1.analisis Kebijakan Antirokok Terhadap Mahasiswa Perokok (Karya Ilmiah Bahasa Indonesia) Newest
1.analisis Kebijakan Antirokok Terhadap Mahasiswa Perokok (Karya Ilmiah Bahasa Indonesia) Newest
Karya tulis ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia
Disusun oleh:
Mukti Widodo 1810111170
Bimo Figo Andito 1810111185
Ghivari Varreldiazka 1810111188
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan rahmat-Nya. Kami dapat menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul
“Analisis Kebijakan Antirokok terhadap Mahasiswa Perokok di Lingkungan
Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Jakarta” dengan baik.
Adapun maksud dari penyusunan karya tulis ini untuk memenuhi tugas
bahasa Indonesia. Rasa terima kasih kami berikan kepada yang terhomat Bapak
Fauzi Rahman, S.Pd, M.Pd selaku dosen pembimbing dalam pembuatan karya
tulis ini, serta semua pihak yang membantu dalam pembuatan karya tulis ini yang
tidak bisa kami sebut satu persatu.
Harapan kami bahwa karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan terhadap dampak adanya kebijakan antirokok di
lingkungan UPNVJ terhadap mahasiswa perokok.
Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Kritik dan saran dari pembaca akan kami terima
guna perbaikan dan penyempurnaan dari karya tulis ilmiah ini.
MOTTO
A. Latar Belakang
Mahasiswa, tingkatan tertinggi untuk kaum terpelajar. “Maha” yang berarti
paling atau sangat, mengindikasikan bahwa mahasiswa adalah panutan untuk
tingkatan dibawahnya, namun nyatanya indikasi tersebut nyatanya salah.
Mahasiswa bukan lagi panutan yang baik, bahkan melanggar hukum, kini
dengan mudahnya dilakukan oleh mereka. Anggapan bahwa mereka telah
dewasa salah diartikan, dengan melakukan hal-hal yang dilarang. Seperti sex
bebas yang semakin hari semakin tidak terkontrol, dan lebih parahnya bukan
hanya mahasiswa yang melakukannya, bahkan usia abg juga turut andil dalam
perbuatan yang tidak pantas ini. Contoh diatas memang sering kita dengar,
dan telah ada hukum yang mengaturnya sehingga dapat diminimalisir. Namun
untuk contoh lebih kecil, dan sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari
yaitu, budaya merokok. Tanggapan tentang hal ini sangat jarang, dan bahkan
ketika ada hukum yang mengatur, ditentang habis-habisan oleh sebagian
penduduk Indonesia. Peraturan tak lagi didengar jika tak sepemikiran.
Budaya merokok sepertinya telah melekat pada diri penduduk Indonesia
terlebih bagi mahasiswa, mahasiswa lebih identik sebagai konsumen rokok
dibanding peran sebenarnya sebagai agen perubahan. Rokok pada dasarnya
merusak kesehatan dan lingkungan tetap saja diminati oleh mahasiswa, yang
sudah pasti tahu dan paham mengenai bahaya dari rokok tersebut. Entah
kenikmatan apa yang ditawarkan oleh rokok, tidak sebanding dengan
kesehatan yang dipertaruhkan di kemudian hari. Seperti yang telah disebutkan,
peraturan tentang rokok pernah dikeluarkan, dan masih menjadi perdebatan
sampai saat ini, namun dengan banyaknya yang menentang peraturan tersebut,
sepertinya pemerintah tidak mau ambil pusing tentang hal ini.
Kembali kita melihat peran sebenarnya dari mahasiswa, yaitu agen
perubahan. Memang benar, mencapai Indonesia yang lebih baik itu adalah
mimpi seluruh rakyat, dan yang sering menjadi perantara adalah mahasiswa
dalam menyuarakan pendapat. Namun jika mahasiswa itu adalah penghalang
dari kemajuan bangsa, entah jadi apa bangsa ini. Merokok secara tak langsung
menjadikan konsumennya seakan menelan bom waktu yang suatu saat bisa
meledak, anggapan bahwa merokok menenangkan, pemberi ide dan juga
penghilang penat akan hilang seketika jika “bom” itu telah meledak, hanya
penyesalan yang ada jika semua itu terjadi. Memang benar perusahaan rokok
memegang peranan penting di perekonomian Indonesia, beasiswa serta
sponsor olahraga semua dipegang oleh perusahaan rokok. Hal ini sejalan
dengan semakin banyak perokok aktif yang menjadikan perusahaan semakin
besar dan menduduki area-area vital perekonomian bahkan pendidikan, namun
dampak jangka panjangnya tidak seindah peranannya.
