Pintu Romijn
Pintu Romijn
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana perencanaan hidrolis pintu Romijn?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari pintu Romijn?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan apa saja tipe - tipe bangunan ukur pintu
Romijn
2. Mengetahui dan mengerti bentuk serta perencanaa hidrolis dari pintu
Romijn
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pintu Romijn
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
2.2.2 Bangunan Pelengkap
a. Bangunan Pengambilan
Bangunan pengambilan dimaksudkan sebagai kompleks bangunan yang
direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air kedalam
jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi (Anonim, 1986).
Contoh bangunan pengambilan ini seperti bendung, bendung gerak. Bendung
merupakan bangunan yang dibuat pada tepi sungai guna mengalirkan air ke dalam
jaringan irigasi, tanpa mengatur ketinggian muka air disungai. Konstruksi dari
bendung terbuat dari bahan tetap (beton, pasangan batu kali dan lain-lain)
(Hansen, et,al., 1992).
b. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa atau saluran merupakan tempat mengalirnya air yang
dibelokkan dari bangunan pengambilan. Selain itu, saluran digunakan untuk
membuang kelebihan air dari areal irigasi yang biasa disebut drainase (Anonim,
1986).
Ditinjau dari jenis dan fungsi saluran irigasi pembawa dapat dibedakan
menjadi saluran primer, sekunder, tersier dan kuarter. Saluran primer merupakan
saluran yang mengambil langsung air dari bangunan pengambilan, kemudian
mengalirkannya ke saluran sekunder, atau langsung mengalirkannya ke areal
pertanian yang berada didekat saluran tersebut. Saluran tersier yaitu saluran yang
membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama ke dalam petak tersier
29 lalu ke saluran kuarter. Saluran kuarter akan membawa air ke sawahsawah
yang akan diairi (Mawardi dan Moch. Memed. 2006).
c. Bangunan Bagi Sadap
Bangunan bagi dapat dipergunakan untuk membagi aliran ke beberapa buah
saluran. Demi pembagian aliran yang cermat, sekat pembaginya haruslah dipasang
dalam suatu alur yang panjang dan lurus agar distribusi kecepatan melintang
saluran dapat cukup seragam (Linsley dan Pranzini, 1996).
4
d. Bangunan Pengatur Muka Air
Bangunan ini mengatur muka air di jaringan irigasi utama sampai batas-
batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan kepada
bangunan sadap tersier. Bangunan pengatur mempunyai 31 potongan pengontrol
aliran yang dapat distel atau tetap. Bangunan pengatur diperlukan pada tempat
yang tinggi muka air saluran dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring
(chute). Untuk mencegah meninggi atau menurunnya muka air di saluran dipakai
mercu tetap atau celah kontrol trapesium (trapezoidal notch) (Anonim, 1986).
e. Pintu Air
Pintu air digunakan untuk membuka, mengatur dan menutup aliran air di
saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Penggunaannya harus disesuaikan
dengan debit air dan tinggi tekanan (selisih tinggi air) yang akan dialiri.
Kebanyakan berbentuk persegi panjang, kecuali pintu cincin dan pintu selinder
yang berbentuk lingkaran. Apabila saluran airnya berbentuk lingkaran atau
trapesium, harus dibuat saluran peralihan yang berbentuk persegi panjang
(Soedibyo, 1993)
5
2.4 Tipe – tipe Pintu Romijn
Sejak pengenalannya pada tahun 1932, pintu Romijn telah dibuat dengan
tiga bentuk mercu (Gambar 2.1), yaitu:
a. Bentuk mercu datar dan lingkaran gabungan untuk peralihan
penyempitan hulu (Gambar 2.1A)
b. Bentuk mercu miring ke atas 1:25 dan lingkaran tunggal sebagai
peralihan penyempitan (Gambar 2.1B)
c. Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai peralihan
penyempitan (Gambar 2.1C)
Dipandang dari segi hidrolis, bentuk mercu datar dan lingkaran gabungan
ini merupakan perencanaan yang baik. Tetapi pembuatan kedua lingkaran
gabungan sulit, padahal tanpa lingkaran – lingkaran itu pengarahan air diatas
mercu pintu bisa saja dilakukan tanpa pemisahan aliran.
Untuk mercu datar dengan kemiringan ke atas 1:25 dan lingkaran tunggal,
Vlugter (1941) menganjurkan penggunaan pintu Romijn dengan kemiringan
mercu 1:25. Hasil penyelidikan model hidrolis di laboratorium yang mendasari
rekomendasinya itu tidak bisa direproduksi lagi (Bos 1976). Tetapi dalam program
riset terakhir mengenai mercu berkemiringan 1:25, kekurangan – kekurangan
mercu ini menjadi jelas :
a. Bagian pengontrol tidak berada di atas mercu, melainkan diatas tepi
tajam hilirnya, dimana garis – garis aliran benar – benar melengkung.
Kerusakan terhadap tepi ini menimbulkan perubahan pada debit alat
ukur.
b. Karena garis – garis aliran ini, batas moduler menjadi 0,25: bukan 0,67
seperti anggapan umumnya. Pada aliran tenggelam H2/H1 = 57 Kriteria
Perencanaan – Banguna n Bangunan Pengatur Debit Kriteria
Perencanaan – Bangunan 0,67, pengurangan dalam aliran berkisar dari
3% untuk aliran rendah sampai 10% untuk aliran tinggi (rencana).
Karena mercu kemiringan 1:25 juga lebih rumit pembuatannya
dibandingkan dengan mercu datar, maka penggunaan mercu dengan kemiringan
ini tidak dianjurkan.
