Anda di halaman 1dari 3

Nama : Jihan Adzkia Kamila

Absen : 15
Kelas : 9C

Kerangka Cerpen

A. Tema : pengalaman hidup

B. Watak :
- Ibu : tegas, mudah marah, sensitif
- ayah : penyabar, perhatian, baik hati
- Aku : penyayang, sabar, baik hati

C. Tahap penceritaan
- Pengenalan

- Pertikaian : Aku yang khawatir hanya bisa mengintip mereka dari jendela,
seenggakanya aku masih bisa melihat mereka aman didalam kardus.jam sudah
menujukan pukul 10 malam namun hujan tak kunjung berhenti. Aku masih
sesekali mengintip jendela untuk memastikan sampai aku ketiduran di sofa deket
jendela.

- Klimaks : Aku terbangun hujan sudah reda lalu bergegas keluar untuk
mengecek keadaan anak kucingku. Dengan betapa terkejutnya aku, aku melihat
salah satu dari mereka tergeletak kaku dan sudah tidak bernafas. “ papahhhhh!!!!
kucingnya mati satuuuu.” teriakku panik. Ayah dan ibuku langsung menghampiriku
‘innalilahi.” ucap ibuku. “mamah sih gabolehin adek masukkin kucing nya tadi
malem, matikan.” jelas ku sambil menangis pelan.

- Penyelesaian : Dengan berat hati kami pun menguburnya di belakang rumah.


“maafin mamah ya dek, mamah gatau kalo bakal mati. kamu boleh masukin sisa
anak kucingnya kedalem tapi di taro di gudang ya biar ga ngotorin rumah.” jelas
ibuku. Aku hanya mengangguk dan menaruh bunga kecil diatas kuburan anak
kucing itu “kucing yang malang.” ucapku.

D. Amanat : kami sadar bahwa kita harus menyayangi sesama makhluk hidup.
Kucingku Yang Malang

Dipagi hari yang cerah dengan hebusan angin yang sangat sejuk, aku yang
sedang asik membantu ibukku menyapu halaman rumah tiba tiba mendengar
suara samar samar dari balik tumpukan genting yang tidak terpakai. Suaranya
terdengar seperti meongan kucing dan sangat kecil, dengan ragu ku buka
genting itu perlahan. Aku terkejut ternyata benar itu adalah suara anak kucing
yang baru saja dilahirkan. Dengan semangat aku memberitahu ibuku. “mahh!!!
liat kucing yang kemarin datang kerumah sudah melahirkann.” teriakku.
“Seharusnya dibuang saja kucing itu dari awal, sekarang sudah beranak mana
mau kamu ngurusin. Makanya dengerin mamah.” ucap ibukku memarahiku.
“Aku akan mengurusnya mah” ucapku Aku sambil menunduk dan menatap bayi
bayi dari kucingku yang baru lahir. Ibuku tidak memperdulikanku dan hanya pergi
kedapur. Aku sangat menyukai anak kucing, bulu tipis di badan membuatnya
terlihat sangat mungil, kaki kaki kecilnya berusaha menggapai pelukkan induknya
membuatku sangat ingin menjaganya.

Tiba tiba ayahku datang dan membawa kardus berukurang sedang


“nih, kamu taruh anak kucing disini jangan lupa bawahnya di kasih kain biar ga
licin” ucap ayahku sembari menaruh kardus dibawah
“tidak bisakah kucing-kucing ini kita bawa masuk pah?” tanyaku. “jangan, nanti
kamu kena marah sama mamah. Tutupin aja pakai kain biar mereka tidak
kedinginan.” jelas ayahku. Aku hanya mengangguk dan bergegas merapikan
kardusnya, setelah itu ku beri makan induknya agar dapat mengeluarkan banyak
susu.

Malam pun tiba ternyata turun hujan yang sangat deras. aku sangat khawatir
dengan anak anak kucing itu diluar. Mungkin mereka sedang kedinginan disana. “
mahh boleh ya aku masukin anak anak kucingnya kedalem, pasti mereka
kedinginan karna hujan.” jelaskku khawatir. “apa! Ngga ngga, nanti rumah kita jadi
kotor!” jelas ibuku. ‘Tapi mahh hujannya deres bangett kalo mereka mati gimana?”
tanyakku. “ngga bakal, induknya yang bakal jagain mereka dari hujan.” kata ibuku
sembari bersiap siap tidur. Aku yang khawatir hanya bisa mengintip mereka dari
jendela, seenggakanya aku masih bisa melihat mereka aman didalam kardus.jam
sudah menujukan pukul 10 malam namun hujan tak kunjung berhenti. Aku masih
sesekali mengintip jendela untuk memastikan sampai aku ketiduran di sofa deket
jendela.

“ dekk bangun bangun..” ucap seseorang sambil berusaha membangunkanku,


Dan ternyata itu ayahku. Aku terbangun hujan sudah reda lalu bergegas keluar
untuk mengecek keadaan anak kucingku. Dengan betapa terkejutnya aku, aku
melihat salah satu dari mereka tergeletak kaku dan sudah tidak bernafas. “
papahhhhh!!!! kucingnya mati satuuuu.” teriakku panik. Ayah dan ibuku langsung
menghampiriku ‘innalilahi.” ucap ibuku. “mamah sih gabolehin adek masukkin
kucing nya tadi malem, matikan.” jelas ku sambil menangis pelan. “sabar dek,
udah takdir.” jelas ayahku sambil menenangkanku. Dengan berat hati kami pun
menguburnya di belakang rumah. “maafin mamah ya dek, mamah gatau kalo
bakal mati. kamu boleh masukin sisa anak kucingnya kedalem tapi di taro di
gudang ya biar ga ngotorin rumah.” jelas ibuku. Aku hanya mengangguk dan
menaruh bunga kecil diatas kuburan anak kucing itu “kucing yang malang.”
ucapku.

Setelah kejadian kemarin, ibuku mulai membantukku untuk mengurus sisa anak
kucing yang lainnya dan menjaga mereka agar tetap hangat. Dan kami sadar
bahwa kita harus menyayangi sesama makhluk hidup.

Anda mungkin juga menyukai