Anda di halaman 1dari 22

PENYAKIT DEKOMPRESI

KELOMPOK 4

FKM UHO
WULAN PURNAMASARI J1A118147
4
3 AYUNINGTYAS MARDATILLAH
J1A118173

2 ALBRINA ROZA REZKILLAH J1A118188

1 WIDYA ASTUTIK J1A118195


0
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Penyelam tradisional adalah orang yang melakukan kegiatan
penyelaman dengan menggunakan teknik tahan nafas (penyelaman
tanpa alat bantu pernafasan) atau menggunakan kompresor sebagai
alat bantu suplai udara dari permukaan (penyelaman dengan
SSBA/Surface Supplied Breathing Apparatus).
Penyakit dekompresi merupakan suatu kumpulan gejala yang
disebabkan karena terlepasnya gelembung udara ke dalam darah atau
jaringan selama atau setelah terjadinya penurunan tekanan pada
lingkungan (dekompresi),sehingga penyakit ini berisiko tinggi untuk
terjadi pada penyelam.

Penyakit dekompresi dimulai dengan terbentuknya


gelembung ekstravaskular dan intravaskular yang
semakin membesar ketika akumulasi tekanan gas
terlarut (oksigen, karbon dioksida, nitrogen, dan helium)
dan uap air melebihi tekanan absolut lokal.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana keterkaitan antara status
sosial ekonomi pada penyakit
dekompresi?
Bagaimana keterkaitan antara
Kebudayaan pada penyakit
目录 dekompresi?

Bagaimana keterkaitan antara


CATALOG Kepercayaan pada penyakit
dekompresi?
Bagaimana factor risiko pada
penyakit dekompresi ?

Bagaiman upaya pencegahan


Pada penyakit dekompresi?
TUJUAN

01 Untuk mengetahui keterkaitan status sosial ekonomi pada penyakit


dekompresi.

02 Untuk mengetahui keterkaitan antara kebudayaan pada penyakit


dekompresi .

03 Untuk mengetahui keterkaitan antara kepercayaan pada


penyakit dekompresi.

04 Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja pada penyakit


dekompresi .

05 Untuk mengetahui upaya pencegahan pada penyakit


dekompresi.
0
TINJAUAN PUSTAKA
EPIDEMIOLOGI

Penyakit dekompresi adalah bahaya terkait pekerjaan, umumnya di


kalangan
penyelam nelayan dan disebabkan atau terkait dengan beberapa faktor.
Penyelam
melaporkan kerusakan saraf, penyakit kejiwaan, kelupaan atau
kehilangan konsentrasi cenderung memiliki karir menyelam yang lebih
lama dan menderita penyakit dekompresi. Penyelam tradisional
kompresor dapat menderita penyakit dekompresi berupa kelumpuhan
dan bahkan kematian.(Widyastuti
Penelitian et dan
Syamila (2017) al., 2019)
Wahab (2008) pada penyelam Moroami
menunjukkan bahwa cara naik ke permukaan secara langsung
berpeluang menderita penyakit dekompresi 6 kali lebih besar
dibanding naik ke permukaan secara perlahan.
Nelayan penyelam terkadang masih mengandalkan perasaan saat
naik ke permukaan. Kurangnya pengetahuan dan rendahnya tingkat
pendidikan nelayan penyelam menyebabkan mereka tidak melakukan
prosedur penyelaman yang baik dan benar (Rahmadayanti, 2017).
PATOFISIOLIGI

Ada dua tipe dekompresi, yakni dekompresi tipe pertama dan


tipe kedua. Dekompresi tipe 1 ditandai dengan bagian sendi
yang mendadak terasa nyeri dan berangsur-angsur, kelelahan
dan rasa kantuk yang berlebihan (Hadi, 1991). Selain itu juga
kepala terasa pusing, terdapat bercak-bercak merah pada kulit
yang disertai rasa gatal.

Penyakit dekompresi tipe 2 jauh lebih serius dibandingkan dengan


dekompresi tipe 1 (Hadi, 1991). Gejala-gejala dekompresi tipe 2
adalah:
1. Gejala neuorolgis, Kulit terasa tebal seperti ditusuk jarum yang
kadang hilang atau menurun. Kelumpuhan otot anggota gerak
hingga terjadi kebutaan.
2. Gejala paru-paru, Hal ini ditandai dengan rasa nyeri dan berat
di dada, sesak napas hingga pucat disertai batuk kering.
3. Gejala sistem kardiovaskuler (Bends shock), Bends shock
merupakan tanda gawat darurat yang perlu ditangani dengan
FREKUENSI

Data yang dikumpulkan Dit Sepim Kesma Depkes


sampai tahun 2008, dari 1.026 penyelam ditemukan
93,9% penyelam pernah menderita gejala awal penyakit
penyelaman, yaitu sebanyak 29,8% menderita nyeri
sendi, 39,5% menderita gangguan pendengaran dan
10,3% menderita kelumpuhan.

Berbagai penyakit dan kecelakaan dapat terjadi pada nelayan dan


penyelam tradisional, hasil penelitian Depkes RI tahun 2006 di pulau
Bungin, Nusa Tenggara Barat ditemukan 57,5% nelayan penyelam
menderita nyeri persendian, 11,3% menderita gangguan pendengaran
ringan sampai ketulian (Depkes RI, 2016).
Sulawesi tenggara merupakan salah satu provinsi mempunyai kelompok
nelayan yakni terbesar pada 8 (delapan) kelompok nelayan di
Kabupaten Buton, 10 (sepuluh) kelompok nelayan di Kota Kendari dan 7
(tujuh) kelompok nelayan di kabupaten Konawe Selatan. (Nura, 2017)
DISTRIBUSI

Waktu memengaruhi terjadinya penyakit


dekompresi,pajanan berulang atau penyelaman berulang
dalam kurun waktu yang singkat meningkatkan risiko
terjadinya penyakit dekompresi. Risiko penyakit dekompresi
akan sangat meningkat jika penyelam naik ke permukaan
dengan kecepatan >19 meter/menit.
Faktor risiko lain adalah usia, semakin tua usia maka risiko
terjadinya penyakit dekompresi akan semakin besar.

Gejala konstitusional yang muncul akibat penyakit


dekompresi ialah sakit kepala, lelah, malaise, mual atau
muntah, dan anoreksia. Kaku sendi, kram, dan spasme juga
dapat menjadi tanda sindrom dekompresi.
Bentuk yang paling berat dari penyakit dekompresi adalah
emboli gas pada pembuluh arteri. (Linggayani & Ramadhian,
2017)
DETERMINAN

Diagnosis penyakit dekompresi didasarkan pada


pemeriksaan klinis, termasuk pemeriksaan neurologis
dan sejarah menyelam. Penelitian laboratorium dan
pencitraan kadang-kadang menunjang diagnosis.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan


insidensi penyakit dekompresi:
1. Kedalaman penyelaman
2. Lama penyelaman
3. Lemak tubuh
4. Aktivitas
5. Jenis kelamin
6. Usia
0
PEMBAHASAN
STATUS SOSIAL-EKONOMI
a) Pendidikan
Masyarakat pesisir, mengaggap pendidikan tidak begitu
penting, mereka lebih mementingkan bekerja untuk mencukupi
kehidupannya karena pada era kolonial pembangunan pendidikan
kurang memadahi. Hal tersebut, menyebabkan rendahnya daya
saing dalam memperebutkan peluang pekerjaan yang lebih layak
secara ekonomi. Selain itu, tingkat pendapatan yang rendah
menyebabkan kemiskinan yang seolah telah menjadi teman akrab.
(Farida and Andalas, 2019)
b) Ekonomi
Menurut Juhari (2010) Masyarakat pesisir dalam pembangunan hingga
kebutuhan sandang pangan sangat minim untuk didapatkan, Terjadi
kesenjangan ekonomi karena sector pekerjaan masyarakat pesisir hanya
pada lautan atau nelayan saja. Hal itu terjadi karena tidak meratanya
pembangunan di pesisir, sehingga masyarakat pesisir sulit untuk mencari
lapangan pekerjaan. Hal ini sehingga menyebabkan ketidaksetaraan
dengan masyarakat kota yang lapangan pekerjaan mudah untuk
didapatkan
KEBUDAYAAN
Sebagai sebuah komunitas sosial, masyarakat nelayan memiliki
sistem budaya yang tersendiri dan berbeda dengan masyarakat
lain yang hidup di daerah pegunungan, lembah atau dataran
rendah, dan perkotaan. Nelayan penyelam tradisional yang sering
disebut dengan nelayan kompresor . Turun temurun penyelam
menggunakan peralatan sangat terbatas. Kebanyakan hanya terdiri
dari kompresor yang biasa digunakan untuk memompa ban
kendaraan bermotor, fin, masker, selang dengan regulator dan
pemberat dari timah. Penyelaman dilakukan pada tekanan lebih
dari 1 atmosfer absolut baik di dalam air maupun di ruang udara
kering bertekanan tinggi .
Penyelaman tersebut sangat berbahaya karena akan
menyebabkan penyelam menderita kelainan
dekompresi yang di sebabkan tidak tercukupinya gas
nitrogen akibat penurunan tekanan yang mendadak,
sehingga menimbulkan gejala sakit pada persendian,
susunan syaraf, saluran pencernaan, jantung, paru-paru
dan kulit.
KEPERCAYAAN

Ada banyak macam kepercayaan dari nelayan-nelayan terhadap laut


yang tersebar di berbagai daerah pesisir Indonesia yang sampai saat
ini masih sering didengar.

Ada kepercayaan yang berupa pantangan atau sesuatu yang harus


dilakukan seperti ritual yang bertujuan untuk memohon keselamatan
dan menghindarkan nelayan dari bala bencana di tengah lautan
sebelum mereka turun melaut.

Masyarakat pesisir menyakini bahwa menyelam selama 3 jam dalam


sehari untuk mendapatkan ikan adalah hal yang wajar. Akan tetapi
hasil penelitian menunjukkan bahwa menyelam ≥ 2 jam per hari maka
berisiko untuk terjadi penyakit dekompresi.
FAKTOR RISIKO

Masa kerja dan cara naik ke permukaan merupakan faktor risiko


yang mempengaruhi kejadian penyakit dekompresi pada nelayan
penyelam. Masa kerja dapat menentukan lamanya seseorang
terpapar dengan faktor risiko di tempat kerjanya. Semakin lama
penyelam bekerja maka semakin besar pula paparan yang
didapatkan pada lingkungannya yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, kelumpuhan bahkan kematian (Syamila, 2017).

Menurut Alfred A. Bove (2013) dalam artikelnya yang berjudul


“Decompression Sickness” risiko terjadinya penyakit dekompresi
meningkat dengan banyak faktor seperti suhu. (Rahmadayanti,
Budiyono, 2017)
UPAYA PENCEGAHAN

Untuk mencegah terjadinya dekompresi maka perlu


diadakan penyuluhan atau penyebarluasan informasi
tentang faktor risiko dan pelatihan penyelaman yang benar
dan aman bagi penyelam yang bekerjasama dengan
instansi atau organisasi yang menguasai dalam bidang
penyelaman, perlu dilakukan penyusunan rencana
penyelaman yang meliputi lama waktu menyelam dan
kedalaman menyelam secara tepat dan diadakan
pemeriksaan kesehatan berkala pada penyelam.(Duke et
al., 2017)
0
PENUTUP
KESIMPULAN

1. Status Sosial-Ekonomi terbagi atas dua :


a) Pendidikan
Masyarakat pesisir, mengaggap pendidikan tidak begitu penting,
mereka lebih mementingkan bekerja untuk mencukupi
kehidupannya karena pada era kolonial pembangunan pendidikan
kurang memadahi.
b) Ekonomi
Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tinggal dan melakukan
aktifitas sosial ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya wilayah
2.Kebudayaanpesisir dan lautan.
Sebagai sebuah komunitas sosial, masyarakat nelayan memiliki sitem
budaya yang tersendiri dan berbeda dengan masyarakat lain yang
hidup di daerah pegunungan, lembah atau dataran rendah, dan
perkotaan.
3. Kepercayaan
Ada kepercayaan yang berupa pantangan atau sesuatu yang harus
dilakukan seperti ritual yang bertujuan untuk memohon keselamatan
dan menghindarkan nelayan dari bala bencana di tengah lautan
4. Faktor Risiko
Masa kerja dan cara naik ke permukaan merupakan faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian penyakit dekompresi pada nelayan penyelam.
Risiko terjadinya penyakit dekompresi meningkat dengan banyak faktor
seperti suhu. (Rahmadayanti, Budiyono, 2017)

5. Upaya Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya dekompresi maka perlu diadakan
penyuluhan atau penyebarluasan informasi tentang faktor risiko dan
pelatihan penyelaman yang benar dan aman, perlu dilakukan
penyusunan rencana penyelaman yang meliputi lama waktu menyelam
dan kedalaman menyelam secara tepat dan diadakan pemeriksaan
kesehatan berkala pada penyelam.(Duke et al., 2017)
TERIMA KASIH
ADA PERTANYAAN ?

Anda mungkin juga menyukai