PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
manusiamenjadi mesin-mesom otomatik. Dengan berkembangnya Mesin CNC, maka
benda kerja yang rumit sekalipun dapat dibuat secara mudah dalam jumlah yang
banyak. Selama ini pembuatan komponen/suku cadang suatu mesin yang presisi dengan
mesin perkakas manual tidaklah mudah, meskipun dilakukan oleh seorang operator
mesin perkakas yang mahir sekalipun. Penyelesaiannya memerlukan waktu lama. Bila
ada permintaan konsumen untuk membuat komponen dalam jumlah banyak dengan
waktu singkat, dengan kualitas sama baiknya, tentu akan sulit dipenuhi bila
menggunakan perkakas manual. Apalagi bila bentuk benda kerja yang dipesan lebih
rumit, tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Secara ekonomis biaya produknya
akan menjadi mahal, hingga sulit bersaing dengan harga di pasaran.
3
2.4 Bagian-bagian Mesin CNC
3) Cekam (Chuck)
Cekam berfungsi untuk menjepit benda kerja yang akan diproses. Pencekaman
benda kerja harus benar-benar kuat. Sehingga hasil pengerjaan menjadi maksimal.
4
4) Kepala Lepas (Tailstock)
Bagian ini berfungsi sebagai pendukung cekam dalam pencekaman benda kerja.
Misalnya untuk benda kerja yang relatif panjang, sehingga gerakan atau putarannya
menjadi lebih stabil.
Selain itu, kekuatan pencekamannya juga lebih kuat. Posisi benda kerja tidak mudah
bergeser, sehingga proses pemesinan dapat diselesaikan dengan lancar. Hasilnya juga
maksimal.
5) Tailstock Quil
Tailstock quil berfungsi untuk melakukan memperkuat pencekaman. Dengan
bantuan tekanan hidrolik/pneumatik. Karena ketika kita mendekatkan tailstock dengan
benda kerja dan menempelkannya.
Itu hanya memposisikan ujung tailstock dekat dengan benda kerja. Sehingga
membutuhkan tekanan dari tailstock quill untuk memperkuat pencekaman.
5
Gambar 2.2 Pnel Kontrol
Keterangan Gambar:
1. Sakelar ON/OFF spindel untuk operasi CNC atau MANUAL,
2. Knop pengatur prosentase kecepatan spindel,
3. Knop pilihan mm/inci.
4. Sakelar utama ON atau OFF,
5. Lampu penunjuk arus masuk,
6. Tombol darurat,
7. Lampu penunjuk operasi manual,
8. Knop pengatur kecepatan pemakanan (10 s.d. 400 mm/min),
9. Tombol pelintas cepat tombol ini ditekan bersamaan dengan salah satu
tombol penggerak eretan pada arah relatif,
10. Penampil jarak lintasan meja pada sumbu X, Z, dalam per seratus mm
atau per seribu inci.
11. Tombol INP. Dengan tombol INP ini, Anda dapat memasukkan kombinasi
angka untuk suatu jarak yang akan dilintasi meja,
12. Tombol H/C adalah tombol pilihan pelayanan secara MANUAL atau
CNC. Apabila tombol H/C ditekan, maka lampu pelayanan CNC menyala,
dan apabila ditekan sekali lagi, maka lampu pelayanan manual menyala
yang berarti mesin siap dioperasikan secara manual.
13. Tombol DEL: tombol ini berfungsi untuk menghapus nilai yang terdapat
dalam alamat sumbu relatif yang aktif dan diset ke 0 (nol),
6
14. Tombol : tombol untuk mengubah alamat sumbu relatif aktif (sumbu X,
atau atau sumbu Z),
15. Tombol-tombol untuk penggerak meja arah memanjang, melintang atau
vertikal, baik ke arah positif maupun ke arah negatif,
16. Ammeter (ampheremeter): alat ukur pemakaian arus berkenaan de-ngan
beban potong (gaya aksial atau gaya radial) yang diterima spindel,
8) Tool Turret
Berbeda dengan mesin bubut konvensional. Peran toolpost digantikan dengan tool
turret. Alat potong yang dibutuhkan dipasang pada turret. Ada berbagai macam tool
turret, baik itu menurut bentuk dan jumlah alat potong yang dapat dipasang.
Keterangan:
d : diameter benda kerja (mm)
Cs : kecepatan potong (meter/menit)
7
π : nilai konstanta = 3,14
Contoh :
Sebuah baja lunak berdiameter 62 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong
(Cs) 25 meter/menit. Kecepatan putaran (rpm) adalah:
8
0 1: X +500
1 2: X +200
2 3: X +600
3 4: X -300
5 6: X -700
6 0: X -300
Titik nol bisa ditempatkan mengambang atau tetap. Titik nol mengambang akan
memberikan kesempatan kepada operator, melalui penekanan tombol, memilih
dengan bebas sembarang titik di dalam batas meja mesin perkakas sebagai titik
referensi nol. Unit kontrol tidak akan menyimpan informasi lainnya pada lokasi
selain titik nol terdahulu. Titik nol mengambang mengizinkan operator untuk
menempatkan dengan cepat alat bantu di mana saja pada meja mesin CNC. Suatu
fakta menunjukkan bahwa sistem absolut dapat dibagi ke dalam sistem absolut murni
dan pemprograman absolut. Absolut murni adalah suatu sistem di mana dimensi
terprogram dan sinyal umpan-balik menunjuk pada satu titik tunggal. Itu sebabnya
diperlukan peralatan umpan-balik yang akan menghasilkan informasi posisi dalam
bentuk absolut, misalnya, multichannel digital encoder. Karena alat ini mahal, maka
sistem absolut murni hanya digunakan secara utama untuk meja putar yang
9
membutuhkan kontrol posisi presisi. Kebanyakan sistem absolut tidak dilengkapi
dengan alat umpan-balik absolut tetapi dengan suatu alat ukur inkremental, seperti
suatu encoder inkremental, yang diinterfiskan dengan suatu counter pulsa yang
menye-diakan posisi absolut dalam BLU yang menunjukkan sistem pemprograman
absolut NC, di mana semua dimensi terprogram menunjuk pada suatu titik awal
tunggal.
Keuntungan yang paling signifikan dari sistem absolut terhadap sistem
inkremental adalah dalam hal terjadinya gangguan yang memaksa operator untuk
menghentikan mesin, misalnya gangguan karena alat potong patah. Dalam hal terjadi
gangguan, meja mesin harus digerakkan secara manual, lalu mengganti alat-potong,
kemudian menyetel alat-potong, mengembalikan nomor blok program aktif ke blok
terjadinya gangguan, mengembalikan alat-potong ke posisi terjadinya gangguan, baru
mengaktifkan mesin. Dengan sistem absolut, alat potong akan kembali secara
otomatis ke posisi terjadinya gangguan, karena alat-potong akan bergerak sesuai
dengan koordinat absolut yang diaktifkan, dan melanjutkan proses pemesinan mulai
dari titik yang diinginkan. Sementara dengan sistem inkremental, sulit
menempatkannya kembali secara presisi ke tempat terjadinya gangguan. Oleh karena
itu, dengan sistem inkremental, setiap kali operasi pemesinan terganggu, operator
harus selalu memulainya dari awal sekali. Keuntungan lainnya dari sistem absolut
adalah kemungkinan penggantian data terprogram dengan mudah, kapan saja
dikehendaki. Karena jarak berpedoman pada suatu titik referensi, maka modifikasi
atau penambahan instruksi posisi tidak akan mempengaruhi program komponen
lainnya. Sementara dengan sistem inkremental, komponen harus diprogram kembali
mulai dari program yang dimodipikasi atau yang ditambahkan. Namun demikian,
sistem inkrementalpun mempunyai keuntungan dibandingkan dengan sistem absolut,
yakni:
1). Jika pemprograman manual digunakan, dengan sistem inkremental,
pemeriksaan program sebelum diketikkan ke pita berlubang lebih mudah.
Oleh karena titik akhir, ketika pemesinan komponen, sama dengan titik
awal, jumlah semua perintah posisi (terpisah untuk setiap sumbu) harus
sama dengan nol. Misalnya, jumlah inkremen posisi yang diberikan pada
10
Gambar 5.3 adalah nol. Jumlah yang tidak nol menunjukkan adanya
kesalahan. Pemeriksaan seperti itu tidak mungkin dapat dilakukan pada
sistem absolut.
2). Performan sistem inkremental dapat diperiksa dengan pita loop-tertutup. Ini
merupakan diagnosa pita berlubang yang menguji beberapa operasi dan
performan mesin. Perintah posisi terakhir pada pita akan meng-akibatkan
meja kembali ke posisi awal. Kembalinya meja ke posisi awalnya
merupakan pengujian yang cukup untuk operasi perlengkapan yang normal.
Pengujian ini diadakan paling tidak sekali sehari. Pengujian yang sama tidak
dapat dilakukan untuk sistem pemprograman absolut. 3). Pemprograman
mirror-image akan lebih mudah dengan sistem inkremental. Dalam
pempabrikan, mirror-image berkaitan dengan geometri simetris bahan pada
satu atau dua sumbu. Dalam hal ini, dengan pemprograman inkremental,
sinyal yang berkaitan dengan perintah posisi cukup diganti dari tanda +
menjadi tanda -. Tidak ada perhitungan baru yang diperlukan untuk posisi
tersebut. Prosedur demikian di dalam sistem absolut memerlukan suatu
pilihan variabel dari titik nol yang kurang praktis, dan oleh karena itu
pemprograman penuh dari komponen diperlukan. Pada umumnya sistem
CNC modern mengizinkan penerapan metoda pemprograman inkremental
dan absolut. Meskipun di dalam suatu program komponen khusus, metoda
tersebut dapat diganti, Instruksi terakhir selalu diprogram dalam metoda
absolut untuk memastikan pengembalian posisi alat potong ke titik awal.
2.6.3 Blok Format Pemprograman, Fungsi Kerja (G), dan Fungsi Miscellaneous (M).
Bentuk format pemprograman dibuat sistematis, sehingga mudah dikuasai,
dikontrol, dan diedit program CNC, seperti disajikan dalam format berikut ini:
Format lembar pemprograman mesin Bubut CNC unit Didaktik
11
Ke dalam lembar pemprograman inilah di masukkan / dituliskan semua data
untuk pengerjaan benda kerja.. Masing-masing, N, G, M, X Y, Z, I, J, K, F, K, L, T,
dan H merupakan alamat data program.
a). Alamat N (N Address)
Alamat N adalah pengalamatan nomor blok yang di mulai dari 00 sampai
dengan 221, jadi ada 222 blok program CNC yang dapat dimuat dalam kontrol
mesin, penulisannya N00, N01, N02, ..., N221 Kombinasi alamat dengan huruf ,
misalnya N15 disebut dengan kata (Word). Jadi kata adalah gabungan antara huruf
dan kombinasi angka.
b). Alamat G (G Address)
Alamat G berfungsi sebagai bahasa perintah ke pada mesin CNC untuk
melakukan suatu gerakan yang dikehendaki oleh programer. Fungsi kerja ini
ditetapkan berdasarkan DIN 66025 dan ISO Alamat G ini boleh diisi dengan angka
mulai dari 00 s.d. 95, lihat tabel berikut.
12
Tabel 2.6.1 Fungsi Kerja G (Preparatory Function)
13
14
Tabel 2.6.3 Fungsi Bantu M (Miscelaneous Function)
15
2.7 Menyetel Pahat dan Benda kerja
2.7.1 Menyetel pahat
a. Pasang semua pahat yang akan diukur harga selisih panjang (offsetnya).
Biasanya pahat yang dipasang adalah T1 pahat rata pengasaran, T2 pahat rata
untuk finishing, T3 pahat alur, dan T4 pahat ulir. Dari semua pahat tersebut
pahat T1 digunakan sebagai pahat referensi (T1X=0 dan T1Z=0). Posisikan
pahat T1 untuk penyayatan
b. Pasang benda kerja dan putar spindel dengan kecepatan yang sesuai (misal 800
rpm)
c. Pilih gerak makan yang tepat, kemudian geser pahat pada titik/posisi tertentu
pada benda kerja dan hentikan gerakan ketika pahat berada pada titik seting
tersebut
d. Tekan ENTER, sehingga pada layar muncul nomer pahat (T1) dan nomer
offset, kemudian tekan tombol RUNNING dua kali. Sistem akan mencatat posisi
koordinat sebagai titik referensi untuk seting pahat
e. Tekan ENTER , kemudian INPUT, sehingga sistem CNC mencatat harga offset
pahat T1
f. Geser pahat (pada mode JOG) pada posisi yang aman untuk melakukan ganti
pahat, kemudian lakukan ganti pahat untuk pahat T2 6
g. Ulangi langkah b,c, dan e. Lakukan lagi langkah tersebut untuk pahat T3, dan
T4. Catatan
Apabila menggunakan alat optik untuk melakukannya, spindel tidak usah
diputar
Data offset pahat akan dicatat secara otomatis oleh sistem. Tekan mode
OFFSET untuk melihatnya
Hasil pengukuran offset pahat harus dicek satu persatu secara teliti, dengan
cara memerintah pahat menuju koordinat tertentu (lihat subab E nomer 8 di atas)
16
2. Pilih pahat (pasang pahat) untuk melakukan seting (misalnya pahat rata kiri
sebagai T1)
3. Tekan tombol JOG
4. Putar spindel dengan menekan tombol putaran spindel (pilih putaran yang
sesuai posisi pahat putar kanan atau putar kiri)
5. Geser pahat sehingga menyentuh bagian diameter benda kerja, kemudian
tekan tekan tombol I untuk posisi sumbu X, tulis diameter benda kerja yang
disentuh (misal 50), ENTER. Pada layar akan tertulis posisi X 50.000 T1X,
yang artinya pahat pada diameter 50 mm dan pahat yang dipilih pahat nomor
1.
6. Geser pahat pada bidang di ujung benda kerja, dan sentuhkan pahat pada
permukaan rata, kemudian tekan tombol K untuk posisi sumbu Z, tulis 0, lalu
ENTER. Kemudian pada layar akan tertera Z 0000.000 T1X, yang berarti
pada posisi pahat 1 tersebut harga sumbu Z nol.
7. Jauhkan pahat dari benda kerja, dan matikan putaran spindel.
8. Apabila kita ingin menjauhkan pahat pada koordinat tertentu, misalnya X60
dan Z5, maka pada mode operasi JOG, ditulis X60, ENTER, CYCLE
STRAT, maka pahat bergerak menuju X60Ketik Z5, ENTER, CYCLE
START, maka pahat akan bergerak menuju Z5
9. Posisi ini kita catat, nanti untuk memulai menulis program CNC ditulis
G50X60Z5.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kegiatan belajar merupakan aktifitas belajar yang harus dilaksanakan siswa sebagai
pelajar dan guru sebagai pembimbing. Untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran Teknik
Pemesinan CNC, (menyetel alat potong, menyusun program CNC, mengoperasikan mesin CNC),
Buku teks bahan ajar ini dibagi ke dalam beberapa kegiatan belajar. Setelah mempelajari semua
kegiatan belajar, siswa harus memiliki keterampilan sikap, pengetahuan, dan psikomotorik sesuai
dengan tutuntutan yang diharapkan dalam kurikulum 2013.
3.2 Saran
Penulis membaeri saran kepada pembaca untuk senantiasa memerhatikan keselamatan
dalam mengoperasikan mesin CNC. Tidak lupa, penulis juga menghimbau untuk lebih teliti
dalam pembuatan program baik manual maupun menggunakan CAM (Computer Aided
Machine).
18
DAFTAR PUSTAKA
Gibbs David & Crandel M. Thomas, Dasar-Dasar Teknik dan Pemrograman CNC, Penerbit PT
Remaja Rosdakarya Offset, 1991, Bandung
Directorat pembinaan SMK, TEKNIK PEMESINAN CNC DASAR KELAS XII – SEMESTER
5, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, Jakarta.
Rahdiyanta Dwi, (2019), MATERI PPM SETTING BENDA KERJA DAN PAHAT PADA
MESIN CNC TIPE INDUSTRI
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131569341/pengabdian/setting-benda-kerja-dan-pahat-
pada-mesin-cnc-type-industri.pdf, FT-UNY.
19