Dampak dari merokok tidak hanya merugikan untuk perokok aktif,
namun juga perokok pasif bahkan kepada lingkungan. Bahaya merokok untuk
perokok aktif sudah tidak asing bagi kita, dengan terpampangnya akibat-akibat
dari merokok di label pembungkus sudah pasti semua perokok telah
membacanya, namun diacuhkan begitu saja. Dampak yang lebih buruk adalah
untuk perokok pasif, karena asap yang dikeluarkan perokok dan terhirup akan
mengakibatkan masalah yang lebih serius bahkan lebih berbahaya dari
dampak perokok aktif. Selain itu dampak yang tidak kalah berbahaya yaitu
bagi lingkungan, puntung rokok membutuhkan waktu 1,5 sampai 2,5 tahun
untuk terurai didalam tanah, zat-zat beracun didalamnya selama itu akan ada
di tanah dan mengakibatkan tanah tersebut akan menurun kesuburannya dan
tanaman disekitarnya akan terhambat pertumbuhannya. Terlebih jika zat
tersebut terbawa aliran hujan, maka dampaknya akan lebih meluas. Setelah
puntung rokok dibuang, 3 jam setelah itu bara apinya baru akan padam, dan
selama itu bara dari puntung rokok tersebut akan menyebabkan tanaman layu
karena terbakar, dan sangat mungkin untuk menjadi pemicu kebakaran.
Sangat banyak kerugian yang disebabkan oleh rokok, tidak hanya
manusia, namun makhluk hidup lain pun ikut menjadi korbannya. Dengan
banyaknya dampak yang merugikan, tak serta-merta membuat orang untuk
berhenti merokok, karena perilaku seseorang sangat sulit untuk dirubah jika
tidak tergerak oleh dirinya sendiri. Namun paling tidak, jumlah perokok pasif
ini yang harus bisa dikurangi, dengan adanya fasilitas smoking
area seharusnya dapat menekan jumlah perokok pasif. Bagi manusia yang
memiliki akal pikiran, dan terlebih sebagai mahasiswa seharusnya kita tahu
perbuatan apa saja yang merusak lingkungan. Membuang puntung rokok
ditempat yang benar inilah contohnya, kerusakan tanah dan tanaman dapat
diminimalisir jika kita mau berubah. Rokok dengan pro kontra yang masih
diperdebatkan, memang sulit untuk menghilangkan kebiasaan yang sudah
mendarah daging, namun usaha untuk menguranginya harus tetap ada agar
dampak berkelanjutannya dapat dihentikan.
Topik yang kami bahas pada karya ilmiah ini sangat relevan dengan
keadaan yang ada di lingkungan kampus UPN Veteran Jakarta. Kampus ini
memiliki sebagian besar mahasiswa yang masih menganut budaya merokok
dan bukan sebagai agen perubahan atau sebagai panutan bagi masyarakat yang
tingkat pendidikannya dibawahnya. Budaya merokok merupakan kebudayaan
turun-temurun yang sulit untuk dirubah dan dibutuhkan tekad yang kuat untuk
merubahnya. Selain membahayakan kesehatan dan lingkungan merokok di
kampus juga mengakibatkan turunnya moral dan etika mahasiswa, karena
mahasiswa UPN Veteran Jakarta biasanya merokok ditempat-tempat yang
strategis sehingga dapat menggangu pernasapasan orang-orang disekitarnya.
Kami memilih topik ini berdasarkan keresahan masyarakat UPN Veteran
Jakarta terhadap asap rokok yang ada di lingkungan kampus sehingga
menyebabkan polusi udara di lingkungan kampus.
Alasan kami memilih judul pada karya ilmiah ini karena kami ingin
menganalisis seberapa efektif kebijakan tentang antirokok terhadap
mahasiswa perokok di lingkungan UPN Veteran Jakarta dan hal-hal apa saja
yang dapat menghambat tujuan dari kebijakan tersebut untuk menciptakan
lingkungan kampus yang bebas dari asap rokok. Kami akan menganalisis
semua hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan tersebut dan akan kami
tuangkan ke dalam karya ilmiah ini.
B. Rumusan masalah
Dampak dari adanya kebijakan antirokok terhadap mahasiswa perokok di
lingkungan UPNVJ.
C. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui pendapat dari para mahasiswa yang merokok dengan adanya
kebijakan antirokok di sekitar lingkungan kampus UPNVJ.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa UPNVJ
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang dampak merokok agar
dapat terhindar dari bahaya rokok dengan cara meninggalkan rokok sejak
dini.
2. Bagi Instansi
Masukan kepada pihak universitas agar dijadikan dasar pertimbangan
dan kebijakan untuk memberikan penyuluhan tentang rokok dan
akibatnya bagi kesehatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
B. Deskripsi Penelitian
1. Rokok
Menurut Kesowo (2003) rokok adalah hasil olahan tembakau yang
terbungkus, sejenis cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari
tanaman Nacotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan sejenisnya.
Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar
asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung yang lainnya. Rokok
biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas
yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam saku. Sejak beberapa
tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan
kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-
paru atau serangan jantung (walaupun pada kenyataannya pesan tersebut
sering diabaikan).
Rokok memiliki banyak bahan kimia yang terkandung di dalamnya,
yang tiap bahannya membahayakan penggunanya. Tetapi meskipun bahan
kimia yang terkandung banyak, hanya tar dan nikotin saja yang
dicantumkan dalam bungkusan rokok.
2. Kebijakan
Menurut Ealau dan Prewit (dalam Suharto, 2010:7), kebijakan adalah
“sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang kosisten
dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun yang menaatinya”.
