A. SISTEM PERNAPASAN
Kasus sistem pernafasan yang banyak ditemukan adalah asma, chronic
pulmonary obstructive disease CPOD),Tuberculosisi dan efusi pleura.
1. Fokus pengkajian
Saat pengkajian pasien gangguan pernapasan kita harus
mengkaji frekuensi nafas. Takipnea adalah frekuensi napas
>25x/menit. Hal ini disebabkan oleh peningkatan rangsang
ventilasi saat demam, asma akut, eksaserbasi PPOK, atau
penurunan kapasitas ventilasi pada pnemonia, dan edema paru.
Bradipnea jika frekuensi napas < 10x/menit terjadi pada
keadaan toksisitas opioid, hiperkapnea, hipotirodisme,
peningkatan intracranial, dan lesi di hipotalamus.
Dada normalnya simetris dan berbetuk bulat lonjong, diameter
anterroposterior lebih kecil dari diameter lateral. Barrel chest
apabila diameter anteroposterior lebih besar dari diameter
lateral, hal ini berhubungan dengan hiperifasi paru pada pasien
PPOK berat,
Asma berat dan penyakit PPOK/COPD menyebabkan batuk
disertai wheezing/mengi yang berkepaanjangan. Wheezing
merupakan bunyi siulan bernada tinggiakibat aliran udara yang
melalui saluran nafas yang sempit,yang terjadi saat ekspirasi.
Wheezing saat latihan sering ditemukan pada pasien astma dna
PPOK. Terbangun malam hari dengan wheezing merupakan
pertanda atsma, dan jika timbul setelah terbangun di pagi hari
merupakan pertanda PPOK.
2. Fokus Diagnosa
3. Fokus Intervensi
Kolaborasi nebulizer diberikan pada kondisi bronkospasme
asma),produksi mucus yang berlebihan. Obat-obatan seperti
ventolin,pulmicort, bisolvon banyak digunakan pada prosedur
nebulizer.
Tindakan untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas bisa
dilakukan dengan tekniksuction,postural drainase, fisioterapi
dada, purse lip breathing, dan posisi high fowler sangat di
rekomendasikan terutamapada pasien COPD.
Untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi, maka pemberian nasal
oksigen nasal kanul, masker sederhana, rebreathing mask, non
rebreathing mask) bisa dilakuka pada pasien.
Pada kondisi dimana perubahan saluran nafas di picu oleh
perubahan lingkungan debu,kondisi cuaca) contoh pada
penyakit atsma, maka pendidikan kesehatan seperti bagaimana
memodifikasi lingkungan perlu diberikan pada pasien.
Kondisi seperti pasien dengan infeksi TB,maka terjadi
peningkatan kebutuhan asupan nutrisi. Oleh karena itu
diperlukan manajemen tinggi kalori dan tinggi protein TKTP)
dan juga kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi OAT.
Prosedur WSD pada pasien efusi pleura menekankan pada
perbedaan tekanan pada rongga dadadan botol WSD, sehingga
cairan di dalam rongga dada bisa di tarik keluar.
4. Fokus Evaluasi
Kepatenan jalan nafas dapat di lihat dari kondisi fisik seperti
tidak adanya sekret pada saluran pernafasan, frekuensi nafas
normal, tidak ada suara nafas tambahan.
Pada pasien yang mengkonsumsi obat secara terus menerus
seperti kondisi TB, kepatuhan OAT dapat dievaluasi melalui
dengan tidak adanya putus obat, minum obat sesuai
jumlah,jenis obat, dosis, dan waktu meminumnya.
5. Contoh Soal
1) Seorang laki-laki usia 43 tahun dirawat di ruang penyakit
dalam dengan keluhan sesak nafas. Hasil pengkajian didapat
data batuk berdahak bewarna kekuningan, ronchi positif pada
kedua lapang paru. Tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi
nadi 100x/menit, frekuensi nafas 30x/menit,suhu 38C. Ph
7,00,PCO2 55 mmHg,PO2 70 mmHg, HCO3 15 mEq/Dl.
Apakah masalah keperawatan yang tepat pada pasien di atas?
a. Hipertermia
b. Kelemahan
c. Gangguan pola nafas
d. Gangguan pertukaran gas
e. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Kunci jawaban : D
Pembahasan :
Kunci jawaban : B
Pembahasan :
Kunci jawaban : C
Pembahasan :
Kunci jawaban : B
Pembahasan :
Kunci jawaban : C
Pembahasan :
B. SISTEM KARDIOVASKULER
Kasus sistem kardiovaskuler yang banyak ditemukan antara lain: Angina
Pectoris, Infark Miokard, Gagal Jantung Kongestive, Miokarditis dan
Pericarditis.
1. Fokus Pengkajian
Karakteristik nyeri dada
Pengkajian enzim-enzim jantung fase akut dan kronik
Pengkajian aktifitas menurut NYHA
Mengidentifikasi derajat edema
Nilai EKG abnormal
2. Fokus Diagnosis
Penurunan cardiac output
Nyeri
Intoleransi aktivitas
Gangguan perfusi jaringan perifer
Kelebihan cairan
3. Fokus Intervensi
Manajemen nyeri dada pada kasus iskemik miokard dan infark
miokard pemberian nitrat dan trombolitik dan anti kougulan).
Melakukan perekaman EKG dan melakukan prosedur tindakan
DC Syok.
Pengaturan aktifitas pada kasus gagal jantung kongestive
Mengevaluasi pemberian antideuretic
Evaluasi intensitas dan karakteristik nyeri setelah di berikan
intervensi manajemen nyeri.
Kolaborasi pemberian obat-obatan termasuk golongan 5 obat-
obatan kardiovaskuler serta kepatuhan pengobatan dan diit.
Posedural knowledge : teknik pemasangan precordial leadpada
EKG dan teknik melakukan defibrilasi pada pasien ventrikuler
fibrilasi
4. Fokus Evaluasi
Evaluasi nyeri dada
Kemandirian dan rehabilitasi pasien gagal jantung
5. Contoh Soal
1) Seorang laki-laki berusia 3 tahun di rawat di ruang penyakit
dalam dengan keluhan nyeri daerah leher menyebar ke
punggung kiri dengan skala . Hasil pengkajian di temukan
sesak, terdapat ronkhi, dan edema ekstremitas, gelisah dan sulit
tidur di malam hari.TD 110/5 mmHg, frekuensi nadi
x/menit, frekuensi nafas 2x/menit, SaO2 4%. Hasil EKG
menunjukan ST elevasi.
Apakah tindakan keperawatan yang tepat di lakukan pada kasus
tersebut?
a. Membatasi aktifitas
b. Membatasi cairan
c. Menganjurkan pasien rileks
d. Mengajarkan latihan nafas dalam
e. Kolaborasi pemberian nitrogliserin
Kunci jawaban : E
Pembahasan :
Pembahasan :
Kunci jawaban : C
Pembahasan :
Kunci jawaban : C
Pembahasan :
Kunci jawaban : C
Pembahasan :
Obat ini sangat baik diabsopsi tanpa makanan dan lebih cepat
lagi jenis obat sublingual. Karena nyeri yang di alami pasien itu
akibat dari konstriksi atau sumbatan pembuluh coroner maka
perlu di berikan obat yang paling cepat kerjanya. Maka yang
paling sering di gunakan adalah sublingual.
C. SISTEM PENCERNAAN
Kasus sistem pencernaan yang banyak di jumpai adalah kasus Typhoid,
Appendicitis, Sirosis Hepatis dan Ca Colon.
1. Fokus Pengkajian
Pengkajian fokus pada sistem GI dan pencernaan adalah
abdomen. Saat pengkajian membagi abdomen kedalam 4
kuadran, dan mengetahuiorgan-organ pada setiap kuadrannya
Investigasi keluhan nyeri abdomen, mual dan muntah.
Identifikasi dengan pastikarakteristik dan lokasi nyeri
misalpada nyeri appendicitis pada kuadran kanan bawah
dengan nyeri tusuk.
Mengidentifikasi frekuensi dan karakter suara bising usus.
Bisisng usus tidak terdengar bila diindikasi adanya obstruksi
pada saluran usus. Peningkatan bunyi peristaltik usus 5-
24x/menit biasa di temukan pada pasien yang mengalami diare.
Palpasi distensi pada abdomen adanya shifting dullness dan
juga pengukuran lingkar perut pada kasus sirosis hepatis
dengan ascites
Fokus penghitungan cairan intake dan output cairan dalam 24
jam) dan mengenali tanda-tanda kekurangan caian seperti :mata
cekung, kulit dan mukosa bibir terlihat kering dan penurunan
kesadaran.
Data laboratorium : peningkatan pepsinogen menunjukan
duodenal ulcer, penurunan pada gastritis,penurunan pottasium
dapat di sebabkan oleh muntah dan diare. Peningkatan SGOT
menunjukan penyakit hati, amilase menunjukan pankreatitis
akut, tes widal untuk mengetahui almonella typhosa
peningkatan titer 4x lipat selama 2-3 minggu dinyatakan positif
2. Fokus Diagnosa
Hipertermi
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kerusakan integritas kulit
3. Fokus Intervensi
Manajemen cairan diperlukan dalam mempertahankan
keadekuatan cairan di dalam tubuh pasien
Untuk keperluan tersebut maka di butuhkan kepatenan IV akses
untuk pemberian cairan dan pengobatan
Pemasangan NGT diperlukan untuk mempertahankan
keadekuatan asupan nutrisi
Pemasangan kateter untin diperlukan untuk memastikan
keseimbangan cairan
Memastikan pasien merasa nyaman dan memonitor kondisi
umum pasien seperti adanya tanda-tanda dehidrasi.
Terkadang pasien akanmengalami kelemahan secara umum,
maka pengaturan aktivitas adan kebutuhan energi perlu
diperhatikan
Pada pasien dengan kolostomi perlu diberikan pendidikan
kesehatan tentang pemasangan dan perawatan kantong ostomi
Prinsip pemasangan NGT harus memperhatikan posisi high
fowler dengan meminta pasien untuk menempelkan dagu ke
dada. Pengukuran panjang insersi selang dari ujung hidung ke
xyphoid dengan menggunakan water soluble lubricant. Jika
terjadi perubahan kondisi mendadak seperti sianosis dan
kesulitan bernafas, tarik selang sesegera mungkin.untuk
memastikan bahwa selang masuk kedalam lambung ,aspirasi
cairan dengan 20 ml syringe, jika terlihat caian berawan dan
hijau atau kecoklatan maka posisi selang sudah benar.
4. Fokus Evaluasi
Memastikan kepatenan pemasangan NGT dan jug IVF perlu
dilakukan untuk memastikan keadekuatan asupan nutrisi dan
cairan
Mengevaluasi kondisi pedarahan didalam saluran GI seperti
adanya warna kemerahan gelap pada feses dan muntah pasien
Tidak adanya kemerahan dan iritasi padakulit di sekitar
kantong stoma menjadi hal yang perlu di evaluasi pada pasien
yang di pasang kolostomi.
5. Contoh Soal
1) Seorang perempuan berusia 40 tahun datang ke poliklinik
dengan keluhan mual muntah. Hasil pengkajian pasien
mengatakan nyeri ulu hati, terlihat warna skelera dan kulit
kuning. Hasil pemeriksaan ditemukan adanya pembesaran hati
dan nyeri tekan pada area hati.pasien di diagnosis hepatis.
Apakah pemeriksaan penunjang yang tepat pada kasus
tersebut?
a. Pemeriksaan feces
b. Pemeriksaan urinalisa
c. Pemeriksaan biopsy hati
d. Pemeriksaan rontgen
e. Pemeriksaan laboratorium SGOT,SGPT
Kunci jawaban : E
Pembahasan :
Kunci jawaban : A
Pembahasan :
• Pada kuadran kanan atas abdomen merupakan organ hati, Prioritas pada
pasien diatas adalah hipertermi. Patofisiologi demam : Virus masuk ke
tubuh manusia à teraktivasinya sistem imun tubuh dengan cara
mensekresikan antibodi berupa makrofag yang diaktifkan oleh limfosit
(limfosit T) dan limfokinnya untuk melawan antigen, selain itu makrofag
teraktivasi juga oleh eksotoksin dan endotoksin patogen serta proses
fagositosis.
• Adanya pelepasan eksotoksin dan endotoksin patogen merangsang tubuh
untuk mengeluarkan mediator inflamasi seperti leukotrient, prostaglandin,
IL1, IL6 dan TNF-α. à peningkatan set point di hipothalamus sebagai
pusat thermoregulasi, à demam
Kunci jawaban : B
Pembahasan :
Kunci jawaban : D
Pembahasan :
Diare yang terus menerus dapat menyebabkan pasien
kekurangan cairan yang di tandai oleh TD menurun, nadi yang
cepat.
Kunci jawaban : E
Pembahasan :
2. Fokus Diagnosa
Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektf
Gangguan mobilitas fisik
Risiko aspirasi
3. Fokus Intervensi
Kolaborasi pemasangan NGT pada pasien dengan disfagia
untuk mencegah aspirasi
Latihan ROM untukmencegah komplikasi pada pasien dengan
gangguan fungsi motorik seperti gangguan mobilisasi pasien
stroke
Manajemen dan pencegahan peningkatan tekanan intrakranial
khususnyapada pasien dengan stroke perdarahan dab cedera
kepala
Manajemen kejang pada pasiendengan epilpesi untuk
menghindari injuri
Pemantauan status oksigen jaringan serebral dan juga perifer
Pengaturan posisi tirah baring untuk mencegah terjadinya luka
tekan dan pada pasien dengan gangguan mobilitas fisik seperti
stroke.
Latihan menelan dan terapi bicara pada pasien dengan disfagia
Fisioterapi : latihan berjalan, berdiri, keseimbangan dan
koordinasi pada pasien stroke
Toilet training pada pasien dengan inkontenensia uri
Perubahan posisi tirah baring : miring kana/kiri dan terlentang
pada pasien dengan parese stroke)
Pemasangan collar neck pada pasien dengan curiga sedera
servikal
4. Fokus Evaluasi
Perbaikan tingkat kesadaran : GCS
Tidak terjadi komplikasi :aspirasi, atrofi, dehidrasi, dll.
5. Contoh Soal
1) Seorang laki-laki berusia 65 tahun di rawat di ruang neurologi
dengan keluhan penurunan kesadaran. Hasil pengkajian saat di
beri rangsang nyeri kedua telapak tangan fleksi abnormal.
Pasien membuka mata dan suara menggumam/mengerang,
pupil anisokor kanan, reflek cahaya lambat, TD 160/90 mmHg,
frekuensi nadi 92x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, suhu
36,8°C.
Berapakah nilai GCS pada kasus tersebut?
a. 5
b. 6
c. 7
d. 8
e. 9
Kunci jawaban : C
Pembahasan :
Kunci jawaban : A
Pembahsan :
Kunci jawaban : C
Pembahasan :
Pembahasan :
Kunci jawaban : A
Kunci jawaban : E
Pembahasan :
E. SISTEM ENDOKRIN
Kasus sistem endokrin yang banyak di jumpaipada tatanan klinik adalah
kasus DM tipe-2 dan hipo/hipertiroid
1. Fokus Pengkajian
Adanya keluhan berupa polyuria, polifagia dan polidipsi yang
menjadi gejala klasik dari DM Tipe 2
Perubahan dari kondisi yang biasa ditemui pada pasien kasus
hipertiroid adalah anorexia , kehilangan BB secara drastis,
takikardi, tremor dan intolerans terhadap panas
Perubahan terhadap proses fikir dan bingung juga mungkin di
temui pada kasus system endokrin
Perubahan hasil laboratorium seperti kadar hormon T3,T4
;kadar glukosa darah 250-00 MG/DL), hasil tes urin 24 jam,
nilai abnormal dari ABG terkait dengan asidosis metabolic
pH 7.3 dan bicarbonate 15 meq/L)
2. Fokus Diagnosa
Defisit volume cairan
Kehilangan cairan pada penderita DM tipe 2
Gangguan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh
Ketidakstabilan kadar glukosa darah
3. Fokus Intrevensi
Memonitor TTV dan status kesadaran pasie dan kepatenan
jalan nafas
Memastikan kepatenan IV akses untuk kepentingan asupan
cairan dan pengobatan
Menentukan penanganan yang tepat pasien hipoglikemia dan
hiperglikemia, memonitor kadar gula darah dan komplikasinya
seperti infeksi kulit, neoropati perifer, sirkulasi buruk pada
ektermitas bawah
Memonitor dengan ketat intake dan output cairan
Prinsip pemberian injeksi insulin baik untuk insulin yang
bekeja jangka panjang dan jangka pendek harus
memperhatikan prinsip benar obat,pasien, dosis, rute, waktu
dan dokumentasi).pemberian insulin di lakukan disubkutan di
daerah sekitar bahu, gluteus maximusbokong), abdomen dan
paha atas dengan memperhatikan sudut 45-0
Pemeriksaan penunjang seperti CT scan terkadang dilakukan
pada pasien dengan gangguan kelenjar endokrin. CT scan bisa
menggunakan media kontras, agar dapat berfungsi dengan baik
maka kondisi pasien harus dipastikan adekuat.
4. Fokus Evaluasi
Mengevaluasikestabilan kadar glukosa darah normal GDP =
0-110 mg/dl, GDP 2 jam PP = 5-140 mg/dl, HbA1c = 5,7%)
Monitoring terus menerus status kardiovaskuler dan respirasi
Memastikan kepatenan pemberian IV dan hormone
replacement therapy HRT).
5. Contoh Soal
1) Seorang perempuan berusia 65 tahun di rawat dengan diagnose
DM tipe 2. Hasil pengkajian : pasien mengatakan sering BAK
pada malam hari, turgor lama kembali, lemah, sering merasa
haus dan lapar. TD : 110/70 mmHg, frekuensi nadi 104x/menit,
frekuensi nafas 24x/menit.
Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut?
a. Resiko deficit volume caira
b. Ketidakseimbagan nutrisi
c. Gangguan pola eliminasi
d. Gangguan istirahat tidur
e. Intoleransi aktivitas
Kunci jawaban : A
Pembahasan :
Kunci jawaban : C
Pembahasan :
Kunci jawaban : B
Pembahasan :
F. SISTEM MUSKULOSKELETAL
Kasus sistem muskuloskeletal yang banyak ditemukan diklinik di
antaranya : fraktur, osteomyelitis dan osteoarthritis.
1. Fokus Pengkajian
Mengkaji status neurovascular : 5 P pain/nyeri,
paralisis,parestesi, pulse/ denyut nadi, pale/pucat) dilakukan
pada bagian distal area yang sakit.melakukan pengukuran
panjang ektremitas bawah
Menalaah komplikasi fraktur, pengukuran ektremitas bawah
yang mengalami trauma
Pengukuran mulai dari krista iliaka sampai malleolus
Pendek area yang sakit menunjukkan ada fraktur displaced
Panjang area yang sakit menunjukan dislokasi
Menjelaskan tanda-tanda OA, gout, osteoporosis. Menjelaskan
tanda-tanda dislokasi
2. Fokus Diagnosa
Nyeri akut
Kerusakan mobilitas fisik
Resikokerusakan neurovasculer
3. Fokus Intrevensi
Manajemen pasien fraktur di fokuskan kepada meningkatkan
kenyamanan, mencegah komplikasi dan rehabilitasi. Untuk
mengurangi rasa nyeri dapat di berikan analgetik dan perawat
harus mengevaluasi efektivitas analgesik,jika nyeri tidak hilang
indikasi dari kerusakan neurovasculer.untuk menurunkan
bengkak dan nyeri dapat dilakukan elevasi dari daerah yang
terkena
Tindakan untuk strain meliputi RICE Rest, Ice, Compression
Dan Elevation)
Perawatan gips : gips dipasang bertujuan untuk melindungi dan
mengimobilisasi fraktur untuk mempercepat penyembuhan,
setelah pemasagan gips harus dilakukan pemeriksaan status
neurovasculer, jika setelah pemasangan gips terjadi nyeri hebat,
tidak ada nadi, parestesis, paralisis, maka tindakannya gips
harus di buka.
Perawatan traksi adalah teknik untuk stabilisasi, alignmen dan
memberikan tarikan pada fraktur.tarksi pada umumnya terdiri
dari skeletal traksi dan skin traksi. Yang harus di perhatikan
posisi pasien, posisi kaki pasien anatomis, pins resiko infeksi
skeletal traksi), simpul tali jangan sampai tersangkut katrol,,
nyeri pada tumit risiko decubitus) dan beban harus
menggantung.
Perawatan kruk pengukuran pada posisi supine ujung kruk
berada 15 cm di samping tumit klien . tempatkan ujung pita
pengukur dengan lebar 3-4 jari 4-5 cm) dari aksila dan ukur
sampai tumit klien. Pada posisi berdiri : posisi kruk dengan
ujung kruk berada 14-15 cm di depan kaki klien. Dengan
metode lain, siku harus di fleksikan 15-30 derajat. Lebar
bantalan kruk harus 3-4 jari 4-5 cm) di bawah aksila.
4. Fokus Evaluasi
Mencegah terjadinya komplikasi seperti kompartemen syndrome
dengan ciri-ciri nyeri hebat tidak berkurang dengan analgetik, pucat,
parestesi, tidak ada denyut nadi di bagian distal dan teraba dingin.
Tindakan dilakukan fasciotomy.
5. Contoh Soal
1) Seorang perempuan berusia 23 tahun di rawat di bedah
orthopedic dengan keluhan patah tulangnya tidak sembuh-
sembuh. Hasil pengkajian pasien mengakami patah tulang
tertutup pada daerah lengan kiri sejak 4 bulan yang lalu dan
berobat ke dukun tulang tetapi tidk kunjung sembuh dan lama
kelamaan ototnya mengalami pengecilan, saat di kaji kekuatan
otot : pasien dpat mengangkat lengannya tetapi tidak dapat
menahan tahanan
Berapakah nilai kekuatan otot pada pasien tersebut?
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
Kunci jawaban : C
Pembahasan :
Kunci jawaban : E
Pembahasan :
Kunci jawaban : A
Pembahasan :
Kunci jawaban : C
Pembahasan :
2. Fokus Diagnosa
Kelebihan volume cairan
Gangguan eliminasi urin adalah disfungsi eleminasi urin.
Karakteristik : anyang-anyangan, disuria, dorongan berkemih,
inkontinensia unrin, nokturia, retensi urin, sering berkemih.
4. Fokus Evaluasi
Evaluasikeseimbangan cairan dan elektrolit, identifikasi tanda adanya
retensi cairan seperti edema local maupun sistemik termasuk adanya
edema pada paru. Evaluasi secara bertahap kemampuan berkemih dan
kesulitan untuk berkemih
5. Contoh Soal
1) Seorang perempuan berusia 45 tahun di rawat di ruang
penyakit dalam dengan keluhan sesak napas, setelah di
hemodialisis 2 hari yang lalu. Hasil pengkajian : edema di
ekstremitas bawah +/+, urin aoutput 100 cc/24 jam, TD 150/90
mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi napas 28x/menit
dan suhu 37°C
Apakah pengkajian selanjutnya yang di lakukan pada kasus
tersebut ?
a. Adanya bunyi napas tambahan
b. Kenaikan berat badan pasien
c. Nilai ureum dan kreatinin
d. Asupan cairan pasien
e. Kadar hemoglobin
Kunci jawaban : B
Pembahasan :
Kunci jawaban : D
Pembahasan :
Kunci jawaban : D
Pembahasan :
Kunci jawaban : B
Pembahasan :
H. SISTEM INTEGUMEN
Kasus sistem integumen yang banyak ditemukan diklinik adalah luka
bakar, psoriasis vulgaris dan dermatitis
1. Fokus Pengkajian
Pada pengkajian prosentase luka bakar kita harus mengingat
prinsip roleof nine : kepala dan leher : %, ekstremitas atas
%x 2 ekstremitas, trunkus anterior dada depan dan abndomen :
1%,trunkus posterior punggung) : 1%, ekstremitas bawah :
1% x 2ekstremitas, dan perineum 1%.
Pengkajian derajat luka bakar berdarakan kerusakan lapisan
kulit sebagai berikut:
Derajat I : terjadi kerusakan lapisan epidermis,kulit
memerah, sedikit edema, nyeri sampai terjadi 4 jam
Derajat II : terjadi kerusakan meliputi epidermis dan
dermis, adanya bulae, nyeri,warna merah atau merah
muda
Derajat III : kerusakan seluruh lapisan dermis dan organ
kulit, warna pucat – putih, tidak nyeri, dijumpaieskar
koagulasiprotein)
Pasien luka bakar luas dapat mengalami syok, sehingga kita
penting mengkaji tanda-tanda syok seperti : akral
dingin,takikardi,penurunan CRT, bradicardi
2. Fokus Diagnosa
Kerusakan integritas kulit
Kekurangan volume cairan
3. Fokus Intrevensi
Penghitungan kebutuhan cairan berdasarkan luas luka bakar
berdasarkan rumus parkland/baxter :4 ml x luas bakar x berat
badan.pemebrian 50% pada jam pertama,50% pada 1 jam
berikutnya.jenis cairan yang diberikan adalah cairan kritaloid
RL)
Monitor & hitung jumlah pemasukan & pengeluaran cairan
setiap30 menit
Waspada terhadap tanda-tanda kelebihan cairan dan gagal
jantung, terutama saat pemberian resusitasi cairan
Pada saat pemasangan kateter terdapat prinsip-prinsip yang
tidak boleh di lupakan pasien safety, sehingga harus
memperhatikan anatomi kateter, panjang uretra, fiksasi.
4. Fokus Evaluasi
Pasien luka bakar yang mengalamimkekurangan cairan harus
dilakukan evaluasi keberhasilan resusitasi cairan yangtelah dilakukan
dengan mengukur urin output. Normal urin output adalah 0.5- 1 ml/kg
bb/jam.
5. Contoh Soal
1) Seorang laki-laki berusia 25 tahun di rawat ruang luka nakar
akibat tersiram air panas. Hasil pengkajian : terdapat luka bakar
pada lengan kanan dan kiri serta punggung. Hasil pengkajian :
TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi nafas
24x/menit. Berat badan 60 kg dan tinggi badan 160 cm
Berapakah cairan yang di perlukan dalam 24 jam menurut
rumus parkland?
a. 4.320 ml
b. 6.480 ml
c. 7.200 ml
d. 8.640 ml
e. 9.600 ml
Kunci jawaban : B
Pembahasan :
Pada kasus tersebut di atas harus menentukan luas luka bakar
terlebih dahulu menggunakan “ rule of nine’’. Luka bakar
terjadi pada lengan kanan = 9%, lengan kiri = 9%, serta
punggung = 9% = 27%. Rumus parkland
4ml x 60 kg x 27%
Kunci jawaban : C
Pembahasan :
Kunci jawaban : E
Pembahasan :
Kunci jawaban : A
Pembahasan :
Kebutuhan cairan
=4ml x 25% x 50 kg
=5000 ml
Kunci jawaban : B
Pembahasan :
2. Fokus Diagnosa
Fatique
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan perfusi jaringan
Risti infeksi
3. Fokus Intrevensi
Intervensi SLE : cegah untuk terpapar sinar ultraviolet, monitor
komplikasipada sistem kardiovaskuler dan renal
Anemia : intervensi fokus kepada membantu pasien untuk
memprioritaskan aktivitas dan menyeimbangkan antara
aktivitas dan istirahat, mempertahankan nutrisi yang ade kuat,
mempertahankan adekuat perfusi dengan transfuse dan
pemberian oksigen
HIV/AIDS : kultur feces, pemberian antikolinergik dan
mempertahankan cairan 3L/day, monitor tanda-tanda
infeksi,monitor jumlah sel darah putih, teknik aseptik, berikan
pulmonary acre batuk, napas dalam, pengaturan posisi)
Transfusi darah jika terjadi reaksi alergi pada 15 menit
pertama, stop tranfusi, laporkan ke dokter dan rubah ke iv tube
dan buka0,% sodium chlorida.
4. Fokus Evaluasi
Anemia : tampakfatique berkurang rencana kativitas, istirahat
dan latihan). Prioritaskan aktifitas, mempertahankan nutrisi
yang adekuat, mepertahankan adekuat perfusi, tidak adanya
komplikasi)
HIV/ADIS : mempertahankan integritas kulit,tidak terjadi
infeksi, efektif airwat, paham tentang HIV/AIDS.
5. Contoh Soal
1) Seorang perempuan berusia 46 tahun di rawat di ruang interna
dengan DHF. Hasil pengkajian ditemukan suhu 38,2°C,
terdapat petekie pada kedua lengan pasien dan lemas, HB 12
mg/dl, hematokrit 50 %, trombosit 45.000/mm
Apakah masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?
a. Resiko nutrisi kutang dari kebutuhan tubuh
b. Gangguan integritas kulit
c. Resiko perdarahan
d. Intoleransi aktifitas
e. Hipertermi
Kunci jawaban : C
Pembahasan :
Tanda-tanda perdarahan sudah terlihat dengan danya petekie
namun yang lebih besar harus di curigai adalah perdarahan
internal pada system gastrointertinal khususnya. Pasien
mengalami hal ini karena adanya penurunan drastic pada
unsure pembekuan darah yakni trombosit maka patut di curigai
karena factor resiko untuk itu sudah sangat jelas.
Kunci jawaban : D
Pembahasan :
Kunci jawaban : B
Pembahasan :
Diare adalah salah satu infeksi opertonistik dari penderita HIV,
diare menimbulkan keluarnya cairan dan elektrolit berlebih
maka pasien akan mengalami kekurangan cairan dan elektrolit.
Kasus ini sangat terlihat pasien mengalami hal tersebut dengan
data seperti turgir kulit jelek, membarn kering, turun BB secara
drastic.
Kunci jawaban : C
Pembahasan :
J. SISTEM PENGINDERAAN
Kasus sistem penginderaan yang paling banyak ditemukan antara lain:
Glaukoma, Katarak, Retinoblastoma Dan Trauma Okuli, Otitis Media
Kaut/Kronik, Neoroma Akustik
1. Fokus Pengkajian
Kehilangan fungsi penglihatan dan ketajaman penglihatan
visus dan tes konfrontasi), tekanan intra okuler
Kehilangan fungsi pendengaran tes rinne, weber, swabach)
Identifikasi tanda-tanda infeksi pada telinga dan hidung
Indetifikasi tanda nyeri, rhinore, dan vertigo
2. Fokus Diagnosa
Gangguan persepsi sensori
Nyeri akut
Resiko infeksi
Resiko injury
Kecemasan
Kurang pengetahuan
3. Fokus Intrevensi
Menilai kehilangan fungsi penglihatan ketajaman penglihatan,
lapang pandang)
Menilai kehilangan fungsi pendengaan jenis tuli konduktif,
tuli sensorineural)
Pendidikan kesehatan terkait dengan kehilangan fungsi
penglihatan dan fungsi pendengaran
Melakukan perawatan post op katarak dan galukoma dan
perawatan pasien post op tympano plasty
Teknik pemberian obat melalui irigasi dan tetes mata, tetes
telinga, tetes hidunh dan irigasi
Teknik pembebatan pada mata
Pemberian tetes dan salep mata
Irigasi mata
4. Fokus Evaluasi
Ketajaman penglihatan pasca tindakan operasi
Memantau tanda-tanda perdarahan post operasi
Resiko infeksi yang terjadi post operasi
5. Contoh Soal
1) Seorang perempuan berusia 60 tahun di rawat di ruag bedah
pasca operasi katarak. Pasien di rencanakan untuk pulang dan
perawat menjelaskan hal-hal yang tidak boleh di lakukan oleh
pasien.
Apakah tindakan yang tepat pada kasus tersebut?
a. Tidak menutup mata saat mandi
b. Tidak boleh di berikan tetes mata
c. Tidak boleh membaca majalah
d. Tidak memakai kacamata
e. Tidak menggosok mata
Kunci jawaban : E
Pembahasan :
Menggosok mata dapat menimbulkan infeksi pada mata
Kunci jawaban : B
Pembahasan :
Kunci jawaban : A
Pembahasan :