Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS TINDAKAN

Nama : NURUL AINUN NATSIR

NIM : C12115507

Tindakan yang dikerjakan : Injeksi obat melalui Subkutan (SC)

Justifikasi tindakan yang dilakukan :

Pemberian injeksi insulin aspart (Apidra) jaringan subkutan kepada Ny.S di ruang HCU bed 2
untuk mengendalikan kadar glukosa darah pasien dengan diagnosa Diabetes Mellitus tipe II dan
gangguan ginjal.

Teori singkat tindakan :

Suntikan subkutan (SC) diberikan ke lapisan jaringan adiposa tepat di bawah epidermis dan
dermis. Jaringan ini memiliki sedikit pembuluh darah, sehingga obat yang diberikan melalui
jalur ini tersebar sangat lambat pada tingkat penyerapan yang berkelanjutan. Oleh karena itu,
sangat efektif dalam pemberian vaksin, hormon pertumbuhan, dan insulin, yang membutuhkan
pengiriman terus menerus pada tingkat dosis rendah (Kim, Park, & Lee, 2017). Situs untuk
injeksi SC diantaranya bagian luar lengan atas, perut (dari bawah batas kosta ke krista iliaka)
yaitu satu inci dari umbilikus, daerah anterior paha, punggung atas, dan daerah gluteal ventral
atas. Perut memiliki tingkat penyerapan paling cepat, kemudian diikuti oleh lengan, paha, dan
bokong (Lynn, 2011 dikutip dalam Doyle & McCutcheon, 2015).

Hasil tindakan :

Obat berupa Insulin (Apidra) sebanyak 6 Unit per 8 jam terinjeksi dengan baik pada jaringan
subkutan bagian luar lengan atas kiri pasien pukul 13.00 WITA sebelum pasien makan. Tidak
ada ruam kulit, pruritus, mual/muntah, dan dispneu yang terjadi setelah injeksi.
Analisa tindakan :

Tindakan injeksi SC yang dilakukan menggunakan peralatan pena insulin. Teknik yang
digunakan adalah memegang pena insulin dengan 4 jari dan ibu jari (tangan non dominan) pada
tombol dosis. Tangan dominan mencubit kulit lokasi penyuntikan, kemudian menginjeksikan
insulin ke lokasi secara tegak lurus (90o). Setelah itu, menarik pena insulin secara perlahan-
lahan. Sedangkan, yang masih kurang dilakukan adalah menahan tombol dosis insulin minimal
dalam waktu 6 detik untuk mencegah insulin keluar dari tempat penyuntikan. Kurang
memperhatikan jenis insulin yang diberikan sehingga dapat menjadi dasar edukasi kepada
pasien terkait waktu makannya setelah injeksi insulin.

Hambatan :

Walaupun tindakan berhasil dilakukan sesuai prosedur, namun terdapat hambatan dari
pelaksana secara psikologis, dimana kurang siap bertemu pasien dengan karakteristik yang
cukup aktif dan emosional sehingga saya sedikit gugup yang mengakibatkan langsung menarik
suntikan segera setelah insulin disuntikkan 6 Unit. Sementara seharusnya didiamkan terlebih
dahulu minimal 6 detik sebelum menarik suntikan untuk memastikan seluruh zat yang
disuntikkan masuk kedalam jaringan dibawah kulit.

Kesimpulan dan saran :

Dalam melaksanakan prosedur injeksi subkutan harus selalu mempertahankan prinsip steril di
area yang akan ditusuk. Kemudian, kesiapan orang yang melakukan tindakan sangat penting,
bukan hanya dari segi fisik termasuk peralatan yang dibutuhkan, melainkan harus siap secara
psikologis pula. Oleh karena itu, perlu membina hubungan saling percaya dengan pasien dan
perlu latihan secara terus-menerus dengan supervisi preseptor yang kompeten pula agar skill
dalam melakukan tindakan tersebut semakin terasah.

Daftar Pustaka

Doyle, G.R. & McCutcheon, J.A. (2015). Clinical Procedures for Safer Patient Care. Victoria,
BC: BCcampus. Retrieved from https://opentextbc.ca/clinicalskills/

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Aman, M & Sanusi, H. (2017). Buku Panduan Kerja Keterampilan Klinik III: Keterampilan
penyuntikan insulin. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2017/04/MANUAL-CSL-3-
INJEKSI-INSULIN.pdf

Kim, H., Park, H., & Lee, S.J. (2017). Effective method for drug injection into subcutaneous tissue,
Scientific Reports. 7: 9613. doi: 10.1038/s41598-017-10110-w

Anda mungkin juga menyukai