Anda di halaman 1dari 9

HALAMAN SAMPUL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STEMI YANG MENGALAMI


MASALAH GANGGUAN POLA TIDUR DENGAN PENERAPAN
TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

AULA RAHMAWATI
2111437252

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIERSITAS RIAU
JUNI 2022
HALAMAN JUDUL

UNIVERSITAS RIAU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STEMI YANG MENGALAMI


MASALAH GANGGUAN POLA TIDUR DENGAN PENERAPAN
TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

AULA RAHMAWATI
2111437252

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIERSITAS RIAU
2022
BAB II
GAMBARAN KASUS KELOLAAN
A. Gambaran Kasus
Pasien dengan nama Tn. S berusia 79 tahun berjenis kelamin laki-laki
dan beragama islam. Keluhann utama yang dirasakan pasien yaitu sesak
napas, merasa badannya lemas, dan sulit untuk tidur sejak 1 hari yang lalu,
tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun kesulitan untuk memulai tidur
dan pasien mengatakan tidurnya hanya 2-3 jam saja. Hasil pengukuran
kualitas tidur dengan kuesioner RCSQ didapatkan hasil 36,4 mm.

Pasien mengatakan memiliki riwayat merokok sejak ± 30 tahun


merokok, namun sudah dikurangi semenjak beberapa tahun terakhir. Pasien
mengatakan suka meminum kopi, 3-4 kali sehari. Tn. S merupakan anak
pertama dari dua bersaudara. keluarga pasien mengatakan Tn. S memiliki
riwayat hipertensi dan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama
dengan pasien. Istri pasien mengatakan memiliki penyakit DM. Kedua orang
tua dari Tn. S sudah meninggal dunia. Tn. S memiliki dua orang anak dan
belum menikah.

Keadaan umum pasien kesadaran pasien composmentis (E4V5M6 nilai


GCS: 15), jalan napas bebas, tidak terdapat sumbatan jalan napas. Pasien
mengatakan masih merasa sesak dan pasien tampak sesak, terdapat
penggunaan otot bantu pernapasan, dan menggunakan bantuan mulut untuk
bernapas, terpasang O2 via nasal kanul 3 l/m, RR: 22 x/menit, SpO2: 98%.
Pasien mengatakan kedinginan, akral teraba dingin, pasien tampak pucat, TD:
109/63 mmHg, N: 104 x/menit, suhu: 36.0 ℃, CRT: < 2 detik.
B. Diagnosis

Didapatkan berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada


pasien Tn. S sehingga masalah keperawatan yang dapat diangkat berdasarkan
SDKI adalah sebagai berikut:

1. Pola napas tidak fektif


Pola napas tidak efektif menjadi diagnosis keperawatan utama pada
Tn. S ditunjang dengan data subjektif dan data objektif. Data subjektif
didapatkan pasien mengatakan merasa sesak, dan badannya terasa lemas
serta lelah. Data objektif yang didapatkan yaitu kesadaran paseien
composmentis (E4M6V5) GCS = 15, pasien tampak sesak dan
menggunakan bantuan mulut untuk bernapas, terdapat penggunaan otot
bantu pernapasan, pengembangan dada tidak maksimal, pernapasan cepat
dan dangkal, terpasang O2 Via nasal canul 3 l/m, konjuntiva anemis, akral
teraba dingin, pasien tampak pucat, auskultasi suara napas vesikuler, tidak
terdapat suara napas tambahan. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan, TD: 109/63 mmHg, nadi: 112 x/menit (takikardi), RR:
22x/menit, suhu: 36℃ , SpO2: 98%, dan CRT: > 2 detik.
2. Penurunan curah jantung
Berdasarkan penentuan diagnosis prioritas, penurunan curah
jantung menjadi diagnosis kedua dengan ditunjang data subjektif dan
objektif. Data subjektif yang didapatkan adalah pasien mengatakan masih
merasa sesak, badannya terasa lemas dan lelah dan pasien merasa gelisah.
Dat objektif yang didapatkan yaitu kesadaran Composmentis (E4M6V5)
GCS = 15, pasien tampak sesak dan menggunakan bantuan mulut untuk
bernapas, terdapat edema derajat I pada kedua kaki, pernapasan cepat dan
dangkal, terpasang O2 Via nasal canul 3 l/m, konjuntiva anemis, akral
teraba dingin dan pasien tampak pucat. Hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital didapatkan, TD: 109/63 mmHg, nadi: 112 x/menit (takikardi), RR:
22x/menit, suhu: 36℃ , SpO2: 98%, dan CRT: > 2 detik. Hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai Troponin I : 4940.0 ng/L
(positif), dan pasien mendapatkan terapi Furosemid 1 x 1 tab
3. Gangguan pola tidur
Diagnosis gangguan pola tidur diangkat dengan ditunjang data subjektif
dan objektf. Data subjktif didapatkan pasien mengatakan tidak dapat tidur
sejak 1 hari yang lalu, mengeluh tidurnya tidak nyenyak dan sering
terbangun, tidak dapat memulai tidur dengan segera. Data subjektif
didapatkan pasien tampak mengantuk dan beberapa kali menguap, mata
pasien tampak sayu, pasien tampak lemah, pasien hanya terbaring ditempat
tidur. Hasil pengisian kuesioner RCSQ terkait kualitas tidur pasien
didapatka skor 36,4 mm.

C. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan pada pasien Tn. S berdasarkan Standar


Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Pada diagnosa pertama yaitu pola
napas tidak efektif dengan intervensi manajemen jalan napas yang
didefinisikan yaitu mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas dan
pemantauan respirasi yang didefinisikan yaitu mengumpulkan dan
menganalisis data untuk memastikan kepatenan jalan napas dan kefektifan
pertukaran gas. Dengan luaran berdasarkan standar luaran keperawatan
indonesia (SLKI) adalah pola napas membaik dengan kriteria hasil dispnea
menurun, penggunaan otot bantu napas menurun, pemanjangan fase ekspirasi
menurun, pernapasan cuping hidung menurun, frekuensi napas membaik, dan
kedalaman napas membaik.
Diagnosis kedua yaitu penurunan curah jantung dengan intervensi
perawatan jantung yang didefinisikan yaitu mengidentifikasi, merawat dan
membatasi komplikasi akibat ketidakseimbangan antara suplai dan konsumsi
oksigen miokard. Dengan luaran yaitu curah jantung meningkat dengan
kriteria hasil, kekuatan nadi perifer meningkat, ejection fraction (EF)
meningkat, palpitasi menurun, bradikardia menurun, takikardia menurun,
gambaratan EKG aritmia menurun, lelah menurun, edema menurun, distensi
vena jugularis menurun, dispnea menurun, oliguria menurun, pucat/sianosis
menurun, batuk menurun, suara jantung S3 menurun, suara jantung S4
menurun, tekanan darah membaik, dan Capllary refill time (CRT) membaik.
Diagnosis ketiga yaitu gangguan pola tidur dengan intervensi
dukungan tidur yang didefinisikan yaitu memfasilitasi siklus tidur dan terjaga
yang teratur. Dengan luaran yaitu pola tidur meningkat dengan kriteria hasil
keluhan sulit tidur menurun, keluhan sering terjaga menurun, keluhan pola
tidur berubah menurun, keluhan tidur tidak puas menurun, keluhan istirahat
tidak cukup menurun, dan kemampuan beraktivitas meningkat.

D. Implementasi
Implementasi asuhan keperawatan pada Tn. S didasarkan pada SIKI
dimana diagnosis pertama yaitu pola napas tidak efektfif dengan intervensi
manajemen pola napas dilakukan tindakan observasi yaitu memonitor pola
napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas), memonitor bunyi napas tambahan
(mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi), memonitor sputum (jumlah, warna,
aroma). Tindakan terapeutik yang dapat dilakukan yaitu memposisikan pasien
semi fowler/fowler, memberikan minum hangat, memberikan oksigen via
nasal canul 3 l/m. selanjutnya tindakan pemantauan respirasi yaitu dengan
melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi paru, mengauskultasi bunyi napas,
dan memonitor saturasi oksigen.
Diagnosis kedua dengan penurunan curah jantung dilakukan intervensi
perawatan jantung dengan tindakan observasi yaitu dengan mengidentifikasi
tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispenea, kelelahan,
adema ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea, peningkatan CPV),
mengidentifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
basah, oliguria, batuk, kulit pucat), memonitor tekanan darah, memonitor
intake dan output cairan, memonitor saturasi oksigen, memonitor keluhan
nyeri dada, monitor EKG 12 sadapan, memonitor aritmia (kelainan irama dan
frekwensi), memeriksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum pemberian
obat. Tindakan terapeutik yang dapat dilakukan yaitu memposisikan pasien
semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman,
memberikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen >94, dan
menganjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi.
Diagnsis ketiga yaitu gangguan pola tidur, dilakukan intervensi
dukungan tidur dengan tindakan observasi mengidentifikasi pola aktivitas dan
tidur, mengidentifikasi faktor pengganggu tidur, mengidentifikasi makanan dan
minuman yang mengganggu tidur, mengidentifikasi obat tidur yang dikonsumsi .
tindakan terapuetik yang dilakukan yaitu dengan memodifikasi lingkungan,
membatasi waktu tidur siang, memfasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur,
menetapkan jadwal tidur rutin, menyesuaikan jadwal pemberian obat dan tindakan
untuk menunjang siklus tidur terjaga, menjelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit, menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur, dan melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan dengan terapi murottal Al-Qur’an.
Terapi murottal Al-Qur’an diberikan untuk meningkatkan kualitas tidur,
menurunkan kecemasan dan memberikan efek rileks, mengurangi ketegangan
pada saraf dan memberikan efek psikologis yang positif.

E. Evaluasi
Penentuan evaluasi mengenai kondisi pasien setelah pemberian intervensi
keperawatan didasarkan kepada luaran yang diharapkan bersumber dari SLKI.
Diagnosis keperawatan pertama dengan masalah pola napas tidak efektif diatasi
dengan manajemen jalan napas dan pemantauan respirasi didapatkan hasil pasien
mengatakan merasa lebih nyaman setelah diposisikan semi fowler, sesak
sudah mulai berkurang, namun badannya masih terasa lelah. Data objektif
didapatkan pasien tampak lebih tenang dan nyaman, tidak tampak penggunaan
otot bantu pernapasan, tidak tampak pernapasan cuping hidung,
pengembangan dada simeris kiri dan kanan, pola napas normal dengan RR: 20
x/menit, dan SpO2: 100%.

Diagnosis kedua yaitu penurunan curah jantung diatasi dengan


perawatan jantung didapatkan hasil yaitu Pasien mengatakan merasa lebih
nyaman setelah diposisikan semi fowler, sesak sudah mulai berkurang, namun
badannya masih terasa lemas dan lelah. Pasien tampak lebih tenang dan
nyaman, pola napas normal, akral teraba dingin, warna kulit masih tampak
pucat, masih terdapat edema derajat I. hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan yaitu TD: 105/73 mmHg, N: 96 x/menit, RR: 20 x/menit, SpO2:
100%, dan CRT = > 2 detik

Diagnosa ketiga yaitu gangguan pola tidur diatasi dengan dukungan


tidur pada hari pertama didapatkan hasil pasien mengatakan masih sulit
memulai tidur, pasien mengatakan masih terbangun di malam hari tiba-tiba,
dan pasien mengatakan tidurnya kurang nyenyak. Berdasarkan hasil obserasi
pasien tampak lelah, mengantuk, dan mata pasien tampak sayu. Hasil
kuesioner RCSQ pre intervensi terapi murottal Al-Qur’an didapatkan nilai
36,4 mm. Hasil evaluasi post intervensi didapatkan nilai RCSQ adalah 48,6
mm. Terdapat peningkatan skor kualitas tidur pasien sebanyak 12,2 mm.

Setelah dilakukan intervensi pada hari kedua dengan intervensi yang


sama didapatkan hasil pasien mengatakan tidurnya mulai nyenyak, namun
untuk memulai tidur masih belum bisa diwaktu yang telah dijadwalkan, dan
kadang masih terbangun di malam hari akibat suara monitor dan kebisingan
ruangan, jika pasien terbangun pasien mengatakan dapat tidur kembali dengan
segera. Hasil evaluasi post intervensi didapatkan nilai RCSQ adalah 60,4 mm.
Terdapat peningkatan skor kualitas tidur pasien sebanyak 11,8 mm.

Setelah dilakukan intervensi pada hari ketiga didapatkan hasil pasien


mengatakan tidurnya nyenyak, mampu memulai tidur sesuai waktu yang
dijadwalkan, namun pasien kadang masih terbangun di malam hari akibat
suara monitor dan kebisingan ruangan, jika pasien terbangun pasien
mengatakan dapat tidur kembali dengan segera. Hasil evaluasi post intervensi
didapatkan nilai RCSQ adalah 70,5 mm. terdapat peningkatan skor kualitas
tidur pasien sebanyak 10,1 mm.

Anda mungkin juga menyukai