6
Mercu horisontal dan lingkaran tunggal adalah yang bagus antara dimensi
hidrolis yang benar dengan perencanaan konstruksi. Jika dilaksanakan pintu
Romijn, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan bentuk mercu ini
a b c
7
Dimensi tergantung pada perhitungan hidrolis dan tebal tembok sayap
minimum 0,30 m. Stabilitas pintu diperhitungkan terhadap tekanan hidrostatis dan
tekanan lumpur.
8
Dilihat dari segi hidrolis, pintu Romijn dengan mercu horisontal dan
peralihan penyempitan lingkaran tunggal adalah serupa dengan alat ukur ambang
lebar yang telah disebutkan diatas. Untuk kedua bangunan tersebut, persamaan
antara tinggi dan debitnya adalah:
2 2
Q = C d ×C V × g×b c ×h11,5
3 3 ..................................................................(2.1)
Dimana:
Q = debit (m3/s)
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi (m/s2)
bc = lebar meja (m)
h1 = tinggi energi hulu diatas meja (m)
9
Dengan
v12
H1 = h1 +
2g ............................................................................................(2.3)
2
H1 = h1
3 .................................................................................................(2.4)
Dan debit sama dengan
Dimana:
Q = debit (m3/s)
B = lebar ambang (m)
H1 = tinggi energi diatas meja (m)
V1 = kecepatan dihulu alat ukur (m/s)
Koefisien kecepatan datang Cv dipakai untuk mengoreksi penggunaan h1
dan bukan H1 didalam persamaan tinggi energi – debit (Persamaan 2.2).
10
1,50 0,50 0,08 – 0,90
Kehilangan tinggi energi Δh yang diperlukan di atas alat ukur yg bisa
digerakkan = 0,11, di mana alat ukur mempunyai saluran hilir segi-4 dengan
potongan pendek seperti gambar di 2.3. Jika saluran hilir lebih lebar maka
sebaiknya Δh = 0,4 H maks.
Tabel 2.2 Tipe Pintu Romijn Standar
I II III IV V VI
Lebar 0,50 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50
Kedalaman
maks.aliran 0,33 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
pada muka air rencana.
Debit maksimum pada
muka air rencana 160 300 450 600 750 900
(l/det).
Kehilangan energi 0,08 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11
Elevasi dasar di bawah
0,81+V 1,15+V 1,15+V 1,15+V 1,15+V 1,15+V
muka air rencana.
V = Varian = 0,18 Hmaks
11
2.7 Karakteristik Alat Ukur Romijn
Karekteristik pintu Romijnadalah sebagai berikut:
1. Kalau pintu Romijn dibuat dengan mercu datar dan peralihan penyempitan
sesuai dengan Gambar 2.1.C, tabel debitnya sudah ada dengan kesalahan
kurang dari 3%.
2. Debit yang masuk dapat diukur dan diatur dengan satu bangunan
3. Kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran moduler adalah di
bawah 33% dari tinggi energi hulu dengan mercu sebagai acuannya yang
relatif kecil.
4. Karena pintu Romijn ini bisa disebut “berambang lebar”, maka sudah ada
teori hidrolika untuk merencanakan bangunan tersebut.
5. Pintu Romijn dengan pintu bawah bisa dieksploitasi oleh orang yang tak
berwenang, yaitu melewatkan air lebih banyak dari yang di izinkan dengan
cara mengangkat pintu bawah lebih tinggi lagi.
12
2.9 Penggunaan Pintu Romijn pada saluran irigasi
Pintu Romijnadalah bangunan pengukur dan pengatur serba bisa yang
dipakai di Indonesia sebagai bangunan sadap tersier. Untuk ini tipe standar paling
kecil (lebar 0,50 m) adalah yang paling cocok. Tetapi, pintu Romijndapat juga
dipakai sebagai bangunan sadap sekunder dan bangunan intake pada saluran
primer. Eksploitasi bangunan itu sederhana dan kebanyakan juru pintu telah
terbiasa dengan alat ukur pintu Romijn.
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pintu Romijn adalah alat ukur ambang lebar yang bisa digerakkan untuk
mengatur dan mengukur debit di dalam jaringan saluran irigasi. Ada 3 tipe pintu
Romijn yaitu Bentuk mercu datar dan lingkaran gabungan untuk peralihan
penyempitan hulu, Bentuk mercu miring ke atas 1:25 dan lingkaran tunggal
sebagai peralihan penyempitan dan Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal
sebagai peralihan penyempitan dari ketiga tipe diatas tipe mercu datar dan
lingkaran tunggal adalah tipe yang disarankan untuk digunakan.
Bentuk hidrolis dari pintu Romijn adalah bentuk pengaliran sempurna
melalui ambang lebar yaitu pengaliran yang terjadi saat keadaan aliran kritis
diatas mercu yang mengalir mendatar dengan ketinggian 2/3 h diatas mercu.
Perhitungan Hidrolis untuk mendapatkan nilai debit pada pintu Romijn adalah
2 2
Q = C d ×C V × g×b c ×h11,5
3 3
Kelebihan yang dimiliki oleh pintu Romijn dibanding alat ukur debit yang
lain adalah dapat mengukur sekaligus mengatur aliran debit aliran serta
kehilangan tinggi energi aliran yang relatif kecil. Dengan adanya pintu dibagian
bawah dapat menghindari pengendapan sedimen dibagian hulu. Kekurangnnya
adalah pembuatan yang rumit dan mahal. Dan dapat disalahgunakan dengan cara
membuka pintu bagian bawah.
3.2 Saran
Dalam pengukuran menggunakan pintu Romijnini perlu diperhatikan saat
memilih tipe pintu Romijn karena semakin rumit pembuatannya semakin mahal
pula biayanya. Dan diperlukannya pengawasan berkala untuk mewaspadai
penyalahgunaan pintu pembilas yang berada dibagian bawah.
14