Titmuss (dalam Suharto, 2010:7) mendefinisikan kebijakan sebagai
“prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-
tujuan tertentu”. Kebijakan menurut Titmuss senantiasa berorientasi kepada
masalah (problemoriented) dan berorientasi kepada tindakan (action-
oriented). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah
suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara
bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai
tujuan tertentu.
Menurut Carl J. Friedrick (dalam Konsep Dasar Kebijakan Publik,
2008:6) mengartikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang
diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tertentu dengan menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan-
kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam rangka
mencapai tujuan tertentu.
3. Lingkungan
Menurut Undang-Undang no 23 Tahun 1997 Lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Menurut Otto Seomarwoto lingkungan hidup adalah semua benda dan
kondisi yang ada dalam ruang kita tempati dan mempengaruhi kehidupan
kita. Menurut batasan tersebut secara teoritis ruang yang dimaksud tidak
terbatas jumlahnya. Adapun secara praktis ruang yang dimaksud selalu
dibatasi menurut kebutuhan yang dapat ditentukan.
4. Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu
ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu
bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah
tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012: 5).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa didefinisikan
sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi (Kamus Bahasa Indonesia
Online, kbbi.web.id). Sedangkan Menurut Siswoyo (2007: 121) mahasiswa
dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat
perguruantinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang
setingkat dengan perguruan tinggi.
Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi,
kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis
dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung
melekat pada diri setiap mahasiswa,yang merupakan prinsip yang saling
melengkapi.
Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang
usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan padamasa remaja
akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas
perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup
(Yusuf, 2012: 27).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa ialah
seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan
menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik,
politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Sedangkan dalam
penelitian ini, subyek yang digunakan ialah dua mahasiswa yang berusia 23
tahun dan masih tercatat sebagai mahasiswa aktif.
C. Kerangka Berpikir
Lingkungan kampus merupakan lingkungan di mana mahasiswa menjalani
proses belajar dan melakukan berbagai aktivitas. Dalam proses belajar,
mahasiswa tentunya membutuhkan lingkungan yang harmonis, yang
mendukungnya dalam proses belajar. Sehingga seorang mahasiswa tidak akan
merasa terganggu, melainkan akan merasa nyaman dan tenang dalam
melaksanakan proses belajar. Karena lingkungan kampus sebagai tempat
mahasiswa dalam menjalani proses belajar, maka dapat diartikan bahwa masa
depan mahasiswa di tentukan dari lingkungan kampusnya. Sehingga sangat
diperlukan lingkungan kampus yang mendukung proses belajar mahasiswa.
Kebijakan
Antirokok
Tantangan Hambatan
Gambar 3.1
Kampus UPN “Veteran” Jakarta
Sumber: Google Maps
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian
kualitatif menurut Timotius (2017:54) penelitian kualitatif dilakukan pada
kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
merupakan instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal
teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan
mengkonstruksi objek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih
menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika
masalah belum jelas, mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami
interaksi sosial, mengembangkan teori, memastikan kebenaran data, dan
meneliti sejarah perkembangan. Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk
mengadakan berbagai perhitungan secara kuantitas. Misal perhitungan
persentase, rata-rata, dan parameter kuantitatif lainnya. Data yang diperoleh
bersifat deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dan perilaku yang dapat
diamati.
2. Wawancara
Wawancara menurut Timotius (2017:233) merupakan metode
pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
informan. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan adalah
sebagai berikut.
a. Apakah anda perokok?
b. Apakah anda sudah mengetahui atas kebijakan antirokok di UPNVJ?
c. Apakah anda setuju dengan kebijakan tersebut?
d. Bagaimana tanggapan anda dengan adanya kebijakan tersebut?
e. Adakah dampak yang dirasakan setelah adanya kebijakan tersebut?
f. Apakah anda merasa mengganggu orang lain saat anda merokok?
g. Apakah anda perlu suatu tempat khusus untuk merokok?
h. Apakah anda ingin kebijakan tersebut dicabut?
i. Adakah saran lainnya yang ingin anda sampaikan?
A. Deskripsi Data
Penelitian ini membahas tentang Analisis Kebijakan Antirokok terhadap
Mahasiswa Perokok di Lingkungan. UPN “Veteran” Jakarta. Sampel dalam
penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN “Veteran”
Jakarta. Adapun data dikumpulkan dengan cara angket dan wawancara. Pada
cara angket telah disebarkan kuesioner yang berisi tentang pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan kita bahas pada penelitian
ini dan kami mendapatkan 18 responden yang terdiri dari beberapa fakultas
sebagai berikut :
No Jurusan Jumlah
1 S1 Manajemen 15
2 S1 Akuntansi 1
3 S1 Ekonomi Syariah 1
4 D3 Keuangan dan Perbankan 1
Gambar 4
Lokasi Ubin Coklat (Ucok)
Sumber: Dokumen Pribadi
Selain yang berkumpul, terdapat juga mahasiswa perokok yang
sendirian dan tidak berkumpul dengan temannya. Dia biasanya merokok di
tempat yang sepi seperti di toilet. Tempat yang sepi dipilih agar tidak
diketahui oleh dosen dan biasanya dia merokok di tempat tersebut karena
ingin merokok ketika ada kelas.
Gaya hidup mahasiswa perokok cenderung lebih boros daripada
mahasiswa lainnya yang tidak merokok karena mereka harus menambah
atau menyisihkan uang jajannya untuk membeli rokok sehingga biaya
yang dikeluarkan perharinya akan bertambah untuk membeli rokok. Hal
ini didukung oleh data yang kami dapatkan sebagai berikut:
Gambar 4
Hasil data angket
Sumber:Dokumen pribadi
Berdasarkan data di atas terdapat 66,6% mahasiswa perokok yang
setuju bahwa merokok dapat membuat dirinya menjadi lebih boros dengan
uang yang dikeluarkan untuk membeli rokok setiap harinya. Sebanyak
16,7% mahasiswa perokok yang ragu-ragu tentang gaya hidupnya menjadi
lebih boros karena mereka bukanlah perokok yang sudah sangat
kecanduan sehingga uang yang mereka keluarkan setiap harinya untuk
rokok tidaklah banyak karena mereka tidak merokok dalam jumlah yang
banyak setiap harinya. Dan terdapat 16,7 mahasiswa perokok yang tidak
setuju bahwa dengan merokok mereka menjadi lebih boros karena sudah
mengatur keuangannya dengan baik sehingga pengeluarannya ketika
sedang merokok ataupun sedang tidak merokok sama saja tidak ada
bedanya jadi mereka tidak merasa bahwa dengan merokok menjadikan
dirinya lebih boros.
Karena biaya yang dikeluarkan untuk merokok cukup besar tak jarang
para perokok akan memangkas uang yang makannya untuk membeli
rokok.
Gambar 4.
Hasil data angket
Sumber: Dokumen pribadi
Berdasarkan gambar diatas sebanyak 22,2% mahasiswa UPNVJ yang
merokok setuju bahwa mereka sering menggunakan uang makannya untuk
dibelikan rokok sehingga mereka harus membeli makanan sesuai dengan
budget yang mereka memiliki dan juga ada yang sampai tidak makan agar
bisa merokok karena telah kecanduan dan lebih memilih memuaskan
kecanduannya daripada mengisi perutnya. Lalu terdapat 11,1% mahasiswa
yang ragu-ragu karena biaya yang mereka keluarkan untuk merokok tidak
besar sehingga tidak memangkas uang makannya dan mungkin hanya
memotong uang makannya sedikit saja. Dan yang terakhir terdapat 66,7%
mahasiswa perokok yang telah menyisipkan uangnya khusus untuk
membeli rokok sehingga tidak berpengaruh pada uang makannya karena
semua uang yang dimiliki telah dipisahkan untuk masing-masing
kebutuhannya.
Jadi dengan merokok gaya hidup mahasiswa UPNVJ yang merokok
akan cenderung berubah menjadi lebih boros karena mereka harus
menambahkan pengeluarannya untuk membeli rokok dan dituntut untuk
lebih teratur dalam mengeluarkan biaya sehari-harinya agar tidak
merugikan dirinya sendiri dengan merokok tidak dapat memenuhi
kebutuhan lainnya.
Bahkan bahaya merokok bagi kesehatan ini tidak hanya berlaku bagi
perokok saja. Pasalnya, orang-orang yang ada di sekitar perokok pun
berisiko tinggi terkena efek rokok tersebut, meskipun mereka sendiri tidak
merokok.
Akibatnya, tubuh akan lebih sulit melawan bibit penyakit yang berada
lingkungan sekitar karena harus mengatasi kerusakan organ dan melawan
racun dari paparan asap rokok.
Gambar 4
Hasil data angket
Sumber: Dokumen pribadi
Berdasarkan data di atas mayoritas mahasiswa setuju bahwa rokok
dapat membahayakan dirinya sendiri karena pada bungkus rokok
tertuliskan penyakit yang ditimbulkan akibat dari rokok tersebut. Mereka
sadar akan hal tersebut namun, mereka tidak dengan mudah dapat
menghilangkan kebiasan merokoknya karena sudah kecanduan dan
beranggapan bahwa penyakit tersebut jarang menimpa perokok meskipun
ada beberapa contoh orang yang mengalami sakit kronis akibat merokok
tetapi mereka berpikiran bahwa itu hanya sebagian kecil orang dari seluruh
perokok yang ada.
Ada pernyataan yang cukup populer dikalangan perokok dan
biasanya dijadikan alasan mengapa mereka masih merokok, pernyataan
tersebut adalah “merokok sama tidak merokok sama saja akan mati”. Dari
pernyataan tersebut para perokok memiliki pandangan bahwa tidak ada
yang membedakan antara perokok dengan orang yang tidak merokok
karena mereka akan sama-sama mati. Jadi meskipun dia sudah tidak
merokok mereka akan tetap mati.
Anggapan tersebut harus diluruskan karena memang merokok dan
tidak merokok sama-sama akan mati tetapi penyakit yang kita derita
selama hidup itu yang membedakan antara perokok dengan orang yang
tidak merokok. Penyakit yang ditimbulkan dari merokok tidak langsung
membunuh penderitanya tetapi itu akan merusak masa depan penderitanya
dan akan memiliki kelainan dari penyakit tersebut selama hidupnya.
Gambar 4
Hasil data angket
Sumber: Dokumen pribadi
Berdasarkan data diatas mayoritas mahasiswa UPNVJ yang merokok
sadar bahwa mereka menggangu kenyaman masyarakat sekitar di
lingkungan kampus dengan asap yang ditimbulkan dari rokok. Mereka
mengetahui apabila orang menghirup asap rokok dari rokok orang lain
disebut sebagai perokok pasif dan akan memiliki dampak yang sama
dengan si perokok. Tetapi mahasiswa perokok sering cuek terhadap
lingkungan sekitarnya dan tidak memperdulikan masyarakat sekitarnya
yang menghirup asap rokok dari rokoknya.
Gambar 4
Hasil data angket
Sumber: Dokumen pribadi
Berdasarkan gambar diatas mayoritas mahasiswa setuju bahwa
merokok dapat menimbulkan polusi udara karena asap rokok akan
menghilangkan keaslian udara yang terdapat di lingkungan kampus. Udara
yang telah tercemar tidak lagi dapat menyehatkan tubuh melainkan dapat
menimbulkan penyakit.
Sebagai mahasiswa seharusnya memiliki pemikiran dan pemahaman
yang tinggi yang dapat menerapkan pengetahuannya ke dalam kehidupan
sehari-hari. Contohnya dengan mengetahui bahaya rokok akan
menghilangkan kebiasaan tersebut karena telah mengetahui dampaknya
bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Mahasiswa dituntut untuk
menghargai keberadaan orang lain dan tidak melakukan tindakan yang
dapat merugikan orang lain
Gambar 4
Hasil data angket
Sumber: dokumen pribadi
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui angket, mayoritas para
mahasiswa perokok menjawab sangat setuju, ada sebesar 38,9% yang
menjawab sangat setuju, dan 16,7% yang menjawab setuju dengan
dibuatnya kebijakan antirokok. Sedangkan sisanya menjawab ragu-ragu
dan tidak setuju.
Gambar 4
Data hasil angket
Sumber: dokumen pribadi
Bisa dilihat juga bahwa dengan adanya kebijakan antirokok di
lingkungan kampus, mayoritas para mahasiswa merasa lingkungan
kampus menjadi bebas dari asap rokok. Karena dengan adanya ini
mahasiswa tidak akan merokok dilingkungan kampus lagi meskipun masih
ada beberapa mahasiswa yang masih merokok disekitaran kampus.
Gambar 4
Data hasil angket
Sumber: Dokumen pribadi
Gambar 4
Data hasil angket
Sumber: Dokumen pribadi
Dapat dilihat dari hasil pengumpulan data diatas, mayoritas para
mahasiswa setuju dengan berlakunya kebijakan antirokok di kampus. Dan
tidak setuju apabila kebijakan ini dihilangkan. Karena dengan adanya
kebijakan ini lingkungan kampus menjadi lebih bersih dan sejuk karena
berkurangnya polusi udara yang disebabkan oleh asap rokok.
Setelah adanya kebijakan ini, dapat dilihat dilingkungan kampus
poster dan spanduk yang berisikan tentang larangan merokok disekitar
kampus. Rata-rata poster dan spanduk di tempatkan di tempat-tempat biasa
mahasiswa merokok. Tujuannya untuk mempertegas dan mengingkatkan
bahwa lingkungan kampus UPNVJ adalah lingkungan bebas asap rokok.
Gambar 4
Spanduk antirokok di lingkungan UPNVJ
Sumber : Dokumen pribadi
Gambar 4
Poster antirokok di lingkungan UPNVJ
Sumber: Data pribadi
Namun meskipun spanduk dan poster mengenai kebijakan antirokok
telah terpasang tetapi masih banyak mahasiswa yang masih merokok. Hal
ini terjadi karena masih banyak mahasiswa yang bersikap cuek dan tidak
peduli. Selain itu dengan tidak adanya sanksi bagi pelanggar
mengakibatkan mahasiswa dengan bebas melanggar kebijakan tersebut
tanpa adanya rasa takut.
Kurangnya sosialisasi terhadap kebijakan ini pun menjadi salah satu
penyebab masih banyak mahasiswa yang merokok di lingkungan kampus.
Dan juga kurangnya pengawasan bagi mahasiswa yang masih merokok di
lingkungan kampus, tidak ada orang atau petugas yang mengawasi. Yang
menyebabkan mahasiswa masih cuek terhadap kebijakan ini. Dan belum
tersedianya tempat khusus untuk para perokok sehingga masih banyak
mahasiswa yang merokok di lingkungan kampus secara sembarangan.
Karena jika tidak adanya tempat khusus untuk mahasiswa merokok,
mereka tidak memiliki tempat sama sekali untuk merokok di lingkungan
kampus, yang mungkin agak sulit untuk para perokok. Karena para
perokok yang sudah kecanduan akan selalu merasa ingin merokok akibat
kandungan kimia yang ada di dalam rokok itu sendiri.
4. Masalah yang timbul dengan adanya kebijakan antirokok
Dengan adanya kebijakan ini pasti akan menimbulkan pro dan
kontra bagi para mahasiswa. Ada mahasiswa yang diuntungkan dan ada
mahasiswa yang dirugikan, dan yang dirugikan salah satunya adalah
mahasiswa perokok. Mereka merasa bahwa kebebasan mereka dibatasi
dengan adanya kebijakan antiroko tersebut.
Gambar 4
Data hasil angket
Sumber: dokumen pribadi
Dapat dilihat dari hasil pengumpulan data melalui angket, lebih dari
50% mahasiswa perokok yang menjawab setuju dan sangat setuju dengan
adanya kebijakan ini mahasiswa merasa tidak bebas untuk merokok.
Karena mahasiswa tidak memiliki tempat lagi untuk merokok. Tempat
yang biasanya dijadikan tempat untuk merokok menjadi dilarang karena
adanya kebijakan ini.
Terutama dampak yang sangat terlihat yaitu pada kantin yang
menjadi sedikit kurang ramai dari biasanya karena adanya kebijakan
antirokok. Yang biasanya kantin ramai akan mahasiswa perokok, sekarang
menjadi sedikit sepi karena di kantin sudah tidak bisa untuk perokok.
Tetapi, meskipun mayoritas mahasiswa menjawab jika merasa tidak
bebas untuk merokok. Ada beberapa mahasiswa yang merasa tidak setuju
dengan pernyataan itu. Ada mahasiswa yang mencari tempat lain untuk
merokok, dan ada juga mahasiswa yang tidak menghiraukan kebijakan
tersebut dan tetap merokok di lingkungan kampus. Karena kampus belum
menyediakan tempat khusus untuk para mahasiswa merokok.
Gambar 4
Warung parkiran UPN
Sumber: Dokumen pribadi
Seperti gambar yang diatas, terlihat ada beberapa mahasiswa
perokok yang memilih untuk mencari tempat lain untuk merokok, salah
satunya adalah warung yang berada di salah satu parkiran UPN. Tetapi
tidak semua mahasiswa yang mau untuk mencari tempat untuk merokok,
mereka lebih memilih untuk merokok di lingkungan kampus.
Dan salah satu akibat dari adanya kebijakan antirokok ini dalam
bidang ekonomi yaitu kantin menjadi kurang ramai. Karena kebijakan
antirokok yang melarang mahasiswa untuk merokok dilingkungan kampus
yang termasuk juga kantin. Para mahasiswa perokok menjadi malas untuk
pergi makan di kantin karena tidak diperkenankan merokok di kantin. Para
mahasiswa lebih memilih makan diluar kampus dibanding di dalam
kampus karena diluar kampus mereka lebih merasa bebas untuk merokok,
tidak seperti di kampus yang mungkin mereka merasa was-was untuk
merokok karena adanya kebijakan tersebut. Mereka takut jika tiba-tiba
akan ditegur oleh pihak kampus dan dikenakan sanksi.
Tetapi meskipun mahasiswa merasa seperti itu, masih belum ada
langkah yang diambil kampus untuk merealisasikan kebijakan ini.
Meskipun kampus sudah memasang banyak banner, poster, dan spanduk
di lingkungan kampus. Tidak ada langkah untuk menegaskan kebijakan
itu, tidak ada aparat dari pihak kampus yang secara rutin mengawasi
lingkungan kampus agar bebas dari asap rokok. Sehingga masih banyak
mahasiswa yang merokok di lingkungan kampus dan tidak menghiraukan
kebijakan antirokok tersebut
Gambar 4
Hasil data angket
Sumber:Dokumen pribadi
Berdasarkan gambar diatas, mayoritas mahasiswa setuju atau
bahkan sangat setuju jika dibuatkan tempat khusus merokok di lingkungan
kampus UPNVJ. Mahasiswa ingin merokok tetapi tidak dengan rasa was-
was akan ditegur oleh dosen atau staff universitas dan juga bisa membuat
lingkungan upnvj kecuali ruang untuk merokok menjadi bersih karena
tidak adanya puntung dan abu rokok yang berserakan. Mahasiswa lain pun
(yang tidak merokok) tidak akan terpapar oleh asap rokok karena adanya
ruang khusus merokok tersebut.
Gambar 4
Hasil data angket
Sumber: Dokumen pribadi
Berdasarkan gambar diatas, 33.3% responden memilih ragu-ragu
dan setuju, 16.7% memilih sangat setuju dan sisanya tidak setuju dengan
pernyataan bahwa dengan adanya kebijakan antirokok membuat
lingkungan menjadi harmonis. Maksud harmonis disini adalah lingkungan
menjadi asri yang membuat orang betah melakukan aktivitas di
lingkungan tersebut sehingga semua pihak tidak ada yang merasa
terganggu. Apabila di lingkungan tersebut terdapat asap rokok, orang juga
akan malas melakukan sesuatu di tempat tersebut.
Gambar 4
Hasil data angket
Sumber: Dokumen pribadi
berdasarkan gambar diatas mayoritas responden menjawab tidak
setuju dengan pernyataan bahwa dengan adanya kebijakan antirokok di
lingkungan UPNVJ membuat mereka berhenti merokok. Para mahasiswa
mungkin sudah merokok semenjak mereka SMA atau bahkan ketika
mereka masih SMP dan juga beberapa responden yang telah kami
wawancara mereka mengaku bahwa sudah diperbolehkan merokok oleh
orangtuanya jadi dengan adanya kebijakan ini pun tidak membuat mereka
merokok di lingkungan UPNVJ, mereka mencari alternatif lain ketika
ingin merokok contohnya, mereka pergi ke warung yang terletak dekat
tempat parkir motor di sebelah gedung FISIP Terlebih disitu juga menjual
rokok.
Gambar 4
Hasil data angket
Sumber: Dokumen pribadi
Berdasarkan diagram diatas mayoritas responden setuju dan
sangat setuju dengan persentase sebanyak 38.9% dan 22.2% atas
pertanyaan bahwa kurangnya sosialisasi kebijakan antirokok yang dibuat
oleh Universitas Pembangunan Nasional ini. Responden juga menyatakan
bahwa mereka tidak tahu kalau ada kebijakan antirokok di lingkungan
Universitas Pembangunan Nasional Jakarta ini. terlebih mereka juga
melihat beberapa dosen masih merokok di lingkungan Universitas
Pembangunan Nasional Jakarta, jadi mereka berfikir tidak apa-apa
merokok di lingkungan kampus tersebut, yang biasanya mereka merokok
di kawasan ubin coklat yang berlokasi di antara gedung rektorat dan
gedung fakultas ekonomi dan bisnis. Tetapi mereka juga mengaku melihat
poster dan spanduk larangan merokok di lingkungan kampus tetapi tidak
menghiraukan plang tersebut. seharusnya setiap dosen memberikan
sosialisasi di sela-sela mereka mengajar agar mahasiswa mengetahui
adanya larangan antirokok ini dan mematuhinya.
Kebijakan ini tentunya menimbulkan pro dan kontra bagi
mahasiswa-mahasiswa, baik yang merokok dan yang tidak merokok.
Karena kampus secara tidak langsung melarang kebiasaan yang
mahasiswa yang sudah dilakukan dari dulu. Tentu saja masih banyak
mahasiswa yang tidak menghiraukan kebijakan ini, dan karna kurangnya
sosialisasi dari pihak kampus yang membuat informasi tentang kebijakan
ini tidak tersebar secara merata. Yang menjadi salah satu penyebab
mahasiswa yang masih merokok di lingkungan kampus. Dan masih tidak
adanya solusi yang diberi oleh pihak kampus, yaitu tempat khusus untuk
merokok. Pihak kampus mengeluarkan kebijakan tanpa memberi solusi
bagi mahasiswa perokok. Kebijakan tersebut berlaku diseluruh area
kampus, termasuk kantin. Yang mengakibatkan tidak ada tempat sama
sekali untuk mahasiswa merokok. Hal itu menyebabkan mahasiswa masih
tetap “memberontak” untuk merokok di lingkungan kampus karena
mereka tidak mempunyai tempat khusus untuk merokok.
D. Kelemahan Penelitian
1. Terbatasnya waktu untuk melakukan observasi lapangan.
2. Minimnya referensi yang mendukung topik penelitian.
3. Cuaca yang tidak menentu.
4. Terbatasnya tenaga karena penelitian dilaksanakan pada saat puasa.
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan
Merokok merupakan kebiasaan yang sudah membudaya di beberapa
kalangan masyarakat tak terkecuali di kalangan mahasiswa. Kebiasaan
merokok juga mengakibatkan gaya hidup yang cenderung lebih boros karena
harus menjadikan rokok sebagai kebutuhan. Untuk menghilangkan kebiasaan
tersebut diperlukan suatu kebijakan antirokok untuk menghilangkan asap
rokok setidaknya di suatu wilayah tertentu. Kampus Universitas Pembangunan
Negeri Veteran Jakarta telah menetapkan kebijakan antirokok di lingkungan
kampus. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang
harmonis dan tentram tanpa dicemari asap rokok yang dapat menggangu
aktivitas masyarakat kampus. Ada pro dan kontra terkait kebijakan antirokok
tersebut. Mahasiswa yang pro mendukung penuh kebijakan tersebut karena
unuk kepentingan bersama, sedangkan mahasiswa yang kontra merasa bahwa
kebebasanya dibatasi dengan adanya kebijakan tersebut. Walaupun begitu
kebijakan tersebut harus tetap direalisasikan untuk menciptakan lingkungan
yang harmonis dan tentram. Peran mahasiswa seharusnya mendukung penuh
kebijakan tersebut karena merupakan tugas utama mahasiswa sebagai agen
perubahan. Mahasiswa harus menjadikan dirinya sebagai contoh bagi
masyarakat umum untuk menghilangkan kebiasaan merokok dengan bekal
ilmu pengetahuan yang dimilikinya tentang bahaya merokok seharusnya
memudahkan dirinya untuk berhenti merokok.
B. Saran
Untuk merealisasikan kebijakan antirokok sehingga dapat tercapai
tujuannya, kami merekomendasikan beberapa saran antara lain:
1. Pihak kampus lebih memperbanyak sosialisasi tentang bahaya merokok
dan penempatan spaduk larangan merokok di tempat-tempat yang strategis
agar mahasiswa dapat mengetahui tentang kebijakan antirokok tersebut.
2. Pengawasan serta sanksi yang tegas bagi mahasiswa yang melanggar. Hal
tersebut untuk menciptakan efek jera agar tidak mengulanginya lagi.
3. Mahasiswa yang merokok supaya lebih meningkatkan kesadarannya
dalam berkehidupan bermasyarakat dan menghormati keberadaan orang
lain di sekitarnya. Mengutamakan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi sehingga kebijakan tersebut dapat terealisasi dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Suwitri, Sri. (2008). Konsep Dasar Kebijakan Publik. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponogoro.
Yusuf, Syamsu. (2012). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suharto, Edi. (2010). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Agustino, Leo. (2008). Dasar- dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Hartaji, Damar A. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah
Dengan Jurusan Pilihan Orangtua. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
Siswoyo, Dwi dkk. (2007). Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: UNY Pers.
Timotius, K. (2017). Pengantar Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta.
LAMPIRAN
A. Lampiran 1, instrumen angket
1. Responden 1
Pertanyaan Jawaban atau pilihan
Nama Lengkap Ikbal Suhendra
NIM 1810111157
Jurusan S1 Manajemen
Alamat Email ikbalsuhendra99@gmail.com
Asap rokok mengganggu kenyamanan Sangat setuju
sekitar
Rokok membahayakan diri sendiri Sangat setuju
Rokok menimbulkan polusi udara Setuju
Dibuatnya kebijakan antirokok di Setuju
lingkungan UPNVJ
Dengan adanya kebijakan tersebut, Setuju
lingkungan kampus menjadi bebas asap
rokok
Mahasiswa menjadi tidak bebas untuk Setuju
merokok
Dibuatnya tempat khusus untuk Ragu-ragu
mahasiswa perokok
Apakah anda setuju dengan berlakunya Ragu-ragu
kebijakan ini?
Apakah anda setuju jika kebijakan ini Tidak setuju
dihilangkan?
Apakah kebijakan ini membuat anda Sangat setuju
berhenti merokok?
Apakah dengan merokok anda menjadi Sangat setuju
lebih boros?
Apakah dengan adanya kebijakan Setuju
tersebut lingkungan menjadi harmonis
Saya memakai uang untuk membeli Tidak setuju
rokok
Tidak adanya sosialisasi antirokok di Ragu-ragu
lingkungan kampus
2. Responden 2
Pertanyaan Jawaban atau pilihan
Nama Lengkap Rahmat Wijaya
NIM 1810112062
Jurusan S1 Akuntansi
Alamat Email rhmtwjya@gmail.com
Asap rokok mengganggu kenyamanan Sangat setuju
sekitar
Rokok membahayakan diri sendiri Sangat setuju
Rokok menimbulkan polusi udara Setuju
Dibuatnya kebijakan antirokok di Ragu-ragu
lingkungan UPNVJ
Dengan adanya kebijakan tersebut, Setuju
lingkungan kampus menjadi bebas asap
rokok
Mahasiswa menjadi tidak bebas untuk Setuju
merokok
Dibuatnya tempat khusus untuk Sangat setuju
mahasiswa perokok
Apakah anda setuju dengan berlakunya Setuju
kebijakan ini?
Apakah anda setuju jika kebijakan ini Tidak setuju
dihilangkan?
Apakah kebijakan ini membuat anda Sangat tidak setuju
berhenti merokok?
Apakah dengan merokok anda menjadi Ragu-ragu
lebih boros?
Apakah dengan adanya kebijakan Ragu-ragu
tersebut lingkungan menjadi harmonis
Saya memakai uang untuk membeli Sangat tidak setuju
rokok
Tidak adanya sosialisasi antirokok di Ragu-ragu
lingkungan kampus
3. Responden 3
Pertanyaan Jawaban atau pilihan
Nama Lengkap Mochammad Abdillah
NIM 1810111143
Jurusan S1 Manajemen
Alamat Email abdillahmassulukang@gmail.com
Asap rokok mengganggu kenyamanan Setuju
sekitar
Rokok membahayakan diri sendiri Setuju
Rokok menimbulkan polusi udara Sangat setuju
Dibuatnya kebijakan antirokok di Ragu-ragu
lingkungan UPNVJ
Dengan adanya kebijakan tersebut, Setuju
lingkungan kampus menjadi bebas asap
rokok
Mahasiswa menjadi tidak bebas untuk Setuju
merokok
Dibuatnya tempat khusus untuk Sangat setuju
mahasiswa perokok
Apakah anda setuju dengan berlakunya Setuju
kebijakan ini?
Apakah anda setuju jika kebijakan ini Ragu-ragu
dihilangkan?
Apakah kebijakan ini membuat anda Tidak setuju
berhenti merokok?
Apakah dengan merokok anda menjadi Ragu-ragu
lebih boros?
Apakah dengan adanya kebijakan Setuju
tersebut lingkungan menjadi harmonis
Saya memakai uang untuk membeli Setuju
rokok
Tidak adanya sosialisasi antirokok di Ragu-ragu
lingkungan kampus
D. Lampiran 4, dokumentasi
1. Foto bersama Marco Manggora Jeremy Napitupulu sebagai narsumber
pertama.