ia berhenti dan berdiri di jalan mobil,
melihat dua orang paramedis berpakaian putih membawa keluar
usungan menuju ambulans. Dengan diselubungi selimut sampai
dagu, orang di atas usungan itu mengerang kesakitan, matanya
terpejam rapat. Mayra segera mengenalinya. Mr. Kleeg.

Paramedis mendorong masuk usungan ke ambulans dan menutup


pintunya. Sebentar kemudian ambulans itu bergerak meninggalkan
tepi jalan, lampu merahnya menyala, memantulkan cahaya pada
daun-daun hijau di pohon. Pandangan Mayra terarah ke rumah Mrs.
Cottler. Wanita tua itu sedang berdiri di balik pintu kasa dengan
menggendong Hazel. Ia menyaksikan semua peristiwa itu.

“MrsCottler, ada apa?” tanya Mayra sambil berlari-lari kecil ke teras.

Mrs. Cottler sedang tersenyum-senyum. Tetapi waktu Mayra men-


dekatinya, ia segera mengubah ekspresinya menjadi sedih. “Mr.
Clean yang malang.” Ia membukakan pintu kasa untuk Mayra.

“Mengerikan, benar-benar mengerikan.”

“Tapi... apa? Apa yang terjadi?” tanya Mayra sambil menahan napas.

“Mr. Clean yang malang,” ulang Mrs. Cottler. “Dia jatuh dan tulang
panggulnya patah. Oh, pasti sakit sekali.” Ia menggelengkan kepala.
“Padahal kemarin dia sudah kuperingatkan supaya hati-hati. Oh,
kasihan, kasihan orang itu.”

31 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


6
WALKER menyapa Mayra dengan malu-malu, keluar dari pintu
depan rumahnya, tersenyum agak gugup, dan mengulurkan tangan
untuk menyalami Mayra. Ia memakai jins yang berlubang di bagian
dengkul dan T-shirt Phoenix Suns, yang mungkin dibelinya selama
liburan.

Mayra tertawa geli. Walker kelihatan kaku dan kikuk ketika men-
coba menyalaminya. Ia menghindari tangan pemuda itu lalu berjinjit,
dan sesaat memeluk Walker. Mayra senang melihat Walker tersipu-
sipu. Pipinya yang putih bersemu merah.

“Hei, sudah dua minggu kau berlibur di Pantai Barat. Kok kulitmu
tidak kecokelatan?” tanya Mayra, sambil memegang tangan Walker
dan menggandengnya ke halaman depan.

“Entahlah.” Walker mengangkat bahu. “Kalau saja sempat berhenti


dan keluar dari mobil selama tiga menit, barangkali kami akan ter-
kena sinar matahari. Masalahnya, mobil kami tak pernah berhenti.”

“Ke mana kau pergi? Cuma satu kartu pos yang kudapatkan darimu.
Dengan gambar kaktus.”

Walker menghela napas dan menggeleng-gelengkan kepala. “Wah,


pokoknya kami pergi ke mana-mana. Berangkat lewat rute selatan,
dan kembali lewat rute utara. Di mana-mana terbentang padang
pasir, begitu datar dan putih, seperti lautan mahaluas.”

“Kau pergi ke Grand Canyon?”


32 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
“Ya, kukira aku menghipnotis salah satu bagal di sana.”

Mayra tertawa dan menarik Walker ke bawah untuk duduk di


rumput di sampingnya.”Kau sempat mempraktekkan ilmumu?”

Walker tampak malu. “Sedikit. Bagal itu tidak mau turun ke lembah,
jadi aku sulap saja.”

“Kau bercanda.”

“Memang,” kata Walker sambil tertawa.

Aku suka tawanya, batin Mayra. Dia jarang tertawa. Biasanya dia
sangat serius, tapi kelihatan sangat kece kalau tertawa. Mayra
memegang tangannya, dan terkejut menyadari betapa dingin tangan
itu. Dia juga gugup, pikir Mayra. Ia jadi merasa senang. “Tanganmu
besar sekali,” katanya. Mayra menekankan telapak tangannya sendiri
ke telapak tangan Walker, sambil saling menempelkan jari. “Lihat.”
Jemari Walker hampir lima senti lebih panjang.

“Tangan yang besar bagus buat sulap,” kata Walker. “Bisa untuk
menyembunyikan kelinci.” Ia menarik tangannya dan merogoh saku.
“Akan kutunjukkan tipuan kartu yang baru.” Di kantong belakang
jinsnya selalu ada sekotak kartu.

“Tipuan kartu gombal.” Mayra sudah sering berkata begitu padanya,


namun Walker tidak marah.

“Yeah, aku tahu.” Walker tersenyum dan mengacungkan kartukartu


itu. “Ambil satu.” Ada tiga macam tipuan kartu baru yang dipamer-
kannya kepada Mayra. Gadis itu sudah berpikir keras, namun tetap

33 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


tidak dapat memecahkan rahasia tipuan Walker. Walker memang
berbakat menjadi penyulap. Walker mengeluarkan uang 25 sen dari
sakunya. “Ayo kutunjukkan lagi beberapa sulap jarak dekat yang
kupelajari di dalam mobil.”

“Bagaimana kalau kau menyulap piza saja?” Mayra berdiri dan


menarik Walker dari rumput. Pemuda itu sangat tinggi dan ceking.
Rasanya Mayra seperti menarik raksasa!

“Piza? Aku tak tahu caranya.”

“Aku lapar!” kata Mayra. Sekali lagi Mayra menarik dan Walker
langsung berdiri, membuat Mayra kehilangan keseimbangan dan
nyaris terjengkang.

“Oh. Sori.” Dua bulatan kecil berwarna pink muncul di pipi Walker.

Mayra mengulurkan kedua tangannya, lalu kembali memeluk cowok


itu. “Aku senang sekali bertemu denganmu lagi,” katanya sambil
menatap mata Walker yang sebiru lautan.

Mayra kecewa karena Walker tampak salah tingkah.

Ketika mereka sampai di Ray's Pizza Place yang terletak di Division


Street Mall, Walker berusaha mencairkan suasana.

“Aku suka pakaianmu,” katanya sambil mengusap keju di pipinya


dengan tisu. “A-aku belum pernah melihat pundakmu seperti ini.”

“Aku punya dua,” kata Mayra.

“Aku tahu. Sudah kuhitung.”

34 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Pelayan mengantarkan Coke.

“Hei... di mana kalung itu?” tanya Walker.

“Apa?”

“Kalung manik-manik yang kuberikan.”

Spontan Mayra meraba-raba lehernya, namun tentu saja benda itu


tidak ada. “Ada di rumah Mrs. Cottler. Diputuskan kucingnya, dan
Mrs. Cottler mau merangkaikannya lagi untukku.” Mungkin Mrs.
Cottler sudah lupa. Sebaiknya aku mengingatkan dia, pikir Mayra.

“Akan kutunjukkan padamu tipuan dengan sedotan,” Walker me-


ngubah topik pembicaraan. Diputar-putarnya sebuah sedotan dengan
mudah di antara jari-jarinya sampai benda itu lenyap dari pandangan.

“Bagaimana caranya?” tanya Mayra.

Walker membuka sebelah tangannya yang lain. Sedotan itu ada di


situ, terlipat dua. “Bagaimana caranya?” Mayra bertanya lagi.

Walker menaruh telunjuknya di bibir. “Ssstt. Aku tak bisa membuka


rahasianya.”

“Oke, kalau begitu, ceritakan padaku tentang liburanmu.” Mayra


menggigit piza dan saus tomatnya memercik ke seberang meja.

“Bagaimana caramu melakukan itu?” Walker bergurau.

“Ini sulap,” kata Mayra dengan mulut penuh.

“Tak banyak yang bisa diceritakan dari liburanku. Kau kan tahu aku
bersama orangtuaku.”

“Kau bertengkar lagi dengan ayahmu mengenai sulap?”


35 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
“Sedikit. Bagaimanapun dia baik sekali. Maksudku, dia masih meng-
inginkan aku jadi pengacara yang bisa menyulap sebagai selingan.
Tapi dia sudah tidak lagi terlalu sering mengatakannya. Cuma setiap
320 kilometer.”

“Dan ibumu?”

“Dia sibuk menunjuk-nunjuk tiap melihat kuda atau kaktus, berkali-


kali kuingatkan dia kalau umurku sekarang enam belas, bukan enam
tahun!”

Mayra meraih tangan Walker dan menggenggamnya. “Pokoknya


aku senang kau sudah kembali.”

Ketika mereka keluar dari restoran dan memasuki mall yang terang
benderang, Walker mulai tampak salah tingkah lagi. “Kau tahu,
Mayra. Aku sangat menyesali yang dulu itu.”

“Apa?”

“Kencan terakhir kita. Aku sudah lama ingin minta maaf.”

Mayra sangat bingung. Ia memandangi Walker, mencoba membaca


pikiran cowok itu. Apa yang harus dimintakan maaf? Yang diingat-
nya hanyalah Walker mencium pipinya. Malam itu sangat indah. Ia
merasa sangat dekat dengan Walker. Ia bahkan berharap Walker
tidak tersipu-sipu waktu itu. Tak usah dipikirkan. “Minta maaf untuk
apa?” tanyanya. “Malam itu benar-benar indah.”

Walker tampak gembira sekali, bahkan merasa lega mendengar


jawabannya. “Oke. Kupikir aku terlalu malam mengantarkanmu

36 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


pulang, aku takut kau mendapat kesulitan.” Lalu ia melingkarkan
lengannya di bahu Mayra, dan mereka melanjutkan berjalan
melewati mall yang hampir kosong.

“Mom... belum tidur?” Mayra terkejut menemukan ibunya berbaring


di kursi kulit berlengan di ruang tamu. Ruangan itu gelap, hanya
lampu koridor yang menyala.

“Oh. Uh... hai!” Mrs. Barnes terbangun dan tergesa-gesa bangkit


berdiri. Ia masih mengenakan seragam putih perawat. “Pasti aku
ketiduran di kursi. Aku sudah pulang dua jam tadi.”

“Well, kenapa Mom tidak ke kamar?” Mayra menguap.

“Kupikir aku tidak capek.” Mrs. Barnes meregangkan ototototnya.


“Sekarang aku tahu aku capek. Senang keluar dengan Walker?”

“Yeah senang,” Mayra belum pernah bercerita banyak tentang


Walker kepada ibunya. Ia tidak yakin bagaimana perasaan ibunya
terhadap Walker. Ibunya selalu memuji-muji Link setinggi langit,
betapa “manis”-nya cowok itu. Waktu Mayra memutuskan
hubungannya dengan Link, ibunya berusaha keras menyembunyikan
kekecewaannya, namun tidak berhasil. Ibunya belum pernah
mengemukakan pendapatnya tentang Walker.

“Dia senang berlibur ke Barat?”

“Yeah. Menurutku liburannya asyik. Mereka pergi ke manamana.”


Mayra menguap lagi. “Dan dia sering mempraktekkan sulapnya
dalam mobil.”

37 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


MrsBarnes menggeleng-gelengkan kepala. “Dia benar-benar tergila-
gila sulap.”

Mayra tidak mengerti apa yang dimaksud ibunya dengan ucapan itu.

Tapi ia terlalu lelah untuk menanyakannya. “Aku mau tidur. Besok


Mom kerja?”

“Yeah. Giliran yang paling pagi. Aku harus berangkat beberapa jam
lagi, percaya tidak? Naiklah. Akan kukunci pintunya.”

Tiba-tiba Mayra melihat ibunya tampak jauh lebih tua. Atau barang-
kali itu karena pengaruh lampu koridor yang tajam. Mayra meng-
ucapkan selamat malam dan mulai menaiki tangga.

“Oh, aku hampir lupa...”

Mayra sadar, itu salah satu kebiasaan ibunya yang paling men-
jengkelkan. Dia selalu teringat sesuatu begitu orang sudah setengah
jalan naik tangga, sehingga orang harus turun kembali.

“Link menelepon sekitar satu setengah jam lalu.”

“Link? Oh, ya ampun.” Mayra mengerutkan kening. “Apa yang Mom


katakan?”

“Kukatakan kau tidak ada di rumah. Kelihatannya itu yang paling


tepat--apalagi karena kau memang tidak ada.” Itulah gurauan ibunya.

“Dia belum menyerah” gumam Mayra. Dengan terkejut ia menyadari


bahwa ia merasa agak tersanjung. Sebenarnya Link tidak betul-betul
jelek, pikirnya. Kadang-kadang sesuatu tidak berjalan baik, itu saja....

38 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Mayra sekali lagi mengucapkan selamat malam pada ibunya. Sambil
masih memikirkan Link, ia naik ke kamarnya.

Malam itu untuk pertama kalinya ia bermimpi.

Dalam mimpi ia sedang berdiri di tepi danau. Airnya biru terang,


seperti langit. Ia dikelilingi warna biru. Sekonyong-konyong ia
melangkah ke dalam danau. Ia tidak tenggelam. Ia mulai berjalan.

Ia sedang berjalan di permukaan air yang biru, menengadah me-


mandang langit biru, sama sekali tidak terkejut ketika menyadari ia
dapat berjalan di atas air. Ia maju beberapa langkah, lalu beberapa
langkah lagi. Air terasa sangat dingin di bawah telapak kakinya yang
telanjang.

Tiba-tiba ia merasa sedang diawasi. Seseorang sedang mengawasi-


nya dari tepi danau. Membuatnya merasa tidak enak. Siapa itu di
sana? Siapa yang sedang mengawasinya? Ia mencoba melihatnya,
namun tidak dapat. Dengan sangat gelisah, merasa ada yang tidak
beres, ia terus melangkah, dan melangkah lagi. Angin bertiup
kencang sekali. Pakaiannya melambai-lambai di sekelilingnya. Air
danau menepuk-nepuk pergelangan kakinya.

Siapa itu di sana? Siapa yang sedang mengawasinya? Mayra


membuka matanya dan ternyata ia dilingkupi kegelapan. Ini bukan
kegelapan kamarnya. Ia sudah terjaga sekarang. Mimpinya sudah
berakhir.

Jadi mengapa ia tidak kembali berada di kamarnya? Kakinya yang


telanjang terasa sangat dingin, sangat basah. Ia menunduk, ternyata
39 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
ia sedang berdiri di atas rumput yang tinggi dan basah. Pakaian
tidurnya berkibar-kibar di sekeliling tubuhnya, tertiup angin.
Bayangan bagian depan rumahnya tampak menjulang bagai makhluk
raksasa yang membisu.

Di manakah aku? Bagaimana aku bisa sampai di sini?

Ia memeluk badannya sendiri dan memandangi bangunan rumah.


Betulkah itu rumahnya? Mengapa kelihatan sangat lain?

Sangat gelap, sangat dingin dan sangat gelap.

Kenapa aku berdiri di sini?

Pepohonan bergoyang dan seakan berbisik. Tanah seolah miring.


Mayra mengembangkan kedua lengan untuk menjaga keseimbangan
tubuhnya.

Kemudian ia melihat pintu depan rumahnya terpentang lebar.

Aku berjalan ke sini? Aku berjalan keluar ke sini dalam tidurku?

Ada yang salah, pikirnya.

Ada yang salah dan mengerikan.

40 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


7
“SEDAP sekali masakanmu, Mayra.”

“Terima kasih, Mrs. Cottler.”

Sinar matahari menerobos tirai jendela di atas bak cuci dapur ketika
Mayra tergesa-gesa menyelesaikan mencuci piring. Ia ingin segera
memulai acara jalan-jalan siang di tepi danau, lalu membacakan buku
untuk Mrs. Cottler. Mungkin buku itu dapat membuatnya melupa-
kan pengalamannya yang menakutkan—berjalan dalam tidur tadi
malam.Kalau saja ia dapat berbagi cerita dengan seseorang, mungkin
ketakutannya akan berkurang. Tapi ibunya sudah berangkat kerja.

Pagi tadi hal pertama yang dilakukannya ialah menelepon Walker,


tapi kata ibunya ia belum bangun. Donna sudah berangkat kerja. Jadi
tak ada seorang pun yang dapat diajak bicara.

Benarkah dia berjalan dalam tidur? Menuruni tangga, membuka


pintu depan, dan melintasi halaman depan sampai nyaris ke jalan
dengan mata terpejam dan lengan terjulur seperti dalam film horor?

Pikiran Mayra dipenuhi pertanyaan yang harus segera dijawab. Ia


belum pernah berjalan dalam tidur. Mengapa ia mengalaminya tadi
malam? Ia akan ke mana? Apa yang akan terjadi jika ia tidak ter-
bangun? Apakah ia akan terus berjalan?

Mayra merenungkan mimpinya, mencoba mengulangnya berkali-kali


dalam benaknya. Ia masih tidak mengerti juga. Mengapa ia me-
nyeberangi danau itu? Untuk menemui seseorang? Untuk melarikan
41 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
diri dari seseorang? Dan siapa yang mengawasinya dari tepi danau?
Apakah mimpinya yang menyebabkan ia berjalan dalam tidur?

Apakah ada hubungan di antara keduanya?

Ia harus membicarakannya dengan seseorang. “Mrs. Cottler, apakah


Anda tahu sesuatu tentang berjalan dalam tidur?”

Wanita tua itu sedang duduk di sofa, mengelus-elus kucing hitam-


nya. Kelihatannya ia tidak mendengar pertanyaan Mayra. Akhirnya
ia mengangkat kepala. Kucingnya juga. “Maaf, Mayra. Kau bicara
denganku?”

“Ya. Saya... uh... ingin tahu mengenai berjalan dalam tidur.”

Mrs. Cottler tidak tampak terkejut mendengarnya. “Berjalan dalam


tidur. Ya. Ya,” sahutnya sambil menunduk memandang Hazel. “Itu
sangat misterius. Sangat misterius.” Ia mengangkat kucingnya dan
mulai mengajaknya bermain-main.

Mayra mengeringkan tangannya dengan lap bermotif garis-garis. Ia


memutuskan tidak akan menceritakan apa yang dialaminya kepada
Mrs. Cottler.

“Jalan-jalannya nanti saja.” Mrs. Cottler masih duduk di sofa. “Kita


ubah kebiasaan kita. Sekarang mulailah membaca beberapa bab dulu.”

Hazel mengeong dan meloncat turun ke lantai. Badannya melingkar


seperti bola di depan sofa, seolah bersiap-siap mendengarkan Mayra
membaca dengan nyaman.

®LoveReads
42 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
Sesudah bekerja Mayra ingin bergegas ke rumah Donna dan men-
ceritakan apa yang dialaminya semalam. Tapi ia harus pergi ke mall
mengambil beberapa contoh cat untuk ibunya. Ia merasa lega begitu
keluar dari rumah Mrs. Cottler, meskipun, di luar dugaannya, hari
itu berjalan lancar.

Mrs. Cottler sedang gembira dan tampaknya tidak memperhatikan


bahwa Mayra kacau sekali dan sering melamun. Wanita tua itu ter-
tidur waktu Mayra baru membacakan setengah bab, namun Mayra
meneruskan membaca dengan suara pelan, hampir bergumam,
pikirannya melayang jauh dari huruf-huruf yang dibacanya.

Sekarang matahari sore berwarna jingga tenggelam di balik pe-


pohonan. Udara terasa segar dan dingin. Mayra harus melewati pe-
makaman Fear Street untuk menuju pemberhentian bus di Park
Drive. Dua anak berambut sangat pirang, yang satu laki-laki
berumur delapan-sembilan tahun dan yang satu lagi perempuan agak
lebih besar, sedang tertawa-tawa dan berkejaran dengan ributnya di
halaman pemakaman.

Mengapa mereka bermain di sana? Mayra terheran-heran.

Sekonyong-konyong ia ingin berteriak pada mereka, menyuruh


keduanya bermain di tempat lain. Apakah mereka belum pernah
mendengar kisah menyeramkan tentang pemakaman Fear Street?

Ketika ia masih kecil, seorang anak laki-laki dari ujung blok telah
membuatnya bermimpi buruk selama berminggu-minggu. Anak itu
bercerita mengapa semua batu nisan di sana miring-miring. Karena

43 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


didorong-dorong orang mati di bawahnya, yang setiap malam
berusaha menyingkirkan batu-batu nisan itu supaya bisa keluar.
Sampai kini batu nisan miring di pemakaman selalu membuat Mayra
bergidik.

Mayra bermaksud berteriak pada kedua anak itu, tetapi mereka


sudah tidak kelihatan. Tawa nyaring mereka masih terngiang di
telinga Mayra. Namun mereka tidak kelihatan di mana-mana. Mayra
menyeberangi jalan dan mengintip lewat atas dinding pemakaman.
Sembunyikah mereka? Tak ada tanda-tandanya.

Ketika melangkah menjauh, ia merasa mendengar tawa cekikikan


dari dekat. Mungkin itu cuma burung. Atau cuma khayalannya.

Ia menyeberangi jalan dan berhenti. Seseorang baru saja keluar dari


rumah di seberang pemakaman, lalu menutup pintu di belakangnya
dengan membantingnya. Dia memandangi aku, kata Mayra dalam
hati. Dia memandangku seakan mengenalku!

Orang itu tampak sangat terkejut melihatnya.

Dia sangat besar, batin Mayra, balas memandang orang itu. Laki-laki
itu kira-kira dua meter tingginya, badannya tegap, dan berleher
seperti pemain football, nyaris lebih besar daripada kepalanya. Ia
mengenakan celana bersepeda ketat berwarna hitam dan T-shirt
tanpa lengan berwarna merah yang mempertontonkan dadanya yang
bidang dan otot-ototnya yang bertonjolan. Dengan pipi merah dan
lebar serta rambut pirang cepak yang dipangkas rata di bagian
atasnya, ia tampak seperti sersan marinir yang terlatih atau pemain

44 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


garis belakang tengah football. Apa yang kaulihat, Leher Besar?
pikir Mayra.

Mayra menoleh ke belakang untuk meyakinkan diri bahwa tidak ada


orang lain yang barangkali sedang dipandangi pria itu. Tidak ada.

Fear Street sedang sepi. Tidak ada orang lain di sekitarnya.

Mayra merasa yakin belum pernah bertemu dengannya, namun


orang itu kelihatannya mengenali dirinya. Ekspresinya pelan-pelan
berubah, dari terkejut menjadi marah.

Sekonyong-konyong ia mulai mendekati Mayra, melangkah lebar


dan cepat. “Hei!” serunya, lebih mirip geraman daripada ucapan.

Dia berbahaya, kata Mayra dalam hati. Tiba-tiba ia merasa waswas


dan ngeri. Dia berniat menyakitiku. Dia akan memukulku. Ada
sesuatu yang salah pada diri orang itu. Mungkin ukuran tubuhnya.
Mungkin pandangannya yang tajam.

Mayra berbalik dan mulai berlari.

“Hei... berhenti!”

Jantung Mayra berdegup kencang, ia berlari makin cepat. Apakah


orang itu mengikutinya?

Mayra tidak berani menoleh untuk memeriksanya. Ia tidak berhenti


hingga mencapai halte bus. Kemudian, sambil terengah-engah, ia
bersandar pada tiang halte dan menengok ke belakang.

Orang itu tak ada. Dia tidak mengikuti.

45 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Mayra memegangi tiang halte dengan sangat lega, menunggu degup
jantung dan napasnya kembali normal.

Siapakah orang itu? Apa maunya?

Mayra yakin belum pernah melihat laki-laki itu. Ia pasti akan


mengingat orang yang begitu besar dan tampak sangat berbahaya.
Tak lama kemudian bus yang ditunggunya datang, dan ia melangkah
masuk lalu membayar karcis. Ia satu-satunya penumpang.

Limo ber-AC milikku pribadi, pikirnya. Ia menjatuhkan diri ke


tempat duduk plastik dan menyandarkan kepala ke kaca jendela yang
dingin. Ia sangat letih dan lesu. Bukan hanya karena berlari-lari ke
halte bus, tapi juga karena berjalan dalam tidur tadi malam.
Tenaganya telah terkuras.

Berjalan dalam tidur. Apakah nanti malam akan dialaminya lagi?

Bus terlalu cepat sampai di Division Street. Mayra masih ingin tetap
berada dalam bus. Sejuk dan tenang. Kekagetannya belum hilang
akibat dikejar cowok aneh itu. Wajah cowok itu masih terbayang
dalam benak Mayra.

Ketika melangkah keluar dari bus, Mayra tersentak merasakan


hangat dan lembapnya udara luar. Ia menyeberang dan berjalan
menuju Division Street Mall.

Biasanya aku menghabiskan liburan musim panasku di sini. Sebelum


aku mendapat pekerjaan....

46 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Mall itu sepi, tidak seperti biasanya. Mayra berhenti untuk melihat-
lihat pakaian renang di toko kecil bernama Clothes Call. Ia melihat
bikini hijau dan ingin mencobanya. Tapi apa sebenarnya tujuannya
ke sini? Ia bahkan cuma membawa uang sekadarnya, dan ia ke situ
untuk mengambil contoh cat. Bikini itu jelas tak mungkin dibelinya,
meskipun kelihatan cocok sekali dengan badannya.

Ia melewati Doughnut Hole. Aroma kismis dan kayu manis me-


ngundangnya masuk, namun ia berhasil mengatasi godaan itu.
Mungkin aku akan beli beberapa waktu pulang nanti, pikirnya.

Mendadak ia merasa kelaparan. Lalu ia berhenti di depan Ray's Pizza


Place dan mengintip ke dalam. Banyak anak sekolah di sana. Barang-
kali salah satu temannya dapat dibujuk untuk berbagi sepotong atau
dua potong piza dengan dia.

Tapi... tunggu! Whoa!

Mayra mengejap-ngejapkan matanya. Ia tidak percaya pada peng-


lihatannya sendiri. Siapa itu yang duduk di kursi tengah? Ya. Itu
Walker.

Mayra menudungi mata dan mengedipngedipkannya untuk meyakin-


kan diri bahwa ia tidak mengada-ada.

Tidak. Ia betul. Itu Walker, sedang berbagi piza dengan Suki


Thomas, cewek paling gampangan di sekolah.

Mereka berdua sedang berpandangan, dan berpegangan tangan.

47 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


8
MAYRA sangat terpukul, ia memasuki restoran itu dan langsung
melangkah ke tempat duduk mereka berdua. “Walker!”

Tangan mereka saling menjauh. Keduanya tersenyum kepada Mayra.

“Mayra, aku tidak melihatmu masuk,” Walker berkata sambil


memandang Suki.

“A-aku baru saja mengalami kejadian aneh. Aku dikejar-kejar orang!”


kata Mayra langsung.

“Hah?” Keduanya ternganga.

“Ada orang mengejarku—di Fear Street sesudah aku meninggalkan


rumah Mrs. Cottler.”

Senyum di wajah Walker menghilang, berganti dengan keprihatinan.


“Apa? Siapa orang itu? Apakah sebaiknya kita menelepon polisi?”

“Jangan. S-sori. Dia tidak mengikutiku sampai jauh, tapi...”

“Ih, ngeri” komentar Suki sambil menggeleng-geleng. Rambut


platinanya mencuat dalam gaya punk, mungkin ia memakai satu atau
dua ton gel. Ia mengenakan T-shirt ungu dan celana ketat senada
yang dirangkap jins buntung. “Seperti apa orangnya?”

“Kelihatannya berbahaya,” sahut Mayra pendek, sambil memandang


Walker. “Badannya besar sekali.”

48 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Mayra, duduklah.” Walker bergeser ke tembok, memberi Mayra
tempat duduk.

“Tak usah. Aku tak mau mengganggu,” Mayra segera menolak.


Dipandangnya Walker dengan jengkel karena cowok itu tidak
mengerti maksudnya.

Dengan sangat gugup, Walker langsung berusaha membela diri,


“Aku ketemu Suki di mall ini. Tadinya aku akan ke toko sulap untuk
mengambil kartu-kartu pesananku. Ternyata dia ada di sana. Terus
kami ngobrol. Sebenarnya, kami sedang membicarakanmu ketika kau
datang. Kami berdua lapar, jadi kami pesan piza.”

“Dan menurutmu dengan berpegangan tangan kalian takkan ke-


dinginan sampai piza datang?”

“Hah?” Walker memandang Mayra dengan mimik tidak percaya.


“Kami tidak berpegangan tangan.”

“Yang benar saja, Mayra. Kami tidak berpegangan tangan kok,” Suki
menimpali dan menggeleng-geleng.

“Aku tadi sedang menunjukkan tipuan koin padanya. Kau tahu,


tangan sebelah mana yang berisi koin? Itu saja.” Dua bulatan kecil
berwarna pink muncul di pipi Walker. Pandangan polos terpancar
dari wajah tampannya. Mayra percaya pada penjelasan Walker. Dia
pasti mengatakan yang sebenarnya. Tak seorang pun bisa bohong
sepintar itu!

“Di mana koinnya?” tanya Mayra.

49 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Suki mengangkat bahunya. “Aku tak berhasil menebaknya. Habis
susah sekali.”

Mayra menyadari bahwa ia telah menuduh yang tidak-tidak.

Walker dan Suki bertemu di mall dan membeli piza bersama. Ia


memang keterlaluan. Lalu ia duduk di samping Walker. Lagi pula,
apa yang menarik Walker pada diri Suki? Sudahlah.

Batalkan pertanyaan itu, pikir Mayra. Reputasi Suki di Shadyside


High sangat jelek. Lebih gampang menemukan apa yang menarik
Suki pada diri Walker. Tapi Walker bukan tipe cowok yang disukai
Suki. Ia sangat pemalu dan lugu. Tak mungkin ada apa-apa di antara
mereka berdua.

Mayra memarahi dirinya sendiri karena terburu-buru mencemburui


dan mencurigai cowok itu.

“Apa saja yang kaulakukan selama liburan ini?” Suki bertanya pada
Mayra setelah menyedot sisa Coke-nya.

“Bekerja.”

“Aku juga. Paling tidak aku tadi kerja.” Suki menghela napas. “Aku
kerja di Frosty's di mall ini. Itu lho, salon. Tapi aku berhenti. Jam
kerjanya gila-gilaan. Kukatakan, tak usah ya. Lalu mereka mengata-
kan aku tak usah datang lagi.”

“Sial,” komentar Mayra. Ini percakapannya yang terpanjang dengan


Suki.

50 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Mau piza?” Walker menawarkan sambil menarik piring ke dekat
Mayra.

“Tak usah. Makasih. Aku harus segera pulang. Maksudku, aku harus
belanja dulu.” Mayra sudah lupa pada contoh warna pesanan ibunya.
Sudah hampir jam makan malam. Ia harus bergegas. Ia berdiri.

“Tunggu, kau akan kuantarkan,” kata Walker.

Sebenarnya Mayra ingin mengobrol dengan Walker, menceritakan


pengalamannya berjalan dalam tidur, betapa aneh dan mengerikan.
Namun sekarang bukan saatnya. Ia sudah mempercayai penjelasan
Walker mengenai Suki. Ia tak ingin mendengar seluruh penjelasan-
nya sekali lagi. Walker pasti akan melakukannya. Dan Mayra tak
ingin bercerita tentang cowok pirang berbadan besar itu lagi. Jelas
orang itu gila dan salah mengenalinya sebagai orang lain.

Mayra ingin melupakannya saja. “Tak usah, makasih. Nanti telepon


aku, ya. Bye, Suki.” Dan ia lari keluar restoran tanpa menoleh lagi.

®LoveReads

“Semoga aku tak perlu mulai menguncimu dalam kamar pada malam
hari.”

Mayra membelalak pada ibunya. “Mom, aku tidak bercanda.”

Mrs. Barnes meneguk kopi dan meletakkan cangkirnya kembali di


meja. Mereka baru saja selesai makan malam dan piring-piring
belum dicuci. Mayra menunggu sampai makan malam mereka
51 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
selesai-casserole daging giling, makaroni, dan keju panggang-setelah
itu barulah menceritakan pengalamannya berjalan dalam tidur tadi
malam. Dan sekarang reaksi ibuya, seperti biasa, menganggapnya
bercanda. “Mengapa Mom selalu menganggap lucu segala sesuatu
yang kualami?” Mayra bertanya.

“Tidak, Mayra. Jangan pandangi aku seperti itu. Berjalan dalam tidur
itu masalah serius. Tapi aku tak ingin kau ketakutan dan cemas.
Mungkin ini takkan terjadi lagi. Ayolah, Sayang... rileks saja.”

“Mom, aku nyaris sampai di jalan. Apa jadinya kalau aku tidak
terbangun?”

“Tapi kau terbangun. Aku perawat. Aku berani jamin belum pernah
ada orang masuk rumah sakit karena tertabrak truk saat berjalan
dalam tidur. Kau takkan apa-apa.”

“Oh, aku memang tak apa-apa,” tukas Mayra dengan tajam. Ia


meraih cangkir kopi ibunya dan meneguknya. “Uh. Mom tidak pakai
gula, ya?”

“Tidak. Aku suka kopi pahit. Pahit dan kental.”

Mayra mengernyit dan mendorong kembali cangkir itu ke arah


ibunya.

“Kau tak pernah berjalan dalam tidur sebelum ini.” Mrs. Barnes
memegang tangan anaknya. “Kau tak pernah mengigau sepanjang
yang kuingat. Kau bahkan tak pernah gelisah selama tidur.”

“Betul,” Mayra setuju.

52 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Jadi mungkin kau sedang punya masalah. Barangkali ada sesuatu
yang mengacaukan pikiranmu. Atau mungkin kau salah makan.”

“Mom!” Mayra menarik tangannya menjauh.

“Oke, oke. Bukan makananmu. Sori. Aku tahu pikiranmu sedang


sangat kacau. Tapi menurutku kau harus tetap tenang, berkepala
dingin, itu saja.”

“Aku keluar ke jalanan cuma memakai pakaian tidur!”

“Jika pikiranmu masih kacau, ada orang hebat di rumah sakit yang
dapat kauajak bicara.”

“Maksud Mom dokter jiwa?”

“Ya. Dia temanku, dan aku yakin dia pasti punya waktu buatmu.”

“Jadi Mom pikir aku gila?”

“Tidak, tentu saja tidak. Tapi mungkin kau akan merasa lebih baik
kalau bicara dengan seseorang. Kau akan lebih yakin. Yang jelas, apa
pun yang kukatakan, kau pasti takkan percaya.”

“Bukannya aku tak percaya pada Mom. Tapi Mom cuma meng-
anggap aku lucu, mondar-mandir di luar sambil tidur, padahal aku
ngeri.”

Mrs. Barnes baru akan membuka mulut ketika sekonyong-konyong


bel pintu depan berbunyi. Ia melirik jam tangannya. “Nah, siapa itu?”

“Mungkin Walker.” Mayra meloncat dan berlari-lari kecil ke luar.


“Aku ketemu dia di mall, dan dia cemas, jadi...”

53 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Mayra berlari melewati koridor depan, lalu membuka pintu.
“Stephanie!”

“Hai apa kabar?” Stephanie melambaikan tangannya. Ia mengenakan


blus berwarna biru laut, berlengan panjang, dengan scarf putih di
sekeliling lehernya, dan celana pendek tenis berwarna putih. Rambut
hitamnya diekor kuda. Meskipun disinari cahaya kuning lampu teras,
ia tetap kelihatan kecokelatan. Dia benar-benar mirip Link, batin
Mayra.

Mayra membuka pintu kasa dan Stephanie melangkah masuk.

“Bagaimana caranya kau bisa begitu cokelat?” tanya Mayra. “Ku


dengar kau kerja selama liburan ini.”

“Memang. Di Shadyside Day-Care. Mirip camp. Sepanjang hari aku


di luar dengan anak-anak. Jadi aku sering terjemur matahari.”

“Well, hai, Stephanie.” Mrs. Barnes muncul di koridor. “Kau cantik


sekali.”

“Terima kasih, Mrs. Barnes. Apa kabar?”

“Baik. Sudah agak lama kau tidak kelihatan.”

Stephanie melihat ke arah Mayra dengan tidak enak “Yeah. Emmm...


saya bekerja. Di Shadyside Day-Care. Ada dua puluh anak umur
empat tahun dalam kelompok yang saya jaga. Rasanya capek sekali,
jadi jam setengah sembilan saya sudah tertidur!”

“Kau tidur di dalam atau di luar rumah?” Mrs. Barnes bertanya, lalu
tertawa.
54 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
“Mom, nggak lucu!”

Stephanie tampak bingung. “Apa yang dikatakan ibumu?”

“Sudahlah, biarkan saja,” sahut Mayra cepat-cepat.

Mrs. Barnes kembali ke dapur.

“Kau sedang sibuk nggak?” tanya Stephanie. “Mestinya aku telpon


dulu, tapi...”

“Nggak, nggak. Aku senang. Maksudku, aku senang ketemu kau.”

Mayra merasa lega, ternyata Steplianie tidak marah padanya karena


ia putus dengan Link. “Ayo naik ke kamarku dan kita ngobrol.”
Stephanie mengikutinya menaiki tangga. Mayra menjatuhkan diri di
kursi setelah mendorong Stephanie supaya duduk di tempat tidur.

“Kau kelihatan modis. Scarf ini cocok dengan blusmu. Aku sungguh-
sungguh suka.”

“Memang sudah seharusnya kau suka scarf ini,” kata Stephanie


sambil tertawa. “Ini kan punyamu.”

“Ah, yang benar?”

“Yeah. Sudah berbulan-bulan ketinggalan di rumahku.”

“Oh. Kalau begitu kembalikan,” tukas Mayra setengah bergurau.

“Nggak usah ya. Ini akan kusimpan.” Stephanie melicinkan scarf itu
dengan kedua tangannya. Mayra mengira Stephanie akan
mengembalikan benda itu, namun tampaknya Stephanie serius. Ia

55 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


benar-benar bermaksud menyimpan-nya. Aneh, pikir Mayra. Mesti-
nya dia kan punya banyak scarf. Keluarga Stephanie sangat kaya, dan
dia termasuk cewek berbusana terbaik di Shadyside High. Sesaat
suasana sunyi, canggung.

“Hei, aku cuma menggodamu,” kata Stephanie akhirnya. Ia melepas-


kan scarf itu dan meletakkannya di sampingnya di tempat tidur. “Nih
kukembalikan.”

Anehnya Mayra merasa lega. “Jadi liburanmu asyik, ya?” tanyanya.

“Yeah. Kira-kira begitu. Tapi tidak bagi Link.”

Stephanie mengibaskan ekor kudanya ke belakang pundak. Ekspresi-


nya berubah. Semua mimik ramahnya hilang.

“Stephanie...” Mayra mengubah posisi duduknya, melipat kaki di


bawah tubuhnya. Tiba-tiba ia merasa takut ketika menyadari
Stephanie datang dengan maksud tertentu.

“Kita harus bicara tentang Link,” kata Stephanie dengan suara


rendah.

“Tidak, jangan,” kata Mayra cepat-cepat. “Aku tahu dia kakakmu,


tapi...”

“Kau tak berhak menyakitinya seperti itu.”

“Aku berhak,” Mayra berkeras, kemudian mendadak menyesal telah


mengucapkannya. Kedengarannya begitu kejam. “Dengar, kita tak
bisa membicarakan ini. Tak ada apa pun yang perlu diomongkan.”

56 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Kenapa kau melakukannya Mayra? Kau tak punya alasan. Dia betul-
betul terpukul. Dia mengharapkanmu. Dia menyayangimu. Tapi kau
hancurkan semuanya begitu saja. Kau...”

“Aku putus dengan dia. Itu saja. Terjadi begitu saja, kau tahu. Kami
tidak cocok. Aku tak ingin melukainya. Tapi tak kusangka dia akan
berbuat begini. Menyuruh adiknya untuk...”

“Dia tak menyuruhku!” teriak Stephanie.

“Sori.”

“Aku datang karena kemauanku sendiri, cuma untuk mengatakan


padamu betapa kacaunya Link. Dan itu semua salahmu.”

“Maaf,” ulang Mayra.

“Maaf saja tak cukup.”

“Apa lagi yang mesti kukatakan?”

“Katakan kau akan kembali dengan dia. Memberinya kesempatan


lagi.”

“Aku tak bisa.”

“Kau bisa.”

“Tapi aku tak ingin. Dengar, Stephanie, Link harus bisa bersikap
lebih dewasa.”

“Apa maksudmu?”

“Dia terus berkeliaran di sekitarku, membuntutiku, dan menelepon-


ku—kekanak-kanakan sekali. Jika dia memang tidak menyuruhmu
bicara denganku, kenapa kau kesini? Pasti karena kau juga meng-

57 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


anggapnya masih seperti anak kecil, tak bisa menyelesaikan masalah-
nya sendiri.”

“Itu tak benar,” seru Stephanie, matanya yang hitam berkilatkilat.


“Aku datang karena sayang pada kakakku dan ingin mengatakan apa
pendapatku tentang dirimu.”

“Well, oke. Kau sudah melakukannya. Tapi aku tak bisa ngomong
apa-apa lagi. Aku menyesal membuat semua orang merasa tidak
enak. Aku juga merasa tidak enak. Sungguh.”

“Dan cuma itu?” Stephanie meloncat.

“Yeah. Hanya itu,” sahut Mayra pelan.

“Kau akan menyesal,” kata Stephanie.

Paling tidak itulah yang terdengar Mayra. Ia tidak yakin. “Apa yang
kau katakan?”

“Kubilang aku ikut menyesal.”

“Selamat tinggal, Stephanie,” kata Mayra dengan letih.

“Semoga hidupmu menyenangkan.” Stephanie menatap Mayra


dengan marah, membalikkan badan, dan cepat-cepat keluar dari
kamar itu. Mayra tidak beranjak dari kursi. Didengarnya langkah
berat Stephanie di tangga, kemudian pintu depan yang dibanting.

Sekonyong-konyong ia menyadari bahwa seluruh badannya gemetar.


Ia tidak menyukai pertengkaran, lebih-lebih dengan orang yang ia
anggap sebagai sahabatnya. Sungguh memalukan. Benar-benar
sangat memalukan. Pandangannya menyapu tempat tidur. Scarf
putihnya. Tidak ada! Stephanie membawa scarf itu!
58 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
9
MIMPI itu begitu jelas. Ia dapat mencium aroma cemara, merasakan
dinginnya air yang jernih ketika ia melangkah menuju danau.

Hari ini cerah, matahari bersinar terang, begitu terang sehingga


segalanya tampak cemerlang dan berkilauan. Warna-warna kelihatan
tajam dan jelas. Ia dikelilingi selubung kuning gemerlapan cahaya
matahari. Begitu hangat, begitu cerah. Di bawah kakinya danau
tampak biru, biru yang dingin. Riak lembutnya terkena sinar
matahari, memerciki kaki telanjangnya. Ia berjalan melintasi air,
perlahan-lahan, kedua lengannya di samping, pandangannya lurus ke
depan, selalu lurus ke depan ke atas permukaan danau yang luas.
Alangkah cerahnya hari ini!

Namun ia tak dapat melupakan masalah yang membebaninya.

Seseorang sedang mengawasinya dari tepi danau. Seseorang meng-


amatinya ketika ia berjalan di atas danau. Siapakah dia?

Ia membalikkan badan untuk melihatnya. Tapi cahaya kekuningan


yang menyilaukan serasa membutakannya. Mayra memejamkan
mata, lalu melihat ke kejauhan. Cahaya yang menyilaukan itu
membentuk semacam tirai. Ia tidak dapat melihat ke baliknya. Ia tak
dapat melihat siapa yang mengamatinya.

Air danau mendadak terasa dingin. Dibawah, riak ombak mengempas


kakinya lebih keras. Cahaya matahari kekuningan memudar dan
berubah menjadi kelabu, kemudian hitam.

59 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Mayra terbangun. Di manakah aku? pikirnya. Pepohonan berbisik.
Angin meniup pakaian tidurnya. Aku di luar lagi, hanya memakai
baju tidur. Dikelilingi pepohonan, cemara-cemara tinggi, ek, belukar
pendek.

Sebuah sepeda roda tiga tergeletak terbalik di jalan mobil yang


berkerikil, di halaman sebuah rumah tua beratap rendah yang gelap.
Daun jendelanya terempas-empas. Itu bukan rumahku, pikirnya. Aku
tidak berada di depan rumahku. Aku... berada di tempat lain.

Akibat dicekam ketakutan, Mayra baru menyadari bahwa ia menahan


napas sejak tadi. Diembuskannya napas dari paru-paru dan dihirup-
nya udara dingin dalam-dalam. Di manakah aku? Ada lampu jalanan
sekitar setengah blok dari situ. Pohon-pohon tua merunduk dan
bergesekan. Mayra menunduk melihat kakinya. Sangat basah, dingin
sekali. Ia sedang berdiri di genangan air yang dalam, lumpur lembut
menyelip di antara jarinya, hampir setinggi mata kaki.

Aku berdiri di dalam lumpur. Tapi di mana? Ia memaksakan diri


untuk menarik napas lagi.

Mimpi itu kembali membayang jelas, dan Mayra mendesah kaget.


Bagaimana aku bisa berjalan di atas danau? Kenapa aku ada disana?

Kenapa aku di sini? Ia keluar dari dalam genangan. Angin seakan


berhenti. Begitu sepi, sesunyi foto hitam-putih. Seolah-olah hanya
dialah yang bisa ber-gerak. Ia berjalan menjauhi pepohonan yang
sekarang diam. Di balik semak-semak hijau yang rendah terlihat
jalanan. Di seberang jalan itu ada rumah bergaya Victoria yang

60 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


tinggi dan tua dengan lampu kuning pucat, sepucat bulan. Hanya ada
satu jendela di lotengnya. Jalan itu tampaknya sudah tak asing lagi
baginya, tapi tetap terasa janggal.

Mayra berjalan menuju lampu, lewat trotoar tanah di tepi jalan. Ia


mengayunkan lengan kanannya, mula-mula perlahan, lalu makin
cepat, sambil memegangi pakaian tidurnya di bagian pinggang
dengan tangan kiri.

Apakah yang di dekat lampu itu papan nama jalan? Ya. Ia melewati
satu lagi rumah tua yang gelap, jauh dari jalan. Rumput dan ilalang
tinggi terbentang di halamannya bagai permadani. Apa aku
mengenal rumah itu? Apa aku mengenal jalan ini? Berapa jauh aku
telah berjalan? Apakah aku telah berjalan memasuki mimpi lain?

Ia bergegas mendekati papan nama jalan. FEAR STREET.

Ia memandang ke kejauhan, kemudian membacanya lagi. Tidak ber-


ubah. Masih bertuliskan FEAR STREET. Kenapa aku ada di sini?

Ia berjalan dalam tidur ke Fear Street, ke tepi hutan. Ke tepian, pikir-


nya. Ke tapal batas. Melewati batas kewarasan. Aku sudah gila. Kata-
kata itu terus diulang dalam hatinya sampai kehilangan makna. Ia
mendongak melihat tanda jalan itu lagi. Benar-benar ada. Bukan
mimpi. Ia berada di Fear Street dengan hanya berpakaian tidur di
tengah malam. Ia berjalan dalam tidur ke sini... untuk mencari...apa?

Barangkali ia akan berdiri di sana selamanya, terpana memandangi


papan nama jalan hitam-putih itu. Namun pendarpendar sinar merah

61 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


membawanya kembali ke alam nyata, dan ia sadar dirinya tidak
sendirian lagi sekarang.

Ada pintu mobil dibanting. Seorang laki-laki berjalan ke arahnya.


Lampu merah berpendar-pendar. Seolah mengelilinginya. Mayra
mengedipkan mata, berusaha menghindari sinar silau itu. Ia tahu ini
cuma mimpi, sekali lagi datang untuk menakutnakutinya. Ia
menunduk, berharap melihat air danau yang biru dingin. Tapi ia
hanya melihat debu.

“Miss?” Laki-laki itu berdiri tepat di hadapannya, disinari kilau


cahaya merah. “Miss? Apa yang kaulakukan di luar sini?”

Ia polisi. Di belakangnya Mayra melihat pendar-pendar lampu merah


di atap mobil polisi itu.

“Hai. Saya... saya tidak tahu.”

“Kau baik-baik saja?”

“Ya, saya kira begitu.”

“Apakah kau terluka? Apakah ada orang yang membawamu kemari?”

“Tidak.”

Polisi itu memegang lengan Mayra dengan lembut. Mayra meng-


ikutinya menuju lampu merah yang berpendar-pendar. “Boleh aku
mengantarkanmu pulang? Kau tinggal di sekitar sini?”

“Terima kasih, Pak.”

®LoveReads

62 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Kali ini ibu Mayra menanggapi masalah itu dengan serius. Ia berlari
ke pintu depan, mengenakan piama laki-laki bergaris yang selalu
dipakainya, dengan wajah takut dan kaget ketika melihat Mayra dan
polisi berwajah serius itu.

Ia membawa Mayra ke dapur, erat memeluk pinggang anaknya.


Mata mereka mengerjap oleh tajamnya sinar lampu dapur. Mrs.
Barnes menjerang air untuk membuat cokelat panas. Mayra bercerita
tentang mimpinya dan tentang bagaimana ia terjaga di Fear Street.
“Tak ada lagi yang kuingat. Tak ada lagi yang dapat kujelaskan,”
kata Mayra, lalu pecahlah tangisnya.

Mrs. Barnes mendekat ke sampingnya dan memeluknya. “Ssshhh.


Sekarang kau sudah aman.”

“Tapi apa yang terjadi padaku? Kenapa aku melakukannya?”

“Aku tak tahu,” sahut ibunya sambil menuangkan sebungkus bubuk


cokelat ke dalam cangkir. “Aku tak tahu apa-apa tentang berjalan
dalam tidur. Tapi yang penting jangan cemas, jangan terlalu kuatir.”

“Terlalu kuatir?” jerit Mayra.

Ia tahu ibunya bicara dengan sangat pelan supaya ia tenang, namun


hal itu malah membuatnya marah. “Bagaimana tak kuatir? Aku
berjalan ke Fear Street sambil tidur!”

“Aku tahu, Sayang,” kata ibunya. Ia menuangkan air mendidih ke


dalam cangkir dan menggeser cangkir itu ke dekat Mayra.

“Mom, aku tak dapat...”

63 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Dr. Sterne sedang cuti minggu ini,” potong Mrs. Barnes. “Tapi
begitu dia masuk kerja, kita akan langsung menemuinya.”

“Apa yang dapat ia katakan?” tanya Mayra tidak senang. Diteguknya


cokelat panas itu sedikit dan lidahnya langsung serasa terbakar.

“Well, aku tak tahu. Kupikir mungkin dia dapat menjelaskan tentang
penyakit berjalan dalam tidur itu. Maksudku, apa penyebabnya.”

“Gila. Itulah penyebabnya,” gerutu Mayra, ia menangkupkan kedua


tangannya di sekeliling cangkir hangat. “Aku sudah sinting.”

“Sudah. Berhentilah berkata begitu.” Mrs. Barnes tiba-tiba kelihatan


sangat letih. “Kau tidak sinting. Ada sesuatu yang tidak kita
mengerti, itu saja. Dr. Sterne orang pandai. Dia akan menolong kita.
Nah, sekarang kau mau tidur di kamarku? Ayo. Kita tidur, yuk.”

“Trims, Mom. Tapi, sungguh, aku baik-baik saja sekarang. Cokelat


panas ini manjur. Aku sudah jauh lebih tenang sekarang, Suster
Nancy.” Mayra tersenyum pada ibunya, kemudian kembali menyesap
cokelat di cangkirnya.

“Mungkin kita bisa memindah Kim ke kamarmu untuk sementara,”


usul ibunya. “Dia gampang terjaga, dia pasti akan dengar kalau kau
bangun. Lalu dia bisa...”

Mereka berdua terkejut mendengar bunyi langkah kaki yang keras.


Kim berderap masuk ke ruangan itu dengan mengenakan piama
Garfield the Cat. Matanya terpejam, kedua lengannya terjulur lurus
ke depan.

64 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Aku jalan sambil tidur,” ia bergumam menirukan suara hantu. “Aku
jalan sambil tidur...”

“Kim!” Mayra berteriak, sebal sekali melihat tingkah adiknya.

“Kau tadi menguping seluruh pembicaraan kami, ya?” tanya ibunya.

Kim tidak menghiraukan mereka berdua, melainkan terus berjalan


seperti zombie menyeberangi dapur, matanya tetap terpejam. “Aku
jalan sambil tidur. Awas, hati-hati.”

“Berhenti, Kim. Tidak lucu,” kata Mrs. Barnes.

“Dia memang kurang ajar.” Mayra menggeleng-geleng.

Akhirnya Kim membuka matanya. “Aku juga bisa jalan sambil tidur,
tahu.”

“Kenapa belum tidur? Kau harus bangun pagi untuk berangkat ke


camp, ingat?” Mrs. Barnes memegang bahu Kim dan memutar
badannya, lalu mendorongnya keluar dari dapur.

“Aku masih tidur. Aku sedang jalan dalam tidur,” Kim bersikeras.

Beberapa saat kemudian Mayra sudah kembali ke tempat tidurnya. Ia


merasa capek, bahkan lemas sekali. Namun ia tidak dapat tidur lagi.

Setiap akan terlelap, ia memaksa diri untuk kembali terjaga. Tidak,


tidak bisa, pikirnya. Aku tak bisa membiarkan diriku bermimpi lagi.
Ia memelototi langit-langit, merasa semakin ketakutan.

Aku tak boleh tertidur lagi, pikirnya.

65 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


10
WALKER sangat mengkhawatirkan keadaan Mayra. Ia bergegas ke
rumahnya sebelum gadis itu berangkat bekerja-ia kelihatan menawan
dengan jins pudar buntung dan kemeja polo bergaris merah-putih.

Mayra gembira melihatnya. “Kau tak perlu ke sini pagi-pagi sekali.


Aku baik-baik saja. Sungguh.”

“Tapi aku ingin ketemu kau,” kata Walker pada Mayra. Dengan
kikuk ia duduk berselonjor di atas karpet ruang tamu. “Duduklah di
sini.”

“Aku tak bisa. Nanti aku terlambat ke rumah Mrs. Cottler.”

“Cuma sebentar saja kan tidak apa-apa.” Walker mengulurkan


tangan dan menarik Mayra ke sampingnya.

“Jangan ngaco,” kata Mayra menyeringai. Dipeluknya Walker. Ia


suka kalau cowok itu bersikap memaksa dan ngotot seperti sekarang.
Ini jarang terjadi.

“Ceritakan yang tadi malam.”

“Kan sudah kuceritakan di telepon. Tak ada yang lainnya.”

“Aneh,” kata Walker.

“Aneh? Begitu? Begitu pendapatmu?”

“Yeah.” Mendadak Walker bersungguh-sungguh. “Yeah, ini aneh.”

“Oh. Kupikir aku yang kauanggap aneh.”


66 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
“Yeah, itu juga.”

“Terima kasih banyak. Yang serius dong. Aku betul-betul takut.”

“Aku serius. Aku juga takut. Untukmu, maksudku. Pasti ngeri rasa-
nya tiba-tiba terbangun di suatu tempat di luar rumah.”

“Bukan di sembarang tempat. Tapi di Fear Street.”

“Begini, aku punya usul.” Walker bersandar ke sofa. “Mungkin aku


bisa menghipnotismu dan mencoba menemukan apa masalahmu, atau
arti mimpi itu, atau yang lainnya.”

“Tidak, trims,” kata Mayra cepat-cepat. Ia mulai berdiri, tapi Walker


menariknya lagi.

“Tidak. Aku serius. Aku sudah mempraktekkannya. Maksudku, aku


yakin sekarang aku sudah lebih menguasainya. Pantas dicoba, kan?”

“Walker, kau memang aneh.” Mayra bangkit berdiri dan berjalan


menuju cermin di koridor. Sambil merapikan T-shirt ia dapat melihat
bayangan Walker melalui cermin. Pemuda itu kelihatan sangat
tersinggung. “Itu pujian lho,” kata Mayra. Namun ekspresi Walker
tidak berubah.

“Jadi kau akan menemui psikiater itu?”

“Yeah. Begitu dia kembali dari cutinya. Kata Mom, dia baik sekali.
Dia telah melakukan semacam penelitian mengenai tidur, jadi
mungkin dia tahu bagaimana cara menghentikan kebiasaanku ber-
jalan dalam tidur.”

67 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Walker berdiri dan berjalan mendekati Mayra. Gadis itu melihatnya
melalui cermin. Keren sekali dia, kata Mayra dalam hati. Sebaiknya
aku segera berangkat. Tiba-tiba ia ragu apakah dapat mempercayai
dirinya sendiri berduaan saja dengan Walker di rumah. Jika sekarang
Walker memeluknya, ia pasti tak jadi berangkat kerja ke rumah Mrs.
Cottler. Tapi Walker ternyata diam saja.

Lama sekali ia memandangi bayangan Mayra di cermin, lalu


bertanya, “Boleh aku mengantarmu berangkat kerja?”

“Yeah. Trims.” Mayra bertanya-tanya dalam hati apakah Walker


menyadari betapa kecewanya dia.

®LoveReads

Kucing hitam itu seolah terpana melihat Mayra, kepalanya miring,


mata kuning-hijaunya tampak membesar. “Hazel,” kata Mayra, “di
mana Mrs. Cottler?”

Wanita tua itu tidak membukakan pintu. Setelah mengetuk-ngetuk


beberapa kali, Mayra masuk ke dalam rumah. Ia disambut kucing itu
dengan pandangan takut dan curiga.

“Mrs. Cottler? Mrs. Cottler?” Tak ada jawaban.

“Mungkin dia di atas,” kata Mayra keras. Kucing itu menaiki tangga
seolah mengerti apa yang dikatakan Mayra.

“Mrs. Cottler?” panggil Mayra. Tidak ada jawaban, jadi Mayra


menaiki tangga. Pintu kamar tidur Mrs. Cottler terbuka. Mayra
68 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
mengintip ke dalam. Kamar itu kosong. Tapi Mayra melihat pintu
kamar mandi yang tertutup di dinding seberang. Mayra masuk ke
kamar itu. “Mrs. Cottler?” Ia mendengar pancuran di kamar mandi
mengucur. Jadi di situlah Mrs. Cottler.

Mayra berbalik akan keluar ketika pandangannya menangkap


sesuatu di atas lemari pakaian. Ia mendekatinya. Sebatang lilin hitam
yang telah terbakar habis, dikelilingi genangan lelehan hitam. Di
sampingnya ada kotak perhiasan kecil yang terbuka. Di dalamnya
Mayra melihat onggokan manik-maniknya yang berwarna biru
pucat. Rupanya Mrs. Cottler belum mulai merangkainya. Mengapa
dikeluarkan? Mengapa ditaruh di dekat lilin hitam yang aneh ini?

Gemerencik air di shower tiba-tiba berhenti. Lebih baik aku keluar


dari sini sebelum dia melihatku, pikir Mayra. Ia berbalik dan cepat-
cepat keluar dari kamar itu tanpa bersuara.

Mayra sedang menyiapkan makan siang berupa salad ikan tuna


ketika akhirnya Mrs. Cottler muncul di dapur. Wanita tua itu ber-
topang pada tongkatnya dan tersenyum penuh rasa bersalah.

“Aku bangun kesiangan hari ini,” katanya pada Mayra. “Pasti me-
nyebalkan mesti menunggui perempuan tua seperti aku.”

“Hari ini cerah,” kata Mayra, sambil masih memikirkan kalung


manikmaniknya didalam kotak perhiasan. “Makan siang hampir siap”

Mrs. Cottler melangkah mendekati meja di samping Mayra. “Kau


kelihatan capek, Mayra,” katanya dengan wajah berkerut prihatin.

69 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Yeah, saya tahu. Akhir-akhir ini tidur saya tak nyenyak.”

“Barangkali ibumu sebaiknya menyuruhmu tidur lebih awal.” Seulas


senyum ganjil muncul di wajahnya. “Omong-omong, bagaimana
kabar ibumu?”

Ternyata dia ingat ibuku, kata Mayra dalam hati.

Acara berjalan-jalan ke tepi danau terhalang oleh hujan angin.

“Tak apa-apa,” kata Mrs. Cottler. “Aku cuma ingat Vincent kalau
pergi ke sana. Itu caraku untuk selalu mengenangnya dalam hidupku.
Tapi hal itu selalu membuatku sedih.”

“Kita akan membaca beberapa bab tambahan hari ini,” Mayra berkata
dan tersenyum hangat, mencoba menghibur wanita tua itu. Tiba-tiba
mimpi itu berkelebat di benaknya. Dilihatnya danau itu, danau
impian, berkilauan dan jernih. Dipaksanya bayangan itu menghilang
dari benaknya, diambilnya buku, dan dicarinya halaman yang akan
dibacakannya.

Beberapa jam kemudian hari masih gerimis ketika Mayra pulang. Air
hujan yang dingin terasa nyaman diwajahnya. Dengan langkah cepat
ia menyusuri Fear Street, ingin segera sampai di rumah. Ia masih
berada di depan makam Fear Street, sepatu karetnya menapak di atas
kubangan yang bertebaran di jalan, ketika tiba-tiba terdengar bunyi
langkah kaki di belakangnya. Apakah itu orang yang pernah
mengikutinya, cowok berleher besar itu? Ia gemetar dan makin
mempercepat langkahnya. Siapa dia? Apa maunya?

70 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Hei... Mayra!”

Mayra membalikkan badan. Bukan orang mengerikan itu. Ternyata


Link. “Link? Apa kerjamu di Fear Street?”

Dengan tangan, Link menyisir rambut hitamnya yang basah oleh air
hujan ke belakang, dan tersenyum lebar pada Mayra. “Aku sedang
menunggumu.” Ia mengenakan jins denim hitam dan T-shirt tanpa
lengan yang berwarna cerah. Lengan dan dadanya sangat kecoklatan

Mayra tidak membalas senyumnya. “Link, jangan mulai lagi. Aku tak
mau...”

“Tidak. Aku cuma bercanda,” kata Link, bergegas menyamai langkah


Mayra. “Aku harus mengantarkan barang. Lalu aku melihatmu
keluar dari rumah itu, jadi...”

Mayra melihat pickup merah di belakang Link yang diparkir di


tengah jalan. Pintu di sisi pengemudi dibiarkan terbuka lebar. “Itu
mobilmu?”

“Well, mereka memperbolehkan aku memakainya untuk mengantar


barang,” sahut Link sambil tersenyum lagi. “Mau jalan-jalan?” Ia
meraih tangan Mayra, namun gadis itu menarik tangannya menjauh.

“Tidak. Aku tak mau.” Tiba-tiba bayangan Walker muncul dalam


pikiran Mayra. Ia ingin tahu apa yang sedang dikerjakan cowok itu
pada saat ini. Ia ingin secepat mungkin menelepon Walker begitu ia
sampai di rumah.

“Akan kuantar kau pulang. Ayo, Mayra. Kayaknya hujan akan turun”

71 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Tak usah,” tolak Mayra.

“Aku cuma akan mengantarkanmu. Aku takkan ngomong apa-apa.


Janji.”

Mayra ragu-ragu, lalu melihat ke langit yang makin gelap. “Kau janji
takkan mengajakku berkencan, atau semacamnya, Link?”

Link mengangkat tangan kanannya, pura-pura bersumpah. “Tidak.


Aku tidak seseram yang kau bayangkan,” jawabnya sambil tertawa.
Mayra mengikuti Link ke mobilnya dan membuka pintu di sisi
penumpang. “Pakai tangga itu untuk naik,” kata Link. Mayra duduk
dan menutup pintu. Dilihatnya Link berlari-lari kecil mengelilingi
mobil dan meloncat untuk membuka pintu di sisi pengemudi. Dia
kelihatan hebat, batin Mayra.

Link menyelinap ke belakang kemudi dan melontarkan senyum jahat.


“Kau kelihatan capek. Aku tahu apa yang kaubutuhkan. Jalan-jalan ke
tempat jauh dan bersantai,” katanya sambil memegang bahu Mayra
dengan tangannya yang hangat. “Kenapa kita tidak pergi ke River
Road saja?”

Dengan bergurau Mayra memukul tangan Link agar menjauh. “Link


kausudah janji!” Mayra meraih pegangan pintu, tapi jelas tak serius.
Link menstarter mobil dan mulai melaju meninggalkan Fear Street.

“Tahu aku ketemu siapa kemarin? Kerry Post.”

“Oh, yeah?” Kerry adalah sahabat Link yang pindah ke Selatan, juga
pindah sekolah di sana. Mayra menyukai Kerry dan baru sekarang

72 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


menyadari bahwa ia tidak pernah teringat pada Kerry sejak ia putus
dari Link. “Bagaimana kabarnya?”

“Masih aneh seperti biasanya.” Link berbelok ke kanan di Park Drive


“Tahu apa yang dikerjakannya selama liburan musim panas ini? Dia
menjadi Mister Frostycone Man.”

“Kau pasti bercanda!” Mayra tertawa. “Maksudmu dia harus ber-


pakaian seperti corong es krim besar sama dengan yang lainnya itu?”

“Yep. Seingatku rute mobil es krimnya di Old Village. Dia harus


terus-terusan membunyikan bel sepanjang hari. Aku bilang aku akan
selalu mengingatnya sebagai Kepala Corong!”

Mayra tertawa. “Dan di mana ceweknya yang nyentrik—Alice?”

“Menurutku sepanjang liburan ini Alice pasti berusaha menghindari


Kerry!”

Mereka berdua tertawa. Mayra memandangi Link, mengamati wajah


tampannya. Ia lupa betapa cowok ini kadang bisa sangat menyenang-
kan. Rasanya santai dan nyaman berdua dengannya, seperti dulu.

Link menyadari Mayra sedang mengamatinya. Ia kembali memegang


bahu Mayra. “Bagaimana kalau kita pergi ke River Road?” tanyanya
pelan. “Cuma ngobrol.”

Mayra hampir mengatakan ya. Apa ruginya? Link meremas bahu


Mayra. Tidak, prkir Mayra. Ini salah.

Wajah Walker terlintas dalam benaknya. Segalanya sudah berakhir


antara diriku dan Link. Memang, dia cowok hebat. Memang, aku
73 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
kadang-kadang merindukan dia dan teman-teman kami berdua.
Memang, aku merasa nyaman bersamanya.

Tapi aku sekarang pacaran dengan Walker.

“Link, antarkan aku pulang,” katanya, dengan pandangan lurus ke


kaca depan. Ia menoleh, dan melihat kekecewaan di wajah Link.
Pemuda itu tidak hanya kecewa. Ia murka. Kemarahannya meng-
gelegak akibat sekali lagi ditolak Mayra.

Mereka melaju ke rumah Mayra dalam suasana sunyi, kesunyian


yang mencekam dan muram. Link menurunkan Mayra ditepi jalan
dan gadis itu berlari kehalaman rumahnya tanpa berpamitan.

Mayra terkejut ketika menemukan Donna sedang menunggu di teras


depan. Temannya memakai celana pendek hijau Day Glo yang
dipadu blus pendek. Pakaian itu mem-buatnya tampak makin mungil.

“Siapa yang mengantarkanmu?” tanya Donna, memandang Mayra


dengan mimik heran.

“Link,” jawab Mayra cepat. “Sekarang kita ngomong yang lainnya.”

Donna tersentak. “Dia belum menyerah, hah?”

“Sudah kukatakan, kita ngomong yang lainnya saja,” Mayra berkata


ketus, setelah menemukan kuncinya ia membuka pintu depan. Donna
mengikutinya masuk ke ruang tamu yang sejuk dan menyenangkan.

“Oke. Yang lainnya. Bagaimana kabar Mrs. Cottler?” Donna ber-


tanya dan menjatuhkan diri ke sofa kulit yang merapat ke dinding.

74 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Aneh,” sahut Mayra.

“Aku harus ngomong yang lainnya lagi?” Donna menjulurkan kaki,


dan meletakkannya di atas meja tamu. “Aku ketemu Walker di mall.
Katanya kau... uh... jalan dalam tidur lagi.”

“Aku baru akan meneleponmu.”

“Mau ngomong tentang hal ini?”

Mayra menghela napas. “Tidak banyak yang bisa diomongkan.”

“Kau benar-benar ceria hari ini,” Donna menggerutu.

Mayra masih memikirkan Link, bagaimana tadi ia begitu terpesona


pada cowok itu di mobil. Mayra dan Donna membutuhkan waktu
sejenak untuk dapat mulai bercakap-cakap, seolah-olah mereka dua
orang asing yang sama sekali belum saling kenal. Mula-mula mereka
mengobrol macam-macam, seakan untuk melicinkan jalan ke pem-
bicaraan selanjutnya. Potongan rambut baru sepupu Donna. Porsche
merah mungil dan lucu yang dibeli orangtua Pete Goodwin. Film
baru Tom Cruise.

“Oh, ngomong-ngomong, tadi ada cowok yang mencarimu ke sini,”


celetuk Donna tiba-tiba.

“Hah?”

“Kalau tak salah namanya Cal anu atau semacamnya. Kau kenal dia?”

“Tidak.” Perasaan takut mulai merambat naik dari perut Mayra. “Dia
mau apa?”

75 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Entah. Dia menghampiri teras waktu aku sedang menunggumu,
orang itu besar-sangat besar, otot dan lehernya juga kelihatan besar”

“Oh, tidak.”

“Mayra... kau kenapa? Kau pucat sekali.”

“Yeah. Aku tak apa-apa. Bagaimana dia bisa tahu aku tinggal di sini?
Apakah dia mengatakannya?”

“Tidak. Uh... oh, yeah. Katanya Mrs. Cottler yang memberitahunya.”

Mrs. Cottler? Si Cal ini kenal Mrs. Cottler? Mengapa Mrs. Cottler
memberikan alamat Mayra pada orang ini? “Dia mau apa?”

“Dia tidak mengatakan apa-apa. Kukatakan kau tak ada di rumah.


Semoga tindakanku benar,” kata Donna. “Tampangnya agak serem.”

“Yeah, memang,” sahut Mayra. Ia menceritakan pertemuan pertama-


nya dengan Cal di depan makam Fear Street.

“Oh, well. Mungkin dia mau menawarimu untuk berlangganan


majalah.” Donna bersandar di sofa dan memandangi bayangan yang
bergerak-gerak di langit-langit.

“Yeah. Pasti,” kata Mayra sinis.

“Jadi kenapa kau jalan dalam tidur?” tanya Donna mendadak.

Mayra terdiam sejenak untuk memusatkan pikirannya ke masalah


itu. “Kalau saja aku tahu,” jawabnya singkat.

76 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Aku pernah melihat film tentang cewek yang berjalan dalam tidur
setiap malam.” Donna menggaruk lututnya.

“Ya ampun,” Mayra mengerang. “Pasti kau mau menceritakannya


padaku, kan?”

“Betul. Dia berjalan dalam tidur karena ingin membunuh seorang


cowok.”

“Donna... sudahlah...”

“Dia tidak berani membunuh cowok itu saat dia bangun. Jadi dia
berjalan dalam tidur dan membunuhnya dalam tidur. Lalu orang-
orang tidak dapat menuduhnya membunuh, karena dia sedang
tertidur ketika melakukannya.”

“Donna... jangan gitu dong!” Mayra memohon.

“Barangkali kau mau membunuh seseorang,” kata Donna.

“Ya. Kau!” Mayra berjalan menghampiri Donna. Jari-jarinya me-


lingkari leher Donna, lalu ia pura-pura mencekiknya.

“Oke, oke. Apa teorimu?” tanya Donna.

“Teoriku?”

“Tentang berjalan dalam tidur.”

“Teoriku adalah...” Sekonyong-konyong ide itu muncul di benaknya,


seperti ledakan yang menghancurkan semua rintangan, mengejutkan
Mayra. “Teoriku adalah Mrs. Cottler seorang penyihir dan dia
menenungku supaya berjalan dalam tidur.”

77 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Donna tertawa. “Bagus, Mayra. Itu sebagus plot filmku.”

Mayra juga tertawa. Namun dalam benaknya terbayang wanita tua


itu saat sedang duduk tegak di tempat tidurnya dengan mata
tertutup.

Dan ia membayangkan lilin hitam yang dinyalakan serta kalung


manik-maniknya yang ada dalam lemari pakaian. Ia teringat akan
ucapan Stephanie bahwa penyihir hanya memerlukan barang
seseorang untuk digunakan sebagai alat menenung orang itu—dan
dalam hati kecilnya.

Mayra tahu pasti teorinya benar.

78 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


11
“MOM, bolehkah aku berhenti kerja pada Mrs. Cottler?”

Mrs. Barnes, memakai celemek bergaris merah-putih di atas celana


khaki dan T-shirt, membalik-balik hamburger satu per satu di atas
panggangan arang, mengerjapkan mata karena asap.

“Mom, dengar apa yang kukatakan?” tanya Mayra mendekat.

“Tidak. Sori. Kau ngomong apa, Sayang? Hamburger ini sudah


hampir siap. Panggil Kim dan Donna.”

“Tapi aku tanya dulu, Mom,” Mayra mendesak, berusaha tidak


terdengar merengek. “Bagaimana jika aku berhenti kerja? Tidak apa-
apa, kan?”

Mrs. Barnes mengernyit Ia menepuk nyamuk yang hinggap di


lengannya dengan sarung tangan untuk memanggang. “Kukira kita
takkan membicarakan masalah serius. Karena itu kita pergi ke Danau
Monolac, ingat? Supaya kau bisa berakhir pekan, jauh dari segala
problem yang membebani pikiranmu.”

Seperti biasa ibunya mempunyai ide spontan, dan saat itu terasa
bagus bagi Mayra. Paman George mempunyai pondok yang luas
dengan tiga kamar tidur dan pemandangan ke danau. Mrs. Barnes
memperbolehkan Mayra mengajak Donna.

Pergantian suasana barangkali sesuai dengan anjuran dokter.

79 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Berakhir pekan di danau yang indah, jauh dari Mrs. Cottler, jauh dari
Fear Street, jauh dari semuanya—Mayra langsung setuju.

Ia harus membatalkan janjinya dengan Walker. Meskipun terdengar


kecewa, Walker mau mengerti. “Pergilah,” katanya. “Bersenang-
senanglah. Dan jangan pikirkan yang berat-berat.”

Tapi ternyata tidak semudah yang dibayangkannya. Ia tidak dapat


melepaskan diri begitu saja dari beban pikirannya.

Sabtu sore, ia dan Donna berperahu ke tengah danau dengan perahu


pamannya. Donna mengenakan celana pendek Day-Glo dan blus
pendek yang dipakai-nya pada Selasa sore. Mayra memakai T-shirt
hijau panjang di atas pakaian renang putih. Hari ini cerah, danau
berkilauan di bawah sorot matahari, bagaikan dalam dongeng.

“Indah, ya?” tanya Donna.

“Apa?” Mayra sedang melamun. Ia sedang memikirkan Mrs. Cottler,


kalung manik-maniknya, pengalamannya berjalan dalam tidur di
Fear Street, di mana rumah Mrs. Cottler berada. Semuanya jelas
sekarang. Mrs Cottler gila! Wanita tua itu berniat membalas dendam
pada ibunya lewat Mayra. Rupanya Mrs. Cottler belum lupa pada
pelayanan Mrs. Barnes yang tidak memuaskannya selama ia dirawat
di rumah sakit. Lalu ia mengguna-gunai Mayra dan membuatnya
berjalan dalam tidur.

Ada dua hal yang harus kukerjakan, kata Mayra pada dirinya sendiri.
Aku harus mendapatkan kembali kalungku. Dan aku harus berhenti
dari pekerjaan ini, berusaha berada sejauh mungkin dari Mrs Cottler.
80 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
Tiba-tiba ia menyadari Donna sedang berdiri di perahu itu.

“Donna... apa yang kaulakukan?”

Donna tertawa. “Nah, akhirnya kau memperhatikan aku. Sudah lima


menit aku ngomong, tapi kau tak mendengarkan sama sekali.”

“Sori. Aku cuma—aku tak tahu—berpikir.”

“Kebiasaan jelek.” Donna duduk dengan kaki tersilang. Perahu itu


berayun lembut di air hijau kebiruan. Donna mencoba mengajaknya
bercakap-cakap, tentang rencananya sesudah lulus dari Shadyside
High, tapi Mayra tidak bisa berkonsentrasi mendengarkannya.

Sesudah beberapa saat, Donna akhirnya menyerah, dan kedua gadis


itu berbaring telentang dalam kebisuan, memandangi gumpalan
awan yang melayang-layang di atas.

Mayra menghabiskan sisa sore itu sendirian di pondok, mencoba


beristirahat. Waktu ia keluar malam itu, Donna sedang bermain
dengan Kim di tepi pantai berkerikil. Ibunya sedang memanggang
barbecue. “Jadi aku bisa berhenti kerja?” tanyanya.

“Kita benar-benar memerlukan penghasilanmu,” kata Mrs. Barnes.


Perhatiannya terpusat pada hamburger yang mulai gosong.
“Pekerjaan itu sangat gampang, Mayra. Kenapa kau ingin berhenti?”

Kenapa? Apa yang dapat Mayra katakan? Ia tidak dapat mengatakan


alasan yang sebenarnya: “Mrs. Cottler adalah seorang penyihir. Dia
menenungku hingga aku berjalan dalam tidur.” Oh, pasti menggem-
parkan. Ibunya akan menertawakannya selama berminggu-minggu.

81 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Uh... aku cuma ingin berhenti.” Alasan yang sangat lemah.

“Tetaplah bekerja.” Mrs. Barnes memejamkan mata ketika angin


meniupkan asap ke wajahnya. “Kau tidak biasanya gampang me-
nyerah. Bayangkan saja baju-baju baru yang bisa kau beli sebelum
masuk sekolah lagi.”

“Tapi, Mom... kupikir pekerjaan itu menyebabkan aku berjalan dalam


tidur,” kata Mayra. Ia tidak bermaksud mengatakannya, dan segera
menyesalinya.

Mrs. Barnes memandang Mayra dengan jengkel. “Jika kau selalu


berjalan dalam tidur setiap kali mendapat pekerjaan baru, hidupmu
akan penuh dengan kesulitan, Mayra.”

“Itu... bukan itu maksudku,” Mayra tergagap-gagap. “Oh, sudahlah.”


Ia membalikkan badan serta cepat-cepat memanggil Donna dan Kim
untuk makan malam. Ia merasa konyol sekali.

Kim dan Donna berada di tepi pantai yang berpasir. Mereka bersama
seorang kenalan baru Kim, anak laki-laki bernama Andy, dua-tiga
tahun lebih muda daripada Kim. Mereka asyik menggali lubang
dalam di pasir.

Ketika Mayra mendekat, Kim berjingkat dan menjatuhkan sekop


pasirnya. “Lihat,” katanya pada Donna dan Andy. “Tebak siapa aku.”

Kim memejamkan mata, menjulurkan lengan lurus ke depan, dan


mulai melangkah dengan kaku melintasi pasir, sambil mendengkur
keras-keras.

82 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Aku tahu. Kau Mayra!” teriak Donna, tak berhasil menahan tawa.

“Tidak lucu. Jangan membuatnya makin kurang ajar” kata Mayra.

Donna mengangkat bahu. Kim menurunkan lengan dan membuka


matanya. “Ini sangat lucu, tolol.”

“Kim, jangan menyebutku tolol. Dengar, sekarang sudah waktunya


Andy pulang. Dan saat kita makan malam.”

“Lihat” kata Andy menyeringai kearah Mayra, tangannya memegang


mobil plastik berwarna merah. Tiba-tiba ia mengayunkan lengannya
ke belakang dan melemparkan mobil-mobilan itu kedalam air.

Mayra melihat mobil-mobilan itu menerjang ombak yang bergulung


lembut, kemudian meluncur.

“Mobil itu mengapung,” Andy berkata bangga.

“TIDAK!” Mayra menjerit, mengejutkan semua orang. Dengan


pandangan terpaku pada mobil merah kecil itu, ia mengatupkan
kedua tangan di telinga, seolah tak mau mendengar apa-apa.

“TIDAK! TIDAK! TIDAK! TIDAK!” jeritnya.

Mrs. Barnes menjatuhkan sendok penggorengnya dan berlari turun


ke pantai. “Ada apa, Mayra?”

“TIDAK! TIDAK! TIDAK! TIDAK! TIDAK!”

Beberapa menit kemudian barulah mereka berhasil menenangkan


Mayra. Namun Mayra tidak dapat menjelaskan mengapa ia menjerit-
jerit.

83 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


12
“DONNA, kau terlambat.”

Donna mengangkat bahu. “Sori. Aku tadi disuruh ibuku” Ia memakai


T-shirt Hard Rock Cafe belel dan jins buntung. “Baik sekali ibumu
mau meminjamkan mobilnya padaku.”

“Yah, kadang dia dijemput ke rumah sakit.” Mayra melirik jam


tangannya dengan gelisah, lalu menyerahkan kunci mobil pada
Donna. “Katanya bensinnya penuh.”

“Aku sebal sekali harus ke dokter gigi di Waynesbridge,” kata


Donna. “Tak ada bus yang bisa kunaiki kesana. Sekali lagi trims, ya.”
Ia mulai melangkah keluar, kemudian tiba-tiba kembali lagi. “Bagai-
mana keadaanmu?”

“Aku? Baik-baik saja” sahut Mayra cepat.

“Bagus. Kayaknya kau gelisah.”

“Tidak. Aku hanya cemas terlambat kerja.”

“Sori sekali lagi,” kata Donna. “Katakan pada Mrs. Cottler ini gara-
gara aku.”

“Dan kemudian mungkin dia akan menyihirmu juga.” Mayra ber-


maksud hanya bergurau, namun suaranya terdengar serius.

“Kau yakin kau tak apa-apa?” Donna memegangi pintu kasa, badan-
nya setengah di dalam dan setengah di luar rumah.

84 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Yeah. Begitulah. Aku tak tahu apa yang terjadi padaku di danau itu.
Aku... aku cuma terlalu capek, barangkali.”

“Kau tak bisa tidur?”

“Aku tak berani tidur,” Mayra membuka rahasianya. “Aku takut jika
tertidur, aku akan mimpi lagi. Dan jika mimpi, aku akan berjalan
dalam tidur lagi. Jadi aku...”

“Kau memaksakan diri tetap terjaga?”

“Yeah.”

“Aneh.” Donna menggeleng-gelengkan kepala dengan penuh simpati

“Yeah. Memang aneh,” Mayra berkata pahit. Ia melihat jam tangan-


nya lagi, kemudian mendorong Donna ke luar rumah. “Pergi. Pergi.
Pergi. Sana, pergi ke dokter gigimu. Sekarang aku benar-benar
terlambat.”

“Oke, oke. Aku akan pergi. Tahu nggak, Mayra, lebih baik kau
berhenti kerja.”

“Ibuku melarang.” Mayra menutup pintu depan, lalu mengikuti


temannya. “Bagaimana kalau kau mengantarku? Sekarang sudah
mulai hujan.”

“Sori. Sudah penuh.” Donna tertawa ngakak. Mayra tak tersenyum.


“Hei... aku cuma bercanda lho.”

“Nggak lucu,” kata Mayra cemberut, sambil menguap.

85 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Kau tak enak diajak ngomong kalau kurang tidur.” Donna membuka
pintu depan Toyota dan duduk di balik kemudi.

“Ini memang bukan musim panas yang menyenangkan,” kata Mayra


dengan muram sambil melirik jam tangannya lagi, memikirkan
wanita tua yang sedang menunggunya di rumah menyeramkan di
tepi danau itu.

Ketika keluar dari mobil dan berpamitan pada Donna, Mayra melihat
Mrs. Cottler sedang mengawasinya dari pintu depan. “Selamat pagi,
Mrs. Cottler,” sapanya. Namun tampaknya wanita tua itu hanya
menatap Donna, tidak menanggapinya.

Mayra bergegas ke serambi depan. Mrs. Cottler berpakaian serba


putih—blus putih lengan panjang dan rok putih berlipit. Rambutnya
yang hitam pekat dan kulitnya yang bersemu merah membuatnya
kelihatan berumur setengah usia sebenarnya.

“Mayra, aku harus bicara denganmu,” katanya. Satu tangannya ber-


pegangan pada tongkat, sedangkan tangannya yang lain mendorong
pintu kasa.

“Saya... saya sungguh-sungguh minta maaf karena terlambat, Mrs.


Cottler,” Mayra tergagap-gagap sambil melangkah ke dalam rumah,
yang terasa dingin meskipun cuaca di luar sedang panas. “Saya harus
menunggu teman saya dan...”

“Tidak apa-apa,” kata Mrs. Cottler cepat. Ia berbalik dan perlahan-


lahan berjalan melewati ruang tamu yang berantakan menuju dapur.
“Ada yang harus kukatakan padamu.”
86 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
Apakah dia akan mengaku telah mengguna-gunaiku? Itulah yang
pertama muncul dalam benak Mayra. Sebersit rasa takut muncul di
dalam perutnya. Tiba-tiba ia merasa kedinginan. Kenapa begitu
dingin dalam rumah ini? Suhu udara di luar saat itu paling tidak 29
derajat Celsius.

Mrs. Cottler bersandar ke meja dapur dan tersenyum. “Aku akan


pergi beberapa hari.”

“Oh!” Kata itu keluar begitu saja dari mulut Mayra, ungkapan
perasaan terkejutnya. Ia sama sekali tidak menyangka hal itu yang
akan diucapkan Mrs. Cottler.

“Adikku sakit. Aku akan menjenguknya di Vermont,” lanjut Mrs.


Cottler, sibuk membetulkan bagian depan blusnya.

“Jadi Anda tidak akan memerlukan saya?” Mayra bertanya sambil


mencoba menyembunyikan kegembiraannya. Namun dalam hati ia
bersorak kegirangan.

“Well, aku tak dapat membawa Hazel. Jadi aku ingin kau memberi-
nya makan tiap hari. Dan selama di sini, kau bisa membawa masuk
surat dan menyirami tanaman.”

“Tentu. Akan kukerjakan!” seru Mayra. Dia akan pergi, katanya


dalam hati. Pergi. Pergi. Mungkin selama dia pergi aku dapat tidur
dengan tenang lagi.

“Tentu saja aku tetap akan membayarmu penuh.” Mrs. Cottler ber-
jalan ke arah bak cuci piring.

87 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Oh. Terima kasih.” Aku akan membayarmu untuk pergi dari sini,
pikir Mayra. “Anda sangat baik, Mrs. Cottler.”

“Yah, aku tahu kau akan mengurus Hazel dan rumah ini dengan baik
selama aku pergi.” Hazel memandang Mayra dengan ragu. Kucing
itu terus-menerus berada di dekat kaki Mrs. Cottler pagi ini, seakan
tahu akan segera ditinggal pergi majikannya.

“Ya. Saya akan datang tiap hari,” kata Mayra. “Kapan Anda
berangkat?” Ia berharap suaranya tidak terdengar terlalu antusias.

“Besok pagi. Hari ini adik iparku sedang menuju ke sini untuk men-
jemputku.” Mrs. Cottler sampai di bak cuci piring dan menyandarkan
tongkatnya. “Ya ampun. Aku sampai lupa tadi sedang mengerjakan
sesuatu di sini.”

Ia mengangkat sebuah pisau daging besar, jenis yang hanya dilihat


Mayra di tempat penjagalan, dan mulai memotong-motong
sesuatu—mengangkat pisau itu tinggi-tinggi dan mengayunkannya
ke bawah keras-keras hingga menimbulkan bunyi berdebum.

Mayra mendekati bak cuci piring untuk melihat apa yang sedang
dipotong wanita tua itu dengan sepenuh tenaga. Lalu ia mundur,
mengerang, merasa mual. Benda itu seperti tangan manusia. Dengan
senyum ganjil di wajahnya, Mrs. Cottler berbalik dan memandangi
ekspresi Mayra. “Mayra... ada apa?” ia bertanya sambil mengangkat
pisau daging itu tinggi-tinggi, siap mengayunkannya kembali.

“Yang Anda cincang itu...” Jari Mayra menunjuk.

88 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Mrs. Cottler tertawa. “Ada apa? Kau tak pernah melihat tulang kaki
babi, ya? Adikku sangat menyukainya.” Ia membalikkan badan lagi
untuk meneruskan pekerjaannya.

Tulang kaki babi? Kayaknya bukan deh....

Crok, crok, crok. Mrs. Cottler tampak gembira sekali ketika


mengangkat dan mengayunkan pisau besar itu. Crok. Crok. Crok....

Mayra pulang menerobos hujan yang turun meskipun langit terang-


benderang. Ia merasa letih dan gelisah. Begitu sampai di rumah, ia
langsung memasukkan anak kunci ke lubangnya dan bergegas masuk

“Mom... Mom sudah pulang?” panggilnya. Tidak ada jawaban.

Ia menuju dapur dan mendongak melihat jam dinding yang terbuat


dari kuningan di atas bak cuci piring. Setengah lima. Kira-kira
setengah jam lagi Kim baru akan sampai di rumah.

Ketika ia membuka lemari es untuk mencari minuman dingin,


pesawat telepon berdering. Ia mengangkatnya setelah deringan
pertama.

“Hai, Mayra.” Suara ibunya. “Aku masih di rumah sakit. Ada


kecelakaan.”

Sekonyong-konyong tubuh Mayra terasa dingin. “Kecelakaan?”

“Ya. Donna. Dia disini. Di rumah sakit. Di bangsalku. Aku, uh, well...
Dia mendapat kecelakaan parah sewaktu mengendarai mobil.”

89 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


13
“DONNA, kau kedengaran aneh.” Mayra mencengkeram erat
gagang telepon, tangannya sampai terasa sakit.

“Yeah. Aku tahu.” Suara Donna terdengar parau dan jauh sekali. Ia
berbicara perlahan-lahan, seolah baru bangun dari tidur panjang.
“Kupikir ini pengaruh obat bius yang mereka berikan padaku.”

“Kau kesakitan, ya?”

Lama sekali tidak ada sahutan. “Tidak. Sudah tidak lagi. Aku...
sebentar, Mayra. Perawat akan memberiku obat lagi.”

Mayra mondar-mandir di dapur. Terima kasih, Tuhan, dia masih


hidup, pikirnya. Dia pasti akan sembuh.

“Halo, aku lagi,” Donna berkata, suaranya hanya terdengar berbisik


sekarang. “Rasanya aku baik-baik saja, Mayra.”

“Kata Mom kakimu patah.”

“Yeah. Pergelangan tanganku juga patah. Rusukku memar-memar.”

Mayra membayangkan Mrs. Cottler ketika sedang mencincang


tulang kaki babi itu.

“Ibumu sangat baik,” kata Donna. “Aku sempat panik waktu melihat
slang-slang berseliweran di lenganku. Tapi dia tenang saja. Dia
menjelaskan semuanya. Rasanya nasibku masih baik.”

90 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Baik?” Tangan Mayra berkeringat. Dijepitnya gagang telepon di
bawah dagunya, lalu ia mondar-mandir lagi.

“Well, orang gila itu memang benar-benar mencoba membunuhku.


Aku yakin.” Sejenak Mayra terdiam. Orang gila? Apa yang sedang
dibicarakan Donna? Obat bius yang diberikan perawat itu pasti telah
mulai bekerja dan membuatnya agak aneh, pikir Mayra.

“Donna, apa katamu?”

“Orang gila itu mencoba mendorongku. Maksudku, dia sudah


berhasil mendorongku keluar dari jalanan.”

“Siapa?”

“Aku tak tahu. Aku cuma bisa melihat mobilnya. Hujan lebat sekali.
Dan dia menurunkan tebengnya di kaca depan, hingga aku tak dapat
melihat mukanya.”

“Apa? Ada orang yang sengaja menabrakmu?”

“Yeah. Dia muncul dari samping dan mulai menyundulku. Aku kaget
dan takut. Lalu aku ngebut. Berusaha menjauhinya. Tapi dia me-
nyundul lagi dengan lebih kencang. Jalanan sangat licin akibat hujan.
Aku sedang di jalan raya, dan di sana tak ada belokan. Tak ada...”

Sepertinya Donna melantur. “Donna... kau masih di sana? Kau tak


apa-apa?”

“Lalu dia menyerudukku dari samping. Pasti kencang sekali. Dan


tentu saja karena mobilnya lebih besar... jauh lebih besar daripada
Toyota kecil itu. Aku... aku tak bisa mengendalikan mobil lagi.”
91 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
“Dan kau menabrak?”

“Ada pembatas di pinggir jalan raya. Pembatas jalan dari beton. Aku
menabraknya. Aku terpelanting dan terguling-guling beberapa kali.
Kaca mobil pecah berantakan. Segalanya di sekelilingku seolah
bergetar. Rasanya aku takkan pernah melupakan bunyi mengerikan
itu. Kayaknya seluruh dunia retak. Berkeping-keping. Oh, aku capek,
Mayra. Mataku rasanya sudah berat sekali.”

Dalam benak Mayra terlintas pikiran yang mengerikan. “Donna...


apa warna dan jenis mobil itu?”

“Jenis pickup.”

“Ya, dan warnanya?”

“Hah?”

“Cobalah ingat-ingat.”

“Warnanya... uh... merah. Pickup merah. Sekarang aku mau tidur,


Mayra,” bisik Donna. “Pil-pil ini...”

“Bye, Donna. Nanti kau kujenguk.” Ditunggunya sahutan Donna,


tapi rupanya gadis itu sudah benar-benar tertidur.

Pickup Link berwarna merah, pikirnya. Dan Link sangat marah


waktu kutolak. Demikian marah hingga tak bisa bicara. Mayra
meletakkan kembali gagang telepon dan menyadari bahwa tubuhnya
bergidik. Seluruh tubuhnya menggigil. Bukan karena udara dingin.
Rasa dingin itu dimulai dari dalam otaknya, lalu turun ke tubuhnya.
Karena pikirannya. Ia menggigil karena takut.
92 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
Tak mungkin Link, ia berkata dalam hati sambil memeluk tubuhnya
sendiri, berusaha berhenti gemetar. Tak mungkin Link. Tapi siapa
pun orang itu, sasarannya bukanlah Donna. Donna sedang memakai
mobilku. Akulah sasaran sebenarnya.

®LoveReads

Walker cepat-cepat meletakkan pesawat telepon ketika Mayra masuk


ke kamarnya. “Oh, hai. Tak kusangka kau datang.” Ia kelihatan
bingung. Kedua pipinya memerah. Ia mengenakan celana pendek
tenis berwarna putih dan T-shirt tanpa lengan yang juga putih.

“Sedang telepon teman cewekmu, ya?” Mayra menggoda.

“Ha, ha. Lucu sekali.”

Mayra menyentuh pipi Walker. “Hai, orang asing.”

“Mengapa kau ke sini?” tanya Walker.

Padahal Mayra berharap mendapat sambutan yang lebih hangat.


“Aku ingin bicara denganmu. Banyak yang ingin kukatakan.”

Walker berjalan ke jendela. Matahari telah turun di balik pepohonan,


namun udara masih terasa panas dan lengket. Walker melayangkan
pandangannya ke luar jendela. “Kata ibumu tadi aku boleh naik,”
Mayra berkata, tiba-tiba merasa telah mengganggu cowok itu.

“Tidak apa-apa,” Walker berkata tanpa membalikkan badan.

“Kau tak senang ketemu aku, ya?” tanya Mayra.

93 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Mengapa ia harus meminta cowok ini supaya bersikap ramah?
Benarkah sikap aneh Walker ini cuma karena rasa malunya?

“Tentu aku senang.” Walker mendekat dan merangkul bahu Mayra


dengan sebelah lengan. “Aku ingin menunjukkan padamu satu tipuan
baru lagi.”

“Jangan, Walker. Tak ada peragaan tipuan malam ini. Aku ingin
bicara denganmu. Aku sungguh-sungguh harus bicara.”

Walker kelihatan kecewa.

“Well, oke. Ayo kita turun. Kita duduk di ruang keluarga saja. Kau
bisa cerita apa saja.”

Nah, begitu dong, kata Mayra dalam hati. Ia mengikuti Walker


turun ke ruang keluarga. Mereka berdua duduk berdekatan di sofa
kulit dan bercakap-cakap tanpa gangguan selama hampir dua jam.
Mayra bercerita mengenai Donna dan pickup merah itu. Juga
tentang Cal, cowok yang mengikuti dan menanyakan dirinya. Lalu ia
menceritakan teorinya bahwa Mrs. Cottler telah menyihirnya hingga
ia berjalan dalam tidur.

“Kau pasti akan menertawakanku. Aku tahu” Mayra berkata sebelum


menceritakan teorinya.

Tapi Walker tidak tertawa. Wajahnya makin serius ketika Mayra


berbicara, dan ia mulai mengangguk setuju. “Mungkin kau betul,”
katanya ketika Mayra selesai bicara.

“Kau tidak menganggap otakku miring?”

94 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Tidak. Penyihir memang tak hanya ada dalam buku-buku dongeng,”
Walker berkata dengan serius. Mereka duduk berdampingan, saling
merapat meskipun ruang keluarga itu cukup panas. Walker duduk
bersila dengan kakinya yang panjang dan mengulurkan sebelah
lengannya ke sandaran sofa di belakang Mayra. Mayra ingin me-
meluk Walker, tapi wajah cowok itu tampak serius. Mayra tak ingin
mengganggunya sekarang. Ia ingin dengar komentar Walker.

“Aku sudah sering membaca tentang penyihir dan pertemuan-


pertemuan mereka,” kata Walker. “Jumlah penyihir sekarang lebih
banyak dari zaman dulu. Mereka memang diam-diam, tapi tetap ada.”

“Dan mungkinkah penyihir membuat orang berjalan dalam tidur?”


Mayra bertanya sambil menyandar pada Walker.

“Ada banyak jenis sihir,” jawab Walker hati-hati. “Pertanyaanku


adalah, kenapa? Apa alasan orang melakukan itu padamu?”

“Well, aku tidak yakin. Mrs. Cottler pernah dirawat di rumah sakit,
dan ibuku menjadi perawatnya. Entah bagaimana, Mrs. Cottler
mendapat ide sinting bahwa ibuku mencoba membunuhnya. Dia
protes pada pihak rumah sakit sampai menimbulkan keributan.”

“Dan kau pikir...”

“Dia mempekerjakanku dan menyihirku untuk membalas dendam


pada ibuku.”

“Aneh.” Walker menggeleng-gelengkan kepala.

95 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Oh, aku lupa mengatakan padamu, Mrs. Cottler sedang pergi ke
luar kota beberapa hari.”

“Pas sekali!” Walker berseru dan melonjak dari sofa.

“Hah? Apa maksudmu? Aku masih harus ke sana untuk memberi


makan kucingnya. Aku tak dapat main denganmu sepanjang hari.”

“Bahkan lebih sempurna lagi” kata Walker. “Kita dapat kesempatan


untuk mengadakan penyelidikan selama beberapa hari. Besok kita ke
sana bersama dan meneliti rumah itu. Akan kita pastikan apakah dia
penyihir. Dan kalau memang benar, kita cari bukti-buktinya.”

Mayra meremas tangan Walker. “Asyik! Kau akan menemaniku?


Sungguh?”

“Tentu saja,” sahut Walker,

“Aku tak suka melihatmu seperti ini, terus-menerus cemas.


Kecapekan. Kita harus menyelidiki apa penyebabnya. Harus.”

“Terima kasih,” kata Mayra penuh syukur. “Dan terima kasih karena
kau telah mempercayaiku.” Mayra menjatuhkan diri ke dalam
pelukan Walker dan mereka berpelukan dengan mesra lama sekali,
sampai ibu Walker masuk ke ruangan itu dan menawarkan snack.

®LoveReads

“Tumben, Hazel, kau belum pernah segirang ini melihatku.” Kucing


itu menggosokkan tubuhnya ke pergelangan kaki Mayra dan

96 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


mengeong keras. “Pasti kau lapar, kan?” Mayra berbalik dan
memegangi pintu kasa untuk Walker. “Ayo masuk. Jangan sampai
kucing ini keluar.”

Walker cepat-cepat masuk, lalu memandangi kucing di bawahnya.


“Kucing hitam. Yah, ini satu bukti bahwa wanita tua itu penyihir!”

“Hei... Kupikir kau akan serius dalam hal ini.” Mayra marah.

“Aku serius,” Walker berkata sambil melangkah melewati Mayra


menuju ruang tamu. Ruangan itu segelap waktu malam hari. Tirai
tebalnya tertutup, menghalangi sinar cerah matahari pagi. Walker
mendekati tirai dan menyibakkannya.

Sinar matahari langsung menerobos masuk ke ruangan berantakan


itu. “Wow! Lihat rongsokan ini!”

“Mrs. Cottler benar-benar kolektor sejati,” kata Mayra sambil mem-


bungkuk untuk membelai kucing. “Lihat-lihat saja dulu, aku mau
memberi makan Hazel.”

Ia berjalan ke dapur, namun kucing itu tidak mengikutinya, malahan


memandangi Walker dengan curiga. “Ke sini, Hazel. Kau tak mau
makan, ya? Biarkan saja si Walker. Dia takkan merusak apa-apa. Dia
cuma mau lihat-lihat.”

Kucing itu mengeong lagi dengan keras seolah memperingatkan


Walker, dan kemudian dengan enggan mengikuti Mayra ke dapur. Ia
mulai melahap makanannya dengan rakus begitu Mayra menaruh
piring di lantai, dan gadis itu lalu bergegas bergabung dengan

97 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Walker di ruang tamu. Rasanya aneh berada di situ tanpa kehadiran
Mrs. Cottler. Langit-langit berderik seakan ada orang yang berjalan
di lantai atas. Ruangan itu berdebu dan pengap. Berbau lapuk, bau
yang tidak pernah tercium Mayra bila wanita tua itu ada di rumah.
Ketika mereka berdua mengamati rak-rak yang penuh ukiran dan
pahatan antik—pajangan berbentuk hewan serta bunga-bunga
langka yang dikeringkan—Mayra merasa seseorang sedang
mengawasi mereka. Ia berpaling beberapa kali, mengira akan melihat
Mrs. Cottler di belakangnya. Tentu saja tak ada orang lain di situ.

Ih, seram, kata Mayra dalam hati. Namun perasaan ganjil itu tidak
mau hilang juga.

“Itu apa?” Walker bertanya sambil menunjuk sebuah pintu. “Ruang


keluarga?”

“Bukan. Itu perpustakaan.”

“Ayo kita periksa.”

Mayra mengikuti Walker ke perpustakaan berpanel hitam dengan


rak buku memenuhi lantai sampai langit-langit di keempat dinding-
nya. Perabot lain yang mengisi ruangan itu hanya berupa satu meja
mahoni tua dan satu kursi kulit berwarna gelap. Mayra baru sekali-
dua kali masuk ke ruangan ini untuk mengambil buku yang akan
dibacakannya. Ia belum pernah sempat menjelajahinya.

“Wow. Beberapa buku kelihatan sudah sangat kuno,” kata Walker,


matanya menelusuri rak-rak itu. Mereka mulai memeriksa judulnya.
Di satu dinding terdapat rak berisi navel-novel klasik, satu set karya
98 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
Shakespeare, koleksi sandiwara Yunani. “Aku ingin tahu apakah dia
membaca semua ini,” kata Walker. “Hei, kau jadi membisu. Ada apa?”

“Aku tak tahu. Rasanya seram,” sahut Mayra. Ia berbalik dan melihat
kucing itu sedang berdiri di pintu masuk, memandanginya dengan
mata hijau berkilauan. Ia memaksakan diri untuk berbalik lagi ke
arah buku-buku itu. “Lihat ini, Walker.”

Walker buru-buru menengok ke arah Mayra. “Apa yang kau


temukan?”

“Buku-buku lihat judulnya. Semuanya tentang ilmu sihir.” Mayra


membaca beberapa judul keras-keras. Lalu ia menarik keluar buku
yang tampaknya kuno sekali. Sampulnya yang tebal telah robek dan
pudar. Dibukanya buku itu. Halamannya yang kuning berkerut-
kerut. “Lihat yang ini.” Ia menyodorkan buku itu pada Walker.
Judulnya Pemujaan Sejati. Pada halaman pertama terdapat foto
patung berbentuk setan yang tersenyum, dipahat dengan cermat.

“Berapa umur buku ini?” tanya Walker.

“Tidak ada tanggalnya,” jawab Mayra. “Tapi kelihatannya benar-


benar tua. Lihat, buku ini berisi kumpulan mantra dan resep aneh.”
Mayra mengembalikan buku itu ke rak.

“Seluruh dinding ini berisi buku tentang ilmu gaib,” kata Walker.

Tiba-tiba si kucing mengeong, mengagetkan Mayra. “Diam, Hazel,”


tegur Mayra. “Kami kan cuma lihat-lihat.” Ia kembali meneliti rak
yang lebih rendah, matanya menangkap sebuah judul. Psikologi

99 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Berjalan dalam Tidur. Ia berlutut supaya dapat mengamati rak itu
dengan lebih teliti. Orang yang Berjalan dalam Tidur. Kasus
Berjalan dalam Tidur.

“Dia membohongiku!” teriak Mayra.

“Apa? Ada apa di bawah situ?” Walker sedang memegang buku


setebal kamus yang bersampul kulit.

“Ini buku-buku tentang berjalan dalam tidur.”

Walker menutup buku tebal yang sedang ia pegang. “Sungguh?”

“Sesudah berjalan dalam tidur untuk pertama kalinya, aku bertanya


pada Mrs. Cottler kalau-kalau dia tahu sesuatu mengenai hal itu, dan
ia hanya mengatakan masalah itu sangat misterius. Tapi ternyata dia
punya serak penuh buku tentang berjalan dalam tidur. Dia sengaja
tak ingin aku tahu dia paham tentang berjalan dalam tidur.”

Walker membantunya berdiri. “Aku mulai menduga teorimu benar,”


kata Walker, sambil masih tetap memegangi tangan Mayra. “Mrs.
Cottler pasti penyihir. Dan lihat buku berjalan dalam tidur itu—yang
kuning itu—Buku Harian Orang yang Berjalan dalam Tidur. Lihat
cara menaruhnya. Menonjol keluar.”

“Maksudmu buku itu kelihatan baru saja dipakai akhir-akhir ini,”


kata Mayra.

“Ya. Benar.”

Mayra menarik keluar buku itu dan meletakkannya di meja.

100 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Mungkin aku akan meminjam yang ini dan membacanya. Mungkin
aku akan meminjam beberapa.”

Walker melingkarkan lengannya ke sekeliling tubuh Mayra dan


menarik gadis itu ke pelukannya yang hangat.

“Aku sangat gembira kau ada di sini,” kata Mayra. “Jika aku harus ke
sini sendirian dan menemukan semua barang ini, aku akan histeris.”

“Ini memang koleksi buku yang ganjil,” Walker berkata. “Sangat


aneh.”

“Ayo kita ke atas,” Mayra berkata dan menarik tangan Walker. “Aku
ingin menunjukkan lilin-lilin hitam itu padamu. Mungkin masih ada
barang lainnya lagi di sana.”

Mereka hampir sampai di pintu ketika Mayra memperhatikan kedua


foto di atas meja di tengah ruangan.

“Oh, tidak!” jeritnya, sambil menunjuk ke arah foto itu. “Walker...


lihat! Aku tak percaya!”

101 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


14
KUCING itu mengeong dengan marah dan meloncat ke atas meja.
Mayra tidak menghiraukannya dan meraih bingkai ganda itu. Ia
mengangkatnya hingga Walker dapat melihatnya.

“Ini Stephanie dan Link,” Walker berkata, ia tampak seheran Mayra.


“Itu foto-foto sekolah mereka tahun lalu.”

“Kenapa foto-foto ini bisa ada di meja Mrs. Cottler?” tanya Mayra,
sambil terpana memandangi foto-foto itu seakan ia bisa mendapat
jawaban dari sana.

Kucing itu akan mengayunkan cakar ke lengan Mayra, namun luput.


“Hazel, kau kenapa sih?” tanya Mayra “Kau tak ingin aku mengambil
foto ini? Kau ingin diperhatikan, begitu?” Kucing itu menatapnya
dengan pandangan kosong.

Mayra mengembalikan foto-foto itu ke atas meja. “Mungkin jawaban


misteri ini ada di dalam.” Mayra menarik laci meja. Laci itu penuh
foto, kertas, buku catatan, dan kartu. “Walker, lihat ini.” Mayra
kembali menemukan foto Stephanie di dalam laci itu. Yang ini
barangkali sudah berumur paling tidak dua atau tiga tahun. Mayra
meneruskan membongkar-bongkar isi laci.

“Jika kau menemukan fotoku di situ, jangan katakan!” kata Walker.


Ia mencoba bercanda, tapi nada suaranya terdengar ketakutan.

Mayra menarik keluar setumpuk foto dan mulai memeriksanya satu


per satu.
102 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
“Aku ingin tahu apakah di sini ada foto si Leher Besar itu,” katanya.

“Maksudmu cowok yang mengikutimu itu?”

“Yeah. Cal. Bagaimanapun, dia terlibat dalam hal ini. Mungkin dia
putra Mrs. Cottler!”

Kemudian Mayra menarik keluar selembar kartu ucapan selamat


ulang tahun dan membukanya. “Well, well.”

“Apa?”

“Dengarkan ini. 'Selamat ulang tahun, Bibi Lucy. Salam sayang,


Stephanie.'“

“Bibi Lucy?”

“Mrs. Cottler adalah bibi Stephanie!” seru Mayra. “Dan bibi Link!
Pantas saja! Stephanie-lah yang memberitahuku mengenai pekerjaan
ini! Lucunya, dia tak pernah menyebut-nyebut Mrs. Cottler adalah
bibinya.”

“Yeah. Lucu.” Walker sependapat.

Mayra melemparkan kembali semua foto dan kertas ke dalam laci.


“Dan sekarang mungkin Stephanie serta bibinya bekerja sama.
Barangkali keduanya mengarahkan guna-guna mereka padaku,
membuatku berjalan dalam tidur, membuatku hilang ingatan!”

“Tenang, tenang,” Walker berkata.

“Kalungku.” Mendadak Mayra teringat pada manik-maniknya. “Aku


akan mengambil kembali manik-manikku. Itu yang pertama-tama

103 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


akan kulakukan. Lalu aku akan meminta kembali scarf-ku dari
Stephanie.”

“Scarf-mu?”

“Yeah. Lalu aku akan berhenti bekerja di sini dan sedapat mungkin
menjauh dari Mrs. Cottler serta kemenakan-kemenakannya yang
terkasih itu!” Mayra membanting laci hingga menutup dan nyaris
tersandung kucing, bergegas keluar dari perpustakaan.

“Mayra... kau mau apa?” Walker benar-benar terpana.

“Sudah kukatakan. Aku akan ke atas, mau mengambil kalung manik-


manikku.” Mayra berlari menaiki tangga, Hazel mengikuti di
belakangnya sambil mengeong-ngeong keras seolah memprotes.
“Hazel... awas. Aku tak mau tersandung lagi.”

Kemudian ia berlari sepanjang koridor, dan masuk ke kamar tidur


yang mempunyai dua lemari pakaian rendah dikedua sisi dindingnya.
Ada kotak perhiasan, di sudut lemari itu, tepat di tempat Mayra
pernah melihatnya. Ia bergegas menghampiri dan mengulurkan
tangan ke dalam untuk mengambil kalung manik-manik itu.

“Oh, tidak!” Kotak itu kosong. Kalung manik-manik itu lenyap.

®LoveReads

“Whoa! Pelan-pelan,” tukas Donna. “Menurutku, walau tak dibius,


aku juga takkan mengerti ceritamu.”

104 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Mayra terkejut melihat keadaan Donna. Ia tak bermaksud
menampakkan kekagetannya waktu melangkah masuk ke kamar itu.
Tapi ia tak siap melihat temannya memakai gips, sama sekali tak
dapat bergerak, dengan slang bertempelan di lengannya.

Tapi paling tidak Donna masih terdengar seperti biasanya. Ia ber-


usaha melucu dengan mencela makanan rumah sakit dan mengeluh
tentang salah satu perawat, yang tak sengaja menduduki lengannya
ketika sedang memberi obat!

Meskipun biasanya kedua cewek itu tidak pernah mendapat masalah


mencari topik pembicaraan, Mayra segera merasa salah tingkah
waktu mencoba bercakap-cakap. Dengan canggung ia duduk di kursi
lipat di samping tempat tidur Donna, berusaha mencari topik dari
dunia luar untuk diceritakan pada temannya.

Akhirnya ia tidak dapat menahannya lagi. Ia menceritakan


kepergiannya ke rumah Mrs. Cottler dengan Walker sehari sebelum-
nya, bagaimana ia telah membuktikan bahwa wanita tua itu adalah
penyihir, dan Stephanie—kemenakannya—mungkin juga penyihir.

“Memang ada orang yang suka terlalu cepat mengambil kesimpulan”


kata Donna sinis, “tapi ini keterlaluan.”

“Apa maksudmu?”

“Maksudku, apa sebenarnya yang sudah kaubuktikan, Mayra? Kau


membuktikan bahwa Stephanie dan Link ada kaitan keluarga dengan
Mrs. Cottler. Well, barangkali Stephanie sudah menyebutkannya
padamu waktu ia menawarkan pekerjaan itu, dan kau mungkin cuma
105 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
sedang tak mendengarkan. Dan apa lagi yang kaubuktikan? Bahwa
Mrs. Cottler sangat tertarik pada barang-barang berbau mistis dan
sejenisnya?”

“Tapi semuanya cocok,” Mayra berkeras, tidak sabar dengan sikap


tidak percaya Donna. “Aku tak pernah berjalan dalam tidur sampai
aku mulai bekerja pada Mrs. Cottler. Dan aku meninggalkan kalung-
ku di rumahnya.”

“Ohh,” Donna mengerang.

“Ada apa? Kaupikir aku tolol, ya?”

“Tidak. Leherku gatal, aku tak bisa menggaruknya.”

Mayra tertawa. Ia membungkuk di atas tempat tidur dan menggaruk


leher Donna. “Nah, kau senang kan aku menjengukmu?”

“Dengar, aku tahu kau benarbenar jengkel pada kasus berjalan dalam
tidur yang kaualami dan yang lain-lainnya,” Donna kembali pada
pembicaraan semula. “Tapi jangan kehilangan akal sehat. Sekarang
abad kedua puluh, ingat? Sudah tak ada lagi orang yang berkeliaran
menenung orang lain.”

“Kata Walker masih ada. Katanya sekarang para penyihir itu malah
lebih sering mengadakan pertemuan dibandingkan dengan di abad
ketujuh belas.”

Donna kembali mengerang.

“Gatal lagi?”

106 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Tidak. Aku cuma ngantuk. Sori. Pasti akibat pil-pil itu. Aku harus
tidur sekarang. Aku tak sanggup membuka mata lagi. Kita ngobrol
lagi kapan-kapan, ya? Aku punya banyak waktu untuk memikirkan
hal itu. Aku yakin kita berdua bisa memecahkannya.” Donna
menguap. “Terima kasih kau mau datang.”

“Aku akan segera ke sini lagi,” Mayra berkata sambil bangkit berdiri.

“Kau juga harus tidur,” kata Donna kemudian.

“Kalau saja aku bisa tidur,” gumam Mayra, dan tiba-tiba ia merasa
tertekan. Ia melangkah keluar dari kamar dan bergegas menelusuri
koridor rumah sakit.

®LoveReads

Mayra sedang dalam perjalanan pulang, ia duduk dalam bus jurusan


Division Street yang penuh sesak. Dahinya sedang ia tempelkan di
jendela ketika tiba-tiba di benaknya muncul gagasan pergi ke rumah
Stephanie dan langsung menanyainya.

Diliriknya jam tangannya. Hampir pukul lima. Stephanie sudah


pulang kerja sekarang. Dan mungkin Link belum pulang. Waktu
yang tepat. Ia menekan bel, menunggu bus berhenti, lalu turun.
Hanya tinggal beberapa blok lagi ia akan sampai di rumah Stephanie.

Matahari berwarna kuning tua, tampak rendah di langit. Udara sore


terasa dingin dan kering. Mayra menarik napas dalam-dalam. Apa
yang akan kukatakan padanya?

107 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Aku hanya akan ngomong terus terang bahwa aku tahu apa yang
terjadi. Tentu saja dia akan menyangkal.

Dia pasti menyangkal semuanya. Tapi kemudian akan kusebutkan


apa yang kulihat di rumah Mrs. Cottler. Aku tahu penyihir tua itu
adalah bibinya. Dan aku tahu kenapa dia mengambil scarf putihku,
Lalu apa?

Lalu dia harus menghentikannya. Dia dan wanita tua itu harus
menghentikan apa yang mereka perbuat terhadapku.

Satu blok lagi. Seekor anjing menyalak dan menyerbu Mayra di


halaman rumput yang panjang serta datar. Anjing itu berkaing-
kaing kaget ketika lehernya tersentak, tercekik rantai yang tak cukup
panjang. Hewan itu terpental terbalik.

Mayra tak dapat menahan tawanya. Anjing memang binatang tolol,


pikirnya.

Bayangan Hazel melintas di benaknya. Sebaliknya, kucing itu tampak


cerdas sekali. Hazel jelas tidak suka melihat Mayra dan Walker
menyelidiki rumahnya. Kucing itu kelihatan lega waktu mereka
berdua meninggalkan rumah Mrs Cottler. Binatang aneh....

Sekarang Mayra telah sampai di teras depan rumah Stephanie. Pintu


depannya terbuka. Ia mengintip melalui pintu kasa.

Aku tak sabar lagi menunggu Stephanie membuka kedok “Miss


Polos”-nya di hadapanku, katanya dalam hati. Kali ini aku tahu
terlalu banyak untuk bisa dia tipu.

108 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Permisi,” serunya ke dalam.

Tak ada jawaban.

“Stephanie... kau di rumah?”

Masih sunyi.

Mayra membuka pintu kasa dan melangkah masuk. Diedarkannya


pandangan ke seputar ruang tamu. Aneh rasanya kembali lagi ke
rumah ini. Semuanya terasa begitu akrab. Tak ada satu pun yang
berubah, dan rasanya belum lama Mayra meninggalkannya.

“Stephanie?” ia memanggil ke atas.

Ketika pandangannya melayang ke puncak tangga, ia dapat melihat


pintu kamar Stephanie yang tertutup. Mungkin dia ada di dalam
kamarnya dan tak dapat mendengarku, batin Mayra.

Saat menaiki tangga yang berlapis karpet tebal, Mayra menyadari


jantungnya berdegup kencang. Perasaannya tidak enak. Barangkali
ia sebaiknya kembali pulang dan melupakan semua ini. Sebenarnya ia
lebih menyukai menghindari pertengkaran dan yang sejenisnya.

Tidak. Ia harus maju terus. Ia tak tahan melalui malam-malam penuh


rasa takut untuk tidur, takut akan mengalami mimpi buruk dan
terbangun entah di mana, jauh dari rumah.

Diketuknya pintu kamar tidur Stephanie.

Tak ada jawaban. Tapi ia dapat mendengar bunyi musik dari dalam.

109 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Stephanie. Kau di dalam?” Ia mendorong pintu hingga membuka
dan mengintip ke dalam. Kamar itu gelap gulita, satu-satunya sinar
berasal dari tiga batang lilin yang berkedip-kedip.

Dalam kegelapan itu, Stephanie duduk di lantai di samping lilin,


memunggungi Mayra. Ia bersila di depan lingkaran putih, dan
melantunkan tiga-atau empat kata yang sama berulang kali tanpa
irama. Ada beberapa benda kecil di dalam lingkaran itu. Namun
karena cahaya yang suram dan bergoyang-goyang, Mayra tak dapat
melihat dengan jelas benda apa itu.

Bagaimanapun, ia berhasil melihat dengan jelas satu hal—Stephanie


mengikatkan scarf putih Mayra di sekeliling kepalanya.

110 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


15
TIBA-TIBA Stephanie berhenti komat-kamit dan menoleh. “Mayra...
kenapa kau di sini?”

“Jangan tanya. Apa yang sedang kaulakukan?” Mayra bertanya


sambil melangkah masuk ke kamar.

Stephanie meloncat berdiri. “Cuma berlatih. Siapa yang menyuruhmu


masuk? Apakah ibuku ada?”

“Aku masuk sendiri,” sahut Mayra.

“Sekarang kau dapat keluar sendiri,” kata Stephanie dengan kasar.


Matanya yang hijau berkilat-kilat dalam cahaya lilin, sangat mirip
mata Hazel.

“Tidak, sampai kau katakan kenapa kau melakukan ini.” Mayra


bergeming dari tempatnya berdiri.

“Melakukan ini? Apa maksudmu?” Mayra menuding lingkaran itu.


Ketika mendekat, ia dapat melihat di dalamnya terdapat tulang-
tulang, mungkin tulang ayam, yang diatur membentuk segi tiga.

“Kau tahu aku selalu tertarik pada hal-hal yang berbau mistis,” kata
Stephanie. Ia menyalakan lampu di atas laci pakaian. “Jadi aku cuma
mencoba-coba. Memangnya kenapa?”

“Kenapa kau menggunagunaiku?” Kata-kata itu meluncur begitu saja


dari mulut Mayra. Ia tak benarbenar berniat mengajukan pertanyaan

111 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


itu. Sekarang setelah menyatakannya, sekonyong-konyong ia merasa
malu.

Stephanie tertawa. “Ya ampun, Mayra. Kau gila, ya?”

“Kau memang mengguna-gunaiku,” Mayra berkeras. “Kau memakai


scarf-ku.”

“Hah?” Stephanie meraih ke atas kepalanya dan menarik lepas scarf


putih itu, rambutnya terurai sampai melewati bahu. “Nih.” Disorong-
kannya scarf itu ke tangan Mayra. “Ambil.”

“Kau pakai ini untuk menggunagunaiku” Mayra mengulangi ucapan-


nya, namun mulai merasa ragu-ragu.

“Itu kupakai untuk menahan rambutku ke atas,” kata Stephanie


dengan nada mengejek. “Aku selalu keramas sehabis pulang kerja.
Aku tak mau bahuku basah. Ambil saja scarf konyolmu itu.”

“Tapi, Stephanie, aku sudah tahu semuanya.” Mayra berusaha agar


suaranya tetap terdengar normal, tiba-tiba ia ingin lari, lari me-
ninggalkan rumah ini dan tidak bertemu Stephanie ataupun kakak-
nya lagi. “Aku tahu Mrs. Cottler bibimu.”

“Ya ampun, mati aku,” Stephanie mengejek lagi dan menjatuhkan


tubuhnya di tepi tempat tidur. “Tentu saja kau tahu dia bibiku. Aku
mengatakannya padamu waktu menawarkan pekerjaan itu.”

“Tidak, kau belum pernah mengatakannya padaku,” sangkal Mayra.


ia berpikir keras. Benarkah yang dikatakan Stephanie? Pernahkah dia
mengatakannya? Mayra tidak dapat mengingatnya. “Aku yakin kau

112 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


tidak mengatakannya,” katanya lagi. Aku seharusnya tidak pernah
memulai ini, pikir Mayra. Aku merasa begitu yakin ketika naik ke
sini dan menemukan Stephanie komat-kamit di lantai. Tapi sekarang.
Tidak, aku betul. Aku harus betul. Aku tidak mengada-ada. Aku
berjalan dalam tidur karena ada orang yang telah menenungku.
Kalau bukan Stephanie, pasti bibinya. Stephanie bohong, Mayra
memutuskan.

“Apa kau pikir orang lain juga berniat mencelakaimu?” tanya


Stephanie, bersedekap.

“Kenapa kau sangat jahat padaku?” Mayra menyemburkan


kemarahannya. “Kukira kita berteman.”

“Aku tidak jahat padamu. Aku marah karena kau nyelonong masuk
ke kamarku dan menuduhku seenaknya. Kaulah yang jahat. Kau
sembarangan menuduhku menenungmu! Omonganmu ngawur dan
sinting!”

“Aku tidak sinting!” teriak Mayra. “Kau kenal cowok bernama Cal?”

“Siapa?”

“Cal. Aku tak tahu nama lengkapnya. Cowok pirang berbadan dan
berleher besar.”

Stephanie tertawa. “Tidak. Aku tidak kenal. Memangnya kenapa aku


harus kenal dia?”

“Bibimu kenal dia. Bibimu menyuruh cowok itu membuntutiku.”

113 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Mayra, aku benar-benar tak paham apa yang sedang kaubicarakan.
Semua omonganmu tak jelas juntrungannya sejak kau menerobos
masuk ke sini. Kau kenapa? Kau kelihatan sangat capek dan
menakutkan”

“Kau tahu aku tak bisa tidur nyenyak!” Mayra berteriak,

Ia mulai kehilangan kendali diri dan tak dapat mengontrolnya. “Kau


tahu aku berjalan dalam tidur... dan kau tahu kenapa!”

“Berjalan dalam tidur?”

Aku tahu dia pura-pura tidak bersalah, pikir Mayra.

“Kau berjalan dalam tidur mungkin akibat perasaan bersalah telah


memutuskan hubungan dengan Link.”

“Stephanie, hentikan!”

“Memangnya kenapa? Kau sendiri yang mulai, Mayra. Kau tahu apa
yang kupikir waktu aku tadi melihatmu berdiri di sini?”

“Apa?”

“Kupikir kau datang untuk berbaikan kembali dengan Link karena


Walker mencampakkanmu.”

Sekonyong-konyong Mayra merasa dingin sekali, seakan-akan


darahnya membeku. Apa yang sedang dibicarakan Stephanie? Mayra
merasa salah dengar.

“Karena Walker mencampakkanmu.”

114 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Apa yang dimaksud Stephanie? Mungkin aku memang sinting, kata
Mayra dalam hati. “Walker? Mencampakkan aku? Hah?”

“Setiap orang tahu dia sekarang pacaran dengan Suki Thomas.”

Apakah aku sudah masuk ke Twilight Zone? pikir Mayra.

“Sekarang kau hanya mau menyakitiku,” Mayra berkata lirih dan


mulai melangkah mundur keluar dari kamar itu.

“Tidak,” Stepahnie berkeras. “Jangan katakan kau tidak tahu hal ini.”

“Tak ada yang harus kuketahui. Aku ketemu Walker tadi pagi. Kau
cuma berusaha menyakiti hatiku.”

“Aku melihat Walker dan Suki makan piza bersama di mall,” kata
Stephanie.

“Well, aku juga Lihat. Itu biasa saja, bukan berarti Walker
mencampakkan aku.” Mayra menggenggam scarf putihnya dengan
kencang, hingga tangannya terasa sakit. “Kau memang kekanak-
kanakan,” Mayra berkata dengan suara bergetar. Stephanie diam
saja, hanya mengangkat bahu dan memutar bola matanya.

“Selamat tinggal, Stephanie. Sori aku nyelonong masuk dan merusak


latihan sihirmu.” Mayra berbalik dengan cepat dan melangkah ke
pintu, kepalanya agak pusing.

“Sori juga!” teriak Stephanie di belakangnya. Kemudian sekonyong-


konyong, ketika Mayra sampai di tangga, Stephanie muncul tepat di
belakangnya. Ia memegang bahu Mayra. “Aku sungguh-sungguh

115 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


minta maaf,” kata Stephanie lirih, tanpa nada marah sama sekali.
“Maaf untuk... semuanya.”

Mayra berlari menuruni tangga, mendorong pintu kasa, terbirit-birit


keluar dari rumah itu, napasnya megap-megap. Matahari hampir
tenggelam, tapi udara masih panas dan lembap. Ia berdiri di tengah
jalan mobil yang berkerikil, masih terengah-engah, menunggu
merasa lebih tenang. Apa maksud Stephanie dengan mengatakan
“maaf untuk semuanya”? Mayra bertanya-tanya. Maaf karena
bersikap jahat? Maaf karena telah mengguna-gunaiku hingga aku
berjalan dalam tidur? Maaf karena membuat gosip tentang Walker?

Ia tidak bisa berlama-lama memikirkannya. Tiba-tiba ia melihat


pickup merah Link memasuki halaman.

“Hei... Mayra... hai!”

“Oh, tidak,” gumam Mayra. Link adalah orang terakhir yang ingin
dijumpainya saat itu.

Link menghentikan mobilnya di depan Mayra dan melompat keluar,


wajah kerennya nyengir lebar. “Ini kejutan.”

“Aku... uh... bicara dengan Stephanie.”

Cengiran Link menghilang. “Sungguh?”

Mobil itu. Sekonyong-konyong Mayra teringat pada pickup merah


itu. Donna. Orang gila yang menabraknya. “Link,” Mayra berkata,
“dua hari yang lalu, kau...” Ia menunduk untuk memeriksa bumper

116 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


mobil itu. Mulus dan tak penyok. Ia memeriksa kedua spakbor depan.
Tanpa cacat, seperti masih baru. Jadi bukan Link, pikirnya.

Bagaimana mungkin aku mengira Link-lah pelakunya? Mungkin


Stephanie benar. Mungkin aku memang gila. Aku curiga setiap
orang yang kukenal berusaha menyakitiku.

Lalu pikirannya melayang pada Donna yang sedang terbaring di


rumah sakit dengan slang-slang menempel di lengannya. Dan Cal,
yang memandangnya dengan mengerikan. Dan ia sendiri berjalan
dalam tidur masuk ke hutan itu....

“Aku tidak gila,” katanya, tanpa menyadari bahwa ia berbicara keras-


keras.

Link ternganga memandanginya.

117 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


16
MALAM itu Mayra bermimpi lagi.

Kali ini angin menderu-deru ketika ia melangkah ke danau.


Gelombang gelap, sehitam tinta, menepuk-nepuk pergelangan kaki-
nya, membasahi tepi bawah pakaian tidurnya. Warna-warna tampak
begitu jelas. Langit malam bagaikan beledu hitam. Bulan berkilauan
keemasan, nyaris seterang matahari. Ia menyeberangi gelombang.
Air terasa dingin, dingin sekali mengenai kakinya.

Lagi-lagi, seseorang sedang mengawasinya dari tepi danau. Siapakah


orang itu? Mayra penasaran ingin mengetahuinya. Ia mencoba
berbalik, namun seolah ada yang menahan punggungnya. Ia harus
tetap berjalan, berjalan dengan sangat lambat, tapi tanpa berhenti, di
atas gelombang gelap yang memukul-mukul.

Dalam sekejap ia dikelilingi air. Daratan, hutan, semuanya lenyap di


belakangnya.

Siapakah itu? Siapakah itu yang ada di belakangnya di tepi danau?


Siapakah itu yang diam-diam mengawasinya ketika ia menyeberangi
air? Sekonyong-konyong ia dapat melihat. Semua bergeser, dan ia
dapat melihat tepi danau, semak-semak rendah, pepohonan gelap
yang melambai-lambai di belakangnya.

Sekarang terang sekali. Bulan bercahaya putih menyilaukan. Cahaya-


nya menyebar di tepi danau seperti lampu sorot. Siapa yang ada di
sana? Seseorang sedang berdiri di bawah cahaya putih itu.

118 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Ia mengerjap-ngerjap supaya dapat melihat lebih jelas.

Ya. Ya. Ia dapat melihat orang itu sekarang. Itu Walker. Walker
berdiri mematung, tanpa suara, mengawasi Mayra ketika gadis itu
menoleh lagi dan menyeberangi ombak.

Walker, mengapa kau memandangiku seperti itu?

Lalu, tiba-tiba, ia menghilang bersama sinar bulan yang terang.


Digantikan oleh gelapnya ombak yang basah. Gelombang itu
menarik Mayra ke bawah, ke bawah. Ia berusaha memberontak,
mencoba berenang. Namun air itu begitu kuat. Air naik sampai ke
pinggangnya, sekarang dingin sekali, dingin yang membekukan, dan
berat. Berat, makin berat. Mayra tenggelam makin dalam.

Oh, tolonglah aku, tolong. Kenapa aku tak bisa berenang? Kenapa
aku tak bisa bergerak? Ia merasa makin tenggelam. Ia mencoba
mengangkat lengan ketika kepalanya mulai tenggelam, tapi kedua
lengannya tak dapat digerakkan. Makin tenggelam ke dalam air yang
berat dan gelap. Ia tercekik sekarang.

Oh, biarkan aku bernapas.

Ia terbangun. Tapi ia masih di dalam mimpinya. Atau rasanya begitu.

“Oh, biarkan aku bernapas.”

Air itu mencekiknya. Ia megap-megap dan berjuang melawan air—


menggapai-gapai, menelan air lagi. Masih tidurkah dia?

Tidak. Ini nyata. Ia di dalam air. Air yang dalam. Ia tenggelam.

119 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Air naik ke atas kepalanya. Ia menutup matanya dan berjuang ke
atas. Ia cepat-cepat ke permukaan, tersedak, memukul air, meng-
gapai-gapai, mencoba menarik tubuhnya sendiri, menariknya keluar
dari air, keluar dari mimpi yang bukan mimpi. Ia berusaha menjerit,
berteriak minta tolong. Namun tak ada suara yang keluar. Rambut-
nya kusut, menutupi wajahnya. Ia berusaha menyibakkannya supaya
dapat bernapas.

Aku tak dapat bertahan di atas, pikirnya, dan ia mulai tenggelam


lagi, matanya membelalak, jantungnya berdegup kencang. Itu satu-
satunya suara yang terdengar di dalam air yang sunyi—air yang
berputar-putar mematikan, mengelilinginya sekali lagi.

Aku tenggelam. Aku mati.

Tapi di manakah aku? Ia mulai melihat rona-rona, warna-warna


terang. Dadanya terasa sakit. Paru-parunya hampir meledak.

Aku tenggelam. Aku mati.

Lengan-lengan kuat meraih bahunya. Lengan-lengan kuat me-


rengkuhnya ke atas. Apakah ia sedang mimpi juga? Dibukanya
matanya. Tidak. Ada sebuah speedboat kecil. Dan seorang laki-laki
bertopi bisbol yang menutupi keningnya. Orang itu berjenggot
pendek. Laki-laki itu meraih bahu Mayra. Menariknya. Tubuh gadis
itu kini terasa sekarang, seberat ikan paus.

“Bantu aku,” katanya. “Kau dapat membantuku mengangkat


tubuhmu?” Suara pria itu terdengar sangat jauh, berkilo-kilometer
jauhnya. Pria itu menariknya lagi. Mayra tidak dapat membantunya.
120 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
Perahu kecil itu miring dan terombang-ambing naik-turun. Rasanya
lama sekali sebelum akhirnya Mayra terbaring telentang di perahu
kecil itu. “Kau bisa bicara?” tanya laki-laki itu. Matanya tampak
ramah.

Mayra mengangkat kepalanya dan muntah. Air menyembur keluar


dari mulutnya, air danau yang payau. Ia tersedak, menarik napas
dalam-dalam, muntah lagi, lalu mulai merasa lebih baik.

“Kau bisa bernapas?” tanya orang itu.

Mayra melihat joran dan gulungan senar, kotak peralatan


memancing, di samping motor tempel kecil di buritan. Laki-laki itu
tidak menunggu jawaban Mayra. “Untung tadi aku lewat.”

Mayra mengangguk. Ia mulai gemetar. “D-dingin,” katanya.

Laki-laki itu menarik tali pada motor tempel, dan mesin itu mulai
hidup. “Aku akan membawamu ke tepi,” katanya. “Sori, aku tak
punya selimut. Aku tak mengira malam ini akan memancing seorang
gadis di danau. Dan ternyata kau satu-satunya hasil tangkapanku.”

Mayra melihat tepi danau yang gelap dibatasi pepohonan. Mereka


hampir sampai ke sana. Mayra belum pernah berjalan dalam tidur
sejauh ini ke dalam danau. Cukup jauh untuk menenggelamkan
dirinya.

“Apa yang sedang kaulakukan di dalam air sendirian malam-malam


begini?” tanya pemancing itu.

“Aku tak tahu,” sahut Mayra.

121 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


17
SAMBIL menggigit bibir bawahnya, Mrs. Barnes meletakkan
gagang telepon. “Dr. Sterne bilang dia dapat menemuimu besok pagi.
Kau mau sup tomat semangkuk lagi?”

“Tidak. Aku sudah kepanasan,” Mayra menjawab sambil memutar-


mutar sendok dengan jarinya. “Apakah Mom pikir dia benar-benar
bisa menyembuhkanku?”

Ibunya melangkah melintasi dapur, berhenti di belakang Mayra dan


melingkarkan lengan kebahunya. “Mayra kita harus berbuat sesuatu.
Kau nyaris tenggelam malam ini.” Mrs. Barnes membungkuk dan
menempelkan pipi ke rambut Mayra yang masih basah. “Kupikir Dr.
Sterne benar-benar dapat menolong.”

Mayra mendesah. Ia mendongak melihat jam dinding dapur. Betul-


kah sekarang pukul setengah empat pagi?

“Lebih baik kau pergi tidur,” kata ibunya. “Menurutmu kau akan bisa
tidur?”

“Aku tak tahu apakah aku ingin tidur,” sahut Mayra. Pandangannya
menerawang ke luar jendela, ke dalam kegelapan. “Aku sungguh-
sungguh ngeri, Mom. Kenapa aku begini?”

“Jangan cemas. Dr. Sterne akan menolong menemukan penyebabnya,


dan sementara ini kau dapat tidur di kamarku,” Mrs. Barnes berkata.
Namun melihat bibirnya yang gemetar dan air mata yang meng-

122 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


genang di sudut matanya, Mayra tahu ibunya sama ketakutan dan
sama bingungnya dengan dia sendiri.

®LoveReads

Kedua resepsionis rumah sakit itu, yang duduk di dalam lingkaran


meja di tengah-tengah lobi, lebih tertarik untuk ngobrol sendiri dari
pada melayani orang-orang yang datang menanyakan arah serta
informasi.

“Aku tak tahu, Barbara. Sungguh, aku tak tahu,” ucap wanita yang
lebih kecil berulang-ulang kepada yang lebih besar, yang berulang
kali menggeleng.

Mayra, mengenakan celana pendek dan T-shirt kuning berlengan


panjang, menunggu dengan sabar, bersandar ke meja resepsionis.
Setelah beberapa saat ia merasa harus menyela jika tak ingin
terlambat sampai di ruangan Dr. Sterne. “Boleh saya tahu di mana
ruangan Sterne?”

“Lantai empat,” sahut resepsionis yang bernama Barbara, hanya


memandangnya sekilas.

“Pakai lift sebelah kiri,” tambah temannya, yang ternyata punya


perhatian juga.

Mayra mengucapkan terima kasih dan melangkah ke lift sebelah kiri.


Meskipun belum pukul sembilan pagi, orang-orang sudah ber-
kerumun menunggu di depan pintu lift.

123 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Oh. Maaf!” Mayra menabrak seorang wanita yang kakinya digips.

“Hati-hati.” Wanita itu memelototi Mayra dan menjauh, bersandar


pada kruk logamnya.

Aku begitu gelisah, sampai tak memperhatikan apa-apa lagi, pikir


Mayra. Aku tak ingin berada di sini. Aku tidak sakit. Kenapa aku ada
di rumah sakit? Ia ingin tahu ibunya ada di mana. Barangkali di
lantai enam.

Mrs. Barnes ingin menemani Mayra ke Dr. Sterne, namun banyak


pasien yang harus ditanganinya di atas sana.

Kenapa di sini panas sekali? Mayra heran. Disibakkannya rambut ke


belakang bahu. Seandainya saja ia membawa jepit rambut.

Akhirnya pintu lift membuka dan semua orang berdesakan masuk,


kelihatan sama sekali tidak nyaman. Di lantai dua masuk lagi dua
dokter yang memakai seragam bedah hijau lengkap dengan topinya,
mereka sedang membicarakan pasien dengan suara rendah.

Ketika lift mencapai lantai empat, Mayra mendesak dari belakang.


“Mau keluar!” teriaknya.

Tapi kelihatannya tak seorang pun mendengar. “Tolong... saya mau


keluar.”

Pintu mulai menutup ketika ia mendorong orang-orang di kiri


kanannya dan mendekati pintu lift. Ia nekat meloncat dan akhirnya
berhasil keluar tepat saat pintu membanting menutup.

124 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Sekarang aku di mana? tanyanya pada diri sendiri. Ia menyusuri
dinding berwarna hijau pucat sampai menemukan papan bertulisan
PSIKIATRI. Ada anak panah di samping tulisan itu, menunjuk ke
arah kanan, jadi Mayra berjalan ke kanan, melewati dua pintu ayun,
dan masih terus berjalan.

Kamar-kamar pasien berderet di sepanjang kedua sisi lorong sempit


itu. Lewat pintu-pintu yang setengah menutup Mayra dapat melihat
para pasien berbaring di ranjang mereka. Beberapa sedang tidur.
Beberapa memandang pesawat TV yang tampaknya digantung di
langit-langit. Lalu terdengar gema pertandingan olahraga.

Mungkin aku salah belok, pikir Mayra. Orang-orang ini kelihatan-


nya sakit. Mereka tidak mirip pasien psikiatri.

“Bisa saya bantu?” Seorang mantri bertubuh besar yang sedang


membawa setumpuk nampan muncul di depannya.

“Oh. Ya. Saya mencari ruangan Dr. Sterne.”

“Dia di Psikiatri.”

“Yeah. Saya tahu. Saya...”

“Kembalilah melewati pintu-pintu itu, lalu belok ke kanan.”

“Oke. Terima kasih banyak.” Ia berbalik dengan tidak yakin dan


mencoba mengikuti petunjuk mantri itu.

Setelah melewati pintu-pintu itu ia membelok ke kanan dan melewati


lorong yang sejenis, hanya kali ini berdinding biru pucat.

125 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Aku harus keluar dari sini,” kata Mayra keras-keras.

Ia berbalik lagi dan dengan cepat melewati sederetan pintu ayun


yang lainnya. Ada lagi papan bertulisan PSIKIATRI. Sebuah anak
panah menunjuk lurus ke depan.

Seorang perawat yang mendorong sekereta nampan sarapan


tersenyum tenang padanya ketika berpapasan.

Merasa jadi sedikit berani, Mayra melanjutkan berjalan, membaca


papan-papan nama di samping setiap pintu. Ia sampai di ruang jaga
tempat seorang perawat yang tampaknya kecapekan terkulai di balik
meja, matanya terpejam.

Ketika baru akan menanyakan letak ruangan Dr. Sterne, Mayra


terhenti—dan tersentak. Cowok di sana itu...

Cal.

Ia mengenali rambut pirangnya yang cepak. Matanya yang melotot.


Lehernya yang besar. Cowok itu mula-mula tidak melihat Mayra. Ia
sedang duduk di sofa di dekat ruangan perawat, matanya sedang
memandangi papan penunjuk yang bertulisan PSIKIATRI.

Namun kemudian ia menengok dan melihat Mayra, dan pandangan


mereka bertemu. Mayra langsung mengalihkan pandangannya ke
bawah, lalu melihat gelang nama di lengan orang itu.

Oh, tidak! Ia segera menyadari mengapa Cal ada di situ.

Dia pasien sakit jiwa!

126 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


18
“HEI... kau!” Dalam sekejap Cal mengenali Mayra. Ia kelihatan
bingung, pusing. Ia berusaha berdiri, dan Mayra melihat untuk
pertama kalinya bahwa ia memegang tongkat.

Mayra memutar badannya, mencari jalan untuk lari.

Muka Cal memerah. Ekspresinya berubah dari terkejut menjadi


marah. “Hei... berhenti!” Teriakannya membangunkan perawat itu,
yang langsung melonjak dari kursinya. Antara Mayra dan Cal ada
meja perawat itu.

Mayra cepat-cepat melangkah menjauh.

“Hei... berhenti!” Cal mengejar Mayra, mukanya merah padam,


matanya melotot marah.

Mayra mulai berlari. Hampir saja ia menabrak kereta yang penuh


dengan nampan-nampan makan siang. “Hei... kalau jalan lihat-lihat!”
seru seorang mantri memperingatkan.

Mayra menoleh ke belakang. Cal sedang mendekatinya, melangkah


terseok-seok disangga tongkatnya, dan melambailambaikan tangan
ke Mayra dengan kacau. “Berhenti... kau! Hentikan cewek itu!” teriak
cowok itu.

Mayra berbelok di sudut, mencari-cari tempat persembunyian. Ia


menyelinap ke dalam sebuah kamar. “Halo? Bisa saya bantu?”

127 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Seorang wanita muda cepat-cepat bangun, duduk di tempat tidurnya
di dekat jendela.

“Oh. Maaf. Saya salah masuk kamar,” kata Mayra. Ia menyelinap


keluar kembali ke koridor.

“Nah, sekarang!” Cal bersorak, muncul dari belokan. “Stop. Kau


takkan bisa ke mana-mana lagi!”

“Kau mau apa? Pergi kau!” jerit Mayra.

Cal menyerbu ke depan dengan canggung, berusaha mati-matian


menangkap Mayra. Tiba-tiba muncul dua perawat di kirikanan Cal,
menyergapnya, menahan tubuhnya. “Tolol! Lepaskan aku!” serunya.

Lalu Mayra melihat papan penunjuk di dekat sebuah pintu yang


terbuka-DR. LAWRENCE STERNE. Seorang lelaki muda berambut
warna tembaga keriting berdiri di depan pintu. Ia mengenakan
setelan berwarna cokelat gelap dan sedang membolak-balik kertas
pada clipboard. Mendengar Cal ribut memberontak dari pegangan
para perawat tadi, Mayra melesat ke belakang orang itu dan
menyerbu masuk ke dalam ruangan kantor yang kosong. Ia akan
menutup pintu di belakangnya, tapi orang itu menahan daun pintu
dengan clipboardnya.

“Maaf, Nona,” ia berkata, tampak terkejut sekali. “Anda sedang apa?”

“Saya... uh... saya ada janji dengan Dr. Sterne,” Mayra tergagap-
gagap. “Ini kantornya, kan?”

128 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Ya, betul.” Laki-laki itu ikut masuk dan meletakkan clipboardnya di
atas meja yang berantakan. “Aku Dokter Sterne.”

“Tapi Anda terlalu muda!” Ucapan itu hampir terlontar dari mulut
Mayra. Tapi ia berhasil menghentikannya. Namun ia tidak bisa
menghentikan gerakan mulutnya yang menganga heran.

“Aku tidak seperti yang kau bayangkan, ya?” Dr. Sterne berkata
sambil memandangi Mayra dari atas ke bawah.

“Well, ya,” Mayra mengakui.

“Aku pernah mencoba memelihara jenggot supaya kelihatan lebih


tua,” kata psikiater itu, “tapi tumbuhnya tidak keruan. Malahan
membuatku mirip musang.” Ia tersenyum pada Mayra, namun
ekspresinya segera berubah. “Kenapa kau lari ke sini seperti itu?”

“Ada orang mengejar saya. Salah satu pasien sakit jiwa.”

“Pasien sakit jiwa?” Dr. Sterne melangkah keluar ke koridor dan


menengok ke kiri-kanan. “Dia besar dan pirang. Lehernya besar.”

“Lehernya besar?” tanya Dr. Sterne dari koridor. “Ella? Kau lihat
seseorang yang berleher besar di luar sini?”

Seorang perawat berbadan tinggi kurus, berambut hitam lurus, serta


berkacamata dengan gagang tanduk hitam, muncul di koridor di
samping Dr. Sterne. Ia bukan perawat yang telah menolong Mayra
membebaskan diri dari sergapan Cal.

“Tidak, saya tidak melihat siapa-siapa,” sahut perawat itu. “Apakah


dia pasien Anda?”
129 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
“Bukan. Bukan. Terima kasih,” Dr. Sterne menjawab sambil meng-
garuk dagu. Ia kembali masuk ke kantornya, lalu memandang Mayra
dengan sorot tidak percaya.

“Dia benar-benar ada di sana,” kata Mayra. “Dia sudah pernah


mengejar saya sebelumnya.”

“Orang berleher besar itu?”

“Ya. Dia mencari tahu tentang saya pada teman saya. Dan suatu hari
dia membuntuti saya. Dan sekarang saya baru tahu dia pasien sakit
jiwa di sini dan...”

Dr. Sterne mengangkat kedua tangannya. “Woo. Tenang. Biar ku


perjelas dulu. Katamu orang berleher besar itu membuntutimu di
luar sana padahal dia pasien di rumah sakit ini?”

“Ya. Anda tak percaya, kan?” tanya Mayra, tibatiba ia merasa marah.

“Aku baru menyadari siapa kau,” kata Dr. Sterne sambil duduk di
kursi kulit hitam yang tinggi di balik mejanya yang kacau. “Kau putri
Amy Barnes. Mayra—betul, kan?”

Mayra merasa malu sekali karena beberapa alasan. Orang ini teman
ibunya, dan sekarang orang ini berpikir ia benar-benar sinting,
membayangkan ada yang membuntutinya.

“Ya. Kata Mom...”

“Kau sering berjalan dalam tidur.”

“Mom menceritakan semuanya?”

130 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Ya. Tapi aku lebih suka mendengarnya dari kau sendiri.” Dr. Sterne
menyuruh Mayra duduk di kursi berlengan dari bahan kulit hijau di
seberang mejanya.

“Bukankah mestinya saya berbaring di sofa atau sesuatu?”

“Mestinya aku botak, tua, berlogat asing, dan kau mestinya


berbaring di sofa.” Dr. Sterne tertawa kecil. “Well, maaf. Aku tak
punya logat asing, dan aku tak punya sofa. Kukira kau dapat bicara
denganku sambil duduk, kan?”

Mayra tersenyum untuk pertama kalinya. Paling tidak dokter ini bisa
bercanda. Mayra menjatuhkan dirinya ke kursi dan mengembuskan
napas lega.

“Kau takut?” Dr. Sterne bertanya sambil memajukan tubuhnya ke


depan, sikunya bertumpu pada meja. Ia membalik lembaran kosong
di sebuah notes kuning panjang.

“Tidak. Maksud saya, ya. Maksud saya, bukan pada Anda.”

Psikiater itu kelihatan kecewa. “Kau tidak menganggapku orang


yang mengerikan?”

“Tidak juga,” sahut Mayra. “Anda berusaha bersikap manis pada saya
supaya saya tenang, bukan?”

“Betul,” Dr. Sterne langsung mengakuinya. “Mau melihatku


menyulap tiga apel?”

Mayra tertawa. “Tidak. Sungguh tidak. Sekarang saya merasa lebih


baik. Sungguh.”
131 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
“Kau kelihatannya kecapekan,” kata dokter itu. “Apa kau cukup
tidur?”

“Tidak. Saya takut tidur.”

“Takut kau akan berjalan dalam tidur lagi?”

“Ya.”

“Ayo kita mulai dari awal,” kata Dr. Sterne sambil mencatat di
notesnya. “Ceritakan padaku tentang saat pertama kali kau
mengalami berjalan dalam tidur. Setiap detail yang dapat kauingat.
Bayangkan semuanya. Pejamkan matamu kalau kau mau. Coba
bayangkan semua yang kaukatakan.”

Mayra memejamkan matanya, namun cepat-cepat membukanya


kembali. “Tidak. Nanti saya bisa ketiduran.” Sambil menerawang ke
arah jendela di belakang meja si dokter, Mayra mulai menceritakan
sebanyak mungkin, diawali dengan mimpi aneh yang dialaminya
setiap kali. Membutuhkan waktu lama untuk menguraikan semuanya
itu. Ketika Mayra selesai mengatakan semua yang dialaminya—
ditarik keluar dari danau, tercekik, dan hampir tenggelam—Dr.
Sterne telah memenuhi lembaran notes dengan tulisannya.

“Apakah saya gila atau apa?” Mayra bertanya, terkejut karena


menyadari bahwa suaranya bergetar. Dikiranya ia akan merasa lega
setelah mengeluarkan semuanya kepada psikiater itu, namun
ternyata ia merasa lebih gelisah dan lebih takut daripada yang
pernah dialaminya.

132 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Kau tidak gila,” sahut Dr. Sterne sambil mengerutkan wajah.
“Berhentilah mengira begitu. Kupikir ada sesuatu yang membebani
pikiranmu, sangat meresahkanmu. Tapi menurutku kau tidak perlu
cemas terkena penyakit jiwa. Bukan itu yang menyebabkan kau
berjalan dalam tidur.”

“Lalu apa penyebab sebenarnya?” desak Mayra.

“Kuduga ini akibat trauma yang terpendam,” sahut Dr. Sterne.

“Apa? Tolong Anda jelaskan. Saya belum mendapat pelajaran


psikologi di sekolah.”

“Ada sesuatu yang mengganggumu,” jelas dokter itu. “Sesuatu yang


sangat mengguncang. Kau mencoba mengatasinya ketika tidur,
karena kau tahu sulit mengatasinya saat terjaga.”

Mayra menatap dokter itu, memikirkan apa maksudnya. “Sesuatu


yang mengguncang mengganggu saya?” Dr. Sterne mengangguk.

“Alam bawah sadarmu berusaha mengatasinya.”

“Tapi jika masalah itu sangat mengguncang, bukankah aku pasti


ingat?”

Dr. Sterne membuka laci mejanya, dengan cepat mencari-cari


sesuatu, lalu menutupnya kembali. Ia menatap mata Mayra. “Kau
punya ide kira-kira masalah apa itu?”

Mayra menggeleng. “Tidak. Saya tidak tahu apa yang telah se-
demikian mengguncang saya. Saya sangat tidak menyukai pekerjaan
saya selama liburan ini, tapi itu bukan masalah besar.” Mayra baru
133 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
menyadari bahwa ia belum menceritakan kepada Dr. Sterne tentang
Mrs. Cottler, atau tentang kecurigaannya bahwa Mrs. Cottler—atau
Stephanie—menyihirnya hingga ia berjalan dalam tidur. Kalau
kukatakan, dia pasti benar-benar menyangka aku gila, kilah Mayra.
“Saya putus dengan cowok saya belum lama ini. Tapi saya tidak
begitu peduli. Sekarang saya sudah punya cowok baru.”

Dr. Sterne melihat jam tangannya. “Oh, aku sungguh-sungguh


menyesal. Hari ini pertemuan kita cuma bisa sampai di sini,” katanya.

Mayra berdiri. “Maaf. Saya...”

“Aku ingin kau kembali lagi minggu depan,” kata dokter itu.

Ia berdiri dan mengantar Mayra ke pintu. “Kau mau kembali ke sini


dan ngobrol lagi lebih banyak?”

“Saya... ya.”

“Dan aku tak ingin kau kuatir otakmu terganggu, atau kau mengidap
penyakit serius, atau sejenisnya. Tunggu sebentar.” Dr. Sterne
kembali ke meja dan mencoret-coret pada notes. Lalu ia merobek dan
memberikannya pada Mayra.

“Apa ini?” Mayra tidak dapat membacanya sedikit pun.

“Itu resep. Supaya kau dapat tidur. Dosisnya sangat ringan. Tidak
menyebabkan kecanduan. Minumlah setiap malam, setengah jam
sebelum kau tidur. Sudah terbukti keberhasilannya. Seorang
pasienku juga sering berjalan dalam tidur, dan obat itu berhasil
menghentikannya.”

134 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Tapi saya...”

“Kau perlu tidur. Kau benar-benar kecapekan, Mayra. Dan menurut-


ku kalau bisa menenangkan pikiranmu, mungkin kau dapat menemu-
kan masalahmu, biang keladi kebiasaanmu berjalan dalam tidur.”

Mayra memasukkan resep itu ke kantong celana pendeknya. “Jadi


itukah nasihat Anda? Tidur?”

Dr. Sterne tersenyum. “Paling tidak aku tak mengatakan, 'Minumlah


dua aspirin dan telepon aku besok pagi.'“

®LoveReads

“Kau kelihatan mendingan hari ini,” Mayra berkata pada Donna,

Lalu dengan letih menjatuhkan diri ke kursi lipat di samping tempat


tidur temannya.

“Maksudmu aku sudah setengah sadar dan tak lagi tidak sadar?”

“Maksudku kondisimu tampak lebih baik. Paling tidak, slang-slang


itu sudah tidak ada.”

“Yeah. Aku kembali menjadi diriku lagi sekarang,” kata Donna sinis.
“Aku bukan Frankenstein lagi. Tapi sekarang aku jadi mumi. Lihat
perban-perban ini!”

Mayra bergidik. Mungkin akulah yang seharusnya tergeletak di


ranjang rumah sakit ini, pikirnya. Akulah sasaran sebenarnya.

135 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Maniak di dalam pickup itu—dikiranya dia berhasil menyodokku
keluar dari jalan.

“Apa kabar dunia di luar sana?” tanya Donna.

Mayra sedang memikirkan Dr. Sterne, penjelasannya mengenai


kasus berjalan dalam tidur. Ada sesuatu yang mengganggu Mayra,
katanya. Sesuatu yang begitu mengguncang hingga Mayra tidak
dapat memikirkannya waktu terjaga. Kira-kira masalah apa ya itu?

“Hei, Mayra... kau melamun, ya?” Suara Donna membuyarkan


lamunannya.

“Oh. Sori.”

“Bagaimana pekerjaanmu? Kau masih mengira Mrs. Cottler yang


mengguna-gunaimu?”

“Ya,” jawab Mayra cepat. “Eh, tidak. Maksudku, aku tak tahu.”

“Well, setidaknya kau yakin mengenai hal itu.” Donna tertawa.

“Aduh! Jangan bikin aku ketawa. Sakit sekali!”

“Aku berjalan dalam tidur lagi,” kata Mayra, mendadak ia merasa


sangat lelah. “Kali ini aku nyaris tenggelam.”

“Oh, ya ampun. Mayra, sori. Di mana?”

“Di danau. Di belakang hutan Fear Street. Kau tahu, yang di dekat
rumah Mrs. Cottler.”

“Kau berjalan sejauh itu sambil tidur?”

136 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Yeah. Mula-mula aku mimpi tentang danau, lalu aku berjalan ke
sana. Aneh sekali. Kau tahu, Mrs. Cottler kehilangan anaknya di
danau itu. Aku ingin tahu apakah itu ada hubungannya dengan...”
Pikirannya melayang. Ia tidak melanjutkannya.

“Apa yang terjadi ketika kau sampai di danau?” tanya Donna.

“Waktu aku sampai di sana, kukira aku tetap berjalan.”

“Dan kau tidak terbangun di dalam air?” Wajah Donna tampak


penuh rasa ngeri dan prihatin.

“Tidak. Sampai seorang pemancing datang dan menarikku keluar.


Jika dia tidak ada di sana, aku...”

Donna mengulurkan sebelah tangan dan meraih tangan Mayra.


“Mayra, kau harus mengatakan pada seseorang tentang Mrs. Cottler.
Kau harus mengemukakan kecurigaanmu.”

“Aku baru saja mengunjungi psikiater di lantai di bawah rumah sakit


ini. Makanya aku pagi sekali datang ke sini.”

“Dan kau katakan padanya...”

“Tidak, aku tak bisa melakukannya. Kupikir psikiater tidak akan


percaya soal klenik, ya kan?”

“Tidak, kukira tidak. Tapi, Mayra, ini mengerikan sekali. Lain kali...”

Mayra melepaskan tangannya dari pegangan Donna dan melangkah


ke jendela. Ia memandangi tempat parkir yang penuh sesak di bawah,
sambil berpikir keras.

137 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Danau itu. Ia harus berpikir tentang danau itu. Selama ini ia telah
memikirkan segala sesuatu kecuali danau itu. Tapi sekarang danau
itu kelihatan begitu penting. Danau itu pasti kunci semua persoalan
yang terjadi pada dirinya—mengapa ia berjalan dalam tidur.

Ada sesuatu yang mengganggunya, kata Dr. Sterne. Sesuatu yang


membebaninya, yang berusaha ia atasi dalam tidur. Sesuatu yang
membebaninya... tentang danau itu.

“Aku harus ambil tindakan,” cetusnya dengan keras tanpa sadar.

“Hah?” seru Donna dari tempat tidur. “Mayra, ke sini. Aku tak bisa
melihatmu.”

“Aku akan ke danau itu.”

“Apa katamu?”

“Aku akan ke danau itu. Nanti malam.”

“Hebat. Selamat bersenang-senang,” kata Donna kebingungan.

“Aku selalu ke sana dalam tidurku. Nanti malam aku akan ke sana
dalam keadaan terjaga. Barangkali dengan cara begitu aku dapat
mempelajari sesuatu, Donna. Mungkin danau itu akan mem-
beritahuku.”

“Danau itu akan memberitahumu?” Donna tampak makin ke-


bingungan.

“Tunggu saja,” kata Mayra dengan semangat menggebu-gebu. “Kau


akan aku kasih kabar.”

138 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Oke,” kata Donna kesal, melihat temannya terburu-buru pergi. “Aku
masih tetap di sini. Aku takkan ke mana-mana.”

®LoveReads

Udara malam itu panas dan lembap. Katak-katak pohon mengerik


tanpa henti di pepohonan. Di suatu tempat jauh dari hutan itu,
seekor anjing melolong sedih, menunggu jawaban, lalu melolong
lagi. “Ow!” Mayra menepuk seekor nyamuk. Ia mendongak ke arah
pepohonan, masih sepi, sesepi foto. Ia melangkah masuk lebih dalam
ke hutan Fear Street, senternya menerangi jalan setapak yang sempit
dan berumput lebat di depannya.

“Aku senang Walker tidak ikut,” katanya pada diri sendiri. Ia


mencabut segenggam rumput tinggi yang menghalangi jalannya.
Mayra telah menelepon Walker sesudah makan malam tadi dan
meminta pemuda itu menemaninya ke danau.

“Ke danau? Buat apa?” Walker terdengar kebingungan.

“Cuma buat senang-senang,” sahutnya, ia tidak ingin menjelaskan


tujuan kepergiannya lewat telepon. Bagaimana-pun, sebenarnya
Mayra tidak yakin dengan tujuannya ingin ke danau. Ia hanya tahu
bahwa ia harus melakukan sesuatu.

“Jalan-jalan di hutan Fear Street pada malam hari kedengarannya


tidak asyik buatku,” kata Walker.

“Tapi danau itu pasti sangat indah nanti malam,” Mayra beralasan.

139 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Sekarang hampir bulan purnama.”

“Aku tak bisa, Mayra. Aku telah janji pada sepupuku untuk menjaga
anak kembarnya nanti malam.”

“Benar?” tanya Mayra curiga.

“Sungguh. Aku akan menemanimu kalau bisa. Begini saja... kita pergi
ke danau itu lain kali, oke?”

“Well...”

“Kau takkan pergi sendirian, kan?”

“Well...”

“Tidak. Sungguh. Aku tak ingin kau pergi sendirian. Itu konyol.”

“Well...”

“Mayra? Ayolah. Aku sangat menguatirkanmu.”

Mayra menimbang-nimbang apakah ia akan memberitahu Walker


mengenai tujuan sesungguhnya pergi ke sana malam ini, dan akhir-
nya memutuskan pemuda itu pasti tidak akan mengerti. “Aku akan
meneleponmu nanti,” katanya, “untuk melihat bagaimana kau ber-
tahan menghadapi teror keponakan kembarmu itu.” Kemudian ia
meletakkan pesawat telepon.

Mula-mula Mayra kecewa Walker tidak dapat menemaninya. Namun


kemudian ia menyadari memang lebih baik pergi tanpa Walker. Jika
ada sesuatu yang ditemukannya di danau itu, barangkali lebih baik
kalau ia mengetahuinya sendirian.

140 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Sinar bulan remang-remang menembus pepohonan lebat. Kerlap-
kerlipnya yang keperakan membuat hutan itu tampak tidak nyata,
seperti sebuah tempat dalam dongeng seram. Suasana sangat hening,
Mayra dapat mendengar setiap tarikan napasnya. Sekonyong-
konyong katak pohon berhenti mengerik. Sekarang satu-satunya
suara lain yang terdengar adalah gemeresak sepatu karetnya yang
tersaruk-saruk di tanah lembut, sepanjang perjalanannya melewati
jalan setapak yang berkelok-kelok di dalam hutan.

Rasa takut menyergapnya seketika, seolah-olah mengendap-endap


dari belakang dan menerkamnya. Ia berhenti dan berusaha meng-
halaunya. Namun seluruh tubuhnya gemetaran. Kakinya lemas
seperti kertas. Kepalanya berdenyut-denyut.

Apa yang tengah terjadi padaku? ia bertanya-tanya. Mungkin ini


akibat ia sendirian berada di tengah hutan Fear Street, tempat
banyak peristiwa mengerikan dan misterius terjadi. Mungkin karena
ia sudah dekat dengan danau tempat ia nyaris tenggelam kemarin
malam. Mungkin Mrs. Cottler sedang mengirimkan guna-guna
dengan memakai kekuatan sihir, untuk mencegah agar Mayra tidak
mendekati danau itu, supaya Mayra tidak menemukan apa yang
sedang dicarinya.

Aku harus tetap terus, pikir Mayra.

Ia mengarahkan senternya ke arah jalan setapak dan mulai me-


langkah lagi, memaksa kakinya maju, memaksa diri mengabaikan
badannya yang gemetaran dan kepalanya yang berdenyut-denyut.

141 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Tak lama kemudian ia sudah melihat danau itu. Tampak keabu-abuan
di bawah langit gelap. Airnya menerpa tepi danau yang berlumpur,
nyaris tanpa bunyi.

Setelah lega terbebas dari hutan, Mayra mulai berlari melintasi


rerumputan tinggi menuju air.

Danau itu kelihatan lebih besar daripada biasanya, begitu luas, kedua
sisinya lenyap dalam kegelapan. Fear Island, pulau kecil di tengah
danau, hanya berupa bayangan yang menonjol di kejauhan.

Mayra menghela napas dalam-dalam.

Apa yang kaurahasiakan dariku, danau? Mengapa aku selalu


memimpikanmu? Mengapa aku selalu mendatangimu dalam tidurku?
Mengapa Mrs. Cottler membawaku kepadamu? Rahasia mengerikan
apa yang kau sembunyikan dariku?

Ia duduk di tepi dermaga kayu kecil yang menjulur beberapa meter


ke air. Rasa takut sudah menghilang, namun ia belum berhenti
gemetar.

Air di bawah begitu indah, begitu menyejukkan.

Ia hampir melepaskan sepatu karetnya dan memasukkan kaki ke air


ketika ia mendengar langkah kaki di atas rumput di belakangnya.

Ternyata ia tidak sendirian.

142 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


19
“SIAPA itu?”

Suara Mayra hanya berupa bisikan. Tubuhnya seolah membeku. Ia


bernapas dengan susah payah. Sebelah sepatunya terlepas, sebelah
lagi masih menempel di kakinya. Sambil berusaha mengenakan
kembali sepatunya yang terlepas, ia memandangi kegelapan.

“Siapa di situ?”

Tali sepatunya masih tersimpul, sehingga ia tidak dapat memasuk-


kan kakinya. Dan tangannya sangat gemetar sampai-sampai ia tak
sanggup menguraikan simpul tali itu. Mayra meloncat turun dari
dermaga, menenteng sepatunya yang sebelah, dan mencari tempat
untuk sembunyi. Ada segerumbul semak beberapa puluh meter dari
tepi danau. Ia mendengar bunyi ranting berkeretak. Langkah-
langkah kaki di tanah gembur.

“Siapa itu?” panggilnya dengan suara aneh, tenggorokannya tercekik


oleh rasa takut.

Bunyi langkah lagi, makin keras. Lalu... “Hei!” seru sebuah suara.
Terlambat untuk lari.

“Hei!” Suara yang sudah akrab di telinganya.

Jantung Mayra berdegup kencang. Ia mengangkat sepatunya, seakan


menggunakannya sebagai senjata. Tiba-tiba ia muncul, melangkah
keluar dari kegelapan menuju sinar bulan yang keperakan.

143 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Link!”

“Hai, Mayra.”

“Link! Kenapa kau di sini?”

“Aku melihatmu. Di Fear Street. Aku sedang di dalam mobil. Lalu


kuputuskan untuk mengikutimu. Aku cemas. Maksudku, apa yang
kaukerjakan di sini sendirian?”

“Ini bukan urusanmu!”

Beberapa detik tadi Mayra merasa gembira melihat Link. Tapi ketika
Link menyebut mobilnya, Mayra tersentak. Mayra membayangkan
Donna yang sedang tergeletak di rumah sakit, lengannya penuh
slang. Rasa takut itu muncul kembali. Mayra gemetar. Pusing.
Akhirnya Mayra memutuskan menutupi ketakutannya itu dengan
marah-marah. Ia takkan membiarkan Link tahu bahwa ia ketakutan.

“Apakah kau berjalan dalam tidur lagi?” Link bertanya, seulas


senyum ganjil menghiasi wajahnya.

“Tidak,” sahut Mayra dingin. “Bagaimana kau tahu tentang hal itu?”

Link mengangkat bahu. Senyumnya hilang. Matanya yang hitam


menatap Mayra tajam. “Seharusnya kau tidak sendirian di hutan Fear
Street, Mayra. Kau sudah cukup lama tinggal di Shadyside untuk
tahu tentang hal ini.”

Apakah perhatiannya ini tulus? Apakah ada maksud terselubung?


“Aku bisa menjaga diriku sendiri,” Mayra berkata sambil membalik-
kan badan membelakangi Link. Ia duduk di atas tunggul kayu dan
144 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
berusaha menguraikan simpul tali sepatunya. “Aku sudah bosan
kaukuntit terus-terusan. Aku ingin kau berhenti—mulai saat ini.”

“Tapi aku sungguh-sungguh mencemaskanmu, Mayra.”

“Well, cemaskanlah yang lainnya,” tukas Mayra. Ia mendongak


melihat cowok itu. Wajah Link penuh perhatian.

“Kau tak seharusnya ada di sini,” Link mengulangi ucapannya, tanpa


menghiraukan kemarahan Mayra.

“Aku janji ketemu Walker,” Mayra berbohong. “Kuharap kau tak ada
di sini ketika dia datang nanti.”

“Kalian janji ketemu di sini?”

“Yeah. Memangnya kenapa?” Cowok itu tertawa.

“Apanya yang lucu?”

“Ini bukan tempat yang asyik untuk kencan, kan? Lihat saja. Kau
tidak menemukan pasangan lain yang melewati hutan itu untuk
kencan di sini.”

“Well... aku dan Walker suka hal-hal yang sedikit menegangkan.”


Mayra tahu alasannya terdengar lemah, namun hanya itulah yang
dapat dikatakannya.

Link mengerutkan dahi dan menyibakkan rambutnya yang panjang,


seakan tidak mempercayai ucapan Mayra. “Kenapa kalian berdua
tidak datang ke sini bersama-sama?” Link bertanya.

“Pergilah, Link. Aku sungguh-sungguh ingin sendirian di sini.”

145 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Mayra, sori. Sungguh. Aku benar-benar sedang naik mobil lewat
Fear Street, lalu aku melihatmu. Aku tahu seharusnya aku tak boleh
mengikutimu, tapi... aku tak tahu.”

“Apakah kau pernah membawa mobilmu ke jalan raya menuju


Waynesbridge, Link?” Pertanyaan itu meluncur keluar begitu saja
dari mulutnya. Mayra harus mengetahui jawabannya. Ia harus tahu
apakah pickup Link yang nyaris membunuh Donna.

“Hah?”

“Kau dengar pertanyaanku. Minggu lalu. Betulkah itu kau?”

“Mayra, apa yang sedang kaubicarakan?”

Mayra menatap mata Link yang hitam, berusaha mencari kebenaran


di situ. “Sebuah pickup merah telah menabrak Donna di jalan itu. Dia
sedang membawa Toyota ibuku dan...”

Link tampak benar-benar bingung. “Donna? Bagaimana keadaan-


nya? Mayra, kau kenapa? Omonganmu tidak dapat dimengerti.”

Mayra menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak tahu apakah Link


sedang berpura-pura tidak tahu apa-apa ataukah ia memang tidak
bersalah. Jika itu memang mobilnya, tentu ia takkan mengakuinya
sekarang. Mayra menyesal telah menanyakan hal tersebut pada Link.

Tiba-tiba Link membungkuk dan meraih lengan Mayra. “Mayra...


ayo kuantar kau pulang.”

Mayra langsung meloncat berdiri dan menarik tangannya dari


pegangan cowok itu. “Lepaskan aku!”
146 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
“Aku sangat rindu padamu,” kata Link. Ia melangkah maju dan
memegangi Mayra dengan kedua tangannya. Mayra berusaha
menarik lepas tangannya, tapi pegangan cowok itu terlalu kencang.
Matanya tampak liar. “Aku begitu merindukanmu,” ulang Link.

Suaranya terdengar tegang, aneh. Dia mulai ngaco, pikir Mayra.


“Link... lepaskan!”

“Tidak!” teriak Link. “Aku tak mau!” Ia mengencangkan pegangan-


nya, menarik Mayra ke arahnya. “Tidak sampai kau mengakui kau
juga merindukanku!”

Lengan Link memeluk pinggang Mayra. “Link... jangan!” Pelukan


Link pada pinggang Mayra makin kencang. Link semakin mem-
pererat pelukannya. “Jangan... Link! Jangan!” Mayra menoleh. Wajah
Link bersinggungan dengan pipi Mayra. “Lepaskan aku!” Mayra
meninju telinga kiri Link.

Kepala Link tersentak ke belakang, ia terperanjat. “Hei...” Cepat-


cepat Mayra membungkuk, meloloskan diri dari Link yang masih
terkejut. “Mayra, tunggu...”

Mayra berlari tunggang-langgang ke arah dermaga, menoleh, dan


melihat Link mengejarnya. “Tunggu... aku tak bermaksud apa-apa...!”
seru Link. Matanya kacau dan liar.

Yang terpikir oleh Mayra hanyalah melarikan diri, ia meloncat dari


dermaga ke dalam air. Oh! Dingin sekali! Mayra megap-megap,
sekonyong-konyong lumpuh karena serangan rasa dingin itu. Lalu ia
ingat peristiwa itu....
147 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
20
SEMUANYA kembali terbayang.

Malam yang mengerikan itu, lebih dari sebulan lalu.

Serangan hawa dingin mengembalikan ingatannya. Dan ketika


Mayra berjuang kembali ke tepi danau, sekonyong-konyong ia ingat
semuanya.

Dan ia mendengar jerit ketakutan itu lagi.

“Mayra... kau kenapa?” panggil Link, dilihatnya ekspresi wajah


Mayra. Tangan Mayra menutupi kedua telinganya, mencoba
meredam jeritan yang baru ia ingat dan yang tak mau menyingkir.

“Antar aku pulang,” Mayra berhasil mengatakannya. “Pokoknya


antar aku pulang.”

Link membantu Mayra berjalan melalui hutan Fear Street.

Kemudian Mayra terpuruk di kursi mobil, dan Link mengendarai


pickupnya tanpa mengatakan apa-apa.

Ketika sampai di rumahnya, Mayra tak ingat lagi perjalanan itu. Ia


lupa mengucapkan selamat malam pada Link. Ia tak ingat menaiki
tangga menuju kamarnya, mengganti pakaiannya, dan naik ke
tempat tidur. Ia mengenang kembali malam Minggu itu, tenggelam
dalam ingatannya, masih merasakan ketegangan itu, ketegangan
yang begitu cepat berubah menjadi mimpi buruk.

148 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Sekali lagi jeritan itu terdengar. Seseorang memanggil-manggilnya
dengan sangat panik, minta tolong.

Ia menutupi kedua telinganya dan memejamkan mata.

Ketika membuka matanya kembali, ia berada di dalam kamarnya,


mengenakan pakaian tidur, aman di atas ranjang. Bagaimana ia bisa
sampai di sini? Apakah ini juga mimpi? Kamar itu mulai berputar-
putar. “Apakah ini nyata?” Mayra bertanya keras-keras.

Malam yang sangat menyeramkan itu—apa ia sekarang mengingat-


nya? atau apa itu juga mimpi? Apakah itu benar-benar terjadi?

“Mulai lagi dari awal,” katanya pada diri sendiri, mencoba menata
pikirannya, berusaha menenangkan jantungnya yang berdebur
kencang, mencoba menghentikan kamarnya yang berputar-putar. Ia
rebah kembali di tempat tidur, memejamkan mata, dan berusaha
memunculkan kembali peristiwa malam Minggu itu. Walker.

Di mana ia bertemu Walker? Mayra berpikir keras. Di Division


Street Mall. Mereka akan nonton film. Itu kencan mereka yang
ketiga atau keempat. Ia ingat, waktu itu Walker bertingkah aneh.

Mulanya, hari itu beberapa anak mengejeknya aneh. Mereka


mengolok-olok tipuan sulap yang sedang dipertunjukkan Walker
kepada mereka. Mayra menyuruhnya melupakan hal itu, namun
Walker tampaknya tidak dapat melakukannya.

“Sungguh tidak gampang punya sikap berbeda di Shadyside,” kata


Walker pahit. “Semua orang ingin aku bersikap seperti yang lain.

149 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Mereka menganggapku aneh karena aku lebih tertarik pada hal-hal
gaib dibanding pada grup-grup heavy-metal dan pesta.”

“Ayo kita nonton,” kata Mayra. Tetapi Walker menolak.

“Aku punya usul yang lebih baik.” Pipinya merah merona. Matanya
liar. Bicaranya cepat. Jalannya ngebut, hingga Mayra terbirit-birit
mengikutinya.

“Walker... pelan sedikit. Kau mau apa?” Mayra mulai merasa gelisah.
Ia sebenarnya belum begitu mengenal pemuda itu. Walker belum
pernah bertingkah seperti itu. Mayra mengikuti Walker ke salah
satu tempat parkir mall. Walker mulai melongok-longok ke dalam
mobil yang berderet di sana.

“Ini dia,” katanya, setelah memeriksa beberapa baris. Kunci kontak-


nya masih tertancap. Ayo masuk.” Oldsmobile model baru. Berwarna
merah mirip mobil pemadam kebakaran. Benarkah Walker akan
mencuri mobil ini?

“Walker... jangan.”

Walker tertawa. “Aku hanya menggodamu, Mayra.”

“Apa maksudmu?”

“Ini mobil ibuku. Aku cuma bercanda. Ayo. Masuk.”

“Kau benar-benar membuatku gelisah,” kata Mayra sambil tertawa.


“Tingkahmu aneh sekali. Kupikir kau mau mencuri mobil ini.” Mayra
duduk di depan.

150 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Aku aktor jempolan,” kata Walker, lalu ia duduk di belakang
kemudi. Digesernya tempat duduk ke belakang, karena kakinya
terlalu panjang. “Penyulap harus pandai berakting.” Walker
memundurkan mobil keluar tempat parkir dan membawanya menuju
pintu keluar. “Pakai sabuk pengamanmu,” katanya.

“Rasanya aku mau ngebut.”

“Kita mau ke mana?” tanya Mayra ketika Walker membelokkan


mobil dengan tajam ke Division Street, membuat ban mendecit.

“Entahlah. Ke mana saja.” Ia melesat melewati lampu merah.


Tatapan liar itu kembali muncul di matanya.

“Tunggu sebentar,” kata Mayra curiga. “Ini mobil ibumu? Kau


membawanya ke mall?”

“Yeah.”

“Lalu kenapa tadi kau memundurkan jok?”

Walker tertawa. Tawa yang belum pernah didengar Mayra, tawa


menyeramkan. Mayra sama sekali tidak menyukainya. “Oke, oke.
Memang kita meminjam mobil ini sebentar.”

“Walker... turunkan aku!”

“Aku akan mengembalikannya ke tempat parkir itu. Aku janji.”

“Walker... bisa-bisanya kau...”

Walker mengangkat bahunya. “Pokoknya aku senang. Kau tak


pernah berbuat menuruti kata hatimu, ya?”

151 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Mobil itu berdecit lagi di belokan, nyaris menghantam taksi. Sopir
taksi marah-marah sambil mengklakson. Walker menginjak gas.
“Wow! Mobil ini bisa lari juga. Pasti V-enam.”

“Walker...”

“Aku tahu, aku tahu. Aku janji. Satu lagi putaran cepat, dan kita
segera kembali ke tempat parkir itu.”

“Memang tepat katamu, putaran cepat. Kenapa kau ngebut seperti


ini?”

Walker tidak menjawab, malah melanggar lampu merah lagi. “Ups.


Aku tak lihat yang itu.”

Tak lama kemudian mereka melaju cepat menuju River Ridge di


jalan sempit berkelok-kelok dengan pemandangan ke Conononka
River. River Ridge merupakan tempat kencan yang paling sering
dikunjungi anak-anak Shadyside High. “Ayo kita lihat ada apa di atas
sini pada malam hari,” kata Walker.

“Pelan-pelan!” teriak Mayra. Tapi peringatannya terlambat.

Mula-mula Mayra melihat lampu besar di tikungan jalan. Lalu ia


melihat mobil kuning kecil itu. Walker membanting setir, tapi tidak
tepat waktunya.

Semuanya seolah terjadi dalam gerak lamban. Mayra dapat melihat


apa yang sedang terjadi, namun tak ada yang dapat ia perbuat untuk
menghentikannya. Bahkan ia tak sempat mengangkat lengan untuk
menutupi matanya. Oldsmobile merah mereka menyeruduk sisi

152 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


pengemudi mobil kuning itu. Tabrakan itu bunyinya memekakkan,
seperti ledakan bom.

Mayra merasakan satu hantaman keras, lalu satu guncangan pelan.


Dan kemudian ia mendengar jeritan. Jeritan ketakutan yang me-
lengking berasal dari mobil kuning itu. Jeritan yang akan selalu
didengarnya berulang-ulang. Tanpa daya Mayra memandangi mobil
kuning itu terjungkir keluar bahu jalan. “Tidak! Walker! Tidak!”
Mayra menjerit-jerit tanpa sadar.

Akhirnya Oldsmobile itu bergetar berhenti. Mayra sejenak duduk


membeku dan menyadari dirinya baik-baik saja. Ia meloncat keluar
dari mobil dan berlari ke tepi jalan. Di bawahnya, dengan cepat
mobil kuning itu tenggelam ke dalam sungai, gelembung-gelembung
besar timbul seiring lenyapnya sosok mobil itu.

“Walker... kita harus menolong!” teriak Mayra. “Walker!”

Di mana dia? Mayra menoleh dan melihat Walker duduk di belakang


kemudi, memberi isyarat pada Mayra agar kembali ke dalam mobil.

“Walker... cepat! Paling tidak ada dua orang dalam mobil itu!”

Di mana mereka? Mengapa mereka tidak cepat-cepat berenang ke


permukaan?

“Walker... kita harus menolong mereka! Mereka tenggelam!”

Dengan bunyi tersedot yang keras, atap mobil itu menghilang ke


dalam air. Mayra terpana memandang ke bawah dari pinggir jalan,
membeku dalam kepanikan. Naiklah. Naik. Cepat naik.

153 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Akhirnya seseorang mengapung keluar dari mobil tenggelam itu.

Oke. Sudah satu, pikir Mayra. Mungkin mereka tak apa-apa. Sambil
berkecipakan orang itu berusaha berenang ke tepi sungai. Tidak
lama kemudian ia berhasil keluar dari air dan melangkah di tanah
tepi sungai. Sambil terbatuk-batuk dan tersedak-sedak ia mendongak
menatap ke tepi jalan—dan melihat Mayra.

“Walker... cepat!” teriak Mayra. “Cepat turun dari mobil! Orang itu...
dia memanggil-manggilku, tapi aku tak bisa mendengarnya!”

Laki-laki itu memberi tanda pada Mayra dengan panik, lalu meloncat
kembali ke dalam air, barangkali untuk menyelamatkan seorang lagi
yang masih ada di dalam mobil.

“Walker... kita harus cepat-cepat menolong! Walker...”

Sekonyong-konyong Walker sudah ada di samping Mayra. Tapi ia


tidak menoleh ke bawah, melainkan meraih lengan Mayra dan mulai
menariknya kembali ke mobil.

“Walker... kau mau apa?”

Walker tidak menjawab, malahan mengencangkan cengkeramannya


pada lengan Mayra. “Ow! Aduh!”

Walker tidak menghiraukan teriakan Mayra, didorongnya gadis itu


masuk ke mobil. Yang diingat Mayra hanyalah mereka kemudian
ngebut. Dan lalu...

Dan lalu apa?

154 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Mayra masih berbaring, matanya terpejam rapat, ia berusaha
menggali ingatannya dalam-dalam. Lalu apa yang terjadi? Ia ingat
waktu itu ia menangis. Menangis dan protes. Minta Walker kembali
ke tempat itu. Lalu apa? Apa yang kami lakukan?

Mengapa aku tidak ingat sedikit pun sampai malam ini?

Serangkaian pertanyaan muncul bertubi-tubi. Tapi anehnya, Mayra


merasa lega. Sekarang ia tahu mengapa ia selalu berjalan dalam tidur
menuju air. Sekarang ia tahu apa yang mengganggu pikirannya, apa
yang selalu ia coba selesaikan di alam bawah sadarnya ketika tidur.
Dan sekarang ia yakin sudah tahu mengapa peristiwa malam
mengerikan itu hilang dari ingatannya selama berminggu-minggu.
Ia merasa telah berhasil mengungkapkan semuanya. Ia tinggal
membuktikannya.

Sambil menyalakan lampu meja di samping tempat tidur, Mayra


meraih pesawat telepon. Sudah malam—hampir tengah malam—tapi
apa boleh buat? Mayra menekan nomor telepon Walker. Nada
panggil berbunyi sekali, dua kali.

Walker mengangkat pesawat telepon dan mengucapkan halo,


suaranya terdengar mengantuk. Ketika Mayra meminta Walker
menemuinya di rumah Mrs. Cottler besok pagi, pemuda itu
terdengar terkejut. “Uh... aku tak bisa besok. Bagaimana kalau...”

“Bagaimana kalau besok malam saja? Aku harus mengatakan sesuatu


yang sangat penting padamu.”

Walker segera setuju.


155 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
21
WALKER meraih tangan Mayra dan menariknya ke bawah, ke
sampingnya, di tepi danau berumput. Walker berusaha memeluk
Mayra.

“Jangan,” kata Mayra sambil mendorong Walker menjauh.

Gadis itu duduk di samping Walker, menatap ke arah air danau yang
berona abu-abu.

Malam yang dingin. Udara terasa lebih mirip musim gugur daripada
musim panas. Pepohonan dan semak-semak menghilang ke balik
sosok kelabu malam hari, bayang-bayangnya menyelubungi tanah.
Jauh di danau, hampir di Fear Island, dua ekor burung menukik dan
menyelam, menangkap ikan untuk makan malam, ketika segumpal
kabut tertiup ke tepi danau.

Mayra telah cukup banyak tidur sore itu. Tidur nyenyaknya yang
pertama kali setelah berminggu-minggu. Namun ia tidak merasa
sepenuhnya segar waktu bangun tidur. Ia mengganti pakaiannya
dengan jins belel ketat serta kaus rugbi bergaris hijau-putih, lalu
bergegas menuju rumah Mrs. Cottler. Hazel telah menunggunya di
dekat pintu.

Ketika Mayra selesai memberi makan kucing itu dan menyirami


tanaman Mrs. Cottler, Walker mengetuk pintu belakang. Ia me-
ngenakan celana katun kusut dan sweter abu-abu. Rambutnya tidak
disisir. Walker akan melangkah masuk, namun Mayra keluar dan

156 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


menarik pintu hingga menutup. “Malam ini dingin dan indah. Ayo
kita ke danau,” kata Mayra.

Walker tampak kebingungan, tapi ia mengikuti Mayra menuruni


lereng yang curam berumput menuju danau yang gelap dan sunyi.

Sekarang Mayra duduk di samping Walker, memandangi pemuda itu


yang sedang berbaring di rerumputan tinggi. Sepanjang hari Mayra
telah menyiapkan dan melatih apa yang akan dikatakannya pada
cowok itu. Tapi sekarang semua terasa itu tidak pas.

“Ada apa?” tanya Walker sambil masih memegangi tangan Mayra.


“Kau kelihatan kacau. Kau berjalan dalam tidur lagi?”

“Tidak,” jawab Mayra. Dan matanya kembali menatap Fear Island di


tengah danau yang sekarang seluruhnya terselubung kabut.

“Kau sudah bisa tidur?” Walker tampak prihatin.

“Tidak. Aku belum bisa tidur,” Mayra berbohong. “Aku terlalu takut
untuk tidur.”

“Karena berjalan dalam tidur?”

“Ya. Setiap kali hampir terlelap, aku memaksakan diri untuk tetap
terjaga. Aku ketakutan setiap malam. Aku benar-benar kacau,
Walker. Aku sungguh-sungguh perlu bantuanmu.”

Walker duduk, masih memegangi tangan Mayra. “Bantuanku?”

“Ya. Aku memerlukanmu untuk membuatku tenang.”

Walker melepaskan tangan Mayra. “Maksudmu...”

157 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Aku memerlukanmu untuk menghipnotisku supaya aku tenang.
Ingat, kau pernah menawariku, kan?”

“Well, ya. Kukira aku bisa. Aku tak tahu.” Walker menyibakkan
rambut pirangnya ke belakang dengan kedua tangan. “Aku sudah
sering berlatih.”

“Itu tak berbahaya, kan?” tanya Mayra sambil menggigit bibir


bawahnya.

“Tidak, sama sekali tidak. Aku sudah menguasainya dengan baik.


Alice, sepupuku, kuhipnotis beberapa bulan lalu supaya berhenti
merokok. Seharusnya tidak susah menggunakan pengaruh hipnotis
untuk mengurangi kecemasanmu.”

“Well, aku sudah putus asa, Walker. Sungguh,” kata Mayra. “Tadi
malam hal ini terpikir olehku sebelum meneleponmu. Aku ingat kau
pernah menawarkan untuk menghipnotisku dan... “

“Well, gampang sekali, sungguh.” Walker merogoh kantong celana-


nya dan menarik keluar sebuah pemantik. “Pertama-tama, aku akan
membuatmu merasa sangat ngantuk.”

“Cuma merasa?”

“Yeah. Kau cuma merasa seperti sedang terlelap.”

“Bagus kalau begitu,” kata Mayra sedih. “Sudah lama aku tidak bisa
tidur. Sejak aku mulai kerja di rumah Mrs. Cottler...”

“Dia akan kembali sebentar lagi, kan?”

158 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Betul.”

“Kau harus menghindari dia,” kata Walker berapi-api. “Guna-


gunanya padamu itu... hei...jangan kau kira aku bisa menghilangkan
kebiasaanmu berjalan dalam tidur dengan hipnotis.”

“Tidak. Tentu saja tidak,” kata Mayra, dengan gugup ia mencabut


segenggam rumput, dan membuka kembali kepalannya hingga
potongan rumput lembap itu berjatuhan lewat sela-sela jemarinya.
“Aku cuma ingin kau membuatku merasa tenang. Itu saja.”

“Oke.” Walker tersenyum meyakinkan Mayra. “Dalam sekejap kau


pasti akan merasa lebih baik, Mayra. Mula-mula, lemaskan otot-
ototmu. Nah, begitu. Sekali lagi. Lebih rileks lagi.”

Mayra mengendurkan otot-otot leher, dan kepalanya terkulai ke


depan. Walker menyalakan pemantik. Api memercik, lalu menyala
merah terang. “Sekarang aku ingin kau mengikuti nyala geretan ini,”
katanya. “Mungkin kau pernah melihat ini di TV dalam acara sulap.
Tapi ini sungguh-sungguh. Sekarang, kosongkan pikiranmu, oke?
Jangan pikirkan apa pun kecuali nyala api ini. Berkonsentrasilah pada
nyalanya. Pusatkan seluruh perhatianmu pada nyalanya. Ikutilah.
Nah, begitu. Ikuti ke sini... lalu ke sini.”

Mata Mayra mengikuti geretan itu dari kiri ke kanan, dari atas ke
bawah. Kelopak matanya mulai terasa berat.

“Kau mulai merasa ngantuk. Itu bagus. Biarkan saja,” bisik Walker.
“Kau mulai memejamkan mata sekarang. Akan enak rasanya kalau
kau pejamkan matamu. Teruskan. Teruslah tidur. Tutup matamu.
159 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
Kalau kau buka matamu nanti, kau akan merasa sangat tenang,
sangat santai, sangat damai.”

Mayra memejamkan matanya. Walker terus berbisik beberapa lama.


Mayra menanggapinya dengan mengangguk-angguk. Tapi tidak
membuka mata. Lengannya tergantung lurus di sisi.

“Sebentar lagi aku akan menyuruhmu buka mata, kau akan merasa
santai. Seakan kau baru saja menjalani tidur ternyenyak selama
hidupmu. Dan kau akan merasa benar-benar damai dengan dirimu
sendiri. Kegelisahan yang membingungkanmu akan terlupakan. Kau
akan benar-benar tenang.”

Mayra, dengan kelopak mata mengatup ringan, mengangguk pelan,


tenang.

“Dan ketika kau buka matamu,” kata Walker masih dengan suara
sangat lirih, “kau akan tetap melupakan peristiwa malam itu di River
Ridge. Kau takkan diganggu bayangan mobil kuning itu. Kau takkan
ingat sedikit pun tentang kecelakaan itu, tentang mobil kuning itu,
tentang pergi ke River Ridge denganku. Waktu kau buka matamu...”

Mayra membuka mata dan seluruh tubuhnya tegang. Ia meloncat


dan merenggut bagian depan sweter Walker dengan kedua tangan-
nya. “Dasar brengsek!” jerit Mayra. “Aku tahu itulah yang kau
lakukan padaku di malam mengerikan itu! Aku berjalan dalam
tidur—kaulah biang keladinya—dan kau sudah sejak awal
mengetahuinya!”

160 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


22
MULUT Walker ternganga dan bulatan pink di kedua pipinya
berubah menjadi merah tua. Walker mulai beranjak berdiri, namun
Mayra mendorongnya hingga ia terduduk lagi. Mayra berdiri di
hadapannya dengan kemarahan berkobar-kobar.

“Jadi kau cuma pura-pura, ya?” tanya Walker.

“Betul. Aku harus terjaga, untuk mendengarkan apa yang kau


omongkan.”

“Ini cuma perangkap, ya?”

“Cepat juga kau sadar. Kau tak berhak melakukannya padaku,


Walker, menghipnotisku malam itu dan membuatku melupakan
kecelakaan itu. Kau tak punya hak mengacaukan pikiranku seperti
itu.”

“Waktu itu kau ingin melapor ke polisi,” kata Walker dingin. “Aku
tak dapat membiarkanmu melakukannya. Aku tak dapat membiar-
kanmu merusak hidup kita berdua karena sebuah kecelakaan konyol.”

“Kecelakaan konyol? Mungkin ada orang yang mati dalam mobil itu,
Walker! Kita bahkan tak tahu berapa banyak orang yang ada dalam
mobil itu, kan? Karena kau kabur. Kau tak berbuat apa pun untuk
menolong. Kaubiarkan orang itu mati.”

“Satu orang” kata Walker membuang muka. “Seorang pria mati. Aku
membacanya di koran. Yang satu lagi, saudaranya, masih hidup.”

161 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Tapi aku tak membaca beritanya, kan?” kata Mayra pahit, ia
menendang segumpal rumput ke arah Walker. “Sebab aku bahkan
tidak ingat pernah ada di sana. Kau telah mengatur semuanya!”

“Harus. Masa depan indah menungguku. Aku takkan membiarkan-


nya hancur karena satu kesalahan konyol.”

“Kesalahan konyol? Kau pelaku tabrak lari, Walker!” teriak Mayra. Ia


tahu ia tidak dapat mengendalikan diri lagi, namun ia tak sanggup
menghentikannya. “Dan selama ini kau tahu kenapa aku berjalan
dalam tidur. Kau tahu apa masalahku, kenapa aku selalu berjalan
dalam tidur menuju air. Aku tak dapat mengatasinya secara sadar
karena kau telah menghipnotisku malam itu.”

“Aku cuma berniat membuatmu tenang. Kau bahkan setuju,” kata


Walker, ia menghindari tatapan Mayra. “Jadi, aku menghipnotismu,
dan... uh... well...”

“Dan selama berminggu-minggu ini kau membiarkanku ber-


prasangka buruk pada wanita tua malang yang tidak bersalah itu
hanya supaya kau terhindar dari kecurigaan!”

Walker terpaku menatap danau dan tidak menanggapi.

“Kau sama sekali tak peduli padaku, kan? Ya, kan?” desak Mayra.

Walker melompat berdiri dan melangkah menjauhi Mayra “Sekarang


aku sudah pacaran dengan Suki,” katanya. “Semua orang di dunia
sudah tahu. Aku berada dekatmu cuma untuk memastikan ingatanmu
tak pulih.”

162 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


Kedua tangan Mayra mengepal. Ia ingin menghajar Walker sampai
babak belur, tapi ia menahan tangannya supaya tetap berada di
samping. “Aku punya berita buruk buatmu, Walker,” katanya sambil
meng-gertakkan gigi. “Ingatanku sudah pulih. Seluruhnya. Dan aku
akan menelepon polisi sekarang juga.”

“Tidak.” Mata Walker tampak liar, persis seperti pada malam ia


mencuri mobil itu, malam terjadinya kecelakaan itu. Sekonyong-
konyong ia bergerak maju serta meringkus kedua tangan Mayra,
menahannya di samping tubuh gadis itu.

“Hei... lepaskan!” jerit Mayra.

Walker lebih kuat daripada yang ia kira. Walker mengangkat tubuh


Mayra ke atas pundak dan membawanya menuju danau. “Turunkan
aku! Kau mau apa?”

“Aku tak bisa membiarkanmu menelepon polisi” kata Walker dengan


sangat tenang, terlalu tenang. “Aku tak bisa membiarkanmu meng-
hancurkan hidupku. Aku akan menjadi penyulap tenar. Aku tak bisa
membiarkanmu menghancurkannya.”

Mayra meronta-ronta berusaha melepaskan diri, tapi cengkeraman


Walker bagaikan tang. Walker menjatuhkan Mayra dari dermaga
kecil ke dalam danau, lalu membungkuk, merenggut kepala dan leher
Mayra, serta mendorong wajah Mayra ke dalam air.

Mayra meronta-ronta berusaha tetap berada di permukaan, berusaha


menghirup udara. “Walker, tolong...”

163 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Sori,” kata Walker, masih terdengar tenang menakutkan. “Tadi
seharusnya kau biarkan aku menghipnotismu. Akan jauh lebih
gampang.”

“Kau sungguh-sungguh akan menenggelamkanku?” jerit Mayra.

Walker tidak menyahut. Ia malahan kembali mendorong kepala


Mayra ke dalam air dan menahannya di sana.

164 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


23
KAKI Mayra menendang-nendang, ia berusaha melepaskan diri.
Namun Walker tetap bertahan di tepi dermaga, memegangi kepala-
nya, menekannya ke bawah. Mayra mencoba berputar, mengira
barangkali ia dapat lolos. Tapi pegangan Walker terlampau kencang.
Paru-paru Mayra serasa akan meledak. Aku tenggelam di danau ini
untuk kedua kalinya, pikir Mayra.

Lalu cengkeraman Walker melonggar. Mayra mendengar cowok itu


berteriak. Mayra mengangkat kepalanya dan menelan air. Apa yang
terjadi? Walker sudah sama sekali melepaskannya. Mayra berguling
menjauh, berusaha berdiri sempoyongan di tepi danau yang basah.

Walker sedang bergulat dengan sesuatu.

Mayra menyibakkan rambutnya yang basah dari matanya. Ia


menarik napas dalam-dalam, lalu mengulanginya sekali lagi. Hazel!
Kucing hitam itu berada di bahu Walker, menggeram keras,
mencakari muka dan leher Walker. “Pergi! Pergi!” raung Walker.

Bagaimana Hazel bisa berada di sini? Mayra terheran-heran. Apakah


dia tadi ikut menyelinap keluar ketika aku pergi dengan Walker?
Karena meronta-ronta mencoba melepaskan cakaran kucing itu,
Walker jatuh terjengkang. Mayra tidak menunggu untuk melihat
apa yang terjadi kemudian. Inilah kesempatan baginya untuk melari-
kan diri. Ia segera berlari melintasi rerumputan tinggi, pakaiannya
yang basah kuyup terasa membebani langkahnya. Sepatu karetnya

165 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


tergelincir di rumput. Ia tersandung, tapi cepat-cepat bangkit lagi.
Sambil berlari sekencang-kencangnya, Mayra meraba-raba kantong
jins, mencari kunci rumah Mrs. Cottler. Apakah ia membawanya? Ia
harus masuk ke rumah itu. Ia harus menelepon polisi. Kunci. Kunci.
Di mana sih? Ini dia! Ia merasakan benda itu dalam kantongnya.

Rasanya sudah berjam-jam, padahal kurang dari semenit kemudian


Mayra sudah berkutat dengan kunci pintu belakang. Lalu ia
bergegas masuk rumah, napasnya memburu, jantungnya berdegup
kencang. Ia kembali mengunci pintu itu dan memasang telinga. Ia
tidak mendengar suara Walker ataupun kucing itu dari sini.

Telepon. Mayra bergegas ke telepon dapur dan sambil menyibakkan


rambut panjangnya yang basah dari wajahnya, menekan nomor 911.
Ia benar-benar kehabisan napas dan harus mengulang semua yang
dikatakannya paling tidak dua kali, namun ia yakin telah menyampai-
kan pesannya ke suara di seberang sana. Polisi sedang dalam
perjalanan. Mayra merasa sedikit lega, lalu menyandarkan diri ke
meja dapur.

“Hei!” Hazel sedang berbaring di atas permadani kecil di depan bak


cuci piring, sambil menjilati kakinya. “Bagaimana kau bisa sampai di
sini begitu cepat?” Aneh sekali. Tak sampai dua menit yang lalu
kucing itu berada di tepi danau. Bagaimana cara binatang itu kembali
ke dalam rumah ini? Tampaknya dia sudah lama berada di sini.
Mayra tidak sempat lama memikirkan kucing itu. Ia menjerit ketika
sebongkah batu melayang ke dalam dapur, menghancurkan kaca
jendela. “Tidak!” jeritnya sambil mundur menjauh.

166 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


24
MAYRA melotot ketakutan ketika sebuah kaki muncul di jendela,
menendang pecahan kaca yang masih tertancap di sana. Lalu sebelah
kaki lagi mengayun masuk ke dapur.

Dengan wajah berlumuran darah akibat cakaran, Walker melangkah


masuk. Ia mengusap darah di pipinya dengan lengan baju dan
menatap tajam ke arah Mayra. “Kali ini kau takkan bisa lepas.”

“Walker, kau terlambat. Aku sudah menelepon polisi.”

Walker berdiri di samping tembok, napasnya memburu. Ia maju


selangkah mendekat, sepatunya menggerus pecahan kaca jendela
yang bertebaran di lantai. Darah bekas cakaran kucing mengalir
turun di pipinya, membentuk alur gelap. Matanya liar. “Seharusnya
kau tak melakukannya.” Ia maju selangkah lagi.

“Kau berdarah,” kata Mayra.

Walker menyeka mukanya lagi dengan lengan baju yang sudah


ternoda darah. “Seharusnya kau tak melakukannya,” ulangnya sambil
maju makin dekat.

“Jangan maju lagi,” Mayra memperingatkan. Ia mencari-cari senjata,


apa saja yang dapat dipakainya untuk membela diri. “Biar kubersih-
kan mukamu.” Barangkali ia dapat membujuk Walker dengan
bersikap manis padanya.

“Kau akan menghancurkan hidup kita,” kata Walker.

167 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Walker, dengar, biarkan aku membantumu membersihkan luka itu.”

Walker tampaknya tidak mendengar kata-kata Mayra. Ia melangkah


lagi ke arahnya. Hazel tiba-tiba berdiri, memandangi Walker dengan
waspada. Kepalanya miring dan ia mengeong keras seakan meng-
ancam, mulutnya menyeringai memperlihatkan gigi-gigi tajam.

“Aku takkan membiarkanmu menghancurkan hidup kita,” ulang


Walker. Di belakang Walker, Mayra melihat pisau daging besar
milik. Mrs. Cottler, tergeletak di meja di samping bak cuci piring.

Chop, chop, chop. Mayra seolah mendengar lagi suara tulang di-
potong. Mengapa pisau itu digeletakkan begitu saja? Seakan-akan
sengaja disediakan di situ untuk Mayra. “Mundur, Walker,” katanya.

Walker melangkah lagi melintasi dapur. Aku harus mempertahankan


diri, pikir Mayra. Dia benar-benar sudah gila. Dia sudah sekali
mencoba membunuhku. Tapi bagaimana cara meraih pisau itu? Aku
harus melewati dia.

Kemudian, sambil meraung keras, Walker menerkam Mayra. Gadis


itu menghindar, merunduk, dan tangannya menjulur. Walker ber-
balik, terkejut melihat Mayra meraih pisau berat itu. Entah mengapa,
ia menyeringai. Kembali ia menyeka lukanya dengan lengan baju.
Napasnya sekarang makin memburu, mendengus-dengus. “Apa yang
akan kau lakukan dengan pisau itu, Mayra?”

Mayra mengangkat pisau itu di depannya, terkejut menyadari berat-


nya. “Pokoknya mundur,” katanya, suaranya bergetar.

168 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Apa yang akan kaulakukan dengan pisau itu?” ulang Walker sambil
maju mendekati Mayra.

“Aku serius, Walker. Mundurlah.” Mayra semakin tinggi


mengangkat pisau berat itu.

“Apa yang akan kaulakukan dengan pisau itu?” Walker berlari ke


arah Mayra, mengagetkannya. Mayra tahu ia tak dapat mengguna-
kan pisau itu. “Apa yang akan kaulakukan dengan pisau itu?” Walker
berteriak. Ia meraih pisau itu, berusaha melepaskannya dari tangan
Mayra. Mereka bergumul berusaha menguasai benda itu, kedua
lengan mereka terangkat di atas kepala.

“Tidak!” jerit Mayra. “Lepaskan! Tidak!” Ternyata, di luar dugaan


Mayra, Walker sangat kuat. Mayra tidak dapat mempertahankan
pisau itu lagi. Walker menarik benda itu dari genggamannya.
“Tidak!” jerit Mayra, tenggorokannya tercekik rasa ngeri.

Mayra mendorong perut Walker kuat-kuat, dan melesat lari keluar


dapur, melewati koridor menuju pintu depan. Ia dapat mendengar
langkah Walker tepat di belakangnya. “Tidak!” Ia harus keluar dari
sana. Ia menarik pintu membuka. Dan menjerit.

Cal sedang berdiri di pintu masuk. Ia memandangi Mayra, mukanya


keruh, merah padam karena marah. Ia mengenakan jins longgar dan
jaket denim belel, sambil memegangi tongkat kayu besar.

Di belakangnya, Mayra melihat pickup merah yang diparkir di


pinggir jalan. Pickup merah Cal. Rupanya dialah yang menabrak
Donna waktu itu. Aku terkepung, pikir Mayra. Aku kalah.
169 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
25
CAL memelototinya, mukanya merah padam. Badannya kaku, kaki-
nya terpentang lebar seakan siaga.

“Siapa kau? Kau mau apa?” teriak Mayra.

Walker, yang mendekat dari belakang Mayra, segera berhenti begitu


melihat mimik wajah Cal.

“Siapa kau? Apa maumu? Jawab!” jerit Mayra.

Namun di luar dugaan Mayra, Cal mendorongnya ke samping dan


melewatinya untuk mendekati Walker. “Kau membunuh saudaraku!”
seru Cal. Walker tersentak dan mulai mengacungkan pisau daging.

Cal bergerak cepat. Ia mengayunkan tongkat kuat-kuat, dan pisau


daging itu terpental dari tangan Walker. Kemudian Cal memukul-
nya. Walker terjengkang jatuh ke karpet di koridor, dan Cal
menjepitnya di bawah, menekankan tongkat itu ke dadanya.

“Kau membunuh saudaraku,” ulang Cal.

“Berhenti. Aku... aku tak bisa bernapas,” erang Walker. Cal tidak
menghiraukannya. Otot-ototnya yang kuat bertonjolan ketika ia
menahan Walker tetap di bawah dengan tongkat itu. Cal mendongak
ke Mayra, yang masih terdiam kaget di pintu.

“Jangan bunuh dia!” jerit Mayra ketika Cal menekankan tongkat itu
ke tenggorokan Walker. “Jangan bunuh dia... tolong!”

170 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Selama ini kupikir kau yang membunuh saudaraku,” Cal berkata
terengah-engah, mengabaikan permintaan Mayra. “Lalu tadi aku ada
di dekat rumah ini. Kudengar kalian bertikai danau itu, sehingga aku
tahu kejadian sebenarnya. Aku tahu dialah yang membunuh saudara-
ku dan melarikan diri. Aku mendengar semua ucapanmu. Lalu aku
lihat dia berusaha menenggelamkanmu. Aku bermaksud menolong-
mu. Tapi aku tak bisa bergerak cepat dengan tongkat ini—terutama
di rumput. Untunglah, kau bisa lolos.”

“Tolong... lepaskan aku,” Walker tersedak. “Aku takkan melakukan


apa-apa. Sumpah.” Cal tidak memedulikannya.

“Maksudmu kau...,” kata Mayra.

Namun ia berhenti ketika mendengar bunyi gaduh di pintu depan. Ia


berbalik dan melihat dua polisi berwajah galak. Tangan keduanya
dalam keadaan siaga di atas sarung pistol. Salah satu polisi menarik
pintu kasa, dan mereka berdua melangkah masuk. “Apa sebenarnya
yang terjadi di sini?” tanya salah satu polisi. Cal cepat-cepat melepas-
kan Walker dan berdiri, bertopang pada tongkat kayunya. Walker
tidak bergerak untuk bangun. Polisi itu membungkuk ke arahnya.
“Kau tak apa-apa, Nak?”

“Kau yang di mobil kuning itu?” Mayra bertanya pada Cal, merasa
lega ia telah selamat, ingin segera mendengar seluruh kisah itu.

“Saudaraku Jerry dan aku ada dalam mobil itu,” jawab Cal cepat,
nyaris tak bernapas. “Aku melihatmu di pinggir jalan. Kupikir kaulah

171 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


sopirnya. Kukira kau akan menolongku menyelamatkan Jerry. Tapi
kau malah melarikan diri.”

“Aku ingin menolong,” kata Mayra. “Tapi Walker menarikku pergi.”

“Saudaraku tenggelam. Sesudah itu, sepertinya aku jadi agak sinting.


Kau selalu terbayang di benakku. Aku tak dapat melupakan wajah-
mu. Kusangka kau yang membunuh saudaraku, jadi aku mencarimu.”

“Aku sangat menyesal,” kata Mayra.

Kedua polisi itu berpandangan, tidak mengerti sedikit pun.

“Lalu aku keluar rumah dan tiba-tiba bertemu denganmu di luar


rumah nyonya tua di Fear Street itu,” Cal melanjutkan. “Aku tak
percaya bisa benar-benar menemukanmu. Aku sudah mengenal Mrs.
Cottler bertahun-tahun, jadi ketika aku mengarang cerita bahwa aku
memerlukanmu untuk menjaga keponakanku, dia memberiku alamat-
mu, tidak susah.”

“Dan kemudian kau coba membunuhku dengan pickupmu?” tanya


Mayra, mendadak ia merasa lemas, dan bersandar pada langkan.

“Kupikir kaulah yang ada dalam mobil itu. Aku cuma ingin menakut-
nakutimu,” sahut Cal. Tapi jalan itu ternyata sangat basah dan licin,
aku tidak bisa mengendalikan mobilku lagi. Aku tak bermaksud
menabrak. Aku sendiri harus dirawat karena pergelangan kaki dan
lututku patah. Itulah sebabnya aku memakai tongkat ini.”

“Oh, ya ampun. Waktu aku melihatmu di sana, kukira kau pasien


sakit jiwa!” Mayra berseru.

172 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Mungkin seharusnya begitu,” kata Cal dengan muka suram. “Aku
tak percaya aku telah mengejar orang yang salah selama ini. Aku...
aku sangat tertekan—sejak Jerry meninggal.”

“Berhentilah ngobrol dan tolong ceritakan pada kami apa yang


terjadi di sini,” salah satu polisi itu meminta dengan tidak sabar.

“Ceritanya panjang,” kata Mayra padanya.

173 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


26
Seminggu kemudian

“KUAKUI. Aku memang menyebalkan.”

“Aku setuju,” kata Mayra.

Link memandangnya dengan sedih. “Aku tak bermaksud bertingkah


menyebalkan,” katanya lirih.

“Sesungguhnya tidak menyebalkan,” goda Mayra.

“Satu-satunya alasan kenapa aku begitu menyebalkan adalah karena


aku sangat sayang padamu.”

Mayra tertawa. “Oh jadi aku yang salah kau bertingkah menyebalkan
begitu.”

“Betul,” Link langsung mengiyakan. Cepat-cepat ia mendekati Mayra


di sofa dan melingkarkan lengan ke bahu gadis itu.

“Memang kau suka begitu,” kata Mayra.

“Apa? Aku tak dengar. Katamu, 'Aku suka kau'?”

“Tidak. Bagaimana aku bisa suka kau? Kau menyebalkan. Sudah


terbukti menyebalkan.” Link menarik Mayra dan memeluknya
dengan kedua lengannya yang hangat.

“Oke, mungkin aku suka kau sedikit,” kata Mayra setelah berpikir
sejenak. Link memeluknya lagi, kali ini lebih lama.

174 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Mungkin aku suka orang-orang yang menyebalkan,” Mayra
mengaku. Ia melirik jam tangannya. “Hei... aku tak punya waktu
untuk ini. Aku harus ke rumah Mrs. Cottler. Dia sudah kembali.
Katanya aku mesti datang dan mengambil gajiku.”

“Gaji? Asyik! Kau harus mentraktirku makan siang!” Link berdiri


dan mengikuti Mayra keluar ruangan. “Ayo. Kuantar kau ke rumah
Bibi Lucy. Mereka keluar lewat pintu depan. Link berlari ke pickup
merahnya di halaman.

Melihat pickup merah itu, Mayra berhenti. “Kau pasti menganggap-


ku benar-benar tolol karena menuduhmu mencoba menabrakku.”

“Tidak, sama sekali tidak,” bantah Link, sambil meraih tangan Mayra
dan menariknya ke mobil. “Aku menyebalkan, ingat? Orang
menyebalkan tidak dapat mengatai orang lain tolol. Tidak boleh.”

“Tapi Stephanie pasti mengira aku sungguh-sungguh sinting.


Maksudku, aku hampir menuduhnya tukang sihir!”

“Sudah kujelaskan semuanya pada Stephanie,” kata Link sambil


membukakan pintu mobil untuk Mayra.

“Dan?”

“Dan kau betul. Dipikirnya kau memang sinting!” Link tertawa dan
menutup pintu. Dia kelihatan keren sekali kalau ketawa begitu, kata
Mayra dalam hati.

“Stephanie ingin sekali baikan lagi denganmu.” Link menghidupkan


mesin dan memundurkan mobil.

175 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


“Dia kan sedang memantrai sesuatu waktu aku nyelonong ke dalam
kamarnya,” kata Mayra membela diri.

“Well, aku dan dia sama-sama tertarik pada hal-hal gaib,” kata Link.
“Menurutku mungkin karena pengaruh Bibi Lucy.”

“Mrs. Cottler betul-betul penyihir?”

Link tercengang, mulutnya ternganga. “Hah?” dipandangnya Mayra.

“Perhatikan jalanan,” Mayra memperingatkan.

“Bibi Lucy penyihir? Kau bercanda, ya? Dia itu profesor terkenal.
Bergelar Ph.D. Dia mengajar mata kuliah ilmu gaib di beberapa
universitas sampai pensiun beberapa tahun lalu. Sekitar sepuluh
bukunya tentang ilmu gaib sudah diterbitkan!”

Mayra ingin tertawa. “Wah, rupanya aku salah sangka. Mungkin aku
masih berjalan dalam tidur!”

Tak lama kemudian mereka disambut hangat oleh Mrs. Cottler, yang
tampak sangat gembira melihat mereka berdua. “Aku takkan lama
menahan kalian, anak-anak muda,” katanya ramah. “Ini hari Sabtu
yang indah. Pasti kalian tak ingin menghabiskan waktu dengan si tua
yang membosankan ini.”

Ia menyerahkan honor Mayra. “Oh. Aku hampir lupa, Sayang. Aku


punya sesuatu untukmu.”

Mrs. Cottler menghilang ke ruangan lain sambil bertopang pada


tongkatnya. Beberapa menit kemudian ia kembali, membawa kotak
yang diserahkannya kepada Mayra. “Ini kalung manik-manikmu.
176 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com
Semuanya sudah dirangkai kembali. Kukerjakan selama aku berada di
rumah saudaraku. Sori lama sekali. Semoga kau tak mengira aku
melarikannya!”

Mayra mengangkat kalung manik-manik itu dan mengagumi hasil


rangkaian Mrs. Cottler. “Aduh, manis sekali! Terima kasih!” Lalu
dikalungkannya rangkaian manik-manik itu ke lehernya.

“Kau pembaca yang sangat bagus, Mayra,” kata Mrs. Cottler.

“Aku tak bisa menunggu sampai Senin. Mungkin kita akan mulai
dengan buku baru.”

“Kayaknya menyenangkan,” kata Mayra. “Kayaknya ide yang bagus


buatmu ya, Hazel?” Mayra membungkuk ke arah kucing itu, yang
sedang berjemur di depan jendela dapur.

Kucing ajaib, kata Mayra dalam hati.

Bagaimana dia bisa turun ke danau untuk menyelamatkanku dari


Walker? Dan bagaimana dia bisa kembali ke rumah sebelum aku?

Mayra memandangi Hazel. Kucing itu memiringkan kepala dan balas


memandang Mayra.

Kukira itu merupakan salah satu misteri yang takkan pernah


terungkap, pikir Mayra. Dan ia mengikuti Link keluar pintu menuju

-END-

177 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com


KENANGAN

Reras daun kering


Helai demi helai

Dan kau pun terdiam

Kulihat di matamu kala itu

Sebuah cerita lain


Bukan tentang pedang ataupun padang gersang

Bukan pula cinta dan lara

Hanya sebuah pemahaman, karna kau tahu

Saat itu hampir tiba


Lalu wajahmu pun tak bisa kubaca menerawang jauh dan tenggelam.

Kala surya sinari engkau, bayangmu jatuh dengan enggan.

Tegarlah tegak, Cantik.

Luka yang kugoreskan kelak kan hilang

Dan kau pun tersadar:

Aku tlah menghilang.

®LoveReads
Fear Streer
The Sleepwalker
Berjalan Dalam Tidur

178 | THE SLEEPWALKER – Ratu-buku.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai