Anda di halaman 1dari 23

INJEKSI INSULIN DAN CEK GDA

PEMERIKSAAN VISUS, LAPANG PANDANG, BUTA WARNA DAN TONOMETRI

Oleh :
KINASIH
NIM 19613297

PRATIKUM LABOLATORIUM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2021
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Nama : Kinasih
Judul : Resume Injeksi Insulin dan Cek GDA, Pemeriksaan visus, lapnag pandang,
Buta warna dan Tonometri
Tanggal : 13 September

Disusun untuk memenuhi tugas pratikum labolatorium keperawatan medikal bedah di


labolatorium keperawatan fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah ponorogo.

Pembimbing Penyusun

(Naylil M. W, S. Kep., Ns., M. KEP.) (Kinasih)


RESUME Pemeriksaan Insulin dan Cek GDA
A. Pengertian
Insulin adalah hormon utama yang mengendalikan glukosa dari darah ke dalam
sebagian besar sel (terutama sel otot dan lemak, tetapi tidak pada sel sistem saraf
pusat). Oleh karena itu, kekurangan insulin atau kekurangpekaan reseptor-reseptor
memainkan peran sentral dalam segala bentuk diabetes mellitus.
B. Tujuan
· Membantu pembakaran dan penyerapan glukosa oleh sel badan
· Mengimbangkan paras glukosa didalam darah dan mencegah kencing manis.
· Membantu sel menyimpan tenaga dalam bentuk glukosa didalam hati
· Membantu proses penyimpanan glukosa berlebihan dalam bentuk lemak didalam
hati.
C. Klarifikasi
Insulin sampai saat ini dikelompokkan menjadi beberapa jenis antara lain:
1. Kerja cepat (rapid acting)
Contoh: Actrapid, Humulin R,Reguler Insulin (Crystal Zinc Insulin) Bentuknya
larutan jernih, efek puncak 2-4 jam setelah penyuntikan, durasi kerja sampai 6 jam.
Merupakan satu-satunya insulin yang dapat dipergunakan secara intra vena. Bisa
dicampur dengan insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang.
2. Kerja menengah (intermediate acting)
Contoh: Insulatard, Monotard, Humulin N, NPH, Insulin Lente Dengan menambah
protamin (NPH / Neutral Protamin Hagedom) atau zinc (pada insulin lente), maka
bentuknya menjadi suspensi yang akan memperlambat absorpsi sehingga efek
menjadi lebih panjang. Bentuk NPH tidak imunogenik karena protamin bukanlah
protein.
3. Kerja panjang (long acting)
Contoh: Insulin Glargine, Insulin Ultralente, PZI Insulin bentuk ini diperlukan untuk
tujuan mempertahankan insulin basal yang konstan. Semua jenis insulin yang beredar
saat ini sudah sangat murni, sebab apabila tidak murni akan memicu imunogenitas,
resistensi, lipoatrofi atau lipohipertrofi.
D. Indikasi
Terapi insulin klasik diindikasikan pada kondisi-kondisi seperti DM tipe 1,
hipoglikemia pada critically ill, infeksi berat: tuberculosis paru, kaki diabetik
terinfeksi, berat badan kurang, DM gestasional, dan kendali glukosa darah buruk.
E. Kontra indikasi
Kontraindikasi penggunaan insulin reguler adalah keadaan hipoglikemia dan
hipersensitivitas. Selain daripada itu, ada beberapa peringatan penggunaan insulin
reguler yang harus diperhatikan. Insulin reguler dikontraindikasikan padakeadaan
hipoglikemia dan pada pasien-pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap insulin.
F. .Komplikasi
Komplikasi yang bisa timbul dari penggunaan insulin antara lain serangan jantung,
stroke, penyakit ginjal, dan komplikasi mata. Namun, komplikasi itu terutama
ditemukan pada pasien lanjut usia. Insulin merupakan obat utama untuk penderita
diabetes tipe satu karena pankreas mereka tidak bisa menghasilkan hormon ini.
#Cara pemberian insulin ada beberapa macam: a) intra vena: bekerja sangat cepat
yakni dalam 2-5 menit akan terjadi penurunan glukosa darah,
b) intramuskuler: penyerapannya lebih cepat 2 kali lipat daripada subkutan,
c) subkutan: penyerapanya tergantung lokasi penyuntikan, pemijatan, kedalaman,
konsentrasi. Lokasi abdomen lebih cepat dari paha maupun lengan. Jenis insulin
human lebih cepat dari insulin animal, insulin analog lebih cepat dari insulin human.
Insulin diberikan subkutan dengan tujuan mempertahankan kadar gula darah dalam
batas normal sepanjang hari yakni 80-120 mg% saat puasa dan 80-160 mg% setelah
makan. Untuk pasien usia diatas 60 tahun batas ini lebih tinggi yaitu puasa kurang
dari 150 mg% dan kurang dari 200 mg% setelah makan. Karena kadar gula darah
memang naik turun sepanjang hari, maka sesekali kadar ini mungkin lebih dari 180
mg% (10 mmol/liter), tetapi kadar lembah (through) dalam sehari harus diusahakan
tidak lebih rendah dari 70 mg% (4 mmol/liter). Insulin sebaiknya disuntikkan di
tempat yang berbeda, tetapi paling baik dibawah kulit perut.
Dosis dan frekuensi penyuntikan ditentukan berdasarkan kebutuhan setiap pasien
akan insulin. Untuk tujuan pengobatan, dosis insulin dinyatakan dalam unit (U).
Setiap unit merupakan jumlah yang diperlukan untuk menurunkan kadar gula darah
kelinci sebanyak 45 mg% dalam bioassay. Sediaan homogen human insulin
mengandung 25-30 IU/mg.
SOP

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


INJEKSI INSULIN PEN

Pengertian Yaitu obat disuntikkan melalui jaringan antara dermis dan kulit. Tindakan ini
biasanya berupa pemberian/injeksi obat insulin, dengan sudut penyuntikan 45
derajat dari permukaan kulit. Lokasi penyuntikan yaitu pada lengan atas
sebelah luar, perut, paha bagian luar/depan (ventroglutealdan dorsogluteal).

Tujuan 1. Mengontrol kadar gula darah.


Persiapa 1. Bak instrument
n
2. Insulin Pen
Alat/Bah
an 3. Jarum atau needle
4. Kapas alcohol pada tempatnya.
5. Bengkok.
6. Sarung tangan.
7. Pengalas.
Prosed Persiapan Pasien
ur
1. Lakukan tindakan dengan 5 S Senyum, salam, sapa, sopan, santun)
Tindak
an 2. Lakukan perkenalan diri dan mengidentifikasi pasien
3. Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan prosedur pelaksanaan
5. Membuat Inform Consent dengan keluarga

Persiapan Lingkungan
1. Jaga privasi pasien dengan memasang sketsel/sampiran
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman

Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Meminta klien untuk merelaksasikan lengan, kaki, atau abdomen,
tergantung area yang akan dipilih untuk injeksi
3. Memakai sarung tangan dan mendekatkan alat-alat pada klien
4. Memasang pengalas injeksi
5. Memeriksa apakah insulin pen berisi tipe insulin yang sesuai dengan
kebutuhan.
6. Memasang jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru.
7. Memasang cap sehingga angka 0 terletak sejajar dengan indikator dosis
insulin.
8. Memegang insulin pen secara horizontal dan menggerakkan insulin pen
sesuai dosis yang telah ditentukan sehingga indikator dosis sejajar
dengan jumlah dosis insulin yang akan diberikan. Skala pada cap: 0, 2,
4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 unit.
9. Menentukan daerah yang akan diinjeksi dan lakukan desinfeksi dengan
kapas alcohol dari dalam keluar.
10. Memberitahu klien ketika akan diinjeksi
11. Untuk klien dengan ukuran tubuh rata-rata, tarik kulit disepanjang area
area injeksi atau cubit kulit dengan tangan non dominan
12. Menginjeksi jarum dengan cepat dan stabil pada sudut 45-90 derajat.
Kemudian lepaskan kulit jika dicubit
13. Untuk klien obesitas, cubit kulit pada area dan injeksikan jarum dengan
sudut 90 derajat di bawah lipatan jaringan.
14. Menyuntikkan insulin secara sc. Ibu jari menekan bagian atas insulin
pen sampai tidak terdengar lagi bunyi klik dan tinggi insulin sudah
kembali seperti semula.
15. Tahan jarum insulin pen kurang lebih 5-10 detik agar tidak ada sisa
obat yang terbuang.
16. Mencabut jarum dengan cepat tidak boleh di massage, hanya di tekan.
17. Mengobservasi area injeksi untuk melihat efek samping local
18. Membantu klien pada posisi yang nyaman
19. Alat-alat dibereskan

Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Dokumentasi

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


INJEKSI SUBCUTAN INSULIN

Pengertian Yaitu obat disuntikkan melalui jaringan antara dermis dan kulit. Tindakan
ini biasanya berupa pemberian/injeksi obat insulin, dengan sudut
penyuntikan 45 derajat dari permukaan kulit. Lokasi penyuntikan yaitu
pada lengan atas sebelah luar, perut, paha bagian luar/depan (ventrogluteal
dan dorsogluteal).
Tujuan 1. Mengntrol kadar gula darah.
2. Memasukkan sejumlah toksin atau obat untuk di absorbs.
Persiapan 1. Bak instrument
Alat/Bahan
2. Aquabidest.
3. Disposable spuit sesuai kebutuhan
4. Kapas alcohol pada tempatnya.
5. Obat yang dbutuhkan sesuai order.
6. Bengkok.
7. Sarung tangan.
8. Pengalas.
Prosedur Persiapan Pasien
Tindakan
1. Lakukan tindakan dengan 5 S Senyum, salam, sapa, sopan, santun)
2. Lakukan perkenalan diri dan mengidentifikasi pasien
3. Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan prosedur pelaksanaan
5. Membuat Inform Consent dengan keluarga

Persiapan Lingkungan
1. Jaga privasi pasien dengan memasang sketsel/sampiran
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman

Tahap Kerja
1. Meminta klien untuk merelaksasikan lengan, kaki, atau
abdomen, tergantung area yang akan dipilih untuk injeksi
2. Memakai sarung tangan dan mendekatkan alat-alat pada klien
3. Memasang pengalas injeksi
4. Mengambil obat sesuai order, aspirasi masukkan dalam disposable spuit
(yakinkan tidak ada udara yang ada dalam spuit) dan ganti jarum baru.
5. Menentukan daerah yang akan diinjeksi dan lakukan desinfeksi dengan
kapas alcohol dari dalam keluar.
6. Memberitahu klien ketika akan diinjeksi
7. Untuk klien dengan ukuran tubuh rata-rata, tarik kulit disepanjang
area area injeksi atau cubit kulit dengan tangan non dominan
8. Menginjeksi jarum dengan cepat dan stabil pada sudut 45-90 derajat.
Kemudian lepaskan kulit jika dicubit
9. Untuk klien obesitas, cubit kulit pada area dan injeksikan jarum
dengan sudut 90 derajat di bawah lipatan jaringan. Hindari
menggerakkan spuit ketika menarik plunger ke belakang untuk
mengaspirasi obat. Jika terlihat darah pada spuit, tarik jarum sedikit,
kemudian aspirasi kembali.
10. Masukkan medikasi secara pelahan, jika tidak terdapat darah
saat diaspirasi
11. Mencabut jarum dengan cepat dan stabil jika obat sudah masuk
semua dan bekas tusukan jarum ditekan dengan kapas alcohol.
12. Mengobservasi area injeksi untuk melihat efek samping local
13. Membantu klien pada posisi yang nyaman

Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Melepas sarung tanga dan mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang
telah dilakukan
4. Dokumentasi
Tahap Kerja
14. Meminta klien untuk merelaksasikan lengan, kaki, atau abdomen,
tergantung area yang akan dipilih untuk injeksi
15. Memakai sarung tangan dan mendekatkan alat-alat pada klien
16. Memasang pengalas injeksi
17. Mengambil obat sesuai order, aspirasi masukkan dalam disposable
spuit (yakinkan tidak ada udara yang ada dalam spuit) dan ganti jarum
baru.
18. Menentukan daerah yang akan diinjeksi dan lakukan desinfeksi dengan
kapas alcohol dari dalam keluar.
19. Memberitahu klien ketika akan diinjeksi
20. Untuk klien dengan ukuran tubuh rata-rata, tarik kulit disepanjang area
area injeksi atau cubit kulit dengan tangan non dominan
21. Menginjeksi jarum dengan cepat dan stabil pada sudut 45-90 derajat.
Kemudian lepaskan kulit jika dicubit
22. Untuk klien obesitas, cubit kulit pada area dan injeksikan jarum dengan
sudut 90 derajat di bawah lipatan jaringan. Hindari menggerakkan spuit
ketika menarik plunger ke belakang untuk mengaspirasi obat. Jika
terlihat darah pada spuit, tarik jarum sedikit, kemudian aspirasi
kembali.
23. Masukkan medikasi secara pelahan, jika tidak terdapat darah saat
diaspirasi
24. Mencabut jarum dengan cepat dan stabil jika obat sudah masuk semua
dan bekas tusukan jarum ditekan dengan kapas alcohol.
25. Mengobservasi area injeksi untuk melihat efek samping local
26. Membantu klien pada posisi yang nyaman

Tahap Terminasi
5. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
6. Melepas sarung tanga dan mencuci tangan
7. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
8. Dokumentasi

A. Pengertian CEK GDA


Gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah.
Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam
tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-
sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit
sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan
biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan.
B. Tujuan
Tes gula darah bertujuan memeriksa kadar glukosa dalam tubuh
Anda. Pemeriksaan ini seringkali digunakan untuk memantau dan mendiagnosis
penyakit diabetes.Pemeriksaan gula darah juga diperlukan untuk menyediakan
informasi bagi dokter yang kemudian bermanfaat dalam menentukan pengobatan
diabetes
C. Klarifikasi
Macam-macam Pemeriksaan Gula Darah
1. Glukosa darah sewaktu
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa
memperhatikan makanan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut
(DepKes RI, 2008)
2. Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan
Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang dilakukan setelah
pasien berpuasa selama 8-10 jam, sedangkan pemeriksaan glukosa 2 jam setelah
makan adalah pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien
menyelesaikan makan (DepKes, 2010)
3. Pemeriksaan glukosa 2 jam PP
Pemeriksaan ini sukar sekali distandarisasikan, karena makanan yang dimakan baik
jenis maupun jumlahnya sukar disamakan dan juga sukar diawasidalam tenggang
waktu 2 jam untuk tidak makan dan minum lagi, juga selamamenunggu pasien perlu
duduk istirahat tenang dan tidak melakukan kegiatanjasmani (berat) serta tidak
merokok.
Nilai Normal Gula Darah (Joyce Lefever, 2007)
Jenis Pemeriksaan dan Nilai Normal
Sebelum makan (puasa) 70-110 mg/dL
Gula darah 1 jam setelah
makan < 160 mg/dL
Gula darah 2 jam setelah
makan < 125 mg/dL.
Lokasi Pemeriksaan Gula Darah
1. Tumit adalah lokasi yang direkomendasikan untuk pengambilan spesimen
dengan cara menusuk kulit pada bayi kurang dari 12 bulan. Lokasi daerah tusukan
harus di permukaan (tunggal) plantar kaki posterior dari tengah kaki besar untuk tumit,
atau lateral untuk garis yang ditarik dari antara jari kaki keempat dan kelima untuk
tumit. Di hampir semua tulang bayi, pembuluh darah, dan saraf tidak dekat dengan
daerah-daerah tersebut. Pada bagian dalam (jempol kaki) dari tumit adalah arteri
tibialis posterior.
Jangan menusuk pada bagian tangan bayi karena akan tertusuk tembus hingga ke
tulang sehingga akan menyebabkan kerusakan jaringan tulang pada bayi. Dalamnya
tusukkan maksimal 2,5 mm, karena bila melebihi pada bayi akan terkena tulang
kalkaneus. Tempat yang dipilih tidak boleh terlihat adanya gangguan peredaran darah
seperti cyanosis (kebiruan) atau pucat.
2. Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga. Pada ujung jari tangan
yang dianjurkan untuk diambil adalah pada jari telunjuk, jari tengah dan jari manis.
Tetapi utamakan dulu penusukan pada jari tengah. Karena jari telunjuk terlalu tebal
dan jari kelingking terlalu tipis. Pada anak daun telinga jika dilakukan penusukan
akan tidak terasa begitu sakit, tetapi lebih sukar dihentikan perdarahannya. Maka dari
itu orang yang mempunyai masalah dengan perdarahan tidak dianjurkan untuk
diambil pada lokasi ini. Yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi penusukan
untuk skinpuncture yaitu lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya
gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma,
dsb), kongesti atau sianosis setempat.
D. Indikasi
Tes gula darah umumnya dianjurkan bagi orang yang memiliki gejala diabetes, seperti
sering haus, sering buang air kecil, dan sering merasa lapar. Selain itu, tes ini juga
dapat dianjurkan bagi orang-orang yang memiliki riwayat diabetes dalam keluarga
E. Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi khusus untuk tes toleransi glukosa oral. Pemeriksaan ini
sederhana dan mudah dilakukan.
F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul dari tes toleransi glukosa oral adalah hipoglikemia.
Hal ini jarang terjadi jika prosedur dilakukan dengan benar. Namun dapat terjadi jika
pasien melakukan puasa yang berlebihan dengan tujuan mendapat hasil pemeriksaan
yang baik.
SOP

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


CEK GDA

Pengertian Kadar gula darah adalah sejumlah glukosa (gula) dalam darah yang juga
dikenal dengan kadar gula plasma.
Tujuan Untuk mengetahui kadar gula darah dalam tubuh
Persiapan 1. Glukometer / alat monitor kadar glukosa darah
Alat/Bahan
2. Kapas Alkohol
3. Hand scone bila perlu
4. Stik GDA / strip tes glukosa darah
5. Lanset / jarum penusuk
6. Bengkok
Prosedur Persiapan Pasien
Tindakan
1. Lakukan tindakan dengan 5 S Senyum, salam, sapa, sopan, santun)
2. Lakukan perkenalan diri dan mengidentifikasi pasien
3. Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan prosedur pelaksanaan
5. Membuat Inform Consent dengan keluarga

Persiapan Lingkungan
1. Jaga privasi pasien dengan memasang sketsel/sampiran
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman

Tahap Kerja
1. Mencuci tangan.
2. Memakai handscone bila perlu
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
4. Dekatkan alat di samping pasien.
5. Pastikan alat bisa digunakan.
6. Pasang stik GDA pada alat glukometer.
7. Mengurut jari yang akan ditusuk (darah diambil dari salah satu ujung
jari telunjuk, jari tengah, jari manis tangan kiri / kanan).
8. Desinfeksi jsri ysng sksn ditusuk dengan kapas alkohol
9. Menusukkan lanset di jari tangan pasien, dan biarkan darah mengalir
secara spontan
10. Tempatkan ujung strip tes glukosa darah (bukan diteteskan ) secara
otomatis terserap ke dalam strip
11. Menghidupkan alat glukometer yang sudah terpasang stik GDA.
12. Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas alkohol.
13. Alat glukometer akan berbunyi dan bacalah angka yang tertera pada
monitor.
14. Keluarkan strip tes glukosa dari alat monitor
15. Matikan alat monitor kadar glukosa darah
16. Membereskan alat.

Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Dokumentasi
RESUME Pemeriksaan Visus, Lapang Pandang,
Buta Warna, dan Tonometri
A. Pengertian Visus
Visus adalah ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan
untuk melihat ketajaman penglihatan
B. Tujuan
pemeriksaan visus dilakukan untuk indikasi sebagai berikut : Sebagai
pemeriksaan bagi pasien yang mengalami keluhan gangguan pada ketajaman
penglihatan. Sebagai penentu diagnosis pasien terkait dengan gangguan refraksi.
C. Klasifikasi
Dengan kartu snellen standart ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau
kemampuan melihat seseorang, seperti
a. Bila visus 66 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh
orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.
b. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka
30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 630
c. Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50,
berarti tajam penglihatan pasien adalah 650.
d. Bila visus adalah 660 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
e. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka
dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak
60 meter.
f. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang
diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 360.Dengan pengujian
ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 160, yang berarti hanya dapat
menghitung jari pada jarak 1 meter.
g. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan visus pasien yang lebih
buruk daripada 160. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan
pada jarak 1 meter, berarti visus adalah 1300.
h. Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat
melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan. Orang
normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
i. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
penglihatannya adalah 0 nol atau buta total. Visus dan penglihatan kurang dibagi
dalam tujuh kategori
D. Indikasi
Untuk kepentingan diagnostik, pemeriksaan visus dilakukan untuk indikasi
sebagai berikut :

1. Sebagai pemeriksaan bagi pasien yang mengalami keluhan gangguan pada


ketajaman penglihatan

2. Sebagai penentu diagnosis pasien terkait dengan gangguan refraksi


3. Sebagai pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan gangguan mata selain
gangguan refraksi, misalnya endoftalmitis atau mata merah
4. Sebagai pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan gangguan neurologi
yang berhubungan dengan penglihatan, misalnya retinopati atau stroke.
Indikasi Monitoring Terapi
Pemeriksaan visus juga digunakan sebagai bahan penilaian luaran prognosis
dari prosedur operasi mata pada penyakit mata seperti katarak atau glaukoma.
E. Kontraindikasi
Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan pada kondisi berikut :

1. Pasien dengan penurunan kesadaran


2. Pasien dengan gangguan mental atau kejiwaan
3. Pasien dengan gangguan kognitif atau retardasi mental
4. Pasien yang tidak kooperatif
F. Komplikasi

Pemeriksaan visus bersifat tidak invasif sehingga tidak menimbulkan komplikasi.


Walau demikian, komplikasi dapat muncul pada pemeriksaan visus jarak jauh jika
okluder tidak tersedia. Hal ini terjadi jika pasien menekan mata terlalu kuat.
Gejala berupa rasa nyeri di mata dan pandangan kabur sesaat. Walau demikian,
keluhan ini hanya bersifat sementara. Berikan perintah secara jelas supaya pasien
tidak melakukan penekanan saat menutup mata yang sedang tidak diperiksa.
A. Pengertian Lapang Pandang
Lapang pandang mata adalah luar lapang pengelihatan seseorang, dilihat dari kedua
mata atau dilihat dari satu mata saja.
B. Tujuan
Tes lapang pandang ini berguna untuk mengukur jangkauan penglihatan yang bisa
menurun akibat glaukoma atau stroke.
C. Klarifikasi
Gangguan lapangan pandang ini dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, misalnya
Glaukoma atau gangguan tekanan mata yang menyebabkan sempitnya lapang
pandang
Gangguan saraf mata. Saraf mata penting untuk memperantarai sinyal yang
dikirimkan mata ke otak. Gangguan pada saraf mata dapat mempengaruhi lapang
pandang.
Tumor mata. Tumor dapat menghalangi cahaya masuk ke mata dengan baik.
Akibatnya mata tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak dengan baik pula
Gangguan pembuluh darah mata. Mata memiliki banyak pembuluh darah. Jika
pembuluh darah tersebut pecah dan berdarah, tentu mata akan kehilangan fungsinya
untuk menangkap cahaya dari benda.
Infeksi mata. Infeksi seperti toksoplasmosis kongenital dapat menyebabkan
gangguan lapang pandang.
Degenerasi makula akibat faktor usia. Makula merupakan bagian paling penting dari
mata untuk menangkap cahaya dan akan menurun fungsinya seiring dengan usia.
Penyakit autoimun, seperti sklerosis multiple
Penyakit metabolik, seperti hipertiroidisme
Stroke dan gangguan di otak lainnya
Tanda dan gejala
Gejala gangguan lapang pandang antara lain:
- Mengalami kesulitan mengemudikan kendaraan
Seringkali tersandung
- Melihat dengan buram sehingga penderita akan kesulitan menonton TV ataupun
membaca buku
- Lapang pandang seperti tertutup
- Merasa tidak bisa melihat dari satu sisi, baik sisi kiri maupun kanan
D. Indikasi
Indikasi pemeriksaan lapang pandang tidak hanya untuk masalah oftalmologi tetapi
juga untuk masalah neurologi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk keluhan berikut:
Defisit / gangguan lapang pandang
Gangguan penglihatan
Sakit kepala
Defisit neurologis
E. Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi untuk pemeriksaan lapang pandang. Walau demikian,
pemeriksaan ini membutuhkan kemampuan komunikasi dan menjalankan perintah,
kerja sama, serta konsentrasi pasien. Dengan demikian, pemeriksaan ini tidak dapat
dilakukan pada pasien yang tidak dapat memenuhi hal tersebut, misalnya pada
pasien yang mengalami penurunan kesadaran.
F. Komplikasi
Seperti glaukoma,katarak,miopi dan hipermetropi

A. Pengertian Buta Warna


Pemeriksaan buta warna adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi
defisiensi penglihatan warna yang disebabkan baik oleh kelainan herediter atau
kelainan yang didapat. Pemeriksaan buta warna merupakan bagian dari pemeriksaan
neurooftalmologi. Hingga kini, belum ada konsensus yang menentukan jenis
pemeriksaan buta warna yang paling ideal.
B. Tujuan
Pemeriksaan buta warna adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi
defisiensi penglihatan warna yang disebabkan baik oleh kelainan herediter atau
kelainan yang didapat.
C. Indikasi
Pemeriksaan buta warna umumnya adalah sebagai persyaratan dasar untuk
mendaftar sekolah atau institusi tertentu seperti angkatan laut, akademi penerbangan,
farmasi, kedokteran, teknik mesin, dan profesi lainnya yang membutuhkan
penglihatan warna yang normal. Indikasi lain pemeriksaan buta warna adalah
skrining buta warna herediter, bila ditemukan kelainan pada pemeriksaan fundus,
pasien yang mengeluhkan gangguan penglihatan warna yang baru saja terjadi, dan
sebagai pemeriksaan pelengkap untuk pemeriksaan visus.
D. Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk pemeriksaan buta warna. Pemeriksaan ini
sederhana, tidak invasif, dan aman.
E. Komplikasi
Pemeriksaan buta warna tidak menimbulkan komplikasi. Pemeriksaan ini tidak
invasif, sederhana, dan aman.
A. Pengertian Tonometri
Tonometri adalah tes mata yang bertujuan untuk mengukur tekanan di dalam bola
mata Anda, atau yang disebut dengan tekanan intraokular (TIO).
B. Tujuan
Untuk mendeteksi defisiensi penglihatan warna yang disebabkan baik oleh kelainan
herediter atau kelainan yang didapat.
C. Klarifikasi
Berikut adalah 3 jenis pemeriksaan tonometri yang paling umum dilakukan:
1. Tonometri Goldmann
Pemeriksaan tonometri applanation Goldmann adalah jenis tes yang paling
umum dilakukan sebagai standar pemeriksaan tekanan intraokular, dengan hasil
yang paling akurat.tes ini meratakan bagian kornea Anda untuk mengukur
tekanan mata dan menggunakan lampu celah mikroskop untuk melihat mata
Anda dengan tonometer.
2. Tonometri elektronik
Tes ini juga memiliki akurasi yang tinggi, meski terkadang hasilnya berbeda
dengan tonometri Goldmann. Pada tes ini, dokter akan menempatkan sebuah
alat lembut dengan ujung membundar yang terlihat seperti pena langsung pada
kornea mata. Pembacaan tekanan intraokular ditunjukkan pada panel komputer
kecil.
3. Tonometri nonkontak (pneumotonometri)
Jenis tonometri ini tidak menyentuh mata Anda, tetapi menggunakan embusan
udara untuk meratakan kornea. Jenis tonometri ini bukan cara terbaik untuk
mengukur tekanan intraokular, tapi metode ini sering digunakan sebagai cara
sederhana dan mudah untuk memeriksa tekanan intraokular, terutama pada
anak-anak.
D. Indikasi
Indikasi tonometry adalah kondisi yang memerlukan pemeriksaan tekanan
intraokular untuk skrining kesehatan mata secara keseluruhan, monitor perjalanan
penyakit, dan menilai respons terhadap terapi yang telah diberikan. Penderita
glaucoma akut dan kronis
- Setiap orang berusia 35 tahun
- Penderita DM
- Keluarga penderita Galucoma
- Dan pasien yang buta sebelah mata
E. Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut tonometry adalah abrasi atau ulkus kornea, ruptur globus,
dan riwayat alergi terhadap anestesi topikal. Pasien yang mengalami infeksi mata
- Trauma pada mata
- Sensitive terhadap anastesi local, Pada pasien Yang tidak bisa menahan kelopak
mata untuk tidak berkedip, resiko abrasi kornea
Komplikasi.pada dasarnya, tonometri memiliki resiko komplikasi rendah, tetapi jika
pengujian tonometri ini dilakukan terus menerus akan menyebabkan beberapa efek
samping, seperti abrasi kornea (kornea lecet), pembengkakan ruptur bola mata,
penularan infeksi, dan reaksi terhadap obat mata.
F. Komplikasi
Tonometri memiliki resiko komplikasi rendah, tetapi jika pengujian tonometri ini
dilakukan terus menerus akan menyebabkan beberapa efek samping, seperti abrasi
kornea (kornea lecet), pembengkakan ruptur bola mata, penularan infeksi, dan
reaksi terhadap obat mata.

SOP

PROSEDUR PEMERIKSAAN VISUS, LAPANG PANDANG,


BUTA WARNA, TONOMETRI

Pengertian Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Mata dibentuk
untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lalu
dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus, mengalihkan
rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak, untuk ditafsirkan.
Tujuan Mengetahui ketajaman penglihatan, lapang pandang, buta warna, dan
tekanan intra okuler
Persiapan 1. Snellen chart
Alat/Bahan
2. Meteran
3. Kertas tida tembus pandag
4. Penlight
5. Opthalmic trial lens
6. Ichiharas
7. Tonometri
Prosedur Persiapan Pasien
Tindakan
1. Lakukan tindakan dengan 5 S Senyum, salam, sapa, sopan, santun)
2. Lakukan perkenalan diri dan mengidentifikasi pasien
3. Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan prosedur pelaksanaan
5. Membuat Inform Consent dengan keluarga

Persiapan Lingkungan
1. Jaga privasi pasien dengan memasang sketsel/sampiran
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman

Tahap Kerja
Lapang Pandang
1. Pemeriksa memberikan instruksi pemeriksaan kepada pasien dengan
jelas.
2. Penderita menutup mata kiri dengan telapak tangan kiri, telapak tangan
tidak boleh menekan bola mata.
3. Pemeriksa duduk tepat di depan pasien dalam jarak antara 60 cm,
berhadapan, sama tinggi. Pemeriksa menutup mata kanan dengan
telapak tangan kanan. Lapang pandang pemeriksa sebagai referensi
(lapang pandang pemeriksa harus normal). Mata pasien melihat mata
pemeriksa.
4. Objek atau ujung jari pemeriksa digerakkan perlahan-lahan dari perifer
ke sentral (sejauh rentangan tangan pemeriksa seolah olah membentuk
bidang di tengah tengah antara pemeriksa dan pasien kemudian
digerakan ke central) dari enam arah kardinal.
5. Lapang pandang pasien dibandingkan dengan lapang pandang
pemeriksa.
6. Kemudian diperiksa mata sebelahnya.
7. Menyebutkan hasilnya:
8. Lapang pandang penderita luasnya sama dengan lapang pandang
pemeriksa.
9. Lapang pandang penderita lebih sempit dari lapang pandang pemeriksa
(sebutkan di daerah mana yang mengalami penyempitan)

Pemeriksaan Buta Warna


1. Kartu Ishihara’s diletakkan pada jarak 75cm dari pasien sehingga
bidang kertasnya pada sudut yang tepat dengan garis penglihatan.
2. Angka-angka yang terlihat pada kartu Ishihara’s disebutkan, dan setiap
jawaban diberikan dalam waktu tidak lebih dari 3 detik.
3. Lalu cek pada tabel berikut.

Tonometri
1. Penderita diberi penjelasan tentang apa yang akan dilakukan, cara
pemeriksaan dan bagaimana penderita harus bersikap.
2. Penderita diminta tidur terlentang, posisi kepala horizontal. Mata
penderita ditetesi Panthocaine 0,5% atau 2%, 1 – 2 tetes.
3. Penderita diminta memandang ke satu titik tepat diatasnya, dengan
cara memfiksasi ibu jarinya yang diacungkan di atasnya, sehingga
sumbu optik mata benar-benar vertikal.
4. Pemeriksa berada di superior pasien.
5. Kelopak atas dan bawah dibuka lebar dengan menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri, tidak boleh menekan bola mata,
kemudian tonometer diletakkan dengan hati-hati pada permukaan
kornea, tepat di tengah, tanpa menggeser, posisi benar-benar
vertikal.
6. Letakkan tonometer tepat di atas kornea tanpa menekan bola mata.
Tinggi rendahnya tekanan bola mata menentukan besarnya
indentasi yang ditimbulkan oleh alat tersebut. Besar kecilnya
indentasi menentukan besarnya simpangan jarum yang
dihubungkan pada lempeng tersebut.
7. Bila dengan beban 5,5 gram menunjukkan angka skala 0 maka
bebanperlu ditambahkan dengan beban 7,5gram atau 10 gram.
8. Tonometer diangkat, dibersihkan dengan kapas alkohol.
9. Mata diberi zalf mata (misalnya Chloramfenicol)
10. Lihat tabel, berapa mmHg tekanan bola matanya.
11. Cara baca dan menuliskan hasil: Misalnya dengan beban 5,5
gram simpangan jarum tonometer menunjukkan angka 5 pada
tabel terlihathasilnya 17,3 mmHg.

Pemeriksaan Visus
1. Kartu snellen diletakkan didepan mata pada jarak 6 meter
2. Tutup mata kiri pasien dnegan kertas yang tidak tembus pandang
3. Suruh pasien menyebutkan huruf yang tertulis pada snellen
chart:catat hasilnya
4. Bila tidak dapat mengenal huruf yang terbesar ada snellen chart,
makadilakukan uji hitung jari

UJI HITUNG JARI


1. Pasien disuruh menghitung jari pemeriksa mulai dari jarak 6
meter, bila tida dapat menghitung jari pada jarak 6 meter,
pemeriksa maju kearah pasien sepanjang 1 meter. Bila pasien
belum dapat menghitungjari pemeriksa pada jarak tersebut
(pemeriksa dan pasien jaraknya tinggal 5 meter). Pemeriksa
maju secara bertahap sapai jarak pemeriksa dan pasien 1 meter
2. Bila pada jarak 1 meter, pasien tidak bisa menghidtung jari
pemeriksa,maka dilakukan ujia lambaian tangan, catat hasilnya

UJI LAMBAIAN TANGAN


1. Lambaikan tangan pemeriksa didepan mata pasien, pada jarak 1
metercatat hasilnya
2. Bila pasien tida bisa melihat lambaian tangan pada arak 1
meter,Lakukan uji proyeksi sinar.

UJI PROYEKSI SINAR


1. Nyalakan pelight di depan mata pasien pada jarak 1 meter.
Catat hasilnya
2. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adalnya sinar,
maka dikatakan penglihatan pasien adalah 0 (nol atau buta total)

Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yangtelah
dilakukan

Dokumentasi
1. Mencatat hasil pemeriksaan ketajaman penglihatan
2. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada klien
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai