Anda di halaman 1dari 7

J. Kesehat. Masy. Indones.

12(2): 2017 ISSN 1693-3443


PENGARUH KEDALAMAN MENYELAM, LAMA MENYELAM,
ANEMIA TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DEKOMPRESI
PADA PENYELAM TRADISIONAL

Halena Isrumanti Duke1, Sri Rahayu Widyastuti1,2, Suharyo Hadisaputro3,


Shofa Chasani4
1
Kantor Kesehatan Pelabuhan Semarang
2
Magister Epidemiologi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang
3
Magister Epidemiologi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang
4
RSUP Dr. Kariadi Semarang

Abstrak
Latar Belakang:Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pelepasan dan
pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan akibat
penurunan tekanan dengan cepat di sekitarnya. Faktor-faktor yang diduga meningkatkan dekompresi
adalah kedalaman menyelam, lama menyelam, dan anemia.
Tujuan :Untuk menjelaskan besarnya pengaruh kedalaman menyelam, lama menyelam, anemia
terhadap kejadian penyakit dekompresi pada penyelam tradisional.
Metode :Penelitian mix methode desain studi kasus kontrol yang diperkuat dengan indepth interview
ini dilakukan terhadap 46 responden, meliputi 23 kasus (penyelam tradisional penderita penyakit
dekompresi) dan 23 kontrol (penyelam tradisional bukan penderita penyakit dekompresi) yang
diambil secara purposive sampling. Instrument penelitian adalah kuesioner wawancara. Analisis
data secara univariat, bivariat (chi-square), dan multivariat (logistic regression).
Hasil :Kedalaman menyelam ≥ 30 meter (OR = 6,62; 95% CI = 1,059 – 41,390, p<0.043), lama
menyelam ≥ 2 jam (OR = 61,680; 95% CI = 3,687 – 1031,93, p<0.004) dan anemia (OR = 14,453,
95% CI = 2,146-97,346, p<0.006) berpengaruh terhadap kejadian penyakit dekompresi.
Kesimpulan :Kedalaman menyelam ≥ 30 meter, lama menyelam ≥ 2 jam, dan anemia berpengaruh
terhadap kejadian penyakit dekompresi dengan probabilitas 94,45%.

Kata kunci:Dekompresi, faktor risiko, kedalaman menyelam, lama menyelam, anemia.

EFFECT OF THE DEPTH OF DIVING, DURATION OF DIVING,


ANEMIA ON DECOMPRESSION SICKNESS
IN TRADITIONAL DIVER

Abstract
Background: Decompression sickness is a disease caused by the release and development of gas
bubbles from the soluble phase in the blood or tissue due to rapid pressure drops around it. Factors
suspected to increase decompression are the depth of diving, duration of diving, and anemia.
Objective:To explain effect of the depth of diving, duration of diving, anemia against the incidence of
decompression sickness in traditional divers.
Methods: A mix methode research case control design study with indepth interview was conducted on
46 respondents, covering 23 cases (traditional divers with decompression sickness) and 23 controls
(traditional divers not decompression patient) taken by purposive sampling. The research instrument
is an interview questionnaire. Data were analyzed with univariate, bivariate (chi-square), and
multivariate (logistic regression).
Result: The depth of diving ≥ 30 meters (OR = 6,62; 95% CI = 1,059 - 41.390, p<0.043), duration of
diving ≥ 2 hours (OR = 61,680; 95% CI = 3,687 – 1031,93, p<0.004) and anemia (OR = 14,453, 95%
CI = 2,146-97,346, p<0.006) affect the incidence of decompression sickness.
Conclusion: The depth of diving ≥ 30 meters, duration of diving ≥ 2 hours, and anemia affect on
incidence of decompression sickness with probability 94,45%.

Keywords: Decompression, risk factor, the depth of diving, duration of diving, anemia.

12
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 12(2): 2017

PENDAHULUAN Hasil penelitian Kementerian Kesehatan


Caisson Disease (CD) dengan nama lain menunjukkan beberapa penyakit dan
penyakit dekompresi (DCS = kecelakaan yang terjadi pada nelayan dan
Decompression Sickness) merupakan penyelam tradisional, menyebutkan
kumpulan gejala yang terjadi pada sejumlah nelayan di pulau Bungin, Nusa
seseorang yang terpapar oleh penurunan Tenggara Barat menderita nyeri persendian
tekanan (biasanya terjadi setelah (57,5%) dan gangguan pendengaran ringan
peningkatan tekanan yang besar terlebih sampai ketulian (11,3%), sedangkan
dahulu). Penyakit dekompresi merupakan nelayan di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta,
suatu penyakit yang disebabkan oleh mengalami kasus barotrauma (41,37%) dan
pelepasan dan pengembangan gelembung- penyakit dekompresi yang biasa
gelembung gas dari fase larut dalam darah menyerang penyelam (6,91%). Data dari
atau jaringan akibat penurunan tekanan Kementerian Kesehatan, menurut survei
dengan cepat di sekitarnya. Tubuh 251 responden penyelam di 9 provinsi di
seharusnya beradaptasi terhadap tekanan Indonesia, teknik menyelam yang
seiring dengan kenaikan ketinggian yang digunakan 56,6% penyelam tahan nafas,
cepat. Hal ini merupakan masalah dalam 33,9% penyelam kompresor dan 9,6%
penyelaman dan gangguan akibat tekanan penyelam dengan SCUBA. Keluhan yang
udara. Penyakit dekompresi merupakan sering didapat dari 251 responden tersebut
risiko penyakit akibat pekerjaan terutama antara lain 21,2% pusing/sakit kepala,
di kalangan penyelam atau nelayan.1,2 12,6% lelah, 12,5% pendengaran
Banyak pekerja di wilayah perairan berkurang, nyeri sendi 10,8%, perdarahan
seperti penyelam profesional, penyelam hidung 10,2%, 9,7% sakit dada/sesak,
dengan kompresor tradisional, penyelam 6,4% penglihatan berkurang, 6,0% bercak
militer dan penyelam tahan nafas. merah di kulit, 5,6% gigitan binatang,
Penyelam tradisional biasanya kurang 3,2% lumpuh dan 1,7% hilang kesadaran.5
memperhatikan keselamatan dan kesehatan Di Kecamatan Karimunjawa yang
pekerjaan sehingga berpotensi terkena merupakan salah satu daerah administratif
penyakit dekompresi.3 Kabupaten Jepara masih banyak memiliki
Angka kejadian Caisson Disease (CD) penyelam tradisional. Di Karimunjawa
di Amerika Serikat untuk tipe II (berat) terdapat kasus hiperbarik, kasus kumulatif
yaitu 2,28 kasus per 10.000 penyelam, tipe dari Puskesmas Karimunjawa dari tahun
I (ringan) tidak diketahui karena banyak 2007-2013 terdapat 104 kasus dan terdapat
penyelam yang tidak mencari 5 kematian. Belum diketahuinya pengaruh
1,2
pengobatan. kedalaman menyelam, lama menyelam,
Data dari berbagai sumber melaporkan anemia terhadap kejadian dekompresi pada
kematian akibat penyelaman pada wisata penyelam tradisional, maka perlu
menyelam sebanyak 1 kematian per 6.250 dilakukan penelitian mengenai kedalaman
penyelam tiap tahun, olahraga menyelam 1 menyelam, lama menyelam, dan anemia
kematian per 5.000 penyelam tiap tahun, terhadap kejadian dekompresi pada
sedangkan yang mengalami penyakit penyelam tradisional.
dekompresi di Amerika Serikat untuk Dalam studi case-control ini, akan
menyelam militer 1 kasus per 3.770 dibuktikan besarnya pengaruh kedalaman
penyelam, wisata menyelam 1 kasus per menyelam, lama menyelam, dan anemia
2.900 penyelam dan penyelam komersial 1 terhadap kejadian dekompresi pada
kasus per 280 penyelam tiap tahunnya.4 penyelam tradisional.

13
J. Kesehat. Masy. Indones. 12(2): 2017 ISSN 1693-3443

METODE PENELITIAN dengan responden dan data sekunder


Penelitian ini merupakan penelitian mix diperoleh dari pencatatan atau pelaporan
methode yaitu penggabungan penelitian Puskesmas Karimunjawa, Himpunan
secara observasional analitik dengan Pramuwisata Indonesia Karimunjawa dan
metode penelitian kasus kontrol (case- RS. Angkatan Laut Surabaya.
control) ditunjang dengan penelitian Teknik pengumpulan data primer dari
kualitatif. Penelitian dengan desain kasus wawancara terhadap responden sesuai
kontrol untuk mengkaji hubungan antara pertanyaan dalam kuesioner, observasi
efek tertentu dengan faktor risiko tertentu. dengan pengamatan langsung di tempat
Kasus adalah penyelam tradisional di pelayanan kesehatan dan indepth interview
Karimunjawa yang telah ditetapkan oleh pada responden yang menderita penyakit
dokter RS. Angkatan Laut Surabaya dekompresi. Data sekunder diperoleh dari
menderita penyakit dekompresi dan kontrol pencatatan dan pelaporan di Puskesmas
adalah penyelam tradisional di Karimunjawa, Himpunan Pramuwisata
Karimunjawa yang tidak menderita Indonesia Karimunjawa dan RS. Angkatan
penyakit dekompresi. Laut Surabaya. Analisis data dilakukan
Studi kualitatif dilakukan dengan teknik secara bertahap yaitu dengan analisis
indepth interview untuk memperkuat hasil univariat, bivariat dan analisis multivariat.
penelitian kualitatif. Populasi studi dalam Penelitian ini telah diajukan untuk
penelitian ini adalah penyelam tradisional mendapatkan izin ethical clearance.
di Karimunjawa. Kriteria inklusi untuk Permohonan telah disetujui dari Komisi
responden yang menjadi sampel dalam Etik Penelitian Kesehatan (KEPK)
penelitian ini adalah penyelam tradisional Fakultas Kedokteran Universitas
maupun nelayan penyelam yang Diponegoro dan RSUP Dr. Kariadi
didiagnosa oleh dokter RS. Angkatan Laut Semarang dengan memperhatikan prinsip-
Surabaya menderita penyakit dekompresi, prinsip yang dinyatakan dalam Deklarasi
penyelam berada di Karimunjawa. Kriteria Helsinki 1975
eksklusi untuk penyelam yang tidak .
diikutkan dalam penelitian ini adalah HASIL
penyelam yang mempunyai riwayat TB Analisis univariat menunjukkan umur
paru, batuk kronis. pada kelompok kasus berkisar antara 26 -
Berdasarkan perhitungan rumus 50 tahun dengan rata-rata umur 38 tahun
didapatkan 23 kasus, penelitian ini dengan penyimpangan terjauh sebesar 7
menggunakan perbandingan kasus dan tahun dan frekuensi umur terbanyak 40
kontrol 1:1, sehingga jumlah sampel tahun. Sedangkan umur pada kelompok
keseluruhan adalah 46 orang. kontrol berkisar antara 22 - 53 tahun,
Teknik pengambilan sampel dengan dengan rata-rata umur 32 tahun dengan
teknik purposive sampling. Variabel terikat penyimpangan terjauh sebesar 9 tahun dan
dalam penelitian ini adalah kejadian frekuensi umur terbanyak 30 tahun.
penyakit dekompresi (kategori ya, tidak). Proporsi responden yang tidak sekolah
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lebih banyak pada kelompok kasus
kedalaman menyelam (≥ 30 meter, < 30 (17,4%) dibandingkan dengan kelompok
meter), lama menyelam (≥ 2 jam, < 2 jam), kontrol (13,0%), pendidikan SD lebih
anemia (ya Hb < 12, tidak). Sumber data banyak pada kelompok kasus (52,2%)
terdiri dari data primer yang diperoleh dibandingkan pada kelompok kontrol
dengan melakukan wawancara langsung (47,8%), sedangkan pendidikan SMP lebih

14
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 12(2): 2017

banyak pada kelompok kontrol (39,1%) anemia maka akan memiliki probabilitas
dibandingkan kelompok kasus (30,4%). untuk terjadi dekompresi sebesar 94,45%.
Proporsi responden pada kelompok kasus
menunjukkan derajat anemia berat PEMBAHASAN
(12,5%), sedang (43,8%) dan ringan Hasil analisis multivariat
(43,8%). menunjukkan bahwa faktor risiko
Hasil analisis bivariat kedalaman terjadinya penyakit dekompresi pada
menyelam, perhitungan uji statistik dengan penyelam tradisional adalah kedalaman
uji chi square diperoleh nilai p<0,028; OR menyelam sebesar (p<0,043), variabel ini
= 4,354; 95% CI = 1,125 – 16,854 yang berpengaruh terhadap nilai statistik,
menunjukkan kedalaman menyelam sehingga hipotesis terbukti. Dengan
berpengaruh terhadap dekompresi dengan demikian kedalaman menyelam merupakan
besar risiko 4,354 dibandingkan yang faktor risiko terjadinya dekompresi dengan
menyelam dengan kedalaman < 30 meter. OR = 6,622 (95% CI = 1,125 - 16,854).
Hasil perhitungan uji statistik dengan uji Hasil ini selaras dengan penelitian
chi square untuk lama menyelam diperoleh Darryl et al yang meneliti tentang fungsi
nilai p<0,002; OR = 16,92; 95% CI = 1,94 pendengaran para penyelam tradisional di
– 147,7 yang menunjukkan lama Minahasa Sulawesi Utara, bahwa
menyelam berpengaruh terhadap kedalaman menyelam mempunyai risiko
dekompresi dengan besarnya risiko 16,92 terkena dekompresi dengan fungsi
kali dibandingkan yang menyelam dengan pendengaran sebesar 60%.6 Berdasarkan
lama menyelam < 2 jam. Hasil perhitungan hasil indepth interview responden
statistik dengan chi squre untuk anemia penyelam didapatkan keterangan bahwa
diperoleh nilai p<0,001; OR = 8,229; 95% responden menyelam dalam untuk
CI = 2,175 – 31,132 menunjukkan adanya mendapatkan ikan. Responden merasakan
anemia berhubungan dengan dekompresi sakit bahkan seperti lumpuh setelah lama
dan memiliki risiko 8,229 kali menyelam.
dibandingkan yang tidak anemia. Hancock dan Milner manyatakan
Analisis multivariat dilakukan dengan bahwa terdapat hubungan linear antara
tujuan untuk mengetahui variabel bebas kedalaman air dengan pengurangan
yang dapat menjadi prediktor terjadinya efisiensi performansi kerja. Sedangkan
dekompresi. Analisis ini menggunakan uji Taylor menjelaskan bahwa menghirup
Regresi Logistik Ganda dangan metode udara bertekanan pada kedalaman air
Enter, pada tingkat kemaknaan 95%. Hasil memiliki risiko yang besar, yaitu kadar gas
analisis multivariat menunjukkan ada 3 nitrogen di dalam tubuh akan meningkat.
variabel bebas yang layak untuk Semakin banyak gas nitrogen di dalam
dipertahankan secara statistik yang tubuh, performansi penyelam akan
berpengaruh terhadap kejadian semakin menurun.7
dekompresi. Penelitian yang dilakukan oleh
Dari ketiga variabel bebas (kedalaman Angkatan Laut USA antara tahun 1968 -
menyelam, lama menyelam, anemia) 1981, seorang penyelam semakin dalam
tersebut bila dihitung berdasarkan menyelam maka semakin besar tekanan
persamaan regresi logistik, maka diperoleh atmosfir yang diterima, dengan
nilai p = 94.45%, hal ini menunjukkan bertambahnya kedalaman menyelam maka
bahwa menyelam kedalaman ≥ 30 meter risiko terjadi penyakit dekompresi semakin
dengan lama menyelam ≥ 2 jam, dan besar dan penyelam dengan kedalaman 30

15
J. Kesehat. Masy. Indones. 12(2): 2017 ISSN 1693-3443

- 61 meter risiko terjadi kecelakaan sebesar sakit. Responden rata-rata menyelam


0,54%.8 selama 3 jam dalam sehari untuk
Hukun Boyle mengatakan, makin mendapatkan ikan.
dalam air laut makin besar tekanan, Hal ini sesuai denga hasil analisis
sehingga volum udara yang dikonsumsi kuantitatif bahwa responden yang
juga berubah yang akhirnya dapat menyelam ≥ 2 jam per hari maka berisiko
menimbulkan dekompresi. Setiap untuk terjadi penyakit dekompresi. Faktor
pertambahan 10 meter terjadi kenaikan waktu atau lama penyelaman adalah lama
tekanan 1 ATA. Seorang penyelam penyelam yang dihitung sejak penyelam
semakin dalam menyelam maka semakin berenang turun selama di dasar sampai
besar tekanan atmosfir yang diterima, penyelam mulai mencapai permukaan.
dengan bertambahnya kedalaman, Peranan waktu atau lama penyelaman
kemungkinan terkena penyakit dekompresi dalam mempengaruhi frekuensi gangguan
semakin besar. kesehatan pada penyelam antara lain
Namun, apabila dilihat dari faktor ditentukan oleh perubahan faktor etiologi
fisiologi penyelaman: penyelaman yang timbulnya keadaan sakit pada para
lama dan lebih dangkal akan memberikan penyelam yaitu karena adanya perubahan
nitrogen yang lebih banyak pada jaringan- tekanan udara yang tinggi.10
jaringan tubuh yang lambat. Penyelaman Penyelaman yang lama akan
yang dangkal dan lama cenderung mempengaruhi penyerapan dan pelepasan
menimbulkan “bends” pada persendian, gas dalam jaringan tubuh dan darah,
karena sendi adalah jaringan lambat maka terutama adalah gas nitrogen, yaitu
tidak dapat melepas nitrogen dengan cepat. berubahnya komposisi gas akan
6
Lama menyelam menjadi faktor risiko menimbulkan penyakit dekompresi. Lama
dekompresi, saat dilakukan analisis menyelam akan mempengaruhi tekanan
multivariat hasilnya bermakna secara yang diterima oleh penyelam sesuai
statistik dengan p<0,004, nilai OR = kedalamannya. Semakin lama dan semakin
61,680 (95% CI = 3,687 - 1031,93) dalam menyelam maka tekanan yang
memberikan arti bahwa lama penyelaman diterima oleh penyelam sesuai
lebih dari 2 jam memiliki besar risiko kedalamannya semakin besar dan lama.8
terkena penyakit dekompresi sebesar Kejadian anemia pada penyelam
61,680 kali besar dibanding dengan setelah dilakukan analisis multivariat
penyelam yang menyelam kurang dari 2 diperoleh hasil yang bermakna secara
jam. statistik dengan p<0,006 nilai OR = 14,453
Hasil ini selaras dengan penelitian (95% CI = 2,146 - 97,346), memberikan
Sukmajaya, A. yang meneliti tentang arti bahwa penyelam yang menderita
faktor yang berhubungan dengan penyakit anemia memiliki besar risiko 14,453 kali
dekompresi pada penyelam profesional dan lebih besar untuk menderita dekompresi
penyelam tradisional di Gilli Matra dibanding dengan yang tidak anemia.
Kabupaten Lombok Utara Provinsi Nusa Akibat dari anemia adalah transportasi
Tenggara Barat, lama penyelaman sel darah merah akan terganggu dan
memiliki risiko terkena penyakit jaringan tubuh penderita anemia akan
dekompresi dengan nilai OR = 4,122.9 mengalami kekurangan oksigen guna
Berdasarkan hasil indepth interview menghasilkan energi yang ditandai dengan
dengan responden menyatakan semakin cepat lelah, pucat, gelisah, sesak serta
lama responden menyelam badan terasa beberapa bagian tubuh seperti lidah dan

16
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 12(2): 2017

kelopak mata menjadi pucat.11 penyelaman yang benar dan aman bagi
Keterbatasan penelitian ini antara lain penyelam yang bekerjasama dengan
bias berasal dari subyek yang disebabkan instansi atau organisasi yang menguasai
data yang diperoleh berasal dari ingatan dalam bidang penyelaman, perlu dilakukan
(recall) subyek. Pada beberapa keadaan, penyusunan rencana penyelaman yang
responden kasus akan lebih mengingat meliputi lama waktu menyelam dan
kejadian (faktor) yang menyebabkan sakit, kedalaman menyelam secara tepat dan
sedangkan kontrol karena tidak menderita diadakan pemeriksaan kesehatan berkala
suatu penyakit, faktor risiko yang pada penyelam.
menyebabkan penyakit kurang diingat.
Keterbatasan lainnya adalah bias REFERENSI
wawancara yaitu bias yang berasal dari 1. Auliarahman, Caisson Disease, 2011
pewawancara disebabkan oleh
[cited; Available from:
pengetahuan atau keyakinan pewawancara http://www.dokterirga.com/caisson-
terhadap suatu faktor risiko yang sedang disease/].
dibuktikan. Dengan adanya praduga 2. Wahab, C., Budiningsih, and M.
tersebut, pewawancara akan cenderung Guritno, Decompression sickness
untuk menanyakan lebih mendalam atau among Maroami diving fisherman in
memberikan sugesti kepada kasus untuk Jakarta. Med. J. Indonesia, 2008.
memberikan jawaban positif tentang suatu 17(3): p.197-201.
faktor risiko yang sedang diteliti, 3. Dinas Kesehatan Angkatan Laut, Ilmu
sedangkan pada subyek kontrol, Kesehatan Penyelaman dan
pewawancara mempunyai kecenderungan Hiperbarik, 2000, Jakarta: Dinas
untuk mendapatkan jawaban negatif Kesehatan Angkatan Laut.
tentang adanya suatu faktor risiko yang 4. Germompre, P., The Medical Risk of
sedang diteliti. Untuk mengurangi bias ini Underwater diving and Their Control.
telah dilakukan pelatihan sebanyak 10 International Sport Med Journal, 2006.
orang pewawancara.
7(2).
5. Kementerian Kesehatan RI,
KESIMPULAN dan SARAN Tatalaksana penyakit akibat kerja
Faktor yang terbukti berpengaruh
karena pajanan hiperbarik dan
terhadap kejadian dekompresi adalah penyakit lain akibat penyelaman,
kedalaman menyelam ≥ 30 meter, lama
P2PL, Editor, 2009: Jakarta.
menyelam ≥ 2 jam dan anemia Hb < 12. 6. Virginiawan, D., Fungsi Pendegaran
Hasil indepth interview memberikan para Penyelam Tradisional di Desa
keterangan bahwa responden menyelam Bolung Kecamatan Wori Kabupaten
dalam untuk mendapatkan ikan. Minahasa Utara, 2009.
Responden merasakan badan terasa sakit 7. Hancock, P. A., Milner, E. K., Task
bahkan seperti lumpuh setelah lama Performance Uder Water, An
manyelam. Responden rata-rata menyelam Evaluation Of Manual Dexterity
selama 3 jam dalam sehari untuk Efficiency in The Open Ocean
mendapatkan ikan. underwater Environment, 1986,
Untuk mencegah terjadinya (online)
dekompresi maka perlu diadakan http://www.mit.ucf.edu/Underwater.
penyuluhan atau penyebarluasan informasi 8. Mitchell, S., The Mechanisms of
tentang faktor risiko dan pelatihan Decompression Illness Part 1. DAN

17
J. Kesehat. Masy. Indones. 12(2): 2017 ISSN 1693-3443

S.E. Asia Pasific., 2005.


9. Sukmajaya, A., Faktor yang
berhubungan dengan penyakit
dekompresi pada penyelam
profesional dan penyelam tradisional
di Gili Matra Kabupaten Lombok
Utara Propinsi NTB. 2010, Universitas
Gadjah Mada: Yogyakarta.
10. Budiono. S., Jusuf, RMS., Pusparini
A, Hiperkes & KK, Higiene
Perusahaan, Ergonomi, Kesehatan
Kerja dan Keselamatan Kerja. Edisi
Kedua, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang, 2003: p.245-
75.
11. Fahlman A, D.D., Dehydration effects
on the risk of severe decompression
sickness in a swine model. Aviat
Space Environ Med. J. Indonesia,
2006. 77: p.102-6.

18

Anda mungkin juga menyukai